BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - …repository.unika.ac.id/13374/5/12.30.0071 Claudia Eva O....
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - …repository.unika.ac.id/13374/5/12.30.0071 Claudia Eva O....
30
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan
Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara
tunai dan rutin selama periode penelitian (2010 – 2014). Berikut ini adalah
daftar nama perusahaan serta kode saham yang dijadikan sebagai sampel
penelitian ini dan dilakukan penilaian harga wajar saham masing – masing
dengan menggunakan metode dividend discount model dan price to book
value.
Tabel. 4.1. Kode Saham dan Nama Perusahaan
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk.
2 CTRA Ciputra Development Tbk.
3 CTRP Ciputra Property Tbk.
4 CTRS Ciputra Surya Tbk.
5 GMTD Gowa Makassar Tourism D Tbk.
6 JRPT Jaya Real Property Tbk.
7 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
8 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk.
9 SMRA Summarecon Agung Tbk.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
4.1.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Dividend Discount Model
Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend
discount model terdapat beberapa tahap perhitungan sebagai berikut :
31
1. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen per tahun
Tingkat pertumbuhan dividen sangat diperlukan terkait dengan
penilaian harga wajar saham menggunakan metode dividend discount
model ini. Dengan melakukan perhitungan pertumbuhan dividen maka
dapat diketahui pertumbuhan dividen perusahaan bergerak meningkat atau
menurun yang akan berpengaruh pada estimasi dividen pada tahap
selanjutnya. Berikut ini adalah rumus perhitungan pertumbuhan dividen
setiap tahun(Dewi 2014).
𝑔 = 𝐷𝑛 − 𝐷0
𝐷0
Berikut ini adalah hasil perhitungan pertumbuhan dividen.
Tabel. 4.2.Hasil Perhitungan Pertumbuhan Dividen
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
No Kode
Saham
Pembagian dividen tahun 2010 - 2014 (dalam rupiah per lembar saham)
�̅� 2010 2011 g 2012 g 2013 g 2014 g
1 BSDE 6 15 1.50 15 0.00 15 0.00 15 0.00 0.38
2 CTRA 6 7 0.17 12 0.71 19 0.58 8 -0.58 0.22
3 CTRP 7 8 0.14 16 1.00 21 0.31 6 -0.71 0.19
4 CTRS 13 25 0.92 42 0.68 60 0.43 26 -0.57 0.37
5 GMTD 38 38 0.00 50 0.32 50 0.00 65 0.30 0.15
6 JRPT 33 43 0.30 53 0.23 14 -0.75 - -1.00 -0.30
7 LPKR 4 8 0.80 12 0.52 14 0.19 - -1.00 0.13
8 MKPI 125 150 0.20 165 0.10 410 1.48 224 -0.45 0.33
9 SMRA 10 23 1.30 43 0.87 23 -0.47 - -1.00 0.18
32
2. Menghitung estimasi dividen yang diharapkan
Pada perhitungan ini bertujuan untuk mencari estimasi dividen atau
perkiraan dividen yang diharapkan akan diperoleh dengan data rata – rata
pertumbuhan dividen yang telah dihitung pada tahap perhitungan
pertumbuhan dividen. Berikut ini adalah rumus menghitung estimasi
dividen yang diharapkan (Dewi 2014).
𝐷𝑡 = 𝐷0 (1 + �̅�)
Keterangan :
Dt : dividen yang diestimasi
D0 : dividen tahun sebelumnya
�̅� : rata – rata pertumbuhan dividen
Berikut ini adalah hasil perhitungan estimasi dividen yang diharapkan.
Tabel. 4.3. Hasil Perhitungan Estimasi Dividen yang Diharapkan
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
33
3. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Required Rate of Return)
menggunakan CAPM
Perhitungan tingkat return yang diharapkan pada penilaian harga
wajar saham dengan menggunakan model dividend discount model ini
menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM ini adalah
suatu model yang digunakan untuk menentukan harga – harga aktiva
dalam keadaan ekuilibrium.Pada keadaan ekuilibrium, pasar yang
kompetitif memiliki harga keseimbangan yang ditentukan oleh tawaran
yang tersedia dan permintaan agregat.
