BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar...
Transcript of BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN A. Kejenuhan Belajar...
59
BAB IV
ANALISIS HASIL KEJENUHAN
A. Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI
Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, para siswa kadang
kala mengalami gangguan psikologis dalam belajar seperti kejenuhan belajar.
Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu
mudah untuk diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri
seperti kurangnya minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar
maupun tingkat intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga
faktor dari sekolah baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana
yang tersedia di sekolah tersebut, diantaranya variasi metode pengajaran yang
digunakan, kualitas penjelasan materi pelajaran, penggunaan metode pengajaran
maupun media pembelajaran yang kurang memadai.
Dari faktor kurangnya minat dan bakat yang dimiliki siswa, dapat dilihat
bahwa siswa yang kurang minat dan tidak berbakat terhadap suatu mata
pelajaran, maka ia akan merasa jenuh.Sedangkan faktor kurangnya motivasi
belajar, maka dapat dilihat jelas bahwa apabila siswa sudah tidak mempunyai
keinginan atau motivasi lagi ia akan merasa jenuh untuk belajar. Demikian juga
dengan kurangnya tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, maka ia akan merasa
malas, bosan dan jenuh tehadap suatu mata pelajaran.
Faktor eksternal disebabkan karena guru mata pelajaran tertentu
memakai metode yang kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi jenuh.
Demikian pula dengan kurangnya kualitas penjelasan materi yang disampaikan
juga menimbulkan jenh. Media pengajaran yang kurang memadai karena
kurangnya sarana prasarana sekolah juga dapat menimbulkan kejenuhan.
Dari penelitian yang penulis lakukan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
kejenuhan bersifat menghilangkan suatu kecenderungan. Misalnya seorang
siswa yang pada mulanya rajin belajar, dapat menjadi malas belajar karena
dihinggapi kejenuhan.
60
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I
mulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Sejarah Kebudayaan Islam salah satu mata
pelajaran yang kurang begitu diminati oleh para siswa, karena rendahnya
wawasan pengetahuan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam terhadap
materi sejarah, akibatnya meskipun guru itu memiliki kemampuan mengajar
dengan baik, tetapi karena wawasannya sangat dangkal sehingga ia tidak dapat
memperkaya, mengembangkan, dan menghubungkan materi-materi sejarah
dengan persoalan aktual yang dihadapi para siswa, baik yang berhubungan
dengan masalah sosial keagamaan maupun sosial budaya. Bidang studi sejarah
menjadi menjenuhkan, karena hanya menghafalkan tahun-tahun kejadian di
masa silam. Mata pelajaran SKI ini banyak sekali materi di dalamnya yang
harus dipahami oleh siswa. Begitu banyaknya materi sehingga para siswa mau
tidak mau harus mempelajari pelajaran tersebut dengan baik. Meskipun mata
pelajaran SKI bagi sebagian siswa menjenuhkan, karena meraka masing-
masing punya cara tersendiri untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Ada siswa
yang mempelajari sendiri di rumah karena gurunya sangat menjenuhkan. Guru
disekolah ini kurang variatif dala mengajar.
Dari hasil wawancara penulis dengan para siswa, dapat diketahui bahwa
mereka mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal sesuai yang telah penulis
sebutkan di atas.
B. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI.
Berikut ini akan penulis sebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya
kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1, sesuai dengan hasil
angket para siswa. Dalam hal ini penulis paparkan faktor penyebab mulai dari
aspek materi, aspek guru, aspek lingkungan belajar dan aspek siswa antara lain
sebagai berikut :
61
a. Aspek Materi
Tabel 6
Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
28 14 27 13
34 % 17 % 33 % 16 %
1
Jumlah 82 100 %
Tabel di atas dapat dilihat bahwa 34 % (responden) siswa merasa
malas ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI, 17 % (responden)
tidak pernah merasa malas, 33 % (responden) tidak pernah malas, 16 %
(responden) tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa malas
belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI yang merupakan
salah satu faktor penyebab kejenuhan belajar siswa MTsN Kebumen 1.
