BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD...

25
72 BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD HASSAN TENTANG PROBLEMA SOSIAL KEAGAMAAN DITINJAU DARI TEORI PROBLEMA SOSIAL KEAGAMAAN YANG ADA 4.1. Pokok-Pokok Pemikiran Dakwah Ahmad Hassan tentang Problema Sosial Keagamaan Dalam fase pencarian bentuk bagi politik Indonesia pada dua dekade seputar kemerdekaan, A. Hassan telah secara aktif ikut serta dalam dialog terbuka antar berbagai arus pemikiran yang hidup di masyarakat. Hal ini bisa terlihat dalam tulisan-tulisannya, antara lain, Islam dan Paham Kebangsaan (1941). Dalam buku itu A. Hassan menggambarkan bagaimana sikap Islam terhadap politik khususnya di Indonesia, dan dengan semangat demokratis mengemukakan apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah. Membaca tulisan-tulisan itu, sama sekali tidak menemukan paham fanatisme, suatu kesan yang biasanya hanya diperoleh oleh mereka yang tidak paham cara berpikir kesejarahan, dan tidak mengetahui nilai perbedaan pemikiran dalam menemukan apa yang selanjutnya dipandang baik dan benar. Ahmad Hassan dalam menyusun buku: Islam dan Kebangsan melalui pergolakan pikirannya yang melihat kondisi Indonesia dan tokoh Soekarno cenderung sekuler dan terlalu menitik beratkan nasionalisme

Transcript of BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD...

Page 1: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

72

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD HASSAN

TENTANG PROBLEMA SOSIAL KEAGAMAAN DITINJAU

DARI TEORI PROBLEMA SOSIAL KEAGAMAAN YANG

ADA 4.1. Pokok-Pokok Pemikiran Dakwah Ahmad Hassan tentang Problema

Sosial Keagamaan

Dalam fase pencarian bentuk bagi politik Indonesia pada dua dekade

seputar kemerdekaan, A. Hassan telah secara aktif ikut serta dalam dialog

terbuka antar berbagai arus pemikiran yang hidup di masyarakat. Hal ini

bisa terlihat dalam tulisan-tulisannya, antara lain, Islam dan Paham

Kebangsaan (1941). Dalam buku itu A. Hassan menggambarkan bagaimana

sikap Islam terhadap politik khususnya di Indonesia, dan dengan semangat

demokratis mengemukakan apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah.

Membaca tulisan-tulisan itu, sama sekali tidak menemukan paham

fanatisme, suatu kesan yang biasanya hanya diperoleh oleh mereka yang

tidak paham cara berpikir kesejarahan, dan tidak mengetahui nilai perbedaan

pemikiran dalam menemukan apa yang selanjutnya dipandang baik dan

benar.

Ahmad Hassan dalam menyusun buku: Islam dan Kebangsan

melalui pergolakan pikirannya yang melihat kondisi Indonesia dan tokoh

Soekarno cenderung sekuler dan terlalu menitik beratkan nasionalisme

Page 2: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

73

sehingga kebangsaan dianggap sebagai dasar yang tertinggi dan yang

lainnya seperti agama khususnya Islam tidak boleh ikut campur dalam

urusan negara. Dari sini A. Hassan menyusun buku Islam dan Kebangsaan.

Buku ini disusun sebagai hasil debat dan polemis dengan Soekarno. Dari

sini pula tampak corak buku tersebut yaitu hasil dari:

Pertama, debater. Dalam hal ini beliau mempertahankan

pendapatnya dengan menggunakan jalan debat secara terbuka dan tertutup.

Terbuka ia lakukan manakala persoalannya sudah menyangkut kepentingan

orang banyak. Misalnya dalam menggulirkan gagasan negara Islam. Ia

mengajak debat terbuka dengan Soekarno. Dalam pandangannya bahwa

debat merupakan bentuk tukar pikiran dan pembahasan mengenai suatu hal

dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-

masing. Bagi Ahmad Hassan, debat bisa menghasilkan sebuah kesepakatan

bila tidak bermuatan kepentingan pribadi melainkan kembali kepada dasar

al-Qur'an dan hadis. Tertutup, apabila masalahnya hanya bersifat pribadi

yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan orang banyak.

Kedua, polemis. Metode ini dimanfaatkan olehnya dalam perdebatan

mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa.

Hal ini kemudian ia tuangkan secara sistematis dalam buku yang berjudul:

Islam dan Kebangsaan.

Ketiga, sic et non. Metode ini bersifat dialogis. Ia gunakan dalam

bentuk dialog atau tanya jawab, dan lazimnya ia gunakan ketika membahas

masalah masail fiqhiyyah. Metode ini misalnya ia wujudkan dalam bentuk

Page 3: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

74

buku-bukunya antara lain: Soal Jawab tentang Berbagai Masalah Agama,

Bandung: CV.Diponegoro, 2003; At-Tauhid, Bandung: CV.Diponegoro,

1987

Dengan melihat tulisan-tulisan Ahmad Hassan, akan bisa menangkap

apa yang sesungguhnya ia cita-citakan bagi masyarakat Indonesia. Ahmad

Hassan dalam buku Islam dan Kebangsaan menginginkan agar umat Islam

melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh dan semurni-

murninya, baik dalam tingkat individu, keluarga/masyarakat/dan negara.

