BAB IV ANALISIS - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2011-2-00132-AR Bab 4.pdf · parkir...
Transcript of BAB IV ANALISIS - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/2011-2-00132-AR Bab 4.pdf · parkir...
39
BAB IV
ANALISIS
IV.1 Analisis Tapak dan sistem Bangunan
IV.1.a Analisis Lingkungan
1. Analisis Kondisi Eksisting Tapak dan Sekitarnya
Ada beberapa poin yang dapat dianalisa dari kondisi lingkungan di
sekitar tapak, yaitu :
A. Kegiatan Lingkungan Sekitar
Jenis kegiatan atau peruntukan fungsi bangunan dan sarana yang ada
diatas tapak dan sekitarnya adalah :
Pada tapak : Wisma atlet senayan
Timur : Hotel atlet senayan
Barat : Kantor KONI pusat
Utara : Jalan raya dan kawasan GBK
Selatan : Ruang serbaguna, lap.parkir, dan kantin luar.
Gambar IV.1.1 Kegiatan Sekitar Tapak
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net/
Kawasan GBK
R.serba guna &
parkir
Kantor Koni
Hotel Atlet
Tapak
40
Dari keterangan gambar diatas, dapat diperkirakan bahwa area
yang paling aktif yaitu dari arah barat dan timur atau bangunan Hotel Atlet
dan kantor KONI pusat. Hotel mempunyai tingkat kepadatan yang cukup
tinggi ditambah dengan pertukaran pengguna bangunan karena sifat
penghuninya yang hanya sementara. Kantor KONI yang terletak di bagian
barat tapak mempunyai tingkat kepadatan yang stabil, karena sifat
penghuni yang menetap cukup lama, hanya jamnya saja yang mempunyai
tingkat kepadatan tertentu. Jadi arah utara dan selatan merupakan area
yang dapat melihat langsung kearah wisma atlet, sehingga berdasarkan
tinjauan ini area tersebut penting untuk menonjolkan keistemawaan
bentuk, fungsi, dan fasade bangunan untuk menjadi daya tarik dari wisma
Atlet itu sendiri.
Tabel IV.1.1 Data Bangunan Eksisting Sekitar Tapak
Gambar Keterangan
Kantor koni
Ketinggian yang hanya 4 lantai
saja, bukan penghalang untuk
view dari arah ini ke wisma.
hotel atlet
Hotel atlet terletak di arah timur
dari tapak berpotensi untuk
menghalangi view ke dalam tapak
dan cahaya matahari pada pagi
hari.
Jalan pintu satu senayan
Pada bagian utara terdapat jalan
utama yaitu jalan pitu satu
senayan, dan didepanya lagi ada
area GBK yang masih penuh
dengan pepohonan yang cukup
besar.
41
Kawasan parkir bersama
Dibagian selatan terdapat
kawasan parkir bersama dan
ruang serbaguna, area ini
mempunyai potensi yang baik
untuk view dari arah selatan.
Sumber : Pribadi
B. Kondisi Pencahayaan Pada Bangunan existing
Dari hasil survey langsung ke wisma atlet disenayan menunjukan
bahwa keadaan ruang-ruang kamar yang ada di dalam wisma menunjukan,
bahwa pencahayaan alami ke dalam bangunan sudah cukup.
Gambar IV.1.2 Keadaan Pencahayaan di Wisma
Sumber : pribadi
Keadaan lainya yang menunjukan kurang banyaknya
pencahayaan alami yang masuk kedalam bangunan wisma atlet ini yaitu
pada ruang yang bersifat servis, seperti dapur dan kamar mandi belakang.
Selain itu ruang yang pencahayaan alaminya dirasa sangat kurang yaitu
pada koridor-koridor disetiap lantai. Pada koridor ini pencahayaan harus di
bantu dengan pencahayaan buatan atau lampu baik dari siang hingga
malam hari, karena pencahayaan alami yang masuk kedalam sangat
kurang di area ini.
42
Gambar IV.1.3 Keadaan Koridor
Gambar IV.1.4 Ruang Service
Sumber : Pribadi
Dari gambar diatas terlihat pencahayaan yang kurang pada ruang-
ruang yang disebutkan dan difoto. Pada gambar-gambar diatas diambil
dengan menggunakan cahaya bantuan pada kamera yang berarti
menunjukan kurangnya cahaya pada siang hari diruangan tersebut. Berikut
merupakan standar pencahayaan menurut Pedoman Efisensi energi:
43
Tabel IV.1.2 Standar Pencahayaan Ruang
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Setelah melakukan survey untuk mendapatkan indeks atau tingkat
penerangan alami yang ada pada bangunan wisma atlet di senayan dengan
menggunakan Lux meter didapatkan hasil tersebut
Ruang kamar : 200-250 lux
Koridor : 40-50 lux
Ruang servis : 80-100 lux
Analisis orientasi bangunan ini diperlukan untuk menentukan
arah dan bentuk fasad bangunan untuk membantu merancang bentuk
bangunan sesuai dengan kondisi tapak yang ada.
Kriteria membuat orientasi bangunan adalah sebagai berikut:
Respon terhadap iklim setempat dan lingkungan
Pemandangan yang menarik dan sesuai dengan peruntukan bangunan
Interaksi kegiatan dalam kendaraan dan manusia, baik di dalam dan di
luar tapak
Respon terdahap iklim dengan adanya lokasi proyek ini, khususnya
pencahayaan alami cukup baik dikarenakan sudah menghadap kearah
utara-selatan yang dapat mengurangi pemanasan radiasi matahari secara
langsung.
44
Dalam pemandangan yang cukup baik diorientasikan menghadapa ke
arah kawasan Gelora Bung Karno
Kondisi jalan utama pintu satu senayan yang terdapat dibagian depan
bangunan sehingga bangunan menghadap ke jalan utama tersebut dan
juga sekaligus menghadap ke kawasan Gelora Bung Karno.
Berdasarkan analisis bangunan tersebut maka akan lebih
diutamakan adalah mengorientasikan bangunan dengan iklim setempat,
yaitu memperbanyak masuknya pencahayaan alami sehingga menghemat
penggunaan energi listrik, khususnya pada siang hari.
1. Analisa Terhadap Orientasi Bangunan
Pada bagian ini penulis menjabarkan beberapa model simulasi
untuk orientasi bangunan yang akan diajukan sebagai tahap
perancangan bangunan. Model simulasi berguna untuk mengoptimalkan
efektifitas pencahayaan alami. Alat atau software yang digunakan yaitu
Project Vasari yang membantu menganalisa terhadap arah orientasi
bangunan.
• Bangunan existing
Gambar IV.1.5 Simulasi Pertama
Sumber : Pribadi
45
Pada analisa pertama ini, yang di analisa merupakan bangunan
yang sekarang atau existing. Hasil dari analisa meru[akan diagram bulat
dan batang yang terkait dengan peggunaan listrik, cahaya alami, dan bahan
bakar yaitu sebagai berikut.
Tabel IV.1.3 Keadaan Gedung Pertama
Tabel IV.1.4 Penggunaan Bahan Bakar dan Biayanya
Tabel IV.1.5 Penggunaan Listrik
Tabel IV.1.6 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
46
Tabel IV.1.7 Penggunaan Listrik Perbulan
Sumber : Pribadi
Dari hasil diagram diatas, penjelasan analisa ini dilakukan untuk
jangka waktu satu tahun dan dianalisa perbulan baik mulai dari
pencahayaanya hingga penggunaan energi bahan bakar yang diperlukan.
Pada bangunan existing ini dilihat dari diagram penggunaan energi untuk
pencahayaan (Tabel IV.1.4 ) tidak terlalu besar, yang terbesar merupakan
penggunaan AC mengingat keadaan iklim Indonesia saat iniyang membuat
untuk bangunan dengan fungsi dan letak seperti ini harus menggunaakan
AC. Berikut hasil rangkuman dari tabel-tabel yang ditampilkan :
47
• Penggunaan listrik merupakan yang terbesar dibanding bahan
bakar (untuk genset). (Tabel IV.1.3)
• Penggunaan listrik terbesar yaitu untuk AC 66%, pencahayaan
mencapai 20%, dan sisanya untuk yang lain. (Tabel IV.1.4)
• Material yang mempengaruhi beban pendingin terbesar pada
dinding dan cahaya. (Tabel IV.1.5)
• Penggunaan listrik terbesar pada bulan juli. (Tabel IV.1.5)
• Alternatif 1
Gambar IV.1.6 Simulasi kedua
Sumber : Pribadi
Untuk alternatif desain orientasi bangunan yang pertama ini
penulis memakai contoh orientasi bangunan yang di ajukan oleh sebuah
konsultan kepada pengurus wisma sebagai proposal desain yang baru. Dan
hasil yang didapat yaitu sebagai berikut :
48
Tabel IV.1.8 Keadaan Gedung
Tabel IV.1.9 Penggunaan Bahan Bakar dan Biayanya
Tabel IV.1.10 Penggunaan Listrik
49
Tabel IV.1.11 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
Tabel IV.1.12 Penggunaan Listrik Perbulan
Dari analisa alternatif pertama ini, yang paling mencolok
perbedaanya pada lighting atau penggunaan energi cahaya yang
bertambah, hal ini berarti pencahayaan alami didalam bangunan kurang
dari bangunan existing. Sementara pada diagram yang lain menunjukan
penggunaan listrik berkurang dibanding dengan penggunaan bahan bakar
energy pada bangunan existing. Hal-hal tersebut menunjukan desain ini
cukup mempunyai perbedaan dengan desain bangunan existing. Berikut
hasil rangkuman dari tabel-tabel yang ditampilkan :
50
• Penggunaan listrik 78% merupakan yang terbesar dibanding
bahan bakar (untuk genset). (Tabel IV.1.7)
• Penggunaan listrik terbesar yaitu untuk AC 64%, pencahayaan
mencapai 21%, dan sisanya untuk yang lain. (Tabel IV.1.8)
• Alternatif 2:
Gambar IV.1.7 Simulasi ketiga
Sumber : Pribadi
Pada alternatif kali ini, desain berdasarkan pemikiran penulis.
