BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - …repository.unika.ac.id/13374/5/12.30.0071 Claudia Eva O....

27
30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama periode penelitian (2010 2014). Berikut ini adalah daftar nama perusahaan serta kode saham yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini dan dilakukan penilaian harga wajar saham masing masing dengan menggunakan metode dividend discount model dan price to book value. Tabel. 4.1. Kode Saham dan Nama Perusahaan No. Kode Saham Nama Perusahaan 1 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. 2 CTRA Ciputra Development Tbk. 3 CTRP Ciputra Property Tbk. 4 CTRS Ciputra Surya Tbk. 5 GMTD Gowa Makassar Tourism D Tbk. 6 JRPT Jaya Real Property Tbk. 7 LPKR Lippo Karawaci Tbk. 8 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk. 9 SMRA Summarecon Agung Tbk. Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015 4.1.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Dividend Discount Model Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend discount model terdapat beberapa tahap perhitungan sebagai berikut :

Transcript of BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN - …repository.unika.ac.id/13374/5/12.30.0071 Claudia Eva O....

30

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara

tunai dan rutin selama periode penelitian (2010 – 2014). Berikut ini adalah

daftar nama perusahaan serta kode saham yang dijadikan sebagai sampel

penelitian ini dan dilakukan penilaian harga wajar saham masing – masing

dengan menggunakan metode dividend discount model dan price to book

value.

Tabel. 4.1. Kode Saham dan Nama Perusahaan

No. Kode Saham Nama Perusahaan

1 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk.

2 CTRA Ciputra Development Tbk.

3 CTRP Ciputra Property Tbk.

4 CTRS Ciputra Surya Tbk.

5 GMTD Gowa Makassar Tourism D Tbk.

6 JRPT Jaya Real Property Tbk.

7 LPKR Lippo Karawaci Tbk.

8 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk.

9 SMRA Summarecon Agung Tbk.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

4.1.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Dividend Discount Model

Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend

discount model terdapat beberapa tahap perhitungan sebagai berikut :

31

1. Menghitung tingkat pertumbuhan dividen per tahun

Tingkat pertumbuhan dividen sangat diperlukan terkait dengan

penilaian harga wajar saham menggunakan metode dividend discount

model ini. Dengan melakukan perhitungan pertumbuhan dividen maka

dapat diketahui pertumbuhan dividen perusahaan bergerak meningkat atau

menurun yang akan berpengaruh pada estimasi dividen pada tahap

selanjutnya. Berikut ini adalah rumus perhitungan pertumbuhan dividen

setiap tahun(Dewi 2014).

𝑔 = 𝐷𝑛 − 𝐷0

𝐷0

Berikut ini adalah hasil perhitungan pertumbuhan dividen.

Tabel. 4.2.Hasil Perhitungan Pertumbuhan Dividen

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

No Kode

Saham

Pembagian dividen tahun 2010 - 2014 (dalam rupiah per lembar saham)

�̅� 2010 2011 g 2012 g 2013 g 2014 g

1 BSDE 6 15 1.50 15 0.00 15 0.00 15 0.00 0.38

2 CTRA 6 7 0.17 12 0.71 19 0.58 8 -0.58 0.22

3 CTRP 7 8 0.14 16 1.00 21 0.31 6 -0.71 0.19

4 CTRS 13 25 0.92 42 0.68 60 0.43 26 -0.57 0.37

5 GMTD 38 38 0.00 50 0.32 50 0.00 65 0.30 0.15

6 JRPT 33 43 0.30 53 0.23 14 -0.75 - -1.00 -0.30

7 LPKR 4 8 0.80 12 0.52 14 0.19 - -1.00 0.13

8 MKPI 125 150 0.20 165 0.10 410 1.48 224 -0.45 0.33

9 SMRA 10 23 1.30 43 0.87 23 -0.47 - -1.00 0.18

32

2. Menghitung estimasi dividen yang diharapkan

Pada perhitungan ini bertujuan untuk mencari estimasi dividen atau

perkiraan dividen yang diharapkan akan diperoleh dengan data rata – rata

pertumbuhan dividen yang telah dihitung pada tahap perhitungan

pertumbuhan dividen. Berikut ini adalah rumus menghitung estimasi

dividen yang diharapkan (Dewi 2014).

𝐷𝑡 = 𝐷0 (1 + �̅�)

Keterangan :

Dt : dividen yang diestimasi

D0 : dividen tahun sebelumnya

�̅� : rata – rata pertumbuhan dividen

Berikut ini adalah hasil perhitungan estimasi dividen yang diharapkan.

