BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI - digilib.itb.ac.id · penyebab terjadinya kegagalan fungsi APU....
Transcript of BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI - digilib.itb.ac.id · penyebab terjadinya kegagalan fungsi APU....
36
BAB IV. ANALISIS HASIL EVALUASI
4.1 PENDAHULUAN
Pada Bab ini dijelaskan penyebab penurunan keandalan APU GTCP85. Penurunan
keandalan ditandai dengan kenaikan jumlah kegagalan, baik terhitung dengan kegagalan
yang berhasil diselesaikan dan yang tidak berhasil diselesaikan di setiap cycle
penerbangan. Kegagalan APU yang tidak berhasil diselesaikan akan masuk dalam Hold
Item List (HIL) dan harus diselesaikan dalam periode terbatas.
Perolehan data perhitungan keandalan diambil sesuai dengan Gambar 4.1 (alur proses
input data di GMF). Analisis data pada bab ini hanya secara matematis yaitu menghitung
keandalan, menentukan penyebab kegagalan dan menentukan prosedur penyelesaian
kegagalan sistem APU.
a. Maintenance Report, Pilot Report (PIREPS) dan Unschedule Removal
Data terdiri dari maintenance report (MAREPS), pilot report (PIREPS) dan unschedule
removal. Maintenance report merupakan laporan tindakan engineer ketika merawat
pesawat, memperbaiki kegagalan, melaporkan kegagalan dan memeriksa kondisi
pesawat. PIREPS merupakan laporan kondisi pesawat selama pilot mengoperasikan
pesawat. Unschedule removal adalah laporan pelepasan komponen yang terjadi diluar
waktu pelepasan yang ditentukan. Unscheduled removal dapat terjadi bila komponen
terjadi kerusakan atau kegagalan fungsional.
b. MCC dan TLP
Data berupa MAREPS, PIREPS dan unschedule removal disimpan dan dicatat oleh
Maintenance Control Center (MCC) dan Unit Pencatatan Data (TLP).
37
Gambar 4.1. Alur proses input data di GMF
c. Database SNAG
Data dari MCC dan TLP berupa maintenance report, PIREPS dan unschedule removal
disimpan dan diakses melalui database SNAG. Di database SNAG data dipilih
berdasarkan ATA 49 (APU) pesawat Boeing 737-300/400/500. Data ini melaporkan
kondisi normal, kegagalan potensial dan fungsional APU.
d. Functional Failure & Potensial Failure APU GTCP85, B737-300/400/500
Kegagalan potensial merupakan kondisi fisik yang teridentifikasi yang menunjukkan
kegagalan fungsional sebentar lagi terjadi. Contoh kegagalan potensial APU adalah
exhaust gas temperature meninggi akibat perubahan perbedaan tekanan udara pada
differential air pressure regulator. Item yang sudah dalam kondisi kegagalan potensial
bila terus dioperasikan lama-kelamaan akan terjadi kegagalan fungsional. Contoh
kegagalan fungsional APU adalah tidak dihasilkan pengapian pada igniter plug.
Maintenance report , Pilot report & Unscheduled removal Component & APU
MCC TLP
Database SNAG
Functional Failure & PotentialFailure APU GTCP85,
B737 / 300/ 400/500
Shop
Test, Adjustment, Repair & Installation
Functional Failure & Potential Failure APU / Component APU
Confirmed Failure
Time to Failure
38
e. Component & APU
Komponen & APU akan terjadi kegagalan potensial atau fungsional. Komponen & APU
dilepas bila engineer menyatakan bahwa telah terjadi kegagalan potensial atau
fungsional. Komponen & APU tersebut dikirimkan ke shop untuk dilakukan pemeriksaan
dan pengujian.
f. Shop
Komponen & APU yang dilepas dengan kondisi kegagalan potensial atau fungsional,
dikirimkan ke masing-masing divisi system shop. Komponen dilakukan pengujian,
penyetelan, perbaikan dan pemasangan kembali. Tujuan pengujian fungsional adalah
untuk mengetahui fungsional sesungguhnya yang dimiliki komponen & APU dan
mengidentifikasi modus kegagalannya. Shop akan memberikan laporan hasil pemeriksaan
dan pengujian.
g. Confirmed Failure
Bila laporan (MAREPS, PIREPS dan unsceduled removal) menunjukkan suatu kegagalan
fungsional APU terjadi karena komponen tertentu adalah penyebabnya, maka laporan
komponen tersebut dikonfimasi ulang dengan melihat hasil pemeriksaan di shop. Bila
hasil pengujian menunjukkan komponen tersebut memiliki performa yang rendah, maka
laporan kegagalan potensial atau fungsional dinyatakan ”confirmed failure”.
h. Time to Failure
Komponen yang telah dinyatakan ”confirmed failure” dicatat umur kegagalannya. Umur
kegagalan merupakan umur ketika terjadi kegagalan fungsional atau kegagalan potensial.
Umur kegagalan ini dijadikan referensi untuk analisis keandalan komponen APU.
Bila laporan (MAREPS, PIREPS dan unsceduled removal) menunjukkan APU terjadi
kegagalan potensial dan fungsional, maka waktu terjadinya kegagalan sejak APU
dipasang dijadikan referensi untuk analisis keandalan APU.
39
Data yang diperoleh merupakan data kegagalan APU yang terjadi selama Bulan Januari
2003 sampai dengan Desember 2004. Data yang dikumpulkan diperoleh klarifikasinya
sebagai berikut:
- 347 komponen tidak rusak,
- 792 komponen rusak,
- 157 komponen tidak teridentifikasi ke dalam status rusak atau tidak rusak.
792 komponen yang rusak sudah dipastikan kerusakannya (confirmed failure) 792
komponen tersebut dijadikan bahan analisis keandalan komponen dengan mencatat umur
komponen yang terukur sejak komponen terpasang di APU (TSI, time since installed).
TSI dihitung sejak komponen terpasang dan dioperasikan di APU. Apabila komponen
diperbaiki dan dapat bekerja kembali sesuai dengan fungsinya maka nilai TSI komponen
sama dengan nol.
4.2 ANALISIS KEANDALAN KOMPONEN APU
Subbab ini membahas keandalan komponen sebagai fungsi lama pengoperasian (umur
komponen). Pembahasan keandalan komponen ini akan menentukan faktor-faktor
penyebab terjadinya kegagalan fungsi APU. Umur komponen yang digunakan merupakan
waktu yang terukur sejak komponen dipasang di APU (TSI, time since installed)
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Gambar 4.1 mengenai alur proses input data,
maka dalam analisis keandalan komponen ini digunakan data komponen yang
teridentifikasi sebagai penyebab kegagalan pengoperasian APU. 792 laporan kegagalan
komponen menunjukkan 18 komponen sebagai penyebab kegagalan pengoperasian APU
yaitu APU control unit, electronic temperature control, valve surge control, starter
motor, oil pressure switch, bleed air valve, igniter plug, ignition exciter, electronic speed
switch, fan cooling, oil cooler, FCU, fuel shut off valve, actuator rotary, air pressure
regulator, tacho generator, oil filter dan oil pump. Data umur komponen APU
ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan data komponen lainnya di Lampiran D.
40
Tabel 4.1. Umur komponen APU terhitung sejak Time Since Installed (TSI)
Langkah selanjutnya adalah penentuan distribusi keandalan menggunakan metode
penentuan distribusi keandalan sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab 2.4. Pada
bab ini hanya dijelaskan komponen fuel shut off valve untuk menunjukkan proses
penentuan distribusi keandalan.