Disini penulis mencoba mengaplikasikan konsep desain yang dibuat oleh
Heinz Frick tentang pemantulan cahaya alami kedalam bangunan. Desain
ini dipilih karena dilihat dari dua analisa sebelumnya arah bangunan yang
memipih atau memanjang dari timur ke barat lebih efektif dalam mendapat
cahaya alami dan menghindari radiasi matahri tersebut dan bangunan
dibuat tidak satu arah. Analisa yang dihasilkan sebaga berikut :
51
Tabel IV.1.13 Keadaan Gedung
Tabel IV.1.14 Penggunaan Bahan Bakar dan Biayanya
Tabel IV.1.15 Penggunaan Listrik
52
Tabel IV.1.16 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
Tabel IV.1.17 Penggunaan Listrik Perbulan
Dari analisa kali ini hasil yang didapatkan hampir sama dengan
dengan bangunan existing, efektifitas untuk penggunaan lampu yang
berkurang dan memaksimalkan pencahayaan alami ke dalam bangunan
yang tetap terjaga (Tabel IV.1.13). Dari visualisasi juga didapatkan arah
bukaan yang terbaik ada pada arah utara dan selatan bangunan tersebut. .
Berikut hasil rangkuman dari tabel-tabel yang ditampilkan :
• Penggunaan listrik 80% merupakan yang terbesar dibanding
bahan bakar (untuk genset). (Tabel IV.1.12)
53
• Penggunaan listrik terbesar yaitu untuk AC 69%, pencahayaan
mencapai 18%, dan sisanya untuk yang lain. (Tabel IV.1.13)
• Alternatif 4:
Gambar IV.1.8 Simulasi keempat
Pada simulasi yang keempat ini penulis membuat
pengembangan dari analisa alternatif bangunan yang ketiga atau
sebelumnya dengan membuat bentukan atau memiringkan bangunan
kearah selatan, dan hasilnya sebagai berikut :
Tabel IV.1.18 Penggunaan Bahan Bakar dan Biayanya
54
Tabel IV.1.19 Penggunaan Listrik
Tabel IV.1.20 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
Tabel IV.1.18 Penggunaan Listrik Perbulan
Tabel IV.1.21 Penggunaan Listrik Perbulan
55
pada simulasi kali ini data yang dikeluarkan tidaklah jauh
berbeda dengan alternatif keempat, ini menunjukan bahwa bentuk massa
ini tetaplah efektif.
• Alternatif 5:
Gambar IV.1.9 Simulasi kelima
Sumber : Pribadi
Pada simulasi yang kelima ini penulis membuat pengembangan bentuk
dengan menambahkan podium pada bangunan, mengingat ada fungsi penunjang
pada nantinya di bangunan yang baru ini. Berikut hasil dari analisanya :
56
Tabel IV.1.22 Penggunaan Bahan Bakar dan Biayanya
Tabel IV.1.23 Penggunaan Listrik
Tabel IV.1.24 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
57
Pada analisa kali ini terlihat setelah ditambahkan podium pada
bangunan, kebtuhan listrik untuk pencahayaan kembali meningkat dan AC
menurun. Sementara untuk tabel lain hasilnya hampir sama dengan
alternatif keempat.
• Alternatif 6:
Gambar IV.1.10 Simulasi keenam
Sumber : Pribadi
Pada simulasi bentuk massa yang terakhir ini penulis
mengembangkan lagi bentukan dari bentukan-bentukan massa dari awal
dan digabung. Pada massa kali ini bentukan massa secara keseluruhuan
dibuat mempunyai dua arah yang berbeda dan tidak lurus saj. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan pengoptimalan pencahayaan alami
dengan memberikan dua orientasi. Berikut merupakan hasil analisanya :
Tabel IV.1.25Penggunaan Bahan Bakar dan listrik
58
Tabel IV.1.26 Radiasi Panas yang Ditimbulkan Oleh Material
Pada massa yang terakhir ini setelah melakukan perubahan pada
bentuk podiumnya, hasil analisa yang keluar kembali berubah pada energy
yang dikeluarkan untuk pencahayaanya (Tabel IV.1.24). Hal tersebut
menunjukan bahwa massa yang dibuat mempunya dua orientasi ini
mempunyai pengaruh terhadap pencahayaa ke bangunan.
Berikut merupakan tabel rangkuman dari keenam modeling yang
dilakukan :
Tabel IV.1.27 Perbandingan Energi dari Simulasi
Simulasi Listrik Cahaya Ac Peralatan lain
1 80% 20 % 66% 14%
2 78% 21% 64% 15%
3 80% 18% 69% 13%
4 81% 18% 69% 13%
5 79% 20% 66% 14%
6 78% 19% 65% 16%
Pengaruh analisis matahari terhadap bangunan:
- Massa bangunan yang memanjang timur-barat sangat baik untuk
menghindari sinar matahari langsung penyebab panas dalam
bangunan.
- Bukaan menghadap ke selatan atau ke utara baik agar penetrasi sinar
langsung matahari dapat diminimalkan.
59
- Dinding perlu terlindung dari sinar langsung matahari agar tidak
panas. Dinding yang panas akan memindahkan panasnya ke udara di
dalam ruangan. Yang dapat dilakukan diantaranya dengan
menggunakan teritisan, memakai material sebagai isolator panas,
menggunakan pohon untuk memberikan perlindungan alami atau
meletakan ruangan tersier/sekunder pada dinding yang menghadap
barat dan timur.
- Langit-langit diperlukan untuk mencegah panas atap masuk ke
dalam ruang di bawahnya, baik secara radiasi maupun konveksi.
Atap yang panas akan memancarkan radiasi panas ke dalam tubuh
kita, sehingga menyebabkan tidak nyaman. Radiasi ini tidak dapat
dicegah dengan hembusan aliran udara, tetapi dapat dicegah oleh
langit-langit.
- Radiasi tidak-langsung dapat berpengaruh pada fasade atau bagian
bangunan disebabkan oleh awan yang menutupi langit. Oleh karena
itu, seluruh dinding bangunan sedapat mungkin terlindung.
Dari hasil rangkuman tabel diatas didapatkan bentukan massa orientasi
yang terakhir atau simulasi keenam merupakan yang cukup efektif. Maka
penulis memilih menggunakan bentukan massa dan orientasi no.6 . Untuk
penggunaan energi dan cahayanya dapat diminimalisir lagi dengan konsep
desain pencahayaan dan pengudaraan yang akan dibahas pada analisis
berikutnya.
C. Analisis Terhadap Angin dan Suhu
Berikut ini adalah tabel rata-rata cuaca menurut bulan di stasiun
pengamatan di Jakarta tahun 2009:
Tabel IV.1.28 Rata-rata Cuaca Menurut Bulan di Jakarta, 2009
Bulan Tekanan Udara (mbs)
Arah Angin (point)
Kecepatan Angin (m/s)
Penyinaran Matahari
(%) Januari 1 009,9 294 4,8 32 Febuari 1 008,6 254 5,3 32 Maret 1 009,1 270 5,5 65 April 1 009,0 315 4,9 46 Mei 1 008,6 165 3,9 50 Juni 1 009,8 180 5,5 54
60
Juli 1 010,4 180 4,1 66 Agustus 1 010,1 165 4,2 71 September 1 010,4 169 4,3 76 Oktober 1 010,4 248 4,2 62 November 1 008,8 270 4,8 40 Desember 1 009,6 330 3,9 41
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika
Dari tabel diatas dapat diperoleh rata-rata kecepatan angin di
Jakarta sebesar 4,6 m/s. Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk
kenyaman termal, terlebih di daerah panas, seperti halnya di daerah tropis
seperti di Senayan, Jakarta. Pergerakan udara atau angin yang menyapu
permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila
permukaan kulit basah penguapan yang terjadi mengakibatkan terjadinya
pelepasan panas yang lebih besar. Pada suhu udara 25oC, kecepatan angin
0.5 m/detik (cukup untuk membuat nyala api lilin bergelora) membuat
tubuh merasa 2oC lebih dingin. Kecepatan angin 1 m/detik (mengakibatkan
kertas di meja bergetar) membuat tubuh merasa 3oC lebih dingin,
meskipun dlam kenyataan hanya 1.5oC.
