Bab IV Data Pengamatan Fix

download Bab IV Data Pengamatan Fix

of 25

Transcript of Bab IV Data Pengamatan Fix

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    1/25

    41

    BAB IV

    DATA PENGAMATAN

    4.1 Karakteristik Massa Batuan di Lokasi Penelitian

    4.1.1 Sifat sifat Fisik dan Mekanik Batuan di Lokasi Penelitian

    4.1.1.1Bobot Isi Batuan

    Lapisan batuan penutup yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari

    mudstone, siltstone, dan sandstone. Bobot isi batuan diperoleh dari data Departemen

    Geoteknik PT KPC. Bobot isi batuan di lokasi penelitian bervariasi antara dapat

    dilihat pada tabel 4.1. Grafik sebaran data bobot isi batuan dapat dilihat pada gambar

    4.1.

    Tabel 4.1 Bobot Isi Batuan di Lokasi Penelitian

    Jenis BatuanBobot Isi (t/m

    3)

    Minimum Maksimum Rata - rata

    Mudstone 1,85 2,76 2,37

    Siltstone 2,15 2,59 2,42

    Sandstone 2,04 2,70 2,30

    Gambar 4.1

    Sebaran Data Bobot Isi Batuan di Pit A Selatan

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    2/25

    42

    4.1.1.2Kuat Tekan Uniaksial (UCS) dan Kekerasan Batuan ( Mohs Hardness)

    Kuat tekan uniaksial batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data uji

    laboratorium yang dilakukan oleh Departemen Geoteknik PT KPC. Nilai kuat tekan

    uniaksial bervariasi untuk tiap tiap batuan. Untuk mudstone, nilai kuat tekan

    bervariasi antara 2 MPa 21 MPa. Kuat tekan untuk siltstone bervariasi antara 2.5

    MPa 20.5 MPa. Dan sandstone, nilai kuat tekan bervariasi antara 2.4 MPa 23.8

    MPa. Bila dibandingkan dengan klasifikasi batuan yang dikeluarkan Bieniawski

    (1973), bisa dijelaskan bahwa batuan tersebut termasuk dalam kategori sangat lunak

    (lihat tabel 4.2)

    Tabel 4.2 Klasifikasi Batuan berdasarkan Kuat Tekan Uniaksial (Bieniawski, 1973)

    Klasifikasi Kuat Tekan Uniaksial (MPa)

    Sangat kuat 250 - 700

    Kuat 100 - 250

    Kuat - sedang 50 - 100

    Lunak 25 50

    Sangat lunak 1 25

    Kekerasan batuan di lokasi penelitian diperoleh dari data UCS batuan dengan

    menggunakan klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 (lihat sub bab 3.2.1.2). Dari

    klassifikasi Protodyakonov, Tamrock 1989 diperoleh hubungan antara kekerasan dan

    UCS batuan seperti pada persamaan 4.1. Grafik yang menunjukkan hubungan nilai

    UCS dengan mohs hardnessdapat dilihat pada gambar 4.2.

    Y = 1,36 ln X 0,84 .......... (4.1)

    Y = Kekerasan batuan

    X = UCS batuan

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    3/25

    43

    Gambar 4.2

    Grafik UCS vsMohs Hardness

    4.1.2 Sifat sifat Massa Batuan pada Subblok Peledakan

    4.1.2.1Rock Quality Designation (RQD)

    Nilai RQD batuan di lokasi penelitian diperoleh dari hasil pengukuran log bor

    yang dilakukan oleh Departemen Geoteknik PT KPC. Nilai RQD batuan di lokasi

    penelitian bervariasi antara 54% - 99%. Menurut klasifikasi Hobbs ,1975 (lihat tabel

    3.3) dapat dijelaskan bahwa kualitas massa batuan semua blok peledakan di lokasi

    penelitian termasuk kategori sedang hingga sangat baik. Distribusi data RQD dapat

    dilihat pada gambar 4.3

    Berdasarkan klassifikasi massa batuan menurut Terzaghi (1946), dapat

    dijelaskan bahwa batuan dengan nilai RQD tersebut diatas termasuk dalam kondisi

    very blockly and seamy, moderatly blockly and seamy, massive, moderatly jointed,hard stratified, or schistose. Klassifikasi massa batuan Terzaghi dapat dilihat pada

    tabel 4.3.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    4/25

    44

    Gambar 4.3

    Distribusi DataRock Quality Designation (RQD)

