BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar...

23
59 BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, para siswa kadang kala mengalami gangguan psikologis dalam belajar seperti kejenuhan belajar. Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu mudah untuk diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri seperti kurangnya minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar maupun tingkat intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga faktor dari sekolah baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut, diantaranya variasi metode pengajaran yang digunakan, kualitas penjelasan materi pelajaran, penggunaan metode pengajaran maupun media pembelajaran yang kurang memadai. Dari faktor kurangnya minat dan bakat yang dimiliki siswa, dapat dilihat bahwa siswa yang kurang minat dan tidak berbakat terhadap suatu mata pelajaran, maka ia akan merasa jenuh.Sedangkan faktor kurangnya motivasi belajar, maka dapat dilihat jelas bahwa apabila siswa sudah tidak mempunyai keinginan atau motivasi lagi ia akan merasa jenuh untuk belajar. Demikian juga dengan kurangnya tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, maka ia akan merasa malas, bosan dan jenuh tehadap suatu mata pelajaran. Faktor eksternal disebabkan karena guru mata pelajaran tertentu memakai metode yang kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi jenuh. Demikian pula dengan kurangnya kualitas penjelasan materi yang disampaikan juga menimbulkan jenh. Media pengajaran yang kurang memadai karena kurangnya sarana prasarana sekolah juga dapat menimbulkan kejenuhan. Dari penelitian yang penulis lakukan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan bersifat menghilangkan suatu kecenderungan. Misalnya seorang siswa yang pada mulanya rajin belajar, dapat menjadi malas belajar karena dihinggapi kejenuhan.

Transcript of BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar...

Page 1: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

59

BAB IV

ANALISIS HASIL KEJENUHAN

A. Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, para siswa kadang

kala mengalami gangguan psikologis dalam belajar seperti kejenuhan belajar.

Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu

mudah untuk diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri

seperti kurangnya minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar

maupun tingkat intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga

faktor dari sekolah baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana

yang tersedia di sekolah tersebut, diantaranya variasi metode pengajaran yang

digunakan, kualitas penjelasan materi pelajaran, penggunaan metode pengajaran

maupun media pembelajaran yang kurang memadai.

Dari faktor kurangnya minat dan bakat yang dimiliki siswa, dapat dilihat

bahwa siswa yang kurang minat dan tidak berbakat terhadap suatu mata

pelajaran, maka ia akan merasa jenuh.Sedangkan faktor kurangnya motivasi

belajar, maka dapat dilihat jelas bahwa apabila siswa sudah tidak mempunyai

keinginan atau motivasi lagi ia akan merasa jenuh untuk belajar. Demikian juga

dengan kurangnya tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, maka ia akan merasa

malas, bosan dan jenuh tehadap suatu mata pelajaran.

Faktor eksternal disebabkan karena guru mata pelajaran tertentu

memakai metode yang kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi jenuh.

Demikian pula dengan kurangnya kualitas penjelasan materi yang disampaikan

juga menimbulkan jenh. Media pengajaran yang kurang memadai karena

kurangnya sarana prasarana sekolah juga dapat menimbulkan kejenuhan.

Dari penelitian yang penulis lakukan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa

kejenuhan bersifat menghilangkan suatu kecenderungan. Misalnya seorang

siswa yang pada mulanya rajin belajar, dapat menjadi malas belajar karena

dihinggapi kejenuhan.

Page 2: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

60

Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I

mulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Sejarah Kebudayaan Islam salah satu mata

pelajaran yang kurang begitu diminati oleh para siswa, karena rendahnya

wawasan pengetahuan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam terhadap

materi sejarah, akibatnya meskipun guru itu memiliki kemampuan mengajar

dengan baik, tetapi karena wawasannya sangat dangkal sehingga ia tidak dapat

memperkaya, mengembangkan, dan menghubungkan materi-materi sejarah

dengan persoalan aktual yang dihadapi para siswa, baik yang berhubungan

dengan masalah sosial keagamaan maupun sosial budaya. Bidang studi sejarah

menjadi menjenuhkan, karena hanya menghafalkan tahun-tahun kejadian di

masa silam. Mata pelajaran SKI ini banyak sekali materi di dalamnya yang

harus dipahami oleh siswa. Begitu banyaknya materi sehingga para siswa mau

tidak mau harus mempelajari pelajaran tersebut dengan baik. Meskipun mata

pelajaran SKI bagi sebagian siswa menjenuhkan, karena meraka masing-

masing punya cara tersendiri untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Ada siswa

yang mempelajari sendiri di rumah karena gurunya sangat menjenuhkan. Guru

disekolah ini kurang variatif dala mengajar.

