BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab...

76
55 BAB IV ANALIS A Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapak Bangunan di sekitar tapak: - Utara : Rumah penduduk - Selatan : Jalan sekunder dan pasar Slipi - Barat : Rumah penduduk dan kios - Timur : Jalan utama, Jl. Letjen S. Parman Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak Potensi Tapak - Letak tapak yang berada tepat di barat jalan raya utama Jakarta Barat menjadi kelebihan tersendiri karena dapat menarik perhatian para pengguna jalan. Jalan utama Jakarta Barat Perkantoran Jalur khusus angkutan umum Rumah penduduk Pasar Slipi kios Gambar 4.1: Potensi Tapak

Transcript of BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab...

Page 1: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

55

BAB IV

ANALISA

Aspek Lingkungan

Kondisi Fisik Tapak

Bangunan di sekitar tapak:

- Utara : Rumah penduduk

- Selatan : Jalan sekunder dan pasar Slipi

- Barat : Rumah penduduk dan kios

- Timur : Jalan utama, Jl. Letjen S. Parman

Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak

Potensi Tapak

- Letak tapak yang berada tepat di barat jalan raya utama Jakarta Barat

menjadi kelebihan tersendiri karena dapat menarik perhatian para pengguna

jalan.

Jalan utama Jakarta Barat

Perkantoran

Jalur khusus angkutan umum Rumah

penduduk

Pasar Slipi

kios

Gambar 4.1: Potensi Tapak

Page 2: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

56

- Jalan raya di sekitar tapak dilalui berbagai jenis kendaraan umum, sehingga

dapat mempermudah pengunjung dalam hal transportasi.

- Terdapat bangunan-bangunan kantor dan perumahan di sekitar tapak yang

merupakan potensi untuk menarik pengunjung.

- Terdapat jalur khusus angkutan umum pada jalan sisi timur tapak.

Kekurangan Lingkungan Sekitar Tapak

- Terletak pada daerah bising, pada arah selatan terdapat jalan layang dengan

kepadatan cukup tinggi.

- Terdapat jalan tol pada arah timur sebagai salah satu penyebab kebisingan.

- Kemacetan pada sisi selatan hampir terjadi setiap saat, disebabkan angkutan

umum yang sering berhenti untuk mencari penumpang.

- Kemacetan dan kendaraan menyebabkan polusi.

- Terdapat banyak pedagang kaki lima di sekitar tapak.

Jalan tol

Pedagang kaki lima

Jalan layang

Daerah polusi

Daerah macet dan polusi

Gambar 4.2: Kekurangan Lingkungan Sekitar Tapak

Page 3: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

57

4.1.3 Analisa Pencapaian

Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan perletakan pencapaian ke

dalam tapak, yaitu:

- Kondisi sirkulasi sekitar tapak, berdasarkan kepadatan lalu lintas dan

kendaraan umum yang menunjang pencapaian.

- Kemudahan dan keamanan bagi pengunjung.

- Adanya titik tangkap yang jelas.

Pencapaian Pejalan Kaki

Alternatif 1

Pencapaian pejalan melalui jalan utama.

+) 1. Tempat pemberhentian angkutan umum

2. Merupakan jalan utama, sehingga mudah terlihat.

-) 1. Tidak dapat terlihat oleh

pejalan dari arah A. 2. Terlalu jauh pencapaian

ke tapak jika pejalan dari arah A.

A

Gambar 4.3: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Page 4: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

58

Alternatif 2

Pencapaian pejalan melalui jalan sekunder

Kesimpulan

Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk

memudahkan dalam pencapaian penghuni apartemen maupun pengunjung, maka

pintu masuk pejalan kaki diletakan pada kedua jalan.

+) 1. Mudah diakses dari jalan sekunder

2. Mudah terlihat dari jalan sekunder.

-) 1. Tidak dapat terlihat oleh

pejalan dari arah B. 2. Menimbulkan kemacetan

karena terlalu dekat dengan tikungan.

3. Terlalu jauh pencapaian ke tapak jika pejalan dari arah B.

B

+) 1. Dapat diakses dari jalan utama dan sekunder

2. Mudah terlihat dari jalan utama dan sekunder.

3. Mudah diakses pejalan yang menggunakan kendaraan umum

Antisipasi kemacetan dengan menjauhkan jalan masuk pejalan dari tikungan.

Gambar 4.4: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Pejalan

Gambar 4.5: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Page 5: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

59

Pencapaian Kendaraan

Alternatif 1

Alternatif 2

Kesimpulan

Kendaraan akan masuk/keluar hampir setiap saat. Kepadatan tinggi

kendaraan masuk/keluar akan terjadi pada pagi dan sore hari, karena penghuni

apartemen bekerja/pergi pada pagi hari dan pulang pada malam hari, sedangkan

kepadatan pengunjung mal jika dilihat dari lingkungan sekitar yaitu terdapat

Gambar 4.6: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Kendaraan

+) 1. Mudah diakses dari jalan utama

2. Kondisi jalan yang lebar mendukung sirkulasi kendaraan keluar/masuk.

3. Mudah terlihat dari jalan utama.

-) 1. Tidak dapat terlihat oleh

pejalan dari arah A.

A

Gambar 4.7: Alternatif 2 Analisa Pencapaian Kendaraan

+) 1. Mudah diakses dari jalan sekunder.

2. Mudah terlihat dari jalan sekunder.

-) 1. Tidak dapat terlihat oleh pejalan dari arah B.

2. Kondisi jalan sempit, sirkulasi kendaraan keluar/masuk dapat terganggu.

3. Dapat terjadi kemacetan.

B

Page 6: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

60

bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang hari

sedangkan pagi hari, sore dan malam tidak dapat diprediksi.

Survey yang telah dilakukan menunjukan bahwa jalan di sisi selatan

merupakan jalan dengan kadar kemacetan lebih tinggi dibanding jalan utama.

Kemacetan tersebut diakibatkan oleh kendaraan umum yang berhenti dan jalan

yang hanya dapat dilalui dua mobil, maka sebaiknya di daerah selatan tidak

diletakkan pencapaian untuk mobil. Kesimpulan dari pertimbangan kepadatan lalu

lintas kendaraan dan titik tangkap pengunjung yaitu pencapaian diletakkan pada

sisi jalan utama.

Gambar 4.8: Kesimpulan Analisa Pencapaian Kendaraan

+) 1. Mudah diakses dari jalan utama

2. Kondisi jalan yang lebar mendukung sirkulasi kendaraan keluar/masuk.

4. Mudah terlihat dari jalan utama.

Untuk menghindari kemacetan pada jalan sekunder, maka pada jalan sekunder hanya diletakan pintu masuk motor.

