BAB IV ANALISIS DATA -...

29
1 BAB IV ANALISIS DATA Ideologi politik Jokowi sebagai presiden RI ke-7 terlihat dari visi misi yang diterapkan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Media massa berperan dalam penggambaran pencitraan jokowi yang berpengaruh terhadap kritik masyarakat. Media televisi membahas tentang visi misi Jokowi sebagai presiden RI menjelang masa pemilihan presiden (pilpres) tanggal 9 Juli 2014. Program talkshow bertemakan hukum dan politik mengkritisi ideologi politik Jokowi secara mendalam. Isi acara program talkshow selalu menghadirkan sisi pro dan kontra dalam membahas suatu isu publik. Narasumber terkait dihadirkan dalam memberikan pernyataan mengenai Jokowi. Program talkshow yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian yaitu Mata Najwa (Metro TV), Indonesia Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV). Metode framing digunakan untuk melihat cara media bercerita terhadap suatu peristiwa. Proses media menjelaskan tentang suatu peristiwa terkait pada cara pandang media dari suatu konstruksi realitas. Analisis Framing merupakan analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas serta membingkai pemberitaan dalam media. Pusat perhatian analisis framing terletak pada pembentukan pesan dari teks. Framing terkait pada cara wartawan melihat suatu peristiwa kemudian menyajikannya kepada khalayak. Perbedaan pembingkaian berita dalam media terkait pada 2 konsep yaitu pemaknaan peristiwa terkait pada bagian yang diliput atau dihapus serta penulisan fakta terkait pada pembentukan kalimat. Analisis framing Robert N. Entman digunakan dalam menganalisis pesan yang disampaikan dalam program talkshow. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menulis suatu isu berita. Dimensi yang terkait dalam framing yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek (Entman dalam Eriyanto 2002 : 222).

Transcript of BAB IV ANALISIS DATA -...

1

BAB IV

ANALISIS DATA

Ideologi politik Jokowi sebagai presiden RI ke-7 terlihat dari visi misi yang

diterapkan dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Media massa berperan

dalam penggambaran pencitraan jokowi yang berpengaruh terhadap kritik

masyarakat. Media televisi membahas tentang visi misi Jokowi sebagai presiden RI

menjelang masa pemilihan presiden (pilpres) tanggal 9 Juli 2014.

Program talkshow bertemakan hukum dan politik mengkritisi ideologi politik

Jokowi secara mendalam. Isi acara program talkshow selalu menghadirkan sisi pro

dan kontra dalam membahas suatu isu publik. Narasumber terkait dihadirkan dalam

memberikan pernyataan mengenai Jokowi. Program talkshow yang akan dijadikan

sebagai obyek penelitian yaitu Mata Najwa (Metro TV), Indonesia Lawyer Club (TV

One), serta Aiman (Kompas TV).

Metode framing digunakan untuk melihat cara media bercerita terhadap suatu

peristiwa. Proses media menjelaskan tentang suatu peristiwa terkait pada cara

pandang media dari suatu konstruksi realitas. Analisis Framing merupakan analisis

yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas serta

membingkai pemberitaan dalam media. Pusat perhatian analisis framing terletak pada

pembentukan pesan dari teks. Framing terkait pada cara wartawan melihat suatu

peristiwa kemudian menyajikannya kepada khalayak. Perbedaan pembingkaian berita

dalam media terkait pada 2 konsep yaitu pemaknaan peristiwa terkait pada bagian

yang diliput atau dihapus serta penulisan fakta terkait pada pembentukan kalimat.

Analisis framing Robert N. Entman digunakan dalam menganalisis pesan yang

disampaikan dalam program talkshow. Konsep framing oleh Entman digunakan

untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas

oleh media. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui cara pandang yang

digunakan oleh wartawan dalam menulis suatu isu berita. Dimensi yang terkait dalam

framing yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek (Entman dalam Eriyanto 2002 : 222).

2

Seleksi Isu berkaitan dengan pemilihan fakta yang melihat cara media

menggambarkan suatu peristiwa. Proses pemilihan fakta dapat berupa penonjolan

yang berpengaruh pada penghilangan beberapa fakta dalam realitas. Penyeleksian isu

tidak hanya terkait dalam tindakan praktisi jurnalistik melainkan pada politik media.

Penonjolan aspek dari suatu isu terkait pada penulisan fakta. Proses penulisan suatu

pemberitaan dilihat melalui pemakaian bahasa serta penggunaan kata yang dapat

mempengaruhi khalayak. Penulisan pesan membatasi khalayak untuk memikirkan

perspektif lain melainkan mengarahkan logika dalam memahami suatu peristiwa.

Pembingkaian berita dilihat dari pesan yang disampaikan dalam mengarahkan pikiran

khalayak agar terbentuk sama dengan pemikiran wartawan.

Dimensi framing merujuk pada konsepsi pemikiran yaitu pemberian definisi,

penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana berita untuk menekankan

kerangka berpikir yang digunakan oleh wartawan. Paradigma Entman dalam konsep

framing terkait pada 4 hal yaitu :

- Pendefinisian Masalah (Define Problems) :

Cara wartawan memahami suatu peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa yang

sama dapat dipahami secara berbeda sehingga pembingkaian dapat

mempengaruhi pembentukan realitas.

- Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab masalah

yang dimaksud dapat berupa apa (what) atau siapa (who).

- Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Membenarkan /memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang

telah dibuat. Wartawan harus memberikan argumentasi yang kuat dalam

menentukan pendefinisian serta penyebab masalah terhadap suatu peristiwa.

- Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Penilaian wartawan dalam menentukan penyelesaian masalah. Langkah yang

diambil tergantung pada cara media melihat suatu peristiwa serta menentukan

siapa penyebab masalah.

3

Konsepsi Framing memiliki tujuan untuk menggiring persepsi khalayak agar

sama dengan wartawan. Pembingkaian program acara terlihat dari pemilihan tema

yang merujuk pada penentuan judul, kemudian mengurangi dan melebihkan beberapa

fakta yang terkait. Suatu program talkshow mendominasi pesan melalui nara sumber

yang memiliki pemikiran sama dengan wartawan.

Media televisi berperan dalam pemberitaan Jokowi sebagai presiden RI.

Wartawan dari masing – masing media televisi memiliki cara berbeda dalam

menggiring persepsi khalayak. Program talkshow seperti Mata Najwa (Metro TV),

Indonesian Lawyer Club (TV One), serta Aiman (Kompas TV) memiliki pembahasan

yang berbeda mengenai Jokowi. Pesan pada program talkshow tersebut dibingkai

sesuai dengan persepsi masing – masing wartawan melalui narasumber yang terkait.

4.1 Program Talkshow Mata Najwa (METRO TV)

4.1.1 Gambaran video

Gambar 4.1

Mata Najwa merupakan program talkshow bertemakan hukum dan politik

yang disiarkan melalui stasiun televisi Metro TV. Program yang dipandu oleh

jurnalis Najwa Shibab mengungkap pencitraan politik Jokowi melalui visi

misi yang dilontarkan pada masa menjadi kandidat calon presiden RI ke-7.

4

Episode tayangan acara mata najwa tanggal 28 Mei 2014 dengan topik

“Siapkah Jokowi” menghadirkan beberapa narasumber yang tergabung dalam

partai politik sebagai pihak pro dan kontra terhadap visi misi Jokowi.

Narasumber yang hadir yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud,

Maruarar Sirait, Fadli Zon, Adian Napitupulu, serta Ahmad Yani.

- Segmen 1 & 2 : Anies Baswedan dengan Mohammad Mahfud

Gambar 4.2

Anies Baswedan mengatakan selama 15 tahun setelah masa reformasi negara

Indonesia membutuhkan kebaruan dalam model kepemimpinan. Faktor visi

Jokowi mempengaruhi ekspresi ideologis sebagai calon presiden dalam merubah

permasalahan negara seperti dari segi kesehatan, pangan, pendidikan serta

infrastruktur. Jokowi dipandang sebagai calon pemimpin yang melakukan

pekerjaan secara nyata memiliki latar belakang serta track record pemerintahan

yang baik.

5

Gambar 4.3

Mohammad Mahfud mengungkapkan bahwa Jokowi dalam melakukan pidato

sebagai calon presiden tidak pernah menyampaikan tentang visi yang telah

diterapkan. Implementasi kebijakan tidak dapat terlihat dalam mengontrol masa

depan bangsa Indonesia secara terencana. Retorika atau pandangan kinerja

Jokowi selama masuk dalam dunia pemerintahan disegani oleh masyarakat akan

tetapi substansi retorika yang dijalankan tidak terlihat.

- Segmen 3 : Maruarar Sirait dengan Fadli Zon

Gambar 4.4

Maruarar Sirait sebagai ketua umum DPP Partai PDI-Perjuangan (Partai

demokrasi Indonesia) memberikan penilaian terhadap Jokowi sebagai orang yang

6

sederhana, merakyat, serta tegas. Sifat merakyat diartikan dengan tindakan

Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta turut andil dalam menanggapi

permasalahan yang sedang terjadi dan berada ditengah masyarakat. Isu negatif

terhadap Jokowi sebagai capres boneka dan tunduk pada kekuatan asing

ditanggapi sebagai perihal yang harus dilihat oleh masyarakat secara tindakan

yang akan dilakukan yaitu menolak bantuan dari negara asing apabila mendapat

persyaratan. Kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta cukup terlihat dengan

beberapa tindakan yang telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat

kemacetan berkurang, dsb.

Gambar 4.5

Fadli Zon sebagai wakil ketua umum Partai Gerindra berpendapat Indonesia

harus memiliki pemimpin yang sifatnya tidak ambisius artinya Jokowi harus

menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta baru menjadi calon

presiden. Visi yang dipakai oleh Jokowi dianggap bukan hasil pemikiran sendiri

melainkan hanya sekedar statement.

7

- Segmen 4 : Adian Napitupulu dengan Ahmad Yani

Gambar 4.6

Adian Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – Perjuangan

(Partai demokrasi Indonesia) menyatakan Jokowi merupakan sosok pemimpin

yang berpikir besar dan bertindak besar. Visi misi yang telah dibuat tidak

disampaikan secara detail karena menginginkan masyarakat melihat tindakan

yang akan dilakukan bukan semata – mata hanya pembicaraan.

Gambar 4.7

Ahmad Yani sebagai perwakilan politikus partai PPP (Partai Persatuan

Pembangunan) memberikan pendapat bahwa Jokowi belum menepati janji yang

8

diberikan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta. Negara Indonesia tidak cukup

dipimpin oleh seorang pemimpin dengan pedoman pencitraan.

4.1.2 Analisa Framing

Metro TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia yang

tergabung dalam perusahaan Media Group. Surya Paloh sebagai pemilik

media Metro TV turut andil dalam dunia politik. Partai NasDem ( Nasional

Demokrat) mengangkat Surya Paloh sebagai ketua umum. Masa menjelang

pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 partai PDI-P melakukan koalisi

dengan partai NasDem untuk mengangkat Jokowi sebagai calon presiden RI.