Pelaksanaannya harus didasarkan pada pemahaman yang benar menurut

nas-nas Al-Qur'an dan Sunnah, serta pengingkaran semua hal yang berbau

bid'ah dan khurafat. Untuk mencapai itu umat Islam harus melakukan

ijtihad, atau sekurang-kurangnya ittiba, dan menjauhi taklid, suatu penyakit

yang menyebabkan kemunduran umat Islam. Kerangka berpikir di atas oleh

A. Hassan disebut "mengikuti jejak salaf", jajaran generasi-yang terdekat

baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw.

Hal-hal seperti tersebut di atas tampaknya merupakan tema yang

selalu berulang-ulang sepanjang sejarah Islam setelah terjadinya kontak

antara ajaran Islam dengan berbagai pemikiran asing yang mengakibatkan

kaburnya ajaran otentik Islam. Seperti diakui oleh Persis sendiri dalam

Mukaddimah Qanun Asasi (anggaran dasarnya), bahwa kondisi semacam itu

senantiasa memunculkan mujaddid, seperti telah ditegaskan oleh Nabi

Muhammad saw, pada awal setiap abad. Tema-tema ishlah atau tajdid,

misalnya bisa ditemukan dalam kebanyakan pemikir Hambali, Muhammad

Page 4: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

75

'Abduh (w. 1905) dan Rasyid Ridha (w. 1935). Tetapi perlu disadari bahwa

arus pemikiran Islam itu terus bergerak secara kumulatif dari sumber yang

sama, Al-Qur'an dan Sunnah, tetapi situasi dan tantangan yang berbeda akan

memerlukan respon dengan penekanan yang berbeda. Di situlah terlihat jasa

A. Hassan dalam bangunan pemikiran Islam di Indonesia.

Untuk melihat secara jelas ketajaman dan tekanan simbol-simbolnya,

pemikiran A. Hasan dalam bukunya Islam dan Kebangsaan perlu diletakkan

dalam konteks kesejarahan pada awal abad ke-20. Kemajuan sikap dan

pemikirannya telah mendorong umat Islam untuk meninjau kembali setiap

adat dan kebiasaan yang selama ini dianggap mapan dan tidak perlu

dipertanyakan lagi seperti yang dianut oleh "kaum tradisionalis". Umat

Islam telah ditantang untuk berpikir kritis dengan kritik-kritiknya yang

tajam terhadap setiap tindakan dan pemikiran yang tidak bersumber dari

ajaran agama. Tantangan A. Hassan untuk berpikir kritis itu bukan berarti

mengajak orang untuk anti-dogma, dan bahkan dengan tajam dalam

bukunya itu ia mengkritik orang-orang sekuler, yang diwakili oleh

penganjur "paham kebangsaan".

Salah satu kesalahpahaman yang dikritik secara tajam oleh A.

Hassan dalam bukunya Islam dan Kebangsaan ialah ide sekuler dalam

hubungan antara Islam dan paham kebangsaan (nasionalisme). Setelah

berkembang pada abad ke-18 di Eropa Barat, paham kebangsaan itu baru

masuk ke Indonesia pada abad ke-20, yang ditandai dengan munculnya ide

kemerdekaan bagi bangsa Indonesia atas dasar ideologi "asli". Ada

Page 5: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

76

kecenderungan bahwa ideologi "asli" itu dimaksudkan untuk menolak apa

saja yang berbau "asing" termasuk memisahkan kehidupan politik dari asas-

asas agama.

Polemik mengenai ideologi ini telah melibatkan sejumlah tokoh

dengan pendapat yang berbeda-beda. Terhadap lawan pahamnya, seperti

Soekarno dan Soetomo, A. Hassan melancarkan kritiknya secara tajam, ia

menyatakan dalam bukunya Islam dan Kebangsaan bahwa paham

kebangsaan seperti yang dipahami oleh mereka itu adalah sama dengan

'ashabiyyah, fanatisme kesukuan, suatu semangat solidaritas yang ditentang

oleh Islam.

Kritik seperti itu dilakukan oleh A. Hassan dengan cara yang tajam

dan terbuka terhadap siapa saja yang dianggap salah, termasuk terhadap

mereka yang secara pribadi maupun aspirasi dekat dengannya. la pernah

mengkritik Hasbi ash-Shiddiqie karena soal "jabat tangan", Umar Hubaisy

dan Bey Arifin soal madzhab, dan juga Hamka tentang paham kebangsaan.

Semua kritik itu dilakukan dengan tajam sekali, sehingga kadang-kadang

menimbulkan kesan kebencian. Kesan tersebut sebenarnya tidak tepat,

karena kejujuran dan keikhlasanlah yang menyebabkan kritik itu pedas,

bahkan terkadang kelewat pedas menurut ukuran perasaan "Jawa". Orang

sering terkejut bahwa A. Hassan yang keras dalam kritik itu adalah A.

Hassan yang lemah-lembut dalam pergaulan.

Di samping sebagai kritikus, A. Hassan juga dikenal sebagai seorang

polemis dan debater. Polemik dan debat digunakan sebagai senjata untuk

Page 6: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

77

mematahkan paham lawannya, dan membuktikan kebenaran pahamnya

sendiri. Dalam hal seperti itu, pendengar atau pembaca diharapkan dengan

mudah memahami mengapa sesuatu faham itu salah atau benar/berdasar

kaidah agama atau logika. Misalnya dalam perdebatan dengan Wahhab

Hasbullah, orang ditantang untuk memilih kebenaran, setelah tahu alasan

diperbolehkan atau diharamkan taklid. Begitu juga dalam polemik dengan

Hussein al-Habsyi tentang soal mazhab. Menurut A. Hassan, bermadzhab

sama dengan bertaklid, dan haram hukumnya menurut agama. Selama

hidupnya A. Hassan telah melakukan beberapa perdebatan dengan pendeta-

pendeta Kristen, tokoh-tokoh Ahmadiyah, golongan ateis, Persatuan Muslim

Indonesia (PERMI) dan ulama tradisional.