    Tabel 4.3 Klasifikasi Massa Batuan (Terzaghi, 1946)

    Kondisi batuan RQD

    Hard and intact 99 100

    Hard stratified, or schistose 95 99

    Massive, moderately jointed 85 95

    Moderatly blockly and seamy 75 85Very blockly and seamy 30 75

    Completely crushed but chemically intact 3 30

    Sand & Gravel 0 3

    4.1.2.2Jarak antar Bidang Lemah

    Jarak antar bidang lemah batuan di lokasi penelitian dihitung berdasarkan

    nilai RQD yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan persamaan Priest &

    Hudson (1976) seperti pada persamaan 3.2. Dari persamaan tersebut akan diperoleh

    nilai frekuensi bidang lemah per meter (), selanjutnya jarak antar bidang lemah

    dihitung dengan persamaan 4.2.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    5/25

    45

    JS = 1/.......................................................................................................... (4.2)

    JS =Joint spacing(jarak antar bidang lemah)

    = Frekuensi kekar/meter

    Jarak antar bidang lemah di lokasi penelitian berdasarkan hasil perhitungan

    bervariasi antara 0,06 0,67 meter. Distribusi data JPS dapat dilihat pada gambar 4.4

    Gambar 4.4

    Distribusi Data Joint Plane Spacing (JPS)

    4.2 Pengamatan terhadap Rancangan Peledakan

    4.2.1 Geometri Peledakan

    Penentuan geometri peledakan di lokasi penelitian dilakukan berdasarkan

    percobaan percobaan di lapangan dan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristikbatuan yang akan diledakkan. Keinginan untuk mendapatkan fragmentasi yang baik

    dan biaya peledakan yang seminimal mungkin mengharuskan dilakukannya evaluasi

    dan koreksi terhadap pola peledakan yang akan diterapkan.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    6/25

    46

    Geometri peledakan yang dimaksud meliputi burden, spasi, kedalaman lubang

    tembak, panjang kolom stemming, subdrilling, dan panjang kolom isian bahan

    peledak. Geometri peledakan yang diterapkan di lokasi penelitian untuk semua bahan

    peledak :

    Burden : 7,5 m

    Spasi : 9 m

    Diameter lubang bor : 7 7/8 inchi atau 200 mm

    Subdrilling : 1 2 m

    Kedalaman lubang bor : 4 22 m

    Stemming : 2 7 m

    4.2.2 Bahan Peledak

    Ada 3 jenis bahan peledak yang digunakan di PT Darma Henwa, BCP yaitu

    ANFO, heavy ANFO, dan Titan Black. Seluruh bahan peledak yang digunakan di

    lokasi penelitian disediakan oleh PT KPC. Pada saat penelititan ini dilakukan, bahan

    peledak yang paling banyak digunakan adalah Titan Black. Penggunaan Titan Black

    berkisar 75% - 100% dari total konsumsi bahan peledak. ANFO digunakan sebagai

    bahan peledak untuk lubang tembak yang kering. Sementara penggunaan heavy

    ANFO hanya ditujukan sebagai pelapis pada lubang tembak yang akan diisi dengan

    bahan peledak ANFO pada sleep blasting. Sementara untuk peledakan loading shoot,

    bahan peledak ANFO tidak memerlukan bahan peledak heavy ANFO sebagai pelapis

    di dasar lubang tembak. Secara umum pemilihan penggunaan bahan peledak ini lebih

    didasarkan pada kondisi lubang tembak yang berair.

    Bagan untuk komposisi bahan peledak di lokasi penelitian dapat dilihat pada

    gambar 4.5. Dan bagan untuk komposisi blasting agent bahan peledak beserta

    penggunaannya dapat dilihat pada gambar 4.6.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    7/25

    47

    Gambar 4.5

    Komposisi Bahan Peledak di Lokasi Penelitian

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    8/25

    48

    Gambar 4.6

    KomposisiBlasting AgentBahan Peledak di Lokasi Penelitian

    4.2.3 Aksesoris Bahan Peledak di Lokasi Penelitian

    Beberapa perlengkapan peledakan yang digunakan di lokasi penelitian :

    1.

