BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu...

79
47 BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA A. Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta 1. Munculnya Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta Wilayah Yogyakarta berkaitan dengan sejarah kerajaan besar Islam di abad ke-16 yang menguasai hampir seluruh pulau Jawa. Mataram Islam di Yogayakarta terkenal dengan nama Alas Mentaok yang saat ini berada di Kotagede Yogyakarta. Alas Mentaok merupakan sebuah pusat Kesultanan Mataram di lereng selatan Gunung Merapi. Alas ini berupa sebuah hutan, sebagai hadiah sayembara dari Sultan Pajang untuk Ki Ageng Pemanahan. Panggilan lain Ki Ageng Pemanahan yaitu Ki Gede Mataram, maka dari itu Alas Mentaok disebut sebagai Bumi Mataram (Abimanyu, 2015 : 13). Daliman (2012 : 23) dalam bukunya dijelaskan kerajaan Mataram Islam berasal dari sayembara Sultan Hadiwijaya untuk membunuh Arya Penangsang sebagai pemberontak. Sayembara terjadi karena adanya perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak. Meninggalnya pendiri kerajaan Demak yaitu Sultan Trenggono (Raden Patah) dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah atau Sultan Ngabdil Suryangalam membuat Arya Penangsang merasa Kerajaan Demak adalah miliknya. Wasiat berisi kerajaan Demak diberikan Raden Kikin (Pangeran Sekar Seda Lepen) ayah Arya Penangsang yang dibunuh oleh Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawata (Putera Sulung Pangeran Trenggono). Arya Penangsang membunuh Pangeran Prawata untuk membalas dendam serta merebut tahta, Arya

Transcript of BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu...

Page 1: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

47

BAB IV

ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA

GIRILOYO, WUKIRSARI, BANTUL, YOGYAKARTA

A. Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

1. Munculnya Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

Wilayah Yogyakarta berkaitan dengan sejarah kerajaan besar Islam di

abad ke-16 yang menguasai hampir seluruh pulau Jawa. Mataram Islam di

Yogayakarta terkenal dengan nama Alas Mentaok yang saat ini berada di

Kotagede Yogyakarta. Alas Mentaok merupakan sebuah pusat Kesultanan

Mataram di lereng selatan Gunung Merapi. Alas ini berupa sebuah hutan, sebagai

hadiah sayembara dari Sultan Pajang untuk Ki Ageng Pemanahan. Panggilan lain

Ki Ageng Pemanahan yaitu Ki Gede Mataram, maka dari itu Alas Mentaok

disebut sebagai Bumi Mataram (Abimanyu, 2015 : 13).

Daliman (2012 : 23) dalam bukunya dijelaskan kerajaan Mataram Islam

berasal dari sayembara Sultan Hadiwijaya untuk membunuh Arya Penangsang

sebagai pemberontak. Sayembara terjadi karena adanya perebutan kekuasaan di

Kerajaan Demak. Meninggalnya pendiri kerajaan Demak yaitu Sultan Trenggono

(Raden Patah) dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah atau Sultan

Ngabdil Suryangalam membuat Arya Penangsang merasa Kerajaan Demak adalah

miliknya. Wasiat berisi kerajaan Demak diberikan Raden Kikin (Pangeran Sekar

Seda Lepen) ayah Arya Penangsang yang dibunuh oleh Pangeran Mukmin atau

Pangeran Prawata (Putera Sulung Pangeran Trenggono). Arya Penangsang

membunuh Pangeran Prawata untuk membalas dendam serta merebut tahta, Arya

Page 2: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

48

Penangsang menjadi Adipati Demak. Kerajaan Demak dipindah ke Pajang dan

menjadi Kerajaan Pajang dibawah pimpinan Sultan Hadiwijaya sebagai mantu

dari Sultan Trenggono.

Tahun 1558 Sultan Hadiwijaya memberikan wilayahnya sebagai hadiah.

Ki Panjawi mendapat wilayah Pati dan Ki Ageng Pemanahan mendapat wilayah

kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki

Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok dan membangun sebuah

kadipaten yang maju bernama Mataram. Tahun 1584 Ki Ageng Pemanahan

meninggal sehingga Kerajaan Mataram diwariskan kepada putranya bernama

Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati). Bumi Mataram masih sebagai

kadipaten dibawah kekuasaan Kerajaan Pajang. Kekuasaan Pajang diberikan

kepada putera mahkota Pageran Benawa setelah Sultan Hadiwijaya meninggal.

Arya Pengiri berusaha merebut kekuasaan dengan membunuh Pangeran Benawa.

Sutawijaya berhasil merebut Pajang dari Arya Pengiri dan merubah nama menjadi

Mataram sebagai pertanda kekuasaannya(Abimanyu, 2015 : 18-20).

a. Panembahan senopati

Panembahan Senopati merupakan masa pertama Kerajaan Mataram

Islam berdiri. Abimanyu (2015 : 28-31) menjelaskan masa pemerintahan

Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama dari tahun 1588 hingga

1601. Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati (Panembahan Seda ing Krapyak)

sebagai putra ke-8 dipilih menjadi penerus Mataram oleh Panembahan Senopati.

Pemberontakan dari saudara Panembahan Hanyokrowati terjadi karena tidak

terima tahtanya sebagai Sultan kedua Mataram. Pemberontakan pertama oleh

Pangeran Puger (Raden Mas Kentol Kejuron) yang merupakan putra kedua dari

Page 3: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

49

Panembahan Senopati. Tahun 1605 Pangeran Puger dibuang ke Kudus dan pada

tahun 1627 putra Pangeran Puger diangkat sebagai Adipati Pati (Adipati Pragola

II). Pemberontakan kedua oleh Pangeran Jayaraga setelah dua tahun

pemberontakan Pangeran Puger selesai. Sultan Mataram kedua Panembahan

Hanyokrowati memerintah dari tahun 1601-1613 dengan gelar Anumerta

Panembahan Seda ing Krapyak dengan arti “Baginda yang wafat di Krapyak”

(Abimanyu, 2015 : 44-49).

Masa ketiga tahun 1613 kekuasaan Mataram Islam berada dibawah

pimpinan Raden Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyokrokusuma.

Mataram Islam memiliki keyakinan jika dewa-raja, yaitu raja disamakan

derajadnya dengan dewa. Tidak ada kekuasaan tertinggi kecuali raja, maka

sultan atau raja digambarkan dengan sifat keramat, kebijaksanaan yang terpancar

dari aura wajah dan kewibawaan. Tahun 1645, sebelum meninggal Sultan

Agung sudah membuat Mataram Islam mencapai kejayaan dan membangun

Astana Imogiri sebagai pusat makam keluarga raja Mataram (Abimanyu, 2015 :

53).

Tahun 1752 telah terjadi pemberontakan Mangkubumi di provinsi-

provinsi Pesisir mulai dari Banten sampai Madura. Terjadi perpecahan

Mangkubumi dengan Susuhunan Pakubuwana III kemudian dimanfaatkan oleh

VOC untuk membuat perdamaian dengan menghentikan perang saudara sebab

membuat kerusakan dan penderitaan rakyat. “Perjanjian Giyanti” atau “Pilihan

Negari” antara VOC, Pakubuwono III dan Mangkubumi tanggal 13 Februari

1755. Perjanjian tersebut berisi untuk memecah Mataram menjadi dua kerajaan

yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Ditahun yang sama

Page 4: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

50

Mangkubumi menjadi sultan atas Kesultanan Yogyakarta atau dikenal gelar Sri

Sultan Hamengkubuwono I (Suyami, 2008 : 24-25).

Mataram terpecah setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 perbedaan

dibuat oleh Kesultanan Yogyakarta dengan Kesunanan Surakarta baik seni

wayang, seni tari, seni karawitan, seni sastra dan seni batik bagi kaum wanita.

Buku “Sekar Jagad Ngayogyakarta Hadiningrad” dari Mary J.E dan Soedarmadji

J.H. Dimas (1990 : 13-21) menjelaskan Sri Sultan Hamengkubuwana I dalam

memerintah Yogyakarta berniat untuk menjadikan kerajaan yang memiliki

otoritas baru terhadap kebudayaan Jawa-Mataram. Usaha ini dilihat dari upaya

menciptakan kesenian tari Jawa. Hamengkubuwono I juga menghidupkan

kesenian wayang wong. Pertunjukan penuh gemerlap dan kemegahan yang

melibatkan penari laki-laki dan perempuan. Wayang kulit dibuat menggunakan

bahan dari kulit kerbau kudisan agar tidak terdapat lemak. Sama halnya dengan

membuat kain batik menggunakan bahan mori cap sen biru atau merah untuk

menghasilkan batik berkualitas baik.

Seni batik mulai populer saat Sultan Agung memakai batik dan lurik

yang sekarang menjadi bagian tradisi berbusana di Jawa. Awalnya orang sudah

merasa puas jika mengenakan batik hasil buatan dari istri atau ibunya. Hal

tersebut diartikan bukan siapa yang membuat melainkan sebagai simbol

keinginan mengambil berkah pangestu dari pembuat kain (Mary, 1990 : 21).

Tradisi berbusana batik di Jawa mulai dijumpai dalam upacara kebesaran kraton

sehingga timbul beragam motif batik yang digunakan untuk kesempatan tertentu

seperti pakaian upacara peringatan grebegan, syawalan, upacara pernikahan,

upacara kematian, kelahiran dan pentas tari. Membatik juga mengandung

Page 5: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

51

pernyataan kasih sayang, menjadi kebanggaan keluarga dan dapat dijadikan

hadiah untuk anaknya yang akan menikah dari orang tua. Daerah pesisir kain

batik sebagai penutup kapal layar tujuannya untuk menolak bala bila kapal

berada ditengah lautan. Aturan untuk mengenakan batik sebagai pakaian

kebesaran diresmikan tanggal 3 Mei 1927 oleh Sultan Hamengkubuwana VIII

(Yusuf, 1991 : 3).

Menurut pendapat GBRA Murywati Darmokusumo dalam buku “Sekar

Jagad Ngayogyakarta Hadiningrad” (1990 : 31) bahwa dari perjanjian Giyanti

batik-batik dari kraton Yogyakarta dan Surakarta mempunyai kekhasan dan

keasrian masing-masing yang dibedakan berdasarkan perwujudannya.

Kesultanan Yogyakarta masih mempertahankan pola dan motif Mataram. Ragam

hias kawung diambil dari jubah relief-relief candi Hindu di Prambanan.

Wulandari (2011 : 59) menjelaskan kesunanan Surakarta mulai berkembang

dengan inovasi tapi tidak meninggalkan unsur-unsur motif yang masih sesuai

pakem bersumber batik kesultanan Yogyakarta. Di Surakarta memiliki ragam

hias buketan dengan pinggiran kembang, berlatar parang atau kawung, dan

warna dasar putih. Perbedaan yang lain yaitu tata ragam hias batik Yogyakarta

cenderung perpaduan berbagai ragam hias geometris dan non geometris

berukuran besar dan Surakarta cenderung ragam hias geometris dan non

geometris berukuran kecil. Segi warna batik Yogyakarta lebih terang dan bersih,

warna hitam mendekati biru sedangkan Surakarta putih kecoklatan dan hitam

mendekati kecoklat. Perbedaan lain pada warna babaran serta sogan antara batik

Yogyakarta dan Surakarta. Ragam hias kain batik Yogyakarta memiliki makna

simbolis lebih sedikit daripada Surakarta. Kedua daerah tersebut memiliki

Page 6: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

52

sebutan nama motif batik yang sama namun berbeda pada bentuk visual seperti

Sida Asih (Djoemena, 1990 : 20-23). Penggunaan batik di kraton Yogyakarta

pada motif parang berbeda dengan di Surakarta yaitu ketika laki-laki dan

perempuan berdampingan motif parang akan berbentuk huruf “V” yang

melambangkan kemenangan. Membentuk huruf “V” terbalik apabila batik

Surakarta dan Yogyakarta berdampingan. Perbedaan lain terdapat dalam wiron

sebelah sisi di Yogyakarta diperlihatkan keluar, sedangkan Surakarta

dimasukkan kedalam. Hal tersebut menjadi sebuah aturan yang menjadi pakem

selain pembeda lain yaitu perwarnaan, jarak setiap motif serta ukuran. Motif

Yogyakarta berkarakter kaku, besar-besar atau mblegar-mblegar, serta memiliki

warna lebih maskulin daripada Surakarta. Simbol Yogyakarta memberikan motif

khas Gurdo yang melambangkan kekuasaan 1)

. Wanita kraton memiliki kegiatan

membatik sebagai sarana latihan olahraga untuk mencapai kesempurnaan (Mary,

1990 : 31).