Ahmad Hassan dalam bukunya" Islam dan Kebangsaan"

mengungkapkan beberapa problema sosial. Buku ini berisi tiga hal yang

sangat menarik untuk diungkap yaitu pertama, masalah kemerdekaan

beragama dalam menegakkan hukum Islam; kedua, makna kebangsaan;

ketiga, ajaran Islam sebagai dasar kehidupan

4.1.1. Kemerdekaan Beragama dalam Menegakkan Hukum Islam

Sebagaimana telah diutarakan dalam bab tiga skripsi ini, bahwa

dalam pandangan A.Hassan bahwa di Indonesia sudah ada kemerdekaan

beragama tapi hanya sebatas kebebasan dalam menjalankan ibadah ritual

juga hanya sebatas penegakan hukum nikah, talak dan ruju. Sedangkan

penegakan hukum Islam dalam arti keseluruhan yang meliputi di

Page 7: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

78

dalamnya masalah hukum pidana belum mendapat kebebasan. Yang ada

justru hukum warisan kolonial Belanda.

Apa yang diungkapkan oleh A.Hassan ini ia tujukan pada masa

pemerintahan Soekarno. Karena di dalam buku Islam dan Kebangsaan

itu terdapat di dalamnya sekilas polemik antara A.Hassan dengan

Soekarno.

Dengan memperhatikan pemikiran A. Hassan tersebut, menurut

analisis penulis bahwa sebetulnya di Indonesia bisa saja ditegakkan

hukum Islam. Namun demikian untuk bisa berlaku tidak cukup lewat

kekuasaan seorang kepala negara semata pada waktu itu yang menjadi

presiden Soekarno. Jika memang rakyat Indonesia menghendaki

penegakan hukum Islam maka hal itu hanya bisa diwujudkan bila wakil-

wakil rakyat yang duduk dalam lembaga legislatif mengajukan usul

pemberlakuan hukum Islam. Jadi pendapat A.Hassan tentang tidak

adanya kebebasan di Indonesia dalam menegakkan hukum Islam kurang

tepat.

Meskipun Soekarno termasuk presiden yang lebih banyak

terpengaruh dengan konsep dan teori Barat atau buku-buku orientalis

dan terpengaruh pula dengan sistem pemerintahan Turki di bawah

pimpinan Kemal Attaturk sebagaimana tuduhan A.Hassan, namun hal

itu tidak berarti Soekarno bisa menghitam putihkan pelaksanaan hukum

di indonesia. Undang-undang bukan hasil seorang presiden semata

melainkan produk dari lembaga eksekutif dan legislatif.

Page 8: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

79

Dalam perspektif A.Hassan bahwa tidak tegaknya hukum Islam

di Indonesia merupakan problema sosial keagamaan. Dalam hal ini

penulis berpendapat bahwa hal itu ada benarnya karena pada waktu itu

banyak umat Islam yang suara-suaranya dimatikan oleh soekarno seperti

dipenjara dan dituduh anti revolusi. Kondisi ini mendorong A.Hasan

membuat kesimpulan sebagai masalah besar yang harus dijernihkan.

Menurut analisis penulis bahwa keinginan A.Hassan untuk

memberlakukan hukum Islam di Indonesia menunjukkan bahwa ia

menginginkan pemberlakuan hukum Islam dituangkan dalam konstitusi

negara. Keinginan ini menunjukkan bahwa hukum Islam harus dilegal

formalkan.

Menurut analisis penulis, hukum Islam tidak perlu dimasukkan

secara legal formal dalam konstitusi, yang penting nilai–nilai hukum

Islam dijalankan, artinya yang berlaku boleh saja dengan nama hukum

ciptaan manusia tapi yang penting substansinya tidak bertentangan

dengan dasar-dasar atau prinsip-prinsip al-Qur'an dan hadis.

Bagaimana pun juga pemaksaan penegakan hukum Islam di

Indonesia akan berimplikasi terhadap agama lain. Tentunya penganut

non Islam akan keberatan dengan pemberlakuan tersebut dan dianggap

sebagai bentuk diskriminasi dalam bernegara. Masalah lain yang muncul

bahwa penulis melihat hukum Islam pun masih berbenturan pada level

perbedaan pendapat yang terkotak-kotak dalam mazhab yaitu ada

mazhab Syafi'i Hanafi, Maliki dan Hambali. Jadi ketika hukum Islam

Page 9: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

80

ditegakkan ini pun akan mengundang perdebatan yaitu mazhab mana

yang dipakai bagi yang pro Syafi'i tentu akan menganggap tidak benar

pendapat mazhab lain dan ini bisa terjadi di kalangan fanatik mazhab.

Implikasinya akan membuka peluang perpecahan antara sesama umat

Islam. Berbeda halnya bila hanya menyangkut masalah hukum perdata

maka hal ini boleh saja masuk dalam bentuk undang-undang, tapi jika

menyangkut hukum publik misalnya hukum pidana maka penjatuhan

sanksi hukum berupa perampasan kemerdekaan seseorang atau sanksi

yang ditujukan pada fisiknya si terpidana maka ini akan mengundang

pro kontra yang luar biasa seperti soal qisas, hudud, diyat, jilid, rajam

dan sebagainya.