Dari hasil wawancara penulis dengan para siswa, dapat diketahui bahwa

mereka mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal sesuai yang telah penulis

sebutkan di atas.

B. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI.

Berikut ini akan penulis sebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya

kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1, sesuai dengan hasil

angket para siswa. Dalam hal ini penulis paparkan faktor penyebab mulai dari

aspek materi, aspek guru, aspek lingkungan belajar dan aspek siswa antara lain

sebagai berikut :

Page 3: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

61

a. Aspek Materi

Tabel 6

Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

28 14 27 13

34 % 17 % 33 % 16 %

1

Jumlah 82 100 %

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 34 % (responden) siswa merasa

malas ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI, 17 % (responden)

tidak pernah merasa malas, 33 % (responden) tidak pernah malas, 16 %

(responden) tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa malas

belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI yang merupakan

salah satu faktor penyebab kejenuhan belajar siswa MTsN Kebumen 1.

Tabel 7 Materi SKI terlalu banyak sehungga malas dalam belajar.

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

39 37 2 4

48 % 45 % 2 % 5 %

2

Jumlah 82 100 % Berdasarkan tabel diatas 48 % menyatakan mata kuliah SKI terlalu

banyak sehingga sehingga malas belajar, 45 % menyatakan tidak tidak

merasa malas, 2 % tidak pernah dan 5 % menyatakan tidak tahu. Hal ini

berarti berarti materi yang terlalu banyak dapat menimbulkan kemalasan

dalam belajar.

Page 4: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

62

Tabel 8

Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal

materi sejarah yang sangat banyak.

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

44 29 4

5

54 % 35 % 5 % 6 %

3

Jumlah 82 100 %

Tabel diatas menunjukan bahwa lebih dari setengah responden

(54%) menyatakan siswa merasa malas ketika disuruh menghafal mata

pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa tidak stres, 5 % (responden) merasa

tidak pernah stres dan 6 % (responden) tidak tahu. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa mengalami kejenuhan belajar pada saat disuruh menghafal

mata pelajaran SKI.

Tabel 9 Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam

mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

30 23 22 7

37 % 28 % 27 % 8 %

4

Jumlah 82 100 %

Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa 37 % (responden)

menyatakan dapat menimbulkan kejenuhan belajar, sebahagian besar 28 %

(responden) menyatakan tidak menimbulkan jenuh, 27 % (responden)

menyatakan tidak pernah dan 8 % menyatakan tidak tahu. Tabel tersebut

menunjukan bahwa sebagian besar tidak pengaruh tugas (PR) terhadap

kejenuhan belajar.

Page 5: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

63

Tabel 10

Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan

belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

36 33 3 10

44 % 40 % 4 % 12 %

5

Jumlah 82 100 %

Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa 44 % (responden), merasa

bosan belajar mata pelajaran SKI karena banyak teori, 40 % (responden),

merasa tidak bosan belajar, 4 % menyakan tidak pernah bosan, dan 12 %

(responden) menyatakan tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa banyak

teori dalam mata pelajaran SKI menimbulkan kebosanan siswa dalam

belajar.

b. Aspek Guru

Tabel 11 Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI

tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

68 9 - 5

83 % 11 % 0 % 6 %

1

Jumlah 82 100 %

Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah

responden (83 %) menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI

disebabkan metode mengajar guru yang tidak bervariasi, 11 % (responden)

menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI tidak disebabkan

metode mengajar guru yang tidak bervariasi, sedangkan 6 % (responden)

menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar guru

yang tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI dapat menimbulkan

kejenuhan siswa.

Page 6: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

64

Tabel 12

Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

42 36 - 2

51 % 46 % 0 % 3 %

2

Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 51 % (responden)

menyatakan mengalami kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak

berceramah, 46 % (responden) tidak mengalami kejenuhan, sedangkan 3%

menyatakan tidak tahu. Hal ini berati bahwa guru yang terlalu banyak

berceramah dapat menimbulkan kejenuhan belajar SKI.