Dengan rata-rata kecepatan angin di Jakarta sebesar 4,6 m/s, maka
dapat membuat tubuh merasa 13,8oC lebih dingin, meskipun dalam
kenyataan hanya 6,9 oC. Kecepatan angin yang ada di tapak sudah sangat
baik, dengan adanya pergerakan udara, rata-rata suhu udara pada siang hari
di Jakarta yang mecapai 32.5oC dapat diturunkan hingga 25,6oC yang
masih dalam batas kenyamanan termal. Selain itu pergerakan udara juga
akan membantu pelepasan panas pada tubuh yang mengganggu
kenyamanan akibat kelembapan udara di Jakarta yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, letak gedung sedapat mungkin tegak lurus
terhadap arah angin agar udara dapat masuk ke dalam ruang. Namun
apabila tidak bisa tegak lurus, angin dapat diarahkan masuk ke dalam
bangunan dengan berbagai cara seperti perletakan vegetasi ataupun
penggunaan kanopi.
61
D. Lalu Lintas Sekitar Tapak
Jalan utama dari tapak , di bagian utara mempunyai lebar jalan 26
meter dan mempunyai 2 jalur atau arah jalan. Satu jalur jalan bisa dilewati
2-3 mobil ukuran mobil pribadi (sedan-minibus).
Gambar IV.1.11 Gambar lalu lintas dan akses
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net/
Pada gambar, garis yang berwarna putih merupakan jalan-jalan
utama di daerah senayan, seperti jalan Asia-Afrika di arah barat dan jalan
Sudirman di arah timur yang dilalui oleh angkutan umum dan kendaraan
pribadi, area jalan-jalan utama ini mempunyai tingkat kepadatan yang
cukup tinggi di setiap harinya, karena merupakan jalur utama. Sementara
pada area utara tapak jalan pintu satu senayan relatif lengang karena
merupakan jalan transisi atau alternative saja, dan hanya akan padat bila
ada even-even tertentu saja. Hal yang barusan dipaparkan bisa menjadi
nilai tambah sekitar tapak karena aktivitas disekitar tapak yang relatif
lengang dan kadar polusi yang tidak terlalu tinggi seperti bangunan yang
dekat dengan jalan Asia-Afrika dan jalan Sudirman dan juga memberikan
kemudahan bagi para pejalan kaki untuk melakukan aktifitasnya.
E. Ketinggian Bangunan Sekitar
Ketinggian sekitar bangunan cukup sesuai dengan peraturan yang
di buat oleh dinas tatakota yaitu, bangunan medium-rise. Untuk bangunan
terdekat yang mempunyai tinggi paling dominan yaitu Hotel Atlet yang
bersampingan dengan tapak. Sementara untuk yang agak berjauhan ada
62
Office building Plaza senayan disekitar jalan Asia-Afrika dan untuk
bangunan lainya relative mempunyai ketinggian yang rendah karena
fungsinya hanya mall saja (FX). Hal ini mempunyai indikasi yaitu
bangunan dapat terlihat dengan baik atau tinggi dari arah barat (jalan pintu
senaya) dan arah selatan tapak. Sementara untuk perencanaan lantai bila
dikaitkan dengan keadaan gedung-gedung disekitarnya aatau berkaitan
dengan kearifan lokal maka jumlah lantai yang dibangun sebaiknya tidak
lebih dari 20 lantai.
Gambar IV.1.12 Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net dan Pribadi
2. Analisis View
A. View dari Tapak
Beberapa potensi untuk view dari tapak :
20 LANTAI
4 LANTAI
4 LANTAI
20 LANTAI
4 LANTAI
4 LANTAI
63
• Arah utara tapak merupakan area GBK yang masih dipenuhi oleh
penghijauan pepohonan yang cukup besar dapat menjadi point view atau
penyejuk area sekitar tapak.
• Kearah selatan dari tapak yaitu hanya bangunan yang rendah dan lahan
hijau kosong yang masih belum dipenuhi atau dibangun dengan gedung-
gedung tingkat tinggi. Menurut rencana pembangunan kota akan
dibangun gedung apartment pada area tersebut.
Massa bangunan yang diletakan nanti disesuaikan dengan potensi
view yang ada. View terbaik kearah selatan dan utara bangunan sehingga
menjadi fokus bangunan nantinya juga bentuk tapak yang membuat arah
bangunan memanjang dari timur ke barat. Sementara pada arah timur dan
barat gedungnya dapat menjadi penghalang langsung untuk terkena
radiasi matahari.selain itu pada zoning area, untuk service diletakan pada
arah timur dan barat berdasarkan pertimbangan potensi view. Pada
perancangan nantinya potensi-potensi ini dapat menjadi pertimbangan
dalam penyusunan bangunan massa bangunan bila ingin bagi menjadi dua
massa bangunan atau satu massa bangunan saja.
Gambar IV.1.13 View Sekitar Tapak
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net
KONI
Area GBK
Hotel Atlet
G.Serbaguna
64
Tabel IV.1.29 ViewSekitar Tapak
Gambar Keterangan
Kantor koni
Kekurangan : mengalangi arah
view dari wisma kearah tersebut.
Kelebihan : bangunan KONI yang
mempunyai konsep arsitektur
sendiri.
hotel atlet
Kekurangan : penghalang besar
karena ketinggianya yang
mencapai 20 lantai.
Kelebihan : mempunyai
kelebihan dalam sisi arsitektur.
Jalan pintu satu senayan
Posisi view yang paling baik
karena masih dipenuhi dengan
pepohonan dan bangunan stadion
GBK.
Kawasan parkir bersama
Kekurangan : dibelakang hanya
merupakan lahan kosong dan
bangunan serbaguna.
Kelebihan : view dari tapak lebih
bebas karena tidak ada bangunan
yang tinggi.
Sumber : Pribadi
B. View dalam Tapak
Massa bangunan yang akan dibuat terpisah agar membuat kesan
yang privat dan umunya. View yang akan dibuat pada area umum yaitu
65
plaza untuk area masuk para pejalan kaki dan area privat untuk parkir
kendaraan dan ditengah-tengah bangunan agar dibuat ruang mikro sebagai
penyejuk atau pemantul cahaya matahari ke bangunan sebelahnya.
C. View ke Tapak
Bila melihat analisis terhadap lingkungan yang sebelumnya view
to site yang dominan tentu dari arah utara tapak, atau dari arah jalan
masuk pintu satu senayan. Karena merupakan jalan umum yang dilewati
oleh para pejalan kaki dan kendaraan. Sementara pada arah selatan tidak
dominan karena aktivitas yang melewati jalan tersebut hanya sedikit, dan
pada arah lain tertutup oleh bangunan.
Gambar IV.1.14 Potensi ke Tapak
Tabel IV.1.30 Potensi View ke Tapak
Gambar Keterangan
Dari arah ini bangunan dapat
terlihat dengan baik walau ada
sedkit penghalang dari bangunan
koni dan pepohonan besar yang ada
di depan tapak.
Dari arah ini bangunan terlihat
dengan jelas karena hanya ada
beberapa pohon yang menjadi
penghalangnya.
66
Hampir sama dengan posisi view
sebelumnya, bangunan dapat
terlihat dengan jelas dari arah ini.
Pada arah selatan ini bangunan
juga dapat terlihat dengan jelas,
hanya ada pepohonan yang tidak
terlalu besar menghalanginya.
Sumber : Pribadi
3. Analisis Kebisingan
Kebisingan yang paling besar kemungkinan datang dari arah
jalan utama, yaitu jalan pintu satu senayan yang terletak di arah utara dari
tapak. Perlu diberikan buffer untuk penghalang kebisingan itu sendiri, bisa
dengan pepohonan dan juga bisa dengan ketinggian bangunan. Sementara
dari bangunannya itu sendiri pada lantai satu dibuat sebagai area publik
dan service sehingga perlu dicari solusi juga untuk menahan kebisingan
yang timbul agar tidak sampai ke lantai-lantai diatasnya yang difungsikan
sebagai kamar-kamar atau hunian saja agar tetap tenang keadaanya. Salah
satu cara untuk penahan kebisingan bisa dengan memanfaatkan atau
menggunakan material yang sifatnya tebal atau bisa dipertebal, seperti
dinding.
Gambar IV.1.15 Analisa Kebisingan
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net
Area kebisingan
paling besar
Area kebisingan
tidak terlalu besar
67
Area yang bewarna merah, bisa diberi tumbuhan buffer atau
penghalang dengan design lansekap atau denah pada bangunan di
podiumnya. untuk mengurangi kebisingan yang timbul dari arah tersebut.
4. Analisis Vegetasi
Keadaan vegetasi disekitar tapak sudah mempunyai banyak
pohon besar dan juga berumur, baik yang disisi utara tapak, selatan tapak
ataupun di bagian dalam tapak. Kondisi seperti ini sangatlah membantu
untuk menurunkan suhu dan kadar polusi disekitar tapak. Mungkin yang
kurangnya pada bagian depan atau utara dari tapak masih kurang pohon
yang berfungsi sebaga buffer atau penyaring baik untuk kebisingan atau
untuk polusinya. Dari keadaan ini dapat dilihat mana area yang
vegetasinya akan dipertahankan dan mana yang kemungkinan akan
ditambah vegetasinya.