Tabel. 4.3. Hasil Perhitungan Estimasi Dividen yang Diharapkan

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

33

3. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Required Rate of Return)

menggunakan CAPM

Perhitungan tingkat return yang diharapkan pada penilaian harga

wajar saham dengan menggunakan model dividend discount model ini

menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM ini adalah

suatu model yang digunakan untuk menentukan harga – harga aktiva

dalam keadaan ekuilibrium.Pada keadaan ekuilibrium, pasar yang

kompetitif memiliki harga keseimbangan yang ditentukan oleh tawaran

yang tersedia dan permintaan agregat.

Harga keseimbangan menjadi penting karena mencerminkan

konsensus bersama antara semua partisipan pasar tentang nilai dari aktiva

tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Berikut ini adalah rumus

menghitung tingkat return yang diharapkan dengan menggunakan Capital

Asset Pricing Model(Fahmi 2012).

𝑘 = 𝑅𝑓 + 𝛽(𝑅𝑚 − 𝑅𝑓)

Keterangan :

k : tingkat return yang diharapkan

Rf : risk free rate

Rm : imbal hasil pasar / return market

β : beta saham (indikator risiko sistematis)

Pada perhitungan tingkat return yang diharapkan dengan

menggunakan Capital Asset Pricing Model ini untuk return market yang

dipilih adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan untuk risk free

34

rate yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem bunga. Tingkat

suku bunga yang ada pada Sertifikat Bank Indonesia ditunjukkan oleh BI

rate.

Berikut ini adalah tabel rata – rata risk free rate setiap tahun selama

periode 2010 – 2014.

Tabel. 4.4. Tabel BI Rate Tahun 2010 – 2014

No. Periode BI Rate Rata-rata

1. Januari 2010 6.50

6.50

2. Februari 2010 6.50

3. Maret 2010 6.50

4. April 2010 6.50

5. Mei 2010 6.50

6. Juni 2010 6.50

7. Juli 2010 6.50

8. Agustus 2010 6.50

9. September 2010 6.50

10. Oktober 2010 6.50

11. November 2010 6.50

12. Desember 2010 6.50

13. Januari 2011 6.50

6.58

14. Februari 2011 6.75

15. Maret 2011 6.75

16. April 2011 6.75

17. Mei 2011 6.75

18. Juni 2011 6.75

19. Juli 2011 6.75

20. Agustus 2011 6.75

21. September 2011 6.75

22. Oktober 2011 6.50

23. November 2011 6.00

24. Desember 2011 6.00

35

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

No. Periode BI Rate Rata – rata

25. Januari 2012 6.00 5.77

26. Februari 2012 5.75

27. Maret 2012 5.75

28. April 2012 5.75

29. Mei 2012 5.75

30. Juni 2012 5.75

31. Juli 2012 5.75

32. Agustus 2012 5.75

33. September 2012 5.75

34. Oktober 2012 5.75

35. November 2012 5.75

36. Desember 2012 5.75

37. Januari 2013 5.75 6.48

38. Februari 2013 5.75

39. Maret 2013 5.75

40. April 2013 5.75

41. Mei 2013 5.75

42. Juni 2013 6.00

43. Juli 2013 6.50

44. Agustus 2013 6.50

45. Agustus 2013 7.00

46. September 2013 7.25

47. Oktober 2013 7.25

48. November 2013 7.50

49. Desember 2013 7.50

50. Januari 2014 7.50 7.54

51. Februari 2014 7.50

52. Maret 2014 7.50

53. April 2014 7.50

54. Mei 2014 7.50

55. Juni 2014 7.50

56. Juli 2014 7.50

57. Agustus 2014 7.50

58. September 2014 7.50

59. Oktober 2014 7.50

60. November 2014 7.50

61. November 2014 7.75

62. Desember 2014 7.75

36

Pada perhitungan required rate of return menggunakan CAPM, risk

free rate yang digunakan merupakan rata – rata dari BI rate setiap bulan

selama periode 1 tahun. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat return

yang diharapkan pada setiap saham.