Tabel 13

kejenuhan siswa karena guru tidak memilki

sikap adil ketika mengajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

34 33 2 13

41 % 40 % 3 % 16 %

3

Jumlah 82 100 %

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 41% (responden), mengalami

kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 40 %

(responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 3 % (responden) tidak

pernah mengalami kejenuhan dan 16 % (responden) menyatakan tidak tahu.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap tidak adil dalam mengajar juga

merupakan salah satu faktor kejenuhan belajar siswa dalam mata pelajaran

SKI di MTsN Kebumen 1.

Page 7: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

65

Tabel 14

kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

42 31 1 8

51 % 38 % 1 % 10 %

4

Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 51% (responden),

mengalami kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam

mengajar, 38 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 1 %

(responden) tidak pernah mengalami kejenuhan, 10 % (responden)

menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru yang tidak

memiliki rasa humor dalam pembelajaran SKI juga termasuk faktor yang

menimbulkan kejenuhan belajar.

Tabel 15

Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase e. Ya f. Tidak g. Tidak pernah h. Tidak tahu

7 38 35 2

9 % 46 % 43 % 2 %

5

Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 9 %(responden), mengalami

kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 46 %

(responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 43 % (responden)

tidak pernah mengalami kejenuhan dan 2 % (responden) menyatakan tidak

tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kejenuhan yang siswa alami bukan karena

guru tidak pernah menanyakan tentang kejenuhan.

Page 8: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

66

c. Aspek Lingkungan Belajar

Tabel 16

Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

71 11 - -

87 % 13% 0 % 0 %

1

Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87%)

menyatakan suasana yang ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat

menimbulkan kejenuhan belajar, sedangkan 13 % (responden) menyatakan

tidak mengalami kejenuhan. Hal ini berati bahwa suasana ramai berisik

disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan.

Tabel 17

Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah

dapat menimbulkan kejenuhan siswa

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

50 29 1 2

61 % 35 % 1 % 3 %

2

Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 % (responden)

mengalami kejenuhan belajar karena keadaan ruang dan kondisi ruang kelas

yang tidak berubah-ubah, 29 % (responden) menyatakan tidak mengalami

kejanuhan tersebut, 1% (responden) tidak pernah dan 2 % (responden)

menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa keadaan dan suasana kelas

yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

Page 9: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

67

Tabel 18

Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat

menimbulkan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

76 3 - 3

92 % 4 % 0 % 4 %

3

Jumlah 82 100 %

Tabel tersebut di atas mengungkap sebagian besar responden (92 %)

lingkungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan, 4 %

(responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan sedangkan 4 %

(responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menyatakan lingkungan sekolah

yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan siswa.

Tabel 19

Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

70 8 1 3

85 % 10 % 1 % 4 %

4

Jumlah 82 100 % Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

(85%) menyatakan lingkungan belajar yang tidak bersih dapat menimbulkan

malas belajar, 10 % (responden) menyatakan tidak malas dengan hal

tersebut, 1% (responden) menyatakan tidak pernah dan 4% (responden)

menyatakan tidaktahu. Hal tersebut jelas bahwa lingkungan yang tidak

bersih juga termasuk faktor penyebab siswa malas belajar.

Tabel 20

Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

47 27 2 6

57 % 33 % 3 % 7 %

5

Jumlah 82 100 %

Page 10: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

68

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa 57 % (responden)

sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan, 33 %

(responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan hal tersebut, 3 %

(responden) menyatakan tidak pernah jenuh dan 7 % (responden)

menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah yang dipilihkan

orang tua menimbulkan kejenuhan belajar.

d. Aspek Siswa :

Tabel 21

Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang

mengajar mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

54 17 1 10

66 % 21 % 1 % 12 %

1

Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 66 %

(responden) ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru

yang sedang mengajar mata pelajaran SKI, 21 % (responden) menyatakan

tidak mengalaminya, 1 % (responden) tidak pernah mengalami hal tersebut

dan 12 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan capek

kemudian tidak bisa memusatkan perhatian pada guru dalam pembelajaran

juga termasuk faktor penyebab kejenuhan belajar.