Gambar IV.1.16Analisa Vegetasi Sekitar Tapak
Sumber : http://tatakota-jakartaku.net
Tabel IV.1.31 Analisa Vegetasi Sekitar Tapak
Pola Penataan Ruang Luar 1
Kelebihan:
- Terdapat ruang hijau yang banyak
sehingga dapat menyejukan dan
mengurangi pemanasan sekitar
Kekurangan:
- Harus terdapat lahan parkir untuk
kendaraan yang terdapat di basement
68
Pola Penataan Ruang Luar 2
Kelebihan:
- Terdapat ruang hijau yang memadai
dan lahan parkir secukupnya untuk
kendaraan bus dari para atlet
Kekurangan:
- Kekurangan lahan parkir yang
mingkin menjadi kendala
Sumber : Pribadi
5. Analisa Sirkulasi Ruang Luar
A. Sirkulasi Manusia dan Kendaraan tidak Bermotor
Keadaan sirkulasi manusia disekitar tapak didominasi dari arah
utara dan selatan. Pada arah utara fasilitas pedestrian yang sudah ada
menjadi nilai tambah untuk akses masuk khusus ke bangunan wisma ini.
Para pejalan kaki bisa diarahkan agar masuk melalui plaza saja sehingga
menjadi area yang aman dan terpusat,
Tabel IV.1.32 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Kelebihan:
Zona hanya berada pada satu area jadi
tidak akan terjadi cross
Kekurangan:
Tidak diberi ruang bebas didalam
tapak dan terbagi menjadi 2
Kelebihan:
Zona hanya berada pada satu area jadi
tidak akan terjadi cross
Kekurangan:
Tidak diberi ruang bebas didalam
tapak dan terbagi menjadi 2
Sumber : Pribadi
69
Pada area masuk pejalan kaki dan pengguna sepeda yang bukan
melalui plaza tetapi diberi fasilitas pedestrian yang cukup untuk
keselamatan dan kenyamanan pengguna maupun pengunjung bangunan,
mengingat hampir semua atlet yang akan berlatih hanya berjalan kaki dari
wisma ini.
Gambar IV.1.17 Standar Kenyamanan Pedestrian
Sumber : Architectural Graphic Standard
B. Sirkulasi kendaraan bermotor
• Mobil ( parkir )
Pintu masuk mobil yang ingin parkir terletak di arah utara dan
untuk keluarnya pada bagian selatan tapak. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kemacetan pada jam pulang kantor walaupun hal tersebut
termasuk jarang terjadi, mengingat jalan pintu satu senayan ini hanya
jalan transisi dari sudirman ke asia-afrika ataupun sebaliknya maka perlu
dibedakan arah masuk dan keluar bagi mobil yang akan berkunjung ke
tapak wisma tersebut.
Tabel IV.1.33 Analisa Sirkulasi Mobil (parkir)
Kelebihan:
Area pergerakan mobil hanya
terjadi disatu arah agar tidak
mengurangi lahan hijau
Kekurangan:
Kemugnkinan parkir akan terasa
kurang.jadi harus diabuat
basement.
parkir
70
• Mobil ( Lobby )
Untuk jalur mobil yang hanya mengantar saja atau sifatnya hanya
sementara diarahkan langsung kepintu keluar di bagian selatan tapak tapi
dibuat perbedaan arah agar tidak terjadi cross pada saat pertemuan
dengan yang masuk dari arah selatan juga.
Tabel IV.1.34 Analisa Sirkulasi Mobil (Lobby)
Kelebihan:
Area pergerakan mobil hanya terjadi
disatu arah saja.
Kekurangan:
Perlu dibuat pembatas agar tidak
terjadi cross
Sumber : Pribadi
• Motor dan Servis
untuk motor intensitas yang masuk kedalam tapak saat ini cukup
dominan mengingat adanya pegawai yang bekerja dan mengurus
bangunan. Jadi agar tidak bentrok dengan arah masuk kendaraan mobil,
parkiran motor untuk masuk dan dan keluarnya hanya diletakan pada
bagian selatan tapak saja atau diarahkan ke parkiran bersama yang sudah
ada. Sementara untuk servis pintu masuk dan keluar arahnya sama
dengan jalur mobil lainya atau yang umum agar tidak tidak banyak
mengorbankan tapak ahanya untuk sirkulasi saja mengingat intensitasnya
yang tidak tinggi.
Tabel IV.1.35 Analisa Sirkulasi Motor dan Servis
Kelebihan:
Area pergerakan hanya satu arah,
yaitu dari arah utara keselatan saja
71
Kekurangan:
Perlu dibuat pembatas agar tidak
terjadi cross dengan mobil yang akan
masuk ke basement
Sumber : Pribadi
6.Analisis Zoning Horizontal
Bangunan atau rencana massa yang dibuat berdasarkan analisa-
analisa sebelumnya. Terdapat area plaza yang berguna bagi para pejalan
kaki dan pengguna sepeda, juga yang bersifat lebih publik. Sementara
pada bangunan itu sendiri hanya dibedakan berdasarkan area yang
digunakan untuk hunian, area bersifat publik, dan area yang bersifat
servis.
Tabel IV.1.36 Analisa Zoning HoriZontal
Pola Penataan Ruang Luar
Kelebihan:
Warna hijau merupakan Area public
dan merah servis dapat dimanfaatkan
sebagai area penghalang sinar
matahari dan kebisingan.
Kekurangan:
Ruang parkir yang harus dipikirkan
luasanya kembali.
Sumber : Pribadi
7. Analisis Zoning vertical
Pada zoning vertical ini, bagian bawah bangunan digunakan
untuk hal-hal yang bersifat publik, seperti kantor cabang olahraga,
resepsionis, mini market, dan pada lantai selanjutnya bisa digunakan untuk
ruang serbaguna untuk pertemuan dan ruang makan bagi para atlet yang
sedang menginap. Sementara pada zoning lantai hunianya,
pembagianyanya berdasarkan lama menginapnya, bila lebih lama
menginapnya atau sedang dalam karanina diletakan pada bagian bawah
dari lantai hunian ini. Sementara untuk area servis diletakan pada arah
timur dan barat tapak atau bangunan.
72
Gambar IV.1.18 Zoning Vertikal pada Tapak
Sumber : Pribadi
8. Analisis Drainase
Kontur pada tapak yang tidak datar di bagian utara atau bagian
depan tapak dapat dimanfaatkan untuk mengalirkan limbah ke riol kota
yang ada di arah utara tapak dan bisa diarahkan ke pengolahan limbah cair
dan pada bersama di arah jembatan semanggi.
Gambar IV.1.19 Analisis drainase
Sumber : Pribadi
Privat (hunian)
Publik
S E R V I S
S E R V I S
73
IV.1.b Analisis Kegiatan dan Sistem Ruang
1. Analisa Pengguna
Pengguna dalam wisma ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu sebagai
berikut :
• Publik (umum)
Publik dalam yang dimaksud dalam hal ini adalah bukan tamu
wisma yang akan menginap. Jadi bisa saja hanya orang atau kelompok
yang hanya akan melakukan survey, atau ke area publik yang bersifat
komersil atau bisa juga keluarga yang akan mengunjungi para atlet yang
sedang menginap di wisma tersebut.
• Tamu wisma
Pada kelompok ini karena bangunan untuk wisma atlet, jadi tamu
wisma ini sebagian besar adalah atlet yang akan menginap dalam wisma
ini. Selain itu untuk kepentingan bisnis bila sedang kosong atau tidak ada
event yang membuat atlet harus menginap diwisma tersebut, kamar-
kamar dapat diiisi oleh para tamu umum atau non atlet. Dan pada
kelompok atletnya pun dibagi menjadi 2 kelompok lagi berdasarkan lama
atau jangka waktu menginapnya yaitu :
• Jangka pendek
• Jangka panjang
Pada pembagian ini dimaksudkan, untuk jangka pendek yaitu
atlet yang hanya akan melakukan pertandingan atau mengikuti event
tertentu saja, sementara yang yang jangka panjang untk para tale tang
sedang ikut pelatnas atau karantina.
• Staff wisma
Pada pembagian staff wisma ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Administrasi
Yaitu staff wisma yang bekerja dalam bagian administrasi,
meliputi yang bekerja dalam kantor pengelolaan ( kontrol ), staff
yang terlibat langsung dengan tamu ( front of house ), dan yang tak
terlibat langsung dengan penghuni ( back of house )
74
Servis
Yaitu seperti koki, pemgurus linen, housekeeping atau yang
membereskan kamar, teknisi, perawatan bangunan ( Building
management ). Beberapa staff seperti roomboy, linen room, dan
housekeeping biasanya mempunyai jalur khusus untuk akses ke
semua lantai seperti lift servis dan ruangan khusus staf yang terpisah
atau zoning untuk area servis yang terpisah dari area untuk tamu
wisma.