Mata Najwa merupakan program talkshow dari stasiun televisi Metro

TV membahas tentang ideologi politik Jokowi. Tayangan pada tanggal 28

Mei 2014 memberikan tema “Siapkah Jokowi?” memberitakan tentang visi

& misi ,rekam jejak serta kehidupan politik Jokowi semasa tergabung dalam

dunia pemerintahan. Seleksi isu yang dilakukan bersifat positif yaitu

mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Program talkshow menghadirkan

narasumber yang bersifat pro dan kontra. Mata Najwa menghadirkan

narasumber yaitu Anies Baswedan, Mohammad Mahfud, Maruarar Sirait,

FadliZon, Adrian Napitupulu, serta Ahmad Yani.

Peletakan narasumber pada setiap segmen acara telah diatur dimana

pihak pro lebih kuat dibandingkan pihak kontra agar dapat mempengaruhi

khalayak. Segmen 1 & 2 menghadirkan Anies Baswedan sebagai juru bicara

tim kemenangan Jokowi – Jusuf Kalla dengan Mohammad Mahfud

perwakilan dari partai PPP (Partai Perserikatan Pembangunan). Latar

belakang Mohammad Mahfud sebagai tokoh yang gagal menjadi calon wakil

presiden pendamping Jokowi dihadirkan sebagai pihak kontra. Pesan negatif

yang disampaikan tidak dapat mempengaruhi perspektif khalayak. Segmen 3

menghadirkan Maruarar Sirait sebagai ketua DPP partai PDI-P dengan Fadli

Zon sebagai Wakil Ketua Umum partai Gerindra. Perdebatan tanggapan

9

dapat dimenangkan oleh pihak pro sehingga khalayak tetap memiliki

pandangan positif terhadap Jokowi. Segmen 4 menghadirkan Adrian

Napitupulu sebagai perwakilan politikus partai PDI – P dengan Ahmad Yani

sebagai perwakilan politikus partai PPP. Pandangan khalayak secara negatif

tidak dapat mempengaruhi perubahan perspektif.

Program Mata Najwa memberikan gambaran mengenai ideologi

politik yang dianut oleh Jokowi yaitu sosialisme. Visi & misi sebagai

presiden RI mengutamakan pemerataan sistem pendidikan, pangan serta

kesehatan dalam masyarakat. Sistem ideologi politik secara sosialisme

mengutamakan kebersamaan dimana setiap individu harus berusaha untuk

mendapatkan layanan masyarakat secara bersamaan.

Analisa framing pesan dari program Mata Najwa menurut Robert

E.Entman sebagai berikut :

Tabel 4.1

Identifikasi Masalah Ideologi politik Jokowi yang diterapkan

menjadi calon presiden RI

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Jokowi merupakan calon pemimpin yang

berpikir dan bertindak besar

Menekankan Penyelesaian Jokowi layak menjadi presiden RI terkait

visi & misi , rekam jejak serta track

record dalam dunia pemerintahan yang

cukup baik.

10

a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program Mata Najwa mengambil topik “Siapkah Jokowi?”

membahas tentang ideologi politik Jokowi sebagai calon presiden RI.

Pembukaan pesan dari host Najwa Shibab menjelaskan mengenai

topik yang akan dibahas. “Indonesia akan segera menentukan

siapakah yang akan duduk dibangku kekuasaan, calon kandidat tak

mungkin sempurna maka membedah kandidat menjadi hal mutlak

agar kesalahan dapat dielak. Calon pemimpin bangsa harus ditelaah

dan diperiksa dari janji yang telah diberikan. Saya Najwa Shibab

inilah Mata Najwa, Siapkah Jokowi?”

Topik program talkshow Mata Najwa akan membahas Jokowi dari

sisi positif. Pesan pembuka memberikan gambaran mengenai ideologi

politik Jokowi terkait visi & misi serta rekam jejak yang akan ditelaah

secara mendalam. Persepsi wartawan menggiring khalayak untuk

memiliki penilaian secara positif terhadap Jokowi.

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Jokowi dalam program Mata Najwa digambarkan sebagai calon

pemimpin yang pantas untuk negara Indonesia. Anies Baswedan

sebagai nara sumber mengatakan “Saya lihat memang, Indonesia saat

ini sesudah 15 tahun masa reformasi membutuhkan kebaruan, karena

sudah banyak orang dalam 15 tahun itu berada dalam pemerintahan,

dalam pimpinan partai politik, dalam suasana dimana rakyat

membutuhkan perubahan, tetapi justru yang muncul malahan orang –

orang lama atau mereka yang sudah dalam kekuasaan 15 tahun.

Pasangan Jokowi – Jusuf Kalla memiliki terobosan serta pendekatan

– pendekatan baru dalam mengenai permasalahan negara. Saya rasa

Pak Jokowi pantas sebagai calon pemimpin negara.”

11

c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Jokowi dianggap sebagai calon pemimpin yang berpikir dan

bertindak besar. Adian Napitupulu mengatakan “Tindakan adalah

sebuah manifestasi dari pikiran, ada perbedaan antara berpikir besar,

bertindak besar, dan bicara besar. Menurut saya Jokowi berpikir

besar dan bertindak besar yang lain bicaranya saja yang besar,

tindakannya kita belum tahu. Contohnya di kota Solo, Jokowi menang

pada pemilihan pertama, pada pemilihan kedua hampir 90 % rakyat

Solo memilih kembali, artinya rakyat melihat hasil karyanya.”