Page 7: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

61

4.1.4 Analisa Sirkulasi dalam Tapak

No. Jenis Keuntungan Kerugian

1. Linier

Memiliki banyak pilihan

jalur;

Mudah ditangkap

pengunjung.

2. Radial

Tepat tujuan. Membingungkan pejalan

kaki/pengunjung dengan

kendaraan pribadi.

3. Spiral

Dapat merasakan

perjalanan arsitektur

Tidak efisien bagi

pengendara kendaraan.

4. Grid

Teratur. Lebik cocok digunakan bila

memiliki tapak yang besar.

5. Jaringan

Fleksibel; terhubung ke

semua tempat.

6. Komposit

Dapat menggabungkan

beberapa pola sirkulasi.

Sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, Francis D.K. Ching

.

.

Tabel 2.3: Pola-pola Konfigurasi Jalur

Page 8: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

62

Kesimpulan:

Dalam perancangan ini akan menggunakan sirkulasi komposit, pada

kenyataannya, bangunan pada umumnya membuat kombinasi dari pola-pola

sirkulasi di atas. Hal terpenting dalam sebuah pola adalah pusat kegiatan, jalan

masuk ke ruangan (sirkulasi horizontal), dan sirkulasi vertikal.

Kegiatan dalam tapak yang dilakukan oleh pengunjung yaitu berjalan kaki

menuju gedung mal, berjalan ke tempat parkir, duduk-duduk dan kegiatan lain di

dalam tapak, sedangkan sirkulasi kendaraan hanya sebatas drop off dan menuju

parkiran. Sirkulasi khusus ditujukan kepada kendaraan servis seperti mobil barang

dan mobil pengangkut sampah.

4.1.5 Tata Ruang Luar

Penataan ruang luar dimaksudkan untuk:

- Mendukung daya tarik bangunan.

- Mendukung penampilan bangunan.

- Sebagai ruang transisi antara kegiatan pada lingkungan sekitar dengan

kegiatan di dalam tapak.

- Memberikan penekanan terhadap batas-batas tapak.

Tata ruang luar dapat diartikan pula sebagai lingkungan luar buatan manusia.

Elemen-elemen yang terdapat pada ruang luar antara lain:

Page 9: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

63

1. Elemen Lunak

Elemen lunak merupakan elemen ruang luar yang terdiri dari beberapa jenis

tanaman. Unsur-unsur tanaman digunakan sebagai:

- Kontrol iklim

a. Pengendalian radiasi matahari dan suhu:

Tanaman menyerap panas sinar matahari dan memantulkan

kembali sehingga menimbulkan pengaruh terhadap

perbedaan suhu.

b. Pengendalian angin: tanaman berguna sebagai penahan,

penyerap dan mengalirkan angin sehingga menimbulkan

iklim mikro. Jenis tanaman yang digunakan harus

diperhatikan tinggi, bentuk, jenis dan kepadatan.

Gambar 4.9: Pohon sebagai Pengendali Radiasi Matahari dan Suhu

Gambar 4.10: Pohon sebagai Pengendali Angin

Page 10: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

64

- Penyaring debu dan kebisingan

Tanaman dapat menyerap suara bising bagi daerah yang

membutuhkan ketenangan. Pemilihan jenis tanaman berdasarkan

tinggi, lebar dan komposisi tanaman. Tanaman juga merupakan

penyaring debu/polusi.

- Kontrol visual

Tanaman dapat menahan silau yang ditimbulkan oleh

matahari, lampu dan pantulan sinar. Perletakan pepohonan dapan

menahan jatuhnya sinar ke daerah yang memerlukan keteduhan.

Gambar 4.11: Pohon sebagai Penyaring Debu dan Kebisingan

Gambar 4.12: Pohon sebagai Pengontrol Visual

Page 11: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

65

- Pembatas fisik

Tanaman berguna untuk mengendalikan dan mengarahkan

pergerakan manusia dan juga kendaraan.

2. Elemen Keras

Kelompok elemen keras antara lain pengerasan di dalam suatu

perencanaan. Elemen keras dapat dibedakan menjadi:

- Street furniture: bangku taman, tong sampah, lampu, dll.

- Penghubung antara kegiatatan yang satu dan yang lain dalam bentuk

sirkulasi seperti pendestrian, plaza, lapangan, dll.

- Sebagai pembeda area aktifitas, dapat dilakukan dengan pemakaian

ragam elemen, misalnya pola lantai.

Bahan pengerasan sebaiknya tidak menggunakan bahan yang dapat

menyilaukan dan mudah menjadi panas. Alternatif pemilihan bahan sebagai

berikut:

Foto 4.1: Pohon sebagai Pembatas Fisik

Page 12: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

66

Bahan Sifat

Plat beton Menyilaukan,

memancarkan/memantulkan panas

ke dalam bangunan.

Rumput Menyerap efek silau matahari

Kerawang/conblock Dalam lubang dapat tumbuh rumput

sehingga suhu tanah tetap sejuk.

Tidak memantulkan panas.

4.1.6 Analisa Matahari dan Angin

Orientasi bangunan di pengaruhi oleh arah matahari. Matahari

menyebabkan panas di bagian timur pada pagi hari dan yang terpanas di bagian

barat pada sore hari, sedangkan bagian utara terkena matahari musim kemarau

selama ± 8 bulan, dan bagian selatan terkena matahari musim hujan selama ± 4

bulan. Angin berhembus dari utara ke selatan. Kondisi angin tersebut

mempengaruhi perancangan bangunan.

Tabel 2.4: Bahan Perkerasan

Gambar 4.13: Letak Jakarta dan Gerak Matahari dalam Setahun

Page 13: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

67

Kesimpulan dari survey yang dilakukan sekitar tapak yaitu bagian barat

pada tapak akan terkena panas matahari dengan intensitas tinggi pada sore hari

karena tidak terdapat bangunan tinggi di sekitar tapak bagian barat dan bagian utara

pada tapak juga akan mendapat dampak dari panas matahari ketika musim

kemarau.

Zoning tapak berdasarkan analisa matahari yaitu servis diletakan pada

bagian barat dan utara, publik di bagian timur karena pengunjung akan datang saat

matahari telah meninggi, dan privat diletakan pada bagian tengah tapak agar

terlindung dari panas matahari.

Gambar 4.14: Analisa Matahari dan Angin

Daerah panas pada pagi hari.

Daerah panas terpanas pada sore hari.

Daerah panas pada musim kemarau

Daerah panas pada musim hujan

Arah pergerakan matahari

Arah pergerakan angin

Page 14: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

68

4.1.7 Analisa Kebisingan dan Polusi

Sumber bising dan polusi terbesar adalah kendaraan bermotor di sekitar

tapak, dimana di sisi timur dan selatan tapak adalah jalan raya dengan kepadatan

relatif sedang hingga tinggi. Bagian barat dan utara relatif tenang karena berbatasan

dengan rumah penduduk dengan intensitas polusi dan bising yang relatif rendah.