Tabel 22

Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

38 36 1 7

45 % 44% 1 % 9 %

2

Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas menyatakan bahwa 44 % (responden) lelah ketika

mendengarkan ceramah guru, 45 % (responden) menyatakan tidak lelah

Page 11: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

69

mendengarkan ceramah, 1 % (responden) merasa tidak pernah lelah dan 9 %

(responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukan siswa merasa

lelah mendengarkan ceramah guru juga termasuk faktor penyebab dari

timbulnya kejenuhan belajar.

Tabel 23

Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

47 29 1 5

57 % 35% 1 % 6 %

3

Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menyatakan bahwa 57 % (responden) tidak bergaurah

ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa

bergairah, 1 % (responden) merasa tidak pernah bergairah dan 6 %

(responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa siswa merasa

tidak bergairah ketika guru sedang menerangkan mata pelajaran SKI juga

termasuk faktor penyebab dari timbulnya kejenuhan belajar.

Tabel 24

Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

68 9 - 5

83 % 11 % 0 % 6 %

4

Jumlah 82 100 %

Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 83 %

(responden) ketika kurang istirahat merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI,

11% (responden) menyatakan tidak mengalaminya, dan 6 % (responden)

menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kurang istirahat juga

dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

Page 12: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

70

Tabel 25

Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu

47 25 3 7

57 % 30% 4 % 9 %

5

Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden

57 % menyatakan malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata

pelajaran SKI, 30 % (responden) menyatakan siswa tidak malas belajar, 4 %

(responden) siswa tidak pernah malas belajar, dan 9 % menyatakan tidak

tahu. Hal ini membuktikan bahwa sebagian siswa malas belajar ketika tidak

mempunyai buku mata pelajaran SKI.

Dengan demikian dapat penulis analisis bahwa faktor-faktor

penyebab kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1

disebabkan karena sebagai berikut :

1. Metode pengajaran yang digunakan tidak bervariasi.

2. Materi pelajaran sangat banyak.

3. Dalam pembelajaran guru tidak bersikap adil.

4. Guru tidak mempunyai rasa humor.

C. Pembahasan Hasil Penelitian.

Dalam bab IV, pembahasan hasil penelitian adalah pembahasan ketiga

setelah deskripsi data serta analisis dan interpretasi data. Pembahasan ini baru

dapat dilakukan setelah diperoleh kejelasan data yang dibutuhkan dalam

pengolahan hasil penelitian.

Pembahasan pertama mengenai benar tidaknya kejenuhan belajar

terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, yang dialami oleh siswa di

MTsN Kebumen 1.Hasil pengolahan data dari wawancara penulis dengan para

siswa menunjukkan bahwa sebagian besar para siswa mengalami kejenuhan

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal tersebut juga dapat dilihat dari

hasil pengolahan angket para siswa pada tabel 11 menunjukkan (68 responden

Page 13: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

71

atau 83%) bahwa sebagian besar siswa mengalami kejenuhan belajar mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Beralih kepada pembahasan kedua mengenai penyebab kejenuhan

belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hasol

pengolahan data menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

kejenuhan belajar para siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam di MTsN Kebumen 1 diantaranya :

1). Aspek materi.

Pada aspek materi dapat dilihat bawa :

a) Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam, menurut jawaban hampir setengah responden (28

responden atau 34 %).

b) Materi Sejarah Kebudayaan Islam terlalu banyak sehingga malas dalam

belajar, menurut jawaban hampir setengah responden (39 responden atau

48%).

c) Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal materi sejarah yang sangat

banyak. menurut jawaban sebagian lebih dari setengah responden (44

responden atau 54 %).

d) Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam mata pelajaran SKI,

menurut jawaban hampir setengah responden (30 responden atau 37 %).

e) Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan belajar

menurut jawaban hampir setengah responden (36 responden atau 44 %).

2). Aspek guru.

Pada aspek guru dapat dilihat bawa :

a) Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI, tidak bervariasi dalam

mata pelajaran SKI menurut jawaban hampir seluruh responden (68

responden atau 83 %).

b) Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata

pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah responden (42

responden atau 51 %).

c) kejenuhan siswa karena guru tidak memilki sikap adil ketika mengajar

menurut jawaban hampir setengah responden (34 responden atau 41 %).

Page 14: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

72

d) kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor

menurut jawaban lebih dari setengah responden (42 responden atau 51

%).

e) Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar, menurut jawaban

sebagian kecil responden (7 responden atau 9 %).