Harga keseimbangan menjadi penting karena mencerminkan
konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari aktiva
tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Berikut ini adalah rumus
menghitung tingkat return yang diharapkan dengan menggunakan Capital
Asset Pricing Model(Fahmi 2012).
𝑘 = 𝑅𝑓 + 𝛽(𝑅𝑚 − 𝑅𝑓)
Keterangan :
k : tingkat return yang diharapkan
Rf : risk free rate
Rm : imbal hasil pasar / return market
β : beta saham (indikator risiko sistematis)
Pada perhitungan tingkat return yang diharapkan dengan
menggunakan Capital Asset Pricing Model ini untuk return market yang
dipilih adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan untuk risk free
34
rate yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem bunga. Tingkat
suku bunga yang ada pada Sertifikat Bank Indonesia ditunjukkan oleh BI
rate.
Berikut ini adalah tabel rata – rata risk free rate setiap tahun selama
periode 2010 – 2014.
Tabel. 4.4. Tabel BI Rate Tahun 2010 – 2014
No. Periode BI Rate Rata-rata
1. Januari 2010 6.50
6.50
2. Februari 2010 6.50
3. Maret 2010 6.50
4. April 2010 6.50
5. Mei 2010 6.50
6. Juni 2010 6.50
7. Juli 2010 6.50
8. Agustus 2010 6.50
9. September 2010 6.50
10. Oktober 2010 6.50
11. November 2010 6.50
12. Desember 2010 6.50
13. Januari 2011 6.50
6.58
14. Februari 2011 6.75
15. Maret 2011 6.75
16. April 2011 6.75
17. Mei 2011 6.75
18. Juni 2011 6.75
19. Juli 2011 6.75
20. Agustus 2011 6.75
21. September 2011 6.75
22. Oktober 2011 6.50
23. November 2011 6.00
24. Desember 2011 6.00
35
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
No. Periode BI Rate Rata – rata
25. Januari 2012 6.00 5.77
26. Februari 2012 5.75
27. Maret 2012 5.75
28. April 2012 5.75
29. Mei 2012 5.75
30. Juni 2012 5.75
31. Juli 2012 5.75
32. Agustus 2012 5.75
33. September 2012 5.75
34. Oktober 2012 5.75
35. November 2012 5.75
36. Desember 2012 5.75
37. Januari 2013 5.75 6.48
38. Februari 2013 5.75
39. Maret 2013 5.75
40. April 2013 5.75
41. Mei 2013 5.75
42. Juni 2013 6.00
43. Juli 2013 6.50
44. Agustus 2013 6.50
45. Agustus 2013 7.00
46. September 2013 7.25
47. Oktober 2013 7.25
48. November 2013 7.50
49. Desember 2013 7.50
50. Januari 2014 7.50 7.54
51. Februari 2014 7.50
52. Maret 2014 7.50
53. April 2014 7.50
54. Mei 2014 7.50
55. Juni 2014 7.50
56. Juli 2014 7.50
57. Agustus 2014 7.50
58. September 2014 7.50
59. Oktober 2014 7.50
60. November 2014 7.50
61. November 2014 7.75
62. Desember 2014 7.75
36
Pada perhitungan required rate of return menggunakan CAPM, risk
free rate yang digunakan merupakan rata – rata dari BI rate setiap bulan
selama periode 1 tahun. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat return
yang diharapkan pada setiap saham.