Pada data umur komponen fuel shut off valve pada Tabel 4.1 dilakukan pengujian
menggunakan distribusi Weibull, Lognormal dan Exponensial. Nilai r2 (coefficienct of
determination) yang mendekati nilai 1 digunakan sebagai penentu keabsahan distribusi
keandalan, kemudian distribusi keandalan yang diperoleh diuji menggunakan Goodnees
of fit. Jika hasil pengujian Goodnees of fit yang menunjukkan status ‘diterima’, maka
distribusi keandalan tersebut akan digunakan untuk mengukur keandalan komponen.
a. Least square fit
Metode least square fit merupakan metode penentuan jenis distribusi dengan melihat
sebaran data sekitar garis lurus pada plot grafik.
a.1 Penentuan distribusi Weibull menggunakan metode least square fit
Data untuk plot grafik distribusi Weibull komponen fuel shutoff valve ditunjukkan pada
Tabel 4.2.
Oil Cooler Tacho generator Actuator Rotary Oil Pump Fuel shut off valve
531 17 10 348 1803 2342 149 11 3603 14090 3326 996 23 5333 15971 3395 1233 23 6260 22725 3670 1428 29 6773 25453 3689 2186 42 7686 26529 5103 3115 61 10076 26830 6380 3205 88 11281 27780 6773 3603 99 11916 30681
41
Tabel 4.2. Data untuk plot grafik distribusi Weibull komponen fuel shutoff valve
I t F (x) = 1+n
i x = ln (t) y = ln ln ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡− )(1
1xF
1 1803 0.090909091 7.497207223 -2.350618656 2 14090 0.181818182 9.553220605 -1.606090045 3 15971 0.272727273 9.678529857 -1.144278086 4 22725 0.363636364 10.03122092 -0.794106012 5 25453 0.454545455 10.14458889 -0.50065122 6 26529 0.545454545 10.18599375 -0.237676951 7 26830 0.636363636 10.19727594 0.011534137 8 27780 0.727272727 10.23207162 0.261812562 9 30681 0.818181818 10.33139885 0.533417353
10 31404 0.909090909 10.35469055 0.874591383
dimana n = banyaknya umur kegagalan = 10,
sehingga shape parameter = a = β = 22 xx
yxxy
−
− = 0,978
b = xay − = - 0,49 – (0,978 x 9,82) = -10,09
scale parameter = η = exp( )ab
− = exp ( )978,0
09,10−− = 30241, 59
r2 (coefficienct of determination) = )yy)(xx(
)yxxy(2222
2
−−
− = 0,704
42
a.2 Penentuan distribusi Lognormal metode least square fit
Data untuk plot grafik distribusi Lognormal komponen fuel shutoff valve ditunjukkan
oleh Table 4.3.
Tabel 4.3. Data untuk plot grafik distribusi Lognormal komponen fuel shutoff valve
i t x = ln (t) F(x) = 1+n
i y = Φ-1(F)
1 1803 7.497207223 0.052631579 -1.619856259 2 14090 9.553220605 0.105263158 -1.25211952 3 15971 9.678529857 0.157894737 -1.003147968 4 22725 10.03122092 0.210526316 -0.80459638 5 25453 10.14458889 0.263157895 -0.633640001 6 26529 10.18599375 0.315789474 -0.479505653 7 26830 10.19727594 0.368421053 -0.33603814 8 27780 10.23207162 0.421052632 -0.199201325 9 30681 10.33139885 0.473684211 -0.066011812
10 31404 10.35469055 0.526315789 0.066011812
dimana n = banyaknya umur kegagalan = 10,
sehingga parameter Lognormal a = 22 xx
yxxy
−
− = 0, 5254
ω = a1 = 1,903
b = xay − = - 0,632 – (0,5254 x 9,82) = - 5,791
to = exp( )ab
− = exp ( )5254,0
791,5−− = 61260,65
r2 (coefficienct of determination) = )yy)(xx(
)yxxy(2222
2
−−
− = 0,695
43
a.3 Penentuan distribusi Exponensial metode least square fit
Data untuk plot grafik distribusi Exponensial komponen fuel shutoff valve ditunjukkan
oleh Table 4.4.
Tabel 4.4. Data untuk plot grafik distribusi Exponensial komponen fuel shutoff valve
i t F(x) = 1+n
i x = t y = ln ln ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡− )(1
1xF
1 1803 0.090909091 1803 0.09531018 2 14090 0.181818182 14090 0.200670695 3 15971 0.272727273 15971 0.318453731 4 22725 0.363636364 22725 0.451985124 5 25453 0.454545455 25453 0.606135804 6 26529 0.545454545 26529 0.78845736 7 26830 0.636363636 26830 1.011600912 8 27780 0.727272727 27780 1.299282984 9 30681 0.818181818 30681 1.704748092
10 31404 0.909090909 31404 2.397895273
dimana n = banyaknya umur kegagalan = 10,
sehingga a = 22 xx
yxxy
−
− = 0, 000105
scale parameter = Θ = a1 = 9523,80
b = xay − = - 0,495 – (0,000105 x 22326)
= - 2,839
location parameter = ύ = ab
− = 27038,09
r2 (coefficienct of determination) = )yy)(xx(
)yxxy(2222
2
−−
− = 0,928
44
b. Goodness of fit tests
Goodness of fit tests merupakan pengujian terhadap hasil hipotesa dari distribusi yang
didapatkan pada metode least square of fit. Pengujian ini membandingkan null hypothesis
(Ho) dengan hipotesa (H1), dimana masing-masing hipotesa menyatakan:
Ho = umur kegagalan dapat dianalisis dengan jenis distribusi tertentu.
H1 = umur kegagalan tidak dapat dianalisis dengan jenis distribusi tertentu.
Pengujian distribusi ini menggunakan metode statistik yaitu
b.1 pengujian Mann’s untuk distribusi Weibull,
Tabel 4.5. Pengujian Mann’s untuk distribusi Weibull komponen fuel shutoff valve
i t ln (t) Zi Mi K1=n/2 K2 = n-1/2 ln ti+1 - ln ti (ln ti+1 - ln ti)/Mi
1 1803 7.497 -2.996 1.152 5 4,5 ~ 5 2.05601338 1.785074136 2 14090 9.553 -1.844 0.569 0.12530925 0.220113392 3 15971 9.679 -1.274 0.402 0.35269106 0.878341928 4 22725 10.03 -0.873 0.325 0.11336797 0.348973995 5 25453 10.14 -0.548 0.286 0.04140486 0.144997607 6 26529 10.19 -0.262 0.268 0.01128219 0.042098049 7 26830 10.2 0.0055 0.269 0.03479567 0.129426747 8 27780 10.23 0.2744 0.295 0.09932723 0.336353 9 30681 10.33 0.5697 0.392 0.0232917 0.059479669 10 31404 10.35 0.9612
dimana Mi = Zi+1 - Zi ; n = banyaknya umur kegagalan
Zi = ln ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+−
−−250501
,n,iln
sehingga M = ( )[ ]
( )[ ]∑
∑
=+
−
+=+
−
−
1
1
1112
1
111
n
iii
n
niiii
M/tlntlnk
M/tlntlnk = ( )
)37,3(5567,05 = 0,168
Fcrit, 0.05, 5, 5 = 2,97 (lihat Lampiran C.1)
Hasil perhitungan menunjukkan M < Fcrit maka H0 “Diterima” atau umur kegagalan fuel
shut off valve dapat dianalisis dengan distribusi Weibull.