Namun sebagai sebuah pesan dakwah, bahwa keinginan

A.Hassan patut diapresiasi karena hal itu menjadi indikasi bahwa ia

merasa berkewajiban menyampaikan hukum Allah. Tapi ketika

pendapatnya digulirkan dalam ruang lingkup negara maka hal ini perlu

dipertimbangkan lebih dalam. Terutama menyangkut aspek kesatuan

bangsa yang bersifat majemuk.

4.1.2. Makna Kebangsaan

Istilah kebangsaan yang dipergunakan oleh para pemimpin

Indonesia di tahun dua puluhan dan permulaan tiga puluhan mempunyai

arti chauvinisme, netral agama dan bahkan anti Islam.

Paham nasionalisme netral agama ini, secara agak berhasil, telah

diperkenalkan dan disebarkan oleh Ir. Soekarno dan kawan-kawan di

Page 10: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

81

sekitar tahun dua puluhan. Salah satu faktor yang mempermudah

Soekarno menyebarkan paham tersebut adalah karena, pada waktu itu,

banyak orang Islam bersekolah di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

Belanda dan pendidikan Belanda ini telah berhasil memisahkan

golongan terpelajar Muslim dari agama mereka.

Persis (Persatuan Islam), sebagai salah satu organisasi Islam

pada masa itu dengan diwakili oleh dua orang tokoh terkemukanya, A.

Hassan dan M. Natsir, beranggapan bahwa paham ini sangat

membahayakan kehidupan beragama pada umumnya dan Islam pada

khususnya. Oleh karena itu paham ini tidak boleh terus meluas dan

harus ditanggapi secara serius. Maka tampillah mereka, bersama-sama

dengan penulis-penulis lainnya, menurunkan artikel-artikel bersambung

di berbagai media massa pada waktu itu, di antaranya melalui majalah

Islam terkenal "Pembela Islam".

Dalam tulisan-tulisannya, Natsir yang menggunakan nama

samaran A. Muchlis itu banyak membicarakan perkembangan

Nasionalisme Indonesia, dan mulai timbulnya paham ini dengan

mengambil kesimpulan tentang Nasionalisme itu dari pandangan dan

pernyataan para pemimpin kalangan kebangsaan. Adapun A. Hassan

mendasarkan pendapatnya pada pengertian Nasionalisme, yang

menurutnya bahwa paham "kebangsaan" adalah sama dengan pengertian

'ashabiyah di zaman Jahiliyah. Sedangkan menurut beberapa Hadis

bahwa orang yang menyerukan 'ashabiyah, berperang karena 'ashabiyah

Page 11: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

82

dan berjuang dengan dasar atau asas 'ashabiyah adalah tidak termasuk

golongan ummat Muhammad Saw. Maka A. Hassan menyimpulkan

bahwa Nasionalisme atau paham kebangsaan bertentangan dengan

Islam.

Satu-satunya asas perjuangan kaum Muslimin adalah Islam itu

sendiri. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia asas Islam telah

terbukti dapat membangkitkan rasa persatuan dan semangat juang yang

militan. Pada masa itulah Partai Sarekat Islam dan Muhammadiyah telah

memiliki anggota ratusan ribu, mempunyai cabang di seluruh tanah air,

dan sebagai dikatakan Natsir: "Pergerakan Islamlah yang lebih dulu

membuka jalan medan politik kemerdekaan di tanah ini, yang mula-

mula menanam bibit persatuan Indonesia, yang menyingkirkan sifat

kepulauan dan kepropinsian, yang mula-mula menanam persaudaraan

dengan kaum yang sama senasib di luar batas Indonesia dengan tali ke-

Islaman.

A. Hassan berpendapat bahwa paham kebangsaan telah

memisahkan kaum Muslimin Indonesia dari saudara-saudara mereka di

luar Indonesia, sedang menurut al-Qur'an semua muslimin itu

bersaudara. Ia juga berkesimpulan bahwa memasuki partai kebangsaan

berarti dosa, karena partai yang berasaskan kebangsaan sudah tentu

tidak akan menjalankan hukum Islam dan orang yang tidak

menggunakan dengan hukum Islam adalah fasiq, zhalim atau kafir.

Page 12: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

83

Pendapat dan pikirannya ini didasarkan pada ayat-ayat Qur'an dan

Hadis-hadis yang ia pahami.

Pengertian Islam yang merupakan bagian kedua dari buku ini

adalah tangkisan A. Hassan terhadap tulisan Ir. Soekarno "Memudakan

Pengertian Islam" yang dimuat berturut-turut dalam majalah Panji Islam

nomer 12 — 16 tahun 1940. Tulisan Soekarno ini telah pula disatukan

dengan karangan-karangan lainnya dalam buku Dibawah Bendera

Revolusi I, halaman 369 — 402.

A. Hassan berkesimpulan bahwa tulisan Soekarno dengan judul

tersebut bukanlah memudakan atau menyegarkan pengertian Islam

sebagai yang dikandung oleh judul "Me-muda-kan Pengertian Islam"

akan tetapi justru merendahkan dan memutar-balikkan ajaran Islam.

Oleh karena itulah maka tangkisan A. Hassan itu diberi judul

"Membudakkan Pengertian Islam", yang terdengar ada persamaan bunyi

dengan judul karangan Soekarno tersebut.