Tabel. 4.5. Hasil Perhitungan Tingkat Return yang Diharapkan
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
BSDE
0.42 0.065 9.8 3.56
2011 0.03 0.0658 16.47 -0.6
2012 0.12 0.0577 6.12 0.43
2013 -0.02 0.0648 16.18 -1.25
2014 0.21 0.0754 7.7 1.09
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
CTRA
0.42 0.065 13.44 5.08
2011 0.03 0.0658 14.65 -0.52
2012 0.12 0.0577 4.95 0.36
2013 -0.02 0.0648 19.37 -1.51
2014 0.21 0.0754 8.53 1.2
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
CTRP
0.42 0.065 11.01 4.17
2011 0.03 0.0658 13.05 -0.46
2012 0.12 0.0577 5.01 0.36
2013 -0.02 0.0648 17.43 -1.35
2014 0.21 0.0754 6.65 0.95
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
CTRS
0.42 0.065 9.76 3.7
2011 0.03 0.0658 8.08 -0.26
2012 0.12 0.0577 5.6 0.4
2013 -0.02 0.0648 12.84 -0.98
2014 0.21 0.0754 6.89 0.98
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
37
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
GMTD
0.42 0.065 -0.052 0.04
2011 0.03 0.0658 1.852 -0.009
2012 0.12 0.0577 0.666 0.098
2013 -0.02 0.0648 0.49 0.024
2014 0.21 0.0754 0.959 0.2
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
JRPT
0.42 0.065 -0.603 -0.16
2011 0.03 0.0658 3 -0.06
2012 0.12 0.0577 1.184 0.13
2013 -0.02 0.0648 3.61 -0.22
2014 0.21 0.0754 0.954 0.2
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
LPKR
0.42 0.065 5.175 1.99
2011 0.03 0.0658 15.41 -0.55
2012 0.12 0.0577 3.1 0.24
2013 -0.02 0.0648 15.11 -1.16
2014 0.21 0.0754 6.92 0.99
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
MKPI
0.42 0.065 0.107 0.105
2011 0.03 0.0658 0.313 0.053
2012 0.12 0.0577 -0.065 0.005
2013 -0.02 0.0648 1.238 -0.036
2014 0.21 0.0754 1.352 0.25
TAHUN KODE
SAHAM Rm Rf Beta k
2010
SMRA
0.42 0.065 10.29 3.9
2011 0.03 0.0658 14.08 -0.504
2012 0.12 0.0577 4.37 0.32
2013 -0.02 0.0648 17.58 -1.36
2014 0.21 0.0754 8.18 1.16
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
38
4. Menghitung harga wajar saham dengan metode dividend discount model.
Dalam menghitung harga wajar saham terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh seperti besarnya dividen, pertumbuhan dividen, serta tingkat
return yang diharapkan. Faktor dividen menjadi penentu utama dalam
perhitungan harga wajar dengan menggunakan metode dividend discount
model, ketika perusahaan tersebut tidak membagikan dividen maka akan
memberikan hasil negatif (-) pada harga wajar sahamnya. Berikut ini
rumus perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan metode
dividend discount model.
𝑉 = 𝐷0(1 + 𝑔)
(𝑘 − 𝑔)
Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend
discount model ini memiliki asumsi yang harus dipenuhi yaitu required
rate of return (k) adalah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividen
(g) karena apabila tidak, maka akan memberikan hasil yang berbeda
karena nilai pembaginya akan menjadi negatif (-).
Hasil perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan dividend
discount model pada tabel disertai dengan harga aktual yang berlaku di
pasar modal. Harga aktual diperoleh dari harga penutupan setiap akhir
Desember setiap tahun selama periode penelitian yaitu 2010 – 2014. Harga
wajar yang diperoleh dibandingkan dengan harga aktual yang berlaku,
sehingga mendapatkan penilaian undervalued / overvalued untuk setiap
39
saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian harga wajar
saham dengan metode dividend discount model.
40
Tabel 4.6. Tabel Hasil Penilaian Harga Wajar dengan Metode Dividend Discount Model (2010 – 2014)
No. Nama
Saham
2010 2011 2012 2013 2014
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual 1. BSDE Rp 1,94 Rp 900 Rp (34,72) Rp 980 Rp 47,28 Rp 1.110 Rp (16,84) Rp 1.290 Rp 18,44 Rp 1.805
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
2. CTRA Rp 1 Rp 350 Rp (16) Rp 540 Rp 40 Rp 1.000 Rp (16) Rp 750 Rp 8 Rp 1.250
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
3. CTRP Rp 2 Rp 440 Rp (21) Rp 490 Rp 52 Rp 600 Rp (19) Rp 620 Rp 7 Rp 845
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
4. CTRS Rp 4 Rp 690 Rp (131) Rp 870 Rp 143 Rp 2.250 Rp (84) Rp 1.310 Rp 36 Rp 2.960
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
5. GMTD Rp 964 Rp 165 Rp (4.788) Rp 660 Rp 585 Rp 660 Rp 2.325 Rp 8.300 Rp 370 Rp 6.100
Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
6. JRPT Rp( 143) Rp 260 Rp (494) Rp 440 Rp 284 Rp 620 Rp (41) Rp 800 Rp 0 Rp 1.040
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
7. LPKR Rp 2 Rp 680 Rp (16) Rp 660 Rp 54 Rp 1.000 Rp (14) Rp 910 Rp (0.126) Rp 1.020
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
8. MKPI Rp 1.583 Rp 2.800 Rp 3.763 Rp 2.900 Rp 4.095 Rp 3.900 Rp (15.166) Rp 9.500 Rp 1.170 Rp 15.300
Overvalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued
9. SMRA Rp 3 Rp 545 Rp (54) Rp 620 Rp 155 Rp 950 Rp (20) Rp 780 Rp (0.176) Rp 1.520
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
41
Pada penelitian dengan menggunakan metode dividend discount model
memiliki hasil yang cukup jauh antara hasil penilaian harga wajar (V)
dengan harga aktual yang berlaku di pasar modal. Pada tahun 2010 semua
perusahaan memiliki harga wajar yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan harga aktualnya sehingga menghasilkan nilai overvalued. Pada
saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, MKPI, SMRA
menunjukkan hasil overvalued.