Menurut Ambar (2011 : 36) setelah memindahkan pusat kerajaan

Mataram Islam dari Demak ke Mataram, raja sering bertapa di sepanjang pesisir

Pulau Jawa, antara lain Parangkusuma menuju Dlepih Parang Gupito,

menelusuri tebing Pegunungan Seribu yang tampak seperti “pereng” atau tebing

berbaris. Tempat tersebut menjadi inspirasi raja Mataram dalam membuat motif

parang. Pola-pola parang tersebut hanya boleh dikenakan raja dan keturunannya

dilingkungan istana. Terjadinya perjanjian tersebut muncul wilayah-wilayah

pembatik di Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan lingkungan kraton dan para

bangsawan. Tahun 1813 terjadi perpecahan kembali di Mataram yaitu Pangeran

1)

Desi,Wawancara, 21/04/2016

Page 7: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

53

Nata Kusuma diangkat sebagai penguasa atas kadipaten Paku Alaman yang

lepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati

Paku Alam. Batik juga masuk dalam Pura Pakualaman terjadi saat adanya

hubungan Pura Pakualaman dengan kraton Surakarta kemudian memadukan

pola batik Yogyakarta dan pada warna dari Surakarta (Wulandari, 2011 : 55).

Kerajinan melukis atau membatik berawal dari olahraga putri-putri

kraton yang kemudian berkembang pesat diluar kraton. Menurut BRay

Poeruoeboyo 2)

mengenai muncul dan keluarnya batik kraton Yogyakarta sejak

Sultan yang pertama. Kegiatan membatik difungsikan sebagai sarana olahraga

putri-putri kraton. Batik keluar kraton dari abdidalem yang harus mengenakan

kain batik saat melayani Sultan. Abdidalem membeli batik Giriloyo yang

merupakan salah satu tempat membuat batik yang menyerupai batik kraton

Yogyakarta. Menurut pendapat Pemerintahan Daerah Kabupaten Bantul (2010 :

12) pembatikan di daerah Yogyakarta benar dikenal sejak Kerajaan Mataram I

masa pemerintahan Panembahan Senopati. Awal pembatikan terbatas hanya

terdapat dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh para wanita

pembantu ratu. Upacara resmi keluarga kraton baik pria atau wanita

menggunakan busana batik dikombinasi lurik. Hal tersebut membuat rakyat

yang berkunjung tertarik sehingga mengikuti untuk membuat batik tersebut.

Muncul pengrajin yang tinggal dikota mengerjakan batik tulis dengan bekerja

sama dengan pembatik didesa. Batik yang dibuat pengrajin kota sampai proses

pewarnaan dan lorod sehingga menjadi kain batik siap dijual (Samsi, 2007 : 5).

Berkembangnya batik diluar kraton tidak terlepas dari peran pedagang Arab dan

2)

BRay Poeruoeboyo, Guide Kraton Yogyakarta, Wawancara, 23/04/2016

Page 8: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

54

Cina sehingga muncul kerjasama pengrajin dengan industri fashion lokal. Desa

Giriloyo, kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta mulai berkembang batik

dengan motif dan warna tradisi kraton.

2. Latar Belakang Batik di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

Desa Giriloyo merupakan salah satu dusun yang berada di kelurahan

Wukirsari, kecamatan Imogiri, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Letak desa Giriloyo secara geografis berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Cengkehan yang dipisahkan oleh

sebuah sungai kecil.

b. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Karang Kulon.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Mangunan.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Cengkehan dan desa Mangunan

(Umami, 2013 : 65).

Wilayah desa Giriloyo sebagian besar berada di lereng perbukitan dan

memiliki penduduk yang padat. Sebagian besar hutan ditumbuhi pohon jati, pohon

mahoni, dan pohon sono yang dapat digunakan untuk bahan bangunan. Ladang-

ladang yang ada digunakan untuk menanam palawija misalnya kacang tanah,

ketela pohon, jagung, sirgunggu dan talas. Historis nama Giriloyo diambil dari

keberadaan Syeh Abdul Karim (Sunan Cirebon) yang melakukan semedi sampai

akhir hidup di bukit Makam raja-raja Imogiri. Giriloyo berasal dari dua kata yaitu

Giri dan Loyo yang artinya Giri adalah Gunung atau Bukit yang berkaitan dengan

tempat Syeh Abdul Karim bersemedi, sedangkan Loyo adalah wafat dikaitkan

dengan tempat wafat dan pemakaman beliau (Umami, 2013 : 69).

Page 9: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

55

Gambar 18. Pintu Masuk Desa Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Asal usul batik tulis Giriloyo muncul bersama berdirinya makam raja-raja

di Imogiri yang terletak di Bukit Merak tahun 1654. Pendapat Nur Ahmadi ketua

dua paguyuban batik Giriloyo dalam skripsi Apridaniati (2012 : 68) menjelaskan

bahwa “Giriloyo terletak di antara makam Raja Sultan Agung dan paman Raja

yaitu Panembahan Juminah. Kurang lebih sejak abad ke 17 masyarakat Giriloyo

dapat membatik, sebab terjadi komunikasi abdidalem dan keluarga kraton dengan

warga sehingga diajarkan ketrampilan membatik agar warga Giriloyo dapat

membatik”. Kerajinan membatik muncul sejak Sultan Agung menugaskan tenaga

abdidalem untuk bertanggung jawab dalam memelihara dan menjaga makam.

Abdidalem masih berhubungan dengan kraton dan memiliki keahlian maka untuk

menghabiskan waktu dilakukan membatik dan mengajarkan keahlian tersebut

pada warga desa. Berkembangnya waktu maka semakin banyak warga memiliki

keahlian membatik dengan motif khas Kraton. Menurut Syamsudin 3)

kemunculannya batik berawal dari istri raja yang sudah tidak produktif untuk

melakukan kegiatan membatik didaerahnya. Giriloyo merupakan kampung batik

3)

Syamsudin, Staff batik di Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB), Wawancara,

24/05/2016

Page 10: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

56

yang sejak dari simbah-simbah sudah dapat mencanting tetapi dengan sistem

buruh. Kain yang selesai dicanting nanti dijual kekota untuk proses pewarnaan

sampai menjadi kain. Pasca gempa terdapat bantuan pelatihan dari LSM, warga

diajarkan pewarnaan, pemasaran dan saat ini dapat berjalan sendiri 4)

. Awal

pembatikan di Giriloyo hanya mencanting dan mulai dapat memproses pewarnaan

hingga kain kurang lebih tahun 2006 setelah gempa. Muncul motif-motif

tradisional baik warna atau motif-motif klasik yang mereka kembangkan 5)

. Hal

tersebut juga dijelaskan bahwa pengrajin batik bekerjasama dengan pembatik

desa. Pembatik mengambil mori yang sudah digambar atau belum dari kota,

selanjutnya melakukan proses klowong, ngrengreng, isen-isen, dan ditembok.

Upah ditentukan pengusaha yang berdasarkan dua pertimbangan yaitu bekerja

untuk mendapat penghasilan atau hanya mengisi waktu luang dari pekerjaan

pokok bertani (Samsi, 2007 : 5).

Punggawa kraton menilai batik yang dihasilkan memuaskan maka pesanan

batik setengah jadi dari kraton untuk dibuat didesa Pajimatan akan mulai

berdatangan (Arlita, 2014 : 62). Hal tersebut dapat diterima secara logika sebab

batik berasal dari kraton dan raja-raja Mataram yang dimakamkan dalam wilayah

tersebut maka secara otomatis terdapat abdidalem yang menjaga. Penjaga dapat

dari orang luar atau warga sekitar makam. Semua orang berkeinginan memiliki

pekerjaan sehingga dimanfaatkan untuk diajarkan sebuah ketrampilan yang tidak

jauh berbeda dengan kraton. Teknologi yang ditransfer tersebut hanya membatik

putihan tidak dapat dijual beli tetapi disetorkan dikota untuk menerima upah.

Proses selanjutnya hanya boleh dilakukan oleh juragan yang terdapat dikota.

4)

Susi, Wawancara, 25/04/2016 5)

Giyanto, Staff Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB), Wawancara, 12/04/2016

Page 11: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

57

Logikanya dilingkungan Giriloyo memang berawal dari orang-orang kraton yang

turun ke desa. Awal produksi dibuat untuk kebutuhan kraton tetapi karena

semakin banyak yang dapat membatik maka batik tersebut dijual belikan secara

umum (Syamsudin, Wawancara : tanggal 24 Mei 2016).

Pesanan batik dalam kraton semakin banyak sementara jumlah perajin

batik yang ada di Pajimatan terbatas maka menugaskan tenaga-tenaga dari

Giriloyo. Ngangsu kaweruh batik di Pajimatan penduduk Giriloyo menganggap

sebagai keberuntungan sebelum mereka berusaha sendiri. Artinya kain yang akan

dibatik dibawa pulang ke Giriloyo dikerjakan dirumah masing-masing, setelah

selesai disetorkan ke Pajimatan sehingga nama Giriloyo lebih terkenal (Suyani

dkk, 2008 : 25-26). Keuntungan lain permintaan batik yang meningkat, membuat

kegiatan ini dijadikan sebagai pekerjaan sampingan yang mampu menambah

pemasukan keluarga.

Gempa tahun 2006 membuat perkembangan batik mengalami kemunduran

sehingga berpengaruh bagi kondisi kerajinan membatik di Giriloyo. Terbentuk

kelompok baru tahun 2007-an yang berdiri hingga saat ini memiliki 12 kelompok

pembatik yaitu kelompok Sekar Arum, Sido Mukti, Sari Sumekar, Berkah Lestari,

Sekar Kedhaton, Giri Indah, Sungging Tumpuk, Suka Maju, Sri Kuncoro, Sido

Mulyo, Sungsang Batik dan Bima Sakti. Kelompok tertua yang ada di Giriloyo

adalah Bima Sakti yang berdiri tahun 1982. Kelompok-kelompok pembatik dapat

disatukan dengan membentuk Paguyuban Batik Tulis Girioyo yang diketuai oleh

Amarullah.

Pernyataan Larasari Suliantoro “bahwa kegiatan pembangkitan industri seni

kerajinan batik tidak hanya berupa menghimpun para perajin batik di

Giriloyo, Wukirsari saja tetapi juga berupaya menghimpun dukungan dari

Page 12: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

58

berbagai pihak baik lembaga maupun perseorangan untuk menghidupkan

kembali batik” (Masiswo, 2012 : 53).

Kebangkitan sentra industri batik tulis Giriloyo setelah diresmikan desa

Wukirsari sebagai Desa Wisata. Muncul bantuan-bantuan untuk membantu

kesejahteraan pengrajin diantaranya Gazebo wisata oleh IRE (Institute for

Research and Empowerment) tahun 2009, Paguyuban Pecinta Batik Indonesia

Sekarjagad, Pemerintah daerah Bantul, Pemerintah daerah DIY, serta adanya

pelatihan-pelatihan proses pewarnaan oleh Balai Besar Kerajaan Batik. Tahun

2007 muncul kelompok batik baru yang membuat suasana baru dalam perbatikan

di Giriloyo.

B. Estetika Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

1. Batik Tradisi di desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

Hasil observasi batik di desa Giriloyo banyak diketahui menggunakan

warna dan motif batik kraton secara turun temurun. Hal tersebut sesuai dengan

hasil wawancara dengan informan serta dokumen-dokumen yang didapatkan

selama penelitian.

Dari pak Lurah saya itu mengingatkan “pokok e kowe ora usah mbatik seng

macem-macem. Pokok e kowe nguri-nguri batik jaman kuno. Nak kowe arep

melu-melubatik macem-macem sesok suwe-suwe batikan kuno ora ono.

Dadi kowe nguri-nguri batikan kuno....” (Hartiah, Wawancara : tanggal 25

April 2016).

Warna batik tradisi di Giriloyo menggunakan zat pewarna sintetis dan zat

pewarna nabati sesuai dengan permintaan pembeli dan melestarikan pewarnaan

alam. Pewarnaan nabati diperoleh dari tumbuh-tumbuhan kulit bawang merah,

tingi, jambal, mahoni, indigo. Batik tradisi yang dikerjakan menggunakan

Page 13: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

59

pewarna sintetis dibuat lebih cerah agar dapat memenuhi keinginan pasar anak

muda selain itu untuk mempermudah dan mempercepat proses pengerjaan.

Desa Giriloyo selain melestarikan motif kraton juga masih menggunakan

cara tradisional dalam produksinya yaitu dengan canting sebagai bentuk

melestarikan tradisi yang sudah turun temurun.

Batik yang dihasilkan ada yang murni juga pengembangan. Tapi kalau

klasik itu tidak bisa diowah-owah mbak, jadi klasik itu harus seperti itu...ya

mungkin hanya agak ada cengkoknya saja berbeda namun motifnya tidak

bisa dikurangi tidak bisa ditambah...kecuali Parang, Truntum itu dapat

dimasukan garuda atau motif lain. Sedangkan klasik Sida Mukti, Sida

Luhur, Wahyu Tumurun dikurangi salah satu motifnya ya nanti waktu

dipakai ada yang komentar “oo... kok jadi kaya gitu” kan tidak boleh

soalnya motif kraton motif turun temurun (Susi, Wawancara : tanggal 25

April 2016).