Maruarar Sirait mengatakan “Pemimpin itu berproses. Pak Jokowi

memiliki proses bagaiman ia menjadi Walikota Solo di melakukan

pelayanan publik. Bagaimana pelayanan publik yang ia sajikan,

bagaimana orang dapat menikmati pelayanan kesehatan, bagaimana

orang dapat membuat KTP dengan cepat, bagaimana Solo dapat

diakui bukan oleh warga kota Solo saja melainkan oleh warga

Indonesia dan internasional, begitu banyak tanggapan masyarakat

sehingga ia menjadi Walikota terbaik di dunia. Selama menjabat

sebagai Gubernur DKI Jakarta juga banyak tindakan perbaikan yang

telah dilakukan seperti penanggulangan banjir, tingkat kemacetan

berkurang, dsb.”

Anies Baswedan mengatakan “Permasalahan negara seperti dari

segi pangan, pendidikan, kesehatan serta infrastruktur dapat ditangani

dengan pendekatan – pendekatan baru dalam menangani perubahan.

Pendekatan yang berbeda merupakan faktor visi dan misi dari calon

pemimpin negara. Orang – orang mungkin ada yang mengkritik

tindakan pendekatannya, akan tetapi menurut saya ini justru penting

dalam melakukan perubahan.

Tanggapan narasumber menggambarkan tentang permasalahan

Jokowi secara positif. Sifat negatif dari narasumber bersifat kontra

12

tidak terlalu ditonjolkan melainkan dapat ditanggapi lebih kuat oleh

narasumber bersifat pro. Wartawan membuat keputusan moral secara

positif dalam menggiring persepsi khalayak terhadap ideologi politik

Jokowi.

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Penyelesaian masalah dalam program Mata Najwa menggambarkan

Jokowi dapat menjadi calon pemimpin negara RI. Pendapat Anies

Baswedan sebagai narasumber menjelaskan track record yang diraih

Jokowi dalam dunia pemerintahan dapat meningkatkan elektibilitas

dalam masyarakat. “Track record yang telah diraih Jokowi bagus

karena pendekatan berbeda yang dilakukan dalam masyarakat,

sehingga partai menunjuk Jokowi sebagai calon presiden RI. faktor

visi dan misi yang merupakan hasil kolektif pemikiran bersama partai

sehingga tidak terlalu ditonjolkan dalam kampanye karena bukan

semata – mata hanya pembicaraan melainkan mengajak rakyat untuk

melihat tindakan.”

Program Mata Najwa dari stasiun televisi Metro TV membingkai

permasalahan mengenai ideologi politik Jokowi secara positif. Politikus yang

memiliki perbedaan pandangan mengenai Jokowi sebagai calon presiden RI

ditampilkan dengan posisi argumen yang kurang kuat. Wartawan ingin

menggiring persepsi khalayak untuk mendukung Jokowi menjadi presiden RI.

Pesan – pesan yang menunjukkan kesalahan tindakan Jokowi dalam dunia

pemerintahan di netralisir menjadi baik agar dapat mempengaruhi pandangan

masyarakat.

13

4.2 Program Talkshow Indonesia Lawyer Club (TV One)

4.2.1 Gambaran video

Gambar 4.8

Indonesia Lawyer Club (ILC) merupakan program talkshow dari

stasiun televisi swasta TV One dipandu oleh jurnalis Karni Ilyas. Episode

tayangan tanggal 20 mei 2014 mengambil topik “Sudden Death : Jokowi”

yang membahas tentang rekam jejak serta visi & misi Jokowi sebagai calon

presiden RI ke-7. Narasumber yang hadir yaitu Aria Bima, Fadli Zon,

Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta Prof. Tjipta Lesmana.

- Segmen 1 : Aria Bima dengan Fadli Zon

Gambar 4.9

14

Aria Bima sebagai ketua DPP Partai PDI- P (Partai demokrasi

Indonesia) menyatakan Jokowi sebagai figur yang dikehendaki oleh rakyat

Indonesia terlihat dari kesungguhan dalam bekerja terkait track record yang

dicapai selama menjabat sebagai pemerintah sehingga memiliki tingkat

popularitas dan elektibilitas yang cukup tinggi. Indonesia tidak

membutuhkan sosok pemimpin yang pandai dalam berpidato melainkan

cepat dalam mengambil keputusan. Persoalan bangsa Indonesia dari sabang

sampai merauke dapat diselesaikan oleh ideologi dari sosok pemimpin

didalam kekuasaan. Partai PDI –P pernah menang dalam pemilu 1999,

setelah 10 tahun partai mempelajari dari sikap kritis masyarakat tentang

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sehingga partai melihat Jokowi

sebagai calon pemimpin yang pantas untuk bangsa Indonesia.

Gambar 4.10

FadliZon sebagai wakil ketua umum partai Gerindra memberikan

pendapat bangsa Indonesia membutuhkan sosok presiden yang berasal dari

pemimpin partai bukan petugas partai. Menurut pandangan Fadli Zon,

Petugas partai seperti Jokowi dianggap tidak dapat menjalankan dengan baik

visi misi yang telah dibangun bersama partai dalam menyelesaikan

15

permasalahan bangsa Indonesia. Sosok Soekarno sebagai presiden RI ke-1

dianggap sebagai pemimpin nasional dan internasional karena memiliki

pengalaman dalam hubungan internasional yang baik. Elektibilitas Jokowi

dikenal cukup tinggi dalam masyarakat akan tetapi tidak memiliki

pengalaman dalam menjalin hubungan internasional sehingga berpengaruh

terhadap masa depan bangsa Indonesia di bidang ekonomi, politik, budaya,

dsb.

- Segmen 2 : Tjahyo Kumolo

Host memberikan pertanyaan terhadap Tjahyo Kumolo terkait masa

pemerintahan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta yang hanya

berlangsung selama 1,5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota Jakarta

belum terlihat akan tetapi sudah mencalonkan diri sebagai presiden. Perihal

ini dapat mempengaruhi prestasi dalam pemerintahan yang dilakukan oleh

Jokowi.