Beberapa syarat dan fasilitas yang harus dilmilik oleh wisma terkait
dengan kenyamanan para penghuni untuk menjalankan aktifitasnya :
Memberikan kenyamanan verbal, termal, visual, dan spasial,
Menyediakan ruang yang cukup untuk mewadahi segala aktifitas
dan fasilitas yang dibutuhkan penghuni atau pengunjung,
Memperhatikan persyaratan ruang servis agar berfungsi maksmal,
Memberikan perlindungan dari kondisi iklim dan gangguan
keamanan lainya
Standar seperti ini menunjukan ada sedikit kesamaan antara konsep
wisma dan hotel hanya dibedakan kelasnya saja. Pada kali ini
mungkin desain peletakan ruang wisma sama seperti dengan hotel
bintang 3. Peletakan lobby yang langsung bertemu dengan front of
the house dan front of the house ini bersebelahan pula dengan back of
the house atau office.
2. Analisa Jenis dan Kebutuhan Ruang
Pada analisa jenis dan kebutuhan ruang ini, penyusun merujuk
berdasarkan literatur dan kebutuhan ruang para atlet dan pengunjung
yang bersifat umum.
Berdasarkan hasil analisis dari lapangan dan sumber literatur,
disimpulkan bahwa fasilitas yang diberikan sebagai pelengkap yaitu,
fasilitas kesehatan bagi para atlet dan juga bisa untuk umum. Fasilitas
pertokoan dalam hal ini seperti minimarket untuk atlet dan umum. Selain
itu fasilitas penunjang lainya adalah plaza sebagai meeting point, ATM
Center, kantin, laundry dan kantor yang bersifat public atau sewa.
75
Dari analisis diatas dibuat skema program ruang yang merupakan
rangkuman dari poin-poin yang dianggap penting oleh penyusun dalam
merancang suatu ruang atau fungsi.
Rencana Program Ruang Wisma atlet
Gambar IV.1.20 Program Ruang Wisma
Sumber : Pribadi
Rencana Kegiatan Tamu Wisma atlet
Gambar IV.1.21 Kegiatan Tamu Wisma
Sumber : Pribadi
76
Rencana Kegiatan Staf Wisma atlet
Gambar IV.1.23 Kegiatan Staff Wisma
Sumber : Pribadi
Analisa Kebutuhan Ruang 2 orang/ unit
Tabel IV.1.37 Analisa Kebutuhan Ruang 2orang
No Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Dimensi
1 Kamar Tidur Tempat tidur,
Lemari pakaian,
Meja, & televisi
9m2
2 Kamar mandi Shower & kloset 5m2
3 Balkon 2m2
Skema Program Ruang Kamar Wisma
Gambar IV.1.22 Skema Ruang Kamar Wisma
Sumber : Pribadi
77
Skema Kegiatan Penghuni Ruang Kamar Wisma
Gambar IV.1.23 Skema Kegiatan Penghuni Ruang Kamar Wisma
Sumber : Pribadi
Skema Kegiatan Penghuni di Wisma
Gambar IV.1.24 Skema Kegiatan Penghuni Ruang Kamar Wisma
Sumber : Pribadi
Unit Kegiatan Penghuni Wisma Atlet
Tabel IV.1.37 Analisa Kegiatan Penghuni
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat ruang
K.Tidur Istrahat,
Tidur, Nonton
tv
penghuni Privat, tertutup
R.duduk Ngobrol
bersosialisasi
Penghuni,
pengunjung
Semi publik,
terbuka
78
K.mandi Buang air,
mandi
Penghuni,
pengunjung
Public, tertutup
Plaza/Taman Bersosialisasi,
olah raga
Penghuni,
pengunjung
Public, terbuka
Unit Kegiatan Pengunjung Wisma Atlet
Tabel IV.1.38 Analisa Kegiatan Pengunjung Wisma
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat ruang
Plaza/taman Bersosialisasi,
olah raga
Penghuni,
pengunjung
Publik, terbuka
Faslitas
penunjang
Memenuhi
kebutuhan
Penghuni,
pengunjung
Servis, terbuka
K.mandi Buang air,
mandi
Penghuni,
pengunjung
Public, tertutup
Ruang duduk Bersosialisasi,
berkumpul,
Penghuni,
pengunjung
Public, terbuka
Unit Kegiatan Pengelola Wisma Atlet
Tabel IV.1.39 Analisa Kegiatan Pengelola
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat ruang
Ruang
administrasi dan
keuangan
Urus msalah
admin dan
keuangan
Staff Publik, tertutup
Ruang BM Mengelola Staff Semi privat, tertutup
R.unit pelayanan
utilitas
Mengelola Staff Semi privat, tertutup
R.kepala pengelola
gedung
Mengelola,
diskusi
Staff Semi privat, tertutup
Toilet Buang air, Staff ,
pengunjung
Servis , tertutup
79
Unit Kegiatan Fasilitas Penunjang Wisma Atlet
Tabel IV.1.40 Analisa Unit Kegiatan Fasilitas Penunjang Wisma
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat ruang
Ruang pertemuan Acara formal,
non frimal
Penghuni,
Pengunjung,
pengelola
Publik, tertutup
Ruang
komersil/retail
Jual beli
kebutuhan
sehari-hari
Penghuni,
Pengunjung,
pengelola
Publik, terbuka
Plaza Bersosialisasi,
olah raga
Penghuni,
Pengunjung,
pengelola
Publik, terbuka
Ruang komunal berkumpul,
diskusi
Penghuni,
Pengunjung,
pengelola
Publik, terbuka
Unit Kegiatan Servis Wisma Atlet
Tabel IV.1.41 Analisa Unit Kegiatan Servis Wisma
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat ruang
Pos
keamanan/security
Jaga keamanan
24 jam
Staff
penjaga
Servis, tertutup
Ruang ME dan
Genset
Mekanikal,
elektrikal, dan
genset
Staff Servis, tertutup
Gudang Simpan barang Staff Servis, tertutup
80
3. Analisa Dimensi Ruang
Dari data yang didapat ketika survey jumlah atlet nasional yang
dibutuhkan untuk Sea Games 2011 sebanyak 400 orang. Oleh karena itu
proyek asrama ini akan berkapasitas sekitar 600 orang, dengan
pertimbangan 100 kapasitas bagi pelatih, official, maupun tamu. Hal ini
dimaksudkan agar kebutuhan kamar di wisma atlet ini tidak kekurangan,
maka sengaja dilebihkan dari data yang didapat dari hasil survey terakhir.
Dengan berbagai pertimbangan lingkungan yang telah dibahas pada
bagian analisa sebelumnya , layout kamar ini juga didasari standart dalam
buku Data Arsitek (DA).
Gambar IV.1.25 Skema Kegiatan Penghuni Ruang Kamar Wisma
Sumber : Pribadi
Dari gambar layout kamar tidur diatas didapat kebutuhan luas bagi
2 kamar, 48 m2. Dengan demikian kebutuhan luas bagi 1 kamar yaitu 24
m2. Sementara jumlah kamar yang akan dibuat pada asrama atlet ini untuk
600 orang, dengan kapasitas kamar untuk 2 orang, yaitu 300 kamar.
81
Tabel IV.1.42. Program Ruang Tower
Ruang Standar Sumber Kapasitas Jml Total L Kamar atlet + KM
24m2/kmr DA 2 160 3840
Ruang tumbuhan 48m2 - - 16 768Ruang duduk 20m2 - - 16 320Ruang service 9m2 - - 16 144Ruang linen 7.5m2 - - 16 120
Total 5192Sirkulasi 20 % 1038,4
Total luas tower 6230,4
Hasil tersebut merupakan luasan tower hunian dalam 1 tower.
Dalam 1 tower hunian terdiri dari 16 lantai hunian, dan dalam 1 lantai
ada 10 kamar tidur dan masing-masing satu ruang. Untuk memenuhi
jumlah yang diinginkan maka jumlah tower dibuat menjadi dua tower
yang terpisah, sehingga luasan untuk dua tower yaitu, 12460,8m2.
Luas 1tower pada proyek ini adalah 6230.4 m2, dengan KDB 20%
maka luas yang dibolehkan untuk dibangun hanya 2.178 m2. Namun agar
ruang terbuka hijaunya maksimal maka luas tower sedapat mungkin dibuat
seminim mungkin, yaitu 400m2. Maka jumlah lapis yang dibutuhkan
untuk tower yaitu:
8.294.4 m2 : 400 m2 = 16 lantai hunian (dibulatkan)
Tabel IV.1.43. Program Ruang podium
Nama Standar Sumber Kapasitas Jml Total Lobby
1.5m2/org SB 100 2 300
R.makan atlet
0.85m2/orang SB 250 1 213
Ruang pertemuan
56m2/orang SB 30 2 112
Ruang tamu
48m2 SB 6 1 48
Ruang fisioterapi
48m2 SB 4 1 48
Gym & sauna
400m2 SB 50 1 400
Ruang Sholat
2m2/orang SB 10 2 40
Toilet Umum
3m2/orang SB 5 6 90
82
Minimart
128m2 SB 2 256
Restoran
0.85m2/orang SB 84 1 216
Ruang bongkar muat
4m2 SB 2 8
Kantor pengelola
36m2 SB 2 72
Ruang laundry
30m2 SB 1 30
Pantry
12m2 SB 1 12
Kantor sewa 108m2 - - 3 324AHU 13.5m2 - - 6 81Toko kecil 13m2 - - 2 26Atm center 15m2 - - - 15Gudang
9m2 SB 2 18
Total 2309Sirkulasi 20% 461
Total luas podium 2770.8
2770.8 m2 : 2.178 m2 = 1.2 = 2 (dibulatkan)
Dari hasil tersebut dapat terlihat podium yang dapat dibuat yaitu 2
lantai, tetapi untuk menambah luasan ruang terbuka dan ruang terbuka
hijau maka jumlah lantai podium ditambah 1 lantai lagi, sehingga menjadi
3 lantai, terdiri dari lantai dasar, lantai satu dan dua. Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalisir luasan KDB yang ada di lantai dasar.