3). Aspek lingungan belajar.

Pada aspek lingungan belajar dapat dilihat bawa :

a) Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan

kejenuhan belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (71

responden atau 87 %).

b) Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah dapat

menimbulkan kejenuhan siswa, menurut jawaban lebih dari setengah

responden (50 responden atau 61 %).

c) Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan

belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (76 responden atau

92 %).

d) Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar

menurut jawaban hampir seluruh responden (70 responden atau 85 %).

e) Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan.

menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57

%).

4). Aspek siswa.

Pada aspek siswa dapat dilihat bawa :

a) Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang

mengajar mata pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah

responden (54 responden atau 66 %).

b) Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru menurut jawaban

hampir setengah responden (38 responden atau 45 %).

c) Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI

menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57

%).

Page 15: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

73

d) Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI

menurut jawaban hampir seluruh responden (68 responden atau 83 %).

e) Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI

menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57

%).

D. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus bertanggung jawab dengan

apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, dan secara konsekuen dalam

melaksanakannya. Berikut analisis terhadap upaya pelaksanaan pembelajaran

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1 :

1. Pembukaan.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam, sebelum berlangsung kemateri perlu adaanya pembukaan

berupa pertanyaan untuk membangkitkan ingatan serta memotivasi siswa

untuk serius dalam mengikuti pelajaran.

2. Metode.

Dalam setiap pembelajaran, guru akan memerlukan alat atau cara yang

dapat menunjang dalam pengembangan kemampuan siswa. Metode mengajar

berfungsi sebagai jembatan atau cara untukmencapai tujuan.

Pembelajaran tidak akan efektif bila guru terlalu monoton dalam

pemilihan metode. Hal ini karena tidak ada satu metode yang terbaik, yang

ada hanyalah metode yang sesuai.

Dalam pelaksanaanya, metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini

menurutnya metode yang paling efektif, mengingat sedikitnya waktu

pembelajaran. Walaupun guru tahu bahwa metode tersebut memiliki beberapa

kelemahan, yakni membosankan dan cenderung menjadikan siswa pasif.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa metode

tersebut mendominasi daripada metode yang lain belum sesuai dengan teori

yang ada, artinya pemilihan metode dalam pelaksanaan pembelajaran kurang

bervariasi, akibatnya siswa menjadi jenuh.

Page 16: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

74

3. Media dan sumber belajar.

Mebia merupakan alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk

memperjelas materi yang disampaikan. Untuk itu guru dibantu dengan

fasilitas sekolah dapat memilih media secara tepat,artinya pemilihan media

baik media cetak, tulis, elektronik maupun gambar telah disesuaikan dengan

tujuan, materi, fungsi, ketrampilan guru dan taraf pemikiran siswa.

Namun kenyataannya, media yang digunakan dalam mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam sangatlah sederhana dan terlalu monoton, artinya

media yang dipilih belum memenuhi standar pemilihan media yang baik.

Pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya

didukung dengan media yang memadai, misalnya dengan TV.

4. Evaluasi.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar,

guru melakukan evaluasi dengan dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan

submatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan melalui tes tertulis dan tes tidak

tertulis Tes tertulis tidak dilakukan setiap hari, tetapi dilakukan setelah satu

pokok bahasan atau sebelum tes semesteran. Sedangkan tes tidak tertulis

berupa tes lisan atau tanya jawab dilakukan setiap hari sebagai wujud

konsekuensinya dari pretest dan post test. Evaluasi yang dilakukan oleh guru

Sejarah Kebudayaan Islam, baru mencakup aspek kognitif belum mencapai

aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga penilaian yang dilakukan ileh guru

bidang studi tersebut baik penilaian belajar maupun penilaian hasil belajar

belum dilaksanakan dengan baik.

5. Tindak lanjut.

Dalam menindak lanjuti hasil evaluasi yang telah dilakukan baik secara

tertulis maupun tidak tertulis, guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

melakukan progaram tindak lanjut berupa :

a). Memberikan program remidial.

b). Memberi tugas kelompok.

c). Merangkum pelajaran.

d). Memberikan tugas atau PR.