Gambar 4.11

Tjahyo Kumolo sebagai Sekjen Partai PDI – P menjelaskan proses

seseorang menjadi kepala daerah serta presiden telah diatur oleh Undang –

Undang yang berlaku. Jokowi selama menjabat sebagai gubernur DKI

16

Jakarta selama 1,5 tahun telah melakukan pembenahan terhadap kota Jakarta

seperti penanganan terhadap banjir, transportasi, perumahan kumuh, dsb.

Partai PDI – P menunjuk Jokowi untuk mencalonkan diri sebagai presiden

dilihat dari kritik masyarakat yang didapat terkait track record selama

menjabat sebagai pemerintah. Pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat

adalah orang yang cepat dalam mengambil keputusan serta melakukan

tindakan. Jokowi tetap dapat melakukan perkembangan terhadap kemajuan

kota Jakarta meskipun nantinya menjabat sebagai presiden RI ke-7.

- Segmen 3 : Effendi Gazali dengan Tjahyo Kumolo

Gambar 4.12

Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik memberikan

pernyataan Jokowi dianggap sebagai petugas partai serta adanya isu

dimasyarakat mengenai “capres boneka”. Isu tersebut dapat mempengaruhi

kinerja Jokowi jika menjabat sebagai presiden RI.

Tjahyo Kumolo memberikan tanggapan Jokowi sebagai petugas partai

dianggap sebagai kader terbaik dalam partai sehingga diusung sebagai calon

presiden RI. Isu mengenai “capres boneka” dapat dianggap hanya sebagai

isu belaka karena Jokowi jika terpilih menjadi presiden RI tidak akan

17

menerima bantuan dari pihak luar negeri dengan persyaratan tertentu. Pihak

partai PDI – P menganjurkan untuk Jokowi melakukan konsultasi dengan

ketua umum dalam menjalankan tugas.

- Segmen 4 : Prof. Tjipta Lesmana dengan Aria Bima

Gambar 4.13

Prof. Tjipta Lesmana merupakan pakar komunikasi politik memberikan

pendapat dalam susunan visi & misi Jokowi sebagai presiden RI akan

menjalankan sistem program trisakti yang menyangkut ekonomi, politik serta

kebudayaan. Pada jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri tahun 2001 –

2004 visi & misi mengenai trisakti tidak dijalankan sehingga BUMN negara

Indonesia dijual kepada pihak luar negeri.

Aria Bima menanggapi konsep trisakti yang tertera dalam visi & misi

Jokowi merupakan pembaruan bukan turunan dari masa kepemimpinan Ibu

Megawati. Pada jaman pemerintahan Ibu Megawati aset BUMN negara dijual

kepada pihak luar negeri karena tidak adanya pertanggung jawaban kerusakan

BUMN oleh pemerintah sebelumnya.

18

4.2.2 Analisa Framing

Aburizal Bakrie merupakan ketua umum partai GOLKAR (Golongan Karya)

serta pemilik media televisi TV One. Pada pemilu legislatif tanggal 9 April

2014 partai GOLKAR memperoleh suara yang cukup signifikan untuk maju

dalam pemilihan presiden. Ketetapan negara mengusung partai Gerindra

dengan partai PDI – P sebagai partai yang memperoleh suara terbanyak untuk

maju dalam pemilihan presiden. Partai PDI – P mengajak koalisi partai dengan

partai GOLKAR akan tetapi tidak berhasil.

Indonesia Lawyer Club (ILC) adalah program talkshow bertemakan hukum

dan politik dari stasiun televisi TV One. Tayangan pada tanggal 20 Mei 2014

memberikan tema “Sudden Death Jokowi”. Program ILC membahas tentang isu

– isu negatif terhadap Jokowi sebagai calon presiden RI. Narasumber yang

dihadirkan yaitu Aria Bima, Fadli Zon, Tjahyo Kumolo, Effendi Gazali, serta

Prof. Tjipta Lesmana.

Program acara mengatur narasumber yang dihadirkan dimana posisi pihak

kontra lebih kuat dibandingkan pihak pro. Aria Bima sebagai ketua DPP

dengan Tjahyo Kumolo sebagai Sekjen partai PDI – P hadir sebagai pihak pro

terhadap Jokowi. Narasumber pihak kontra diwaliki oleh Fadli Zon sebagai

wakil ketua umum partai Gerindra, Effendi Gazali dan Prof. Tjipta Lesmana

sebagai pakar komunikasi politik. Peletakan narasumber dinilai tidak seimbang

karena pakar komunikasi politik adalah orang yang tidak tergabung dalam suatu

partai politik seharusnya bersikap netral.

Pesan yang disampaikan dalam acara ILC memberikan perspektif negatif

terhadap khalayak. Jokowi yang posisinya sebagai anggota partai tidak pantas

dicalonkan sebagai presiden RI. Tingkat elektibilitas serta popularitas tinggi

dalam masyarakat terkait track record tidak dapat dijadikan jaminan karena

pemimpin negara RI harus memiliki pengalaman dalam hubungan

internasional.

19

Program ILC memberikan gambaran ideologi politik Jokowi menganut

sistem demokrasi. Pemerintahan selama jaman ibu Megawati Soekarnoputri

tahun 2001-2004 menganut sistem ideologi demokrasi sehingga Jokowi yang

tergabung dalam 1 partai PDI-P mengikuti sistem ideologi politik dari

pemerintahan sebelumnya.

