BAB IV ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN A. Ibnu...

23
68 BAB IV ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN A. Kisah Luqman dalam al-Qur'an perspektif Zamakhsyari, Ath – Thabari, Ibnu Katsir Di dalam al- Qur’an tidak disebutkan mengenai asal usul Luqman al- Hakim, banyak dari kalangan para mufasir dari dulu hingga sekarang yang mencoba memaparkan tentang status Luqman, namun penafsiran tentang siapa sesungguhnya Luqman itu dan dari mana asalnya masih banyak perdebatan dan beberapa pendapat mengenainya. Banyak pakar keilmuan yang mencoba memberikan jawaban yang berbeda mengenainya, ada yang berpendapat bahwa Luqman itu adalah seorang nabi dan ada pula yang berpendapat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi melainkan hanya sebagai seorang hamba yang saleh dan taat beribadah. Namun, hingga saat ini pendapat-pendapat yang coba dimunculkan oleh para mufasir tersebut belumlah final. Kontroversi mengenai asal-usul Luqman dan bagaimana statusnya sampai saat ini masih menjadi debatable. Berangkat dari paparan di atas dalam bab IV ini penulis hendak mencoba menelusuri siapa sesungguhnya Luqman itu dan bagaimana pula status mengenainya serta nasehat-nasehatnya yang menjadikan suri tauladan bagi manusia. Dalam analisis bab IV ini penulis masih mengacu pada perspektif para mufasir sebagaimana yang telah penulis paparkan pada bab III. 1. Zamakhsyari Zamakhsyari di dalam kitabnya “al-Kasysyaf ” menjelaskan bahwa Luqman hidup pada masa Nabi Daud As. Sedangkan mengenai asal-usul dan statusnya, terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda. Dari sumber yang telah dikutip oleh Zamakhsyari sebagian besar menyebutkan bahwa Luqman adalah berasal dari keturunan seorang budak (hamba sahaya) yang berparas jelek, berkulit hitam, berbibir tebal dan dua telapak kakinya pecah-pecah. Hal ini beradasarkan pada satu riwayat dari Ibnu Abas sebagaimana dijelaskan oleh Zamakhsyari : “Diriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. : Sesungguhnya

Transcript of BAB IV ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN A. Ibnu...

68

BAB IV

ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN

A. Kisah Luqman dalam al-Qur'an perspektif Zamakhsyari, Ath – Thabari,

Ibnu Katsir

Di dalam al- Qur’an tidak disebutkan mengenai asal usul Luqman al-

Hakim, banyak dari kalangan para mufasir dari dulu hingga sekarang yang

mencoba memaparkan tentang status Luqman, namun penafsiran tentang siapa

sesungguhnya Luqman itu dan dari mana asalnya masih banyak perdebatan dan

beberapa pendapat mengenainya. Banyak pakar keilmuan yang mencoba

memberikan jawaban yang berbeda mengenainya, ada yang berpendapat bahwa

Luqman itu adalah seorang nabi dan ada pula yang berpendapat bahwa Luqman

bukanlah seorang nabi melainkan hanya sebagai seorang hamba yang saleh dan

taat beribadah. Namun, hingga saat ini pendapat-pendapat yang coba

dimunculkan oleh para mufasir tersebut belumlah final. Kontroversi mengenai

asal-usul Luqman dan bagaimana statusnya sampai saat ini masih menjadi

debatable. Berangkat dari paparan di atas dalam bab IV ini penulis hendak

mencoba menelusuri siapa sesungguhnya Luqman itu dan bagaimana pula status

mengenainya serta nasehat-nasehatnya yang menjadikan suri tauladan bagi

manusia. Dalam analisis bab IV ini penulis masih mengacu pada perspektif para

mufasir sebagaimana yang telah penulis paparkan pada bab III.

1. Zamakhsyari

Zamakhsyari di dalam kitabnya “al-Kasysyaf ” menjelaskan bahwa

Luqman hidup pada masa Nabi Daud As. Sedangkan mengenai asal-usul dan

statusnya, terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda. Dari sumber yang

telah dikutip oleh Zamakhsyari sebagian besar menyebutkan bahwa Luqman

adalah berasal dari keturunan seorang budak (hamba sahaya) yang berparas

jelek, berkulit hitam, berbibir tebal dan dua telapak kakinya pecah-pecah. Hal

ini beradasarkan pada satu riwayat dari Ibnu Abas sebagaimana dijelaskan

oleh Zamakhsyari : “Diriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. : Sesungguhnya

69

Luqman itu bukan seorang nabi dan bukan seorang raja, tetapi dia seorang

pengembala yang hitam, Allah memberi rizki dengan menjadi budak,

diterima ucapannya dan juga wasiatnya”.1 Pendapat yang sama juga

dikemukakan oleh Mujahid yang menyebutkan bahwa Luqman adalah hamba

sahaya (budak) hitam yang tebal bibirnya, dan jelek dua telapak kakinya.2

Pendapat ini juga diperkuat lagi oleh riwayat dari Ibnu Musayyab yang

menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang hitam dari Sudan, Mesir. Beliau

adalah tukang jahit.3

Berangkat dari sumber riwayat yang dijelaskan oleh Zamakhsyari

dalam kitabnya Al-Kasysyaf sebagaimana tersebut di atas, maka dapat penulis

jelaskan; pertama, pendapat mengenai asal-usul Luqman (dari keluarga

mana) terdapat banyak pendapat yang mengemukakan mengenainya. Kedua,

dalam perspektif Zamakhsyari Luqman adalah seorang budak yang berkulit

hitam yang telah dikarunia Allah SWT suatu “hikmah”.

Sedangkan pandangan Zamakhsyari mengenai status Luqman apakah

dia seorang nabi atau tidak, di dalam kitabnya ia menyebutkan dua sumber

riwayat yang berbeda mengenainya. Yaitu antara Luqman seorang nabi atau

bukan. Mengenai pendapat yang pertama bahwa Luqman adalah seorang

nabi, di dalam kitabnya tersebut Zamakhsyari hanya menyebutkan satu

sumber riwayat saja yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi.