45
b.2 pengujian Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi Lognormal,
Tabel 4.6. Pengujian Kolmogorov-Smirnov untuk distribusi Lognormal komponen
fuel shutoff valve
i T (i-1)/n i/n F(t) = i/(N+1) (ti-t)2 ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −Φ
stti D1 D2
1 1803 0 0.1 0.090909091 421218157 0.216415 0.2164 -0.116 2 14090 0.1 0.2 0.181818182 198528100 0.376464 0.2765 -0.176 3 15971 0.2 0.3 0.272727273 255072841 0.404044 0.204 -0.104 4 22725 0.3 0.4 0.363636364 516425625 0.506074 0.2061 -0.106 5 25453 0.4 0.5 0.454545455 647855209 0.547554 0.1476 -0.048 6 26529 0.5 0.6 0.545454545 703787841 0.563798 0.0638 0.03627 26830 0.6 0.7 0.636363636 719848900 0.568324 -0.032 0.13178 27780 0.7 0.8 0.727272727 771728400 0.582547 -0.117 0.21759 30681 0.8 0.9 0.818181818 941323761 0.625244 -0.175 0.274810 31404 0.9 1 0.909090909 986211216 0.635672 -0.264 0.3643
dimana s2 = 1
1
2
−
−∑=
n
)tt(n
ii
= 684666672,2
s = 26166,1
D1 = ⎪⎩
⎪⎨⎧
⎭⎬⎫−
−⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −Φ
≤≤ ni
stti
ni
1max1
= 0,2765
D2 = ⎪⎩
⎪⎨⎧
⎪⎭
⎪⎬⎫⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −Φ−
≤≤ stt
nimax i
ni1 = 0,3643
Dn = max { D1 , D2 } = 0,3643
Dcrit = 0,239 (lihat Lampiran C.2)
Hhasil perhitungan menunjukkan Dn > Dcrit maka Ho “Ditolak” atau umur kegagalan fuel
shut off valve tidak dapat dianalisis dengan distribusi Lognormal.
46
b.3 pengujian Barlett’s untuk distribusi Exponensial
Syarat yang harus dipenuhi dalam pengujian Barletts adalah banyaknya umur kegagalan
(n) harus lebih besar dari 20 umur kegagalan. Umur kegagalan fuel shut off valve
sebanyak 10 umur kegagalan. Umur kegagalan fuel shut off valve lebih kecil dari 20
maka Ho ”Ditolak” atau umur kegagalan fuel shut off valve tidak dapat dianalisis dengan
distribusi Exponensial. [ref 5]
Hasil yang didapatkan ditampilkan pada Tabel 4.7 dan keterangan lebih lengkap pada
Lampiran E.
Tabel 4.7. Hasil pengujian distribusi keandalan komponen APU
Least square fit
r2 Goodness of fit
Komponen
Weibull Lognormal Eksponensial Weibull Lognormal Eksponensial APU control unit 0.90 0.98 0.01 Diterima - -
Electronic temperature control 0.84 0.87 0.34 Diterima - -
Valve surge control 1 1 0.99 Diterima - - Starter motor 0.98 0.91 0.79 Diterima - -
Oil pressure switch 0.92 0.88 0.80 Diterima - - Bleed air 0.96 0.97 0.77 Diterima - -
Ignition exciter 0.93 0.84 0.57 Diterima - - Electronic speed
switch 0.95 0.86 0.97 Diterima - Diterima
Oil cooler 0.88 0.79 0.76 Diterima - - FCU 0.87 0.95 0.90 Diterima - -
Fuel Shut off valve 0.704 0.695 0.928 Diterima - - Air pressure
regulator 0.98 0.95 0.02 Diterima - -
Tacho generator 0.92 0.83 0.95 Diterima Diterima - Oil pump 0.80 0.68 0.70 Diterima Diterima -
Fan cooling 0.95 0.98 0.91 Diterima Diterima - Actuator rotary 0.85 0.94 0.52 Diterima Diterima -
Catatan : = Distribusi yang digunakan
Untuk membentuk kurva keandalan digunakan parameter-paremeter kurva keandalan,
yang dihasilkan dari pengujian least square fit. Tabel 4.8 menunjukkan nilai parameter
yang dihasilkan dari pengujian least square fit.
47
Tabel 4.8. Nilai parameter distribusi keandalan komponen APU
Komponen Distribusi Parameter
APU control unit Weibull 811 0.54 Electronic temperature control Weibull 7079 5.46
Valve surge control Weibull 6960 1.44 Starter motor Weibull 2006 1.19
Oil pressure switch Weibull 16154 0.84 Bleed air Weibull 1234 0.67
Ignition exciter Weibull 2464 0.55 Electronic speed switch Weibull 6468 0.80
Oil cooler Weibull 5221 1.36 FCU Weibull 1351 0.71
Fuel Shut off valve Weibull 30543 0.97 Air pressure regulator Weibull 1925 0.74
Tacho generator Weibull 3703 0.6 Oil pump Weibull
Scale parameter
(η)
9238
Shape parameter
(β)
0.91
Fan cooling Log normal 4084.78 0.65
Actuator rotary Log normal
to 312.09
ω 2.89
Dengan menggunakan nilai parameter yang tertera pada Tabel 4.8, maka dihasilkan kurva
nilai probability distribution function f(t), keandalan R(t), ketidakandalan F(t), dan
failure rate. Perhitungan keandalan ini menggunakan rumus yang dijelaskan pada subbab
2.4.4 metode parametrik.
4.2.1 Keandalan Komponen APU
Pada bab ini hanya dijelaskan komponen APU control unit, oil pressure switch dan oil
cooler sebagai penunjukkan proses analisis keandalan komponen. Hasil analisis
komponen-komponen APU lainnya ditampilkan pada Tabel 4.9 dan kurva distribusi
keandalan ditampilkan pada Lampiran F.
Pada kurva distribusi keandalan diGambarkan keandalan untuk pemakaian APU selama 2
tahun (Januari 2003 sampai dengan Desember 2004) atau 6570 jam. Nilai 6570 jam
adalah pemakaian rata-rata APU selama 2 tahun di pesawat Boeing 737 300/400/500
48
dimana pemakaian rata-rata per hari adalah 9 jam (akan dijelaskan di Bab IV dalam
pembahasan perhitungan APU hours dan ratio factor APU).
4.2.1.1 APU control unit
APU control unit merupakan alat yang digunakan untuk mengontrol APU ketika starting
saat operasi dan saat mematikan APU. Selain itu terdapat overspeed reset/test switch
untuk memeriksa permasalahan di dalam sistem APU.
Pada Tabel 4.7 ditunjukkan hasil pengujian distribusi keandalan komponen APU, dimana
untuk APU control unit dapat dilakukan analisis keandalan menggunakan distribusi
Weibull dan nilai scale parameter (η) = 811 dan shape parameter (β) = 0,54.
Dengan menggunakan nilai parameter-parameter tersebut maka nilai pdfnya
f(t) =
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
− 54.036,0
811exp
81181154,0 tt
Gambar 4.2. Kurva pdf APU control unit
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛η
−⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ηη
− ββ texptβ 1
t (hours)
f(t)
49
Gambar 4.2 menunjukkan kurva pdf sebagai fungsi waktu (t) akan semakin kecil. Pada
saat t = 6570 maka nilai f(6570) = 9,43 x 10-6.