Motif batik tulis di Giriloyo yang diproduksi masih melestarikan motif batik

kraton. Pengaruh sangat kuat dari kraton sehingga muncul Sida Asih, Sida Mukti,

Sida Drajad, Sida Mulyo, Semen Romo, Semen Rejo yang menjadi keunggulan

yang dimiliki sentra batik Giriloyo. Kain batik tersebut berupa kain panjang yang

dipakai untuk pakaian. Pembatik kraton Yogyakarta menggunakan isen-isen

Sawut Cecek. Khas asli Yogayakarta dibuat klowongan besar dan dibuat dengan

hitam dan sogan. Menggunakan dua latar khas yaitu latar putih disebut dengan

bledak dan latar hitam. Latar bledak dan latar hitam istilah lain dari background.

Bledak ditutup semua dan latar hitam background ini dikasih warna hitam (Kasih,

Wawancara : tanggal 23 April 2016).

Ragam hias batik di desa Giriloyo bersifat tradisional secara turun-

temurun sejak dari kraton Kesultanan Yogyakarta. Awal corak batik Giriloyo

hanya menggunakan bledak dan tutul. Kurang lebih pada tahun 1980-an terdapat

Page 14: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

60

pengembangan pada latar dengan dibuat variasi seperti Kembang Pacar, Sungut,

Canthel, Ukel, atau Ukel Canthel 6)

.

Hal tersebut terjadi karena mengikuti trend pasar. Kalau perkembangan dari

waktu kewaktu orang akan bosan dengan latar bledak yang seperti itu saja.

Sehingga berkeinginan suasana yang lain maka diberilah latar yang beda

seiring dengan macam batik, macam teknologi, macam berbagai macam

penelitian. Penelitian bukan hanya proses tapi juga ekonomi, ternyata bledak

sudah tidak banyak yang suka maka dikasih latar yang lain maka disebut uji

pasar. Pentingkan kendile ora jomplang wes pokok e seng penting payu gitu

aja biasanya itu sudah berjalan alami seperti itu (Syamsudin, Wawancara :

tanggal 24 Mei 2016).

Batik tradisi Giriloyo yang masih banyak diminati terdapat dalam

kelompok golongan Non Geometris, dilihat dari banyaknya batik dengan motif

Semen atau Lung-lungan. Beragam variasi bentuk maupun warna terjadi karena

perbedaan latar belakang yang mendasari pembuatan kain batik seperti letak

geografis, kepercayaan, adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup masyarakat serta

lingkungan alam setempat. Motif batik tradisi di desa Giriloyo melakukan

pengembangan pada variasi latar.

6)

Hartinah, Wawancara, 25/4/2016.

Page 15: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

61

a. Sida Asih II latar Ukel

Gambar 19. Sida Asih II latar Ukel

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Gambar 20. Sida Asih II latar Ukel

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Variasi latar

ukel

Variasi latar Ukel

Page 16: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

62

b. Sida Mukti latar Kembang Pacar

Menurut Syamsudin 7)

Giriloyo mengambarkan motif tradisional

Yogyakarta. Bahasa jawa disebut ndudah nduduk lan ngembrakake. Kalimat

tersebut mengandung sebuah arti ndudah itu ndudah mengkorek atau mencari

motif yang dulu tersimpan, nduduk istilahnya menggali sedangkan ngembrakake

itu melestarikan, mengembangkan. Diperjelas kembali kata Ndudah nduduk lan

ngembrakake adalah menggali, melestarikan dan mengembangkan.

Gambar 21. Sida Mukti latar Kembang Pacar

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

7)

Syamsudin, Staff Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB), Wawancara, 24/5/2016

Page 17: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

63

Gambar 22. Sida Mukti latar Kembang Pacar

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Peneliti mengambil beberapa batik tradisi Giriloyo yang masih banyak diminati

dan dicari misalnya untuk acara pernikahan yaitu: Trutum Gurdo, Nitik

Rengganis, Kawung Beton, Wahyu Tumurun, Sida Asih, Babon Angkrem, dan

Udan liris 8).

Tujuh kelompok tersebut terbagi menjadi dua golongan yaitu:

Geometris yaitu Truntum Gurdo, Nitik, Kawung dan Udan Liris. Non Geometris

yaitu Sida Asih, Wahyu Tumurun, dan Babon Angkrem.

Batik-batik yang dibuat secara turun temurun tersebut menggunakan

pola asli dari kraton dan masih dilakukan hingga saat ini. Motif tersebut dibuat

dari dulu hingga sekarang masih diwariskan secara turun temurun, sehingga

polanya tidak berubah karena cara memola motif dilakukan oleh orang-orang

tertentu (Jayantoro, dkk, 2009 : 5).

8)

Imaroh, Wawancara, 25/4/2016

Variasi latar

Kembang Pacar

Page 18: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

64

2. Kelompok Motif Batik Tradisi Giriloyo

Menurut estetika yang diungkapkan oleh Dharsono Sony Kartika bahwa

wujud estetika jenis motif batik meliputi tontonan berupa visual dari motif

pendukung dan isen-isen dari sebuah motif batik. Batik memiliki tuntunan berupa

filosofi pada motif utama yang berkaitan oleh Agus Sachari untuk menganalisis

estetika dari simbol, makna dan daya. Tuntunan tersebut berkaitan dengan simbol

dan makna berupa wujud bentuk dan warna mengandung harapan yang akan

disampaikan. Terlihat juga sebuah daya berasal dari pengaruh kondisi sosial

masyarakat agar melakukan pengembangan dalam melestarikan sebuah tradisi

membatik yang sudah dilakukan turun temurun. Analisis estetika serta

pengelompokan jenis batik tradisi Giriloyo:

a. Motif Geometris

Motif geometris mengandung unsur-unsur ilmu ukur seperti garis-garis

lengkung dan lurus, lingkaran, segitiga, segiempat, dan lain-lain yang cenderung

mengulang. Motif Geometris dapat dibagi menjadi dua macam raport, pertama

berbentuk segi empat, segi empat panjang atau lingkaran seperti golongan ceplok,

nitik, dan kawung. Kedua, tersusun dalam bidang garis miring membentuk belah

ketupat pada golongan lereng.

1) Ceplok

Truntum merupakan tum-tum, tumbuhan, atau mengumpulkan. Motif ini

dapat dilihat sebagai bentuk bintang juga sebagai ceplok (Rabi’ah, 2000 : 37).

Page 19: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

65

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Unsur-unsur motif utama pada motif Truntum yaitu titik,

lingkaran, ceplok bunga kecil-kecil yang memiliki delapan kelopak. Ceplok bunga

yang digambarkan dalam satu kotak persegi diatur sejajar memenuhi dalam satu

kain menjadi dominan maka disebut gambar Ceplok atau motif Truntum (Samsi,

2007 : 103).

Gambar 23. Unsur-Unsur Motif Truntum

Sumber: Rabi’ah 2000 : 37

(2) Motif pengisi

Pendukung dalam motif tradisi Truntum Gurdo Giriloyo

digambarkan dalam motif Gurdo penuh dengan dua sayap. Gurdo dalam motif

Truntum merupakan stilir burung garuda yang merupakan bentuk burung yang

perkasa seperti Rajawali. Burung garuda merupakan makhluk khayalan atau mitos

gurdo. Stilir burung garuda ini adalah suatu bentuk melambangkan perkasa dan

sakti sebagai kendaraan dewa Wisnu.

(3) Isian (isen)

Unsur motif isen dalam motif Truntum Gurdo yaitu Cecek, Matan

dan Cecek Telu. Isen-isen dalam motif ini berfungsi sebagai pemanis agar terlihat

indah dalam tontonan motif Truntum Gurdo.

Page 20: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

66

Gambar 24. Truntum Gurdo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

b) Analisis tuntunan

(1) Motif utama

(a) Simbol

Truntum dan Gurdo dengan warna latar hitam. Permukaan

kain terdiri dari penggambaran bunga-bunga kecil yang tumbuh mekar memiliki

delapan kelopak dan tersusun sejajar secara merata. Motif Truntum termasuk

Bunga

Gurdo

Cecek

Telu

Page 21: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

67

dalam kelompok geometris sebab terdapat seret putih, hiasan dalam berupa motif

bunga-bunga kecil menyerupai bunga tanjung dan berwarna putih (Yusuf, 2000 :

23). Menggunakan pola ulang diagonal yaitu pola ulang motif yang dibuat

menggunakan susunan garis bantu diagonal (x), dan pola ulang melintang karena

pola yang dibuat menggunakan susunan garis bantu melintang (+). Teknik

penyusunan motif Truntum ini adalah teknik diagonal. Dilingkungan Yogyakarta

kain motif truntum digunakan sebagai busana pengantin (Yusuf, 1991 : 10).

(b) Makna

Motif Truntum ini memiliki arti sebuah tuntunan agar

menyatunya setiap keluarga. Nama Truntum berawal dari kata tumaruntum yang

berarti saling menuntun (Soeharto, dkk, 1997 : 47, 70). Beberapa juga

mengkaitkan dengan kata tentrem yang merupakan keadaan kejiwaan manusia

pada umumnya. Disamping itu motif Truntum merupakan peringatan kepada

kedua orang tua mempelai bahwa keadaan yang dialami manusia selalu ada gelap

dan terang. Keadaan yang dimaksud adalah bintang di langit kadang bercahaya

kadang tidak muncul karena tertutup awan (Rabi’ah, 2000 : 48).

Kisah dari terciptanya motif Truntum berawal dari kisah cinta

Kanjeng Ratu Kencana seorang permaisuri yang menciptakan motif ini untuk

Sunan Pakubuwana III dan berharap cintanya dapat bersemi kembali. Motif ini

menggambarkan sebuah cinta yang suci dan tulus, sehingga akan abadi dan terus

bersemi dihati. Kata temruntum menjadi “truntum” yang berarti semakin tumbuh

subur. Kegunaan motif Truntum dikenakan untuk orang tua pengantin,

harapannya agar curahan cinta kasihnya tidak sia-sia melainkan tumbuh subur dan

Page 22: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

68

abadi bagaikan bintang dilangit yang tiada berhenti memancarkan cahaya

(Tjahjani, 2013 : 33).

Jika truntum itu tumaruntum biasa dipakai kalau mantu. Sehingga

orang tua bisa memberi suri tauladan pada anak-anaknya sehingga

anaknya bisa meneladani orang tuanya sehingga orang tua seyogyanya

memakai tumaruntum. Motif truntum digunakan oleh orang tua

pengantin yang mengandung makna simbolis pengharapan orang tua

agar kedua mempelai memperoleh kelestarian dalam perkawinannya

dan kekekalan dalam membina persaudaraan diantara kedua orang tua

mempelai (Syamsudin, Wawancara : tanggal 24 Mei 2016).

2) Nitik

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Pola motif batik Nitik terinspirasi gambar tenun dan anyaman.

Motif Nitik berkembang memiliki nilai tambah berbentuk segiempat dan diyakini

motif tertua dari segi teknis. Perkembangan motif Nitik memunculkan beragam

variasi yang rumit, lemut dan elok dari ketrampilan dan kelembutan rasa seniman

dalam memvisualkan (Samsi, 2007 : 301). Motif Nitik Rengganis memiliki unsur-

unsur titik, lingkaran, segitiga, belah ketupat, ceplok, dan garis sejajar/silang.

Unsur titik terdapat dalam setiap motif Nitik sesuai dengan namanya, sedangkan

unsur-unsur lain sebagai kombinasi dalam sebuah motif misalnya segiempat dan

segitiga.

Gambar 25. Unsur-Unsur Motif Nitik Rengganis

Sumber: Rabi’ah 2000 : 36

Page 23: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

69

(2) Motif pengisi

Pendukung motif tradisi Nitik Rengganis Giriloyo digambarkan

dalam bentuk titik-titik yang menyerupai kelopak bunga. Motif pendukung ini

digunakan untuk mengisi ruang kosong antara motif utama guna melengkapi

tatasusun dalam pola dan tidak memiliki makna yang menyertainya.

Gambar 26. Nitik Rengganis

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

(3) Isian (isen)

Unsur motif isen dalam motif Nitik Rengganis yaitu titik-titik

dalam batik disebut Cecek. Isen-isen dalam motif ini berfungsi sebagai pemanis

secara keseluruhan baik ornamen pokok dan ornamen pendukung dalam tontonan

motif Nitik Rengganis tradisi Giriloyo. Dilingkungan Yogyakarta kain motif Nitik

digunakan untuk busana pengantin (Yusuf, 1991 : 10).