    DetonatorYaitu bahan peledak yang meledak pertama kali pada suatu peledakan,

    ledakan detonator akan memicu booster. Bentuk detonator berupa tabung yang

    terbuat dari tembaga atau aluminium.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    9/25

    49

    2. BoosterPower Pentex400 gr

    Digunakan sebagai primer dalam proses peledakan.Boosterini adalah bahan

    peledak yang terdiri dari campuran bahan kimia PETN (Penta Erithrol Tetra Nitrate)

    atau TNT. Pada umumnya memiliki bobot isi lebih besar dari 1,65 gr/cc, memiliki

    kecepatan detonasi (VOD) yang sangat tinggi (>7000 m/s). Booster memiliki

    ketahanan terhadap air yang baik dan memiliki sensitivitas yang tinggi dibandingkan

    dengan bahan peledak curah yang dimasukkan ke dalam lubang tembak seperti

    ANFO, heavy ANFO, dan Titan Black. Ledakan booster di dalam lubang tembak

    akan menghentak bahan peledak curah.

    3. Non Elektrik (nonel) Tube

    Nonel adalah tube plastik berdiameter kurang lebih 3 mm, berisi bahan reaktif

    yang bisa merambatkan gelombang kejut (shock wave) dengan kecepatan kira kira

    2000 m/s. Mampu meledakkan primary explosives atau delay element dalam

    detonator. Penyalaan dengan nonel tidak menggunakan sumbu api melainkan dengan

    gelombang detonasi.

    4. Delay Connector

    Yaitu perlengkapan penyambung ledakan antara sejumlah sumbu ledak

    sehingga terjadi ledakan dengan waktu tunda tertentu. In hole delay yang dipakai

    adalah 500 ms. In hole delay digunakan untuk memberikan waktu tunda kepada

    detonator dan memberi kesempatan kepada waktu tunda di permukaan untuk

    meledak terlebih dahulu. Sedangkan waktu tunda di permukaan yang digunakan

    adalah 25 ms, 42 ms, 65 ms, dan 100 ms.

    4.2.4 Pengisian Bahan Peledak

    Pengisian bahan peledak ke dalam lubang tembak di Pit A Selatan, BCP

    dilakukan oleh PT Orica dengan menggunakan 2 buah truk MMU (Mobile Mixing

    Unit). Pengisian ANFO dan heavy ANFO dari MMU ke lubang tembak

    menggunakan auger yang dapat bergerak swing. kecepatan tuangnya sekitar 300

    500 kg/menit tergantung dari kondisi mono pump. Cara pengisian bahan peledak

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    10/25

    50

    Titan Black menggunakan slang (hose). Slang dimasukkan ke dalam lubang tembak

    sampai ke dasar lubang kemudian sambil mencurah bahan peledak, slang ditarik

    keluar perlahan lahan. Tujuannya adalah agar air di dalam lubang tembak terdesak

    ke permukaan.

    Proses pencampuran bahan bahan peledak tersebut berlangsung secara

    otomatis di dalam MMU. Bahan bahan tersebut diangkut dalam 4 bagian yang

    berbeda. Bagian bagian itu dipisahkan sesuai dengan isinya yaitu Ammoniuim

    nitrate, emulsi, solar, dan air.

    Gambar 4.7

    Sistem Pengisian Lubang Tembak dan Aksesoris Peledakan di Pit A Selatan

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    11/25

    51

    4.2.5 Penyalaan Peledakan

    Proses penyalaan peledakan di BCP menggunakan sistem tunda dengan nonel

    detonator. Nonel waktu tunda di permukaan terdiri dari control rowdan echelon row.

    Control row adalah waktu tunda antar lubang dalam satu baris, sementara echelon

    rowadalah waktu tunda peledakan antar baris. Waktu tunda yang digunakan dilokasi

    penelitian antara lain, 25 ms, 42 ms, 67 ms, dan 100 ms

    4.2.6 Powder Factor(PF) Peledakan

    PF hasil peledakan di lokasi penelitian bervariasi antara 0.34 kg/m3 0,44

    kg/m3 (data bulan Januari sampai dengan September 2007). Angka PF hasil

    peledakan digunakan sebagai indikator biaya. Semakin tinggi angka PF, maka jumlah

    bahan peledak yang digunakan dalam satu proses peledakan semakin banyak dan

    demikian sebaliknya. Penggunaan bahan peledak yang banyak membutuhkan biaya

    yang besar untuk menyediakan bahan peledak tersebut. Pada kondisi lubang tembak

    dengan geometri sama, penggunaan bahan peledak heavy ANFO dan Titan Black

    akan menghasilkan angka PF yang lebih besar dari pada penggunaan ANFO sebagai

    bahan peledak. Hal ini terjadi karena bobot isi bahan peledak Titan Blacklebih besar

    dari ANFO danHeavyANFO.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    12/25

