BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

18
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 . Analisis Data Iklan Tri Indie+ diperankan oleh anak-anak pada sebagian besar scene nya. Dalam keseluruhan tampilan yang diperankan oleh anak-anak yang membicarakan kehidupan orang dewasa inilah yang menjadi data dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan analisa semiotika roland barthes. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil semua scene, namun hanya beberapa scene dengan narasi iklan yang peneliti anggap sebagai data yang relevan yang menunjukkan representasi eksploitasi anak. Untuk mempermudah penelitian ini, berikut beberapa scene dari peran anak-anak yang dapat diteliti secara Semiotika menggunakan pemaknaan denotasi, konotasi juga mitos sesuai dengan semiotika Roland Barthes. 4.1.1. Deskripsi scene dengan narasi “tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting” Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan MS Anak perempuan yang sedang bermain kertas berbentuk burung berwarna kuning MS Close up endorser iklan anak perempuan dengan narasi tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting dan memperlihatkan ekspresi datar

Transcript of BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 . Analisis Data

Iklan Tri Indie+ diperankan oleh anak-anak pada sebagian besar scene nya. Dalam

keseluruhan tampilan yang diperankan oleh anak-anak yang membicarakan kehidupan orang

dewasa inilah yang menjadi data dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan analisa

semiotika roland barthes.

Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil semua scene, namun hanya beberapa

scene dengan narasi iklan yang peneliti anggap sebagai data yang relevan yang menunjukkan

representasi eksploitasi anak. Untuk mempermudah penelitian ini, berikut beberapa scene

dari peran anak-anak yang dapat diteliti secara Semiotika menggunakan pemaknaan denotasi,

konotasi juga mitos sesuai dengan semiotika Roland Barthes.

4.1.1. Deskripsi scene dengan narasi “tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting”

Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

MS

Anak perempuan

yang sedang

bermain kertas

berbentuk burung

berwarna kuning

MS

Close up endorser

iklan anak

perempuan dengan

narasi tapi ngerjain

kerjaan yang kurang

penting dan

memperlihatkan

ekspresi datar

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

Shot ini memperlihatkan penggunaan anak kecil sebagai endorser iklan

3indie+ yaitu seorang anak perempuan yang sedang bermain mainan burung

yang terbuat dari kertas berwarna kuning dan memperlihatkan ekspresi datar

dengan narasi tapi ngerjain kerjaan yang kurang penting. Makna denotasi yang

terdapat di dalam scene ini adalah sebuah scene dimana seorang anak

perempuan yang sedang bermain sambil menceritakan kegiatan orang

dewasa. Pesan denotasi di atas disebut pesan tanpa kode yaitu pesan yang

sampai pada penonton tanpa melakukan penafsiran

b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi yang

tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan utama

ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes (2010:7)

dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga pendekatan

sudah bisa memunculkan konotasi.

1. Trick Effect

Trick effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-

teknik visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar

diambil dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini

memperlihatkan anak perempuan berkuncir dua sedang memainkan

mainan burung kertas berwarna kuning. Shot ini memiliki makna bahwa

anak tersebut adalah anak yang polos dengan mainan yang terbuat dari

kertas menandakan bahwa mainan itu mainan yang sederhana,

permainan yang apa adanya gambaran anak kecil pada umunya.

Shot kedua ditampilkan secara medium shot dikarenakan mulai

memfokuskan antara narasi dengan ekspresi wajah datar atau kepolosan

yang diperlihatkan oleh anak tersebut.

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

tubuh. Munculnya ekspresi wajah datar yang diperlihatkan anak tersebut

memiliki makna tersembunyi bahwa anak tersebut tidak begitu suka

dengan yang dibicarakannya.

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya rambut yang dikuncir dua menandakan anak kecil yang

polos, permainan burung yang terbuat dari kertas menandakan mainan

sederhana karena hanya terbuat dari kertas, kemudian ekspresi wajah

datar anak menunjukkan kepolosan.