Titik-titik

membentuk

kelopak bunga

Cecek

Nitik Rengganis

Page 24: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

70

b) Analisis tuntunan

(1) Motif utama

(a) Simbol

Syamsudin (Wawancara : tanggal 24 Mei 2016) menjelaskan

motif Nitik merupakan titik (niteni), gabungan dari titik-titik sedemikian rupa

sehingga membentuk sebuah motif dan memiliki makna. Motif Nitik memiliki

beberapa macam namun di Giriloyo hanya ditemukan motif Nitik yang bernama

Nitik Rengganis. Umumnya motif ini berlatar hitam atau biru tua serta dikenal

dengan kain Cinden atau Cinde dan terbuat dari sutera. Motif Nitik Rengganis

merupakan motif lama yang digambarkan Ceplok bunga-bunga yang ditata

menggunakan teknik pengulangan teratur. Motif Nitik adalah deformasi stilir dari

bunga-bunga yang disusun melingkar atau berkeliling membentuk segiempat,

tersusun secara seimbang dan simetris (Ambar, 2011 : 51). Motif ini

menggunakan pola ulang diagonal dan melintang sedangkan teknik penyusunan

motifnya vertikal dan horizontal. Pola ulang diagonal yaitu pola ulang motif yang

dibuat menggunakan susunan garis bantu diagonal (x). Pola ulang melintang yaitu

pola ulang motif yang dibuat menggunakan susunan garis bantu melintang (+).

Teknik penyusunan motif yang digunakan adalah diagonal, vertikal, dan

horizontal (Rabi’ah, 2000 : 21-36).

(b) Makna

Kain dengan motif Nitik saat ini yang masih digunakan dalam

acara ritual atau upacara tertentu. Motif Nitik Rengganis ini merupakan salah satu

jenis motif Nitik yang hanya sekedar nama untuk mempermudah menyebutnya.

Makna dari motif Nitik ini sendiri adalah mengandung kedamaian dan

Page 25: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

71

kesejahteraan dalam keseimbangan, yang merupakan harapan kehidupan yang

diilhami ajaran Budhisme (Rabi’ah, 2000 : 46). Motif batik tradisi Nitik

Rengganis di desa Giriloyo pada umumnya lebih berisi, padat, tidak memberikan

ruang untuk isian lain. Hal tersebut menunjukkan kuatnya ikatan keluarga besar

masyarakat Yogyakarta dalam satu kultur sosial.

3) Kawung Beton

Gambar 27. Kawung Beton

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Mrutu Sewu

Diamon

Buah

Kolang-

kaling

Kembang

Tiba

Page 26: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

72

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Motif utama Kawung berada pada bentuk bundar atau lonjong

yang merupakan stilir dari biji buah nangka yaitu “beton” maka disebut dengan

motif Kawung Beton. Ragam hias tersebut yang memiliki pengaruh terhadap

pemaknaan dan memiliki sebuah ajaran tertentu.

(2) Motif pengisi

Pendukung motif tradisi Kawung Giriloyo digambarkan dalam

bentuk kapalan sebagai pengisi latar kain di antara corak utama. Empat bentuk

lonjong (kawung) akan membentuk segiempat yang seperti bentuk diamon.

Ragam hias tersebut tidak memiliki makna namun berfungsi sebagai tambahan

visual saja.

(3) Isian (Isen)

Motif Kawung Beton Giriloyo ini memiliki pengisi bidang setiap

bentuk kawung disebut Kembang Tiba dan Mrutu Sewu. Isen-isen dalam motif ini

berfungsi sebagai penghias secara keseluruhan baik ornamen pokok dan ornamen

pendukung dalam tontonan motif Kawung Beton tradisi Giriloyo.

b) Analisis tuntunan

1) Motif utama

(a) Simbol

Berbentuk lonjong seperti kolang-kaling karena stilasi buah

nangka tersebut disusun memanjang menurut garis diagonal miring kekiri dan

kekanan berselang-seling seperti buah aren. Buah aren berbentuk lonjong berwana

putih, pada umumnya disebut “kolang kaling” (Sewan, 1980 : 226). Motif

Page 27: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

73

Kawung di desa Giriloyo terinspirasi dari bentuk Beton, yaitu suatu benda yang

bersifat dinamis, keras atau kuat. Terbentuk oleh empat buah lingkaran yang

bersinggungan pada satu titik pusat, susunan memanjang menurut garis diagonal

miring kekiri dan kekanan berselang-seling (Susanto, 1980 : 226). Garis

horisontal dan vertikal melambangkan kestabilan, kemegahan, kekuatan dan

kejujuran.

(b) Makna

Menurut buku “Batik” dari Lisbijanto (2013 : 58) dijelaskan

kawung digambarkan lingkaran yang dibelah, dan mengambil unsur bunga

sebagai harapan pemakainya dapat menjaga kesucian serta doa agar memiliki

umur panjang. Motif Kawung Beton memiliki makna yang digambarkan seperti

berikut “Kehidupan itu harus dijalani dengan sabar dan jangan mudah putus asa

seperti tembok beton walaupun terkena hujan dan panas kekuatannya tetap terjaga

tidak mudah dirobohkan, dalam menggambarkan motif Kawung Beton ini sebagai

kehidupan yang kuat tidak mudah menyerah walaupun susah, senang silih

berganti menghampiri”. Motif Kawung dihormati karena mencerminkan pancapat

karena terdapat jumlahnya empat dan satu bentuk kelima sehingga pusat atau inti

(Ambar, 2011 : 40).

4) Lereng

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Motif batik tradisi Udan Liris Giriloyo yang menjadi motif utama

digambarkan berbentuk Lereng. Unsur-unsur motif Udan Liris yaitu titik, garis

Page 28: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

74

Parang, Gondosuli, Kembang Lombok dan Mata Deruk, Tritis, Sirapan,

Berangan, Mlinjon dan Kopi Pecah dan Kembang. Udan Liris seperti hujan rintk-

rintik sehingga motif kecenderungan lembut dengan bentuk kecil-kecil 9)

.

(2) Motif pengisi

Motif pendukung pada motif utama tersebut yaitu Gondosuli,

Kembang Lombok dan Mata Deruk, Tritis, Sirapan, Berangan, Mlinjon dan Kopi

Pecah dan kembang. Motif pendukung tersebut tidak memiliki makna yang

menyertai hanya berfungsi sebagai tambahan untuk keindahan visual.

(3) Isian (isen)

Gondosuli, Kembang Lombok dan Mata Deruk, Tritis, Sirapan,

Berangan, Mlinjon dan Kopi Pecah dan kembang juga merupakan isen-isen pada

motif Udan Liris. Memiliki unsur titik, garis dan garis lengkung menandakan

motif Udan Liris ini halus sebab dilihat dengan indra penglihatan rapi khususnya

bagian kecil-kecil.

b) Analisis tuntunan

a) Motif Utama

(1) Simbol

Udan liris digambarkan pola lereng dengan warna latar hitam

dan coklat tua. Motif ini terdiri dari garis-garis miring yang sejajar terlihat lebih

dinamik dan digunakan untuk keluarga raja. Motif ini merupakan gabungan

bermacam-macam corak dalam bentuk garis-garis sejajar diagonal/ semakin tinggi

mutu batik semakin banyak macam ragam hias pengisinya.

9)

Syamsudin, Wawancara, 24/5/2016.

Page 29: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

75

Gambar 28. Udan Liris

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Udan Liris ini merupakan motif Lereng yang melambangkan pertumbuhan dan

perkembangan sehingga dihubungkan dengan penguasa yang dianggap simbol

kesuburan, perkembangan dan pembuahan. Sesuai dengan namanya hujan rintik-

rintik yang bermanfaat untuk menyuburkan serta menghidupkan tumbuhan dan

ternak. Kesempatan menggunakan motif Udan liris biasanya untuk busana

pernikahan (Soeharto, dkk, 1997 : 65-66).

v

Paran

g

Kembang

Lombok dan

Mata Deruk

Gondosuli

Tritis

Kopi Pecah

Melinjon

Kembang

Berangan

Sirapan

Page 30: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

76

(2) Makna

Menurut Lisbijanto (2013 : 77) dijelaskan motif tradisi Udan

Liris dipakai sebagai busana daerah. Memakai kain ini diharapkan pemakai dapat

terhindar dari hal-hal yang kurang baik dan sebagai doa agar selalu diberi

petunjuk untuk melangkah menuju hal yang baik. Makna lain dapat dijelaskan

dari motif Udan Liris yaitu seperti hujan rintik-rintik, gerimis sehingga

menimbulkan perasaan ada kedamaian, ada kesejukan, dan cocok digunakan

untuk melamar. Memiliki isian motif banyak maka motif Udan Liris

kecenderungan berbentuk motif kecil-kecil. Kata orang calon mantu namanya

ngebun-ngebun enjang anjen jawa sonten seperti kamis berarti merendah diri

(merendah) (Syamsudin, Wawancara : tanggal 24 Mei 2016).

b. Motif non geometris

1) Semen Sida Asih

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Ornamen-ornamen utama dimodifikasi dengan bentuk yang

sangat variasi namun tetap pada pakem ornamen asli. Terdapat ragam hias yang

menjadi motif utama berupa tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, bangunan, burung

atau lar, dan binatang. Perkembangannya desa Giriloyo memperindah tampilan

motif dengan membat strategi permainan perubahan beberapa variasi yang terjadi

dalam latar atau motif pendukung namun tidak merubah unsur-unsur dalam Sida

Asih.

Page 31: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

77

Gambar 29. Sida Asih

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

(2) Motif pengisi

Motif pendukung tidak memiliki makna dan berfungsi sebagai

tambahan dalam tontonan motif batik itu. Sida Asih memiliki motif pendukung

yang berbentuk motif tangkai dan kuncup bunga serta motif yang menyerupai

bangunan digambarkan dalam bentuk yang sederhana.

(3) Isian (isen)

Isen-isen memiliki nama dalam setiap jenis serta dikerjakan

dalam waktu lama. Pengisi latar Sida Asih ini terdiri dari Cecek Pitu, Cecek,

Sraweyan. Isian ini hanya berfungsi untuk memperindah visual sehingga saat

ditonton akan terlihat indah dan bagus. Lingkungan kraton Yogyakarta Sida Asih

digunakan sebagai busana pengantin (Yusuf, 2000 : 10).

Meru

Lar/Mirong

Burung

Pohon Hayat

Motif

Tangkai

dan

Kuncup

Bunga

Bangunan

Page 32: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

78

Gambar 30. Isen-Isen dalam Semen Sida Asih

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

b) Analisis tuntunan

(1) Motif utama

(a) Simbol

Kata semen berarti semi, yang dimaksud semi dapat

digambarkan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan; daun, bunga serta tangkai. Semen

merupakan perlambang kekuatan, sumber dari segala keberadaan dan pusat

kekuasaan (Soeharto, dkk, 1997 : 66). Semen terbagi dalam tiga golongan yaitu

semen dengan ornamen tumbuh-tumbuhan, semen dengan ornamen tumbuhan dan

binatang, dan semen ornamen-ornamennya tumbuhan, binatang, lar, dan binatang

bersayap. Sida Asih termasuk dalam golongan semen yang ornamen-ornamen

Cecek Pitu

Cecek

Cecek

Sraweyan

Page 33: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

79

tersusun dari lar, tumbuhan, Pohon Hayat, burung dan Meru. Simbolis ragam hias

semen mengandung arti kesuburan, kemakmuran bagi kaum tani dan masyarakat

umum. Batik tradisi Sida Asih di desa Giriloyo ini menggunakan latar bledak

(putih).

(b) Makna

Motif Lar, berbentuk setengah sayap gurdo disebut mirong

(Samsi, 2011 : 347). Ragam hias Lar hanya boleh digunakan untuk putra raja

yang memiliki gelar pangeran. Pergeseran budaya saat ini Sida Asih boleh dipakai

oleh masyarakat dan biasanya untuk acara pernikahan. Nama Sido Asih berasal

dari dua motif lar yang disusun saling berhadapan, sehingga makna dari Sida Asih

adalah saling mengasihi 10)

.

Ragam hias Meru, sebagai gunung yang merupakan lambang

bumi atau tanah, sering disebut empat unsur hidup yaitu Bumi, Geni, Banyu dan

Angin. Digambarkan bergelombang dan dihias serta digabung dengan kuncup

bunga dan daun. Terdapat ornamen utama lain yaitu Pohon Hayat yang

digambarkan berpangkal pada dahan dan bervariasi pada bagian kuncup dan

daun. Seni kebudayaan Indonesia Pohon Hayat merupakan stilir pohon khayalan

yang bersifat perkasa dan sakti sebagai lambang ke Esa-an, sumber dalam semua

kehidupan, dan kepercayaan suku daya jika dewa penghuni atas berupa burung

enggang dan penguasa bawah berupa ular. Maka berdirilah “satu kebutuhan” yang

meliputi dan menguasai dunia atas dan dunia bawah serta dilambangkan dengan

Pohon Hayat (Yusuf, 1988 : 5-6).

10)

Aisah, Pembatik Giriloyo, Wawancara, 3/5/2016.