Tabel. 4.5. Hasil Perhitungan Tingkat Return yang Diharapkan

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

BSDE

0.42 0.065 9.8 3.56

2011 0.03 0.0658 16.47 -0.6

2012 0.12 0.0577 6.12 0.43

2013 -0.02 0.0648 16.18 -1.25

2014 0.21 0.0754 7.7 1.09

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

CTRA

0.42 0.065 13.44 5.08

2011 0.03 0.0658 14.65 -0.52

2012 0.12 0.0577 4.95 0.36

2013 -0.02 0.0648 19.37 -1.51

2014 0.21 0.0754 8.53 1.2

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

CTRP

0.42 0.065 11.01 4.17

2011 0.03 0.0658 13.05 -0.46

2012 0.12 0.0577 5.01 0.36

2013 -0.02 0.0648 17.43 -1.35

2014 0.21 0.0754 6.65 0.95

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

CTRS

0.42 0.065 9.76 3.7

2011 0.03 0.0658 8.08 -0.26

2012 0.12 0.0577 5.6 0.4

2013 -0.02 0.0648 12.84 -0.98

2014 0.21 0.0754 6.89 0.98

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

37

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

GMTD

0.42 0.065 -0.052 0.04

2011 0.03 0.0658 1.852 -0.009

2012 0.12 0.0577 0.666 0.098

2013 -0.02 0.0648 0.49 0.024

2014 0.21 0.0754 0.959 0.2

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

JRPT

0.42 0.065 -0.603 -0.16

2011 0.03 0.0658 3 -0.06

2012 0.12 0.0577 1.184 0.13

2013 -0.02 0.0648 3.61 -0.22

2014 0.21 0.0754 0.954 0.2

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

LPKR

0.42 0.065 5.175 1.99

2011 0.03 0.0658 15.41 -0.55

2012 0.12 0.0577 3.1 0.24

2013 -0.02 0.0648 15.11 -1.16

2014 0.21 0.0754 6.92 0.99

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

MKPI

0.42 0.065 0.107 0.105

2011 0.03 0.0658 0.313 0.053

2012 0.12 0.0577 -0.065 0.005

2013 -0.02 0.0648 1.238 -0.036

2014 0.21 0.0754 1.352 0.25

TAHUN KODE

SAHAM Rm Rf Beta k

2010

SMRA

0.42 0.065 10.29 3.9

2011 0.03 0.0658 14.08 -0.504

2012 0.12 0.0577 4.37 0.32

2013 -0.02 0.0648 17.58 -1.36

2014 0.21 0.0754 8.18 1.16

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

38

4. Menghitung harga wajar saham dengan metode dividend discount model.

Dalam menghitung harga wajar saham terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh seperti besarnya dividen, pertumbuhan dividen, serta tingkat

return yang diharapkan. Faktor dividen menjadi penentu utama dalam

perhitungan harga wajar dengan menggunakan metode dividend discount

model, ketika perusahaan tersebut tidak membagikan dividen maka akan

memberikan hasil negatif (-) pada harga wajar sahamnya. Berikut ini

rumus perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan metode

dividend discount model.

𝑉 = 𝐷0(1 + 𝑔)

(𝑘 − 𝑔)

Penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode dividend

discount model ini memiliki asumsi yang harus dipenuhi yaitu required

rate of return (k) adalah lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividen

(g) karena apabila tidak, maka akan memberikan hasil yang berbeda

karena nilai pembaginya akan menjadi negatif (-).

Hasil perhitungan harga wajar saham dengan menggunakan dividend

discount model pada tabel disertai dengan harga aktual yang berlaku di

pasar modal. Harga aktual diperoleh dari harga penutupan setiap akhir

Desember setiap tahun selama periode penelitian yaitu 2010 – 2014. Harga

wajar yang diperoleh dibandingkan dengan harga aktual yang berlaku,

sehingga mendapatkan penilaian undervalued / overvalued untuk setiap

39

saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian harga wajar

saham dengan metode dividend discount model.

40

Tabel 4.6. Tabel Hasil Penilaian Harga Wajar dengan Metode Dividend Discount Model (2010 – 2014)

No. Nama

Saham

2010 2011 2012 2013 2014

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual 1. BSDE Rp 1,94 Rp 900 Rp (34,72) Rp 980 Rp 47,28 Rp 1.110 Rp (16,84) Rp 1.290 Rp 18,44 Rp 1.805