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Dalam scene anak perempuan ini bisa peneliti katakan

bahwa kegiatan ini dilakukan pada siang hari dimana umumnya waktu

bermain anak. Bisa dilihat dari teknik pencahayaan yang tidak

menggunakan lighting karena melakukan shot di luar ruangan.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa sekuen ini terjadi pada siang hari. Iklan provider 3

indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser memanfaatkan

anak-anak tersebut untuk menceritakan kegiatan orang dewasa.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

jelas bahwa kepolosan seorang anak tidak sepatutnya dijejali perkataan

yang kurang pantas karena narasi “ngerjain kerjaan yang kurang

penting” bukan perkataan yang umumnya dikatakan oleh anak-anak,

karena pembuat iklan 3indie+ memanipulasi kata-kata orang dewasa

yang di sampaikan kepada khalayak melalui anak-anak.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah anak memang banyak dijadikan endorser dibanyak iklan dimedia televisi

namun menggunakan anak untuk dimanfaatkan kepolosannya hanya untuk

keuntungan iklan tersebut sangat tidak dianjurkan. Karena akan

mempengaruhi pertumbuhan psikologi anak tersebut, hal ini jelas membuktikan

bahwa adanya unsur eksploitasi anak, eksploitasi anak sendiri diartikan sebagai

sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang

dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Memaksa anak untuk melakukan

sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial ataupun politik tanpa memperhatikan

hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan

fisik, psikis & status sosialnya (Suharto, 2005).

4.1.2. Deskripsi scene dengan narasi “bawain laptop, beres-beres kertas”

Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

MS

Close up anak laki-

laki dengan ekspresi

wajah datar dan

tatapan sayu dan

menggaruk leher

LS

Sebuah ruangan

tertutup dengan

kursi berjajar

mengelilingi meja.

Audio suara anak

perempuan dengan

narasi “beres-beres

kertas”

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

Shot ini memperlihatkan penggunaan anak-anak kecil sebagai endorser

yaitu seorang anak laki-laki dengan ekspresi wajah datar dan tatapan sayu

dan menggaruk leher diteruskan dengan shot sebuah ruangan tertutup

dengan kursi berjajar mengelilingi meja dengan audio anak perempuan.

Makna denotasi yang terdapat di dalam scene ini adalah sautan anak laki-

laki dan perempuan yang membicarakan kegiatan atau pekerjaan

yang akan dilakukan ketika dewasa nanti.

b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak

sesederhana pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada

makna konotasi yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur

konotasi barthes untuk menganalisis yaitu trick effect, pose, object,

photogenia, aestheticism, dan sintax. Enam langkah tersebut dapat

dipandang sebagai pertimbangan utama ketika orang membaca bahasa

gambar tersebut. Menurut Barthes (2010:7) dalam Image, Music, Text

dengan menggunakan minimal tiga pendekatan sudah bisa memunculkan

konotasi.

1. Trick Effect

Trick effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil

dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini memperlihatkan anak

yang sedang menggaruk leher dengan tatapan sayu dan ekspresi wajah

datar seperti berat memikirkan pekerjaan yang akan dilakukan ketika

dewasa kelak menjadi tukang bawa laptop.

Shot kedua ditampilkan secara medium shot dengan menampilkan sebuah

ruangan tertutup dengan komposisi kursi berjajar mengelilingi meja besar

yang bisa diartikan sebagai ruang rapat sebuah perusahaan dengan diiringi

suara anak perempuan “beres-bers kertas”.

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

tubuh. Munculnya ekspresi wajah datar yang diperlihatkan anak tersebut

memiliki makna tersembunyi bahwa anak tersebut tidak siap atau ragu

membayangkan kegiatan yang akan dilakukannya ketika dewasa kelak

karena menjadi seorang pesuruh dengan melakukan aktifitas

membawakan laptop.

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya anak laki-laki sedang menggaruk leher, ekspresi wajah

datar dan tatapan sayu, ruangan rapat yang kosong.

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Dalam scene anak laki-laki dan ruangan rapat tersebut

bisa peneliti katakan bahwa kegiatan ini dilakukan pada siang hari

didalam ruangan terlihat dari jendela yang memperlihatkan adanya

cahaya dari luar.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa sekuen ini terjadi pada siang hari. Iklan provider

3indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser memberi

gambaran yang kurang baik tentang kegiatan bekerja yang akan

dilakukan anak-anak tersebut ketika dewasa nanti.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

jelas bahwa kepolosan seorang anak tidak sepatutnya dijejali perkataan

yang kurang pantas karena narasi “bawain laptop dan beres-beres

kertas” dinilai dapat memberi rasa takut untuk menjadi dewasa karena

anak kecil umumnya mempunyai cita-cita untuk menjadi seseorang

yang sukses namun dalam scene diatas memperlihatkan sebagai seorang

suruhan.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah seharusnya seorang anak diperlihatkan atau diajarkan sesuatu yang baik

tentang kegiatan atau cita-cita ketika dewasa kelak supaya tidak takut untuk

menjadi dewasa dengan menjadi seorang suruhan. Hal tersebut sudah jelas

memenuhi unsur eksplotasi karena memanipulasi kegiatan orang dewasa kepada

anak-anak.