Dengan asumsi 7 unit kamar membutuhkan 1 tempat parkir, maka
jumlah tempat parkir yang dibutuhkan oleh asrama ini sebanyak 46 parkir
mobil dari 320 kamar Ditambah tempat parkir untuk pengguna gedung
ruang pertemuan yang 28 parkir engan standar 4m2 1 mobil, ditambah
lagi dengan funfsi kantor sewa yang membutuhkan 4 parkir mobil dengn
standar 100m2 1 parkir., maka ditambah tempat parkir cadangan sebanyak
22 dan 10 parkir servis sehingga jumlah tempat parkir mobil yang
dibutuhkan asrama ini sebanyak 110 tempat parker ditambah dengan 4
parkir bus.
Tabel IV.1.44. Jumlah Parkir
Nama Keterangan Kp L Jml Total L Parkir mobil 2.5x3 7.5 110 825
83
Parkir bus 3.5x12 42 4 168Parkir motor
1x2 2 140 240
Total 1233Sirkulasi 20% 247
Total luas kebutuhan parkir 1480
Apabila ingin dibangun gedung parkir atau basement, maka jumlah
lapis yang dibutuhkan untuk parkir hanya 1 lapis saja dan dapat dibagi
beberapa di atas tapak dan sebagian dimasukan ke basement. Sementara
untuk mengurangi pengerasan yntuk sirkulasi da parkir yang berada di atas
tapak dapat diberikan grass block untuk lantainya sehingga tetap dapat
melakukan penyerapan air.
IV.1.c Analisis Sistem Bangunan
2. Bentuk massa bangunan dan sirkulasinya.
Setiap bentuk dari masa bangunan mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Bentuk bangunan yang dipilih adalah bentuk
kubus atau balok karena bentuk ini disesuaikan dengan kondisi tapak yang
ada dalam proyek ini, yang hampir menyerupai bentuk kubus dan balok.
Tabel IV.1.45 Analisa Bentuk Massa Bangunan
Single Loaded
Kelebihan:
- Lebih hemat energi dikarenakan
mempunyai perncahayaan alami yang
dapat masuk dari dua sisi
Kekurangan :
- Efektifitas ruang yang dibutuhkan
untuk berada didalamnya memerlukan
lahan yang lebih besar
Kelebihan:
- Dari segi estetika yang terdapat
dalam bangunan ini lebih menarik
karena mempunyai kesegaraman antar
bangunan dalam disain yang sama
84
Double Loaded - Pencahayaan alami yang terjadi baik
karena dapat terkena dua sisi
bangunan
Kekurangan:
- Penggunaan material dalam
bangunan cukup banyak dikarenakan
terdapat banyak bangunan yang
tersedia
Pola masa bangunan yang digunakan dalam wisma atlet ini adalah
menggunakan sistem single loaded. Pola ini sesuai dengan konsep yang
cenderung berorientasi kepada pencahayaan alami dari matahari.
Tabel IV.1.46 Analisa Sirkulasi Massa Bangunan
Single Loaded
Kelebihan:
- pencahayaan alami dapat saling
masuk-keluar dari dua sisi
bangunan
Kekurangan:
- efisiensi bangunan dan lahan dari
kebutuhan ruang kurang
mendukung dengan baik karena
memelukan luasan yang lebih
banyak
Double Loaded
Kelebihan:
- efisiensi bangunan dan lahan dari
bangunan ini cukup baik karena
tidak memerlukan lahan yang
cukup besar tetapi dapat
menampung ruang yang banyak
Kekurangan:
- cahaya alami satu sisi saja
85
Pola ruang antara single loaded dan double loaded mempunyai
kelebihan masing-masing. Double loaded lebih unggul mengenai masalah
kebuthuhan luas lahan dan ruangan yang banyak sedangkan single loaded
unggul dalam masalah pencahayaan alami. Untuk itu maka sistem single
loaded yang digunakan dalam proyek ini.
Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi
sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal berguna
untuk menghubungkan ruangan yang masih berada dalam satu level
sedangkan horzontal untuk menghubungkan ruangan antar level.
• Sirkulasi Horizontal
Tabel IV.1.47. Analisa Sirkulasi Horizontal
Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan
Linier
• Menerus
• Bertekuk
• Berpotongan
• Bercabang
• sesuai dengan
bangunan Wisma
Atletdalam hal
efisiensi ruang
• cocok untuk
bangunan yang
mengutamakan
perjalanan
arsitektur
• cocok untuk
bangunan dengan
banyak klasifikasi
ruang
• sesuai dengan
bangunan Wisma
• cenderung
statis
• tidak efisien
pada koridor
wisma atlet
• tidak cocok
dengan bentuk
Wisma
Atletyang
memanjang
• perlunya
penunjuk arah
86
• Berbelok
• Melingkar
Radial
Atletdengan
banyak unit
hunian dan
fasilitas
• cocok untuk
bangunan yang
mengutamakan
perjalanan
arsitektur
• cocok untuk
bangunan
pameran atau
museum
• memusatkan
kegiatan /
orientasi
• mudah untuk
mencapai ke titik
tertentu
yang jelas
• membentuk
suasana yang
patah/terhenti
• Sulit memberi
aksen pada
jenis ruang
• Cocok
diterapkan
pada
bangunan
fungsi ruang
seragam
• Sirkulasi Vertikal
Tabel IV.1.48 Analisa Sirkulasi Vertikal
Jenis
sirkulasi
Kelebihan Kekurangan
Tangga
• tidak menggunakan listrik
• fleksibel dan murah, sesuai
dengan bangunan wisma atlet
• melelahkan bagi
pengguna
87
Eskalator
Lift
Ramp
• dapat dipakai setiap saat
• berguna di saat kebakaran
• fleksibel diletakkan di mana
saja
• perjalanan arsitektur lebih baik
• efisien
• daya angkut yang besar
• tidak melelahkan
• cocok untuk wisma atlet saat
mengangkut perabotan besar ke
lantai atas
• bernilai estetika
• efisien bagi trolley
• butuh listrik dan
space besar, tidak
efisien bagi wisma
atlet
• butuh listrik dan
waktu tunggu
• butuh space besar,
tidak efisien bagi
wisma atlet
Dalam perancangan Wisma Atlet Sewa ini, sirkulasi vertikal yang
digunakan adalah tangga, escalator dan lift. Penggunaan escalator di
anggap lebih ideal mengingat ada beberapa fungsi komersil yang ada di
podium wisma ini. Untuk standar ukuran lift disesuaikan dengan sumber
yaitu neufert. Penggunaan escalator ini hanya pada era podium yang
bersifat public, sementara untuk hunian yang lebih bersifat privat dapat
menggunakan lift. Penggunaan lift dikarenakan bangunan ini merupakan
bangunan medium-rise Sedangkan untuk akses tambahan diberikan ramp
dibeberapa titik saja dengan standar kemiringan 7% untuk manusia dan
untuk basement 30% untuk kendaraan.
88
Gambar IV.1.26. Letak Lift dan Konsep Sistm Lift
Gambar IV.1.27. Pengaruh Tata Letak Lift
Sumber ; system bangunan tinggi
Pada sirkulasi vertikal ini, perlu juga di perhatikan sirkulasi untuk
keadaan darurat. Pada Wisma Atlet ini menggunakan sirkulasi tangga
darurat untuk keadaan darurat seperti kebakaran atau gempa bumi.
Sirkulasi darurat berupa tangga kebakaran dan pintu dimaksudkan untuk
memberikan akses bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat menuju
tempat yang aman dan selamat. Untuk itu pada dinding harus dapat
menahan api sekurang-kurangnya selama 2 jam dan pintu darurat tersebut
harus dapat menahan api sekurang-kurangnya selama 1,5 jam. Jarak pintu
darurat yang diisyaratkan adalah 30 m (bangunan tanpa sprinkler) dan 45
89
m (bangunan dengan sprinkler). Lebar pintu keluar minimum 80 cm,
sedangkan lebar tangga dan koridor minimum adalah 120 cm. semua pintu
membuka kearah dalam kecuali pada lantai dasar yang membuka ke arah
luar.
Gambar IV.1.28. Tangga Darurat
Sumber : system bangunan tinggi
3. Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya
masa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak
bangunan seperti gempa bumi, bencana angin, faktor biologis (hewan
perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
• Sub Structure (Struktur bawah)
Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang
bekerja dari atas kebawah.