    52

    Tabel 4.4 Powder Factor(PF) Peledakan di Pit A Selatan

    dari Bulan Januari September 2007

    Bulan

    Bahan PeledakTotal Volume PF

    ANFO H - ANFO TITAN BLACK

    kg % kg % Kg % (kg) (m3) (kg/m3)

    Jan-07 56912 7,25 21189 2,7 706560 90,05 784661 1801844 0,44

    Feb-07 51032 6,83 14176 1,9 681819 91,27 747027 1799816 0,42

    Mar-07 88792 8,71 18996 1,86 912202 89,43 1019990 2553021 0,4

    Apr-07 108725 14,71 14632 1,98 615602 83,31 738959 1945062 0,38

    Mei-07 261909 25,91 44472 4,4 704509 69,69 1010890 2682083 0,38

    Jun-07 108938 21,14 23934 4,64 382551 74,22 515423 1445121 0,36

    Jul-07 151599 19,81 38076 4,98 575539 75,21 765214 2218023 0,34

    Agust-07 176725 13,64 13593 1,05 1105456 85,31 1295774 3532557 0,37

    Sep-07 57950 9,57 7285 1,2 540053 89,22 605288 1677870 0,36

    Rata - rata 14,75 2,94 83,08

    4.3 Perhitungan Distribusi Fragmen Batuan di Lokasi Penelitian

    4.3.1 Distribusi Fragmen Batuan pada Pengamatan Lapangan

    Pengamatan fragmentasi di lapangan dimulai dengan menentukan selang

    ukuran fragmen batuan hasil peledakan. Dalam pengamatan di lapangan digunakan

    selang ukuran fragmen batuan : < 20 cm, 20 50 cm, dan > 50 cm. Selanjutnya

    membuat kotak pengamatan dengan membatasi material hasil peledakan dengan pita

    ukuran 10 meter x 10 meter. Kemudian kotak tersebut dibagi menjadi 10 bagian

    dengan selang 1 meter. Tiap kotak dihitung persentase fragmen batuan untuk setiap

    selang ukuran yang telah ditetapkan. Kemudian dari 10 kotak yang didapat diambil

    rata rata untuk tiap selang ukuran fragmen batuan. Hasil pengamatan terhadap

    fragmen batuan di lapangan didistribusikan dalam bentuk persentase area yang

    ditutupi oleh batuan dengan selang ukuran tersebut di atas Langkah kerja pengamatan

    fragmen batuan dapat dilihat pada gambar 4.8 dan contoh lokasi yang diamati dapat

    dilihat pada gambar 4.9.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    13/25

    53

    Gambar 4.8

    Langkah Kerja Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    14/25

    54

    Gambar 4.9

    Contoh Lokasi Pengamatan Fragmen Batuan di Lapangan

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    15/25

    55

    Distribusi fragmen batuan dalam bentuk persentase area untuk masing -

    masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Area

    Kotak

    Lokasi : ASE 088, Bukit Kadal

    Pattern : 7.5 x 9

    Distribusi fragmen batuan lapangan

    < 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm

    persentase area (%)

    1 40 30 30

    2 50 30 20

    3 55 20 25

    4 45 40 15

    5 40 40 206 30 45 25

    7 45 35 20

    8 45 30 25

    9 55 30 15

    10 45 35 10

    11 65 20 15

    12 40 35 25

    13 45 35 20

    14 60 25 15

    15 50 25 25

    16 40 45 2517 35 45 20

    18 40 35 25

    19 35 40 25

    20 30 45 25

    21 55 35 10

    22 35 45 20

    23 40 35 25

    24 50 35 15

    25 35 45 20

    26 35 40 25

    27 40 35 25

    28 65 15 20

    29 50 35 15

    30 30 45 25

    rata - rata 44,17 35,00 20,83

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    16/25

    56

    4.3.2 Konversi Distribusi Fragmen Batuan dari Persentase Area ke

    Persentase Massa

    Prediksi fragmen batuan Kuz Ram menghasilkan persentase massa fragmen

    batuan yang lolos dari ayakan dengan ukuran tertentu. Oleh karena itu, hasil

    pengamatan pada tabel 4.6 di atas harus dikonversi ke persentase massa agar hasil

    perhitungan dari pengamatan langsung dapat dibandingkan dengan model prediksi

    Kuz Ram.

