BAB IV Farid Ptm

download BAB IV Farid Ptm

of 18

description

4

Transcript of BAB IV Farid Ptm

61

BAB IVPEMBAHASAN

A. Gambaran UmumPanti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera terletak di JL. A. Yani Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan. Panti ini merupakan bagian dari Panti Sosial yang berada di Jalan Ahmad Yani Km. 21 Landasan Ulin. Jumlah lansia yang tinggal berjumlah 45 orang, diantaranya 28 orang lansia wanita dan 17 orang lansia pria. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera ini berasal dari dalam daerah maupun luar daerah seperti: Banjarmasin, Kandangan, Barabai, Amuntai, Rantau, Barabai, Jawa, Jogya, Bogor dan lain-lain. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera yang terletak di JL. A. Yani Martapura terbagi menjadi beberapa wisma, dimana setiap wismanya dihuni antara 10-15 orang lansia, yang dipisah tempat tinggalnya berdasarkan jenis kelaminnya.

Lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera ini, memiliki beberapa masalah terhadap kondisi kesehatan dan psikologis. Masalah yang terjadi terhadap kondisi kesehatan lansia seperti menurunya kemampuan penglihatan, pendengaran, pengecapan, komunikasi, serta penurunan kestabilan dan pergerakan. Sedangkan masalah yang terjadi terhadap psikologis lansia di panti tersebut adalah kemunduran intelegensi, sering merasakan kurang energi, lemah, dan lesu, lebih sensitif dan lain-lain.Aktivitas yang dilakukan lansia setiap hari seperti biasa pada umunya. Selain itu lansia juga memiliki kegiatan rutin mingguan yang selalu dijalankan seperti:Tabel 4.1. Kegiatan LansiaNoHariKegiatanKeterangan

1. SeninCeramah agamaAula

2. SelasaCeramah agamaAula

3. RabuGotong royongLingkungan

4. KamisSenam lansiaDepan kantor

5. JumatYasinanMushola

6. SabtuMaulid habsyiMushola

Acara tersebut diadakan dengan mengikut sertakan lansia sebagai pengisi kegiatan itu sendiri, seperti kegiatan ceramah yang menjadi penceramah adalah Hj. Zahrah, Aisyah, Masnah, Nani dan Tasiyem. Untuk Hari Minggu sendiri dikosongkan dengan kegiatan, ini dimaksudkan agar para lansia dapat bersantai dan beristirahat lebih. Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera memiliki jadwal makan dan menu makan yang sudah diatur oleh pihak panti. Jadwal dan menu makan tersebut seperti:Tabel 4.2. Jadwal dan Menu Makan LansiaJAMTANGGAL

1,11,212,12,223,13,23

07.30 Teh Manis/Sirup

Nasi Putih

Sambal Goreng

Daging Cincang Dan Kentang Teh Manis/Susu Kopi

Nasi Putih

Semur Ikan

Kerupuk Teh Manis/Sirup

Nasi Putih

Telur Tahu Masak Kuning

10.00 Teh Manis Dan Kue Teh Manis Dan Kue Teh Manis Dan Bubur Kacang Ijo

13.00 Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Sayur Keladi

Buah Semangka Air Putih

Nasi Putih

Ayam Goreng

Sayur Capcay

Buah Pisang Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Sayur Nangka

Buah Pepaya

17.00 Air Putih

Nasi Putih

Telur, Tahu Dadar

Oseng Pare Dan Wortel Air Putih

Nasi Putih

Ikan Pepes Peda

Oseng Kacang Panjang Dan Tempe Air Putih

Nasi Putih

Udang Tepung

Oseng Kangkung

JAMTANGGAL

4,14,245,15,256,16,26

07.30 Teh Manis/Kopi

Nasi Putih

Telur Asin

Mie Sayur Teh Manis/Sirup

Nasi Kuning

Ikan Bumbu Bali Teh Manis/Susu Kopi

Nasi Putih

Sambal Goreng Hati Dan Kentang

10.00 Teh Manis Dan Agar-Agar Teh Manis Dan Kue Teh Manis Dan Kue

13.00 Air Putih

Nasi Putih

Sup Ayam

Buah Semangka Air Putih

Nasi Putih

Ikan Pepes Patin

Tumis Tahu Kentang

Buah Pisang Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Sayur Bening

Buah Semangka

17.00 Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Oseng Terong Dan Kacang Panjang Air Putih