Page 34: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

80

Ragam hias burung juga sebagai ornamen utama dengan tipe

merak ini digambarkan dengan kepala berjengger, sayap yang seperti sayap

garuda terbuka, serta pada bagian ekor dan sayap tidak bergelombang.

Disimpulkan makna Sida Asih adalah dua hati yang disatukan kaya orang mau

nikah itu jadi saling mengasihi (Murjaroh, Wawancara : tanggal 3 April 2016).

Hampir sama dengan penuturan Kasih 11)

Sida Asih memiliki makna agar

disayangi oleh semua orang. Makna Sida Asih selain saling mengasihi, saling

menyayangi, saling menghormati saling menghargai. Artinya saling-saling tapi

yang baik atau mengkritik tapi sifatnya membangun itu Sida Asih (Syamsudin,

Wawancara : tanggal 24 Mei 2016).

2) Babon Angkrem

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Babon Angkrem termasuk dalam golongan lung-lungan yang

berupa motif tunas, ranting, daun, bunga dari tumbuh-tumbuhan yang menjalar

baik dari tumbuhan pohon atau tumbuhan merambat diatas tanah (Samsi, 2007 :

347). Motif utama digambarkan dalam bentuk binatang ayam dengan ekor

kembang padi yang melengkung dan dibuat dengan lebih besar dari motif lain.

(2) Motif pengisi

Motif pengisi terdiri dari picisan dan tiga ornamen tambahan yang

bervariasi bentuk tetapi tetap jenis berupa tumbuhan yang digambarkan bunga.

11)

Kasih, Pembatik Kraton Yogyakarta, Wawancara, 23/4/2016

Page 35: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

81

Motif pendukung ini berfungsi sebagai motif tambahan setelah motif utama yang

tidak memiliki makna hanya untuk keindahan visual saat ditonton.

(3) Pengisi (isen)

Pengelompokan pengisi latar kain pada motif utama dan motif

pendukung dalam motif tradisi Babon Angkrem Giriloyo yaitu kembang jeruk.

Pengisi bidang dalam ragam hias seperti Cecek, Uceng, Kembang Jeruk. Isen-isen

berfungsi untuk memperindah motif ketika dilihat akan menimbulkan kesatuan

sehingga nampak indah dan bagus.

b) Analisis tuntunan

(1) Motif utama

(a) Simbol

Babon Angkrem termasuk dalam golongan semen yang

ornamen-ornamennya terdiri dari tumbuhan dan binatang (lung-lungan). Lung-

lungan berupa motif tunas, ranting, daun, unga dari tumbuh-tumbuhan yang

menjalar baik dari tumbuhan pohon atau tumbuhan merambat diatas tanah (Samsi,

2007 : 347). Memiliki ornamen utama binatang ayam dengan ekor kembang padi

yang melengkung sebagai bentuk gambaran dari makna. Warna pada motif Babon

Angkrem tersebut menggunakan warna latar hitam (biru tua) khas Yogyakarta,

coklat dan isen-isen berwarna putih.

Page 36: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

82

Gambar 31. Babon Angkrem

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

(b) Makna

Makna dari motif tradisi Babon Angkrem Giriloyo sama

dengan batik kraton Yogyakarta yaitu melindungi anak-anaknya 12)

.

Melambangkan seekor ayam betina atau babon yang sedang mengerami telurnya

atau angkrem. Motif batik ini merupakan perlambang bahwa orang tua akan selalu

12)

Aisah, Wawancara, 3/5/2016.

Binatang

Ayam

Bunga

Pecisan

Tumbuhan

Kembang

Kembang

Jeruk

Uceng

Page 37: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

83

melindungi anaknya sampai dewasa dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

Riyantono dalam buku “Batik Bantul” (2010 : 33) menjelaskan motif Babon

Angkrem berawal dari kata “babon” (induk ayam dalam arti bahasa Jawa) dan

“angkrem” (mengerami telur dalam arti bahasa Jawa). Maknanya yaitu manusia

hendaknya bersabar seperti induk ayam yang sedang mengerami telur-telurnya

hingga menetas. Dijelaskan kembali manusia diibaratkan induk ayam setelah

melahirkan memiliki ikatan atau batin kepada anaknya untuk mencurahkan kasih

sayang dengan bentuk mengerami hingga anaknya dewasa.

3) Wahyu Tumurun

Gambar 32. Wahyu Tumurun

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Burung Pohon

Hayat

Tumbuh

-an

Pinang

Mahkota

Gurdo

Tumbuhan

Cecek dan

Cecek Pitu

Latar

Canthel

Page 38: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

84

a) Analisis tontonan

(1) Motif utama

Ragam hias yang menjadi motif utama digambarkan dalam

bentuk Pohon Hayat, Gurdo dengan bentuk dua sayap dan ekor, tumbuhan pinang

digambarkan daun dan bunga yang terbentuk dari lengkungan dan dibelah

menjadi dua secara berhadapan, dan mahkota.

(2) Motif pengisi

Ornamen tumbuhan dalam motif tradisi Wahyu Tumurun Giriloyo

ini digambarkan bunga digambarkan secara stilir dari salah satu bagiannya seperti

daun, bunga dan tanaman yang menjalar (berbentuk melengkung-lengkung).

Ragam hias tersebut digunakan untuk mendukung bidang motif utama atau

diantara pola batik. Ukuran kecil dari motif utama, berfungsi sebagai penghias

pola dan tidak mengandung makna. Motif ini tidak memiliki ruang lagi sebab

menggunakan latar Canthel sebagai variasi yang sudah menjadi tradisi di

Giriloyo.

(3) Pengisi (isen)

Unsur pengisi yang berfungsi menghias antara motif utama dan

motif pengisi (motif pendukung) pada motif tradisi Wahyu Tumurun Giriloyo

berupa Cecek dan Cecek Pitu.

b) Analisis tuntunan

(1) Motif utama

(a) Simbol

Motif Wahyu Tumurun termasuk dalam golongan semen yang

memiliki ornamen-ornamen tersusun dari Gurdo, tumbuhan, Mahkota, Pohon

Page 39: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

85

Hayat dan tumbuhan pinang, dimana setiap motif memiliki makna tersendiri.

Motif-motif tersebut disusun sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan pada

motif-motif tersebut. Simbolis ragam hias motif Wahyu Tumurun secara garis

besar mengandung sebuah harapan dan anugrah untuk mencapai angan-angan atau

cita-cita kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalani kehidupan yang

harmonis (Muryai, 2015 : 87-88). Warna latar yang digunakan dalam motif yaitu

hitam (biru tua), coklat dan isen-isen berwarna putih. Terjadi modifikasi latar

bledak, hitam menjadi latar Chantel.

(b) Makna

Ornamen utama Gurdo digambarkan dengan bentuk dua sayap

dan ekor. Gurdo memiliki nama lain dalam batik yaitu Sawat. Bentuk asli burung

Garuda yang distilir menjadi Gurdo dalam batik ini merupakan makhluk khayalan

atau mitos yang bersifat sakti dan perkasa. Burung Gurdo ini melambangkan

kendaraan dewa Wisnu, dalam kenyataan motif ini melambangkan penguasa raja.

Maka bentuk Gurdo dalam Wahyu Tumurun Giriloyo digambarkan menyerupai

lambang Yogyakarta.

Ornamen tumbuhan pinang digambarkan daun dan bunga yang

terbentuk dari lengkungan dan dibelah menjadi dua secara berhadapan. Ornamen

ini menunjukkan sikap kerjasama untuk mewujudkan suatu harapan baru. Motif

ini menggambarakan sebuah harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik

sebagai manusia.

Ornamen Pohon Hayat, menurut Muryani (2013 : 82)

dijelaskan motif batik Wahyu Tumurun yang ada pada Giriloyo terdapat motif

Pohon Hayat, dimana memiliki akar, batang, daun dan bunga yang sudah

Page 40: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

86

distilirisasi. Pohon Hayat memiliki simbol yang merupakan lambang ke Esa-an,

menjadi sumber kehidupan, kemakmuran dan kekayaan, serta menggambarkan

dunia bawah, menengah dan atas. Digambarkan Pohon Hayat yang merupakan

“satu ke Tuhanan” yang memiliki penguasa atas dunia (Yusuf, 1988 : 5-6).

Tingkatan dalam kehidupan manusia, dari muda, dewasa dan tua yang harus ingat

pada penguasa. Kehidupan manusia setiap saat, kapanpun dan dimanapun akan

mengalami perubahan baik jasmani maupun rohani.

Motif Mahkota, makna dalam batik Wahyu Tumurun

digambarkan dalam motif Mahkota. Ornamen utama dalam motif Wahyu

Tumurun terdiri dari rangkaian daun dan bunga (Aisah, Wawancara : tanggal 3

Mei 2016). Menurut Syamsudin 13)

motif Wahyu Tumurun memiliki dua seri yaitu

sama-sama memiliki motif Burung Huk (burung raja). Ciri khasnya pada motif

Burung Huk yang munculnya dimalam hari dan di atas pantai, membedakan satu

ada sulur-sulur memanjang yang satu tidak ada, tapi sama-sama bernama Wahyu

Tumurun. Motif Mahkota dalam Wahyu Tumurun ini sebagai gambaran salah satu

bentuk angan-angan atau cita-cita, pangkat, dan derajat, agar tidak selalu

digantung di atas dan berusaha untuk menggapainya.

3. Estetika Batik Tradisi di Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

Batik kraton Yogyakarta memiliki ciri khas menggunakan kelompok motif

geometris dan non geometris berukuran besar. Menggunakan latar warna batik

bledak (putih) dan hitam. Perpaduan warna lain coklat dan putih pada motif isian.

Ditemukan dalam hasil observasi, wawancara dan sumber buku bahwa desa

13)

Syamsudin, Staff Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB), Wawancara, 24/5/2016

Page 41: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

87

Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta melestarikan motif-motif klasik dan cara

pembuatan yang masih menggunakan canting secara turun-temurun dari nenek

moyang. Motif-motif yang terlihat di daerah penelitian serupa dengan batik kraton

Yogyakarta. Berawal dari raja Sultan Agung yang meninggal dan dimakamkan di

Giriloyo sehingga terjadi interaksi abdidalem dengan warga.

Nilai positif daerah Giriloyo masih tetap melestarikan motif-motif dan

teknik batik tradisi klasik Yogyakarta ditengah era pengembangan yang hingga

saat ini batik tersebut menjadi batik tradisi Giriloyo, Wukirsari. Semakin lama

akan mengalami perkembangan dan variasi latar Chantel, Kembang Pacar dan

Ukel dapat dilihat pada gambar 20, 21 dan 31 (halaman 62, 63 dan 84). Faktor

yang menjadi penyebab hal tersebut karena tuntutan menjadi salah satu daerah

wisata di Yogyakarta dan adanya pengaruh mengikuti trend. Keinginan membuat

perubahan agar tidak tertinggal pada variasi latar yang tidak meninggalkan motif

pakem batik kraton Yogyakarta. Pengkajian estetika ini pada faktor daya yang

terdapat di daerah Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta.

Kajian estetika dalam penelitian ini menggunakan pandangan dari

Dharsono Sony Kartika dijelaskan estetika batik tradisi meliputi tontonan berupa

visual dari motif utama, motif pengisi dan isian (isen) dalam sebuah motif batik.

Tuntunan berupa filosofi pada motif utama yang terkait oleh estetika Agus

Sachari dari simbol, makna dan daya. Tuntunan berkaitan dengan simbol dan

makna berupa wujud bentuk motif utama dan warna mengandung harapan yang

akan disampaikan. Terlihat juga sebuah daya berasal dari pengaruh kondisi sosial

masyarakat agar melakukan pengembangan melestarikan sebuah tradisi membatik

yang sudah dilakukan turun temurun. Demikian peneliti menemukan beberapa

Page 42: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

88

motif batik tradisi sesuai jenis penggelompokan geometris dan non geometris

tanpa mengurangi nilai filosofis. Golongan motif geometris berupa motif Truntum

Gurdo, Kawung Beton, Nitik Rengganis, dan Udan Liris. Kelompok motif non

geometris yaitu Sida Asih, Babon Angkrem, dan Wahyu Tumurun.

a. Analisis tontonan

1) Motif utama

Ragam hias yang dipilih menjadi pembahasan pada penelitian ini

secara keseluruhan termasuk dalam kelompok motif geometris dan non geometris.

Kelompok motif geometris pada motif Truntum Gurdo yang menjadi motif utama

yaitu Ceplok bunga yang memiliki delapan kelopak dapat dilihat pada gambar 23

(halaman 66). Kedua, motif batik Nitik Rengganis terinspirasi gambar tenun dan

anyaman sehingga memiliki unsur-unsur titik, lingkaran, segitiga, belah ketupat,

ceplok, dan garis sejajar/silang dapat dilihat pada gambar 25 (halaman 70).