Tabel IV.1.49 Analisa Jenis Pondasi
Jenis Pondasi Kelebihan KekuranganTiang Pancang • waktu pelaksanaan cepat
• cocok untuk menahan
beban vertikal
• memerlukan banyak
sambungan dan
ketelitian yang tinggi,
kurang ekonomis bagi
wisma atlet tapi bagi
hotel ekonomis
• menimbulkan bising
dan getaran
90
Bored Pile • pemasangan tidak
berdampak buruk bagi
lingkungan, cocok dengan
konsep wisma atlet
• memiliki kekuatan yang
cukup untuk bangunan
bertingkat tinggi
• cocok untuk segala jenis
tanah
• waktu pelaksanaan
lebih lama
• jika kadar air tinggi
pengecoran akan
beresiko
Pondasi Rakit • tahan gempa
• ruang pada pondasi dapat
difungsikan sebagai
asement/efisiensi lahan
• kedalaman sebesar
volume yang dipindahkan
• boros dalam pemakaian
bahan, kurang efisien
bagi Wisma Atlet
• pelaksanaan sulit
Berdasarkan analisa sub structure pada tabel diatas, maka
Wisma Atlet sewa ini menggunakan pondasi bored pile dan tiang
pancang, karena kemampuannya untuk menahan beban yang cukup
besar dan juga dalam tahap pengerjaannya tidak mengganggu
keadaan sekitar atau gangguan relatif kecil.
• Upper Structure (Struktur atas)
Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas
untuk menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang
diterimanya untuk diterukan pada pondasi.
Tabel IV.1.50 Analisa Jenis Pondasi Atas
Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Portal
(kolom dan balok)
• kekakuan cukup
• fleksibel dalam
penataan interior
unit wisma atlet
• struktur sederhana
dan ringan
• dimensi relatif besar
untuk bentang lebar
• trafe kolom relatif
kecil
91
Dinding pemikul • kekakuan tinggi
• material beton pada
bidang datar dapat
mereduksi suara
• Memipih sesuai
ruang (efisiensi)
• Waktu pemasangan
cepat
• Biaya yang cukup
besar
• Harus terjadi banyak
penyesuaian dengan
barang dari pabrik
Struktur gemuk
(balok, rangka, grid,
dan slab)
• pemakaian bahan
sedikit dan berupa
prefab
• waktu pengerjaan
cepat
• dapat digunakan
k b l b
• bahan baja kuat tarik
relatif kurang
ekonomis bagi
wisma atlet
• pertimbangan korosi
dari bahan baja
b i
Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal dan
core atau inti bangunan.
4. Sistem Utilitas Bangunan.
Sistem utilitas adalah segala macam sistem pada bangunan
yang berfungsi sebagai penunjang beroperasinya bangunan. Sistem
sistem utilitas tersebut terdiri dari :
1. PENGHAWAAN
Penghawaan mempunyai bobot penggunaan energy dalam suatu
bangunan hampir 60-70%.Sistem penghawaan pada bangunan ada 2
macam, yaitu :
1. Penghawaan alami contohnya dengan menggunakan cross
ventilation. Pada arsitektur dengan menggunakan efisiensi
energi, bangunan harus dapat diorganisasikan penghawaannya
sebaik mungkin untuk mencapai suhu yang nyaman. Dengan
memanfaatkan penghawaan alami pada fungsi-fungsi tertentu
pada ruang kumpul pada masing-masing unit, koridor-koridor
wisma atlet, kamar mandi, skycourt dan tangga darurat
92
Penghawaan alami bisa dicapai dengan membuat cross
ventilation pada bangunan maupun pada unit-unit wisma atlet.
cross ventilation pada bangunan bisa dipenuhi dengan adanya
jarak antara bangunan yang cukup luas dan juga terdapat ruang
terbuka untuk memasukan udara skycourt dan skylight untuk
mengeluarkan udara. Untuk cross ventilation pada unit-unit
bangunan harus memilih jenis sirkulasi udara yang menyilang,
terdapat inlet maupun outlet.
Gambar IV.1.29 Konsep Penghawaan Alami
Tabel IV.1.51. Analisa Konsep Penghawaan Alami
Variasi
inlet-outlet
kelebihan kekurangan
1 Udara menyilang pada
ruangan, membuat udara
mengalir bebas
Udara kurang
maksimal pada sudut-
sudut ruangan
2 Bidang Penempatan
furniture lebih bebas
Ada bagian ruang
yang tertutup oleh
ruang
3 Udara menyilang pada
ruangan, membuat udara
Harus mempunyai 2
sisi untuk inlet-outlet
1 2 3 4
93
mengalir bebas yang bersebrangan
4 Jumlah udara yang
masuk dan udara yang
keluar lebih banyak
karena jumlah let-letnya
banyak
Harus mempunyai
jumlah outlet yang
relative banyak, sulit
dalam pemanfaatan
ruang (furniture)
Gambar IV.1.30Overhang Membantu Tekanan Angin untuk Masuk
Penambahan overhang pada bangunan bisa membantu
memperbesar tekanan udara sehingg menekan ke dalam. Cross
ventilation untuk bangunan bisa dengan cara memasukkan udara
pada skycourt dan penggunaan single loaded sehingga udara bisa
mengalir dengan bebas (tidak terperangkap). Massa bangunan
yang ramping mempermudah udara untuk mengalir.
Gambar IV.1.31 Tanaman dapat Merduksi Panas
Pada kasus wisma atlet lebih diutamakan maintenance
yang lebih mudah jadi pilihan jatuh pada alternative yang
kedua menggunakan pot atau box tanaman. Sehingga tidak
merusak façade bangunan dengan tanaman yang merambat pada
bangunan. Apabila menggunakan tanaman merambat maka
94
menggunakan media perambat yang mempunyai jarak dari
dinding bangunan untuk meminimalkan kerusakan.
Gambar IV.1.32. Tanaman Merambat
Sumber : google
2. Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan
AC. Air conditioner disini hanya digunakan untuk ruang. Untuk
wisma atlet ini terdapat 2 jenis penggunaan jenis AC, yaitu AC
split dan AC central. Penggunaan AC split pada jenis unit
hunian yang dalam jangka waktu lama. Untuk penggunaan AC
central apada jenis hunian dalam jangka waktu singkat.
Pertimbangan ini dilakukan dengan maksud :
Penggunaan AC split pada massa bangunan hunian dalam jangka
waktu panjang menghemat ruang AHU, chiller dan cooling
tower. Sehingga bisa dioperasionalkan sesuai dengan penghuni
yang ada. Karena AC split hanya dipasang pada kamar, tidak
pada pada ruang bersama. Yang jadi masalah dari penggunaan
AC split adalah peletakan outdoor unit. Dalam kasus wisma atlet
yang mempunyai balkon atau teras maka peletakan outdoor di
balkon. Dan tertutup oleh box tanaman dan arah compressor
95
Gambar IV.1.33. Skema AC Outdoor Unit
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi Gambar IV.1.34. Solusi Peletakan Outdoor
Sumber : Pribadi
Penggunaan AC central dikarenakan pada unit hunian untuk
jangka waktu singkat serta ruang-ruang serbaguna terdapat pada
bangunan ini. Massa bangunan ini mempunyai ketinggian yang
relatif tinggi dan tidak menggunakan penghawaan alami
sehingga kebocoran dapat diminimalkan. Penempatan ducting
pada area kamar tidur dan plafond di dapur atau kamar mandi
(seperti hotel).
2. PENCAHAYAAN
Penghawaan pada bangunan terdapat 2 macam pencahayaan,
yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.Pemanfaatan
pencahayaan alami harus semaksimal mungkin. Penempatan
bukaan harus lebih di tata secara baik sehingga cahaya dapat masuk
96
kedalam ruangan. Lebar koridor pada sirkulasi horizontal juga
harus cukup agar tidak terlalu sempit sehingga tidak menjadi gelap.
Untuk pencahayaan harus diminimalkan antara pemasukan
radiasinya misalnya dengan tanaman, balkon, penanaman pohon,
dan pemilihan material kaca
Gambar IV.1.35 Balkon Untuk Penahan Panas
Sumber : george lippsmeir, Bangunan Tropis
Jarak antara massa bangunan juga harus diperhatikan agar tidak
terjadi penyempitan untuk cahaya masuk
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan
dengan menggunakan lampu. Perencanaan bangunan yang baik
akan dapat mengurangi atau dapat membantu penghematan energi.
3. AIR BERSIH
Gambar IV.1.36 Skema Penyaluran Air Bersih
Sumber : system bangunan tinggi
97
Sistem pasokan untuk air bersih yang digunakan adalah
sistem pasokan ke arah bawah (down feed) dengan pompa
digunakan untuk mengisi tangki air terletak di atas bangunan.
Dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa akan berhenti
bekerja jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air
dialirkan dengan memanfaatkan gaya grafitasi.
Tabel IV.1.52. Sistem Pasokan Air Bersih
Kriteria Up Feed Down Feed
Hemat listrik Kurang baik Lebih baik
Kemudahan Perawatan Lebih baik Kurang baik
Sistem pasokan air bersih yang dipilih yaitu down feed. Hal
ini disebabkan karena sistem ini lebih hemat listrik dibandingkan
dengan up feed, selain itu sistem up feed membuat pompa cepat
rusak. Sumber airnya sendiri berasal dari PDAM dan instalasi daur
ulang air. Sebaiknya tidak menggunakan air tanah karena
pengeboran air tanah dapat mengganggu keseimbangan alam.