Nasi Putih

Pindang Tepung

Cah Sawi Dan Buncis Air Putih

Nasi Putih

Ikan Pepes Tuna

Oseng Pepaya Muda Dan Jagung

JAMTANGGAL

7,17,278,18,289, 19, 29

07.30 Teh Manis/Sirup

Nasi Putih

Tuna Masak Kuning Teh Manis/Susu Kopi

Nasi Putih

Ikan Bumbu Tomat Teh Manis/Sirup

Nasi Putih

Telur Tempe Bumbu Bali

Kerupuk

10.00 Teh Manis Dan Agar-Agar Teh Manis Dan Kue Teh Manis Dan Roti

13.00 Air Putih

Nasi Putih

Gulai Dagimg Rawon

Buah Jeruk Air Putih

Nasi Putih

Ikan Pepes

Sayur Asam Banjar

Buah Pisang Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Sayur Manis

Buah Pepaya

17.00 Air Putih

Nasi Putih

Telur Jagung Dadar

Oseng Waluh Putih Dan Wortel Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Kareh Terong Air Putih

Nasi Putih

Sambal Goreng Hati Dan Tahu

JAMTANGGAL

10,20,3031

07.30 Teh Manis/Susu Kopi

Nasi Putih

Ikan Tenggiri Asam Manis/Santan Teh Manis/Sirup

Nasi Putih

Ketupat Kandangan

Telur Rebus

10.00 Teh Manis Dan Kue Teh Manis Dan Agar-Agar

13.00 Air Putih

Nasi Putih

Bistik Ayam

Buah Semangka Air Putih

Nasi Putih

Ayam Goreng Urapan

Buah Pisang

17.00 Air Putih

Nasi Putih

Ikan Goreng

Oseng Kacang Panjang Dan Wortel Air Putih

Nasi Putih

Ikan Pepes Patin

Cah Sawi Dan Jagung Muda

B. Hasil Pengukuran

Responden lansia yang kami data di panti ini berusia antara 60-80 tahun. Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera kota Martapura, lansia yang menjadi responden dalam pengukuran tekanan darah dan gula darah acak adalah sebanyak 15 orang dengan rincian 11 orang perempuan dari wisma Lili dan 4 orang laki-laki dari wisma Asoka. Pengukuran tekanan darah dan gula darah acak dilakukan pada tanggal 26 Mei 2013. Hasil pengukuran tekanan darah dan gula darah acak pada responden terdapat pada tabel di bawah ini:Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Tekanan Darah dan Gula Darah Acak NoNamaUJKPTAsal DaerahHasil PengukuranKet.

TDFaktor RisikoGDRFaktor Risiko

1Hj. Z 75PSDKandangan160/90Umur, menopause113JK, umur, ras,tingkat pendidikanH2

2Ais 64PSDBarabai100/70R. DT149JK, umur, ras,tingkat pendidikanNormal, DM

3Hj. T80P-Barabai140/70Umur , menopause108JK, umur, ras,tingkat pendidikanPre H

4Msn76P-Kandangan130/70Umur , menopause93JK, umur, ras,tingkat pendidikanPre H

5Mstn70PSDAmuntai 140/70Umur, menopause131JK, umur, ras,tingkat pendidikanPre H, DM

6R71P-Jogya 140/100Umur, menopause145JK, umur, ras,tingkat pendidikanH1, DM

7SNH74PSMABanjarmasin110/90Umur, menopause96R. DM1, JK, umur, ras,tingkat pendidikanNormal

8Nn71PSDBogor140/80Umur, menopause R. DT181JK, umur, ras,tingkat pendidikanPre H, DM

9Mry60P-Jogya150/90Umur, menopause143JK, umur, ras,tingkat pendidikanH1, DM

10Tsym 67P-Jawa140/70Umur, menopause R. DT207JK, umur, ras,tingkat pendidikanPre H, DM

11Knc64P-Amuntai 110/60Umur,113JK, umur, ras,tingkat pendidikanNormal

12Smd80LSDKandangan163/63Umur,131umur, ras,tingkat pendidikanH2, DM

13M A65LSMAKandangan153/105Umur, R DT151umur, ras,tingkat pendidikanH1, DM

14Syhdn72LSDAmuntai 175/102Umur, rokok, R. DT113umur, ras,tingkat pendidikan, merokokH2