4.1.3. Deskripsi scene dengan narasi “gak masalah kerja 15 jam sehari dan tidur cuma

5 jam sehari”

Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

MS

Close up anak laki-

laki dengan

pandangan kebawah

LS

Anak laki-laki yang

bersandar ditembok

sebuah lorong

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

makna denotasi dari scene diatas adalah kegelisahan anak-anak ketika

menyebutkan narasi iklan 3indie+ tentang beratnya bekerja

b. Sistem Penandaan Tahap Kedua ( Konotasi )

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

(2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

1. Trick Effect

Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

medium shot (MS) untuk memperlihatkan ekspresi wajah seorang anak

laki-laki yang memandang kebawah, pengambilan gambar close up wajah

memberikan kesan bahwa sedang merasa lelah, kecewa, gelisah dan lain

sebagainya. Makna shot yang muncul adalah pembuat iklan 3indie+ ingin

memberitahukan kepada penonton tentang kegelisahan hati tentang

banyaknya waktu yang tersita untuk bekerja dengan obyek anak-anak.

shot selanjutnya tidak jauh berbeda dengan yang pertama namun shot

diambil secara long shot (LS) untuk memperlihatkan postur tubuh anak

yang bersandar ditembok dengan kepala menunduk biasa dibaca sebagai

bahasa yang menunjukkan suatu penyesalan, dengan tangan dimasukkan

kedalam saku celana bisa diartikan sebagai keadaan gugup, cemas, bosan

tentang sedikitnya waktu yang mereka miliki untuk beristirahat.

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa

tubuh. Kepala sama-sama menunduk menandakan kegelisahan yang

dirasakan kedua anak tersebut

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya anak laki-laki sedang menunduk dan bersandar pada

tembok sebuah lorong.

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Dalam scene lorong ini, bisa peneliti katakan bahwa

kegiatan ini dilakukan pada malam hari. Bisa dilihat dari teknik

pencahayaan yang kurang dan cenderung gelap.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari

segala aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa scene ini terjadi pada malam hari. Iklan provider

3indie+ yang menggunakan anak-anak sebagai endorser dengan

menceritakan kegiatan orang dewasa memang sangat tidak pantas

karena menceritakan bagaimana kerasnya bekerja dan sedikitnya waktu

beristirahat.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

jelas mengenai kegelisahan anak-anak tentang keadaan bekerja dengan

banyak waktu.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah secara alamiah seorang anak bisa saja menunjukkan ekspresi apa saja

namun tidak dengan membicarakan atau mengetahui permasalahan orang

dewasa yang sulit dan berat. Hal tersebut juga terbukti mengandung unsur

eksploitasi karena memanipulasi kegiatan orang dewasa kepada anak-anak

sehingga akan mengganggu perkembangan psikis anak karena memikirkan

sesuatu yang berat dan belum waktunya.

4.1.4. Deskripsi scene dengan narasi “masalahnya gaji Cuma tahan sampai tanggal 15

dan untung diwarteg bisa makan dulu bayar belakangan”

Scene/

Shot

Visual Deskripsi Adegan

MS

Close up anak laki-

laki disebuah

ruangan selesai

melakukan satu

aktifitas cuci tangan

LS

Sebuah tempat

makan dengan

suasana ramai yang

terdiri dari lapak-

lapak makanan yang

menawarkan aneka

menu

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

makna denotasi dari scene diatas adalah anak-anak yang

membicarakan masalah gaji yang tidak mencukupi dan cara

bagaimana bertahan sampai pada akhir bulan dengan sistem

berhutang di warung makan.

b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua (Konotasi)

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

(2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

1. Trick Effect

Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

medium shot (MS) untuk memperlihatkan ekspresi wajah seorang anak

laki-laki yang membicarakan masalah gaji yang tidak mencukupi sampai

pada waktu datangnya gaji berikutnya, kemudian dilanjutkan dengan Long

shot sebuah tempat dimana terdapak banyak lapak makanan yang

dimaksudkan ketika gaji sudah habis maka cara untuk mempertahankan

hidup adalah makan di warung makanan yang menerima sistem hutang.