Yaitu berdasarkan riwayat Ikrimah dan Sya’by bahwa Luqman itu adalah

seorang nabi, dengan alasan bahwa hikmah itu adalah sifat dari kenabian.4

Sedangkan sumber yang kedua, berpendapat bahwa Luqman bukanlah

seorang nabi, dia adalah seorang hamba biasa yang saleh dan taat beribadah

serta dikaruniai Allah hikmah. Tampaknya Zamakhsyari lebih condong

kepada pendapat yang kedua, hal ini didasarkan pada penjelasannya lebih

1 Al-Imam Abi Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad az-Zamakhsyari, Al-

Kasysyaf, juz III, Dar Al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 477 2 Ibid., 3 Ibid., 4 Ibid., hlm. 478

70

lanjut mengenai pengertian hikmah: “… pengertian hikmah dalam ucapan

adalah sesungguhnya beramal dengan hikmah dan ilmu, ibadah kepada Allah

dan bersyukur kepada-Nya…”. Oleh sebab itu Allah menyuruh Luqman

supaya bersyukur atas nikmat-Nya.5

Sedangkan mengenai nasehat Luqman kepada anaknya Zamakhsyari

mengatakan, ketika Luqman memberi nasehat kepada anaknya itu secara

terus menerus yang akhirnya keduanya masuk Islam. Hal ini ditegaskan pada

ayat لظلم عظيم... yang menyatakan bahwa orang yang menyamakan Allah

dengan sesuatu apapun, maka orang tersebut telah berbuat aniaya atau

berbuat kedzaliman dan itu merupakan dosa besar. Sehingga nasehat Lukman

yang pertama adalah jangan sekali-kali menyekutukan Allah.

Firman Allah حملته امه وهنا على وهن... maksudnya bahwa seorang ibu

telah mengandung dalam keadaan melemah dengan lemah yang amat sangat

lemah. Karena setiap kandungan bertambah dan membesar maka

bertambahlah berat dan kelemahannya. Oleh karena kita sebagai anak

hendaknya berbakti kepada kedua orang tua dengan sikap yang lemah

lembut, sopan santun, dan mempunyai budi pekerti yang baik. Sedangkan

kalimat ان اشكر kembali kepadaووصينا

maksdunya perintah untuk berbuat baik واتبع سبيل من انا ب الى

kepadanya. Ikutilah jalan orang yang beriman kepada agama Allah dan

janganlah kamu mengikuti jalan kedua orang tuamu yang tidak beriman,

namun berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban anak dalam segala

hal. Meskipun keduanya dalam keadaan kafir karena Allah akan membalas

atas keimananmu dan membalas atas kekufuran atas kedua orang tuamu.

Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa Saad bin Abi Waqas dengan ibunya. Dia terkenal sebagai anak yang berbakti kepada ibunya. Suatu hari Nur Ilahi terpancar ke dalam dada Saad dan ia pun masuk Islam. Ibunya sangat marah ketika mengetahui bahwa anak kesayangannya itu meninggalkan agama nenek moyangnya semula, namun Saad menolak dengan cara yang baik. Ibu tetap berkeras dan mengecam akan

5 Ibid., hlm. 479

71

melancarkan mogok makan jika Saad tetap membadel. Berkata ibunya, adakah kamu akan meninggalkan agamamu itu atau aku tidak akan makan dan minum sampai mati. Sehingga kelak orang akan mengecam dengan berkata: Hai si pembunuh ibunya. Tetapi Saad tidak terpengaruh. Yaitu tidak, sekali – kali tidak. Kemudian Saad berkata: wahai ibuku, janganlah engkau lakukan perbuatan itu. Walaupun apapun yang terjadi aku tidak akan meniggalkan agama yang telah aku peluk ini.

Ibu Saad sangat kecewa mendengar jawaban anak itu. Maka ia pun mulai tidak makan dan tidak minum sampai sehari semalam. Setelah hari pagi, sang ibu kelihatan letih. Kemudian ditambahnya lagi sehari semalam tidak makan dan tidak minum. Pada pagi hari semakin kelihatan lemah dan penat. Mogok makannya masih diteruskan lagi pada hari ketiga, dia tidak makan dan minum sehari semalam pula. Pada pagi harinya dia sudah sangat kelihatan sangat tidak berdaya dan tidak dapat bangkit lagi karena lemahnya. Kaum keluarganya risau dan memaksanya agar ia makan, namun ia tidak mau, ia mengancam tetap tidak akan makan sehingga Saad meninggalkan Islam.

Melihat keadaan ibunya yang tetap nekat itu, ia tidak mempunyai jalan lain melainkan berterus terang memberitahukan pendiriannya kepada ibunya. Berkata Saad wahai ibuku, ketahuilah , demi Allah, walaupun ibu mempunyai seratus nyawa, dan nyawa itu keluar satu persatu hingga seterusnya, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan agamaku, karena itu jika ibu suka makanlah, jika tidak suka teruskan jangan makan.

Ibu Saad sangat terkejut mendengar keputusan anak itu. Ini ia tahu bahwa ancaman mogok makan yang ia lancarkan tidak akan berhasil memurtadkan anaknya. Oleh karena itu ia pun menghentikan mogoknya yang sia-sia itu kemudian makan.6

Firman Allah وفصاله فى عا مين artinya penetapan waktu pengasuhan selama dua tahun, Imam Syafi’i berpendapat bahwa waktu menyusui 2 tahun tidak tetap menyusui selama 2 tahun. Maksudnya bahwa seorang ibu dalam menyapih anaknya apabila kurang ataupun lebih itu

6 Dr. Fathullah Al – Hafnawi, Mutiara Nasehat Luqman Al – Hakim, Cahaya Press, Jakarta,

2002, hlm. 36 - 39

72

menurut ijtihad ibu, apabila dirasa anak tersebut sebelum 2 tahun sudah kuat maka seorang ibu boleh menyapihnya. Sedangkan selama 2 tahun masih lemah maka bisa diteruskan (lebih dari 2 tahun). Madzhab Abu Yusuf dan Muhammad menurut Abu Hanifah, waktu menyusui adalah tiga puluh bulan. Menurutnya jika ibu menyapihnya sebelum 2 tahun, maka anak itu anak susuan, tetapi jika anak tersebut memakan makanan yang lembut dan tidak membutuhkan susuan kemudian di susui maka anak tersebut anak susuan yang haram dinikahi.

Firman Allah مثقال حبة من خردل فتكن فى صحرة... bahwa sesuatu perbuatan yang kecilnya dan lembutnya seperti biji sawi dan berada di tempat yang tersembunyi dan terpelihara maka Allah akan mengetahui keberadaanya karena ilmu Allah berhubungan dengan sesuatu yang tersembunyi, dan akan dihisab pada hari qiyamat. Kata فتكن في صحرة diartikan di bawah bumi yang paling dalam. Ayat selanjutnya bahwa melakukan perbuatan amar makruf Allah pasti akan membalas dengan kebaikan sedangkan perbuatan mungkar akan dibalas dengan kejahatan oleh Allah. seperti hadits yang mengatakan bahwa tidak ada puasa bagi orang yang tidak berniat untuk puasa pada malam harinya. Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong karena tidak akan tercapai tujuanmu. Dan berlaku adillah kamu dan kurangi atau ringkaslah suaramu. Karena orang yang tidak meringkas suaranya bagaikan khimar dalam celanya.