Tabel 7 Materi SKI terlalu banyak sehungga malas dalam belajar.
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
39 37 2 4
48 % 45 % 2 % 5 %
2
Jumlah 82 100 % Berdasarkan tabel diatas 48 % menyatakan mata kuliah SKI terlalu
banyak sehingga sehingga malas belajar, 45 % menyatakan tidak tidak
merasa malas, 2 % tidak pernah dan 5 % menyatakan tidak tahu. Hal ini
berarti berarti materi yang terlalu banyak dapat menimbulkan kemalasan
dalam belajar.
62
Tabel 8
Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal
materi sejarah yang sangat banyak.
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
44 29 4
5
54 % 35 % 5 % 6 %
3
Jumlah 82 100 %
Tabel diatas menunjukan bahwa lebih dari setengah responden
(54%) menyatakan siswa merasa malas ketika disuruh menghafal mata
pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa tidak stres, 5 % (responden) merasa
tidak pernah stres dan 6 % (responden) tidak tahu. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa mengalami kejenuhan belajar pada saat disuruh menghafal
mata pelajaran SKI.
Tabel 9 Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam
mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
30 23 22 7
37 % 28 % 27 % 8 %
4
Jumlah 82 100 %
Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa 37 % (responden)
menyatakan dapat menimbulkan kejenuhan belajar, sebahagian besar 28 %
(responden) menyatakan tidak menimbulkan jenuh, 27 % (responden)
menyatakan tidak pernah dan 8 % menyatakan tidak tahu. Tabel tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar tidak pengaruh tugas (PR) terhadap
kejenuhan belajar.
63
Tabel 10
Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan
belajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
36 33 3 10
44 % 40 % 4 % 12 %
5
Jumlah 82 100 %
Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa 44 % (responden), merasa
bosan belajar mata pelajaran SKI karena banyak teori, 40 % (responden),
merasa tidak bosan belajar, 4 % menyakan tidak pernah bosan, dan 12 %
(responden) menyatakan tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa banyak
teori dalam mata pelajaran SKI menimbulkan kebosanan siswa dalam
belajar.
b. Aspek Guru
Tabel 11 Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI
tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
68 9 - 5
83 % 11 % 0 % 6 %
1
Jumlah 82 100 %
Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah
responden (83 %) menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI
disebabkan metode mengajar guru yang tidak bervariasi, 11 % (responden)
menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI tidak disebabkan
metode mengajar guru yang tidak bervariasi, sedangkan 6 % (responden)
menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar guru
yang tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI dapat menimbulkan
kejenuhan siswa.
64
Tabel 12
Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
42 36 - 2
51 % 46 % 0 % 3 %
2
Jumlah 82 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 51 % (responden)
menyatakan mengalami kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak
berceramah, 46 % (responden) tidak mengalami kejenuhan, sedangkan 3%
menyatakan tidak tahu. Hal ini berati bahwa guru yang terlalu banyak
berceramah dapat menimbulkan kejenuhan belajar SKI.
Tabel 13
kejenuhan siswa karena guru tidak memilki
sikap adil ketika mengajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
34 33 2 13
41 % 40 % 3 % 16 %
3
Jumlah 82 100 %
Tabel di atas dapat dilihat bahwa 41% (responden), mengalami
kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 40 %
(responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 3 % (responden) tidak
pernah mengalami kejenuhan dan 16 % (responden) menyatakan tidak tahu.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap tidak adil dalam mengajar juga
merupakan salah satu faktor kejenuhan belajar siswa dalam mata pelajaran
SKI di MTsN Kebumen 1.
65
Tabel 14
kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
42 31 1 8
51 % 38 % 1 % 10 %
4
Jumlah 82 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 51% (responden),
mengalami kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam
mengajar, 38 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 1 %
(responden) tidak pernah mengalami kejenuhan, 10 % (responden)
menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru yang tidak
memiliki rasa humor dalam pembelajaran SKI juga termasuk faktor yang
menimbulkan kejenuhan belajar.