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

2. CTRA Rp 1 Rp 350 Rp (16) Rp 540 Rp 40 Rp 1.000 Rp (16) Rp 750 Rp 8 Rp 1.250

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

3. CTRP Rp 2 Rp 440 Rp (21) Rp 490 Rp 52 Rp 600 Rp (19) Rp 620 Rp 7 Rp 845

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

4. CTRS Rp 4 Rp 690 Rp (131) Rp 870 Rp 143 Rp 2.250 Rp (84) Rp 1.310 Rp 36 Rp 2.960

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

5. GMTD Rp 964 Rp 165 Rp (4.788) Rp 660 Rp 585 Rp 660 Rp 2.325 Rp 8.300 Rp 370 Rp 6.100

Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

6. JRPT Rp( 143) Rp 260 Rp (494) Rp 440 Rp 284 Rp 620 Rp (41) Rp 800 Rp 0 Rp 1.040

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

7. LPKR Rp 2 Rp 680 Rp (16) Rp 660 Rp 54 Rp 1.000 Rp (14) Rp 910 Rp (0.126) Rp 1.020

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

8. MKPI Rp 1.583 Rp 2.800 Rp 3.763 Rp 2.900 Rp 4.095 Rp 3.900 Rp (15.166) Rp 9.500 Rp 1.170 Rp 15.300

Overvalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued

9. SMRA Rp 3 Rp 545 Rp (54) Rp 620 Rp 155 Rp 950 Rp (20) Rp 780 Rp (0.176) Rp 1.520

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

41

Pada penelitian dengan menggunakan metode dividend discount model

memiliki hasil yang cukup jauh antara hasil penilaian harga wajar (V)

dengan harga aktual yang berlaku di pasar modal. Pada tahun 2010 semua

perusahaan memiliki harga wajar yang lebih kecil jika dibandingkan

dengan harga aktualnya sehingga menghasilkan nilai overvalued. Pada

saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, MKPI, SMRA

menunjukkan hasil overvalued.

Pada tahun 2011 terdapat 8 saham sampel mengalami overvalued.

Pada tahun 2011 ini 8 sampel dari saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS,

GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memiliki tingkat return yang

diharapkan negatif yang berarti lebih kecil jika dibandingkan dengan

tingkat pertumbuhan dividen (g). Hanya saham MKPI yang memiliki

tingkat return yang diharapkan positif sehingga nilai intrinsiknya pun

positif dan memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp. 3.763

yang lebih tinggi dari harga aktualnya Rp. 2.900. Pada tahun 2012 nilai

intrinsik saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT, LPKR,

MKPI, dan SMRA menunjukkan hasil yang positif atau tidak negatif

seperti tahun 2011. Namun penilaian harga wajar saham masih mengalami

overvalued untuk saham BSDE, CTRA, CTRP, CTRS, GMTD, JRPT,

LPKR, dan SMRA. Hal ini dapat disebabkan kinerja perusahaan sektor

property dan real estate yang semakin membaik dari segi keuangan serta

mampu memperoleh keuntungan yang meningkat pesat sehingga nilai

intrinsik atau harga wajar ke – 9 saham ini menjadi lebih tinggi dari tahun

42

sebelumnya. Untuk ke – 8 saham yaitu saham BSDE, CTRA, CTRP,

CTRS, GMTD, JRPT, LPKR, dan SMRA memperoleh penilaian

overvalued yang berarti saham – saham ini dianggap memiliki potensi

dapat memberikan return yang lebih tinggi oleh investor. Sedangkan untuk

saham MKPI memiliki penilaian undervalued dengan harga wajar Rp.

4.095 dan harga aktual Rp. 3.900.

Pada tahun 2013 memiliki nilai overvalued pada semua saham namun

terdapat penurunan harga wajar saham pada 8 saham yaitu saham BSDE

yang pada mulanya memiliki nilai wajar sebesar Rp. 47,28 pada tahun

2012 menjadi Rp. (16,84) pada tahun 2013, saham CTRA dari Rp. 40

menjadi Rp. (16) di tahun 2013, saham CTRP dari Rp. 52 menjadi Rp.

(19), saham CTRS dari Rp. 143 menjadi Rp. (84), saham JRPT dari Rp.

284 menjadi Rp. (41), saham LPKR dari Rp. 54 menjadi Rp. 14, serta pada

saham MKPI dan SMRA yang mulanya memiliki harga wajar sebesar Rp.

4.095 dan Rp. 155 pada tahun 2012 menurun menjadi Rp (15.166) dan

Rp. (20) pada tahun 2013. Sedangkan untuk saham GMTD mengalami

kenaikan nilai intrinsik dari Rp. 585 pada tahun 2012 menjadi Rp. 2.325

pada tahun 2013 dan nilai intrinsik saham GMTD merupakan saham yang

masih memiliki harga wajar bernilai positif pada tahun 2013.

Penurunan harga wajar saham atau nilai intrinsik perusahaan ini dapat

disebabkan karena adanya penurunan pembagian dividen oleh perusahaan

seperti pada saham JRPT yang mulanya membagi dividen sebesar Rp. 53

per lembar pada tahun 2012 menjadi Rp. 14 per lembar saham pada tahun

43

2013 dan pada saham SMRA yang membagikan dividen pada tahun 2012

sebesar Rp. 43 per lembar saham menjadi Rp. 23 per lembar saham.