Page 17: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

75

E. Analisis Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.

Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata SKI menurut mereka itu

menjenuhkan, karena terlalu banyak materi dengan demikian susah sekali untuk

menghafal, apalagi gurunya yang terlalu sering humor sehingga mereka terlihat

bosan. Meskipun demikian mereka harus tetap belajar, karena semuanya itu

demi untuk kebaikan dan prestasi siswa yang lebih memuaskan. Berbagai cara

mereka lakukan untuk dapat menghilangkan rasa jenuh terhadap mata pelajaran

SKI, seperti mengatur jadwal waktu untuk belajar, istirahat sejenak apabila

merasa lelah ketika belajar, mengganti metode belajarnya sesuai keinginan

sendiri, belajar sambil mendengarkan musik serta variasi-variasi belajar yang

lain yang penting dapat menghilangkan kejenuhan.

1). Guru.

Guru adalah motor penggerak bagi suatu proses pengajaran di kelas.

Profesi guru akan selalu melekat dalam dirinya dimanapun tempatnya

terutama dilingkungan masyarakat, mereka akan selalu mendapat panggilan

“Pak Guru”. Masyarakat memanggil dengan panggilan demikian, karena

menaruh harapan agar mereka bekerja dengan baik dalam rangka

mencerdaskan anak bangsa.

Guru agama yang baik adalah pengajar yang profesional, yaitu

pengajar yang memiliki sesuatu kemampuan dan keahlian khusus dalam

bidang pendidikan keagamaan sehingga ia mampu untuk melakukan tugas,

pesan dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan maksimal. Selain

itu guru dituntut untuk memiliki kepribadian Islam yang baik dan mampu

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah,

masyarakat atau lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Guru dapat menjadikan faktor penghambat dalam pembelajaran.

Penghambatnya itu berada dalam dirinya sendiri bahwa ia kurang bisa

mempermainkan ketrampilannya dalam pengelolaan itu. Mungkin pula

karena sifat atau kebiasaannya sehari-hari dalam pergaulan, termasuk tipe

yang terbawa sejak lahir. Guru yang kurang berlatih dalam memimpin siswa

Page 18: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

76

belajar menjadi penghambat dalam pembelajaran. Jika diklasifikasikan ada

lima penghambat pembelajaran tidak dilakukan dengan baik yaitu :

a). Tipe kepemimpinan guru.

Guru yang otoriter menimbulkan sikap yang pasif dan agresif para

siswa. Suasana belajar jadi tidak merangsang , melainkan para siswa

menjadi ramai dan tegang.

b). Gaya mengajar guru yang monoton.

Gaya mengajar guru yang monoton dalam mengajar dapat

menimbulkan kebosanan belajar. Ucapan guru dapat mempengaruhi

motivasi siswa. Ucapan lurus tanpa turun nai, lemah dan keras

menyebabkan pendengarannya bosan. Apalagi jika tidak diiringi oleh

gerak motorik dan mimik.

c). Kepribadian guru.

Guru yang berhasil adalah guru yang pandai menciptakan suasana

belajar yang tidak emosional. Ia bersikap hangat, adil dan luwes. Semua

itu dapat diciptakan oleh kepribadian yang baik.

d). Pengetahuan guru.

Pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.

Guru yang tidak tahu tentang pengelolaan, sudah barang tentu tidak bisa

mewujudkan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya.

e). Pemahaman guru tentang peserta didik.

Pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat,

perhatian, dan bakat para siswa. Oleh karena itu sebelum proses kegiatan

belajar mengajar, seorang guru harus memahami kemampuan para siswa

satu dengan yang lainnya.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru Sejarah

Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1, meskipun beliau seorang guru

yang profesional akan tetapi kurang memahami siswanya dalam

pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan. Seharusnya sebagai

guru yang baik itu harus ada komunikasi aktif, Misalnya saja

menanyakan apakah siswa senang dengan mata pelajaran ini atau apakah

Page 19: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

77

merasa bosan. Dengan demikian , niscaya tidak akan menimbulkan

kejenuhan dalam belajar.

2). Metode.

Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena

itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan guru perlu

mempunyai alasan yang kuat dan fakto-faktor yang mendukung pemilihan

metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik siswa

yang diajar.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN kebumen 1

menggunakan metode ceramah, tanya jawab, kisah atau cerita.Ketepatan

metode-metode tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan siswa oleh

karena itu metode yang sesuai akan menunjang keberhasilan pembelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan menggunakan tersebut dimungkunkan

siswa mampu menerima materi dengan lebih baik dan mudah dipahami.