Tabel 15
Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase e. Ya f. Tidak g. Tidak pernah h. Tidak tahu
7 38 35 2
9 % 46 % 43 % 2 %
5
Jumlah 82 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 9 %(responden), mengalami
kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 46 %
(responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 43 % (responden)
tidak pernah mengalami kejenuhan dan 2 % (responden) menyatakan tidak
tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kejenuhan yang siswa alami bukan karena
guru tidak pernah menanyakan tentang kejenuhan.
66
c. Aspek Lingkungan Belajar
Tabel 16
Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan belajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase
a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
71 11 - -
87 % 13% 0 % 0 %
1
Jumlah 82 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87%)
menyatakan suasana yang ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat
menimbulkan kejenuhan belajar, sedangkan 13 % (responden) menyatakan
tidak mengalami kejenuhan. Hal ini berati bahwa suasana ramai berisik
disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan.
Tabel 17
Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah
dapat menimbulkan kejenuhan siswa
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
50 29 1 2
61 % 35 % 1 % 3 %
2
Jumlah 82 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 % (responden)
mengalami kejenuhan belajar karena keadaan ruang dan kondisi ruang kelas
yang tidak berubah-ubah, 29 % (responden) menyatakan tidak mengalami
kejanuhan tersebut, 1% (responden) tidak pernah dan 2 % (responden)
menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa keadaan dan suasana kelas
yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan belajar.
67
Tabel 18
Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat
menimbulkan kejenuhan belajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
76 3 - 3
92 % 4 % 0 % 4 %
3
Jumlah 82 100 %
Tabel tersebut di atas mengungkap sebagian besar responden (92 %)
lingkungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan, 4 %
(responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan sedangkan 4 %
(responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menyatakan lingkungan sekolah
yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan siswa.
Tabel 19
Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
70 8 1 3
85 % 10 % 1 % 4 %
4
Jumlah 82 100 % Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
(85%) menyatakan lingkungan belajar yang tidak bersih dapat menimbulkan
malas belajar, 10 % (responden) menyatakan tidak malas dengan hal
tersebut, 1% (responden) menyatakan tidak pernah dan 4% (responden)
menyatakan tidaktahu. Hal tersebut jelas bahwa lingkungan yang tidak
bersih juga termasuk faktor penyebab siswa malas belajar.
Tabel 20
Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
47 27 2 6
57 % 33 % 3 % 7 %
5
Jumlah 82 100 %
68
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa 57 % (responden)
sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan, 33 %
(responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan hal tersebut, 3 %
(responden) menyatakan tidak pernah jenuh dan 7 % (responden)
menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah yang dipilihkan
orang tua menimbulkan kejenuhan belajar.
d. Aspek Siswa :
Tabel 21
Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang
mengajar mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
54 17 1 10
66 % 21 % 1 % 12 %
1
Jumlah 82 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 66 %
(responden) ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru
yang sedang mengajar mata pelajaran SKI, 21 % (responden) menyatakan
tidak mengalaminya, 1 % (responden) tidak pernah mengalami hal tersebut
dan 12 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan capek
kemudian tidak bisa memusatkan perhatian pada guru dalam pembelajaran
juga termasuk faktor penyebab kejenuhan belajar.
Tabel 22
Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
38 36 1 7
45 % 44% 1 % 9 %
2
Jumlah 82 100 %
Dari tabel di atas menyatakan bahwa 44 % (responden) lelah ketika
mendengarkan ceramah guru, 45 % (responden) menyatakan tidak lelah
69
mendengarkan ceramah, 1 % (responden) merasa tidak pernah lelah dan 9 %
(responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukan siswa merasa
lelah mendengarkan ceramah guru juga termasuk faktor penyebab dari
timbulnya kejenuhan belajar.
Tabel 23
Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
47 29 1 5
57 % 35% 1 % 6 %
3
Jumlah 82 100 %
Tabel di atas menyatakan bahwa 57 % (responden) tidak bergaurah
ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa
bergairah, 1 % (responden) merasa tidak pernah bergairah dan 6 %
(responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa siswa merasa
tidak bergairah ketika guru sedang menerangkan mata pelajaran SKI juga
termasuk faktor penyebab dari timbulnya kejenuhan belajar.