Gambar 4.15: Zoning Berdasarkan Analisa Matahari dan Angin

Parkir

Ruang terbuka publik

Mal dan apartemen

Gambar 4.16: Analisa Kebisingan dan Polusi

Daerah paling bising dan polusi

Jalan layang

Jalan utama

Pemberhentian bus

Page 15: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

69

Zoning tapak berdasarkan analisa kebisingan dan polusi yaitu area parkir

diletakkan di daerah dengan intensitas bising yang tinggi, area publik diletakan di

daerah dengan intensitas bising dan polusi yang lebih rendah, sedangkan area privat

diletakkan di daerah privat yaitu mal dapat diletakan di daerah bising maupun tidak

bising karena bersifat tertutup pada massa bangunan dan berorientasi ke dalam

bangunan.

4.1.8 Zoning

Alternalif zoning berdasarkan analisa pencapaian, matahari dan angin,

kebisingan dan polusi, maka dibuat perbandingan, dipadukan dan diputuskan

zoning yang akan diterapkan pada tapak.

Gambar 4.17: Zoning Berdasarkan Analisa Kebisingan dan Polusi

Parkir Ruang terbuka publik

Mal dan apartemen

Page 16: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

70

Area privat yaitu mal terletak pada tengah tapak, mal tidak memerlukan

bukaan untuk udara sebab mal menggunakan pengudaraan buatan untuk menjaga

kualitas barang yang dijual. Penurunan barang dan pengambilan sampah dilakukan

di basement untuk menghemat lahan pada tapak.

4.1.9 Orientasi Massa Bangunan

Tapak yang berada di persimpangan jalan memerlukan perancangan khusus

pada bagian massa bangunan agar tidak mengganggu pandangan pengguna jalan.

Tapak di persimpangan memiliki kelebihan tersendiri yaitu memiliki dua bagian

muka dan dapat menjadi titik tangkap pengguna jalan.

Gambar 4.18: Zoning Berdasarkan Analisa Tapak

Mal Apartemen

Ruang terbuka publik

Page 17: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

71

Pemukiman penduduk

Foto 4.2: Pemukiman Penduduk 1

Foto 4.3: Pemukiman Penduduk 2 Foto 4.4: Bank BCA

Foto 4.5: Jalan Layang Foto 4.6: Pasar Slipi

Page 18: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

72

Orientasi massa bangunan mal berorientasi pada jalan utama dan persimpangan

jalan, sedangkan apartemen dapat berorientasi ke utara dan selatan. Arah utara,

selatan dan barat tidak terdapat bangunan tinggi sehingga fasad bangunan dapat

terlihat. Arah selatan merupakan jalan utama sehingga pengguna jalan dapat

melihat langsung fasad bangunan.

Gambar 4.19: Orientasi Massa Bangunan

Tampak muka bangunan

Tampak muka bangunan

Page 19: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

73

4.2 Analisa Manusia

4.2.1 Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan

Skema 4.1: Pelaku dan Jenis Kegiatan Apartemen

Page 20: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

74

Skema 4.2: Pelaku dan Jenis Kegiatan Mal

Page 21: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

75

4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang

Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang

Penghuni Orang tua Anak Pembantu

- Makan - Tidur - Kerja - Nonton TV - Mandi - Buang air - Berbincang - Menerima tamu - Jalan ke mal - Olah raga - Sholat

- Ruang makan - Ruang tidur - Ruang keluarga - Kamar mandi - Toilet - Ruang tamu/balkon - Lobby mal - Jogging track, fitness center - Ruang ibadah

- Makan - Tidur - Belajar - Nonton TV - Mandi - Buang air - Berbincang - Menerima tamu - Jalan ke mal - Olah raga - Sholat

- Ruang makan - Ruang tidur - Ruang belajar - Kamar mandi - Toilet - Ruang tamu - Lobby mal - Jogging track, fitness center - Ruang ibadah

- Makan - Tidur - Mandi - Buang air - Sholat - Menbersihkan rumah - Mencuci piring - Memasak

- Ruang makan - Ruang tidur - Kamar mandi - Toilet - Ruang ibadah - Dapur, pantry

Pengelola Apartemen Menejer Marketing

- Bekerja - Buang air - Makan - Sholat

- Ruang kerja - Toilet pegawai - Food court/Kantin - Mushollah

- Memasarkan unit - Menerima pembeli - Melakukan transaksi - Buang air - Makan

- Ruang pameran - Toilet pegawai - Kantin

Tabel 4.1: Analisa Kebutuhan Ruang Apartemen

Page 22: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

76

Staf-staf lain

- Sholat - Mushollah - Menerima keluhan penghuni - Buang air - Makan - Sholat

- Ruang kerja/ruang tunggu - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah

Penunjang Apartemen Petugas kebersihan Petugas keamanan Petugas parkir Petugas loket parkir

- Membersihkan gedung - Mengangkut sampah - Menyimpan alat kebersihan - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Penampungan sampah - Gudang - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah

- Menjaga keamanan gedung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Pos jaga - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah

- Membantu pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Toilet - Kantin - Mushollah

- Menerima pembayaran - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Loket - Toilet - Kantin - Mushollah

Page 23: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

77

Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang

Pengunjung - Melihat produk, belanja - Makan - Jalan - Berbincang - Buang air - Sholat

- Ruang display - Food court/restoran - Kafe - Toilet - Mushollah

Penyewa retail

- Menyimpan barang - Membuka toko - Melayani kustomer - Membuang sampah - Makan - Buang air - Ganti pakaian - Sholat

- Gudang - Kasir - Tempat sampah - Kantin - Toilet - Mushollah

Supplier

- Mengantar barang - Melakukan transaksi

- Loading dock/lift barang

Pengelola Mal Menejer Staf-staf lain

- Bekerja - Rapat - Buang air - Makan - Sholat

- Ruang kerja - Toilet pegawai - Food court/kantin - Mushollah

- Menerima keluhan penyewa retail - Rapat - Menerima tamu - Menerima calon penyewa - Melakukan transaksi - Buang air - Makan - Sholat

- Ruang kerja - Ruang tunggu - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah

Penunjang Mal Petugas kebersihan Petugas keamanan

- Membersihkan gedung - Mengangkut sampah - Menyimpan alat kebersihan - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Penampungan sampah - Gudang - Toilet - Kantin - Mushollah

- Menjaga keamanan gedung - Ganti pakaian - Buang air - Makan

- Pos jaga - Toilet - Kantin

Tabel 4.2: Analisa Kebutuhan Ruang Mal

Page 24: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

78

Petugas parkir Petugas loket parkir

- Sholat - Mushollah

- Membantu pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Toilet - Kantin - Mushollah