3). Siswa.

Siswa merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan,

yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi

manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai

suatu komponen pendidikan, siswa atau peserta didik dapat ditinjau dari

berbagai pendekatan, antara lain adalah :

a). Pendekatan sosial.

Para siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan

untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota

masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat

sekitarnya dan masyarakat luas. Para siswa perlu disiapkan agar pada

waktunya perlu disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dari masyarakat.

Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga

masyarakat dan sekolah. Dalam konteks inilah, para siswa melakukan

interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru dan masyarakat yang

berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang

Page 20: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

78

terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran

dan pengalaman langsung.

b). Pendekatan psikologis.

Siswa atau peserta didik adalah manusia yang sedang tumbuh dan

berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi, seperti bakat, minat,

kebutuhan, sosial emosiaonal personal

c). Pendekatan edukatif.

Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting,

yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan

menyeluruh dan terpadu.

Dalam proses pembelajaran siswa juga merupakan salah satu

faktor penyebab kejenuhan belajar. Jika seorang siswa dalam kondisi

mentalnya merasa lelah, maka secara langsung ia akan merasa jenuh

menerima pelajaran dan belajar baik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam maupun mata pelajaran yang lainnya.

4). Lingkungan Belajar.

Lingkungan belajar ialah sikap guru, persepsi sensoris, kegiatan

motorik yang disampaikan, tempat duduk siswa, meja guru, cahaya,

ventilasi, akustik, alat peraga dan lain-lain. Lingkungan itu perlu ditata

untuk memperoleh suasana belajar yang merangsang. Prinsip yang perlu

dikembangkan dalam penataan lingkungan belajar, antara lain sebagai

berikut :

a). Lingkungan kelas harus memudahkan siswa bergerak.

b). Kegiatan dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa, sehingga siswa

dengan penuh kepercayaan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.

c). Lingkungan belajar harus memudahkan kelompok berperan serta dalam

setiap kegiatan.

d). Lingkungan belajar harus memudahkan para siswa dalam mencari dan

menemukan masalah dengan cermat. Lingkungan belajar lain yang perlu

ditata adalah pusat-pusat belajar yaitu perpustakaan, laboratorium,

kelompok kerja dan lain-lain.

Page 21: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

79

Linkungan belajar yang nyaman dan kondusif juga sangat mendukung

siswa dalam keberhasilan belajarnya. Sebab lingkungan yang tidak

kondusif akan menimbulkan siswa mejadi jenuh dan bosan dalam

belajar. Demikian pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam, meskipun guru telah mampu mengelola kelas dengan baik, akan

tetapi jika kondisi lingkungan kurang mendukung maka niscaya tujuan

keberhasilan belajar yang di cita-citakan tidak akan terwujud.

F. Analisis Upaya Mengatasi Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI Siswa MTsN Kebumen1.

Dari hasil wawancara penulis dengan sebagian para siswa di MTsN

Kebumen 1, maka dapat penulis deskripsikan sebagai berikut. Menurut mereka

mata pelajaran SKI adalah salah satu mata pelajaran yang banyak sekali materi

didalamnya yang dapat membuat mereka merasa jenuh bosan dan malas untuk

belajar. Ada beberapa upaya yang ditempuh para siswa untuk mengatasi

kejenuhan belajar mata pelajaran SKI antara lain sebagai berikut :

a. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi, misalnya saja kalau dulu

belajar menghafal mata pelajaran SKI dengan membaca langsung dari buku,

maka sekarang mencoba dengan belajar membuat ringkasan pelajaran.

Dengan rajin membuat ringkasan pelajaran, maka siswa akan terlatih

mengungkap intisari atau bagian terpenting dan dengan meringkas

sebenarnya juga telah terjadi proses menghafal serta mengingat.

b. Mengadakan perubahan fisik dalam ruang belajar, misalnya saja dengan

merubah letak meja kursi , menempel gambar – gambar di dinding ruang

kelas. Hal tersebut bermanfaat agar siswa menjadi tidak jenuh, bosam yang

akan terbiasa dalam menghadapi perubahan kondisi , situasi tempat dalam

proses belajar.

c. Menciptakan suasana baru di ruang belajar, misalnya dengan belajar sambil

mendengarkan musik instrumental yang berirama tenang dan merupakan

musik kesenangan kita atau sambil istirahat dan menenangkan fikiran

sejenak setelah belajar. Dengan demikian maka kejenuhan yang dialami

dapat dinetralisir.