Ketiga, motif Kawung terdapat motif utama yang digambarkan stilir dari biji buah

nangka yaitu “beton” maka disebut dengan motif Kawung Beton dapat dilihat

pada gambar 26 (halaman 72). Kelompok geometri keempat motif Udan Liris

digambarkan berbentuk Lereng. Ragam hias motif Udan Liris yaitu titik, Parang,

Gondosuli, Kembang Lombok dan Mata Deruk, Tritis, Sirapan, Berangan,

Mlinjon dan Kopi Pecah dan kembang. Motif-motif tersebut kecenderungan

lembut dengan bentuk kecil-kecil seperti hujan rintk-rintik dapat dilihat pada

gambar 27 (halaman 75).

Kelompok motif non geometris yang dibahas Sida Asih terdapat motif

utama yang digambarkan tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, bangunan, burung atau

lar, dan binatang dapat dilihat dalam gambar 28 (halaman 77). Kedua, motif

Page 43: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

89

Babon Angkrem termasuk dalam jenis lung-lungan memiliki motif utama

digambarkan dalam bentuk binatang ayam dengan ekor kembang padi yang

melengkung dan dibuat dengan lebih besar dari motif lain dapat dilihat pada

gambar 30 (halaman 82). Ketiga, Wahyu Tumurun termasuk golongan semen yang

memiliki motif utama digambarkan dalam bentuk Pohon Hayat, Gurdo, tumbuhan

pinang dan mahkota dapat dilihat pada gambar 31 (halaman 84).

2) Motif pengisi

Motif pengisi sebagian besar tradisi Giriloyo baik kelompok geometris

dan non geometris adalah motif Gurdo penuh dengan dua sayap dalam motif

Truntum Gurdo. Titik-titik yang menyerupai kelopak bunga menjadi motif

pendukung motif Nitik Regganis. Motif pendukung batik tradisi pada motif

Kawung Beton digambarkan dalam bentuk kapalan dan diamon yang berada

diantara 4 bentuk lonjong (kawung). Sida Asih, Babon Angkrem dan Wahyu

Tumurun digambarkan ragam hias yang hampir serupa terdiri dari tangkai dan

kuncup bunga serta motif yang menyerupai bangunan, terdapat Picisan dan tiga

ornamen tambahan yang bervariasi bentuk tetapi tetap jenis berupa tumbuhan.

Stilir dari salah satu bagiannya seperti daun, bunga dan tanaman yang menjalar

(berbentuk melengkung-lengkung).

3) Isian (isen)

Berfungsi melengkapi motif utama dan motif pengisi, selain itu isian

ini juga memperindah tontonan secara keseluruhan. Penelitian ditemukan

gambaran-gambaran isian pada motif batik tradisi Giriloyo berdasarkan kelompok

motif geometris dan non geometris. Isian (isen) yaitu Cecek, Matan, Cecek Telu,

Cecek Pitu, Kembang Tiba, Mrutu Sewu, Gondosuli, Kembang Lombok, Mata

Page 44: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

90

Deruk, Tritis, Sirapan, Berangan, Mlinjon, Kopi Pecah, kembang, Sraweyan,

kembang Jeruk dan Uceng.

b. Analisis tuntunan

1) Motif utama

a) Simbol

Truntum Gurdo, Nitik Rengganis, Kawung Beton,Udan Liris, Sida

Asih, Babon Angkrem, Wahyu Tumurun dengan warna latar hitam dan putih

(bledak). Wujud bentuk motif tradisi Giriloyo masih berkaitan dengan batik klasik

Yogyakarta dan mengandung nilai-nilai sebuah harapan yang akan disampaikan

serta dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat

penggunanya. Nilai-nilai itu antara lain: kesakralan, keidahan (seni), ketekunan,

ketelitian, dan kesabaran. Terlihat juga sebuah upaya berasal dari pengaruh

kondisi sosial masyarakat agar melakukan pengembangan dalam melestarikan

sebuah tradisi membatik yang sudah dilakukan turun temurun baik dari segi visual

motif dan warna batik klasik Yogyakarta.

Bentuk perlambangan (simbolis) setiap daerah memiliki bentuk

yang beraneka ragam karena dilandasi faktor pengaruh sistem kepercayaan dan

letak geografis. Batik tradisi Giriloyo secara keseluruhan dan garis besar simbol

dan makna yang ada memiliki keterkaitan vertikal dan horizontal. Bentuk simbol

berdasarkan keterkaitan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dan manusia

lainnya atau masyarakat. Pengalaman hidup manusia dan Tuhan Yang Maha Esa

tidak dapat dipisahkan (saling ketergantungan) dan manusia mengenal perasaan

senang dan sedih, baik dan buruk, benar dan salah, adil dan tidak adil. Pandangan

Page 45: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

91

dari segi nilai kelompok yang mewakili sifat baik dan buruk terdapat dalam

pengalaman hidup pribadi seseorang.

b) Makna

Berdasarkan dari pengumpulan data melalui observasi, wawancara

dan pengamatan terhadap pembeli melihat batik dari makna filosofi yang

mengandung harapan kebaikan saja, tidak mementingkan motif batik tradisi

digunakan pada kesempatan tertentu. Hal kedua yang menjadi pertimbangan

pemilihan warna, motif dari visual batik tersebut dan kualitas produk batik.

Adanya tuntutan agar batik tradisi tetap muncul maka mucul keinginan untuk para

pengrajin mengembangkan motif tersebut dengan mencampurkan dan

pengembangan pada warna.

Batik tulis yang diproduksi perajin Giriloyo mengandung nilai-nilai

yang dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat

pendukungnya. Pemakaian motif batik yang memiliki makna seyogyanya harus

empat papan. Empat papan merupakan menyesuaikan tempat, acara dan

menyesuaikan hajatannya. Motif batik memiliki unsur etika dan estetika.

Pemaikanya harus ada estetika dan etika, pada acara juga harus ada etika dan

estetika. Pelajaran Jawa yaitu ngadi saliro lan ngadi busana jadi berbusana pun

harus ada etika dan estetika jika dikaitkan dalam batik yaitu pada saat memakai.

Batik tradisional memiliki keindahan dilihat dari sisi keindahan jiwa atau

keindahan filosofis, yaitu keindahan visual merupakan rasa indah yang diperoleh

melalui indra penglihatan atau pancaindra dan memiliki keindahan jiwa atau

keindahan filosofi yang diperoleh dari susunan arti lambang pada ornamen-

ornamen yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang dimengerti.

Page 46: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

92

Pandangan bangsa Timur pada umumnya Indonesia memiliki sikap

keterkaitan kosmos dan peng Esa-an, sikap seni yaitu merasa terikat pada

penguasa alam semesta sehingga timbul sikap taat, takut, dan timbul rasa syukur

dengan berterimaksih pada alam dan memuja penguasanya (keterkaitan vertikal),

kemudian terdapat rasa terikat pada masyarakat sesama manusia yang hidup

dalam lingkungannya (keterkaitan horizontal). Keterkaitan ini secara simbolik

tergambar dari segala sikap hidup dalam kehidupannya. Kesenian batik dianggap

sebagai suatu karya suatu bangsa dan tergambarkan dalam gaya ungkapan

simbolisme.

Gambar 33. Motif Mahkota

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Simbol yang berkaitan dengan manusia dan Tuhan Yang Maha Esa

(vertikal) mengenal saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan ditunjukkan

dalam motif batik Wahyu Tumurun. Motif Wahyu Tumurun digambarkan dalam

motif Mahkota. Menggambarkan sebuah wahyu yang diturunkan oleh Tuhan

Page 47: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

93

Yang Maha Esa kepada manusia yang memiliki kekuasaan paling tinggi yaitu

Raja agar rakyatnya dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.

Gambar 34. Motif Gurdo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Keterkaitannya manusia dengan sesamanya (horizontal) pada sebagian ornamen

pokok yang terdapat di dalam ragam hias banyak mengandung makna yang

diharapkan mendatangkan kesejahteraan, kesucian, keagungan dan cinta kasih

bagi pemakainya. Motif yang memiliki makna keagungan digambarkan dalam

bentuk motif Gurdo yang sudah distilasi karena menurut orang Jawa menggambar

tidak boleh menyerupai wujud asli dan burung yang memiliki kedudukan yang

penting.

Motif yang memiliki makna kasih sayang digambarkan dalam

motif Truntum Gurdo. Motif ini terdiri dari bunga-bunga kecil yang baru mekar,

tersusun secara sejajar merata keseluruh permukaan kain yang berwarna gelap

(hitam atau biru tua). Bunga kecil ini berkelopak delapan yang dilukiskan dalam

bentuk garis spiral kecil yang menajam pada ujung-ujungnya. Motif ini diterkenal

Page 48: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

94

dengan simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan akan tumbuh berkembang

seperti orang tua kepada anaknya tidak pernah putus.

Gambar 35. Truntum

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Gambar 36. Sida Asih

Foto : Dyah Setyaningsih, 2016

Page 49: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

95

Sida Asih digambarkan pada Gurdo yang terlihat dari samping (setengah) dalam

motif ini di buat kerhadapan berharap kedua mempelai dapat saling mengasihi.

Visual motif lar ini berbentuk setengah sayap Gurdo diatasanya disebut dengan

mirong.

Pewarnaan motif batik tradisi di Giriloyo menggunakan warna sintetis

karena dapat menghemat waktu dalam pewarnaan dan dapat menghasilkan warna

sesuai yang diinginkan. Ditinjau dari letak warna dalam lingkaran warna desain,

warna biru termasuk warna primer, warna coklat termasuk warna tersier karena

merupakan campuran dari warna merah primer dan warna hijau sekunder. Warna

hitam atau putih digolongkan kedalam warna netral. Tata warna batik tradisi

putih, coklat, biru, dan hitam menjadi karakteristik orang Jawa yang dianggap

memiliki lambang atau simbol. Masyarakat Jawa mempunyai pandangan tentang

kehidupan seperti bangsa timur pada umumnya, yaitu adanya penyatuan antara

alam, Tuhan dan manusia. Membicarakan arti simbolik warna batik klasik

Yogyakarta, tidak akan lepas dari realitas kehidupan masyarakat Jawa. Di dalam

realitas kehidupannya, masyarakat Jawa memiliki warna-warna khas. Warna batik

klasik Yogayakarta sejalan dengan pandangan masyarakat Jawa tentang keblat

papat lima pancer. Warna tersebut dipakai dalam warna Jenang untuk sesaji yaitu

jenang abang-putih.

Warna yang terdapat dalam batik tradisi di desa Giriloyo sesuai dengan

tiga konsepsi dewa hindu yaitu trimurti. Trimurti adalah paham tiga dewa yang

memiliki tiga sifat yang berbeda. Sifat pertama dilambangkan warna coklat

identik dengan warna merah melambangkan keberanian dimiliki oleh dewa

Brahmana, kedua warna putih identik dengan warna kuning melambangkan suci

Page 50: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

96

dimiliki oleh dewa Syiwa, dan ketiga warna biru identik dengan warna hitam

melambangkan abadi dimiliki oleh dewa Wisnu.

Menurut konsep Jawa-Islam, bahwa warna-warna batik kraton Yogyakarta

merupakan simbol nafsu-nafsu manusia. Pada ajaran Tasawuf Jawa sederek

sekawan gangsal pancer yaitu: warna hitam melambangkan bumi yang bersifat

laumawah, warna merah melambangkan api yang bersifat amarah, warna kuning

melambangkan angin yang bersifat supiyah (baik budi), warna putih

melambangkan air yang bersifat mutmainah (jujur). Dalam penempatan warna

baku pada batik klasik warna tersebut berpengaruh.

Mengenai catur warna, erat kaitannya dengan batik karena batik

berkembang di Jawa dan tentunya dibuat oleh orang Jawa. Simbol warna tentang

kain batik baik motif maupun warnanya diterapkan atas dasar falsafah hidup

bangsa Jawa/masyarakat Jawa. Warna batik yang dipakai dalam batik klasik

diterapkan atas dasar falsafah hidup dalam kebudayaan Jawa-Hindu. Warna-warna

tersebut adalah :

1. Putih : simbol kesucian /kejujuran.

2. Coklat : simbol kehidupan

3. Biru tua/hitam : simbol keabadian.

Umumnya menunjukkan bahwa warna biru tua (wulung), coklat tua

(dragem sogan) dan putih lebih banyak disukai orang sebagai latar belakang

ornamennya. Hal-hal yang terdapat pada warna mudah didapatkan dari bahan

tumbuh-tumbuhan secara alamiah. Batik kelengan di buat dengan warna dasar

wulung wedelan atau dengan warna hitam, mudah didapatkan misal warna biru

diperoleh dari tumbuh-tumbuhan jenis indigo dan hitam dari daun ketepeng

Page 51: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

97

Asal mula bahan warna alam yang digunakan menggunakan tumbuh-

tumbuhan seperti Indigo untuk menghasilkan warna biru tua, Tegeran, Tingi, atau

Jambal untuk menghasilkan warna coklat. Berkembang saat ini maka

menggunakan bahan pewarna sintetis dan menurut pendapat Ibu Hartinah batik

tradisi Giriloyo pada umumnya menggunakan warna biru tua (wedelan), coklat

(soga) dan putih yang sudah dilakukan secara turun-temurun.