2. Ath-Thabari Ath-Thabari dalam tafsirnya “Jami’ al-Bayan” menyebutkan bahwa

Luqman adalah bukan seorang nabi. Hal ini berdasarkan riwayat yang telah dikutipnya. Diantaranya adalah riwayat dari Muhammad bin Amr dari Mujahid yang mengatakan bahwa, كمة ولقد اتينا لقمن الح.. “Luqman itu pandai dalam bidang agama (Fiqh) berakal dan benar dalam ucapannya tetapi bukan seorang nabi”. Riwayat dari Bashar dari Qatadah menyebutkan bahwa Luqman itu pandai dalam Islam, bukan nabi dan tidak menerima wahyu.

73

Sedangkan menurut Ibnu Matsani dari Mujahid bahwa Luqman itu seorang laki-laki saleh, bukan nabi.7

Dari beberapa sumber riwayat yang telah diambil oleh ath-Thabari

sebagaimana tersebut di atas, jelaslah bahwa pendapat ath-Thabari mengenai

Luqman bukanlah seorang nabi melainkan hanya seorang hamba yang saleh.

Namun di dalam tafsirnya ath-Thabari juga menyebutkan satu riwayat yang

mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi, yaitu riwayat Ikrimah.8

Sedangkan mengenai asal-usul Luqman, jika berdasarkan riwayat

yang telah diambilnya adalah sama dengan pendapat Zamakhsyari yaitu

Luqman adalah seorang budak dari Sudan, Mesir.9 Hal ini menunjukkan

bahwa mengenai asal-usul Luqman pandangan ath-Thabari sama dengan

Zamakhsyari, dimana kedua mufasir tersebut belum mampu menguak sejarah

mengenai asal-usul Luqman.

Ath-Thabari dalam menafsirkan ولقد اتينا لقمن الحكمة... bahwa Luqman

itu pandai dalam bidang agama, berakal, jujur dan ucapanya, pandai dalam

bidang fiqh, bukan nabi dan tidak diberi wahyu . Sedangkan ان اشكر adalah

anugrah Allah yang diberikan kepada Luqman sebagai penjelasan tentang

hikmah karena sesungguhnya diantara hikmat yang diberikan Allah padanya

adalah rasa syukur atas anugrah Allah. Karena barang siapa yang beryukur

atas nikmat yang dimilikinya, maka dia sesunguhnya bersyukur pada diri

sendiri.barang siapa yang kufur terhadap ni’mat Allah maka sesungguhnya

memburuk diri sendiri.

Ibnu Jarir berpendapat firman Allah واذقال لقمن البنه وهو يعظه... yaitu

suatu peringatan kepada nabi Muhammad SAW bahwa dzalim merupakan

kesalahan dari ucapan yang besar. Sehingga nasehat pertama yang dikatakan

oleh Luqman adalah janganlah kamu menyekutukan Allah.

dalam kontek ini diartikan kelemahan di atas kelemahan وهنا على وهن

dan rapuh di atas kerapuhan maksudnya bahwa kelemahan seorang ibu

7 Lihat Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Jilid

X, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 208 8 Ibid., hlm.209 9 Ibid., bandingkan dengan Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, op. cit., hlm. 477-478

74

karena mengasuh, mendidik dan menjaganya dari kesulitan sehingga anaknya

benar – benar telah kuat. Maka dari itu seorang anak harus berbakti kepada

ibu bapaknya, terutama ibunya yang tidak dapat dibalas budi baiknya dan

bersyukurlah kepada orang tua atas pendidikan yang kamu peroleh.

...وصا حبهما فى الدينا معروفا maksudnya adalah pergaulilah kedua orang

tuamu di dunia dengan taat kepadanya tanpa ada kewajiban ikut berbuat

dosa antara kamu dan Tuhanmu. Dari ayat di atas dapat kita ambil suatu

pelajaran bahwasannya kita sebagai anak diwajibkan untuk berbakti kepada

orang tua mentaati segala perintahnya dan jangan sekali-kali durhaka kepada

orang tuanya, terkecuali orang tua menyuruh kita untuk berbuat syirik. Dan

kita diperintahkan untuk mengikuti jalan orang yang berbuat baik, orang

yang mau bertaubat dari syiriknya dan orang yang mau kembali kepada

Allah serta orang-orang yang mau mengkikuti ajaran-ajaran Rasulullah

SAW. Karena telah dijelaskan dalam firmannya bahwa semua ciptaan-Nya

akan kembali kepada-Nya pula.

Pada ayat 16 diterangkan bahwa kita tidak boleh menganggap remeh

terhadap segala kesalahan atau kebaikan. Yang sekecil apapun. Karena Allah

akan memberi imbalan terhadap kebaikan atau kesalahan manusia walaupun

seberat atau sekecil biji sawi. Dan Allah mempunyai sifat Maha Tahu atas

perbuatan manusia di manapun berada dan tersembunyi dari pernglihatan

manusia Allah akan mengetahuinya. Karena tak ada satupun tempat yang

samar bagi Allah. فتكن فى صحرة ada yang mengatakan batu-batuan yang ada di

dasar laut dan ada yang mengatakan gunung.

Pada ayat selanjutnya menjelaskan tentang kewajiban manusia untuk

taat kepada Allah SWT dan mengikuti perintah-perintah-Nya serta menjauhi

diri dari mendurhakai Allah. Dan manusia dianjurkan untuk bersabar dalam

menghadapi segala yang menimpa mereka ataupun yang menghalang-halangi

manusia untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, karena sesungguhya

sabar adalah sebagai hal yang diperintahkan oleh Allah secara tegas dan

keras.

75

Firman Allah وال تصعر خدك للناس... Allah melarang kepada manusia

dalam firmannya yang artinya jangan sekali-kali kamu palingkan mukamu

dari ucapan seseorang karena sikap sombong dan menghina orang yang

mengatakan. Hal ini dapat kita analisis bahwa manusia harus mempunyai

sikap saling menghormati sesama manusia dan saling menghargai pendapat

orang lain karena orang yang sombong tidak akan mensyukuri segala nikmat

yang diberikan Allah.

Sedangkan وقصد فى مشيك واعضض... yang artinya hendaknya rendah

hatilah dalam berjalan jangan bersikap angkuh dan jangan terburu-buru. Ayat

ini mengandung makna, kita manusia diperintahkan untuk bersikap tawadlu

dalam segala hal. Maksudnya kita harus bersikap sederhana dalam segala

yang kita lakukan baik perkataan, perbuatan ataupun sikap.