Page 22: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

80

d. Memotivasi diri untuk selalu semangat belajar meskipun mata pelajaran

tidak disukai karena itu adalah tugas kewajiban siswa sebagai pelajar.

e. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan, misalnya dengan jalan membuat

rencana atau program rekreasi setelah belajarsecara terus menerus. Ushakan

agar aktivitas tersebut merupakan pengembangan hobi yang berbentuk

ketrampilan dan bermanfaat untuk masa depan. Kegiatan tersebut juga perlu

bervariasi , karena suatu kegiatan hiburan apapun akan berkurang intensitas

hiburannya apabila terasa telah membosankan.

f. Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar dengan cara belajar santai

dalam arti belajar dengan sikap rileks dan bebas dari ketegangan.

Dengan adanya cara-cara mengatasi kejenuhan belajar tersebut , para

siswa menjadi termotivasi untuk belajar mata pelajaran SKI meskipun

materi yang ada didalamnya sangat banyak. Hal tersebut karena sudah

menjadi kewajiban seorang siswa mau tidak mau harus belajar demi untuk

kebaikannya.

Di MTsN Kebumen 1 guru mata pelajaran SKI mengadakan upaya-

upaya agar siswa tidak mengalami kejenuhan pada saat belajar, diantaranya

dengan cara sebagai berikut :

a. Guru memberikan nasehat serta saran-saran. Dengan cara ini niscaya

siswa akan mmemperhatikan nasehat dan saran dari gurunya bahwa

sebenarnya kita perlu belajar meskipun mengalami kejenuhan, karena itu

kewajiban seorang pelajar dan itu semua untuk kebaikan siswa.

b. Guru mengambil sumber lain di luar sumber pokok. Maksudnya agar

siswa tidak mengalami kejenuhan belajar, guru juga mengajarkan

pengetahuan SKI menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan

sejarah Islam lainnya.

c. Guru menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, misalnya

dengan metode ceramah, tanya jawab diskusi dan lain sebagainya.

d. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan variasi tekanan

suara, agar siswa tidak merasa jenuh dalam mendengarkan ceramah

mengenai SKI yang sangat banyak materinya itu.

Page 23: BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar …library.walisongo.ac.id/.../19/jtptiain-gdl-s1-2006...Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai

81

Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk

mengatasi kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1,

maka jelaslah bahwa kejenuhan para siswa tersebut dapat di netralisir.

Dalam rangka untuk mengatasi permasalahan tentang adanya

kejenuhan belajar terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang

ada di MTsN Kebumen 1, yang ditimbulkan oleh faktor gurunya maka

sekolah harus mengambil tindakan yaitu :

1. Setiap tahun mengadakan studi banding dengan guru-guru agama di

sekolah-sekolah yang lebih maju.

2. Mengikuti penataran mata pelajaran agama baik di tingkat kabupaten

maupun tingkat pusat.

3. Menempatkan guru sesuai dengan keahlian dan lulusannya.

4. Membina para guru agar selalu meningkatkan kinerjanya.

Secara akademik guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat, baik yang diperoleh

dari lembaga formal, informal maupun non formal. Hal ini menjadi indikasi

pertama bahwa mereka telah memiliki bekal ilmu keagamaan yang

mumpuni.

Secara administratif, guru tersebut juga telah memenuhi persyaratan

UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 42 ayat 1 yang menyebutkan pendidik atau

pengajar harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

kewenangan pengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan pendidikan nasional.

Secara profesional, guru Sejarah Kebudayaan Islam telah memiliki

kemampuan mengelola kegiatan belajar dengan baik, walaupun masih

menggunakan pola yang lama, sehingga bisa dikatakan bahwa pola

mengajar guru tersebut masih pakai pola tradisional, akan tetapi pada

dasarnya konsep mengajar yang dipakai telah mengikuti prosedur yang baik

yaitu membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan

konsekuen, melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.