Tabel 24
Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
68 9 - 5
83 % 11 % 0 % 6 %
4
Jumlah 82 100 %
Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 83 %
(responden) ketika kurang istirahat merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI,
11% (responden) menyatakan tidak mengalaminya, dan 6 % (responden)
menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kurang istirahat juga
dapat menimbulkan kejenuhan belajar.
70
Tabel 25
Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI
No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu
47 25 3 7
57 % 30% 4 % 9 %
5
Jumlah 82 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden
57 % menyatakan malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata
pelajaran SKI, 30 % (responden) menyatakan siswa tidak malas belajar, 4 %
(responden) siswa tidak pernah malas belajar, dan 9 % menyatakan tidak
tahu. Hal ini membuktikan bahwa sebagian siswa malas belajar ketika tidak
mempunyai buku mata pelajaran SKI.
Dengan demikian dapat penulis analisis bahwa faktor-faktor
penyebab kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1
disebabkan karena sebagai berikut :
1. Metode pengajaran yang digunakan tidak bervariasi.
2. Materi pelajaran sangat banyak.
3. Dalam pembelajaran guru tidak bersikap adil.
4. Guru tidak mempunyai rasa humor.
C. Pembahasan Hasil Penelitian.
Dalam bab IV, pembahasan hasil penelitian adalah pembahasan ketiga
setelah deskripsi data serta analisis dan interpretasi data. Pembahasan ini baru
dapat dilakukan setelah diperoleh kejelasan data yang dibutuhkan dalam
pengolahan hasil penelitian.
Pembahasan pertama mengenai benar tidaknya kejenuhan belajar
terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, yang dialami oleh siswa di
MTsN Kebumen 1.Hasil pengolahan data dari wawancara penulis dengan para
siswa menunjukkan bahwa sebagian besar para siswa mengalami kejenuhan
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal tersebut juga dapat dilihat dari
hasil pengolahan angket para siswa pada tabel 11 menunjukkan (68 responden
71
atau 83%) bahwa sebagian besar siswa mengalami kejenuhan belajar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Beralih kepada pembahasan kedua mengenai penyebab kejenuhan
belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hasol
pengolahan data menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kejenuhan belajar para siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MTsN Kebumen 1 diantaranya :
1). Aspek materi.
Pada aspek materi dapat dilihat bawa :
a) Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, menurut jawaban hampir setengah responden (28
responden atau 34 %).
b) Materi Sejarah Kebudayaan Islam terlalu banyak sehingga malas dalam
belajar, menurut jawaban hampir setengah responden (39 responden atau
48%).
c) Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal materi sejarah yang sangat
banyak. menurut jawaban sebagian lebih dari setengah responden (44
responden atau 54 %).
d) Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam mata pelajaran SKI,
menurut jawaban hampir setengah responden (30 responden atau 37 %).
e) Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan belajar
menurut jawaban hampir setengah responden (36 responden atau 44 %).
2). Aspek guru.
Pada aspek guru dapat dilihat bawa :
a) Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI, tidak bervariasi dalam
mata pelajaran SKI menurut jawaban hampir seluruh responden (68
responden atau 83 %).
b) Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata
pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah responden (42
responden atau 51 %).
c) kejenuhan siswa karena guru tidak memilki sikap adil ketika mengajar
menurut jawaban hampir setengah responden (34 responden atau 41 %).
72
d) kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor
menurut jawaban lebih dari setengah responden (42 responden atau 51
%).
e) Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar, menurut jawaban
sebagian kecil responden (7 responden atau 9 %).
3). Aspek lingungan belajar.
Pada aspek lingungan belajar dapat dilihat bawa :
a) Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan
kejenuhan belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (71
responden atau 87 %).
b) Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah dapat
menimbulkan kejenuhan siswa, menurut jawaban lebih dari setengah
responden (50 responden atau 61 %).
c) Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan
belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (76 responden atau
92 %).
d) Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar
menurut jawaban hampir seluruh responden (70 responden atau 85 %).
e) Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan.
menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57
%).