Analisis pesan framing pada program ILC menurut Robert E.Entman sebagai

berikut :

Tabel 4.2

Identifikasi Masalah Anggota partai tidak dapat dicalonkan

sebagai presiden RI.

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Isu “capres boneka” dapat menggambarkan

Jokowi tidak dapat berjalan sendiri.

Menekankan Penyelesaian Visi & misi Jokowi mengenai trisakti sama

dengan jaman pemerintahan Megawati

Soekarnoputri akan tetapi tidak dijalankan

dengan benar.

a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program ILC mengambil topik “Sudden Death Jokowi” membahas

tentang sisi negatif terhadap Jokowi. Calon presiden RI tidak dapat

diambil dari anggota partai. Visi & misi yang telah dibangun oleh

partai dapat menyelesaikan permasalahan dalam negara sehingga ketua

umum dianggap lebih baik menjadi pemimpin.

Fadli Zon mengatakan “Calon pemimpin yang baik harus berasal

dari pemimpin partai bukan petugas partai. Visi dan misi yang

dibangun sebagai calon presiden dibangun kolektif bersama partai

dalam menangani masalah – masalah yang ada. Jika hanya petugas

20

partai yang menjadi pemimpin mana bisa menjalankan visi dan misi

dengan baik? sedangkan apabila pemimpin partai yang menjadi

presiden jelas bisa karena dia yang menyetujui keputusan visi apa

yang akan dibentuk. Sehingga lebih cepat dalam mengambil

keputusan dalam persoalan.”

Effendi Gazali mengatakan “Saya setuju dengan pendapat mas

Fadli Zon, apabila calon presiden berasal dari petugas partai apakah

dapat mengambil keputusan secara sendiri? Jika harus laporan

dengan Ibu Mega sebagai ketua umum dalam mengambil keputusan

apakah tidak mempengaruhi kinerja sebagai presiden RI?”

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Pencitraan Jokowi dibingkai secara negatif oleh program acara ILC.

Jokowi dianggap belum dapat mencalonkan diri sebagai presiden RI.

Masa jabatan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta hanya dijalankan

selama 1,5 tahun. Partai PDI – P menunjuk Jokowi sebagai calon

presiden RI yang berasal dari petugas partai yang merupakan kader

terbaik bukan pimpinan partai.

Karni Ilyas mengatakan “Jokowi itu terpilih menjadi gubernur DKI

Jakarta hanya menjalakan masa jabatan selama 1,5 tahun padahal

periodenya selama 5 tahun. Pembuktian dalam membangun kota

Jakarta juga belum terlihat, tapi partai langsung mengusung saja

menjadi calon presiden. Jika terpilih menjadi presiden apakah dapat

menangani permasalahan negara?”

c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Pengambilan keputusan moral menyangkut isu “capres boneka”

terhadap Jokowi. Prinsip dalam mengambil keputusan yang diambil

oleh Jokowi harus melalui ketua umum partai PDI – P sementara

menjabat sebagai presiden RI harus cepat dalam mengambil keputusan

sendiri. Jokowi dianggap besandar pada pihak asing dalam

21

menyelesaikan permasalahan dalam negara selama menjabat sebagai

presiden RI.

Effendi Gazali mengatakan “ Isu capres boneka terhadap Jokowi

sudah menyebar di kalangan masyarakat. Jika dalam mengambil

keputusan Jokowi tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus

melalui Ibu Mega, ini bisa jadi masalah dalam masyarakat karena gak

bisa tegas dalam mengambil keputusan. Memangnya yang mau jadi

presiden Jokowi atau Ibu Mega? Lain hal lagi dalam misi Jokowi akan

menerima bantuan negara asing dalam menyelesaikan masalah

negara, ini artinya bersandar pada kekuatan asing. Bagaimana pihak

perwakilan Jokowi menanggapinya?”

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Penyelesaian masalah dalam program ILC menggambarkan Jokowi

ditunjuk sebagai presiden RI oleh partai PDI – P yang merupakan

kader terbaik dari partai. Visi & misi trisakti yang diterapkan oleh

Jokowi sama dengan jaman pemerintahan Megawati Soekarnoputri.

Pada tahun 2001 – 2004 program trisakti tidak dijalankan dengan

benar. BUMN negara dijual kepada pihak asing sehingga menambah

permasalahan dalam negara.

Prof. Tjipta Lesmana mengatakan “ Visi yang dibangun Jokowi

menerapkan program trisakti yang menyakut ekonomi, politik, sama

budaya. Pada masa pemerintahan Ibu Mega tahun 2001- 2004 sama

seperti ini juga, akan tetapi program ini sama sekali tidak dijalankan ,

malahan BUMN negara dijual ke pihak asing secara tidak jelas. Jika

Jokowi terpilih menjadi presiden RI akankah melakukan hal yang

sama ?”

Program Indonesian Lawyer Club (ILC) dari stasiun televisi TV One

membingkai Jokowi yang merupakan anggota kader terbaik partai tidak layak

sebagai calon presiden RI. Pihak pendukung Jokowi kurang ditonjolkan dalam

22

memberikan argumen. Wartawan menggiring persepsi masyarakat agar tidak

mendukung Jokowi sebagai presiden RI. Pesan – pesan yang diberikan

mengenai kesalahan Jokowi dalam dunia pemerintahan dijadikan topik

pembahasan yang penyelesaiannya berupa argumen negatif.