Kurva keandalan APU control unit dapat dibentuk dengan persamaan
R (t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
β
ηtexp
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
54.0
811exp t
Kurva keandalan APU control unit ditunjukkan pada Gambar 4.3. Setelah pemakaian t =
6570 jam nilai keandalan APU control unit adalah
R (6570) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
β
ηtexp
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
54.0
8116570exp
= 0,045
atau peluang ketidakandalan komponen F(t) = 1 - R(6570) = 0,955. Nilai keandalan yang
rendah ini mengakibatkan APU control unit sering bermasalah ketika memulai (starting),
dan saat operasi APU yang dapat mempengaruhi prestasi APU.
Gambar 4.3. Kurva keandalan APU control unit
R(t)
t (hours)
R(t)
50
Untuk mengetahui waktu rata-rata terjadinya kegagalan APU control unit:
MTTF = ∫∞
0
)t(tf dt
atau dalam distribusi Weibull = ηГ(1+1/β) = 811 Г(2.85) = 1411 jam/kegagalan.
Nilai laju kegagalan komponen λ(t) dalam distribusi Weibull adalah
λ(t) = 1−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛β
ηηβ t
= 36,0
81181154.0 −
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ t
Kurva yang dihasilkan untuk APU control unit ditunjukkan pada Gambar 4.4. Laju
kegagalan APU control unit menurun sepanjang perubahan waktu (t) dimana Laju
kegagalan APU control unit menunjukkan karakter kegagalan berbentuk early failure.
Gambar 4.4. Kurva laju kegagalan APU control unit
λ(t)
t (hours)
Failure rate
51
4.2.1.2 Oil pressure switch
Oil pressure switch merupakan salah satu switch APU yang digunakan untuk mendeteksi
tekanan oil pada saat pengaturan urutan (sequence) kejadian, seperti sensor tekanan oil 4
psi ketika proses penyalaan igniter di ruang bakar.
Pada Tabel 4.7 ditunjukkan hasil pengujian distribusi keandalan komponen APU, dimana
untuk oil pressure switch dapat dilakukan analisis keandalan menggunakan distribusi
Weibull dan nilai scale parameter (η) = 16154 dan shape parameter (β) = 0,84.
Dengan menggunakan nilai parameter tersebut maka nilai pdfnya
f(t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− ββ
ηηηβ tt exp
1
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
− 84,016,0
16154exp
161541615484,0 tt
Gambar 4.5. Kurva pdf oil pressure switch
(hours)
f(t)
t (hours)
52
Gambar 4.5 menunjukkan nilai pdf sepanjang perubahan waktu (t) yang semakin kecil.
Pada saat t = 6570 nilai f(6570) = 3,75 x 10-6.
Kurva keandalan oil pressure switch dapat dibentuk dengan persamaan
R (t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
β
ηtexp
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
84,0
16154exp t
Kurva keandalan ditunjukkan pada Gambar 4.6. Setelah pemakaian t = 6570 jam nilai
keandalan oil pressure switch adalah
R (6570) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
84,0
161546570exp
= 0,625
Peluang ketidakandalan komponen F(t) = 1 - R(6570) = 0,375. Nilai keandalan ini
mengakibatkan lemahnya oil pressure switch dalam mendeteksi tekanan oil untuk
pengaturan urutan kejadian pada APU.
Gambar 4.6. Kurva keandalan oil pressure switch
t (hours)
R(t)
R(t)
t (hours)
53
Untuk mengetahui waktu rata-rata terjadi kegagalan oil pressure switch :
(MTTF) = ∫∞
0
)t(tf dt
atau dalam distribusi Weibull = ηГ(1+1/β) = 16154 Г(2,19) = 17607 jam/kegagalan.
Nilai laju kegagalan komponen λ(t) dalam distribusi Weibull adalah
λ(t) =1−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛β
ηηβ t
= 16,0
161541615484,0 −
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ t
Kurva yang dihasilkan untuk oil pressure switch ditunjukkan pada Gambar 4.7. Laju
kegagalan oil pressure switch menurun sepanjang perubahan waktu dan menunjukkan
karakter kegagalan berbentuk early failure.
Gambar 4.7. Kurva laju kegagalan oil pressure switch
λ(t)
t (hours)
Failure rate
54
4.2.1.3 Oil cooler
Oil cooler merupakan komponen yang berfungsi mendinginkan oil yang telah mengalir
dari sistem menuju ke oil tank.
Pada Tabel 4.7 ditunjukkan hasil pengujian distribusi keandalan komponen APU, dimana
untuk oil cooler dapat dilakukan analisis keandalan menggunakan distribusi Weibull dan
nilai scale parameter (η) = 5221 dan shape parameter (β) = 1.36.
Dengan menggunakan nilai parameter tersebut maka nilai perubahan pdf
f(t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− ββ
ηηηβ tt exp
1
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
36,136,0
5221exp
5221522136,1 tt
Gambar 4.8. Kurva pdf oil cooler
Gambar 4.8 menunjukkan nilai pdf pada saat t = 6570 nilai f(6570) =7,22 x 10-6.
f(t)
t (hours)
55
Kurva keandalan oil cooler dapat dibentuk dengan persamaan
R (t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
β
ηtexp
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
36,1
5221exp t
Kurva keandalan ditunjukkan pada Gambar 4.9. Setelah pemakaian t = 6570 jam nilai
keandalan oil cooler menunjukkan
R (6570) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
36,1
52216570exp
= 0,25
Peluang ketidakandalan komponen F(t) = 1 - R(6570) = 0,75. Nilai keandalan ini
mengakibatkan oil cooler tidak efektif dalam mendinginkan oil yang telah mengalir dari
sistem menuju ke oil tank.
Gambar 4.9. Kurva keandalan oil cooler
R(t)
R(t)
t (hours)
56
Untuk mengetahui waktu rata-rata terjadi kegagalan oil cooler :
(MTTF) = ∫∞
0
)t(tf dt
atau dalam distribusi Weibull = ηГ(1+1/β) = 5221 Г(1,73) = 4855 jam/kegagalan.
Nilai laju kegagalan komponen λ(t) dalam distribusi Weibull adalah
λ(t) =1−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛β
ηηβ t
= 36,0
5221522136,1 −
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ t
Kurva yang dihasilkan untuk oil cooler ditunjukkan pada Gambar 4.10. Laju kegagalan
oil cooler menunjukkan karakter kegagalan berbentuk wear out atau aging.