3. Ibnu Katsir

Di dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-Azim Ibnu Katsir

mengemukakan dua pandangan mengenai Luqman. Pertama, golongan yang

berpendapat bahwa Luqman itu nabi. Kedua, mayoritas ulama’ sepakat

bahwa Luqman itu adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima

kenabian10 pendapat ini diwakili oleh Ibnu Abas, yang mengatakan bahwa

Luqman adalah seorang hamba yang berkebangsaan Habsyi yang berprofesi

sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasi Luqman

sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin

Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, Mesir,

memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah, namun dia tidak

menerima kenabian.11

Selanjutnya Ibnu Jarir berpendapat bahwa Luqman adalah seorang

hamba sahaya berbangsa Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu

10 Al-Imam Abi al-Fida’ al-Hafidz bin Katsir ad-Damsyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz III,

Maktabah an-Nur Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 427 11 Muhammad Nasib Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III,

terj. Drs. Syihabuddin, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 787

76

hari, majikannya berkata kepada Luqman, “Sembelihlah domba untuk kami”.

Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya

yang terbaik”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati dari domba itu. Si

majikan diam selama beberapa saat, lalu berkata, “Sembelihlah domba ini

untuk kami”. Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata. “Ambillah

bagian dagingnya yang terburuk”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati

domba. Kemudian si majikan berkata, “Aku menyuruhmu mengambil dua

bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan akupun

menyuruhmu mengeluarkan bagian daging domba yang terburuk, lalu kamu

mengambil daging yang sama”. Luqman berkata, “Sesungguhnya tiada

perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik, dan tiada

perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk”.12

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

mengenai asal-usul Luqman baik Zamakhsyari, ath-Thabari, dan Ibnu Katsir

di dalam kitabnya belum menyebutkan penjelasan yang lebih mendalam

mengenainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa mengenai asal-usul

Luqman para ulama’ tidak sepakat mengenainya. Munculnya perbedaan

pendapat dan susahnya mengenai asal-usul Luqman al-Hakim ini karena al-

Qur’an tidak menyebutkannya. Sedangkan mengenai kedudukan Luqman

ketiga mufasir di atas sepakat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi.

Melainkan hanya seorang hamba sahaya (budak) yang saleh dan taat

beribadah dan dikaruniai Allah hikmah.

Ibnu Katsir, di dalam kitabnya tafsir al-Qur'an al-Azim menafsirkan

Ayat ولقد اتينا لقمن الحكمة... berdasarkan riwayat Said bin Abi Urwah

dari Qatadah adalah pemahaman yang mendalam tentang keislaman dan dia

bukan nabi serta tidak diberikan wahyu. Maksdunya bahwa Luqman itu

bukan nabi, tetapi ahli hikmah (kefahaman ilmu dan pelajaran). Hikmah di

sini diartikan syukur, Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada

Allah atas apa yang diberikan-Nya yang melebihi orang lain pada zamannya

12 Ibid., hlm. 787-788

77

karena manfaat syukur dan pahalanya akan kembali kepada orang yang

bersyukur. Sedangkan apabila dia kufur, kekufurannya tidak merugikan

Allah. Jika penduduk bumi seluruhnya kufur kepada-Nya maka Allah adalah

dzat yang tidak membutuhkan makhluq lain. Tiada Tuhan selain Allah dan

tidak menyembah selain Allah.

Tentang nasehat Luqman yang diberikan kepada anaknya adalah

untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu

apapun, karena menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang sangat besar.

Luqman menasehati hal tersebut dengan wasiat untuk berbuat baik kepada

ibu bapak. Firman Allah ووصينا االنسان.... mengatakan kesulitan lemahnya

anak. Kesulitan di atas kesulitan maksdunya merawatnya dan menyusuinya

setelah lahir dalam masa 2 tahun yang menjadikan kondisi ibu sangat lelah

dan lemah sehingga ayat ini bertujuan agar anak ingat terhadap kebaikan

yang ia terima pada masa dahulu.

Sedang firman Allah وان حاهداك علي ان تشرك... artinya andaikan kedua

orang tua sangat menghendaki agar engkau mengikuti agama mereka (kafir)

maka janganlah terima dan jangan pula penolakan tersebut menghalangi

untuk bergaul dengan keduanya secara baik. Maksdunya berbuat baik kepada

orang tua dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir.

Namun taat itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat

kepada keduanya jika perintah keduanya bertentangan dengan perintah Allah.

Firman Allah يبنى انها ان تك مثقال حبة من خردل فتكن bahwa orang yang

berbuat dzalim meskipun seberat biji sawi dan terlindung di dalam batu atau

hilang di atas langit dan bumi. Maka Allah akan mengetahuinya karena

Allah Maha Mengetahui dan Maha Halus ilmunya sehingga tidak ada

satupun yang samar bagi Allah. Dan perbuatan tersebut akan dihadirkan pada

hari qiamat, apabila baik maka akan dibalas dengan kebaikan sedangkan

buruk akan dibalas keburukan pula. Ulama menafsirkan ayat فتكن... adalah

batu yang berada di bawah bumi yang ke – 7.

Pada ayat 17, maksudnya dirikanlah shalat sesuai dengan aturannya,

kewajiban – kewajibannya dan waktunya sesuai dengan kemampuan dan

78

kekuatanmu. Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu, maka Luqman

menyuruh putranya untuk bersabar karena bahwa sesungguhnya kesabaran

atas penderitaan atau siksaan manusia merupakan salah satu keteguhan

perkara. Dan firman Allah وال تصعر خدك... janganlah engkau palingkan

mukamu dari manusia ketika engkau berbicara atau mereka mengajakmu

bicara. Dengan maksud menghinakan mereka atau bersikap sombong

terhadap mereka, namun lenturkanlah kedua tanganmu dan buatlah berseri-

seri wajahmu kata معر adalah penyakit yang diderita unta pada lehernya yang

mengakibatkan lehernya putus dari kepalanya hal itu menyerupai orang yang

sombong firman Allah وال تمش dan jangan berjalan di muka bumi dengan

kesombongan maksudnya sifat membanggakan diri tidak disukai oleh Allah.

Maksdunya ayat 19, yaitu sederhanakanlah langkahmu. Maksudnya

berjalan dengan sederhana tidak sombong yang bisa menghalangi perjalanan

dan tidak pula cepat namun seimbang. Dan janganlah melebih – lebihkan

dalam berbicara. Karena itu Allah berfirman ان انكر... bahwa sesungguhnya

suara yang paling buruk adalah suara keledai.

Berdasarkan keterangan dari para mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari

dan Ibnu Katsir) sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, jelaslah bahwa

pendapat tentang asal-usul dan status Luqman masih banyak perbedaan

diantara para sahabat, tabi’in yang dikutip oleh ketiga mufasir tersebut di

atas. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa dari pendapat-pendapat tersebut,

ketiga mufasir tersebut lebih condong pada pendapat bahwa Luqman

bukanlah seorang nabi. Tetapi hanyalah seorang hamba sahaya yang saleh.