Selain itu juga terdapat 4 saham yang mengalami kenaikan pada

pembagian dividen (dalam hal harga per lembar) namun memiliki

pertumbuhan dividen yang menurun jika dibandingkan pada tahun

sebelumnya (2012). Keempat saham ini adalah saham CTRA, CTRP,

CTRS, dan LPKR. Pada saham CTRA mengalami peningkatan dividen

dari Rp. 12 per lembarnya menjadi Rp. 19 namun mengalami penurunan

pertumbuhan dividen dari 71% menjadi 58%, pada saham CTRP

dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 16 per lembar saham yang

dimiliki investor menjadi Rp. 21 per lembar dan penurunan pada

pertumbuhan dividen dari 100% menjadi 31%. Pada saham CTRS yang

membagikan dividen sebesar Rp. 42 per lembar menjadi Rp. 60 per lembar

saham dan penurunan tingkat pertumbuhan dividen dari 68% menjadi

43%, dan pada saham LPKR dividennya memiliki peningkatan dari Rp. 12

per lembar saham yang dimiliki investor menjadi Rp. 14 per lembar dan

penurunan pada pertumbuhan dividen dari 52% menjadi 19% di tahun

2013.

Sedangkan ketiga saham lain yaitu saham BSDE dan GMTD memiliki

nilai pertumbuhan dividen 0% atau melakukan pembagian dividen dengan

harga per lembar yang sama baik tahun 2012 hingga tahun 2013. Hanya

saham MKPI yang mampu menunjukkan peningkatan baik dari dividen

yang mulanya Rp. 165 menjadi Rp. 410 per lembar saham serta

44

pertumbuhan dividennya dari mulanya pada tahun 2012 hanya mengalami

pertumbuhan sebesar 10% meningkat pesat menjadi 148%.

Pada tahun 2014 semua saham memiliki nilai overvalued yaitu saham

BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp. 18,44 yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 1.805, CTRA memiliki harga

wajar sebesar Rp. 8 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga

aktualnya Rp.1.250, CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 7 yang lebih

kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 845, CTRS memiliki

harga wajar sebesar Rp. 36 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan

harga aktualnya Rp.2.960, GMTD memiliki harga wajar sebesar Rp. 370

yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.6.100, dan

MKPI memiliki harga wajar sebesar Rp. 1.170 yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan harga aktualnya Rp.15.300. Sedangkan untuk saham

JRPT, LPKR, dan SMRA juga memiliki nilai overvalued hal ini terjadi

karena ketiga saham ini tidak membagikan dividen pada tahun 2014

sehingga menghasilkan nilai negatif pada harga wajarnya.

Pada tahun 2014 ini terdapat 6 saham yang mengalami penurunan

pada dividennya. Keenam saham tersebut adalah saham CTRA yang

mengalami penurunan dari 58% menjadi -58%, 31% menjadi -71% pada

saham CTRP, 43% menjadi -57% pada saham CTRS, serta pada saham

JRPT, LPKR, dan SMRA terdapat penurunan -100% atau tidak

membagikan dividen sama sekali. Sedangkan untuk saham BSDE

memiliki nilai dividen yang tetap atau tingkat pertumbuhannya 0% pada

45

tahun 2014 seperti tahun – tahun sebelumnya. Saham GMTD merupakan

saham yang mengalami peningkatan pada pertumbuhan dividennya

menjadi sebesar Rp. 65 per lembar saham jika dibandingkan dengan tahun

2013 dan 2012 yang hanya membagikan dividen Rp. 50 per lembar saham.

Hasil penilaian dengan menggunakan metode dividend discount model

menunjukkan harga wajar masing – masing saham lebih rendah jika

dibandingkan dengan nilai pasarnya atau harga aktual yang berlaku. Hasil

penilaian yang diperoleh adalah overvalued pada setiap periode penelitian

(2010 – 2014) untuk saham - saham yang menerapkan kebijakan membagi

dividen tunai rutin setiap tahunnya seperti saham BSDE, CTRA, CTRP,

CTRS, dan GMTD. Menilai harga wajar saham sektor properti dan real

estate dengan menggunakan perhitungan estimasi future dividend payment

dan pertumbuhan dividen menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham –

saham ini lebih rendah dibanding dengan harga aktualnya ketika

perusahaan tersebut membagikan dividen tunai kepada para investor. Pasar

atau investor menunjukkan permintaan yang ringgi terhadap saham –

saham yang menawarkan keuntungan jangka panjang berupa dividen

sehingga menyebabkan overvalued, namun hal ini menunjukkan bahwa

orientasi investor bukan pada dividen namun pada capital gain dengan

ekspektasi untuk memperoleh return yang tinggi padahal tidak sesuai

dengan nilai intrinsik perusahaan.