Gambar 4.10. Kurva laju kegagalan oil cooler
Untuk komponen yang lain digunakan proses perhitungan yang sama untuk menghitung
pdf f(t), keandalan R(t), ketidakandalan F(t) dan waktu rata-rata terjadinya kegagalan
(MTTF). Hasil perhitungan setelah pemakaian 6570 jam ditampilkan dalam Tabel 4.9.
t (hours)
Failure rate
λ(t)
57
Tabel 4.9. Hasil keandalan komponen dengan t = 6570 jam
Hasil Komponen R(t) F(t) f(t) MTTF Failure rate
APU control unit 0.045 0.955 0.000000943 1411 Early failure Electronic
temperature control 0.53 0.47 0.00037389 6556 Aging
Valve surge control 0.39 0.61 0.00000803 5647 Aging Starter motor 0.01 0.99 0.000000122 1857 Aging
Oil pressure switch 0.62 0.38 0.000000375 17607 Early failure Bleed air valve 0.03 0.96 0.000000130 1761 Early failure Ignition exciter 0.14 0.86 0.000000265 2769 Early failure
Electronic speed switch 0.35 0.65 0.000000499 5938 Early failure
Oil cooler 0.25 0.75 0.000000722 4855 Aging FCU 0.04 0.96 0.000000135 1676 Early failure
Fuel Shut off valve 0.82 0.18 0.000000264 21823 Aging Air pressure
regulator 0.08 0.92 0.000000233 2298 Early failure
Tacho generator 0.24 0.75 0.000000314 3456 Early failure Oil pump 0.47 0.52 0.000000633 6875 Early failure
R(t) F(t) f(t) MTTF Effect Fan cooling 0.22 0.78 0.000000708 4817 Aging
Actuator rotary 0.14 0.86 0.000000125 8579 Early failure
4.3 ANALISIS KEANDALAN APU
Parameter yang dibutuhkan untuk menghitung keandalan adalah waktu terjadinya
kegagalan APU yang dicatat berdasarkan waktu APU sejak dipasang (TSI). Waktu
terjadinya kegagalan APU dihitung menggunakan EI No. AG/49-00-00093R5 dan ratio
factor yang sudah direvisi (lihat Tabel 3.7). Contoh perhitungan waktu terjadinya
kegagalan APU adalah sebagai berikut;
APU GTCP85 bernomor seri (S/N) P168 yang memiliki APU hours total 24926 dan telah
dipasang selama 2000 jam di pesawat B737-500 PK-GGD. PK-GGD terbang dari kota
Jakarta menuju Medan selama 2 jam. APU ini terjadi kegagalan fungsional ketika
dioperasikan di kota Medan. Waktu terjadinya kegagalan APU ialah
APU hours = [(X – Y) x RF] + Z
58
X - Y = 2 flight hours
Ratio factor B737-500 = 1,15 (lihat Tabel 4.6)
Z = 24926 APU hours
APU hours total = (2 x 1,15) + 24926 = 2,3 + 24926 = 24928,3 APU hours
Waktu terjadinya kegagalan sejak APU dipasang = 24928,3 – 24926 + 2000 = 2002,3
APU hours. Data waktu terjadinya kegagalan APU ditampilkan pada Tabel 4.10 dan
lengkapnya pada Lampiran K.
Tabel 4.10. Waktu terjadinya kegagalan APU
1 10 23 42 59 72 89 120 151
1 11 25 46 59 72 90 125 151
2 11 26 46 59 72 91 126 153
2 13 26 47 61 72 91 126 153
3 13 27 48 61 72 92 127 153
3 14 28 49 61 73 93 127 156
5 14 28 50 61 73 94 127 156
5 14 28 50 61 73 94 130 161
6 15 29 50 63 75 94 130 164
6 16 30 51 63 75 95 130 168
7 16 30 51 63 78 96 132 168
7 16 31 52 65 79 98 132 171
7 16 32 52 65 79 98 132 174
7 16 32 52 65 81 99 132 174
7 17 33 53 66 81 99 138 175
7 17 35 54 66 81 104 139 175
7 17 35 56 66 84 107 139 177
7 17 35 56 68 84 108 146 177
7 17 37 56 69 84 109 147 177
8 17 38 56 69 85 109 147 179
8 18 38 56 69 85 111 149 182
8 18 40 56 69 86 112 149 182
8 19 40 57 71 86 112 150 185
10 19 41 57 71 86 114 150 185
10 23 42 58 71 87 115 150 186
Langkah selanjutnya dilakukan penentuan distribusi keandalan menggunakan metode
penentuan distribusi keandalan sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab 2.4.
59
Waktu terjadinya kegagalan APU pada Tabel 4.10 dilakukan pengujian menggunakan
distribusi Weibull, Lognormal dan Exponensial. Penentuan distribusi keandalan tercapai
bila nilai r2 (coefficienct of determination) yang mendekati nilai 1 digunakan sebagai
penentu keabsahan distribusi keandalan, kemudian distribusi keandalan yang diperoleh
diuji menggunakan Goodnees of fit. Jika hasil pengujian Goodnees of fit yang
menunjukkan status ‘Diterima’, maka distribusi keandalan tersebut akan digunakan untuk
mengukur keandalan komponen. Pengujian ini dijabarkan lebih lengkap pada Lampiran
K. Adapun hasil pengujian distribusi keandalan APU yang diperoleh ditampilkan pada
Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil pengujian distribusi keandalan APU
Least square fit
r2 Goodness of fit
System
Weibull Lognormal Eksponensial Weibull Lognormal Eksponensial APU 0.983 0.945 0.423 Diterima - -
Nilai parameter distribusi keandalan APU yang dihasilkan dengan pengujian least square
fit, ditampilkan pada Tabel 4.12. Nilai shape parameter (β) lebih kecil dari 1 (β < 1),
artinya karakter keandalan berbentuk early failure.
Tabel 4.12. Parameter keandalan APU
Hasil pengujian distribusi keandalan APU pada Tabel 4.11 menunjukkan daata kegagalan
APU dianalisis menggunakan distribusi Weibull. Dengan memasukkan nilai parameter
keandalan APU kedalam rumus pdf diperoleh;
f(t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− ββ
ηηηβ tt exp
1
Parameter Komponen Distribusi Scale parameter
(η) Shape parameter
(β) APU Weibull 1725.638 0.69242
60
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− 692,031,0
638,1725exp
638,1725638,1725692.0 tt
Nilai pdf yang diperoleh sepanjang perubahan waktu digambarkan dalam bentuk kurva
pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Kurva pdf APU GTCP85
Nilai pdf disaat penggunaan selama 2 tahun (Bulan Januari 2003 sampai dengan
Desember 2004) atau t = 6570 jam maka nilai f(6570) = 2,119 x 10-5.
Dengan diketahui fungsi pdf maka nilai R(t) dan F(t) dapat ditentukan. Kurva keandalan
APU control unit dapat dibentuk dengan persamaan
R (t) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
β
ηtexp
61
= ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
692,0
638,1725exp t
Kurva keandalan APU ditunjukkan pada Gambar 4.12. Setelah pemakaian t = 6570 jam
nilai keandalan APU adalah
R (6570) = ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
692,0
638,17256570exp
= 0.0802
atau peluang ketidakandalan APU = 1 - R(6570) = 0,9198. Nilai keandalan sebesar
0,0802 merupakan nilai keandalan yang rendah dengan arti bahwa apabila APU
dioperasikan dalam beberapa kali maka nilai kegagalan pengoperasian APU lebih banyak
daripada kesuksesan pengoperasian.
Gambar 4.12. Kurva keandalan APU
62
Untuk mengetahui waktu rata-rata terjadinya kegagalan APU (MTTF) = ∫∞
0
)t(tf dt atau
dalam distribusi Weibull = ηГ(1+1/β) = 1725,638 x 1,27 = 2191,56 jam/kegagalan.
Laju kegagalan APU meningkat sepanjang waktu (t) dimana nilai laju kegagalan APU
λ(t) dalam distribusi Weibull adalah
λ(t) =1−
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛β
ηηβ t
= 308,0
638,1725638,172527,1 −
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ t
dan grafik yang dihasilkan untuk APU ditunjukkan pada Gambar 4.13. Laju kegagalan
APU menunjukkan karakter kegagalan berbentuk early failure.