Dalam menulis bantahannya, A. Hassan yang untuk artikel

bersambung itu menggunakan nama samaran MS, banyak menggunakan

kata atau kalimat-kalimat kasar yang sebenarnya merupakan kata dan

kalimat-kalimat yang dipergunakan oleh Soekarno dalam mengecam

golongan Islam. Bahasa Soekarno itu dikembalikan oleh A. Hassan

untuk lebih mempertajam bantahan beliau. Kalau diperhatikan

karangan-karangan para penulis di masa itu, maka rupanya cara

berpolemik semacam ini sudah merupakan gaya yang berlaku pada

Page 13: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

84

waktu itu. A. Hassan sebenarnya tidak pernah menulis dengan bahasa

yang kasar. Kalau dalam tulisan atau bantahan beliau terdapat kata-kata

yang terasa kasar itu adalah sebagai balasan terhadap mereka yang telah

mendahului menyerang beliau atau menghinakan Islam. Dan, seperti

dengan tepat diungkap oleh Mohamad Roem: "Tidak saja sasaran

Pembela Islam, itu ditujukan kepada dunia Barat yang terpelajar, tetapi

juga terhadap pengertian-pengertian yang salah, dan caranya sering

tajam dan tegas seperti sudah menjadi kebiasaan di Persatuan Islam.

Yang kena serangan itu tentu merasa sakit, dan adakalanya Persatuan

Islam mendapat kritik, bahwa caranya pemimpin-pemimpinnya

memperbaiki terlalu tajam sehingga menyakiti hati orang. Dalam pada

itu kita tahu kata-kata, bahwa kebenaran itu memang sering pahit.

Sedang membela dengan cara menyerang adalah sesuai dengan ilmu

militer, yaitu pembelaan yang paling baik adalah menyerang. Tetapi

akibat yang abadi dari penulisan di Pembela Islam itu adalah bahwa

pembaca-pembacanya dirangsang untuk memikirkan lebih seksama

tentang ajaran-ajaran Islam".

Menurut analisis penulis, bahwa apa yang diungkapkan

A.Hassan ada benarnya juga karena jika paham kebangsaan menjadi

landasan dalam bernegara dan hukum Islam di kesampingkan ini akan

membuat bangsa Indonesia melupakan ajaran Islam. Sebab segalanya

adalah karena kebangsaan akan menimbulkan kesan bahwa paham ini

mempunyai kekuatan yang sama dengan ajaran agama. Namun

Page 14: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

85

demikian, menurut penulis, A. Hasan pun terasa kurang bijak karena

Soekarno melihat kondisi bangsa Indonesia baru membangun negara

maka dibutuhkan persatuan dan kesatuan. Soekarno mungkin melihat

kemajemukan bangsa ini sangat rentan disintegrasi karena itu Soekarno

menggulirkan gagasan nasionalisme untuk mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Hanya saja Soekarno pun terlalu liberal dalam

menanamkan nasionalisme sehingga rambu-rambu agama khususnya

Islam kurang diperhatikan dan membuat para ulama kurang sependapat

dengan ide-ide Soekarno. .

Terlepas dari kekurang bijakan masing-masing, namun ada satu

hal yang perlu dicatat bahwa kondisi bangsa Indonesia pada waktu itu

memang memerlukan persatuan dalam membangun negara guna

mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah.

4.1.3. Ajaran Islam sebagai Dasar Kehidupan

Masyarakat Islam bagi A. Hassan merupakan pilihan lain dari

paham kebangsaan yang dianggapnya tidak memberikan tempat bagi

agama, Islam adalah sesuatu yang tertinggi dan terluas menerjang batas-

batas kebangsaan dan ketanah-airan. Kebenaran Islam adalah muthlaq

sedang paham buatan manusia adalah nisbi.

Menurut A. Hassan segala masalah yang berkecamuk di tengah

masyarakat dapat diselesaikan melalui ajaran dan cara-cara Islam.

Dalam sebuah masyarakat, bahkan negara dan bangsa yang berdasar

kepada Islam pemilihan khalifah atau ketua pemerintahan dapat melalui

Page 15: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

86

wakil-wakil rakyat yang dinamakan Ahlul Halli wal 'Aqdi atau dipilih

langsung oleh rakyat tanpa perantaraan wakilnya.

Adapun mengenai pemeluk agama lain, pemerintah memberikan

kebenaran dalam hal ini:

a. Makan dan minum kecuali minuman keras.

b. Berpakaian, asal menutup aurat.

c. Beribadah menurut cara masing-masing agama.

d. Mendirikan tempat-tempat ibadah.

e. Pembagian pusaka dan hukum perkawinan menurut cara mereka.

f. Mendirikan tempat-tempat pendidikan agama dengan cara mereka.

g. Mendirikan mahkamah yang memutuskan perselisihan di antara

mereka.

h. Duduk dalam pemerintahan Islam asal jangan sampai mengalahkan

yang beragama Islam (Hassan, 1984: 149).

Hassan tidak memberikan batasan khusus tentang bentuk

masyarakat dan pemerintahan cara Islam itu. Mengenai bentuk,

nampaknya beliau memasukkan pada katagori keduniaan, yang dapat

berubah menurut tempat dan waktu. Yang penting, menurut beliau,

adalah asas atau dasar bagi sebuah masyarakat dan negara itu yakni al-

Islam.

Buku Islam dan Kebangsaan merupakan kumpulan karangan A.