Dari sisi yang berbeda, nilai overvalued berarti saham – saham ini

memiliki harga yang mahal dan sebaiknya dilepas atau dijual atau

46

dihindari. Selain itu terdapat kemungkinan adanya penurunan harga aktual

saham dikemudian hari mendekati harga wajarnya. Hal ini dapat

merugikan bagi investor yang mengharapkan capital gain karena

kemampuan perusahaan atau kinerja perusahaan – perusahaan ini masih

jauh berada di bawah harga aktual yang berlaku di pasar namun investor

masih dapat mengharapkan keuntungan berupa dividen yang rutin

dibagikan oleh perusahaan – perusahaan seperti BSDE, CTRA, CTRP,

CTRS, dan GMTD.

47

4.2.Penilaian Harga Wajar Saham dengan Metode Price to Book Value

Pada penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price to

book value ratio terdapat beberapa tahapan perhitungan. Berikut ini adalah

tahapan perhitungan harga wajar saham dengan price to book value ratio.

1. Menghitung nilai buku per lembar saham (book value per share)

Nilai buku per lembar saham adalah nilai seharusnya saham tersebut

dengan cara membagi ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut

dengan jumlah saham yang beredar.

𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Berikut ini adalah hasil perhitungan book value per share setiap

perusahaan selama periode 2010 – 2014.

Tabel. 4.7. Hasil Perhitungan Book Value Per Share Setiap

Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

48

2. Menghitung price to book value ratio

Setelah mengetahui book value per share, maka diperlukan harga

pasar saham. Harga pasar saham adalah harga aktual / harga yang berlaku

di pasar modal pada periode tersebut, harga pasar yang digunakan adalah

harga penutupan. Harga pasar setiap saham kemudian dibagi dengan book

value per share masing – masing saham untuk memperoleh hasil berupa

rasio price to book value masing – masing saham setiap tahunnya.

Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio price to book value masing

– masing saham periode 2010 – 2014.

Tabel. 4.8. Hasil Perhitungan Price to Book Value Per Share Setiap

Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

49

3. Melakukan perhitungan nilai intrinsik saham dengan price to book value

Pada tahap ini rasio price to book value yang telah diperoleh dari

masing – masing saham diubah menjadi suatu nilai dalam bentuk rupiah

yang merupakan nilai intrinsik masing – masing saham. Berikut ini adalah

rumus yang digunakan dalam mengubah rasio menjadi nilai intrinsik.

V = rasio 𝑃𝐵𝑉 median industri X 𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Dalam menghitung nilai intrinsik dengan melakukan konversi rasio ke

dalam bentuk rupiah, dapat dilakukan dengan menggunakan rata – rata

rasio PBV industri atau menggunakan median rasio PBV industri.

Penggunaan rata – rata memang lebih sering digunakan dalam melakukan

konversi rasio PBV, namun penggunaan rata – rata pada PBV memiliki

kelemahan karena sangat peka terhadap angka – angka ekstrim sehingga

kurang representatif. Sedangkan untuk penggunaan median memiliki

keunggulan yaitu tidak terpengaruh oleh angka – angka ekstrim yang ada

pada data. Maka pada penelitian ini yang digunakan untuk

mengkonversikan rasio price to book value ke dalam rupiah adalah

median (nilai tengah) dari rasio price to book value industri property, real

estate dan building construction. Nilai tengah rasio price to book value

industri property, real estate dan building constructiondigunakan sebagai

patokan yang lebih adil karena bila menggunakan rata – rata rasio price to

book value industri property, real estate dan building constructionakan

terdapat kesenjangan setiap rasio PBV setiap saham yang begitu besar.

50

Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai intrinsik saham dengan

menggunakan price to book value yang kemudian dibandingkan dengan

harga pasar saham untuk menilai kewajaran harga saham.