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

Seorang anak yang selesai mengerjakan sesuatu kemudian mencuci tangan

dan membicarakan masalah gaji yang tidak cukup seolah anak tersebut

merasakan hal tersebut, apalagi kebutuhan makan harus setiap hari jadi

adanya warung makan yang bisa dihutang itu sangat membantu.

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya anak laki-laki yang selesai mengerjakan sesuatu dan tempat

makan dengan banyak lapak-lapak dalam keadaan ramai.

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Dalam scene anak laki-laki menunjukan siang hari terlihat

dari kaca yang terdapat cahaya dan malam hari terlihat dari teknik

pencahayaan yang kurang dan cenderung gelap.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa scene ini terjadi pada siang hari. Iklan provider 3indie+

yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-anak memang

membenarkan bahwa kebanyakan masalah gaji seorang yang bekerja tidak

pernah cukup sampai akhir bulan belum lagi kebutuhan makan yang harus

dipenuhi setiap hari sampai pada akhirnya melakukan hutang diwarung

makan.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam adegan diatas, sudah tergambarkan secara

jelas mengenai masalah gaji yang tidak sampai akir bulan dan cara

memenuhi kebutuhan makan setiap harinya tanpa harus membayar terlebih

dahulu.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah anak-anak yang memperlihatkan permasalahan gaji dari seorang yang

bekerja dan kebutuhan yang harus dipenuhi menjadikan hutang adalah cara

yang efektiv dilakukan. Hal tersebut juga jelas memenuhi unsur eksploitasi

karena permasalahan pekerjaan, gaji yang tidak mencukupi dan hutang-piutang

bukanlah tataran pemikiran anak, namun itu semua dimanipulasi oleh pembuat

iklan untuk disampaikan kepada khalayak melalui anak-anak.

4.1.5. Deskripsi scene dengan narasi “ pesen kopi secangkir harga 40 ribuan dan kalau

tanggal tua pagi,siang,malam makannya mie instan”

Scene/ Shot Visual Deskripsi Adegan

MS

Dua nak laki-laki

yang sedang

berbincang

disebuah balkon

MS

Seorang anak laki-

laki yang berada

disebuah

minimarket

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

makna denotasi yang muncul dari scene diatas adalah anak-anak yang

memperagakan gaya hidup orang dewasa yang berbeda dengan

keadaan yang sebenarnya.

b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

(2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

1. Trick Effect

Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama, gambar diambil secara

Long Shot (LS) untuk memperliahatkan dua anak yang sedang berbincang

disebuah tempat terbuka dan memesan kopi dengan harga yang mahal

untuk ukuran perkerja dengan gaji pas-pasan karena pada shot kedua yang

diambil dengan Medium Shot (MS) memperlihatkan seorang anak yang

berada disebuah minimarket untuk membeli mie instan.

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

Kedua anak yang sedang berbincang dan seorang anak di sebuah

minimarket.

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya dua anak yang sedang berbincang di sebuah tempat terbuka,

dan seorang anak di sebuah minimarket terlihat dari adanya beberapa

minyak goreng yang berjajar rapi.

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Dalam scene dua anak laki-laki menunjukan disore hari

terlihat dari awan merah yang terlihat dilangit dan waktu tepat untuk

berbincang dan minum kopi adalah pada sore hari.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa scene ini terjadi pada sore dan malam hari. Iklan

provider 3indie+ yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-

anak memeperlihatkan bahwa gaya hidup terkadang tidak sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

jelas mengenai gaya hidup diluar tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, dimana ketika diluar bersama teman-temannya menggunakan

gaya hidup yang terbilang mewah dengan memesan kopi dengan harga

mahal namun ketika dalam keadaan yang sebenarnya memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari hanya dengan mie instan yang terbilang

murah.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah anak-anak yang memperagakan gaya hidup orang dewasa yang tidak

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yang seperti ini merupakan gambaran

dari memaksakan diri dengan tidak mempertimbangkan komposisinya sebagai

orang yang terbilang pas-pasan. Hal tersebut juga terbukti mengandung unsur

eksploitasi karena permasalahan orang dewasa yang dimanipulasi oleh pembuat

iklan untuk khayalak yang di sampaikan melalui anak-anak.