15Trmn70LSDRantau130/70Umur,117umur, ras,tingkat pendidikanPre HT

Keterangan: JK: jenis kelamin

L: laki-laki

P: Perempuan

U: Umur

H: HipertensiH 1 : Hipertensi Derajat 1

H 2 : Hipertensi Derajat 2

Pre Hipertensi : Normal HipertensiR: Riwayat

DM: Diabetes militus

GDR: Gula Darah

Pengukuran tekanan darah yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera di dapatkan dari 15 responden yang terdiri dari 11 responden (73,33%) perempuan dan 4 responden (27,67%) laki-laki. dan 9 responden (60%) memiliki tekanan darah normal termasuk normal tinggi (prehipertensi). Dari 6 responden yang mengalami hipertensi 3 responden (50%) diantaranya berda di Hipertensi Derajat1 dan 3 responden (50%) lainya mengalami Hipertensi derajat 2. Kejadian darah tinggi dapat diakibatkan dari berbagai faktor risiko seperti umur risiko (>31 tahun), menopause, kebiasaan rokok dan riwayat penyakit yang diderita responden. Namun dari berbagai faktor risiko tersebut tidak dapat mengindikasikan bahwa seseorang akan terkena penyakit hipertensi. Hal inilah yang terjadi pada 9 responden yang memiliki tekanan darah normal. Selain itu, faktor fisiologis tubuh responden yang baik berperan penting sehingga mereka memiliki tekanan darah normal.

Pengukuran kadar gula darah dari 15 responden diduga 8 responden (53.3%) diduga mengalami diabetes militus dan 7 responden (47,7%) lainya memiliki kadar gula darah normal. Kejadian Diabetes Melitus diakibatkan dari berbagai faktor risiko seperti poliuri, polidipsi, polifagi dan penglihatan kabur. Hal inilah yang terjadi pada 7 responden yang memiliki kadar glukosa darah normal. Selain itu, Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera, didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 60-80 tahun. Faktor risiko usia memang tidak menentukan munculnya hipertensi, namun, kasus hipertensi banyak ditemukan pada usia lanjut. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (7,6). Selain umur, jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian hipertensi pada responden. Jenis kelamin ini berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada rsponden lansia perempuan. Hal ini dikarenakan responden lansia berjenis kelamin perempuan telah memasuki masa menopause. Perempuan yang menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kadar hormon estrogen pada responden lansia perempuan berkurang. Berkurangnya hormon estrogen pada lansia perempuan dapat menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar dan jantung tidak memperoleh suplai oksigen yang cukup. Hormon estrogen ini berfungsi sebagai melindungi perempuan dari penyakit kardiovaskuler dan sebagai pelebar pembuluh darah. Estrogen berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen yang cukup (7,6). Pada responden lansia laki-laki, faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian hipertensi adalah gaya hidup. Gaya hidup yang diduga berhubungan dengan kejadian hipertensi yaitu kebiasaan merokok serta suka memakan makanan yang asin dan manis. Terdapat responden yang terkena hipertensi yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Dalam sehari, responden tersebut dapat mengonsumsi 11 batang rokok. Jumlah konsumsi tersebut dapat dikategorikan banyak. Banyak mengonsumsi rokok dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini dikarenakan, nikotin yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung; merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Selain itu, nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya (7).

Kebiasaan responden memakan makanan manis dan asin juga memicu terjadinya hipertensi pada responden. Berdasarkan literatur, dosis fruktosa yang tinggi (10% air menghasilkan asupan energi, dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek kepuasan setelah makan. Akibat dari efek yang ditimbulkan tersebut, maka seseorang yang suka mengonsumi makanan atau minuman manis akan tidak merasa puas dan terus menerus mengonsumsi makanan atau minuman manis. Konsumsi yang terus menerus tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan asupan energi yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan lemak pada pembuluh darah dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh dan membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan jantung koroner (7).

Makanan asin yang gemar dikonsumsi oleh responden juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Hal ini dikarenakan makanan asin memiliki kadar natrium yang tinggi. Natrium merupakan mineral yang sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Suatu studi epidemiologi pada berbagai populasi menunjukkan adanya peranan garam dalam kejadian hipertensi. Masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi garam dalam jumlah kecil (70mEq/hari) terbukti memiliki riwayat hipertensi yang lebih rendah (7).

Dari 15 responden, terdapat 9 responden yang tidak menderita hipertensi atau tekanan darahnya normal. Hal ini dikarenakan oleh faktor fisiologis tubuh responden. Kondisi fisiologis tubuh responden yang baik berperan penting, sehingga mereka memiliki tekanan darah yang normal (7). Pada kegiatan observasi di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera, selain pengukuran tekanan darah, dilakukan pula pengukuran gula darah acak pada responden. Berdasarkan hasil pengukuran gula darah acak, dari 15 responden diduga 8 responden (53.3%) mengalami diabetes melitus dan 7 responden (47,7%) lainnya memiliki kadar gula darah normal. Kejadian diabetes melitus pada responden diakibatkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi .

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu seperti rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan responden, kecanduan rokok, serta kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman manis. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa tingkat pendidikan responden adalah 6 orang tidak sekolah, 7 orang lulusan Sekolah Dasar (SD), dan 2 orang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan responden merupakan salah satu penyebab terjadinya kasus diabetes melitus. Responden kurang mengetahui informasi tentang diabetes melitus. Ketidaktahuan responden tentang diabetes melitus tentunya dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus (21) .

Kecanduan rokok juga merupakan faktor risiko pada responden yang dapat dimodifikasi. Pada pernyataan sebelumnya, telah diterangkan bahwa terdapat responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi rokok dalam jumlah yang dapat dikatakan banyak. Kebiasaan tersebut dapat menimbulkan risiko terjadinya diabetes melitus pada responden. Berdasarkan penelitian di Amerika yang melibatkan 4. 572 relawan pria dan wanita, ditemukan bahwa seorang perokok aktif meningkatkan risiko diabetes melitus sebanyak 22% (14).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat responden yang gemar mengonsumsi makanan atau minuman yang manis. Mengonsumsi makanan atau minuman manis tersebut tidak hanya menimbulkan risiko terjadinya hipertensi, tetapi juga berisiko terjadinya diabetes melitus. Dari hasil observasi yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa responden suka meminum minuman manis seperti teh manis. Teh manis memiliki 250-300 kalori dalam segelas. Menurut literatur, apabila mengonsumsi teh manis sebanyak 4-5 gelas sehari, maka asupan kalori yang didapatkan sekitar 1.000-1.200 kalori. Belum lagi ditambah dengan makanan lainnya, seperti nasi dan lauk-lauk. Apabila hal ini terus terjadi, pada akhirnya akan terjadi obesitas dan diabetes melitus (14).

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi juga berpengaruh terhadap kejadian diabetes melitus pada responden. Jenis kelamin, umur, dan ras merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi pada responden.

Jenis kelamin mempengaruhi kejadian diabetes melitus pada responden. Berdasarkan hasil pengukuran gula darah acak, diantara semua responden yang diperiksa, terdapat satu responden lansia berjenis kelamin perempuan yang memiliki kadar gula darah acak yang paling tinggi, yaitu 207 gr/dl. Hal ini dikarenakan perempuan lebih berisiko terkena diabetes melitus. Berdasarkan literatur, prevalensi kejadian diabetes melitus pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Secara fisik, perempuan memiliki peluang peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar. Hal inilah yang menyebabkan perempuan lebih berisiko terkena diabetes. Sindroma siklus pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga responden perempuan berisiko menderita diabetes melitus (19).Umur juga mempengaruhi kejadian diabetes melitus pada responden. Penelitian antara umur dengan kejadian diabetes melitus menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pada responden yang rata-rata berusia 60-80 seloah mengalami peningkatan intoleransi glukosa dan resistensi insulin. Berdasarkan literatur, proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel -pancreas dalam memproduksi insulin. Pada responden yang telah lanjut usia, terjadi penurunan aktivitas mitokondriadi sel sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan dapat memicu terjadinya resistensi insulin (19).Ras yang dimiliki oleh responden juga berpengaruh terhadap kasus diabetes melitus. Responden yang diukur gula darahnya merupakan penduduk dengan ras Asia. Menurut literatur, risiko diabetes melitus lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (20).Selain jenis kelamin, umur, dan ras, faktor genetik juga merupakan faktor risiko terjadinya diabetes pada seseorang. Berdasarkan hasil observasi, terdapat responden yang memiliki keluarga dengan riwayat diabetes melitus. setelah dilakukan pengukuran gula darah acak, ternyata responden yang mempunyai keluarga dengan riwayat diabetes melitus ternyata memiliki kadar gula darah yang normal (96 gr/dl). Hal ini mungkin dikarenakan, responden tidak mewarisi diabetes itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes. Kemungkinan responden ini memiliki kecendrungan genetik yang ditemukan memilikitipe antigen HLA.Dari hasil observasi yang dilakukan, terdapat responden yang memiliki kadar gula darah normal, tetapi menunjukkan gejala diabetes melitus. Hal ini terjadi pada 7 responden yang memiliki kadar gula darah normal. Gejala yang timbul yaitu berupa gejala awal seperti poliuri, polidipsi, polifagi, kram dan penglihatan kabur. Poliuri terjadi jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Rasa haus atau polidipsi juga terjadi pada responden. Polidipsi terjadi dikarenakan banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Sering lapar atau polifagi juga terjadi pada responden. Responden sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih (22,13,14). Selain poliuri, polidipsi, dan polifagi, gejala lain yang dirasakan oleh reponden adalah penglihatan kabur. Hal ini dikarenakan, penyakit diabetes melitus telah sejak lama diketahui dapat memberi berbagai komplikasi pada mata seperti katarak, glaukoma dan yang paling sering adalah kelainan retina. Kelainan ini biasanya dikaitkan dengan kemunduran tajam penglihatan atau kebutaan (27).Dari tabel menu makanan lansia di panti sosial Budi Sejahtera, secara umum sudah cukup baik. Menu makanan tersebut sudah beragam, namun ada hal yang perlu dikritisi terhadap menu tersebut terkait dengan kejadian hipertensi dan diabetes melitus. Dalam menu makanan tersebut masih ada makanan yang mengandung lemak jenuh atau kolestrol tinggi sehingga akan sangat mempengaruhi terhadap peningkatan tekanan darah pada lansia. Kemudian makanan minuman yang mengandung gula masih sangat banyak diberikan kepada lansia seharusnya makanan minuman yang mengandung gula harus diberikan dalam jumlah rendah,karena dapat meningkatkan kadar gula darah pada lansia.C. Solusi dan RekomendasiPerlu dilakukan intervensi gizi terhadap lansia tersebut agar risiko hipertensi dan diabetes melitus dapat berkurang. Intervensi gizi yang diberikan kepada lansia dengan prinsip gizi sebagai berikut (29):