51

Tabel. 4.9. Hasil Perhitungan Harga Wajar Saham menggunakan Price to Book Value Per Share Setiap

Perusahaan Sampel Periode 2010 – 2014

No. Nama

Saham

2010 2011 2012 2013 2014

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

V Harga

Aktual

1. BSDE Rp 276,88 Rp 900 Rp 465 Rp 980 Rp 650 Rp 1.110 Rp 1.093 Rp 1.290 Rp 1.272 Rp 1.805

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

2. CTRA Rp 377,77 Rp 350 Rp 497 Rp 540 Rp 604 Rp 800 Rp 918 Rp 750 Rp 953 Rp 1.250

Undervalued Overvalued Overvalued Undervalued Overvalued

3. CTRP Rp 457,73 Rp 440 Rp 578 Rp 490 Rp 700 Rp 600 Rp 1.060 Rp 620 Rp 1.005 Rp 845

Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued Undervalued

4. CTRS Rp 673,11 Rp 690 Rp 970 Rp 870 Rp 1.209 Rp 2.250 Rp 1.797 Rp 1.310 Rp 1.930 Rp 2.960

Overvalued Undervalued Overvalued Undervalued Overvalued

5. GMTD Rp 997,55 Rp 165 Rp 1.683 Rp 660 Rp 2.488 Rp 660 Rp 5.662 Rp 8.300 Rp 8.302 Rp 6.100

Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Undervalued

6. JRPT Rp 466,9 Rp 260 Rp 680,7 Rp 440 Rp 872,4 Rp 620 Rp 278,1 Rp 800 Rp 294,6 Rp 1.040

Undervalued Undervalued Undervalued Overvalued Overvalued

7. LPKR Rp 298,77 Rp 680 Rp 402 Rp 660 Rp 537 Rp 1.000 Rp 875 Rp 910 Rp 967 Rp 1.020

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

8. MKPI Rp 1.069,95 Rp 2.800 Rp 1.546 Rp 2.900 Rp 1.947 Rp 3.900 Rp 2.884 Rp 9.500 Rp 2.884 Rp 15.300

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

9. SMRA Rp 248 Rp 545 Rp 355 Rp 620 Rp 571,2 Rp 950 Rp 460,1 Rp 780 Rp 525,5 Rp 1.520

Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued

52

Pada hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode

price to book value terdapat beberapa saham yang mengalami overvalued

selama periode tahun 2010 – 2014 seperti saham BSDE, LPKR, MKPI,

dan SMRA. Sedangkan pada saham CTRP menunjukkan nilai undervalued

di setiap tahun selama 2010 – 2014. Saham yang lain seperti CTRA,

CTRS, GMTD dan JRPT memiliki hasil penilaian harga wajar yang

berbeda - beda setiap tahunnya.

Pada tahun 2010 terdapat 5 saham yang memiliki nilai overvalued

yaitu saham BSDE, CTRS, LPKR, MKPI, dan SMRA. Pada saham BSDE

memiliki harga wajar sebesar Rp. 276,8 yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 900. Saham CTRS

memiliki harga wajar sebesar Rp. 673,1 yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 690. Saham LPKR

memiliki harga wajar sebesar Rp. 298,7 yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 680. MKPI memiliki harga

wajar sebesar Rp. 1.069 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan

harga aktual sebesar Rp. 2.800. SMRA memiliki harga wajar sebesar Rp.

248 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp.

545. Untuk keempat saham lainnya yaitu saham CTRA, CTRP, GMTD,

dan JRPT memiliki nilai undervalued.

Pada tahun 2011 terdapat 5 saham yang memiliki hasil penilaian

overvalued terdiri dari saham BSDE memiliki harga wajar sebesar Rp.

465 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp.

53

980, CTRA memiliki harga wajar sebesar Rp. 497 yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan harga aktual sebesar Rp. 540, LPKR memiliki harga

wajar sebesar Rp. 402 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga

aktual sebesar Rp. 660, MKPI yang memiliki harga wajar sebesar Rp.

1.546 dengan harga aktualnya mencapai Rp. 2.900, dan SMRA dengan

harga wajar Rp. 355 sedangkan harga yang berlaku di pasar modal adalah

Rp. 620. Sedangkan 4 saham lainnya memiliki hasil penilaian

undervalued terdiri dari saham CTRP dengan harga wajar sebesar Rp. 578

lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya Rp. 490, saham CTRS

yang harga wajarnya sebesar Rp. 970 yang lebih besar dibandingkan

dengan harga aktualnya Rp. 870, dan harga wajar sebesar Rp. 1.683

dengan harga aktual Rp. 660 pada saham GMTD. JRPT dengan harga

wajar sebesar Rp. 680,7 lebih besar dibandingkan dengan harga aktualnya

Rp. 440.

Pada tahun 2012 saham CTRP, GMTD dan JRPT memiliki nilai

undervalued sedangkan ke – 6 saham lainnya memiliki nilai overvalued.