Pada tahun 2011 terdapat 8 saham sampel mengalami overvalued.
Pada tahun 2011 ini 8 sampel dari saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS,
GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memiliki tingkat return yang
diharapkan negatif yang berarti lebih kecil jika dibandingkan dengan
tingkat pertumbuhan dividen (g). Hanya saham MKPI yang memiliki
tingkat return yang diharapkan positif sehingga nilai intrinsiknya pun
positif dan memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp. 3.763
yang lebih tinggi dari harga aktualnya Rp. 2.900. Pada tahun 2012 nilai
intrinsik saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR,
MKPI, dan SMRA menunjukkan hasil yang positif atau tidak negatif
seperti tahun 2011. Namun penilaian harga wajar saham masih mengalami
overvalued untuk saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT,
LPKR, dan SMRA. Hal ini dapat disebabkan kinerja perusahaan sektor
property dan real estate yang semakin membaik dari segi keuangan serta
mampu memperoleh keuntungan yang meningkat pesat sehingga nilai
intrinsik atau harga wajar ke – 9 saham ini menjadi lebih tinggi dari tahun
42
sebelumnya. Untuk ke – 8 saham yaitu saham BSDE, CTRA, CTRP,
CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memperoleh penilaian
overvalued yang berarti saham – saham ini dianggap memiliki potensi
dapat memberikan return yang lebih tinggi oleh investor. Sedangkan untuk
saham MKPI memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp.
4.095 dan harga aktual Rp. 3.900.
Pada tahun 2013 memiliki nilai overvalued pada semua saham namun
terdapat penurunan harga wajar saham pada 8 saham yaitu saham BSDE
yang pada mulanya memiliki nilai wajar sebesar Rp. 47,28 pada tahun
2012 menjadi Rp. (16,84) pada tahun 2013, saham CTRA dari Rp. 40
menjadi Rp. (16) di tahun 2013, saham CTRP dari Rp. 52 menjadi Rp.
(19), saham CTRS dari Rp. 143 menjadi Rp. (84), saham JRPT dari Rp.
284 menjadi Rp. (41), saham LPKR dari Rp. 54 menjadi Rp. 14, serta pada
saham MKPI dan SMRA yang mulanya memiliki harga wajar sebesar Rp.
4.095 dan Rp. 155 pada tahun 2012 menurun menjadi Rp (15.166) dan
Rp. (20) pada tahun 2013. Sedangkan untuk saham GMTD mengalami
kenaikan nilai intrinsik dari Rp. 585 pada tahun 2012 menjadi Rp. 2.325
pada tahun 2013 dan nilai intrinsik saham GMTD merupakan saham yang
masih memiliki harga wajar bernilai positif pada tahun 2013.
Penurunan harga wajar saham atau nilai intrinsik perusahaan ini dapat
disebabkan karena adanya penurunan pembagian dividen oleh perusahaan
seperti pada saham JRPT yang mulanya membagi dividen sebesar Rp. 53
per lembar pada tahun 2012 menjadi Rp. 14 per lembar saham pada tahun
43
2013 dan pada saham SMRA yang membagikan dividen pada tahun 2012
sebesar Rp. 43 per lembar saham menjadi Rp. 23 per lembar saham.