Gambar 4.13. Kurva laju kegagalan APU
λ(t)
63
4.4 FAULT TREE ANALYSIS
Fault Tree Analysis (FTA) digunakan untuk menentukan penyebab kegagalan fungsional
dengan membentuk bagan pohon kegagalan. PIREPS menunjukkan telah terjadi 2726
kasus kegagalan fungsional APU. Rincian untuk 2726 kasus tersebut sebagai berikut
(lihat Tabel 4.13)
a. 1583 kasus berhasil diselesaikan dan tidak terjadi kegagalan di 1 siklus
penerbangan berikutnya (58%),
b. 908 kasus sukses diselesaikan tetapi di 1 siklus penerbangan berikutnya
kembali gagal (33%),
c. 235 kasus tidak berhasil diselesaikan dan APU gagal beroperasi (9%)
Tabel 4.13. Contoh kasus kegagalan fungsional APU
Tanggal Dari Tujuan Permasalahan Penyelesaian
1/28/2004 JOG CGK APU FAILED TO LIGHT
UP
FCU REPLACED REF AMM 49-
31-11 P.401 APU CONDITION
MONITORING*RESULT GOOD
1/21/2005 BPN TRK APU UNABLE TO START APU ACC UNIT RESET
RESTARTED APU OK
1/21/2005 TRK BPN APU UNABLE TO START APU ACC UNIT REPLACED
3/27/2004 MES BTJ APU UNABLE TO START CHK OVER SPEED LT ILL
RESET APU ALL UNIT
RESTART NOT SUCCESS
3/27/2004 BTJ MES APU UNABLE TO START APU ACC UNIT REPOST N
RESET APU START NOT
ENGAGE
Dalam analisis FTA ini akan diidentifikasi modus kegagalan yang menyebabkan
kegagalan fungsional APU. Untuk membentuk bagan fault tree APU, berikut ini
dijelaskan alur pembentukan fault tree berdasarkan informasi yang didapat selama
penelitian di GMF. Gambar 4.14 menunjukkan alur pembuatan fault tree APU.
64
Gambar 4.14. Alur pembuatan fault tree APU
Penjelasan mengenai Maintenance Report, Pilot Report (PIREPS) dan Unschedule
Removal, MCC dan TLP, Database SNAG, Functional Failure & Potensial Failure APU
GTCP85, B737-300/400/500, APU & Component APU, Shop dan Confirmed Failure
sama dengan penjelasan pada subbab 4.1. Proses selanjutnya dijelaskan sebagai berikut.
a. AMM 49-00-00 & Troubleshooting Manual
Laporan yang menyatakan ”confirmed failure”, terjadinya kegagalan fungsional dan
potensial dilakukan pemeriksaan prosedur penyelesaiannya berdasarkan AMM 49-00-00
dan troubleshooting manual. AMM 49-00-00 akan memberikan penjelasan lengkap
mengenai sistem APU, prosedur perawatan dan penyelesaian masalah. Troubleshooting
manual akan menunjukkan sintom-sintom penyelesaian masalah, yang diawali dengan
penyelesaian sederhana hingga kompleks.
Maintenance report, Pilot report & Unscheduled removal APU & Component APU
MCC TLP
Database SNAG
Functional Failure & Potential Failure APU GTCP85,
B737/300/400/500
Shop
Test, Adjustment, Repair & Installation
Functional Failure & Potential Failure APU / Component APU
Confirmed Failure
AMM 49-00-00 & Trouble Shooting Manual
FTA
65
b. Fault Tree Analysis (FTA)
Data kegagalan dikelompokkan kembali berdasarkan kegagalan fungsional APU, sistem
APU dan kegagalan komponen. Penyelesaian masalah yang telah diperoleh sesuai ATA
49-00-00 dan troubleshooting manual, diurutkan hingga membentuk bagan akar-akar
kegagalan dari kegagalan fungsional APU atau bagan fault tree APU.
4.4.1 Fault Tree APU
Fault tree APU disusun berdasarkan mekanisme pencapaian putaran 100% dan selama
berlangsungnya putaran 100%. Data PIREPS, AML dan maintenance manual (ATA 49-
00-00) menunjukkan kegagalan APU dapat terjadi ketika APU melakukan starting,
proses pembakaran dan pencapaian putaran 100% ataupun terjadinya kegagalan
fungsional APU ketika putaran 100%. Berlandaskan penjabaran sistem APU pada
Lampiran B dan alur pembuatan fault tree APU maka dihasilkan bentuk fault tree APU
GTCP85 yang ditunjukkan pada Lampiran M. Dengan sederhana fault tree APU
ditunjukkan pada Gambar 4.15
Gambar 4.15. Fault Tree APU
APU dikatakan gagal beroperasi bila APU tidak dapat menyuplai daya listrik (electrical
power cannot be used) atau APU tidak dapat menyuplai bleed air (bleed air cannot be
used). Kegagalan fungsional APU (APU failure) dijadikan sebagai Top Event (TE) dalam
fault tree APU. Masing-masing kegagalan tersebut memiliki akar-akar penyebab
kegagalan. Proses pencarian dan penentuan penyebab kegagalan dilakukan dengan
66
merinci proses sejak APU dinyalakan (starting), proses pembakaran dan pencapaian
putaran 100% (lihat Lampiran M).
Pada Gambar 4.16 ditunjukkan salah satu kasus penyebab kegagalan fungsional APU
yaitu tidak terjadi pembakaran pada ruang bakar. Salah satu penyebabnya adalah sistem
pengontrolan APU (controlling APU) tidak bekerja. Pada sistem pengontrolan APU
terdapat 2 komponen yaitu electronic speed switch dan APU control unit. Komponen-
komponen tersebut berperan penting untuk memicu percikan api pada igniter plug di
ruang bakar.
Fungsi komponen electronic speed switch sebagai sensor putaran dengan memberikan
input ke komponen APU control unit untuk mengendalikan sistem APU ketika:
a. putaran 50% untuk pemutusan motor starter,
b. putaran 95% untuk mengaktifkan load relay dan
c. putaran 110% untuk mengaktifkan overspeed relay.
Bila komponen electronic speed switch tidak bekerja yang disebabkan sub-komponen pin
memiliki koneksi yang buruk (bad connection) maka tidak akan ada input pada APU
control unit. Bila ini terjadi secara automatis APU control unit mematikan sistem APU.
Begitu juga sebaliknya, bila APU control unit gagal beroperasi yang disebabkan sub-
komponen pin memiliki koneksi yang buruk maka dapat mematikan sistem APU.
Bila penyebab kegagalan APU diurutkan, maka penyebab kegagalan merupakan bagian
terkecil dari komponen (sub komponen), dimana sistem akan rusak bila salah satu atau
kombinasi dari sub komponen rusak.