Dimensi Hue warna batik tradisi Giriloyo terdiri dari atas coklat, biru tua

(hitam), dan putih. Warna coklat termasuk dalam penggolongan warna tersier,

karena merupakan hasil percampuran warna merah (warna primer) dengan warna

hijau (warna sekunder). Warna hitam dan putih pada kain batik tradisi Giriloyo

digolongkan kedalam warna netral. Peran warna netral sangat berpengaruh dalam

dimensi value. Value adalah gelap terangnya warna atau tingkatan warna paling

gelap dimulai dari warna hitam dan yang paling terang warna putih. Value warna

batik tradisi Giriloyo debedakan sebagai berikut: warna hitam memiliki value

yang paling gelap, sedangkan warna coklat terletak pada tingkat value kurang

gelap, dan warna putih memiliki value yang paling terang.

Page 52: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan mengkaji estetika batik tradisi Giriloyo memiliki latar

belakang berkaitan dengan batik kraton Yogyakarta. Perjanjian Giyanti tanggal 13

Februari 1755 memecah Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Muncul kesepakatan perbedaan khusus pada seni batik Yogyakarta memiliki

karakteristik warna cenderung maskulin, kedekatan antara motif terlalu besar atau

mblegar-mblegar. Batik dibawa keluar kraton oleh para abdidalem yang bertugas

menjaga makam Sultan Agung di Bukit Merak desa Pajimatan wilayah Girirejo.

Berkembangnya waktu maka semakin banyak warga memiliki keahlian membatik

dengan motif khas Kraton. Jumlah perajin batik yang ada di Pajimatan terbatas

maka menugaskan tenaga-tenaga dari Giriloyo. Ngangsu kaweruh batik di

Pajimatan penduduk Giriloyo menganggap sebagai keberuntungan sebelum

mereka berusaha sendiri.

Mulai dari saat itu tradisi membatik di Giriloyo terus dilakukan hingga

saat ini mempertahankan motif-motif batik klasik kraton. Upaya agar tidak

kehilangan dan salah pengertian mengenai makan dari setiap motif maka peneliti

menggunakan estetika yang diungkapkan oleh Dharsono Sony Kartika bahwa

wujud estetika jenis motif batik meliputi tontonan berupa visual pada motif utama,

motif pengsi dan isian (isen). Memiliki tuntunan berupa filosofi hidup pada motif

utama yang berkaitan oleh Agus Sachari untuk menganalisis estetika dari simbol,

makna dan daya. Analisis tontonan motif batik tradisi Giriloyo yang termasuk

Page 53: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

99

kelompok motif Geometris ini ditunjukkan pada sumber ide yang menjadi motif

utama yaitu Ceplok (motif Truntum Gurdo) bunga dengan delapan kelopak, Nitik

Rengganis menyerupai bentuk anyaman atau tenun, Kawung Beton dari stilir biji

buah nangka, dan Udan Liris digambarkan rintik-rintik hujan berbentuk lereng.

Tontonan kelompok motif Non Geometris ditunjukkan pada sumber ide yang

menjadi motif utama yaitu semen (Sida Asih) tumbuhan, Meru, Pohon Hayat,

bangunan, burung atau lar dan binatang, Lung-lungan (Babon Angkrem) berupa

binatang ayam dengan ekor Kembang Picisan dan motif Wahyu Tumurun dalam

bentuk Pohon Hayat, Gurdo, tumbuhan Pinang dan Mahkota. Motif pengisi dan

isen-isen digambarkan dengan motif Gurdo penuh memiliki dua sayap, titik-titik,

Kapalan, Bunga Picisan, Cecek, Cecek Pitu, Tritis, Kopi Pecah, Uceng dan lain

sebagainya sebagai penambah visualisasi motif. Analisis tuntunan motif utama

memiliki simbol perlambangan yang berkaitan manusia dengan Tuhan YME dan

manusia atau masyarakat. Motif Mahkota dianggap wahyu yang diturunkan dari

Tuhan YME kepada manusia yang memiliki kekuasaan tertinggi agar rakyatnya

dapat menjalani kehidupan yang lebih baik (vertikal). Manusia dengan sesamanya

(horisontal) ditunjukkan gambar gurdo diyakini mendatangkan kesejahteraan,

kesucian, keagungan dan cinta kasih. Motif Truntum mengandung makna tumbuh

kembalinya kasih sayang yang tulus. Hampir sama dengan makna Sida Asih untuk

kedua mempelai agar saling mengasihi digambarkan motif Gurdo yang saling

berhadapan. Perkembangan yang dilakukan menjadi daya untuk tetap

mempertahan kan motif batik tradisi.

Page 54: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

100

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil yang didapatkan maka

terdapat saran untuk peneliti sebagai berikut:

1. Nilai estetika batik tradisi Giriloyo sebagai tontonan dan tuntunan

seperti yang disampaikan Dharsono Sony Kartika bahwa wujud estetika jenis

motif batik meliputi tontonan berupa visual pada motif utama, motif pendukung

dan isen-isen dari sebuah motif batik. Batik memiliki tuntunan dalam motif utama

yang berkaitan oleh Agus Sachari untuk menganalisis estetika dari simbol, makna

dan daya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar kajian estetika batik tradisi

Giriloyo lebih sempurna dan diperdalam menggunakan teori atau pendekatan

ilmu-ilmu yang lain.

2. Usaha Giriloyo untuk mempertahankan batik tulis sehingga

memunculkan berbagai motif-motif tradisi yang saat ini sudah mengalami

pengaruh dari budaya pesisir menggunakan warna-warna cerah dan berani. Hal

tersebut menjadi masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai batik tradisi di

Desa Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta.

3. Bagi Pemerintah Daerah Bantul untuk meningkatkan dalam

memperkenalkan kepada masyarakat khususnya generasi muda wilayah daerah

Bantul.

4. Pagi para pengrajin Giriloyo, Wukirsari, Bantul, Yogyakarta

diharapkan tetap meningkatkan dalam melestarikan motif batik tradisi sebagai

peninggalan leluhur daripada memperbanyak motif batik kontemporer agar motif

batik tradisi tidak hilang nilai keaslian dan budaya turun-temurunnya.

Page 55: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

101

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soedjipto. 2015. Kitab Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta:

Saufa.

Ambar, Arini B dan Asti Musman. 2011. Batik Warisan Adiluhung Nusantara.

Yogyakarta: Andi Offset.

Daliman, A. 2012. Upacara Garebek di Yogyakarta Arti dan Sejarahnya.

Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI).

Dharsono, Sony K. 2007. Estetika Seni Rupa Nusantara. Surakarta: ISI Press.

_______________. 2015. Estetika Nusantara. Surakarta: ISI Press.

Djoemena, Nian S, 1990,Ungkapan Sehelai Batik (Its Mystery and Meaning).

Jakarta : Djambatan

Doellah, S. 2002. Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Surakarta: Danar

Hadi.

Hamzuri. 1994. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.

Jayantoro, dkk. 2009. Bima Sakti Bercerita (Bimasakti Tells Their Story).

Yogyakarta: Amara.

Lisbijanto, Herry. 2013. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mary J.E dan Soedarmadji J.H. Dimas. 1990. Sekar Jagad Ngayogyakarta

Hadiningrat. Jakarta: Midas Surya Grafindo.

Sachari, Agus. 2002. Estetika Makna, Symbol dan Daya. Bandung: Penerbit ITB.

Samsi, Sri Soedewi. 2007. Teknik dan Ragam Hias Batik Yogyakarta dan Solo.

Yogyakarta: Yayasan Titian Masa Depan.

Sewan, Susanto. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogayakarta: BPKB.

Page 56: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

102

Soeharto, dkk. 1997. Indonesia Indah Buku ke-8 Batik. Percetakan Negara

Republik Indonesia.

Sutopo, HB. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif : Dasar teori dan Terapannya

dalam Penelitian. Surakarta: UNS press.

Suyami. 2008. Upacara Ritual di Kraton Yogyakarta Refleksi Mithologi dalam

Budaya Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Tjahjani, Indra. 2013. Terampil Membatik untuk Siswa. Yogyakarta: Erlangga.

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara (Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan

Industri Batik). Yogyakarta: Andi Offset.

Yudhoyono, Ani B. 2011. Batikku Cinta Tak Berkata. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Yusuf, Achmad. 1991. Pameran Khusus Peranan Batik Sepanjang Masa.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber lain:

Ahya, Sifaun. 2013. Batik Tulis Dan Cap Perusahaan Tugiran Di Pandak Bantul

Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Apridaniati. 2012. Upaya Pelestarian Batik Tulis dalam Kajian Sosio-Kultural di

Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Daerah Istimewa Yogayakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Arlita, Margareta N. 2014. Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan

Daya Saing Industri Batik Tulis Giriloyo untuk Mendukung Pembangunan

Wilayah di Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul. UGM Yogyakarta.

Page 57: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

103

Fitriani, Istiana. 2015. Kajian Pola Batik Tirto Tedjo Modifikasi Di Kampung

Batik Laweyan Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Masiswo. 2012. Pembangkitan Industri Seni Kerajinan Batik Wukirsari Bantul

Yogyakarta Pascagempa Bumi 27 Mei 2006. Institut Seni Indonesia

Yogyakarta.

Mulyani, Hesti dkk. 2014. Desain Batik Aksara Jawa pada Pengrajin Batik

Berkah Lestari Giriloyo, Wukirsari, Bantul. Universitas Negeri Yogyakarta.

Muryani. 2015. Batik Wahyu Tumurun Karya Kelompok Batik Sri Kuncoro

Imogiri Bantul Yogyakarta. Universitass Negeri Yogyakarta.

Rabi’ah. 2000. Analisis Motif dan Warna Batik Nitik Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogayakarta.

Riyantono, dkk. 2010. Batik Bantul. Yogyakarta: Cahaya Timur Offset.

Suyani dkk. 2008. Motivasi Perempuan Pengrajin Batik dalam Melestarikan

Keberadaan Batik Tulis di Dusun Giriloyo Desa Wukirsari Kecamatan

Imogiri Kabupaten Bantul. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Umami, L. 2013. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perkembangan Kerajinan Batik

Pajimatan Giriloyo Imogiri. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wening, Sri dkk. 2013. Pengembangan Produk dan Strategi Pemasaran Busana

Batik Bantulan dengan Stilasi Motif Ethno Modern. Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta.

Widihastuti, Setiati dan Eny Kusdarini. 2013. Kajian Hak Kelayakan Intelektual

Karya Perajin Batik Studi Kasus di Desa Wukirsari Imogiri Bantul.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 58: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

104

DAFTAR ISTILAH

Abdidalem : Pegawai Kerajaan

Adhiluhung : Sesuatu yang memiliki tinggi mutunya

Babaran : Pencelupan (sogan) yang terakhir

Banji : Ragam hias batik yang berasal dari pengaruh Cina,

berbentuk swastika

Bledak : Warna latar putih atau creme yaitu istilah di daerah

Solo-Yogyakarta

Canting : Alat untuk membatik yang terbuat dari logam

Cecek : Titik-titik kecil (halus) yang dibuat dengan canting

Ceplok : Termasuk ragam hias silang yang diberi berbagai hiasan

tambahan

Fiksasi : Penguncian warna pada zat warna alam

Guide : Orang yang memandu perjalanan

Isen-Isen : Ragam hias batik pada motif berbentuk kecil-kecil untuk

mengisi bidang datar/dasar kain putih yang dibatik

Jarit : Batik berupa kain panjang dengan ukuran lebar lebih

kurang 110 cm dan panjang lebih kurang 260 cm

Kawung : Ragam hias silang. Termasuk golongan ragam

hias geometris

Klowong : Garis-garis utama pembentuk ragam hias penyusun

pola batik

Page 59: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

105

Lar : Ragam hias yang berbentuk sayap garuda, termasuk

golongan non geometris

Larangan : Ragam hias yang pada zaman dahulu hanya boleh

digunakan oleh raja dan keluarga dekatnya

Lereng : Sebutan untuk ragam hias garis miring di daerah Cirebon

Lilin : Bahan perintang yang digunakan pada proses pembuatan

batik

Liris : Sebutan untuk ragam hias garis miring di daerah Cirebon

Lonjong : Bulat panjang

Lung-lungan : Ragam hias non geometris yang merupakan untaian flora.

Meru : Lambang gunung atau bumi

Mitoni : Tujuh bulanan

Mlinjon : Ragam hias batik berbentuk belah ketupat yang selalu

terdapat pada pola parang, di tata berderet dalam satu

garis yang membuat 45 derajad dengan garis horisontal

Ngangsu Kaweruh : Golek Ngelmu = mencari ilmu.