Berangkat dari sini maka dapat diambil satu pemahaman bahwa karena

kesahayaannya itulah yang menghambat Luqman menjadi nabi, sebab para

nabi yang diutus itu berasal dari kalangan terpandang dari kaumnya. Contoh :

Nabi Syu’aib, beliau dijadikan sebagai nabi karena keluarganya lebih

terhormat dari kaumnya. Dalam al-Qur’an Surat Hud ayat: 91-92 yang

berbunyi:

79

يفا ولولا قالوا ياشعيب ما نفقه كثريا مما تقول وإنا لنراك فينا ضعقال ياقوم أرهطي أعز عليكم )91(رهطك لرجمناك وما أنت علينا بعزيز

من الله واتخذتموه وراءكم ظهريا إن ربي بما تعملون محيط )92: هود(

Artinya: Mereka berkata: "Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. Syu`aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud : 91-92)13

Kedua, terdapat kontroversi14 diantara para ulama’ mengenai asal-

asul Luqman sehingga susah untuk dipastikan pendapat yang mana yang

paling valid untuk bisa memastikan bahwa Luqman adalah seorang nabi.

Ketiga, sampai saat ini belum dapat diketemukan bukti-bukti, baik berupa

ayat atau hadits, sedangkan kita tidak mempunyai satu buktipun tentang

kenabiannya.

Akan tetapi, bukan berarti kita menafikan kenabiannya dan

memutuskan bahwa Luqman bukan nabi, karena ada kemungkinan bahwa dia

memang seorang nabi. Jika merujuk dalam firman Allah dalam Surat an-

Nisa’ ayat: 164 yang berbunyi :

الله كلمو كليع مهصقصن لا لمسرل وقب من كليع ماهنصقص لا قدسرو )164: النساء(موسى تكليما

13 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan terjemahanya, Bandung, Gema Insani Press, 1993,

hlm. 336 14 Kontroversi yang dimaksudkan penulis adalah terdapatnya banyak pendapat yang berbeda-

beda mengenai asal-usul Luqman diantara para sahabat sebagaimana dikutip oleh mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari dan Ibnu Katsir), baik mengenai keturunannya, kaumnya dan kabilahnya. Sehingga di sini susah untuk dipastikan kenabiannya.

80

Artinya :Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An nisa’ :164)15

Dalam konteks ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah mengutus

rasul-rasul baik itu yang tertulis (dikisahkan dalam al-Qur’an) ataupun rasul-

rasul yang tidak dikisahkan tak terkecuali itu Luqman. Berdasarkan ayat ini,

maka dapat dimunculkan satu asumsi bahwa bisa juga Luqman adalah salah

satu nabi yang tidak dikisahkan sebagaimana tersurat dalam (QS. An-Nisa’:

164).

Selanjutnya apabila memang benar karena kesahayaanya, Luqman

terhambat untuk memikul tugas sebagai nabi, maka statemen ini akan

bertentangan dengan firman Allah itu sendiri yang mengatakan “Bahwa di

hadapan-Nya setiap manusia itu adalah sama, yang membedakan hanyalah

ketaqwaannya”. Dalam konteks ini Imam Abu Hamid al-Ghazali di dalam

kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” mengatakan “Bahwa ilmu pengetahuan itu

memberikan mulia orang yang mulia dan meninggikan seorang budak sampai

ketingkat raja-rajanya.16

Menurut dari berbagai keterangan para mufasir tersebut di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam kisah Luqman terdapat berbagai pendapat

mengenainya. Diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama’ mengenai asal-usul

Luqman, keturunannya, kaumnya dan kabilahnya serta statusnya.

b. Nama anak yang dinasehatinya, apakah ia menerima nasehatnya atau

membangkang.

c. Bagaimana akhir dari petualangannya dan kisah wafatnya.

15 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 120 16 Lihat Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, terj. Prof. TK. H. Ismai’l Ya’kub,

SH. M.A., Cet. XII, CV. Faizan, Jakarta, 1994, hlm. 4

81

B. Kelebihan dan Kekurangan

a. Zamakhsyari

Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat menggunakan metode tahlili

dengan orientasi bi al ra’yi . Dari segi bahasa ia lebih menonjol, hal ini bisa

dilihat dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an. Beliau selalu ingin

mengungkapkan makna dan kandungan ayat dari segi kebahasaan.

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, beliau merujuk pada

balagahnya, keindahan retorika untuk membuktikan sebagai aspek mukjizat

al-Qur'an. Kepandaian dalam bidang kebahasaan ia curahkan dalam tafsirnya,

sehingga banyak mufasir yang merujuk pada kitab tafsir al-Kasysyaf dari segi

kebahasaan. Selain itu banyak juga diantara mereka yang mereguk manfaat

dari ilmu beliau dan mengikuti cara-cara yang ditempuh. Cara yang dipakai

oleh Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat adalah beliau berusaha menyikapi

keindahan al-Qur'an dan daya tarik balagahnya sehingga menjadikan tafsir

al-Kasysyaf sebagai kitab tafsir yang tidak ada bandingannya dan tidak ada

yang menyamainya dalam hal kebahasaan.

Zamakhsyari sangat memperhatikan ilmu bayan dan ilmu ma’ani atau

keindahan-keindahan bahasa untuk menunjukkan bahasa al-Qur'an adalah

firman Allah yang tidak dapat ditandai oleh manusia. Kelebihan yang lain

yang dimiliki adalah menunjukkan metode dialog. Misalnya pada kisah

Luqman, disitu banyak dialog antara Luqman dan orang-orang yang terheran

melihat perkataan dan ucapan Luqman yang sangat indah dan bijaksana

karena dia adalah seorang ahli hikmah yang luas pengetahuannya, memiliki

sifat warak, zuhud, cerdik, serta pintar.

Dari segi kekurangan, Zamakhsyari lebih terfukus pada segi bahasa

ketika menafsirkan ayat-ayat Luqman, sehingga orang yang ingin memahami

makna ayat harus menguasai bahasa Arab dan ilmu nahwu terlebih dahulu.

Bagi mereka yang tidak mempunyai ilmu tersebut akan mengalami kesulitan

dalam menafsirkan dan memahami ayat al-Qur'an, terutama kisah Luqman

ini.