4.1.6. Deskripsi scene dengan narasi “jadi orang gede emang menyenangkan tapi

susah dijalani”

Scene/

Shot

Visual Deskripsi

Adegan

MS

Seorang anak

perempuan

dengan ekspresi

malu dan

menutup

mulutnya dengan

kedua tangannya

MS

Seorang anak

dengan ekspresi

senyum dan

tatapan tajam

a. Sistem Penandaan Tingkat Pertama ( Denotasi )

makna denotasi yang muncul dari scene diatas adalah anak-anak dengan

masing-masing ekspresi untuk memikirkan kembali menjadi seorang

dewasa dengan kegiatan-kegiatan yang akan sulit dijalani.

b. Sistem Penandaan Tingkat Kedua ( Konotasi )

Analisis pada tataran kedua, pesan yang diinterpretasikan tidak sesederhana

pada tataran pertama. Pada analisis tataran kedua ini ada makna konotasi

yang tercipta. Peneliti menggunakan enam prosedur konotasi barthes untuk

menganalisis yaitu trick effect, pose, object, photogenia, aestheticism, dan

sintax. Enam langkah tersebut dapat dipandang sebagai pertimbangan

utama ketika orang membaca bahasa gambar tersebut. Menurut Barthes

(2010:7) dalam Image, Music, Text dengan menggunakan minimal tiga

pendekatan sudah bisa memunculkan konotasi.

1. Trick Effect

Trick Effect merupakan syarat konotasi yang melihat melalui teknik-teknik

visual yang terdapat dalam shot. Pada shot pertama gambar diambil

dengan komposisi medium shot (MS), komposisi ini memperlihatka

ekspresi seorang anak perempuan yang malu sembari menutup mulutnya

dengan kedua tangan, kemudian shot kedua close up anak laki-laki dengan

tatapan tajam dan sedikit senyum keduanya disisipkan kata “THINK

AGAIN”

2. Pose

Ketika berbicara mengenai pose, kita akan teringat kepada objek tubuh.

Pose merupakan komunikasi non verbal yang dilihat melalui bahasa tubuh.

Anak perempuan yang merasa malu dengan menutup mulutnya dengan

kedua tangannya itu bisa diartikan sebagai seorang yang ragu dan anak

laki-laki dengan tatapan tajam dengan sedikit senyum bisa diartikan

sebagai seorang yang memberi pilihan atau penegasan.

3. Object

Object mencakup apa seseorang atau benda tersebut, bagaimana letak

benda, besar kecilnya benda. Ada beberapa objek dalam scene tersebut

diantaranya anak perempuan, anak laki-laki, sisipan tulisan “THINK

AGAIN”

4. Photogenia

Dalam photogenia, sebuah scene bisa ditampilkan secara lebih dramatis

atau romantis. Kedua scene diatas menunjukkan siang hari terlihat dari

scene anak perempuan yang berada diluar ruangan dengan minumannya,

sedangkan scene anak laki-laki pada siang hari namun berada didalam

ruangan terlihat dari kaca yang memantulkan cahaya.

5. Aestheticism

Aestheticism melihat pada keseluruhan makna shot, maka dari itu untuk

menentukan makna shot sesuai syarat aestheticism harus diteliti dari segala

aspek. Cahaya yang ditampilkan pada shot pertama memberikan

interpretasi bahwa scene diatas terjadi pada siang hari. Iklan provider

3indie+ yang menceritakan kegiatan orang dewasa melalui anak-anak

memperlihatkan bahwa keraguan seorang anak untuk menjadi dewasa

ketika membayangkan menjadi seorang yang dewasa tidak semudah yang

dibayangkan. Dapat dilihat juga dari sisipan tulisan “THINK AGAIN”

yang dalam kamus bahasa inggris berartikan berfikir lagi, hal tersebut bisa

dijadikan oleh anak-anak sebagai pertimbangan atau penegasan bahwa

menjadi seorang yang dewasa itu tidak mudah.

6. Sintax

Dari shot yang terdapat dalam scene diatas, sudah tergambarkan secara

jelas bahwa ketimpangan dan keraguan yang dialami oleh anak-anak

ketika membayangkan menjadi seorang dewasa dengan segala sesuatunya

yang rumit dan tidak mudah.