Nitik : Termasuk ragam hias geometris atau silang atau ceplok

pengaruh ragam hias patola pada kain Cinde dari India

Otoritas : Kekuasaan yang sah diberikan kepada lembaga

dimasyarakat yang memungkinkan para pejabatnya

untuk menjalankan fungsinya.

http://kamusbahasaindonesia.org/otoritasakses

tgl14/6/2016 jam 00.23

Owah-owah : Tidak dapat dirubah-rubah

Page 60: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

106

Parang : Ragam hias garis miring dengan pilin berganda

Pohon Hayat : Ragam hias batik yang berupa stiliran pohon berasal dari

agama Hindu

Printing : Suatu teknik pembuatan tekstil berpola dengan sistem

cetak

Sawat : Ragam hias berbentuk sayap garuda

Sembagen Huk : Ragam hias yang dibentuk dari tumbuhan sebagai latar

belakang corak-corak unggas yang mirip phoenix.

Semen : Ragam hias non geometris yang terdiri dari Lar, Meru,

fauna dan flora

Sered : Bagian ujung kiri-kanan dan tepi atas bawah dari kain

panjang dan tepi atas bawah sarung

Soga : Warna-warna coklat yang terdapat pada batik, terutama

pada batik kraton, pengaruh kraton, batik saudagaran,

dan batik petani

Sogan : Warna coklat pada batik

Staff : Pegawai

Swastika : Motif batik yang berbentuk dasar huruf z yang saling

berlawanan.

Tegeran : Pohon yang kayunya digunakan untuk pencelupan batik

dan memberi warna kuning

Tingi : Pohon yang kulit kayunya digunakan untuk pencelupan

batik dan memberi warna merah coklat

Page 61: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

107

Truntum : Pola batik geometris berbentuk kuntum bunga dengan

bunga yang disusun secara radial

Variasi : Tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula

Wayang Wong : Wayang yang diperankan oleh orang (manusia)

http://kamusbahasaindonesia.org/otoritas akses

tgl14/6/2016 jam 00.23

Wedelan : Warna biru tua yang biasanya terdapat pada batik

tradisional

Wiron : Lipatan-lipatan pada ujung kain panjang dengan lebar

dan jumlah tertentu untuk mempercantik penampilan

kain panjang bila dipakai

Zat warna nabati : Zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

Zat warna sintetis : Zat warna yang berasal dari hasil sintetisbahan-bahan

kimiawi

Page 62: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

108

LAMPIRAN

Page 63: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

109

Page 64: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

110

Page 65: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

111

Page 66: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

112

Page 67: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

113

Page 68: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

114

Lampiran 2

Gambar 37.Lokasi Desa Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Lampiran 3

Gambar 38.Makam Raja

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Page 69: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

115

Lampiran 4

Gambar 39.Showroom Gazebo Batik Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Lampiran 5

Gambar 40.Penulis dan Beberapa Perajin Batik Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Page 70: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

116

Lampiran 6

Gambar 41.Showroom Sungsang Batik, Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Lampiran 7

Gambar 42.Lokasi Museum Joglo Cipto Wening, Giriloyo

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Page 71: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

117

Lampiran 8

Gambar 43.Aktivitas Perajin Batik di Gazebo Paguyuban Giriloyosebelum Acara

Workshop Batik

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Lampiran 9

Gambar 44.Pengembangan Warna Motif Wahyu Tumurun

Foto: Dyah Setyaningsih, 2016

Page 72: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

118

Lampiran 10

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal Observasi: Minggu, 3 April 2016

No. Aspek yang Diamati Keterangan

1. Lokasi Desa Giriloyo, Kel.Wukirsari, Kec. Imogiri,

Kab. Bantul, Yogyakarta

2. Kondisi Desa Desa Giriloyo berada diantara desa Karang

Kulon dan desa Cengkehan, dikelilingi oleh

pegunungan. Saat akan memasuki desa masih

banyak sawah yang membentang luas dan

jalan yang sudah beraspal, terdapat kumpulan

gazebo cukup luas untuk kegiatan desa atau

paguyuban, beberapa rumah penduduk

setelah gempa sudah tembok bata. Disebalah

selatan diatas pegunungan desa terdapat

makam.

3. Karakteristik Batik Batik yang peneliti jumpai meliputi motif-

motif klasik yaitu sida asih, wahyu tumurun,

truntum, nitik rengganis, kawung, dan lain

sebagainya. Mengembangkan motif klasik

karena memiliki makna yang dalam serta

sebagai warisan sejak kraton masuk di desa

Giriloyo. Di desa Giriloyo terdapat 12

kelompok batik dan memiliki paguyuban

Page 73: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

119

untuk mengatur hubungan antar kelompok

batik, termasuk dalam acara event-event,

pameran semua kelompok batik berkumpul di

gazebo. Saat ini berkembangnya

pengembangan motif-motif baik visual,

warna beranekaragam termasuk motif batik

tradisi Giriloyo

4. Aktivitas warga yang

membatik

Jarang ditemui pemuda yang ikut membatik,

mayoritas dilakukan ibu-ibu dan nenek-nenek

5. Upaya pelestarian

batik tulis

Diteruskan secara turun temurun, adanya

kelompok batik, paguyuban batik, museum

Joglo Ciptowening, kegiatan wisata tentang

batik tulis dan pengembangan jenis produk

batik yang dihasilkan.

Page 74: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

120

Lampiran 11

PEDOMAN DOKUMENTASI

A. Dokumentasi Gambar

1. Gambar motif batik

2. Foto batik

3. Foto perajin batik

4. Foto lokasi gazebo

5. Foto lokasi showroom

6. Foto lokasi Museum Joglo Ciptowening

7. Foto wisata religi Makam Raja

8. Foto aktivitas membatik

Page 75: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

121

Lampiran 12

NOTULEN

Tanggal Wawancara : 25 April 2016

Waktu wawancara : Jam 10.30 WIB

Tempat : Showroom Sungsang Batik

A. Identitas Informan

1. Nama : Mbak Susi

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Usia : 28 tahun

4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : Pemilik

6. Agama : Islam

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana latar belakang muncul batik Giriloyo?

“Dulu kan sini itu kan merupakan kampung batik jadi satu kampung sini

kan dari jaman simbah-simbah dulu sudah nyanting cuman kalo kita

sistemnya buruh. Buruh, jadi kita nyanting putihan nanti kita jual kekota,

terus nanti kota yang proses. Nah habis gempa ada pelatihan LSM masuk

jadi orang-orang dari kita kan diajari pewarnaan, pemasaran habis itu kita

sekarang bisa jalan sendiri.”

2. Jenis motif batik?

“Motif modern tetap menyediakan batik klasik. Modern ada lung-lungan,

nyamplung nama pohon, pohon sirgunggu. Motif tradisi seperti sida asih,

wahyu tuumurun, sida asih, sida luhur, truntum. Karena mengikuti selera

pasar jadi di sungsang batik lebih kekontemporer karena batik identik

dengan jarik. Motif tradisi tetap kita produksi terus yang modern kita

kembangkan terus.”

Page 76: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

122

3. Bagaimana makna motif batik tradisi?

“Wahyu tumurun itukan dipakai pas acara nikahan midodareni diharapkan

yang memakainya wahyunya turumurn, kebaikan. Sedangkan sida mukti

dipakai saat hari pernikahan dengan harapan akan mendapatkan kebaikan,

mukti.”

4. Zat warna apa yang digunakan?

“Disini spesial alam, tetapi kita juga menyediakan beberapa warna kimia

soalnya mengikuti pembeli. Sebagian pembeli menginginkan warna cerah

maka pakai kimia.”

5. Apakah ada pengembangan motif tradisi?

“Ya ada yang murni ada yang pengembangan ada. Tapi soalnya kalau klasik

itu ga bisa diowah-owah mbk, jadi kalau klasik itu ya harus seperti itu ya

mungkin hanya agak ada cengkoknya aja berbeda tapi tetep motifnya tidak

bisa dikurangi ga bisa ditambah kalau klasik itu. Kecuali kalo parang,

truntum itu nantikan bisa dimasukn garuda dimasuki motif lain. Klox klasik

sida mukti, sida luhur wahyu tumurun dikurangi salah satu motifnya ya

nanti pas dipakai oo..kok jadi kaya gitu kan ga boleh soalnya kan motif

kraton motif turun temurun.”

6. Bagaimana unsur-unsur motif tradisi?

“Sida mukti ada garudanya. Apa ya kurang paham juga...tapi klasik itu pasti

identik gurdo ada yang setengah ada yang penuh. Sida asih ada, sida mukti,

wahyu tumurun juga ada, kan kalo ga tau kan aaahh...itu kaya korpri

padahal ciri khasnya Yogyakarta.”

7. Bagaimana tanggapan anda mengenai terjadinya variasi latar?

“Ooo...kalau variasi bebas jadi nanti ada yang di blok, dibikin dilatar putih

ada yang di kasih beras mawur, kembang pacar. Kalau variasi semua motif

bisa tidak harus klasik. Semuanya bisa tergantung keinginan mau full atau

sederhana sama saja. Kalo full ya nanti latarnya dikasih kembang pacar atau

mawur.”

8. Apakah pengembangan dapat mempengaruhi makna?

“Kurang paham....misalnya orang nikahan itu kadang ada yang pakai sida

mukti sogan latar putih, sida mukti sogan tp latar kembang pacar

Page 77: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

123

atauriningan. Kalau menurutku tidak merubah makna, kan motif pokoknya

tetap tidak dikurangi jadi tetap sama.”

9. Menurut anda bagaimana motif batik klasik Kraton itu?

“Sogan latar putih..kalau kraton dulu sogan sekarang kita bisa warna-warna

seperti ini karena sudah mengikut jaman, jadi ga monoton karena klasik kan

terkesan jarik. Nanti kalau dipakai anak muda kan terkesan ketuaan.”

Page 78: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

124

NOTULEN

Tanggal Wawancara : 24 Mei 2016

Waktu wawancara : Jam 09.10 WIB

Tempat : Laboratorium Batik di Balai Besar Kerajinan Batik (BBKB)

A. Identitas Informan

1. Nama : Bapak Syamsudin

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 47 tahun

4. Pendidikan :-

5. Pekerjaan : Pemerhati batik

6. Agama : Islam

B. Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana motif tradisi di Giriloyo?

“Motif geometris cenderung mengulang seperti nitik, parang, kawung,.

Non geometris seperti wahyu tumutun. Di Giriloyo membuat batik yang

sudah pakem seperti macam-macam sida atau semen.”

2. Bagaimana batik tradisi jogja dan Giriloyo?

“Tradisi baku itu sama. Giriloyo mengembangkan batik tradisi jogja.

Motif tradisi dikembangkan bkn lg tradisi.”

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai perkembangan variasi?

“Variasi latar seperti kembang pacar dibuat untuk mengikuti tren pasar.

Perkembangan waktu ke waktu karena orang pasti bosen pegen yang lain.

Seiring berbagai macam penelitian tentang ekonomi, teknologi sehingga

ada inovasi kemudian hal tersebut disebut uji pasar.”

4. Apakah terjadi perubahan motif Yogyakartaasli dan saat ini di

Giriloyo?“seperti motif sida mukti Yogyakarta misalnya memiliki pakem

latar putih “bledak”, karena perkembangan jaman dikasihlah latar lain

seperti tadi tutul, kembang pacar, griging, beras mawur sesuai

perkembangan. Seretnya Yogjakarta harus putih, jadi disebut tradisi

Page 79: BAB IV ESTETIKA BATIK TRADISI di DESA GIRILOYO, WUKIRSARI ... · kurang subur dan berupa Alas yaitu Mataram atau Mentaok. Tahun 1577 Ki Ageng Pemanahan mulai membabat Alas Mentaok

125

itubisa motifnyaatau warnanya. Karena orang yang mau berkembang kan

harus mengikuti jaman tapi tidak meninggalkan turun temurunnya.

Misalnya semen romo dengan perbedaan latar tidak mengubah makna

motif dan filosofinya.”

5. Bagaimana makna unsur-unsur motif batik?

“Pada motif wahyu tumurun memiliki 2 seri. Yang membedakan motif

dan sama-sama ada burung huk atau burung raja. Jadi burung huk itu

muncul dimalam hari dan diatas pantai. Sebenarnya semua unsur menjadi

satu kesatuan sehingga menjadi motif pakem yang memiliki makna. Pada

motif udan liris maknanya hujan rintik-rintik sehingga ada kedamaian,

kesejukan dan kecenderungan bentuk motifnya kecil-kecil dan cocok

untuk nglamar. Nah motif nitik itu artinya titik atau niteni, gabungan

antara titik-titikyang membentuk sedemikian rupa, membentuk motif dan

memiliki makna. Sida asih memiliki gurdo yang terdiri dari dua lar.

Makna dari motif sida asih yaitu saling mengasihi, menyayangi, tidak

menghujat, pokoknya saling-saling tapi yang baik.”