    Area yang ditutupi fragmen - fragmen dikonversi ke volume dengan

    mengasumsikan geometri fragmen batuan adalah bola dengan jari jari (r) 10 cm ( 50 cm). Dengan asumsi bobot isi batuan

    sama untuk semua lokasi pengamatan, maka persentase volume akan sama dengan

    persentase massa. Untuk satu fragmen dengan ukuran area yang ditutupi (aj),

    dikonversi ke dalam volume (volj) dengan persamaan 4.3 (John Franklin & Takis

    Katsabanis, 1996).

    volj =

    3

    4

    3

    ja

    . 4.3

    volj = volume fragmen

    aj = area yang ditutupi fragmen

    Distribusi fragmen batuan dalam bentuk persentase volume untuk masing -

    masing kotak pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6 dan proses perhitungan dapat

    dilihat pada lampiran B.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    17/25

    57

    Tabel 4.6 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume

    Kotak

    Lokasi : ASE 088, Bukit Kadal

    Pattern : 7,5 x 9

    Distribusi fragmen batuan lapangan

    < 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm

    persentase (%) volume

    1 17,58 32,97 49,45

    2 25,00 37,50 37,50

    3 27,67 25,16 47,17

    4 22,36 49,69 27,95

    5 18,60 46,51 34,88

    6 12,70 47,62 39,68

    7 21,69 42,17 36,14

    8 21,05 35,09 43,869 29,53 40,27 30,20

    10 26,47 51,47 22,06

    11 37,96 29,20 32,85

    12 18,08 39,55 42,37

    13 21,69 42,17 36,14

    14 33,57 34,97 31,47

    15 24,24 30,30 45,45

    16 16,24 45,69 38,07

    17 15,73 50,56 33,71

    18 18,08 39,55 42,3719 15,30 43,72 40,98

    20 12,70 47,62 39,68

    21 30,56 48,61 20,83

    22 15,73 50,56 33,71

    23 18,08 39,55 42,37

    24 25,81 45,16 29,03

    25 15,73 50,56 33,71

    26 15,30 43,72 40,98

    27 18,08 39,55 42,37

    28 36,62 21,13 42,2529 25,81 45,16 29,03

    30 12,70 47,62 39,68

    Rata - rata 21,69 41,45 36,87

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    18/25

    58

    Distribusi fragmen batuan dalam persentase volume untuk tiap bahan peledak

    dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.

    Tabel 4.7 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume

    dengan Bahan Peledak ANFO

    Lokasi

    Powder

    Factor

    Pengamatan lapangan

    < 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm

    kg/m3) % % %

    ASE 088, Bukit Kadal 0,26 21,69 41,45 36,87

    ASE 091, Bukit Kadal 0,26 20,56 43,24 36,20

    ASE 097, Bukit Kadal 0,28 24,30 43,72 31,97

    ASE 098, Bukit Kadal 0,27 20,74 43,48 35,79

    ASDE2 160, Bukit Kadal 0,26 22,28 40,49 37,23

    Rata rata 21,91 42,48 35,61

    Tabel 4.8 Distribusi Fragmen Batuan dalam Persentase Volume

    dengan Bahan Peledak Titan Black

    LokasiPowder

    Factor

    Pengamatan lapangan

    < 20 cm 20 - 50 cm > 50 cm

    kg/m3) % % %

    ASE 084, Bukit Kadal 0,40 22,49 42,50 35,02ASE - 092 EXT (2), Bukit Kadal 0,43 27,05 40,84 32,11

    ASE 093, Bukit Kadal 0,36 23,48 43,08 33,44

    ASE - 093 (2), Bukit Beo 0,38 24,56 42,46 32,98

    ASDE2 161, Bukit Tawon 0,37 23,05 45,76 31,19

    Rata rata 24,12 42,93 32,95

    4.3.3 Prediksi Fragmen batuan Hasil Peledakan dengan Model Kuz Ram

    1.

    Penentuan Faktor Batuan dengan Simulasi Monte Carlo

    Ada 5 parameter batuan yang akan ditentukan nilai bobotnya pada

    perhitungan menggunakan simulasi Monte Carlo. Parameter parameter tersebut

    adalah : rock mass description (RMD), joint plane spacing (JPS), joint plane

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    19/25

    59

    orientation(JPO), specific gravity influence (SGI), dan mohshardness (H). Data

    data yang dimasukkan ke dalam simulasi Monte Carlo adalah nilai minimum dan

    nilai maksimum dari tiap parameter.

    a) Rock Mass Description(RMD)

    Pembobotan RMD didasarkan pada nilai RQD batuan di lokasi penelitian.