Dari keenam syarat konotasi diatas dapat disimpulkan makna konotasi dari adegan ini

adalah menjadi seorang dewasa memang tidak mudah namun tidak sepantasnya

semua itu diperlihatkan oleh seorang anak karena bisa menimbulkan trauma

untuk menjadi dewasa karena mungkin yang seperti itu akan mereka alami

kelak. Hal tersebut juga jelas mengandung unsur eksploitasi karena pembuat

iklan sama saja memberikan gambaran yang buruk mengenai menjadi seorang

dewasa kepada anak karena semua anak kelak akan tumbuh menjadi seorang

yang dewasa.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa iklan 3indie+ memiliki makna

denotatif, konotatif dan mitos untuk membuktikan adanya unsur eksploitasi anak yang

dilakukan oleh pembuat iklan. Iklan 3indie+ adalah iklan provider yang ditayangkan pada

tahun 2013, iklan ini disutradarai oleh Michael Sewandono dengan konsep permasalahan

akhir bulan para target pasar. Iklan ini dibuat dengan menggunakan pemeran sebanyak

kurang lebih 40 anak-anak dengan gaya satir atau sindiran yang tujuan utamanya adalah

menyindir target utama yaitu para pekerja muda.

Iklan 3 dengan mengusung produk bernama Indie+ menawarkan layanan yang dapat

memberikan kelonggaran pembayaran pulsa dengan sistem kantong pulsa, yaitu pemakaian

pulsa yang dapat dibayarkan ketika sudah ada anggaran untuk beli pulsa dengan sistem

pembayaran yang tidak ditentukan. Ide ini dituangkan dengan slogan “ pakai dulu baru bayar

belakangan” dengan tagline “ 3indie+ untuk kamu yang sudah gede”.

Pada tahun yang sama iklan ini mendapat kecaman keras dari Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI). KPI menganggap iklan ini tidak layak untuk ditayangkan pada sembarang

waktu. Kecaman ini berbuntut pada diberhentikannya penayangan iklan ini sampai sekarang.

Ketentuan yang sudah jelas dalam EPI tersebut tidak diindahkan oleh pihak pembuat

iklan dengan alasan penggunaan anak-anak akan memperkuat tujuan yang akan dilancarkan

dalam iklan sehingga konsekuensinya adalah diberhentikannya tayangan iklan dari televisi1.

Selain melanggar peraturan dari EPI iklan ini diberhentikan penayangannya oleh

himbauan KPI dengan dasar iklan ini memanipulasi perkataan yang bukan tataran anak-anak

dan sangat tidak mendidik. Iklan tersebut dianggap tidak pantas karena menampilkan anak-

anak yang mengomentari persoalan kehidupan orang dewasa yang sangat jelas bahwa itu

bukan pemikiran orisinal seorang anak. Hal itu terbukti dari beberapa scene yang jelas

mengandung unsur eksplotasi anak secara berturut-turut.

1http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31520-peringatan-tertulis-untuk-11-stasiun-tv-perihal-iklan-tri-indie-semua-versi-versi-anak-laki-laki-dan-anak-perempuan diakses 13/02/2014pkl 8:50

Pola pikir yang ditampilkan adalah ketika dewasa seseorang akan memulai

mengerjakan hal-hal yang sebenarnya dirasa kurang penting ketika mendapat pekerjaan yang

tidak sesuai harapan seperti menjadi tukang bawain laptop dan beres-beres kertas, kemudian

kerja keras yang menghabiskan waktu 15 jam sehari, berangkat pagi, pulang malam, tidur

cuma 5 jam. Kadang karena kebijakan finansial perusahaan gajinya pas-pasan, tanggal 15

sudah menipis atau hampir habis, kemudian harus memikirkan kebutuhan makan selanjutnya

dengan berhutang diwarung makanan. Dalam pemikiran anak-anak juga ditanamkan pola

pikir pemborosan yaitu dengan membeli minuman yang mahal namun tidak sesuai keadaan

dan pada akhirnya hanya bisa makan mie instan setiap harinya.

Pada akhir iklan terdapat narasi yang berbunyi “jadi orang gedhe menyenangkan tapi susah

dijalanin – think again”, yang dalam narasi itu bisa menimbulkan pemikiran ketakutan untuk

tumbuh dewasa karena jadi orang gedhe atau orang dewasa itu susah untuk dijalani.

Pemikiran yang dapat menimbulkan ketakutan seperti itu seharusnya tidak layak untuk

dinikmati oleh anak-anak yang dalam sedang dalam masa perkembangan dan belajar