4.3 Program Talkshow AIMAN (Kompas TV)

4.3.1 Gambaran video

Gambar 4.14

Program Talkshow AIMAN dari stasiun televisi swasta Kompas TV

membahas mengenai peristiwa, sosok dan humanis. Program AIMAN

dipandu oleh jurnalis Aiman Witjaksono. Sisi lain Jokowi sebagai calon

presiden RI ke-7 ditelaah melalui segi politik, ekonomi, serta citra

penampilan. Nara sumber yang dihadirkan yaitu

23

- Segmen 1 : Profile Joko Widodo dalam berpolitik

Gambar 4.15

Kehidupan berpolitik Joko Widodo dikenal ketika menjabat menjadi

Walikota Surakarta selama 2 periode. Kemajuan kota Surakarta

menggiringnya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jabatan menjadi Gubernur

DKI Jakarta belum usai akan tetapi Jokowi diusung oleh Partai PDI-P

menjadi calon presiden RI. Perolehan suara partai PDI – P pada masa

pemilihan legislatif tidak mencapai angka 25 % sehingga partai PDI – P

harus melakukan koalisi dengan partai lain agar masuk dalam pemilihan

presiden. Koalisi partai mengusung Jokowi – Jusuf Kalla sebagai calon

presiden dan wakil presiden RI ke-7.

- Segmen 2 : Musa Widyatmodjo

Gambar 4.16

24

Citra pribadi Jokowi sebagai calon presiden RI dapat dilihat dari segi

penampilannya. Musa Widyatmodjo sebagai seorang pakar fashion menilai

Jokowi dikenal dengan sosok “kerempeng”. Sosok orang kurus dinilai

melalui segi psikologis secara tidak langsung merupakan sosok orang yang

kurang kuat dalam mengangkat beban masalah dalam negara Indonesia.

Pakaian kemeja putih polos yang sering dikenakan oleh Jokowi dapat

dilihat sebagai warna kepribadian yang melambangkan bersih , suci, dsb.

Calon pemimpin negara Indonesia sebaiknya menggunakan pakaian yang

berasal dari budaya Indonesia seperti batik. Pakaian yang selayaknya

digunakan oleh Jokowi dapat dilihat dari 3 kegiatan yang dilakukan,

misalnya :

- Blusukan : kemeja lengan pendek, celana panjang, sepatu olahraga

- Rapat menteri : kemeja batik / bernuansa tekstil hasil budaya

Indonesia

- Balai Kota : dalam satu hari menggunakan kostum budaya kota

tersebut

Pakaian dapat memberikan aspek komunikasi bagi penilaian masyarakat

terhadap kepribadian Jokowi sebagai presiden RI.

- Segmen 3 : Hendri Saparini

Gambar 4.17

25

Hendri Saparini sebagai pakar ekonomi mengungkapkan Jokowi pernah

memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan APBD selama menjabat

sebagai Walikota Solo serta Gubernur DKI Jakarta. APBN negara Indonesia

sebanyak 2000 Triliun Rupiah akan dapat berkembang dengan baik jika

Jokowi menjabat sebagai presiden memiliki catatan – catatan penting dalam

pengalokasian dana APBN. Partai PDI – P memiliki konsep tentang ekonomi

kerakyatan yang telah diterapkan oleh Jokowi selama bergabung dalam

dunia pemerintahan seperti pemenuhan pelayanan dasar dalam bidang

kesehatan serta bidang usaha kecil menengah. Kebijakan publik dalam

pengelolaan dana logistik negara dapat dilakukan dengan baik oleh Jokowi

apabila menjabat sebagai presiden RI.

- Segmen 4 : Effendi Gazali

Gambar 4.18

Effendi Gazali menyikapi tentang isu “capres boneka” yang berkaitan

dengan Jokowi. Menurut pengamatannya sebagai pakar komunikasi politik

isu tersebut bersifat negatif yang menghasilkan 3 asumsi yaitu :

- Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak akurat

- Janji yang disampaikan tidak ada hubungan dengan kemampuan

memerintah

- Memprediksi suatu pesan yang tidak ada dasarnya

26

Kampanye yang dilakukan oleh Jokowi tidak dapat berjalan sendiri

melainkan diatur oleh Ibu Megawati sehingga dapat menimbulkan keraguan

bagi masyarakat ketika memimpin negara Indonesia ke depannya. Media

juga memproteksi Jokowi secara berlebihan artinya media tidak melaporkan

semua berita secara terbuka jadi ada beberapa fakta yang telah ditutupi.

Perilaku media tersebut dapat mempengaruhi sikap masyarakat menjadi

“silence majority”.

4.3.2 Analisa framing

Kompas TV merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia dimiliki oleh

Kompas Gramedia. Pihak pemilik media Kompas TV tidak tergabung dalam

suatu partai politik sehingga bersifat netral terhadap pemberitaan ideologi

politik Jokowi. AIMAN merupakan program talkshow yang mengemas

secara ringan tentang ideologi politik Jokowi dalam dunia pemerintahan.

Tayangan program AIMAN tanggal 30 Mei 2014 memberikan topik “Sisi

Lain Jokowi” yang membahas tentang citra penampilan, ekonomi, serta

kehidupan berpolitik. Narasumber yang dihadirkan tidak tergabung dalam

suatu partai politik. Sisi pro dan kontra tetap terlihat namun argumen yang

disampaikan tetap berada pada sisi netral. Narasumber yang dihadirkan yaitu

Musa Widiatmojo sebagai pakar fashion, Hendri Saparini sebagai pakar

ekonomi, serta Effendi Gazali sebagai pakar komunikasi politik.

Program AIMAN memberikan gambaran mengenai ideologi politik

Jokowi yang akan dianut dengan sistem demokrasi dan sosialisme dimana

kehidupan ekonomi dan politik yang akan dibangun berguna bagi

kebersamaan rakyat serta keputusan yang diambil dalam menyelesaikan

masalah berada di tangan rakyat bukan pemimpin.