4). Aspek siswa.
Pada aspek siswa dapat dilihat bawa :
a) Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang
mengajar mata pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah
responden (54 responden atau 66 %).
b) Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru menurut jawaban
hampir setengah responden (38 responden atau 45 %).
c) Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI
menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57
%).
73
d) Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI
menurut jawaban hampir seluruh responden (68 responden atau 83 %).
e) Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI
menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57
%).
D. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus bertanggung jawab dengan
apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, dan secara konsekuen dalam
melaksanakannya. Berikut analisis terhadap upaya pelaksanaan pembelajaran
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1 :
1. Pembukaan.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, sebelum berlangsung kemateri perlu adaanya pembukaan
berupa pertanyaan untuk membangkitkan ingatan serta memotivasi siswa
untuk serius dalam mengikuti pelajaran.
2. Metode.
Dalam setiap pembelajaran, guru akan memerlukan alat atau cara yang
dapat menunjang dalam pengembangan kemampuan siswa. Metode mengajar
berfungsi sebagai jembatan atau cara untukmencapai tujuan.
Pembelajaran tidak akan efektif bila guru terlalu monoton dalam
pemilihan metode. Hal ini karena tidak ada satu metode yang terbaik, yang
ada hanyalah metode yang sesuai.
Dalam pelaksanaanya, metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini
menurutnya metode yang paling efektif, mengingat sedikitnya waktu
pembelajaran. Walaupun guru tahu bahwa metode tersebut memiliki beberapa
kelemahan, yakni membosankan dan cenderung menjadikan siswa pasif.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa metode
tersebut mendominasi daripada metode yang lain belum sesuai dengan teori
yang ada, artinya pemilihan metode dalam pelaksanaan pembelajaran kurang
bervariasi, akibatnya siswa menjadi jenuh.
74
3. Media dan sumber belajar.
Mebia merupakan alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk
memperjelas materi yang disampaikan. Untuk itu guru dibantu dengan
fasilitas sekolah dapat memilih media secara tepat,artinya pemilihan media
baik media cetak, tulis, elektronik maupun gambar telah disesuaikan dengan
tujuan, materi, fungsi, ketrampilan guru dan taraf pemikiran siswa.
Namun kenyataannya, media yang digunakan dalam mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam sangatlah sederhana dan terlalu monoton, artinya
media yang dipilih belum memenuhi standar pemilihan media yang baik.
Pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya
didukung dengan media yang memadai, misalnya dengan TV.
4. Evaluasi.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar,
guru melakukan evaluasi dengan dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan
submatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan melalui tes tertulis dan tes tidak
tertulis Tes tertulis tidak dilakukan setiap hari, tetapi dilakukan setelah satu
pokok bahasan atau sebelum tes semesteran. Sedangkan tes tidak tertulis
berupa tes lisan atau tanya jawab dilakukan setiap hari sebagai wujud
konsekuensinya dari pretest dan post test. Evaluasi yang dilakukan oleh guru
Sejarah Kebudayaan Islam, baru mencakup aspek kognitif belum mencapai
aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga penilaian yang dilakukan ileh guru
bidang studi tersebut baik penilaian belajar maupun penilaian hasil belajar
belum dilaksanakan dengan baik.
5. Tindak lanjut.
Dalam menindak lanjuti hasil evaluasi yang telah dilakukan baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
melakukan progaram tindak lanjut berupa :
a). Memberikan program remidial.
b). Memberi tugas kelompok.
c). Merangkum pelajaran.
d). Memberikan tugas atau PR.
75
E. Analisis Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.
Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata SKI menurut mereka itu
menjenuhkan, karena terlalu banyak materi dengan demikian susah sekali untuk
menghafal, apalagi gurunya yang terlalu sering humor sehingga mereka terlihat
bosan. Meskipun demikian mereka harus tetap belajar, karena semuanya itu
demi untuk kebaikan dan prestasi siswa yang lebih memuaskan. Berbagai cara
mereka lakukan untuk dapat menghilangkan rasa jenuh terhadap mata pelajaran
SKI, seperti mengatur jadwal waktu untuk belajar, istirahat sejenak apabila
merasa lelah ketika belajar, mengganti metode belajarnya sesuai keinginan
sendiri, belajar sambil mendengarkan musik serta variasi-variasi belajar yang
lain yang penting dapat menghilangkan kejenuhan.