Hassan tentang Islam dan paham kebangsaan yang pernah dicetak dalam

sebuah buku tersendiri dengan judul Islam dan Kebangsaan. Buku

Page 16: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

87

kedua adalah karangan beliau dalam membantah Ir. Soekarno. Tulisan

beliau ini belum pernah dibukukan akan tetapi pernah dimuat dalam

bentuk artikel bersambung dalam majalah Al-Lisan mulai nomer 48

sampai dengan nomer 52 tahun 1940. Sedang bagian ketiga ialah

Pemerintahan Cara Islam yang merupakan pikiran beliau tentang cara

pemerintahan menurut Islam. Buku inipun pernah dicetak secara

terpisah oleh Persatuan Islam Bagian Pustaka Bangil.

Menurut analisis penulis, bahwa pendapat A.Hassan yang

menganggap ajaran Islam serba lengkap dalam mengatur masyarakat

dan negara, ini terlalu keras. Prinsip-prinsip Islam dalam masyarakat

dan bernegara ada dalam al-Qur'an dan hadis, tapi tidak berarti lengkap

dan terinci mengatur persoalan masyarakat dan negara mulai dari hak

dan kewajibannya masyarakat dan negara seperti, eksekutif, wewenang

legislatif, tugas dan kewajiban lembaga yudikatif dan seluk beluk

pemerintahan daerah. Masalah ini masuk dalam wilayah ciptaan

manusia dan masuk dalam ruang lingkup ijtihad.

Agama punya peranan yang besar dalam menyinari umara,

sehingga agama menjadi petunjuk bagi para pemimpin dalam

menyelenggarakan roda pemerintahan. Demikian pula negara memiliki

peranan yang besar dalam memberi kekuasaan pada para ulama dalam

menata agama dan umatnya. Agama, masyarakat dan negara tidak bisa

dipisahkan tapi tidak berarti agama lengkap memuat sejumlah aturan

main dalam mekanisme kehidupan masyarakat, negara dan

Page 17: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

88

pemerintahan. Hal itu diserahkan pada manusia untuk menciptakan

aturannya.

4.2. Relevansi Pemikiran Dakwah Ahmad Hassan dengan Dakwah Saat ini

Pesan dakwah A. Hassan yang diklasifikan dalam tiga tema utama

yaitu pertama, masalah kemerdekaan beragama dalam menegakkan hukum

Islam; kedua, makna kebangsaan; ketiga, ajaran Islam sebagai dasar

kehidupan. Ketiga tema ini pada intinya, A.Hassan menghendaki

ditegakkannya hukum Islam dengan nama masyarakat Islam dan dalam

konteks negara tentunya negara Islam.

Menurut analisis penulis bahwa Indonesia bukanlah negara agama

dalam arti berdiri di atas satu agama. Karena itu para pendiri bangsa

mencetuskan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Sebetulnya

bila nilai-nilai pancasila dijadikan pedoman, diamalkan dan dihayati maka

tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa Indonesia merupakan konsensus bersama untuk meletakkan negara

Indonesia di atas falsafah yang universal dan bisa diterima oleh semua

agama. Karena itu pendirian A.Hassan sulit diwujudkan dan bertentangan

dengan konsensus bersama itu.

Sebagaimana telah penulis kemukakan sebelumnya bahwa bangsa

Indonesia terdiri atas pemeluk agama dan kepercayaan, katakanlah

masyarakat bertuhan. Indonesia didirikan oleh masyarakat yang secara

tradisional, beragama. Bagi masyarakat yang kental dengan ajaran agama,

Page 18: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

89

apapun agamanya, tentu merasa lebih cocok bila peraturan

bermasyarakatnya diambil dari agama juga.

Masyarakat tradisional semacam ini tidak pernah punya pikiran

memisahkan agama dengan negara. Maka ketika merumuskan dasar negara,

Pancasila, para tokoh tidak meninggalkan ikatannya dengan Tuhan. Negara

Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945

menyebut Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Selanjutnya dasar

negara ini dijabarkan di dalamnya berupa bab dan pasal-pasal. Pelaksanaan

agama dilindungi oleh Undang-undang. Dengan Pancasila ini bangsa

Indonesia tidak menghendaki membangun negara sekuler. Ini dapat

dimengerti karena sebagian besar komponen bangsa adalah umat beragama,

dan pengalaman untuk pemilahan, yang biasa disebut sekularisasi, belum ada.

Karenanya, sekularisme yang mengambil bentuk paham komunis ateis tidak

dapat diterima untuk mayoritas bangsa.

Menurut penulis, bangsa Indonesia tidak pula mendirikan negara

berdasarkan agama tertentu karena ketika mendirikannya diperjuangkan oleh

orang-orang yang agamanya berbeda-beda. Dari sini penulis melihat bahwa

Pancasila mempunyai implikasi: 1. Bangsa Indonesia harus berketuhanan. 2.

Bangsa Indonesia secara kreatif menampilkan dirinya sebagai makhluk sosial

yang mewujudkan persatuan, keadilan, kemanusiaan dan kedamaian sesuai

dengan perkembangan zaman. 3. Sistem dan mekanisme penyelenggaraan

negara atau pemerintahan sejalan dengan ajaran agama. Persoalannya adalah

Page 19: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

90

seberapa jauh ajaran agama berperan mewarnai sistem dan mekanisme

penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa pesan dakwah

A. Hassan ada relevansinya dengan dakwah saat ini. Dakwah saat ini

mengalami sejumlah problema sosial yang tidak sedikit yaitu adanya

keinginan sebagian umat Islam yang bersemangat untuk menegakkan

hukum Islam di Indonesia tampaknya tidak pernah padam. Hal ini tampak

dari pergulatan politik nasional belakangan ini, yang menunjukkan realitas

sejumlah partai Islam dan ormas Islam (kecuali Nahdiatul Ulama dan

Muhammadiyah) menyuarakan tuntutan pemberlakuan syariat Islam dan

kemerdekaan beragama dalam menegakkan hukum Islam.