82

Dari segi materi yang disampaikan oleh Zamakhsyari, kelebihan dari

penafsirannya adalah ia mampu mengungkapkan isyarat-isyarat yang

terkandung dalam makna ayat dan memaparkan rahasia-rahasia balaghah

yang terkandung dalam al-Qur'an. Di samping itu juga menyikap keindahan

al-Qur'an dari segi bahasa, balaghah dan selain itu, Zamakhsyari dalam

menafsirkan ayat, tidak lupa merujuk pada kitab-kitablain untuk melengkapi

penafsirannya, sehingga akhirnya kitab tafsirnya justru menjadi rujukan.

Dalam mengungkapkan isi kandungan al-Qur'an sangat sederhana dan

tidak berbelit – belit, selain itu Zamakhsyari tidak menampilkan riwayat-

riwayat yang menimbulkan kisah israiliyyat.

Sedangkan dari segi kekurangan, ia lebih mengedepankan

madzhabnya dalam menafsirkan ayat, yaitu madzhab Mu’tazilah ia selalu

mendatangkan argumentasi-argumentasi untuk membela madzhabnya ketika

menerangkan ayat-ayat al-Qur'an dari segi balaghah. Tetapi dalam

menafsirkan ayat tentang kisah Luqman, Zamakhsyari tidak memaparkan

otoritas madzhabnya, bahkan sama sekali tidak menyinggung tentang

madzhab Mu’tazilah dalam kisah Luqman.

b. Ath Thabari

Dalam menafsirkan ayat seorang mufasir mempunyai sisi kelebihan

dan kekurangan karena tidak ada seorang pun yang sempurna keilmuannya

dan mampu menguasai segala aspek ilmu tanpa kekurangan.

Ath – Thabari menggunakan metode tafsir Tahlili dengan orientasi bi

al-Ma’tsur. Predikat sebagai tafsir bi al- Ma’tsur pertama tidak mengandung

arti bahwa sebelumnya tidak pernah ditulis kitab tafsir. Karena ath – Thabari

menulis kitab tafsirnya ia menulis kitab sejarahnya. Jadi, kitab tafsir yang

ditulis adalah pertama kali ia menulis kitab.

83

Dalam menafsirkan ayat ath – Thabari menggunakan bahasa tertetu.

Tetapi juga menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtijah) tertentu.17

Metodenya adalah tahlili dan orientasinya adalah bi al-ma’tsur.

Kekurangan dari penafsiran dengan orientasi bi al-ma’tsur adalah

terjadinya campur baur antara yang shahih dan tidak shahih dan banyak

pendapat yang dihubungkan kepada sahabat atau Tabi’in tanpa isnad dan

penelitian yang mengakibatkan campurnya kebenaran dan kebatilan. Selain

itu, riwayat-riwayat yang ada penuh dengan cerita-cerita israiliyah yang

membuat banyak khurafat yang bertentangan dengan aqidah Islam. Dimana

hal itu sengaja disusupkan kepada kaum muslimin dari ahli kitab.

Sedangkan kekurangan dari metode tahlili adalah tidak menafsirkan

terjadi pemaknaan secara parsial dan terpecah-pecah.Seakan-akan al-Qur'an

memberi pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran

yang diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada

ayat-ayat lain yang sama dengannya.

Dari segi materi kelebihan dari penafsiran ath – Thabari dalam kitab

tafsirnya terletak pada banyaknya pengutipan hadits maupun atsar serta tidak

terpaku pada satu riwayat. Ia kadang mengutip berbagai riwayat yang

berlainan kemudian ia akan mendukug salah satu riwayat yang dianggapnya

shahih dan relevan. Hal ini dapat dilihat saat dia menafsirkan kisah Luqman

yang di dalamnya banyak sekali riwayat yang dinukilkan dari orang-orang

Yahudi dan Nasrani yang telah memeluk agama Islam baru kemudian ia

menyimpulkan riwayat-riwayat tersebut. Namun ath – Thabari tetap memilih

riwayat yang dianggap benar shahih. Karena ath-Thabari mencoba

mengajukan jalan cerita yang utuh dengan merangkai berbagai versi yang

berbeda. Hal itu dilakukan agar kisah tersebut terkesan atau kelihatan lebih

hidup dan mudah difahami.

17 Ada perbedaan prinsipil antara ittijah dan manhaj, istilah sering kali dikacaukan penggunaanya, yang pertama adalah pandangan pemikiran, madzhab, dan arah tertentu yang digunakan Mufassir, dan selanjutnya dijadikan frame of thingking (kerangka berpikirnya) ketika menafsirkan al-Qur'an, apakah ia melakukan taqlid ataupun inovasi. Berpegang kepada dalil naqli atau aqli. Adapun yang kedua adalah jalan yang ditempuh oleh muffasir ketika memahami teks – teks al-Qur'an, (lihat Muhammad Bakr Ismail, Ibnu Jarir Ath – Thabari Wa Manahihuh Fi At – Tafsir, Dar Al Manar, Kairo, 1991, hlm. 31

84

Ciri khas lain yang dimiliki oleh ath – Thabari adalah penggunaan

kata ta’wil pada saat mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang penafsiran

ayat – ayat tertentu. (amma ta’wilu hadzi al – ayah ha kadza). Term ta’wil

digunakan oleh ath-Thabari dengan pengertian sebagaimana digunakan oleh

mufasir lain.18

Sedangkan dari segi kekurangan adalah terkadang atsar atau riwayat

yang dinukil oleh ath – Thabari tidak memenuhi keshahihan di samping itu

beliau hanya memberikan penafsiran berdasarkan riwayat-riwayat yang

sampai padanya sehingga memunculkan kesan bahwa al-Qur'an adalah kitab

masa lalu yang tidak berhubungan dengan masa kini. Terlalu banyak riwayat

– riwayat hadits yang dinukil sehingga tidak salah kalau menyebabkan

adanya riwayat israiliyah yang masuk dalam tafsirnya.19

Disamping menggunakan gaya bahasa tertentu, ath – Thabari pun

menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtihad) tertentu. Tafsir ini

menggunakan metode tahlili karena menafsirkan ayat berdasarkan susunan

mushaf, sedangkan orientasi yang digunakan adalah orientasi gabungan

karena tafsir ini menggabungkan orientasi penafsiran bi al-Ma’tsur dan

orientasi penafsiran bi al-Ra’yi.

c. Ibnu Katsir

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an Ibnu Katsir terkesan

didominasi oleh riwayat – riwayat, sehingga seakan-akan dia tidak punya

pendapat tentang penafsiran ayat tersebut. Dalam uraian yang demikian

panjang dalam kitab tafsirnya itu ia menggunakan metode analisis

(tahlili).Dengan mengambil bentuk bi al-ma’tsur. Terjadi hal yang demikian

bukanlah suatu yang aneh, karena Ibnu Katsir memang seorang hadidz (ahli

hadits) dan sejarawan, sehingga pola pemikirannya didominir oleh hal-hal

yang berhubungan dengan riwayat dan fakta sejarah.