1). Guru.
Guru adalah motor penggerak bagi suatu proses pengajaran di kelas.
Profesi guru akan selalu melekat dalam dirinya dimanapun tempatnya
terutama dilingkungan masyarakat, mereka akan selalu mendapat panggilan
“Pak Guru”. Masyarakat memanggil dengan panggilan demikian, karena
menaruh harapan agar mereka bekerja dengan baik dalam rangka
mencerdaskan anak bangsa.
Guru agama yang baik adalah pengajar yang profesional, yaitu
pengajar yang memiliki sesuatu kemampuan dan keahlian khusus dalam
bidang pendidikan keagamaan sehingga ia mampu untuk melakukan tugas,
pesan dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan maksimal. Selain
itu guru dituntut untuk memiliki kepribadian Islam yang baik dan mampu
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah,
masyarakat atau lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Guru dapat menjadikan faktor penghambat dalam pembelajaran.
Penghambatnya itu berada dalam dirinya sendiri bahwa ia kurang bisa
mempermainkan ketrampilannya dalam pengelolaan itu. Mungkin pula
karena sifat atau kebiasaannya sehari-hari dalam pergaulan, termasuk tipe
yang terbawa sejak lahir. Guru yang kurang berlatih dalam memimpin siswa
76
belajar menjadi penghambat dalam pembelajaran. Jika diklasifikasikan ada
lima penghambat pembelajaran tidak dilakukan dengan baik yaitu :
a). Tipe kepemimpinan guru.
Guru yang otoriter menimbulkan sikap yang pasif dan agresif para
siswa. Suasana belajar jadi tidak merangsang , melainkan para siswa
menjadi ramai dan tegang.
b). Gaya mengajar guru yang monoton.
Gaya mengajar guru yang monoton dalam mengajar dapat
menimbulkan kebosanan belajar. Ucapan guru dapat mempengaruhi
motivasi siswa. Ucapan lurus tanpa turun nai, lemah dan keras
menyebabkan pendengarannya bosan. Apalagi jika tidak diiringi oleh
gerak motorik dan mimik.
c). Kepribadian guru.
Guru yang berhasil adalah guru yang pandai menciptakan suasana
belajar yang tidak emosional. Ia bersikap hangat, adil dan luwes. Semua
itu dapat diciptakan oleh kepribadian yang baik.
d). Pengetahuan guru.
Pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan.
Guru yang tidak tahu tentang pengelolaan, sudah barang tentu tidak bisa
mewujudkan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya.
e). Pemahaman guru tentang peserta didik.
Pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat,
perhatian, dan bakat para siswa. Oleh karena itu sebelum proses kegiatan
belajar mengajar, seorang guru harus memahami kemampuan para siswa
satu dengan yang lainnya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru Sejarah
Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1, meskipun beliau seorang guru
yang profesional akan tetapi kurang memahami siswanya dalam
pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan. Seharusnya sebagai
guru yang baik itu harus ada komunikasi aktif, Misalnya saja
menanyakan apakah siswa senang dengan mata pelajaran ini atau apakah
77
merasa bosan. Dengan demikian , niscaya tidak akan menimbulkan
kejenuhan dalam belajar.
2). Metode.
Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena
itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan guru perlu
mempunyai alasan yang kuat dan fakto-faktor yang mendukung pemilihan
metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik siswa
yang diajar.
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN kebumen 1
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, kisah atau cerita.Ketepatan
metode-metode tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan siswa oleh
karena itu metode yang sesuai akan menunjang keberhasilan pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan menggunakan tersebut dimungkunkan
siswa mampu menerima materi dengan lebih baik dan mudah dipahami.
3). Siswa.