Memang, hukum Islam telah menjadi sejarah bangsa Indonesia.

Semenjak Islam masuk ke negeri ini, kerajaan-kerajaan Islam senantiasa

berusaha untuk menegakkan hukum Islam di daerahnya. Setelah penjajahan

Belanda berkuasa pun, kerajaan-kerajaan Islam yang ada masih berusaha

menegakkannya, walaupun secara berangsur-angsur hukum Barat ataupun

hukum adat diterapkan. Namun pergerakan nasional yang bersifat Islam

menempatkan penegakan hukum Islam sebagai cita-cita. Setelah Indonesia

merdeka, usaha pemberlakuan syariat Islam tidak juga berhenti. Ada yang

dengan berangsur-angsur menegakkannya dalam kehidupan politik, seperti

misalnya perjuangan diberlakukannya Piagam Jakarta di dalam Majelis

Konstituante, dan terus-menerus diperjuangkan umat Islam secara politik dan

kultural meskipun belum berhasil memberlakukan syariat Islam secara total.

Page 20: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

91

Adanya keinginan pemberlakuan hukum Islam tidak sebatas masalah

nikah, waris dan wakaf telah menimbulkan perbedaan pendapat dalam

menyikapi hubungan antara agama dan negara.

Dalam Oxford Advanced Leaner's Dictionary of Current English,

dinyatakan, bahwa

"Religion: believe in the existenced of God or gods, Who has/have created the universe and given man a spiritual nature which continuous to exist after the dead of the body" (Hornby, 1984: 725). (agama adalah suatu kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Esa, atau Tuhan-tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, dan memberikan roh kepada manusia yang akan tetap ada setelah matinya badan). Dalam konteksnya dengan arti agama di atas, Abdullah menyatakan:

Agama lebih-lebih teologi tidak lagi terbatas hanya sekedar menerangkan hubungan antara manusia dan Tuhan-Nya tetapi secara tidak terelakkan juga melibatkan kesadaran berkelompok (sosiologis), kesadaran pencarian asal usul agama (antropologis), pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kepribadian yang kuat dan ketenangan jiwa (psikologis) bahkan ajaran agama tertentu dapat diteliti sejauh mana keterkaitan ajaran etikanya dengan corak pandangan hidup yang memberi dorongan yang kuat untuk memperoleh derajat kesejahteraan hidup yang optimal (ekonomi) (Abdullah, 2004: 10).

Sedangkan biasanya kata Islam diterjemahkan dengan “penyerahan

diri”, penyerahan diri kepada Tuhan atau bahkan kepasrahan (Arkoun, 1996:

17). Adapun negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah

(governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga

negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui

penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1992:

40).

Ditinjau dari sudut hukum tatanegara, negara itu adalah suatu

organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja daripada alat-

Page 21: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

92

alat perlengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan, tata kerja mana

melukiskan hubungan, pembagian tugas dan kewajiban antara masing-masing

alat perlengkapan negara itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Soehino,

1985: 149).

Islam sebagai agama menuntun manusia ke jalan yang benar baik

untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat bahkan negara. Islam bukan

sekedar ajaran ritualitas melainkan juga memberi petunjuk yang fundamental

tentang bagaimana hubungan manusia dengan masyarakat bahkan dengan

negara. Sehubungan dengan itu, di kalangan umat Islam sampai sekarang

terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam dan ketatanegaraan.

Pertama berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam

pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan

Tuhan, sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna dan yang lengkap

dengan pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan

bernegara (Sjadzali, 1993: 1-2 dan 9-10).

Kedua, berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian

Barat, yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Ketiga

menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap dan

bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan. Tetapi aliran ini juga

menolak anggapan bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat yang

hanya mengatur hubungan antara manusia dan Maha Penciptanya. Aliran ini

berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi

Page 22: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

93

terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara (Sjadzali, 1993:

1-2 dan 9-10).

Persoalan relasi agama dan negara di masa modern merupakan salah

satu subjek penting, yang meski telah diperdebatkan para pemikir Islam sejak

hampir seabad lalu hingga sekarang ini tetap belum terpecahkan secara tuntas

(Zada, 2002: 100). Hal ini dapat dilihat perdebatan yang terus berkembang.

Fenomena yang mengedepan ini bisa jadi dikarenakan keniscayaan sebuah

konsep negara dalam pergaulan hidup masyarakat di wilayah tertentu. Suatu

negara diperlukan untuk mengatur kehidupan sosial secara bersama-sama dan

untuk mencapai cita-cita suatu masyarakat. Di sini otoritas politik memiliki

urgensinya dan harus ada yang terwakilkan dalam bentuk institusi yang

disebut negara. Berdasarkan realitas tersebut, di antara kaum muslimin merasa

perlu untuk merumuskan konsep negara (Kamaruzzaman, 2001: V).

Para sosiolog teoretisi politik Islam merumuskan beberapa teori

tentang hubungan agama dan negara. Teori-teori tersebut secara garis besar

dibedakan menjadi tiga paradigma pemikiran yaitu paradigma integralistik

(unified paradigm), paradigma simbiotik (symbiotic paradigm), dan

paradigma sekularistik (secularistic paradigm).