Analisa pesan framing program AIMAN menurut Robert E. Entman

sebagai berikut :

27

Tabel 4.3

Identifikasi Masalah Citra penampilan serta kehidupan

ekonomi dan politik

Sumber Masalah Jokowi

Membuat Keputusan Moral Media terlalu memproteksi secara

berlebihan artinya tidak menyampaikan

fakta secara terbuka.

Menekankan Penyelesaian Perilaku media dapat menjadikan

masyarakat menjadi “silence majority”

a. Identifikasi Masalah (Define Problems) :

Program AIMAN memberikan topik “Sisi Lain Jokowi”

membahas tentang citra penampilan, kehidupan ekonomi dan politik.

Tayangan mengambil posisi netral dengan membahas ideologi politik

Jokowi secara ringan tidak menelusuri perihal yang serius.

Aiman sebagai host memberikan penjelasan secara netral

dalam membahas mengenai Jokowi “Perubahan selalu dinantikan

agar ada hal baik yang dirasakan. Tahun ini menjadi penentu negara

bisa menjadi lebih maju. Pemilihan umum menjadi proses memilih

calon pemimpin untuk menuju negara Indonesia yang sejahtera. Kali

ini AIMAN akan membahas bakal calon presiden yang belakangan ini

kerap diusung untuk maju pada pemilihan presiden. Apa yang akan

dikupas? Mulai dari kehidupan ekonomi dan politik, hingga citra

penampilan. Saudara, simak AIMAN berikut ini.”

b. Sumber Masalah (Diagnose Causes) :

Pencitraan Jokowi dibingkai secara netral oleh program acara

AIMAN. Narasumber bersifat pro dan kontra akan tetapi tetap

memberikan tanggapan secara netral.

28

Musa Widyatmojo mengatakan “Kalau saya melihat calon

pemimpin itu harus bisa menjadi panutan selain itu dia juga harus

meminggul masalah – masalah yang ada dalam negara. Jokowi

dikenal sebagai sosok kerempeng tapi banteng, namun dari segi

psikologisnya sosok kerempeng dinilai kurang bisa menopang

masalah yang terlalu banyak dalam negara. Saya melihat dari sosok

Jokowi yang selalu mengenakan kemeja putih melambangkan nuansa

yang bersih, suci serta nuansa yang masih tenang, tetapi nuansa

seperti itukan harus dibuktikan dengan perilakunya. Penampilan

Jokowi yang selalu mengenakan kemeja putih juga bisa

mempengaruhi pandangan masyarakat juga. Mungkin masyarakat

juga bisa punya pemikiran mengapa Jokowi tidak menggunakan

pakaian – pakaian dari kain tradisional bangsa Indonesia sementara

budaya bernuansa batik termasuk kekayaan kita juga.”

Hendri Saparini mengatakan “Background Jokowi yang sebagai

pengusaha tentunya bisa mengatur kebijakan publik. Dana APBN

negara yang berkisar 2000 triliun rupiah dapat berkembang dengan

baik asalkan Jokowi memiliki catatan – catatan penting agar tidak

terjadi kecurangan.”

Effendi Gazali mengatakan “Secara pemahaman komunikasi politik

yang saya lihat kampanye yang Jokowi lakukan merupakan kampanye

capres boneka dimana Jokowi tidak dapat melakukan kampanye tanpa

anjuran Ibu Megawati. Sisi kehidupan politik Jokowi dalam

masyarakat memiliki elektibilitas yang tinggi terkait track record yang

diraih akan tetapi jika Jokowi hanya mengikuti Ibu Mega tidak dapat

berjalan sendiri ini dapat menjadi permasalahan dalam negara.

Calon pemimpin harusnya dapat tegas dalam mengambil keputusan

karena menjadi panutan dalam masyarakat.”

29

c. Membuat Keputusan Moral (Make Moral Judgement) :

Kepurtusan moral dalam program AIMAN menggambarkan media

lain terlalu memproteksi Jokowi secara berlebihan. Fakta mengenai

Jokowi tidak disampaikan secara terbuka. Seleksi isu terjadi pada

pemberitaan yang disiarkan oleh media lain. Media lain tidak dapat

bersifat netral dari segi pemberitaan secara positif atau negatif.

Effendi Gazali mengatakan “Media harusnya bersikap netral tidak

perlu memproteksi Jokowi secara berlebihan sehingga pemberitaan

yang ada tidak disampaikan secara terbuka.”

d. Menekankan Penyelesaian (Treatment Recommendation) :

Pengambilan keputusan terkait pada perilaku media yang tidak

bersikap netral sehingga menjadikan masyarakat menentukan

sikap”silence majority”. Pemberitaan media secara langsung dapat

mempengaruhi persepektif khalayak. Pemberitaan yang dilakukan oleh

media harus bersikap netral agar masyarakat dapat memiliki sikap

kritis.

Effendi Gazali mengatakan “Perilaku media yang seperti ini

menyebabkan masyarakat memilih sikap silence majority artinya tidak

dapat mengeluarkan pendapat karena berbagai pandangan yang

diperoleh dari media menyebabkan khalayak bingung terhadap

persepsinya sendiri.”

Program AIMAN dari stasiun televisi Kompas TV menggambarkan sosok

Jokowi secara netral terhadap pemberitaan yang didapat. Ideologi politik

Jokowi dibahas secara berbeda dengan menelusuri kehidupan politik, ekonomi,

serta citra penampilan sebagai calon presiden RI. Pesan – pesan yang

mengandung sisi negatif dan positif disampaikan secara terbuka tidak terlalu

diproteksi secara berlebihan seperti media lain.