1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.2. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.3. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.Adapun tatalaksana diet yang baik untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut (29):

1. Mengatur Menu Makanan

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin).

c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan dalam kaleng, soft drink).

d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

h. Stop: konsumsi daging kambing dan durian2. Suplementasi Anti Oksidan

Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.

a. Vitamin dan Penurunan Homosistein

Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang essential untuk metabolisme homosis tein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.

b. Kacang kedelai dan Isoflavon

Kedelai banyak mengandung fitoestrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.

c. Tempe

Manfaat tempe yang merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare (salmonella sp dan shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.

d. Asam Lemak Omega 3

Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol danmencegah penyakit jantung koroner.

e. Serat

Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapapa jenis serat gengan penurunan kolesterol lDDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardio vaskular.

3. Terapi Penunjang

Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi, diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.

4. Garam Natrium

Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewanmbiasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu :

a. Natrium Chlorida atau garam dapur.

b. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin.

c. Natrium Bikarbonat atau soda kue.

d. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah.

e. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti Corned beef.Pada prinsipnya pengaturan pola pangan bagi penderita diabetes mellitus sama dengan pengaturan pola pangan penderita hipertensi, sehingga menu makanan atau jenis makanan yang disarankan sama.Adapun rekomendasi menu makanan untuk responden lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera kota Martapura adalah sebagai berikut (contoh menu makan untuk responden dengan 1900 kalori):

Jenis MakananBerat (gr)URT

Jam 07.00 am (Makan Pagi)

Nasi

Daging sapi

Tempe

Sup jamur kuping

Minyak goreng

Apel100

50

50

100

10

751 gelas

1 potong sedang

2 potong

1 gelas

1 sendok makan

1 buah besar

Jam 10.00 am

Pisang raja

Susu kental manis50

1002 buah kecil

1 gelas

Jam 12.00 pm (Makan Siang)

Nasi tim

Ikan nila

Tahu

Oseng kangkung

Minyak ikan

Nanas200

50

100

100

10

751 gelas

1 potong sedang

1 biji besar

1 gelas

1 sendok makan

1/6 buah sedang

Jam 16.00 pm

Semangka1501 potong sedang

Jam 07.00 pm (Makan Malam)

Nasi

Daging ayam

Kacang hijau

Sayur singkong

Minyak goreng

Jeruk Manis100

50

25

100

5

1001 gelas

1 potong sedang

20 sendok makan

1 gelas

1 sendok makan

1 buah besar

Jam 09.00 pm

Susu sapi

Pepaya 200

1001 gelas

1 potong sedang

Sumber: Apriyanti Rahmadani, 2011

Sumber: Apriyanti Rahmadani, 201146