Selain itu juga terdapat 4 saham yang mengalami kenaikan pada
pembagian dividen (dalam hal harga per lembar) namun memiliki
pertumbuhan dividen yang menurun jika dibandingkan pada tahun
sebelumnya (2012). Keempat saham ini adalah saham CTRA, CTRP,
CTRS, dan LPKR. Pada saham CTRA mengalami peningkatan dividen
dari Rp. 12 per lembarnya menjadi Rp. 19 namun mengalami penurunan
pertumbuhan dividen dari 71% menjadi 58%, pada saham CTRP
dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 16 per lembar saham yang
dimiliki investor menjadi Rp. 21 per lembar dan penurunan pada
pertumbuhan dividen dari 100% menjadi 31%. Pada saham CTRS yang
membagikan dividen sebesar Rp. 42 per lembar menjadi Rp. 60 per lembar
saham dan penurunan tingkat pertumbuhan dividen dari 68% menjadi
43%, dan pada saham LPKR dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 12
per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 14 per lembar dan
penurunan pada pertumbuhan dividen dari 52% menjadi 19% di tahun
2013.
Sedangkan ketiga saham lain yaitu saham BSDE dan GMTD memiliki
nilai pertumbuhan dividen 0% atau melakukan pembagian dividen dengan
harga per lembar yang sama baik tahun 2012 hingga tahun 2013. Hanya
saham MKPI yang mampu menunjukkan peningkatan baik dari dividen
yang mulanya Rp. 165 menjadi Rp. 410 per lembar saham serta
44
pertumbuhan dividennya dari mulanya pada tahun 2012 hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 10% meningkat pesat menjadi 148%.
Pada tahun 2014 semua saham memiliki nilai overvalued yaitu saham
BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 18,44 yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 1.805, CTRA memiliki harga
wajar sebesar Rp. 8 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga
aktualnya Rp.1.250, CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 7 yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 845, CTRS memiliki
harga wajar sebesar Rp. 36 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
harga aktualnya Rp.2.960, GMTD memiliki harga wajar sebesar Rp. 370
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.6.100, dan
MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp. 1.170 yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.15.300. Sedangkan untuk saham
JRPT, LPKR, dan SMRA juga memiliki nilai overvalued hal ini terjadi
karena ketiga saham ini tidak membagikan dividen pada tahun 2014
sehingga menghasilkan nilai negatif pada harga wajarnya.
Pada tahun 2014 ini terdapat 6 saham yang mengalami penurunan
pada dividennya. Keenam saham tersebut adalah saham CTRA yang
mengalami penurunan dari 58% menjadi -58%, 31% menjadi -71% pada
saham CTRP, 43% menjadi -57% pada saham CTRS, serta pada saham
JRPT, LPKR, dan SMRA terdapat penurunan -100% atau tidak
membagikan dividen sama sekali. Sedangkan untuk saham BSDE
memiliki nilai dividen yang tetap atau tingkat pertumbuhannya 0% pada
45
tahun 2014 seperti tahun – tahun sebelumnya. Saham GMTD merupakan
saham yang mengalami peningkatan pada pertumbuhan dividennya
menjadi sebesar Rp. 65 per lembar saham jika dibandingkan dengan tahun
2013 dan 2012 yang hanya membagikan dividen Rp. 50 per lembar saham.
Hasil penilaian dengan menggunakan metode dividend discount model
menunjukkan harga wajar masing – masing saham lebih rendah jika
dibandingkan dengan nilai pasarnya atau harga aktual yang berlaku. Hasil
penilaian yang diperoleh adalah overvalued pada setiap periode penelitian
(2010 – 2014) untuk saham - saham yang menerapkan kebijakan membagi
dividen tunai rutin setiap tahunnya seperti saham BSDE, CTRA, CTRP,
CTRS, dan GMTD. Menilai harga wajar saham sektor properti dan real
estate dengan menggunakan perhitungan estimasi future dividend payment
dan pertumbuhan dividen menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham –
saham ini lebih rendah dibanding dengan harga aktualnya ketika
perusahaan tersebut membagikan dividen tunai kepada para investor. Pasar
atau investor menunjukkan permintaan yang ringgi terhadap saham –
saham yang menawarkan keuntungan jangka panjang berupa dividen
sehingga menyebabkan overvalued, namun hal ini menunjukkan bahwa
orientasi investor bukan pada dividen namun pada capital gain dengan
ekspektasi untuk memperoleh return yang tinggi padahal tidak sesuai
dengan nilai intrinsik perusahaan.