    Nilai RQD di lokasi penelitian bervariasi antara 54% - 99%. Simulasi Monte Carlo

    akan menghitung nilai RQD secara acak dengan formula :

    = RAND()*(99-54)+54

    Dengan melihat tabel 4.3 dan tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa bila RQD

    batuan hasil perhitungan Simulasi Monte Carlo berada pada selang 0 30 %, maka

    batuan tersebut dikategorikan friable dan diberikan bobot 10. Jika RQD batuan

    berada pada selang 30 85%, maka batuan tersebut dikategorikan blockly dan

    diberikan bobot 20. Dan jika RQD batuan berada pada selang 85 99%, maka batuan

    tersebut dikategorikan totally massivedan diberikan bobot 50.

    Tabel 4.9 Pembobotan berdasarkan Deskripsi Massa Batuan (Lily, 1986)

    RMD Friable Blockly Totally Massive

    Bobot 10 20 50

    b) Jarak antar Bidang Lemah (Joint Plane Spacing)

    Hasil perhitungan jarak antar bidang lemah di lokasi penelitian bervariasi

    antara 0,06 0,67 m. Simulasi Monte Carlo akan menghitung nilai bobot jarak antar

    bidang lemah dengan formula :

    = RAND()*(0,67-0,06)+0,06

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    20/25

    60

    Dengan melihat pembobotan berdasarkan jarak antar bidang lemah yang

    diberikan Lily (1986) dapat dijelaskan bahwa jika jarak antar bidang lemah hasil

    perhitungan simulasi Monte Carlo < 0,1 m, maka dikategorikan closedan diberikan

    bobot 10 (lihat tabel 4.10). Jika jarak antar bidang lemah batuan berada pada selang

    0,1 1 m, maka dikategorikan intermediatedan diberikan bobot 20. Dan jika jarak

    antar bidang lemah batuan > 1 m, maka dikategorikan widedan diberikan bobot 50.

    Tabel 4.10 Pembobotan berdasarkan Jarak antar Bidang Lemah (Lilly, 1986)

    JS Close (< 0,1 m) Intermediate(0,1 1 m) Wide(>1m)

    Bobot 10 20 50

    c) Arah Orientasi Bidang Lemah Utama terhadap Arah Peledakan (Joint

    Plane Orientation, JPO)

    Pembagian orientasi bidang lemah utama (JPO) meliputi horizontal,dip out of

    face, strike normal to face, dan dip in to face. Pembobotan orientasi bidang lemah

    utama diberikan Lily (1986) seperti pada tabel 4.11 . Sebagai ilustrasi orientasi

    bidang lemah utama terhadap arah peledakan dapat dilihat pada gambar 4.10

    Tabel 4.11 Pembobotan berdasarkan Orientasi Bidang Lemah Utama (JPO)

    terhadap Arah Peledakan (Lily, 1986)

    JO Horizontal Dip out of face Strike normal to face Dip in to face

    Bobot 10 20 30 40

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    21/25

    61

    Gambar 4.10

    Ilustrasi Orientasi Bidang Lemah Utama terhadap Arah Peledakan

    Berdasarkan pengamatan visual dan analisa foto (lihat lampiran I) di lokasi

    penelitian, arah umum bidang lemah mengarah ke dalam jenjang (dip in to face)

    dengan demikian diberikan bobot 40.

    d) Specific Gravity Index(SGI)

    Indeks bobot isi atau SGI menurut Lily (1986) dapat diperoleh dari bobot isi

    batuan. Bobot isi batuan bervariasi antara 1,85 2,76 t/m3. Simulasi Monte Carlo

    akan menghitung nilai bobot isi batuan dengan formula :

    = RAND()*(2,76-1,85)+1,85

    Hasil perhitungan simulasi Monte Carlo akan digunakan untuk menghitung

    SGI batuan. Hubungan antara bobot isi batuan dengan SGI dapat dilihat pada

    persamaan 4.4.