Pada saham CTRP memiliki harga wajar sebesar Rp. 700 dengan harga

aktual dibawahnya sebesar Rp. 600. Saham GMTD memiliki harga wajar

Rp. 2.488 yang lebih tinggi dibanding harga aktualnya Rp. 660. Saham

JRPT memiliki harga wajar sebesar Rp. 872,4 lebih tinggi dibanding

harga aktualnya sebesar Rp. 620. Saham yang memiliki nilai overvalued

pada tahun ini adalah saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp. 650

sedangkan harga aktualnya sebesar Rp. 1.110, saham CTRA dengan

54

harga wajar sebesar Rp. 604 lebih rendah dibanding harga aktualnya

sebesar Rp. 800. Saham CTRS dengan harga wajar Rp. 1.209 dan harga

aktual Rp. 2.250, LPKR dengan harga wajar Rp. 537 dan harga aktual

yang lebih tinggi sebesar Rp. 1.000, MKPI dengan harga wajar Rp. 1.947

dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 3.900, dan SMRA dengan

harga wajar Rp. 571,2 dan harga aktual yang lebih tinggi sebesar Rp. 950.

Pada tahun 2013 terdapat 6 saham yang terdiri dari saham BSDE

dengan harga wajar Rp. 1.093 dengan harga aktual Rp. 1.290, GMTD

yang harga wajarnya Rp. 5.662 dan harga aktual sebesar Rp. 8.300, JRPT

memiliki harga wajar Rp. 278,1 dan harga aktual Rp. 800 , LPKR dengan

harga wajar Rp. 875 dan harga aktual Rp. 910, MKPI dengan harga wajar

Rp. 2.884 dan harga aktual Rp. 9.500, dan SMRA yang harga wajarnya

Rp. 460,1 dengan harga aktual Rp. 780 memiliki nilai overvalued.

Sedangkan 3 saham yaitu CTRA dengan harga wajar Rp. 918 dengan

harga aktual Rp. 750 , CTRP dengan harga wajar Rp. 1.060 dengan harga

aktual Rp. 620, dan CTRS dengan harga wajar Rp. 1.797 dengan harga

aktual Rp. 1.310 memiliki nilai undervalued.

Pada tahun 2014 hanya terdapat 2 saham yang memiliki nilai

undervalued yaitu saham CTRP dengan harga aktual sebesar Rp. 845

sedangkan harga seharusnya / harga wajar sebesar Rp. 1.005 dan saham

GMTD dengan harga aktual sebesar Rp. 6.100 sedangkan harga

seharusnya sebesar Rp. 8.302. Saham yang memiliki nilai overvalued

yaitu saham BSDE dengan harga wajar sebesar Rp. 1.272 dan harga

55

aktual Rp 1.805, saham CTRA dengan harga wajar Rp. 953 pada harga

aktual Rp. 1.250, saham CTRS Rp. 1.930 untuk harga wajarnya dan harga

aktualnya Rp. 2.960. Saham JRPT dengan Rp. 294,6 untuk harga wajar

dengan harga aktual Rp. 1.040, saham LPKR dengan harga wajar Rp. 967

pada harga aktual 1.020, saham MKPI dengan harga wajar Rp. 2.884

dengan harga aktual yang sangat tinggi sebesar Rp. 15.300 serta saham

SMRA yang memiliki harga wajar Rp. 525,5 namun memiliki harga

aktual sebesar Rp. 1.520.

Hasil penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode price

to book value menunjukkan nilai overvalued untuk periode 2010 – 2014

pada 4 saham yaitu saham BSDE, LPKR, MKPI, dan SMRA. Sedangkan

saham lainnya memiliki hasil penilaian yang berubah – ubah antara

overvalued dan undervalued setiap tahun selama 2010 – 2014. Hanya

saham CTRP saja yang memiliki hasil penilaian undervalued. Penilaian

overvalued terhadap ke – 4 saham ini dapat diartikan bahwa pasar

memberikan harga yang tinggi untuk saham – saham ini dengan harapan

dapat memperoleh return lebih besar baik berupa dividend atau capital

gain. Selain itu penilaian dengan metode price to book value ini berarti

bahwa jumlah ekuitas perusahaan yang sebenarnya dimiliki oleh para

investor dalam bentuk saham nilainya lebih kecil jika dibandingkan

dengan harga ketika membelinya di pasar modal. Penilaian overvalued

ini berarti menunjukkan bahwa harga saham – saham ini (BSDE, LPKR,

MKPI, dan SMRA) cenderung mahal dan sebaiknya tidak dibeli karena

56

nilai intrinsiknya atau nilai sebenarnya yang ada pada perusahaan –

perusahaan ini lebih rendah.