Dari sisi yang berbeda, nilai overvalued berarti saham – saham ini
memiliki harga yang mahal dan sebaiknya dilepas atau dijual atau
46
dihindari. Selain itu terdapat kemungkinan adanya penurunan harga aktual
saham dikemudian hari mendekati harga wajarnya. Hal ini dapat
merugikan bagi investor yang mengharapkan capital gain karena
kemampuan perusahaan atau kinerja perusahaan – perusahaan ini masih
jauh berada di bawah harga aktual yang berlaku di pasar namun investor
masih dapat mengharapkan keuntungan berupa dividen yang rutin
dibagikan oleh perusahaan – perusahaan seperti BSDE, CTRA, CTRP,
CTRS, dan GMTD.
47
4.2.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Price to Book Value
Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to
book value ratio terdapat beberapa tahapan perhitungan. Berikut ini adalah
tahapan perhitungan harga wajar saham dengan price to book value ratio.
1. Menghitung nilai buku per lembar saham (book value per share)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai seharusnya saham tersebut
dengan cara membagi ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
dengan jumlah saham yang beredar.
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Berikut ini adalah hasil perhitungan book value per share setiap
perusahaan selama periode 2010 – 2014.
Tabel. 4.7. Hasil Perhitungan Book Value Per Share Setiap
Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
48
2. Menghitung price to book value ratio
Setelah mengetahui book value per share, maka diperlukan harga
pasar saham. Harga pasar saham adalah harga aktual / harga yang berlaku
di pasar modal pada periode tersebut, harga pasar yang digunakan adalah
harga penutupan. Harga pasar setiap saham kemudian dibagi dengan book
value per share masing – masing saham untuk memperoleh hasil berupa
rasio price to book value masing – masing saham setiap tahunnya.
Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio price to book value masing
– masing saham periode 2010 – 2014.
Tabel. 4.8. Hasil Perhitungan Price to Book Value Per Share Setiap
Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016
49
3. Melakukan perhitungan nilai intrinsik saham dengan price to book value
Pada tahap ini rasio price to book value yang telah diperoleh dari
masing – masing saham diubah menjadi suatu nilai dalam bentuk rupiah
yang merupakan nilai intrinsik masing – masing saham. Berikut ini adalah
rumus yang digunakan dalam mengubah rasio menjadi nilai intrinsik.
V = rasio 𝑃𝐵𝑉 median industri X 𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Dalam menghitung nilai intrinsik dengan melakukan konversi rasio ke
dalam bentuk rupiah, dapat dilakukan dengan menggunakan rata – rata
rasio PBV industri atau menggunakan median rasio PBV industri.
Penggunaan rata – rata memang lebih sering digunakan dalam melakukan
konversi rasio PBV, namun penggunaan rata – rata pada PBV memiliki
kelemahan karena sangat peka terhadap angka – angka ekstrim sehingga
kurang representatif. Sedangkan untuk penggunaan median memiliki
keunggulan yaitu tidak terpengaruh oleh angka – angka ekstrim yang ada
pada data. Maka pada penelitian ini yang digunakan untuk
mengkonversikan rasio price to book value ke dalam rupiah adalah
median (nilai tengah) dari rasio price to book value industri property, real
estate dan building construction. Nilai tengah rasio price to book value
industri property, real estate dan building constructiondigunakan sebagai
patokan yang lebih adil karena bila menggunakan rata – rata rasio price to
book value industri property, real estate dan building constructionakan
terdapat kesenjangan setiap rasio PBV setiap saham yang begitu besar.
50
Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai intrinsik saham dengan
menggunakan price to book value yang kemudian dibandingkan dengan
harga pasar saham untuk menilai kewajaran harga saham.