67
Gambar 4.16. Fault tree analysis: kegagalan fungsi APU disebabkan tidak terjadi
pembakaran di ruang bakar
Contoh lain dari analisis penyebab kegagalan APU ditunjukkan pada Gambar 4.17,
dimana fault tree dapat membantu proses troubleshooting. Berikut ini adalah penjelasan
bagaimana fault tree dapat digunakan dalam proses trouble shooting system atau untuk
menyatakan suatu modus kegagalan komponen merupakan penyebab kegagalan
fungsional APU (lihat Gambar 4.17)
Sub-Komponen
Sub-Komponen
Komponen
Event-System Fail
Top Event
68
Gambar 4.17. Fault tree analysis: kegagalan fungsional APU ketika proses starting
Kasus kegagalan : ”APU tidak bisa starting”
Hal ini dapat disebabkan oleh
- tidak ada DC power,
- ram door tidak membuka dan electrical switch membuka,
- tidak ada pengontrolan APU,
- starter motor rusak.
Kejadian-kejadian tersebut diurutkan sesuai alur sistem. Bila starter tidak bekerja dapat
dikarenakan
- battery lemah: periksalah kondisi battery; Apakah tegangan kurang dari 22
volt DC?,
- actuator rotary door tidak bekerja: pastikan bahwa ram door bekerja,
- fuel shut off valve tidak bekerja: pastikan bahwa fuel shut off valve membuka.
- APU control unit tidak bekerja; tidak bekerjanya APU control unit dapat
ditandai dengan tidak bekerjanya actuator rotary door dan fuel shut off valve
ataupun tidak adanya tegangan yang masuk ke APU control unit,
69
- Starter motor tidak bekerja: periksa electrical connection atau starter motor.
Bila tidak ada perubahan ganti starter motor.
4.4.1.1 Analisis kualitatif fault tree
Basic event merupakan modus kegagalan dari tiap-tiap komponen yang menyebabkan
kegagalan fungsi APU. Untuk mengetahui penyebab dari kegagalan fungsional APU
dilakukan klasifikasi komponen basic event menggunakan metode cut set. Masing-
masing kegagalan diberi kode huruf untuk mempersingkat penyebutan.
- Battery (A) - Igniter (N) - Actuator rotary door (B) - Ignition exciter (O) - Fuel shut off valve (C) - Three way control valve (P) - Starter motor (D) - Oil cooler (Q) - Electronic speed switch (E) - Fan cooling (R - Tacho generator (F) - Bleed air valve (S) - APU control unit (G) - Surge valve (T) - Low oil quantity (H) - Proportional valve (U) - Oil pressure switch (I) - Air pressure regulator (V) - Oil pump (J) - ETC (W) - Fuel solenoid (K) - Generator control unit (X) - Fuel atomizer (L) - Generator (Y) - Fuel control unit (M)
Berikut ini penjabaran analisis kualitatif minimal cut set fault tree dengan kasus tidak
terjadinya pembakaran di ruang bakar atau no combustion (lihat Gambar 4.18 dan Tabel
4.14).
Analisis minimal cut set dimulai dengan menganalisis top down pada konstruksi fault
tree. Dari penjabaran fault tree no combustion tersebut maka
G**∪ H*∪ L* ∪N*.
Pada masing-masing kode huruf memiliki penyebab kegagalan, dimana operasi ∪ (or
gates) menunjukkan salah satu atau kombinasi input dari suatu kegagalan dapat
menyebabkan kegagalan fungsional APU. OR gates diganti dengan input yang diletakkan
secara vertikal yang mengakibatkan penambahan jumlah cut set. Operasi ∩ (and gates)
menunjukkan bila seluruh kejadian terjadi maka akan menyebabkan kegagalan fungsional
70
Gambar 4.18. Fault tree : no combustion
Oil pressure not increase 4 psi, switch not close
I1
Cable put off
K4
Fuel Solenoid valve not open
Coil overhe
atK5
ShortK6
Stuck closeK7
Bad contac
tK1
Packing damage
K2
Resistance lowK3
Bad distribution fuel
No fuel distribution
No combustion
Fuel atomizer fail
Heavy carboni
zedL1
FCU Fail
Unstable governoor
M2
Gear shaft
damageM3
Governoor
brokenM4
Pump perform
ance lowM1
Solenoid ShortM5
No Ignition
Oil pressure not increase 4 psi, switch not close
I1
Bad Ignition
Ignition exciter fail
Bad issolatio
nO3
DirtyO2
No output voltage
O1
UnidentifiedO4
APU Unable to start Unable light up/maintain 100% High EGT
Controlling APU fail
Electronic speed switch fail
Bad connect
ionE1
Electrical power cannot be used
APU control unit fail
Bad connect
ionG3
ResetG2
Low oil pressure
Oil pump fail
Shaft gear
brokenJ4
Oil pump leak
Filter block
J3
Spring weak
J1
Leak shaftJ2
No oil pressure
Seal damag
eJ5
Filter block
J6
No oil pressureLow oil quantity
Leak
Switch oil pressure fail
Switch oil
pressure dirtyI1
Igniter Broken
N1
Igniter fail
71
APU. AND gates diganti dengan input yang diletakkan secara horizontal pada kolom
yang berbeda mengakibatkan penambahan ukuran cut set. Hasil yang diperoleh adalah
{E1∪ (G2∪ G3)} ∪ {H1∪ (J1∪ J2∪ J3∪ J4∪ J5∪ J6)∪ I1} ∪ [{(I1∩K1) ∪ (I1∩K2)
∪ (I1∩K3) ∪ I1∩K4) ∪ (I1∩K5) ∪ (I1∩K6) ∪ (I1∩K7)} ∪ (I1∩L1) ∪ {(I1∩M1)
∪ (I1∩M2) ∪ (I1∩M3) ∪ (I1∩M4) ∪ (I1∩M5)}] ∪ [(I1∩N1) ∪ {(I1∩O1) ∪ (I1∩O2)
∪ (I1∩O3) ∪ (I1∩O4)}]
Tabel 4.14. Analisis kualitatif fault tree: no combustion
STEPS 1 2 3 4 5 COMPONENT
E1 E1 E1 ELECTRONIC SPEED SWITCH
G2 G2 G** G
G3 G3 APU CONTROL UNIT
H1 H1 H1 LOW OIL QUANTITY J1 J1 J2 J2 J3 J3 J4 J4 J5 J5
J
J6 J6
OIL PUMP H*
I I1 I1 SWITCH OIL PRESSURE
I1, K1 I1, K2 I1, K3 I1, K4 I1, K5 I1, K6
I1, K
I1, K7
SWITCH OIL PRESSURE, FUEL
SOLENOID
I1, L I1, L1 SWITCH OIL
PRESSURE, FUEL ATOMIZER
I1, M1 I1, M2 I1, M3 I1, M4
L* I1, L**
I1, M
I1, M5
SWITCH OIL PRESSURE, FCU FAIL
I1, N1 I1, N1 SWITCH OIL PRESSURE, IGNITER
I1, O1 I1, O2 I1, O3
NO COMBUSTION
N* I1, N** I1, O
I1, O4
SWITCH OIL PRESSURE, IGNITION
EXCITER
72
Hasil tersebut merupakan rangkaian penyebab kegagalan fungsional yang disebabkan oleh
kegagalan sub-komponen. Namun kegagalan sub-komponen mengindikasikan kegagalan
komponen, sehingga hasil yang diperoleh dikelompokkan kembali menurut pengkodean
kegagalan komponen.