Berikut ini perhitungan kebutuhan air bersih per hari:
Tabel IV.1.53 Kebutuhan Air Bersih
Fungsi Standar Keterangan Total kebutuhan air (liter)
Asrama 45 liter/orang 640 orang 28800
Pertokoan 5 liter/m2 2770.8 m2 554,16
Hidran ∑ . (400). (30) 20 unit
(dibulatkan)
240000
Tangki Srinkler 20%. ∑ . (18). (30) 633 unit 68364
Total 367.072,32
4. PROTEKSI KEBAKARAN
Proteksi kebakaran ini terdiri dari 2, yaitu berupa proteksi
aktif contoh nya hidran dan sprinkler dan proteksi pasif berupa
tangga darurat atau struktur bermaterial tahan api.
98
Gambar IV.1.37 Sprinkler
Sumber : Google
Pemadam api berupa hidran juga perlu disediakan. Hidran
dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga
kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta alarm
atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air,
yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat,
ditambah dari kolam renang dalam bangunan. Hidran luar berupa
kepala hidran dan selang. Sumber airnyadari sistem hidran kota.
Gambar IV.1.38 Hidran air
Sumber : Google
Sprinkler dan hidran membutuhkan cadangan air yang
diperhitungkan ntuk jangka waktu selama 30 menit. Selang waktu ini
diambil dengan asumsi bahwa jika api belum juga padam, maka
petugas pemadam kebakaran sudah tiba di lokasi. Menurut Jimmy S.
Juwana (2005), jumlah hidran yang dibutuhkan yaitu 1 buah per 800
m2. Maka pada proyek ini dengan luas bangunan 15.230 m2 ,
dibutuhkan 20 unit hidran. Sementara sprinkler, 1 buah per 25m2.
Maka dibutuhkan 633 unit, selain itu Konsep konstruksi tahan api
99
terkai tada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat
menahan api di dalam bangunan atau kompartemen.
5. PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH
Pipa Air terdiri dari 2 macam yaitu pipa air saluran air bersih
dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih ini berfungsi
mengalirkan air bersih yang biasanya bersumber dari PDAM
ataupun sumber air bersih lain nya ke seluruh ruangan yang
membutuhkan. Pipa saluran air kotor berfungsi mengalirkan air
kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat
pembuangan seperti STP dan lain lain.
Pipa pembuangan limbah kamar mandi harus mudah diakses,
maka biasanya kamar mandi dalam tiap unit kamar ditempatkan
pada sisiyang berbatasan dengan koridor agar shaf-shaft pipa dapat
diakses dari koridor (gambar no. 3). Bila kamar mandi ditempatkan
pada sisi dindingluar, memang dapat memperoleh pengudaraan dan
pencahayaan alami,namun sisi yang potensial ini jadi tidak dapat
dimanfaatkan secara optimaluntuk view dan pencahayaan ke dalam
kamar, selain itu, akses ke shaftpipa menjadi lebih sulit dan
membutuhkan tambahan ruang.Limbah kamar mandi padat
disalurkan ke STP untuk diolah agar dapat dibuang ke lingkungan
dan riol kota dengan aman dan tidak mencemari. Limbah kamar
mandi cair disalurkan ke WTP untuk diolah.Hasil olahannya
biasanya cukup bersih, dapat digunakan kembali untuk penyiram
taman dan flush toilet.
Gambar IV.1.39. Alternatif Perletakan Shaft pada Kamar
Sumber : Sistem bangunan tinggi
100
Air hujan sebaiknya ditampung dalam sumur
resapan.Pembuatan sumur resapan dan biopori perlu diupayakan
terkait dengan upaya perbaikan drainase tapak.Dimensi pipa
pembuangan air hujan dan sumur resapan tergantung dari luas atap.
Gambar IV.1.40. Skematik sumur resapan dan biopori
Sumber : pribadi
Septiktank yang dibutuhkan oleh bangunan ini menurut
panduan sistem bangunan tinggi dan dengan perhitungan jumlah
orang dalam bangunan sebanyak 640 orang adalah 2 buah septik
tank dengan volume 32 m3 dengan ukuran 2,50 x 7,00 x 2,10.
Perkiraan volume STP yang dibutuhkan 640 kg dengan
standar 1,0kg /orang. Perkiraan jumlah sampah sama dengan STP
yaitu 640 kg dengan standar 1,0 kg/orang. Sementara itu, dengan
luas lantai tipikal tower sekitar 2600 maka volume sumur resapan
yang dibutuhkan adalah 150 m3
6. INSTALASI LISTRIK
Instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN,
disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau
genset yang akan dioperasikan apabila terjadi gangguan.
Penempatan ruang genset dan ruang-ruang panel utama bisa
ditempatkan pada basement agar bunyi dan getaran yang mungkin
dihasilkan tidak mengganggu kenyamanan ruang-ruang utama.
Selain itu pengantaran bahan bakar untuk solar juga dapat dilakukan
dengan mudah tanpa menggangu penghuni begitu juga saat terjadi
kerusakan.
101
7. PENANGKAL PETIR
Bangunan yang berisi ribuan orang untuk beristirahat harus
diberikan proteksi terhadap penangkal petir.Hal ini dibutuhkan
mengingat bangunan ini mempunyai ketinggian yang cukup tinggi
dibanding dengan bangunan di sekitarnya. Sehingga apabila ada
petir yang menyambar, maka bangunan ini bisa kena pertama kali.
System penangkal petir ada 2 macam yaitu system Thomas dan
Prevectron.
Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas.
Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah
bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang
terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m.
sistem ini dianggap cocok karena terbilang efisien apabila di taruh di
bagian tower wisma untuk jangka panjang sehingga bisa melindungi
bangunan-bangunan rendah, pohon-pohon dalam tapak. Sementara
system prevectron hampir sama dengan Thomas hanya areal
perlindunganya berbentuk Polaroid.
Gambar IV.1.41 Skematik Penangkal Petir Sistem Thomas
Gambar IV.1.42 Skematik Penangkal Petir Sistem Prevectron
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
102
8. SHAFT LINEN
Untuk kebutuhan linen hotel seperti mengumpulkan,
mencuci, dan menyetrika, disediakan satu ruang linen dan laundry di
lantai dasar serta 1 ruang linen khusus untuk penyimpanan linen
bersih di setiap lantai yang terhubung dengan shaft linen atau lift
service.
Gambar IV.1.43. Skematik Shaft Linen
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
9. PEMBUANGAN SAMPAH
Pembuangan Sampah. Sistem pembuangan sampah dapat
dilakukan dengan 2 cara. Yang pertama adalah sistem door-to-door,
sistem ini dilakukan dengan cara menjeput atau mengambil ke
hunian satu persatu. Pada bagunan wisma atlet sistem ini sangat
tidak efisien karena banyak membuang tenaga dan waktu. Yang
kedua adalah sistem shaft, yaitu menyediakan sebuah ruangan yang
langsung berhubungan dengan lantai dasar tanpa penyekat antar
lantai. Pada bagian bawah terdapat ruangan penampungan.
Penggunaan shaft ini lebih efisien pada Wisma Atlet karena sampah
103
sudah terkumpul pada bagian lantai dasar bangunan yang berada
pada titik tertentu.wisma atlet
Gambar IV.1.44 Shaft sampah dan Skemanya
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi
5. Analisa Sustainable Design.
Sustainable desain adalah topik yang saya ambil untuk
perancangan Wisma Atlet ini, oleh karena itu disini dibahas mengenai
sistem yang dapat menunjang dan dapat digunakan agar tercapainya
penghematan dalam penggunaan energi, dengan cara :
• Pengoptimalan penghawaan alami misal pada koridor, tangga
darurat, ruang bersama, dan kamar mandi.
• Pencahayaan alami pada unit-unit yang menggunakan single
loaded, sehingga bisa menghemat penggunaan cahaya pada siang
hari.
• Pemanfaatan vertical landscaping
Vertical landscaping bisa mengurangi suhu kulit luar hingga 80-
90% sehingga apabila terjadi selisih suhu yang besar, missal 5
derajat, maka bisa membuat selisihnya hanya menjadi 2 derajat,
104
dan 1 derajat bisa menghemat hampir 10% total energy
penghawaan. Jika dikalkulasikan bisa menghemat hingga 30%
(Tri Harso Karyono,Pohon sebagai penyejuk dan pembersih udara
kota,dinebsi arsitektur, laporam teknis berkala Arsitektur, vol 10,
No.1, Januari 2002, p62-65)
• Penggunaan Over hang (Tritisan) pada bangunan.
Over Hang digunakan pada bagian atas jendela, fungsi nya adalah
sebagai penghalang atau lebih tepatnya untuk mengurangi jumlah
sinar/radiasi matahari yang masuk melalui jendela. Over Hang ini
juga berfungsi untuk menghalangi percikan air masuk pada saat
hujan
• Bukaan
Bukaan maksudnya memberikan sedikit jarak antara beberapa unit,
sehingga tidak terlalu rapat.Pemberian jarak ini berupa ruang
kosong sehingga cahaya alami mencapai tengah masa bangunan.
Bukaan juga bisa berupa jendela atau kisi kisi sehingga dapat
memasukan cahaya alami kedalam bangunan.