18 Rosihan Anwar, Melacak Unsur- Unsur Israiliyat dalam Tafsir Ath – Bhari Dan Tafsir Ibn

Ukatsir, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 67 19 Ibid, hlm. 77

85

Kelebihan dalam menafsirkan metode tahlili, ibu Katsir merasa

mempunyai kebebasan dalam memajukan ide-ide dan gagasan-gagasan yang

dia punyai untuk menafsirkan ayat al-Qur'an, tersebut, sehingga para mufasir

lebih berkembang dalam memahami isi dan kandungan ayat -ayat al-Qur'an

Kekurangan bahwa apabila terdapat penafsiran terhadap kata yang

sama pada ayat lain maka akan dijumpai perbedaan yang amat mencolok,

sehingga terasa seakan akan al-Qur'an memberikan pedoman secara tidak

utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat

berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat yang lain yang sama

dengannya.20

Tafsir Ibnu Katsir termasuk kitab yang kaya akan materi, di dalamnya

memuat bukan hanya materi tafsir al-Qur'an, namun dapat dikatakan berisi

beberapa cabang ilmu keislaman lain, seperti hadits fiqh, sejarah (kisah)

karena tafsir Ma’tsur maka hadits yang disampaikan dilengkapi dengan ilmu

seluk beluk atau perangkat-perangkat keilmuan yang berkaitan dengan hadits,

misalnya, ilmu jarh wa ta’dil, kritik hadits, rijalul hadits keberadaan ini tidak

lepas dengan kedudukan Ibnu Katsir sebagai ahli hadits (al-muhaddis).

Dalam sejarah atau kisah, Ibnu Katsir adalah ahlinya. Namun

demikian dia tidak berlebih – lebihan dalam menguraikan kisah – kisah orang

terdahulu yang disampaikan teks al-Qur'an. Justru pengaruh keahlianya

nampak pada daya kritisnya dalam menyampaikan kisah al-Qur'an, dengan

mengemukakan kritik sejarah terhadap para pendahulunya yang dianggap

kurang pas dalam menyampaikan kisah. Pada bagian ini dia menambahkan

dengan ajaran Islam. Seperti dalam kisah Luqman, disana terdapat cerita –

cerita tentang kedudukan dan statusnya yang diuraikan secara panjang dalam

hadits-hadits yang dikutip oleh Ibnu Katsir.21

20 Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur'an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2000, hlm. 55 21 Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir, Menara Kudus, Yogyakarta,

2002, hlm. 51

86

Kelebihan yang dimiliki tafsir Ibnu Katsir, dalam menerima riwayat

dia selalu kritis, terutama masalah Sanad, ia tidak sekedar bertindak sebagai

pentrasfer riwayat namun israiliyyat yang ada dalam tafsir tersebut dengan

ajaran Islam. Dan dalam mengambil riwayatnya bersumber pada hadits,

pendapat Sahabat dan Tabi’un.22

Kekurangan dalam bidang materi dari tafsir Ibnu Katsir adalah bahwa

penukilan riwayat penafsirannya dari masa Nabi Muhammad hingga masa

atba’at– Tabi’in. Pendapat ulama – ulama pasca riwayat hanya sekedar

pelengkap. Sehingga pembahasan Nahwiyah kurang mendapatkan porsi yang

cukup.

C. Relevansi Kisah Luqman dengan Kehidupan Sekarang

Affan Gaffar mengatakan bahwa modernisasi membawa konsekuensi

terhadap terjadinya social displecement ( masyarakat yang kehilangan

pegangan/jati diri )23 Dimana ada sekelompok orang yang mampu beradaptasi

dengan kehidupan yang berubah-ubah dengan cepat dan ada pula yang tertinggal

di belakang. Mereka yang termasuk dalam kelompok yang terakhir inilah yang

dikatakan Affan Gaffar akan mengalami proses social displasement yang pada

akhirnya dapat menciptakan frustasi dan keputus-asaan yang sangat tinggi.

Hubungan antara manusia menjadi sangat mekanistis karena selalu dikaitkan

dengan persoalan untung rugi, siapa yang memperoleh apa. Manusia menjadi

sangat pamrih. Dalam kondisi seperti ini, manusia biasanya menjadi gampang

putus asa dan pikirannya pendek.

Jika melihat gejala - gejala di atas, fenomena yang terjadi di sekitar kita

(pada mayarakat) saat ini menunjukkan adanya apa yang disebut Affan sebagai

social displecement. Pola pikir masyarakat kita sudah bergeser pada material

oriented. Dimana benda merupakan tujuan bukan menjadi alat semata. Nilai

religius sudah mulai bergeser kearah yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu

22 Ibid, hlm. 58 23 Dr Affan Gaffar, “Medernitas Dalam Islam Dua Yang Bertentangan “ dalam Ahmad

Syafii dan Said Tahulely, (ed) Al-Qur'an dan Tantangan Modernitas, Sinpress, Yogyakarta, 1990, hlm. 111

87

Islam merupakan alternatif jawaban dari fenomena-fenomena tersebut. Sehingga

masyarakat yang Islami tidak lupa daratan seperti yang terdapat di Barat.

Berkaitan dengan deskripsi tersebut, di atas, penulis hendak memaparkan

ayat - ayat yang berbicara tentang kisah Luqman, dan mencatat poin - poin yang

terpenting dari keindahan dan ungkapannya, argumen, nasehatnya dan isyarat

yang dapat menjadi suri tauladan.

Ungkapan ولقد اتينا لقمان الحكمه adalah isyarat bahwa hikmah itu tidak

datang kecuali dari Allah, diberikan kepada setiap hamba yang ia kehendaki.

Oleh karena itu orang yang diberi hikmah berarti diberikan kebaikan yang

banyak sehingga hikmah pada dasarnya bukan semata-mata diperoleh dari

perbuatan dan usaha.

Sedangkan pada ungkapan ان ا شكرهللا hikmah dapat ditafsirkan dengan

syukur. Oleh karena itu, syukur kepada Allah merupakan buah dari hikmah,

syukur kepada Allah merupakan syarat keimanan. Maka tidak dapat disebut

hakim kecuali orang yang bersyukur kepada Allah dan menyerahkan

kehidupannya kepada Allah. Diungkapkan syukur dengan menggunakan fiil

amar, sebagaimana diketahui bahwa fiil amar menunjukkan perbuatan yang

dinamis, pelakunya orang - orang yang aktif dan progresif. Sehingga hikmah dari

ungkapan syukur yang berbentuk fiil amar adalah untuk memberi pengarahan

kepada setiap mukmin agar selalu memperbaharui syukurnya kepada Allah.