- Menerima pembayaran - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Loket - Toilet - Kantin - Mushollah

Customer service

- Melayani pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat

- Meja informasi - Toilet - Kantin - Mushollah

4.3 Analisa Bangunan

4.3.1 Program Ruang

Analisa Besaran Ruang Apartemen

Apartemen dalam proyek ini akan dibatasi jumlah kamar dalam unit, yaitu

1-3 kamar tidur. Besaran rata-rata unit apartemen menurut Endy Marlina dalam

buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial adalah:

No. Jenis Unit Penghuni Besaran Ruang (m2)

1. Tipe 1 kamar tidur 2-3 orang 36-54

2. Tipe 2 kamar tidur 3-4 orang 45-90

3. Tipe 3 kamar tidur 4-5 orang 90-108

Tabel 4.3: Besaran Unit Apartemen

Page 25: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

79

Rata-rata besaran unit apartemen berdasarkan survey (m2)

Gandari a

Tower A Lavande Poins Square

Central Park

Apartemen Thamrin

Star City Rata-rata

1 59 31,9 76 49,66 41,7 48 51,043

2 93 35,8 86,5 90,2 61,4 63 71,65

3 130 84,75 124 127,2 94,84 109 111,6

*rata-rata dari besaran beberapa unit apartemen yang memiliki jumlah kamar sama.

Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 1 kamar tidur

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang tidur 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari Zona sirkulasi

2x1,5 0,5x0,5 0,4x1

0,5x0,5 0,5x1 2,17

NDA 6,57

2. Ruang duduk, ruang makan dan pantry

1-2

Sofa Meja Meja TV TV Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi

0,7x0,8 0,6x0,6 0,4x1,5

0,6x3

3,7

NDA DM&RI

7,02

3. Kamar mandi 1 Kloset Wastafel Shower

2,2x1,45 NDA 3,19

4. Sirkulasi 20% luas unit 3,35 Jumlah 20,13

Tabel 4.4: Rata-rata Besaran Unit t

Tabel 4.5: Kebutuhan Ruang Unit 1 Kamar

Apart Kamar

Page 26: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

80

Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 2 kamar tidur

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang tidur utama 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari

2x1,5 0,5x0,5 0,4x1

0,5x0,5 0,5x1

NDA 4,4

2. Ruang tidur anak 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari

2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1

NDA 4,84

3. Ruang duduk 2-4

Sofa (4) Meja Meja TV TV

0,7x0,8 0,6x0,6 0,4x1

NDA DM&RI

3

4. Ruang makan 2-4 Meja makan Kursi Zona sirkulasi

2x1,3

0,6x6,6 NDA 6,56

5. Pantry 1

Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi

0,6x3

0,762

NDA

DM&RI

6,372

6. Kamar mandi 1 Kloset Wastafel Shower

2,2x1,45 NDA 3,19

7. Balkon 1-2 1x3 3 8. Sirkulasi 20% luas unit 6,272 Jumlah 37,63

Tabel 4.6: Kebutuhan Ruang Unit 2 Kamar

Page 27: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

81

Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 3 kamar tidur

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang tidur utama 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari Meja kerja Kursi kerja

2x1,5 0,5x0,5 0,4x1

0,5x0,5 0,5x1

0,7x1,2 0,6x0,6

NDA 5,85

2. Ruang tidur anak 1 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari

2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1

NDA 4,84

3. Ruang tidur anak 2 1-2

Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari

2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1

NDA 4,84

4. Ruang duduk 4-5

Sofa (5) Meja Meja TV Zona sirkulasi

0,7x0,8 0,6x0,8 0,4x1,5 4,4x0,5

NDA

DM&RI

7,58

5. Ruang makan 4-5 Meja makan Kursi Zona sirkulasi

2x2

1x8 NDA 12

6. Dapur 1

Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi

0,6x3

0,762

NDA

DM&RI

6,372

7. Kamar mandi (2) 1

Kloset Wastafel Shower

2,2x1,45 NDA 6,38

8. Kamar pembantu 1 Tempat tidur 0,9x2 NDA 1,8

9. Kamar mandi pembantu 1 Kloset

kran 0,9x1,45 NDA 1,3

11. Balkon 1-2 1x3 3 12. Sirkulasi 20% luas unit 10,79 Jumlah 64,75

Tabel 4.7: Kebutuhan Ruang Unit 3 Kamar

Page 28: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

82

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Resepsionis 3

Meja resepsionis Kursi Loker pos Zona sirkulasi

0,6x3 0,5x0,5 1x0,3

0,762x3

DM&RI 4,63

2. Ruang tunggu 4 Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi

0,8x0,7 0,6x0,6 0,762x2

DM&RI 7,58

3. Ruang menejer 1

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,7x1,5 0,6x0,6 0,5x1

0,85x2,1

DM&RI 4,86

4. Ruang sekretaris 1

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1

0,762x2,1

DM&RI 2,95

5. Ruang marketing 5-8

Sofa (8) Meja tamu (2) Zona sirkulasi

0,8x0,7 0,6x0,6 0,45x1,2

DM&RI 13

6. Ruang administrasi 4-6

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1

0,762x2,1

DM&RI 2,95

7. Ruang rapat 10-12

Meja Kursi (12) Layar LCD Zona sirkulasi

2,6x1,5 0,5x0,5

0,762x11,6

DM&RI 15,72

8. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 1,637

9. Sirkulasi 15% luas kantor 10,66 Jumlah 63,99

Tabel 4.8: Kebutuhan Ruang Pengelola Apartemen

Page 29: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

83

Analisa kebutuhan ruang fasilitas apartemen

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Lobby 10 Sofa (10) Meja (3)

0,7x0,8 0,6x0,6 DM&RI 6,68

2. Resepsionis 2 Meja resepsionis Kursi Zona sirkulasi

0,6x2 0,5x0,5 0,762x2

DM&RI 4,63

3. Ruang fitness 60 Alat fitness 200m2 NDA 5,784

4. Aerobic 12 Alat aerobic Kaca

1,5x1,5/org 27

5. Sauna 3-5 Kursi Tungku 2x2 NDA 4

6. Ruang karyawan 6

Loker Meja Kursi (6) Zona sirkulasi

0,4x0,3 1,8x0,6 0,5x0,5 0,762x2

DM&RI 5,784

7. Toilet pria 3 Kloset Wastafel 0,9x1,45 NDA 3,9

8. Toilet wanita 3 Kloset Wastafel 0,9x1,45 NDA 3,9

9 Gudang 1-2 3 10. Sirkulasi 20% luas fitness center 12,93 Jumlah 77,6

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Retail kafetaria 3

Tempat cuci Kompor Tempat perabot Zona sirkulasi

0,6x3

0,762

NDA

DM&RI

6,372

2. Ruang makan 25 Meja Kursi Zona sirkulasi

0,6x1,8 2,52

NDA

DM&RI 45

3. Wastafel 8 Wastafel Zona sirkulasi

0,5x0,3 0,762x2 NDA 3,64

Tabel 4.9: Kebutuhan Ruang Fitness Center

Tabel 4.10: Kebutuhan Ruang Kolam Renang

Page 30: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

84

4. Toilet pria dan ruang ganti

4 Kloset Wastafel Ruang ganti

3x6 NDA 18

6. Toilet wanita dan ruang ganti

3 Kloset Wastafel Ruang ganti

3x6 NDA 18

8. Gudang 1-2 3 9. Sirkulasi 20% luas 18,8 Jumlah 112,81

Keterangan: NDA : Neufert Data Arsitek DM&RI : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