Siswa merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai
suatu komponen pendidikan, siswa atau peserta didik dapat ditinjau dari
berbagai pendekatan, antara lain adalah :
a). Pendekatan sosial.
Para siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan
untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat
sekitarnya dan masyarakat luas. Para siswa perlu disiapkan agar pada
waktunya perlu disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dari masyarakat.
Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga
masyarakat dan sekolah. Dalam konteks inilah, para siswa melakukan
interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru dan masyarakat yang
berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang
78
terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran
dan pengalaman langsung.
b). Pendekatan psikologis.
Siswa atau peserta didik adalah manusia yang sedang tumbuh dan
berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi, seperti bakat, minat,
kebutuhan, sosial emosiaonal personal
c). Pendekatan edukatif.
Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting,
yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan
menyeluruh dan terpadu.
Dalam proses pembelajaran siswa juga merupakan salah satu
faktor penyebab kejenuhan belajar. Jika seorang siswa dalam kondisi
mentalnya merasa lelah, maka secara langsung ia akan merasa jenuh
menerima pelajaran dan belajar baik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam maupun mata pelajaran yang lainnya.
4). Lingkungan Belajar.
Lingkungan belajar ialah sikap guru, persepsi sensoris, kegiatan
motorik yang disampaikan, tempat duduk siswa, meja guru, cahaya,
ventilasi, akustik, alat peraga dan lain-lain. Lingkungan itu perlu ditata
untuk memperoleh suasana belajar yang merangsang. Prinsip yang perlu
dikembangkan dalam penataan lingkungan belajar, antara lain sebagai
berikut :
a). Lingkungan kelas harus memudahkan siswa bergerak.
b). Kegiatan dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa, sehingga siswa
dengan penuh kepercayaan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.
c). Lingkungan belajar harus memudahkan kelompok berperan serta dalam
setiap kegiatan.
d). Lingkungan belajar harus memudahkan para siswa dalam mencari dan
menemukan masalah dengan cermat. Lingkungan belajar lain yang perlu
ditata adalah pusat-pusat belajar yaitu perpustakaan, laboratorium,
kelompok kerja dan lain-lain.
79
Linkungan belajar yang nyaman dan kondusif juga sangat mendukung
siswa dalam keberhasilan belajarnya. Sebab lingkungan yang tidak
kondusif akan menimbulkan siswa mejadi jenuh dan bosan dalam
belajar. Demikian pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, meskipun guru telah mampu mengelola kelas dengan baik, akan
tetapi jika kondisi lingkungan kurang mendukung maka niscaya tujuan
keberhasilan belajar yang di cita-citakan tidak akan terwujud.
F. Analisis Upaya Mengatasi Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI Siswa MTsN Kebumen1.
Dari hasil wawancara penulis dengan sebagian para siswa di MTsN
Kebumen 1, maka dapat penulis deskripsikan sebagai berikut. Menurut mereka
mata pelajaran SKI adalah salah satu mata pelajaran yang banyak sekali materi
didalamnya yang dapat membuat mereka merasa jenuh bosan dan malas untuk
belajar. Ada beberapa upaya yang ditempuh para siswa untuk mengatasi
kejenuhan belajar mata pelajaran SKI antara lain sebagai berikut :
a. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi, misalnya saja kalau dulu
belajar menghafal mata pelajaran SKI dengan membaca langsung dari buku,
maka sekarang mencoba dengan belajar membuat ringkasan pelajaran.
Dengan rajin membuat ringkasan pelajaran, maka siswa akan terlatih
mengungkap intisari atau bagian terpenting dan dengan meringkas
sebenarnya juga telah terjadi proses menghafal serta mengingat.
b. Mengadakan perubahan fisik dalam ruang belajar, misalnya saja dengan
merubah letak meja kursi , menempel gambar – gambar di dinding ruang
kelas. Hal tersebut bermanfaat agar siswa menjadi tidak jenuh, bosam yang
akan terbiasa dalam menghadapi perubahan kondisi , situasi tempat dalam
proses belajar.
c. Menciptakan suasana baru di ruang belajar, misalnya dengan belajar sambil
mendengarkan musik instrumental yang berirama tenang dan merupakan
musik kesenangan kita atau sambil istirahat dan menenangkan fikiran
sejenak setelah belajar. Dengan demikian maka kejenuhan yang dialami
dapat dinetralisir.