(E∪ G) ∪ (H∪ J ∪ I) ∪ {(I∩K) ∪ (I∩L) ∪ (I∩M)} ∪ {(I∩N) ∪ (I∩O)}
dimana I ∪ (I∩N) ∪ (I∩O) = I ∪ I = I
I I
dan I ∪ {(I∩K) ∪ (I∩L) ∪ (I∩M)} = I ∪ I∪ I = I
Persamaan di atas berarti peluang kegagalan oil pressure switch (I) lebih menentukan untuk
terbentuknya top event (tidak terjadinya pembakaran) daripada peluang kegagalan fuel
solenoid (K), fuel atomizer (L), fuel control unit (M), igniter (N) dan ignition exciter (O).
Hasil minimal cut set yang diperoleh adalah
(E∪ G) ∪ (H∪ J ∪ I)
Hasil analisis kualitatif dilampirkan pada Lampiran N. Kegagalan fungsional APU tersebut
disebabkan tidak adanya pembakaran pada ruang bakar karena kerusakan oil pressure
switch (I).
Jika hasil analisis kualitatif dibentuk menjadi fault tree analysis maka akan berbentuk
seperti yang ditampilkan pada Lampiran O. Apabila dilakukan cut set terhadap jenis-jenis
kegagalan, maka basic event yang menyebabkan munculnya top event atau kegagalan
fungsi APU adalah
- Battery (A) - Actuator rotary door (B)
- Fuel shut off valve (C) - Starter motor (D)
- Electronic speed switch (E) - Tacho generator (F)
- APU control unit (G) - Low oil quantity (H)
- Oil pressure switch (I) - Oil pump (J)
73
- Fuel solenoid (K) - Fuel atomizer (L)
- Fuel control unit (M) - Three way control valve (P)
- Oil cooler (Q) - Fan cooling (R)
- Bleed air valve (S) - Surge valve (T)
- Proportional valve (U) - Air pressure regulator (V)
- ETC (W)
- Generator control unit (X) - Generator (Y)
Masing-masing kegagalan diberi kode huruf untuk mempersingkat penyebutan. Perumusan
hasil cut set kegagalan fungsi APU adalah
A ∪ B ∪ C ∪ D ∪ E ∪ F ∪ G ∪ H ∪ I ∪ J ∪K∪ L ∪ M ∪ P ∪ Q ∪ R ∪ S
∪ T ∪ U ∪ V ∪ W ∪ X ∪ Y.
Artinya adalah kegagalan tersebut mungkin terjadi, dimana kombinasi dari beberapa
kegagalan komponen atau salah satu dari kegagalan komponen dapat menimbulkan
kegagalan fungsi APU.
4.4.1.2 Analisis kuantitatif fault tree
Dalam analisis kuantitatif fault tree APU GTCP-85 dihitung nilai peluang terjadi top event
dan mengurutkan peluang kegagalan terbesar hingga terkecil komponen yang
mengakibatkan kegagalan fungsional APU GTCP 85. Nilai ketidakandalan pada top event
tergantung pada 2 kegagalan fungsional yang terjadi (lihat Gambar 4.15) yaitu
a. Electrical power tidak dapat digunakan
b. Bleed air tidak dapat digunakan
Berikut ini penjabaran analisis kuantitatif fault tree APU GTCP85 (lihat juga Lampiran O).
Electrical power dan bleed air tidak dapat digunakan dapat disebabkan oleh;
i. APU tidak dapat di start (APU unable to start)
ii. tidak ada pembakaran di ruang bakar (no combustion)
74
iii. tidak dapat dinyalakan atau tidak dapat mempertahankan putaran 100%
(unable to light/maintain 100%)
iv. exhaust gas temperatur berlebihan (High EGT).
Masing-masing kejadian tersebut memiliki probabilitas, yang ditentukan dengan minimum
cut set (perhatikan proses cut set pada tabel Lampiran N). Hasil akhir cut set diperoleh
dengan memasukkan nilai keandalan yang tertera pada Tabel 4.9 pada persamaan di bawah
ini
P{TE} = ∑ ∑ ∑=
−
= +=
−m
i
m
i
m
ijii CPCP
1
1
1 1
()( ∩ Cj)+∑ ∑ ∑= += +=
2 1
1 1 1
m
i
m
ij
m
jk
P (Ci ∩ Cj ∩ Ck) + ...
+ (-1)m-1P(Ci ∩ Cj ∩ Ck ..... ∩ Cm)
Untuk nilai keandalan komponen battery (A), low oil quantity (H), fuel solenoid (K), fuel
atomizer (L), three way control valve (P), proportional valve (U), generator control unit
(X) dan generator (Y) diasumsikan memiliki keandalan sama dengan 0. Peluang terjadinya
electrical power tidak dapat digunakan, untuk tiap sub-TE, adalah
i. APU unable to start : {A}, {B}, {C}, {D}, {E}, {F}, {G}
A + B + C + D + E + F + G – A (B+C+D+E+F+G) – B (C+D+E+F+G) – C
(D+E+F+G) – D (E+F+G) – E (F+G) – FG + ABC +ABD + ABE + ABF +
ABG + ACD +ACE + ACF + ACG +.........+ ABCDEFG = 0.9266
ii. No combustion : {E}, {G}, {H}, {I}, {J) = 0.8730
iii. Unable to light/maintain 100% : {D}, {L}, {P}, {M}, {Q}, {R}, {E}, {F}, {G},
{X}, {Y} = 0.7336
iv. High EGT : {L}, {M}, {S}, {T}, {U}, {V}, {W} = 0.7330
Apabila hasil nilai ketidakandalan F(t) diurutkan dari kecil hingga terbesar maka
kegagalan APU yang diakibatkan APU unable to start merupakan penyebab kegagalan
yang paling dominan.
75
Peluang terjadinya bleed air tidak dapat digunakan, untuk tiap sub-TE sama dengan
sub-TE electrical power tidak dapat digunakan kecuali sub-TE unable to light/maintain
100%, karena kegagalan bleed air valve (S), proportional valve (U), ETC (W) dan air
pressure regulator (V) mempengaruhi pengaturan besar kecilnya bleed air. [ref 4]
Nilai sub-TE unable to light/maintain 100% adalah {D}, {L}, {P}, {M}, {Q}, {R},
{E}, {F}, {G}, {S}. {W}. {U}, {V} = 0,8785
Untuk mengetahui nilai keandalan APU dari rangkaian fault tree maka dihitung nilai
minimal cut set dari nilai-nilai keandalan yang terjadi tiap-tiap kejadian.
P (APU unable to start) = 0,9266, P (no combustion) = 0,8730, P(unable to light
up/maintain 100%) = 0,7336 dan 0,8785, P(high EGT ) = 0,7330 maka nilai ketidakandalan
APU dengan metode minimal cut set adalah (lihat Gambar 4.19)
Gambar 4.19. Fault tree APU
Masing-masing kegagalan diberi kode huruf untuk mempersingkat penyebutan. P (APU
unable to start) = A1, P (no combustion) = B1, P(unable to light up/maintain 100%) = C1,
P(high EGT ) = D1.
P (Top Event APU Fail) = A1 + B1 + C1 + D1 – A1 (B1 + C1 + D1) – B1 (C1 + D1) – C1
D1 + A1 B1 C1 + A1 B1 D1 + A1 C1 D1 + B1 C1 D1 – A1 B1 C1 D1 =
3,2662 – 2,167 – 1,280 – 0,537 + 0,593 + 0,5929 + 0,498 + 0,469 – 0,434 = 0.999
Nilai ketidakandalan APU ini menunjukkan APU sering mengalami kegagalan di tiap-tiap
pengoperasian.