Analisa Besaran Ruang Mal

Berdasarkan survey di beberapa mal, maka diperoleh besaran rata-rata retail

berluasan kurang dari 200m2 adalah sebagai berikut:

Besaran Mal Ciputra (m2) Rata-rata <50m2 24 32 40 48 36

50-100m2 60 64 72 80 84 96 76 100-200m2 120 128 160 192 150 Besaran Mal Puri Indah (m2) Rata-rata <50m2 18 24 30 32 36 40 48 32,5

50-100m2 60 64 72 80 84 100 76,6 100-200m2 108 120 144 124 Besaran Mal Pondok Indah (m2) Rata-rata <50m2 24 48 36

50-100m2 60 64 72 80 100 75,2 100-200m2 112 128 144 160 176 192 123,1

Besaran Mal Ciputra Mal Puri Indah Mal Pondok Indah 2 Rata-rata <50m2 36 32,5 36 34,8

50-100m2 76 76,6 75,2 75,9 100-200m2 150 124 123,1 132,3

Rata-rata besaran retail berdasarkan survey menjadi acuan besaran retail pada

perancangan proyek mal dan apartemen.

Tabel 4.11: Rata-rata Besaran Retail Berdasarkan Survey

Page 31: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

85

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang display 10 Rak display (2) Zona sirkulasi

0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2

NDA

DM&RI 8,81

2. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 3,84

3. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 3,65

4. Sirkulasi 20% luas retail 3,26 Jumlah 19,56

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang display 15 Rak display (4) Zona sirkulasi

0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2

NDA

DM&RI 17,87

2. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 3,84

3. Gudang 1 Rak (4) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 7,31

4. Sirkulasi 20% luas retail 5,8 Jumlah 34,82

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang display 20 Rak display (8) Zona sirkulasi

0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2

NDA

DM&RI 35,24

2. Kasir 2 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 7,68

3. Gudang 1 Rak (8) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 13,09

4. Sirkulasi 20% luas retail 11,2 Jumlah 67,2

Tabel 4.12: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Kecil

Tabel 4.13: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Menengah

Tabel 4.14: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Besar

Page 32: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

86

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang display produk kering

75

Rak display (30) Zona sirkulasi

0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2

NDA

DM&RI 176,2

2. Ruang display produk basah

15

Rak display Zona sirkulasi Timbangan

7x1m 0,762x2 1,3x2,2

NDA

DM&RI 20,528

3. Ruang display buah

15

Rak display Zona sirkulasi Timbangan

0,6x8m 0,762x2 1,3x2,2

NDA

DM&RI 19,852

4. Ruang display masakan

15

Rak display Zona sirkulasi Timbangan

1x5m 0,762x2 1,3x2,2

NDA

DM&RI 15,48

5. Ruang display produk dingin

15

Rak display Rak dinding Lemari es Zona sirkulasi

1,46x6m 1,17x6m 0,9x2,5m 0,762x2

NDA

DM&RI

30,984

6. Kasir 3 Meja kasir Zona sirkulasi

1,4x3,2 0,914 NDA 22,21

7. Pintu masuk 100bh Kereta dorong 0,6x0,84 NDA 6,5

8. Gudang

5 Rak (6) Lemari pendingin Lemari pemanas Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,9x2,5m 0,9x2,5m

0,762

NDA

DM&RI

33,3

9. R. Karyawan

16 Loker Meja Kursi (6) Zona sirkulasi

0,4x0,3 1,8x0,6 0,5x0,5 0,762x2

DM&RI 5,784

10. Ruang menejer

2 Meja (2) Kursi (4) Lemari arsip (2) Zona sirkulasi

1,5x0,7 0,6x0,6 1x0,5

0,762x2

DM&RI 6,826

11. Toilet karyawan

2 Kloset (2) Wastafel (2) Zona sirkulasi

0,7x0,4 0,75x0,3 0,9x0,75

NDA 3,15

12. Sirkulasi 20% luas swalayan 76,97 Jumlah 408,976

Tabel 4.15: Kebutuhan Ruang Swalayan 400-500m2 (NDA)

Page 33: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

87

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang tunggu 4

Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi

0,8x0,7 0,6x0,6

0,4 0,762x2

DM&RI 7,98

2. Ruang tata rambut 6

Meja rias (3) Kursi (3) Rak Zona sirkulasi

0,4x0,8 0,6x0,8 1,5x0,5 0,762x2

NDA

DM&RI

21,13

3. Ruang cuci rambut 6 Kursi cuci (3)

Zona sirkulasi 2,25x1,3 0,762x2 DM&RI 16,983

4. Toilet 1 Kloset Wastafel Zona sirkulasi

0,7x0,4 0,75x0,3 0,9x0,75

NDA 1,575

5. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 7,68

6. Gudang 1 Rak (1) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 2,78

7. Sirkulasi 20% luas salon 11,62 Jumlah 69,75

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Dapur 3

Tempat cuci Kompor Tempat perabot Zona sirkulasi

0,6x3

0,762

NDA

DM&RI

6,372

2. Ruang saji + kasir 2

Meja kasir Meja saji Zona sirkulasi

0,7x1 0,7x1 0,762

DM&RI 4,448

4. Sirkulasi 20% luas retail food court 2,164 Jumlah 12,98

Tabel 4.16: Kebutuhan Ruang Salon (Termasuk ke Dalam Retail Besar)

Tabel 4.17: Kebutuhan Ruang Retail Food Court

Page 34: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

88

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang makan 200 Meja Kursi Zona sirkulasi

0,6x1,8 2,52

NDA

DM&RI 360

2. Wastafel 8 Wastafel Zona sirkulasi

0,5x0,3 0,762x2 NDA 3,64

4. Sirkulasi 20% luas retail food court 72,728 Jumlah 436,368

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang tunggu 4 Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi

0,8x0,7 0,6x0,6 0,762x2

DM&RI 7,58

2. Ruang menejer 1

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,7x1,5 0,6x0,6 0,5x1

0,85x2,1

DM&RI 4,86

3. Ruang sekretaris 1

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1

0,762x2,1

DM&RI 2,95

4. Ruang marketing 5-8

Sofa (8) Meja tamu (2) Zona sirkulasi

0,8x0,7 0,6x0,6 0,45x1,2

DM&RI 13

5. Ruang administrasi 4-6

Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi

0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1

0,762x2,1

DM&RI 2,95

6. Ruang rapat 10-12

Meja Kursi (12) Layar LCD Zona sirkulasi

2,6x1,5 0,5x0,5

0,762x11,6

DM&RI 15,72

8. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi

0,7x1,25 0,762

NDA DM&RI 1,637

9. Sirkulasi 15% luas kantor 9 Jumlah 59,62

Tabel 4.18: Kebutuhan Ruang Makan Food Court

Tabel 4.19: Kebutuhan Ruang Pengelola Mal

Page 35: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

89

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang ATM 3 Mesin ATM 1x1 3 2. Ruang antri 3 r: 0,533m DM&RI 2,67 3. Sirkulasi 20% luas ATM center 1,134 Jumlah 6,804

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang menyusui 4

Tempat tidur Meja Zona sirkulasi

0,9x2 0,5x0,5 0,762x2

NDA 3,9

2. Ruang duduk 4 Sofa (4) Meja (2)

0,6x0,7 0,6x0,6 DM&RI 2,4

3. Sirkulasi 20% luas ruang ibu dan anak 1,26 Jumlah 7,56

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang bermain 4 9 NDA 9

2. Ruang duduk 4 Sofa (4) Meja (2)

0,6x0,7 0,6x0,6 DM&RI 2,4

3. Sirkulasi 20% luas penitipan anak 2,28 Jumlah 7,5

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Ruang bermain 20 Alat

permainan (8) 15m2 NDA 120

2. Loket koin dan 4 Meja display

hadiah 5x2 10

Tabel 4.20: Kebutuhan Ruang ATM Center

Tabel 4.21: Kebutuhan Ruang Ibu dan Anak

Tabel 4.22: Kebutuhan Ruang Penitipan Anak

Tabel 4.23: Kebutuhan Ruang Arena Bermain k

Page 36: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

90

penukaran hadiah

Meja hadiah Kasir

3. Gudang 3x5 15 3. Sirkulasi 20% luas ruang bermain anak 29 Jumlah 174

Analisa kebutuhan ruang pelayanan umum mal dan apartemen

No.

Kebutuhan Ruang

Jmlh Peng-guna

Elemen ruang Dimensi Standar Sumber

Besaran Ruang (m2)

1. Musholla 10 r: 0,533m DM&RI 5 4. Toilet umum 4 Kloset 1,45x0,9 NDA 5,22 Jumlah 16,8

4.3.2 Analisa Luas Mal dan Apartemen

KLB: 4, luas lahan: 6.500 m2

Luas lahan yang boleh dibangun: 60% x 6.500 = 3.900m2

Bangunan yang boleh dibangun: 4 x 6.500 = 26.000m2

Apartemen

Rata-rata persentase jumlah unit kamar (unit) berdasarkan survey

Gandaria

Tower A

Lavan-de

Poins Square

Central Park

Thamrin Alamanda

Star City

Rata-rata

Rata-rata (%)

1 38 110 23 94 168 289 120,33 30,4% 2 76 374 114 164 112 95 155,83 39,5% 3 114 232 195 70 56 48 119,16 30,1%

Total 228 716 332 328 336 432 395,33 100%

Jumlah kamar yang dibutuhkan adalah ±250 kamar. Mall membutuhkan tiga lantai,

maka apartemen memiliki sembilan lantai. Presentasi jumlah unit kamar perlantai

menurut analia yaitu unit satu kamar sebesar 30,4%, unit dua kamar sebesar 39,5%

Tabel 4.24: Kebutuhan Ruang Pelayanan Umum

Tabel 4.25: Persentase Jumlah Unit Kamar

Apart Kamar

Page 37: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

91

dan unit tiga kamar sebesar 30,1%, maka setiap lantai apartemen terdiri dari

delapan unit tipe satu kamar, dua belas unit tipe dua kamar, dan delapan unit tipe

tiga kamar.

Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan survey

Tipe Unit Perhitungan Jumlah (m2)

1 kamar 68 unit x 51,043 m2 3.724,09 2 kamar 104 unit x 71,65 m2 6.792,42 3 kamar 68 unit x 111,6m2 8.061,984 Total luas 18.578,494

Karena lahan tidak sebanding dengan lahan pada survey maka ruang yang

dirancang harus lebih kecil dari hasil survey (Tabel).

Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan program ruang

Tipe Unit Perhitungan Jumlah (m2) 1 kamar 68 unit x 20,13 m2 1.368,84 2 kamar 104 unit x 37,63 m2 3.913,52 3 kamar 68 unit x 64,75 m2 4.403 Total luas 9.685,36

No. Jenis Ruang Luas (m2) 1. Luas seluruh unit apartemen 9.685,36 2. Ruang pengelola 63,99 3. Fitness center 77,6 4. Kolam renang 112,81 5. Luas servis 4% 397,59 Luas apartemen seluruhnya 10.337,35

Luas bangunan apartemen seluruhnya adalah 10.337,35m2, pada satu tower

apartemen memiliki sembilan lantai untuk memaksimalkan jumlah lantai, dan

setiap lantai memiliki luas 574,29m2.

Tabel 4.26: Luas Seluruh Unit Berdasarkan Survey

Tabel 4.27: Luas Seluruh Unit Berdasarkan Program Ruang

Tabel 4.28: Luas Seluruh Apartemen Berdasarkan Program Ruang

Page 38: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

92

Mall

Rata-rata persentase jumlah retail (unit) berdasarkan survey

Mal Ciputra Mal Puri Indah

Mal Pondok Indah 2

Rata-rata

Rata-rata (%)

<50m2 60% 62,2% 7,8% 87.8 43,5% 50-100m2 32,7% 23,3% 50% 215 35,5% 100-200m2 7,3% 12,5% 42,2% 121.8 21%

Jumlah retail 360 188 380 309,33

Jumlah retail disesuaikan dengan rata-rata pada survey menjadi:

26.000m2 - luas apartemen = 26.000 m2 - 10.337,35 m2 = 10.311,35m2

= 42 retail

Tipe Retail Perhitungan Jumlah

Kecil 43,5% x 42 18 Menengah 35,5% x 42 15 Besar 21% x 42 9

Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan program ruang

Dan presentasi jumlah retail adalah:

Tipe Retail Perhitungan Jumlah (m2) Kecil 18 x 19,56 m2 352,08

Luas Bangunan Jumlah Retail Luas Bangunan/ Jumlah retail

Mal Ciputra 80 000 m2 360 222,22 Mal Puri 57.000 m2 180 316,66

PIM 75.000 m2 380 197,36 Rata-rata 245,41

Tabel 4.29: Persentase Jumlah Retail Berdasarkan Survey

Mall Besaran

retail

Tabel 4.31: Jumlah Retail

Tabel 4.32: Luas Retail Seluruhnya

Tabel 4.30: Jumlah Retail Melalui Perbandingan Luas Bangunan Berdasarkan Survey

10.311,35 245,41

Page 39: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

93

Menengah 15 x 34,82 m2 522,3 Besar 9 x 67,2 m2 604,8 Total luas 1.479,18

Mal Ciputra Mal Puri Indah Mal Pondok Indah 2 Rata-rata

14 16 22 17,33

Nama Mal Luas Anchor Tenant/lantai (m2) Luas Mal (m2)

Perbandingan Luas Anchor Tenant

dengan Luas Mal Mal Ciputra 2.688 80.000 1: 3,3 Mal Puri Indah 2.914 57.000 1:14.29 Mal Pondok Indah 2 2.550 75.000 1:5,88

Rata-rata 1:7,8

Rata-rata perbandingan tersebut jika disesuaikan dengan proyek Mal dan

Apartemen di Jakarta Barat, maka besaran anchor tenant:

Luas yang dapat dibangun pada tapak adalah 3.900m2, maka luas anchor tenant

adalah 3.900 : 7,8 = 500m2

No. Jenis Ruang Luas (m2) 1. Luas seluruh retail 1.479,18 2. Ruang pameran 419,68 3. Swalayan 408,976 4. Anchor tenant 500 5. Food court (18 retail): 18 x 12,984m2 233,712 6. Ruang makan food court 436,368 7. Ruang pengelola mal 59,62 8. ATM center 6,8

Tabel 4.35: Luas Mal Seluruhnya

Tabel 4.33: Jumlah Rata-rata Retail Food Court Menurut Survey

Tabel 4.34: Analisa Besaran Anchor Tenant Menurut Survey

Page 40: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

94

9. Ruang ibu dan anak 7,56 10. Ruang penitipan anak 7,5 11. Ruang bermain 174 12. Sirkulasi 20% 746,6792 13. Luas servis 10% 373,3396 Luas seluruh mal 4.853,4148

Keterangan:

NDA : Neufert Data Arsitek DM&RI : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

Jadi luas bangunan seluruhnya:

Apartemen : 10.337,35m2

Mal : 4.853,4148m2 +

Jumlah : 15.190,7648m2

Page 41: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

95

4.3.3 Analisa Skema Hubungan Ruang Makro

Skema 4.3: Hubungan Ruang Makro

Page 42: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

96

4.3.4 Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro

Skema 4.4: Hubungan Ruang Mikro Apartemen

Skema 4.5: Hubungan Ruang Mikro Mal

Page 43: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

97

4.3.5 Analisa Organisasi Ruang

Jenis organisasi ruang dalam buku Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, dikarang

oleh Francis D.K. Ching:

Jenis Organisasi

Ruang Kelebihan

Organisasi Terpusat

- Stabil - Teratur - Dapat berfungsi sebagai suatu objek di dalam daerah atau volum ruang yang tetap

Organisasi Linier

- Menunjukan suatu arah - Fleksibel, dapat menanggapai macam-macam kondisi tapak. - Dapat mengelilingi dan melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah daerah ruang.

Organisasi Radial

- Dapat meluas dan menggabungkan diri pada unsure-unsur pada tapak.

Organisasi Cluster

- Fleksibel - Dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya. - Dapat memadukan ruang-ruang yang berlainan fungsi, ukuran dan jenisnya.

Organisasi Grid

- Teratur - Dapat dibuat dalam satu atau dua arah

Kesimpulan:

Karena proyek ini adalah mal dan apartemen yang memiliki fungsi, ukuran dan

jenis ruang yang berbeda-beda dan memerlukan suatu pengelompokan dan

penyesuaian terhadap fungsi ruang, maka organisasi yang akan digunakan adalah

organisasi cluster.

Tabel 4.36: Organisasi Ruang D. K. Ching

Page 44: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

98

4.3.6 Analisa Jenis Massa Bangunan

Massa bangunan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

- Aktifitas kegiatan di dalam bangunan dan kebutuhan ruang yang

direncanakan

- Penerapan prinsip-prinsip arsitektur tropis

- Kemudahan dalam pembagian pola grid pada sistem struktur.

- Bentuk massa merupakan suatu kesatuan terhadap lingkungan

- Dipengaruhi oleh kondisi iklim

- Penyesuaian terhadap bentuk tapak.

Bentuk dasar massa bangunan berdasarkan pertimbangan di atas, bentuk massa

yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah:

No. Bentuk Dasar Keterangan 1. Bujur sangkar Orientasi ke empat arah

Memiliki orientasi dan sirkulasi dalam bangunan yang memusat Memiliki orientasi dan sirkulasi dalam bangunan yang memusat Kurang optimal dalam upaya pemanfaatan potensi iklim tropis

2. Persegi panjang Orientasi terkuat pada dua arah memanjang Memiliki sirkulasi dalam bangunan linier Dapat optimal dalam pemanfaatan potensi iklim tropis

3. Lingkaran Orientasi bangunan ke segala penjuru Memiliki orientasi dalam bangunan terpusat Boros ruang jika diterapkan pada bangunan fungsional

4. Segitiga Orientasi bangunan ke tiga arah Memiliki orientasi dalam bangunan terpusat Sulit dalam penataan ruang

Tabel 4.37: Bentuk Dasar Bangunan

Page 45: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

99

Penataan bangunan apartemen dalam buku Panduan Perancangan Bangunan

Komersial dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

Jenis Penataan

Bangunan Kelebihan Kekurangan

Center Corridor Plan

- Cocok jika diterapkan di tapak berbentuk persegi panjang. - Cocok untuk menyiasati panas matahari

- Cahaya alami kurang maksimal

Open Corridor Plan

- Koridor mendapat pencahayaan alami maksimal.

- Unit hanya sedikit yang dapat ditampung. - Harus sangat memperhatikan beban angin.

Tower Plan

- Lebih stabil - Core berada di pusat memudahkan pencapaian bagi penghuni

- Koridor tidak mendapat pencahayaan dan pengudaraan alami.

Cross Plan

- Dapat menampung banyak unit. - Stabil - Core berada di pusat memudahkan pencapaian bagi penghuni

- Membutuhkan lahan yang besar. - Jauh mencapai core bagi unit yang berada di ujung gedung.