    SGI = 25 x BI 50 ........................................................................................ (4.4)

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    22/25

    62

    e) Kekerasan Berdasarkan Skala Mohs (Hardness)

    Kekerasan batuan di lokasi penelitian dihitung dari nilai UCS batuan. UCS

    batuan bervariasi antara 2,0 23,8 MPa. Simulasi Monte Carlo akan menghitung

    nilai UCS batuan dengan formula :

    = RAND()*(23,8-2,0)+2,0

    Nilai UCS batuan yang diperoleh secara acak dari simulasi monte Carlo akan

    digunakan untuk menghitung nilai kekerasan batuan. Hubungan antara nilai UCS

    dengan kekerasan batuan dapat dilihat pada persamaan 4.1 (sub bab 4.1.1.2).

    Dengan menjumlahkan semua bobot minimum dan bobot maksimum untuk

    setiap parameter batuan, maka nilai total bobot parameter batuan akan berada di

    antara 66,35 132,47 (gambar 4.11). Total bobot parameter batuan yang digunakan

    adalah nilai rata rata total bobot. Perhitungan dengan simulasi Monte Carlo

    menghasilkan rata rata total bobot parameter batuan 98,59. Maka indeks

    kemampuledakan batuan (BI) dihitung dengan persamaan 4.5. Perhitungan

    menggunakan simulasi Monte Carlo selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    23/25

    63

    Gambar 4.11

    Perhitungan Total Bobot Parameter Batuan pada Simulasi Monte Carlo

    BI = 0,5 (RMD + JPS + JPO + SGI + H) ........................................................ (4.5)

    BI = 0,5 x 98,59

    BI = 49,29

    Dan faktor batuan (RF) dihitung dengan persamaan 4.6.

    RF = 0,15 x BI (4.6)

    RF = 7,39

    2. Geometri Peledakan

    Burden dan spasi yang digunakan adalah tetap yaitu mengikuti pola peledakan

    7,5 m x 9 m. Subdrilling yang digunakan adalah tetap yaitu 1 m. Sementara

    kedalaman lubang tembak yang bervariasi antara 4 20 m, digunakan rata ratanya.

    Demikian pula dengan panjang kolom stemming yang bervariasi antara 2 7 m

    digunakan rata ratanya.

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    24/25

    64

    3. Jumlah Isian Bahan Peledak

    Jumlah bahan peledak yang dimasukkan kedalam prediksi Kuz Ram adalah

    jumlah rata rata untuk tiap lokasi peledakan. Hal ini disebabkan oleh panjang kolom

    isian bahan peledak untuk tiap lubang tembak dalam satu lokasi peledakan tidak

    sama.

    Selanjutnya data data faktor batuan, geometri peledakan, dan jumlah bahan

    peledak digunakan pada perhitungan model Kuz Ram. Hasil prediksi distribusi

    fragmentasi berdasarkan prediksi model Kuz Ram ditampilkan dalam tabel 4.12 dan

    tabel 4.13.

    Tabel 4.12 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram

    dengan Bahan Peledak ANFO

    Lokasi

    Powder

    Factor

    Prediksi Kuz - Ram

    20 cm 20 - 50 cm > 50 cm

    kg/m3) % % %

    ASE 088, Bukit Kadal 0,26 15,93 26,82 57,25

    ASE 091, Bukit Kadal 0,26 16,46 26,65 56,89

    ASE 097, Bukit Kadal 0,28 15,57 29,27 55,16

    ASE 098, Bukit Kadal 0,27 15,72 27,41 56,87

    ASDE2 160, Bukit Kadal 0,26 16,68 27,47 55,85

    Rata rata 16,07 27,52 56,40

  • 7/26/2019 Bab IV Data Pengamatan Fix

    25/25

    65

    Tabel 4.13 Prediksi Fragmen Batuan berdasarkan Prediksi Model Kuz Ram

    dengan Bahan Peledak Titan Black

    Lokasi

    Powder

    Factor

    Prediksi Kuz - Ram

    < 20 cm 20 - 50 cm > 50 cmkg/m3) % % %

    ASE 084, Bukit Kadal 0,4 21,00 29,91 49,09

    ASE 093, Bukit Kadal 0,36 23,09 26,51 50,41

    ASE - 092 EXT (2), Bukit Kadal 0,43 18,81 32,24 48,94

    ASE - 093 (2), Bukit Beo 0,38 20,88 28,54 50,58

    ASDE2 161, Bukit Tawon 0,37 22,90 27,35 49,75

    Rata rata 21,34 28,91 49,75