80
d. Memotivasi diri untuk selalu semangat belajar meskipun mata pelajaran
tidak disukai karena itu adalah tugas kewajiban siswa sebagai pelajar.
e. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan, misalnya dengan jalan membuat
rencana atau program rekreasi setelah belajarsecara terus menerus. Ushakan
agar aktivitas tersebut merupakan pengembangan hobi yang berbentuk
ketrampilan dan bermanfaat untuk masa depan. Kegiatan tersebut juga perlu
bervariasi , karena suatu kegiatan hiburan apapun akan berkurang intensitas
hiburannya apabila terasa telah membosankan.
f. Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar dengan cara belajar santai
dalam arti belajar dengan sikap rileks dan bebas dari ketegangan.
Dengan adanya cara-cara mengatasi kejenuhan belajar tersebut , para
siswa menjadi termotivasi untuk belajar mata pelajaran SKI meskipun
materi yang ada didalamnya sangat banyak. Hal tersebut karena sudah
menjadi kewajiban seorang siswa mau tidak mau harus belajar demi untuk
kebaikannya.
Di MTsN Kebumen 1 guru mata pelajaran SKI mengadakan upaya-
upaya agar siswa tidak mengalami kejenuhan pada saat belajar, diantaranya
dengan cara sebagai berikut :
a. Guru memberikan nasehat serta saran-saran. Dengan cara ini niscaya
siswa akan mmemperhatikan nasehat dan saran dari gurunya bahwa
sebenarnya kita perlu belajar meskipun mengalami kejenuhan, karena itu
kewajiban seorang pelajar dan itu semua untuk kebaikan siswa.
b. Guru mengambil sumber lain di luar sumber pokok. Maksudnya agar
siswa tidak mengalami kejenuhan belajar, guru juga mengajarkan
pengetahuan SKI menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan
sejarah Islam lainnya.
c. Guru menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, misalnya
dengan metode ceramah, tanya jawab diskusi dan lain sebagainya.
d. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan variasi tekanan
suara, agar siswa tidak merasa jenuh dalam mendengarkan ceramah
mengenai SKI yang sangat banyak materinya itu.
81
Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk
mengatasi kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1,
maka jelaslah bahwa kejenuhan para siswa tersebut dapat di netralisir.
Dalam rangka untuk mengatasi permasalahan tentang adanya
kejenuhan belajar terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang
ada di MTsN Kebumen 1, yang ditimbulkan oleh faktor gurunya maka
sekolah harus mengambil tindakan yaitu :
1. Setiap tahun mengadakan studi banding dengan guru-guru agama di
sekolah-sekolah yang lebih maju.
2. Mengikuti penataran mata pelajaran agama baik di tingkat kabupaten
maupun tingkat pusat.
3. Menempatkan guru sesuai dengan keahlian dan lulusannya.
4. Membina para guru agar selalu meningkatkan kinerjanya.
Secara akademik guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat, baik yang diperoleh
dari lembaga formal, informal maupun non formal. Hal ini menjadi indikasi
pertama bahwa mereka telah memiliki bekal ilmu keagamaan yang
mumpuni.
Secara administratif, guru tersebut juga telah memenuhi persyaratan
UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 42 ayat 1 yang menyebutkan pendidik atau
pengajar harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan
kewenangan pengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Secara profesional, guru Sejarah Kebudayaan Islam telah memiliki
kemampuan mengelola kegiatan belajar dengan baik, walaupun masih
menggunakan pola yang lama, sehingga bisa dikatakan bahwa pola
mengajar guru tersebut masih pakai pola tradisional, akan tetapi pada
dasarnya konsep mengajar yang dipakai telah mengikuti prosedur yang baik
yaitu membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan
konsekuen, melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.