51
Tabel. 4.9. Hasil Perhitungan Harga Wajar Saham menggunakan Price to Book Value Per Share Setiap
Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014
No. Nama
Saham
2010 2011 2012 2013 2014
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
V Harga
Aktual
1. BSDE Rp 276,88 Rp 900 Rp 465 Rp 980 Rp 650 Rp 1.110 Rp 1.093 Rp 1.290 Rp 1.272 Rp 1.805
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
2. CTRA Rp 377,77 Rp 350 Rp 497 Rp 540 Rp 604 Rp 800 Rp 918 Rp 750 Rp 953 Rp 1.250
Undervalued Overvalued Overvalued Undervalued Overvalued
3. CTRP Rp 457,73 Rp 440 Rp 578 Rp 490 Rp 700 Rp 600 Rp 1.060 Rp 620 Rp 1.005 Rp 845
Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued
4. CTRS Rp 673,11 Rp 690 Rp 970 Rp 870 Rp 1.209 Rp 2.250 Rp 1.797 Rp 1.310 Rp 1.930 Rp 2.960
Overvalued Undervalued Overvalued Undervalued Overvalued
5. GMTD Rp 997,55 Rp 165 Rp 1.683 Rp 660 Rp 2.488 Rp 660 Rp 5.662 Rp 8.300 Rp 8.302 Rp 6.100
Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Undervalued
6. JRPT Rp 466,9 Rp 260 Rp 680,7 Rp 440 Rp 872,4 Rp 620 Rp 278,1 Rp 800 Rp 294,6 Rp 1.040
Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued
7. LPKR Rp 298,77 Rp 680 Rp 402 Rp 660 Rp 537 Rp 1.000 Rp 875 Rp 910 Rp 967 Rp 1.020
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
8. MKPI Rp 1.069,95 Rp 2.800 Rp 1.546 Rp 2.900 Rp 1.947 Rp 3.900 Rp 2.884 Rp 9.500 Rp 2.884 Rp 15.300
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
9. SMRA Rp 248 Rp 545 Rp 355 Rp 620 Rp 571,2 Rp 950 Rp 460,1 Rp 780 Rp 525,5 Rp 1.520
Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued
52
Pada hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode
price to book value terdapat beberapa saham yang mengalami overvalued
selama periode tahun 2010 – 2014 seperti saham BSDE, LPKR, MKPI,
dan SMRA. Sedangkan pada saham CTRP menunjukkan nilai undervalued
di setiap tahun selama 2010 – 2014. Saham yang lain seperti CTRA,
CTRS, GMTD dan JRPT memiliki hasil penilaian harga wajar yang
berbeda - beda setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 terdapat 5 saham yang memiliki nilai overvalued
yaitu saham BSDE, CTRS, LPKR, MKPI, dan SMRA. Pada saham BSDE
memiliki harga wajar sebesar Rp. 276,8 yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 900. Saham CTRS
memiliki harga wajar sebesar Rp. 673,1 yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 690. Saham LPKR
memiliki harga wajar sebesar Rp. 298,7 yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 680. MKPI memiliki harga
wajar sebesar Rp. 1.069 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
harga aktual sebesar Rp. 2.800. SMRA memiliki harga wajar sebesar Rp.
248 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp.
545. Untuk keempat saham lainnya yaitu saham CTRA, CTRP, GMTD,
dan JRPT memiliki nilai undervalued.
Pada tahun 2011 terdapat 5 saham yang memiliki hasil penilaian
overvalued terdiri dari saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp.
465 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp.
53
980, CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 497 yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 540, LPKR memiliki harga
wajar sebesar Rp. 402 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga
aktual sebesar Rp. 660, MKPI yang memiliki harga wajar sebesar Rp.
1.546 dengan harga aktualnya mencapai Rp. 2.900, dan SMRA dengan
harga wajar Rp. 355 sedangkan harga yang berlaku di pasar modal adalah
Rp. 620. Sedangkan 4 saham lainnya memiliki hasil penilaian
undervalued terdiri dari saham CTRP dengan harga wajar sebesar Rp. 578
lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 490, saham CTRS
yang harga wajarnya sebesar Rp. 970 yang lebih besar dibandingkan
dengan harga aktualnya Rp. 870, dan harga wajar sebesar Rp. 1.683
dengan harga aktual Rp. 660 pada saham GMTD. JRPT dengan harga
wajar sebesar Rp. 680,7 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya
Rp. 440.
Pada tahun 2012 saham CTRP, GMTD dan JRPT memiliki nilai
undervalued sedangkan ke – 6 saham lainnya memiliki nilai overvalued.