Paradigma pertama menyatakan bahwa hubungan antara agama dan

negara tidak dapat dipisahkan (integrated). Asumsinya ditegakkan di atas

pemahaman bahwa Islam adalah satu agama sempurna yang mempunyai

kelengkapan ajaran di semua segmen kehidupan manusia, termasuk di bidang

praktik kenegaraan. Karenanya, umat Islam berkewajiban untuk melaksanakan

Page 23: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

94

sistem politik Islami sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad

dan empat al-Khulafa' al-Rasyidin. Pandangan ini menghendaki agar negara

menjalankan dwifungsi secara bersamaan, yaitu fungsi lembaga politik dan

keagamaan. Menurut paradigma ini, penyelenggaraan suatu pemerintahan

tidak berdasarkan kedaulatan rakyat melainkan merujuk kepada kedaulatan

ilahi (divine sovereignity), sebab penyandang kedaulatan paling hakiki adalah

Tuhan. Pandangan ini mengilhami gerakan fundamentalisme.

Paradigma kedua berpendirian bahwa agama dan negara berhubungan

secara simbiotik, antara keduanya terjalin hubungan timbal-balik atau saling

memerlukan. Dalam kerangka ini, agama memerlukan negara, karena dengan

dukungan negara, agama dapat berkembang. Sebaliknya negara membutuhkan

agama, karena agama menyediakan seperangkat nilai dan etika untuk

menuntun perjalanan kehidupan bernegara. Paradigma ini berusaha keluar dari

belenggu dua sisi pandangan yang berseberangan: integralistik dan

sekularistik. Selanjutnya, paradigma ini melahirkan gerakan modernisme dan

neo-modernisme.

Paradigma ketiga merefleksikan pandangan sekularistik. Menurut

paradigma ini, agama dan negara merupakan dua entitas yang berbeda,

sehingga tidak dapat dikaitkan secara timbal-balik. Islam dimaknai menurut

pengertian Barat yang berpendapat bahwa wilayah agama sebatas mengatur

hubungan individu dan Tuhan. Sehingga mendasarkan agama kepada Islam

atau upaya untuk melakukan determinasi Islam terhadap bentuk tertentu dari

negara akan senantiasa disangkal (Amir, 2003: 15).

Page 24: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

95

Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, menurut Qardawi, kaum

muslimin di sepanjang sejarahnya tidak mengenal pemisahan antara agama

dan negara, kecuali setelah munculnya pemikiran sekularisme pada zaman

sekarang (Qardawi, 1977: 10). Islam yang dibawa oleh al-Qur'an dan Sunnah,

yang dikenal oleh kaum salaf dan khalaf adalah Islam integral yang tidak

mengenal pemisahan antara agama dan negara (Qardawi, 1977: 20).

Meskipun demikian, Negara Islam tidak mementingkan bentuk dan

nama. Walaupun sejarah Islam sendiri mengungkapkan adanya "Imamah" dan

"Khilafah". Kedua kata ini mempunyai arti yang luas dan dalam. Menurut

Qardawi, bahwa ajaran Islam harus diwujudkan dalam kehidupan negara.

Alat-alat negara harus melaksanakan nilai-nilai ajaran Islam. Meskipun Islam

tidak mengatur persoalan negara secara detail tapi prinsip-prinsipnya ada

dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis. Persoalan bagaimana bentuk negara dan

pemerintahan itu, maka hal ini menyangkut persoalan ijtihad. Dalam konstitusi

negara boleh dicantumkan dan boleh juga tidak dicantumkan tentang negara

Islam. Yang penting substansi ajaran Islam dilaksanakan (Qardawi, 1977: 35).

Dengan melihat berbagai pandangan di atas maka menunjukkan bahwa

dakwah Islam dihadapkan oleh tantangan yang semakin berat yaitu

mendamaikan tiga kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dari

sini tampak bahwa pemikiran tentang kebangsaan, kemerdekaan beragama

dalam konteks penegakan hukum Islam dan dasar pemerintahan Islam bukan

hanya baru muncul saat ini, melainkan Ahmad Hassan telah menggulirkan

gagasan penegakan hukum Islam. Pernyataan ini maksudnya bahwa pesan

Page 25: BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAKWAH AHMAD …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/36/jtptiain-gdl-s1... · baik secara waktu maupun ajaran dengan Nabi Muhammad saw. ... dan membuktikan

96

dakwah Islam agar bisa dimengerti dan disadari oleh mad'u maka aspek

historis dan fenomena saat ini dapat dijadikan pesan dakwah yang yang

mengena pada kebutuhan mad'u.

Dengan demikian pesan dakwah A. Hassan ada hubungan yang erat

dengan problema dakwah saat ini dalam konteks perseteruan tiga kelompok

yang berbicara eksistensi negara dengan agama. Dengan melihat dan

mempelajari pesan dakwah Ahmad Hassan, maka dapat ditegaskan bahwa

pesannya mengandung dakwah dan merupakan bagian dari problema sosial

dari dahulu hingga saat ini.

Adapun kelemahan-kelemahan Ahmad Hassan dalam nenyampaikan

gagasan dan pemikirannya yaitu:

1. Terlalu keras dalam menyampaikan pemikirannya. Kondisi ini kurang bisa

diterima kalangan Soekarno atau pengikut-pengikutnya pada waktu itu;

2. Pemikirannya masih bersifat umum, sehingga pembaca kurang bisa

memahami alasan-alasan yang dikemukakan Ahmad Hassan

3. Dalam menyampaikan keinginannya, Ahmad Hassan kurang mampu

meyakini para pembaca waktu itu, sehingga banyak kritik yang

dilontarkan pada pemikiran Ahmad Hassan.