Artinya selalu mengemukakan rasa syukurnya kepada Tuhannya di setiap

kesempatan yang ada, setiap detik dari hari - harinya, karena nikmat Tuhannya

kepadanya juga selalu baru, tidak terlepas dari satu waktupun.

Ayat-ayat kisah Luqman (QS. Luqman:14) ini menyebutkan dua objek

syukur. Pertama, syukur kepada Allah sebagaimana pada firmannya di atas.

Kedua, syukur kepada orang tua, dalam firmannya. ان ا شكرلي ولوالديك Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bolehnya bersyukur kepada

orang yang memberikan kebaikan. Maka berterima kasih kepada ibu bapak

adalah wajib menurut konteks ayat tersebut. Akan tetapi syukur yang sebenarnya

hanya boleh diberikan kepada Allah. Seseorang tidaklah bersyukur kepada orang

- orang yang berbuat baik melainkan ia bersyukur kepada Allah, karena Allah-lah

88

yang memberikan ilham kepada manusia untuk berbuat baik. Sehingga kita tidak

bersyukur kepada orang tua melainkan bersyukur kepada Allah, meskipun pada

dzahirnya kita bersyukur kepada orang tua kita, akan tetapi pada dasarnya kita

bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan keduanya sebab bagi keberadaan

kita.

Nasehat Luqman kepada anaknya mengingatkan kepada setiap orang tua

(bapak) akan kewajibannya memberikan nasehat kepada anaknya, menasehatinya

meskipun mereka tidak menurutinya. Salah satu nasehat Luqman kepada anaknya

adanya larangan untuk berbuat syirik. Janganlah kamu menyekutukan Allah,

sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar,

hal ini merupakan isyarat bahwa nasehat itu harus bersifat menyeluruh pada

setiap aspek keislaman, mulai dari masalah keimanan, dakwah, aturan - aturan,

hukum - hukum, keutamaan – keutamaan, sampai pada masalah adab dan tata

krama. Nasehat Luqman ini yang dikemukakan kepada anaknya merupakan

nasehat tentang keimanan dan keyakinan.

Ayat di atas menganggap syirik adalah suatu kedzaliman yang besar. Rasulullah dalam menafsirkan sesuatu dengan ayat yang terdapat dalam surat al- An’am (QS. Al-An’am : 82) al-Qur'an banyak sekali mengungkap syirik dan kufur dengan sebutan kedzaliman yang besar, seperti dalam surat al Baqarah ayat 254. Kekafiran dan kemusyrikan. Adalah suatu kedzaliman. Maka dengan jelas dapat dikatakan bahwa orang yang kafir dan musyrik berarti berbuat dzalim, karena kedzaliman adalah melanggar dan melampui batas, membantu kebatilan, menyembunyikan dan mengesampingkan kebenaran. Kedzaliman bagi orang mukmin adalah karena tidak menyeru kepada mereka, menjadi penolong kebenaran, dan memerangi kebatilan. Kedzaliman bagi orang kafir adalah karena ia menjadi contoh bagi mereka dalam kekafiran, penolong mereka untuk melakukan kebatilan. Setiap kekafiran adalah kedzaliman dan setiap orang yang kafir dan musyrik adalah orang yang dzalim.24

24 Perlu dipahami bahwa tidak setiap kedzaliman adalah kekafiran dan kemusyrikan, karena

al-Qur'an terkadang menyifatkan kedzaliman dengan kemaksiatan dan dosa. Sehingga, orang muslim terkadang melakukan kedzaliman karena maksiat dan dosa – dosanya, tetapi ia tidak bisa dikatakan kafir karena hanya melakukan kemaksiatan dan dosa.

89

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu

bapaknya. Pada ayat tersebut ada petunjuk bahwa sesungguhnya Allah

mewasiatlan hal itu kepada orang yang suka melalaikan dan mengabaikan

(kewajiban) terhadap orang tuanya. Sedangkan dalam firman Allah:

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang“ حملته أمه وهنا على وهن

bertambah tambah”. Terdapat satu catatan yang sudah pasti benarnya, bahwa

seorang ibu pada masa kehamilannya yang panjang terus menerus dalam keadaan

lemah, lesu, dan lelah”. Selanjutnya dalam firmannya وفصاله في عامين “Dan

menyapihnya dalam dua tahun” ada petunjuk bahwa masa menyusui yang baik

untuk seorang anak adalah sampai dua tahun. Tampaknya rahasia rahasia

penyakit yang ada pada anak zaman sekarang adalah karena mereka tidak disusui

secara alami. Padahal asi sangat penting untuk keselamatan anak, baik jiwa dan

raganya. Kisah Luqman juga menemukan kepada anak suatu metode yang aman

dan indah dalam berhubungan dengan ibu bapaknya dan berbuat baik kepada

keduanya. Berbuat baik itu harus dilakukan anak kepada orang tua, walaupun

keduanya dosa dan maksiat, bahkan tidak boleh berhenti meskipun keduanya

berada dalam kekafiran di dunia dengan baik.

Tetapi harus dipahami bahwa taat anak terhadap orang tuanya itu

merupakan taat yang dipikirkan oleh akal dan disadari oleh hati. Yaitu mentaati

keduanya hanya pada apa - apa yang diridhai Allah. Ayat ini pada dasarnya

membedakan dua hal : kebaikan dan ketaatan, berbuat baik kepada orang tua

dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir. Namun, taat

itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat kepada keduanya jika

perintah - perintah keduanya bertentangan dengan perintah - perintah Allah SWT

Dalam suasana keyakinan dan keimanan, anak yang dapat dipengaruhi

oleh gambaran yang dikemukakan tentang ilmu Allah dan kekuasaan-Nya maka

seorang bapak baru membebani anaknya dengan masalah-masalah ibadah, dan

menyuruhnya untuk mendirikan shalat, menyeru kepada kebaikan dan melarang

kepada kemungkaran. Sehingga pembeberan kewajiban itu ada maknanya, hidup

dan kehidupannya, karena hati yang penuh keimanan kepada Allah dan

mengagungkan-Nya melaksanakan pembebanan itu.

90

Perintah-perintah yang diarahkan oleh Luqman kepada anaknya

sebagaimana telah dipaparkan pada bab III, adalah sangat relevan dengan

kehidupan sekarang ini dimana nilai-nilai religius yang sudah mulai bergeser

dengan adanya arus modernisme dan arus globalisasi. Maka kisah Luqman dapat

dijadikan pelajaran untuk menata dan melangkah pada setiap perbuatan yang

hendak kita kerjakan, tanpa harus memperdebatkan bahwa Luqman adalah nabi

atau bukan, yang lebih baik adalah tawaquf (tidak meniadakan dan tidak

menetapkan).