Pada saham CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 700 dengan harga
aktual dibawahnya sebesar Rp. 600. Saham GMTD memiliki harga wajar
Rp. 2.488 yang lebih tinggi dibanding harga aktualnya Rp. 660. Saham
JRPT memiliki harga wajar sebesar Rp. 872,4 lebih tinggi dibanding
harga aktualnya sebesar Rp. 620. Saham yang memiliki nilai overvalued
pada tahun ini adalah saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp. 650
sedangkan harga aktualnya sebesar Rp. 1.110, saham CTRA dengan
54
harga wajar sebesar Rp. 604 lebih rendah dibanding harga aktualnya
sebesar Rp. 800. Saham CTRS dengan harga wajar Rp. 1.209 dan harga
aktual Rp. 2.250, LPKR dengan harga wajar Rp. 537 dan harga aktual
yang lebih tinggi sebesar Rp. 1.000, MKPI dengan harga wajar Rp. 1.947
dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 3.900, dan SMRA dengan
harga wajar Rp. 571,2 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 950.
Pada tahun 2013 terdapat 6 saham yang terdiri dari saham BSDE
dengan harga wajar Rp. 1.093 dengan harga aktual Rp. 1.290, GMTD
yang harga wajarnya Rp. 5.662 dan harga aktual sebesar Rp. 8.300, JRPT
memiliki harga wajar Rp. 278,1 dan harga aktual Rp. 800 , LPKR dengan
harga wajar Rp. 875 dan harga aktual Rp. 910, MKPI dengan harga wajar
Rp. 2.884 dan harga aktual Rp. 9.500, dan SMRA yang harga wajarnya
Rp. 460,1 dengan harga aktual Rp. 780 memiliki nilai overvalued.
Sedangkan 3 saham yaitu CTRA dengan harga wajar Rp. 918 dengan
harga aktual Rp. 750 , CTRP dengan harga wajar Rp. 1.060 dengan harga
aktual Rp. 620, dan CTRS dengan harga wajar Rp. 1.797 dengan harga
aktual Rp. 1.310 memiliki nilai undervalued.
Pada tahun 2014 hanya terdapat 2 saham yang memiliki nilai
undervalued yaitu saham CTRP dengan harga aktual sebesar Rp. 845
sedangkan harga seharusnya / harga wajar sebesar Rp. 1.005 dan saham
GMTD dengan harga aktual sebesar Rp. 6.100 sedangkan harga
seharusnya sebesar Rp. 8.302. Saham yang memiliki nilai overvalued
yaitu saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp. 1.272 dan harga
55
aktual Rp 1.805, saham CTRA dengan harga wajar Rp. 953 pada harga
aktual Rp. 1.250, saham CTRS Rp. 1.930 untuk harga wajarnya dan harga
aktualnya Rp. 2.960. Saham JRPT dengan Rp. 294,6 untuk harga wajar
dengan harga aktual Rp. 1.040, saham LPKR dengan harga wajar Rp. 967
pada harga aktual 1.020, saham MKPI dengan harga wajar Rp. 2.884
dengan harga aktual yang sangat tinggi sebesar Rp. 15.300 serta saham
SMRA yang memiliki harga wajar Rp. 525,5 namun memiliki harga
aktual sebesar Rp. 1.520.
Hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price
to book value menunjukkan nilai overvalued untuk periode 2010 – 2014
pada 4 saham yaitu saham BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA. Sedangkan
saham lainnya memiliki hasil penilaian yang berubah – ubah antara
overvalued dan undervalued setiap tahun selama 2010 – 2014. Hanya
saham CTRP saja yang memiliki hasil penilaian undervalued. Penilaian
overvalued terhadap ke – 4 saham ini dapat diartikan bahwa pasar
memberikan harga yang tinggi untuk saham – saham ini dengan harapan
dapat memperoleh return lebih besar baik berupa dividend atau capital
gain. Selain itu penilaian dengan metode price to book value ini berarti
bahwa jumlah ekuitas perusahaan yang sebenarnya dimiliki oleh para
investor dalam bentuk saham nilainya lebih kecil jika dibandingkan
dengan harga ketika membelinya di pasar modal. Penilaian overvalued
ini berarti menunjukkan bahwa harga saham – saham ini (BSDE, LPKR,
MKPI, dan SMRA) cenderung mahal dan sebaiknya tidak dibeli karena