Kesimpulan:

Bentuk massa bangunan yang sesuai dengan pertimbangan dan pemanfaatan

iklim tropis adalah massa bangunan bentuk persegi panjang untuk apartemen dan

persegi untuk mal agar dapat mengoptimalkan penggunaan lahan pada tapak yang

berbentuk persegi.

Tabel 4.38: Penataan Bangunan Apartemen

Page 46: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

100

4.3.7 Analisa Sirkulasi dalam Bangunan

Sirkulasi horizontal

Sirkulasi horizontal digunakan untuk menghubungkan ruang-ruang pada di

lantai yang sama, dalam bangunan apartemen, sirkulasi horizontal merupakan

sarana penghubung antara unit dengan core. Jenis pola sirkulasi yang dapat

digunakan adalah linier dan radial. Linier merupakan sirkulasi berupa jalan lurus,

dapat memotong, melengkung dan bercabang, sedangkan radial berupa jalan yang

mengembang, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu radial memusat dan

menyebar.

Bentuk massa bangunan yang telah ditetapkan pada analisa jenis masa

bangunan menjadi acuan bagi sirkulasi di dalam bangunan, dalam hal ini sirkulasi

horizontal yang digunakan dalam gedung mal dan apartemen adalah sirkulasi linier.

Pengunjung mal memerlukan arahan untuk menelusuri seluruh bagian mal untuk

keperluan komersial. Arahan tersebut dapat diaplikasikan melalui sirkulasi

berbentuk linier, dimana pengunjung akan terbawa mengelilingi keseluruhan retail.

Sirkulasi vertikal

Sirkulasi vertikal digunakan untuk menghubungkan ruang satu dan ruang lain pada

di lantai yang berbeda. Sirkulasi vertikal sangat penting untuk gedung mal dan

apartemen untuk sirkulasi ke lantai-lantai atas. Pada apartemen akan menggunakan

koridor dengan sistem double loaded interior corridor untuk memudahkan sirkulasi

penghuni mengakses dari dua arah. Jenis-jenis sirkulasi vertikal antara lain:

Page 47: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

101

1. Tangga

Tangga dibagi menjadi dua fungsi, yaitu tangga untuk umum dan

tangga darurat. Tangga umum digunakan untuk menunjang aktifitas

penghuni dan pengunjung mal. Tangga memiliki beberapa jenis, yaitu

tangga L, U, I, dan tangga putar. Jenis-jenis tangga tersebut digunakan

dengan pertimbangan fungsi ruang, ruang yang tersedia, pencitraan ruang

dan pengguna ruang.

Peraturan tentang tangga darurat berbeda antara negara satu dan

yang lain, namun sistem pintu keluar pada dasarnya sama, yaitu memberi

kemudahan bagi penghuni/pengguna gedung untuk dapat selamat keluar

dari gedung bila terjadi musibah. Pintu tangga darurat hanya terbuka ke

arah dalam tangga, kecuali pintu di lantai dasar, yang terbuka hanya kea rah

luar. Tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basement harus

disekat, agar orang yang ingin ke lantai dasar tidak tersesat. Lebar pintu

keluar minimum 80 cm, lebar tangga kebakaran dan koridor minimum

adalah 120 cm.

2. Eskalator dan ramp berjalan

Eskalator dapat menggantikan fungsi tangga, yaitu sebagai

penganggut manusia dalam jumlah banyak secara berkesinambungan dari

lantai bawah ke lantai atas dan sebaliknya. Eskalator akan efektif bila:

- Ada keseragaman kecepatan lalu lintas orang

Page 48: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

102

- Terdapat kesinambungan arus manusia

- Mesin penggerak dapat diubah arah pergerakannya

Ada tiga macam tata letak eskalator yang sering digunakan:

- Bersilangan

- Sejajar dengan arus manusia yang berputar

- Sejajar dengan arus manusia yang menerus.

Gambar 4.20: Tata Letak Eskalator Bersilangan

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana

Gambar 4.21: Tata Letak Eskalator Sejajar (Alur Berputar)

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana

Gambar 4.22: Tata Letak Eskalator Sejajar (Alur Menerus)

Page 49: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

103

Letak escalator yang sering digunakan adalah escalator dengan tata letak

bersilangan, karena menggunakan luasan lantai yang paling sedikit, efisien

dalam penggunaan struktur, sehingga mempermurah biaya.

Kelebihan eskalator dan ramp berjalan dibandingkan dengan tangga:

- Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah

banyak.

- Tidak membutuhkan waktu tunggu, kecuali pada kondisi lalu lintas

manusia sangat padat.

- Sangat bermanfaat untuk kebutuhan lalu lintas yang dapat

meningkat dalam waktu-waktu tertentu.

- Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu.

- Memudahkan orang untuk melihat-lihat sekelilingnya.

- Perpindahan dari lantai ke lantai berlangsung secara lancer.

- Dapt digunakan di ruang terbuka, jika digunakan tahan air (water-

proofed escalator/moving ramp).

- Menjamin mengalirnya arus lalu lintas pada kecepatan tertentu.

- Sangat baik untuk jarak vertikan yang tidak terlalu panjang.

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana

Page 50: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

104

Kelebihan ramp berjalan dibandingkan dengan escalator:

- Lebih landai sekitar 50%

- Dapat digunakan untuk kereta barang belanjaan (trolleys).

- Jika berhenti bergerak, gangguan pada arus pergerakan orang tidak

begitu besar.

- Memudahkan penyandang tuna daksa.

Kekurangan ramp berjalan dibandingkan dengan escalator:

- Membutuhkan luasan ruang yang lebih besar untuk pemasangannya

- Membutuhkan rangka struktur penopang yang lebih besar.

Pada mal, perlu disediakan satu eskalator alur tunggal untuk setiap 3.000

m2 atau satu eskalator alur ganda untuk setiap 5.000 m2 luas lantai, maka

dalam proyek mal ini memerlukan 2 unit eskalator.

3. Lift

Lift merupakan salah satu alternatif sirkulasi vertikal denganjumlah

maksimum empat buah dalam satu deretan.

Tata letak lift yang baik dan alternative lain yang masih dapat dilakukan:

Page 51: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

105

Baik Alternatif Lain

Tabel 4.39: Tata Letak Lift yang Baik dan Alternative Lain

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana

Page 52: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

106

Pada umumnya, lift hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak

melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan untuk gedung apartemen:

- Bagi setiap 300 unit perlu disediakan satu lift barang.

- Lift barang diperlukan jika pintu blok hunian berada pada ketinggian

dua lantai dari lantai dasar.

- Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 12 orang.

- Unit hunian tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lift.

Jumlah lift yang diperlukan:

PB : 3 P : 0,03

Kecepatan lift : 1

Kapasitas lift (m) : 17

LNetto : 9.939,76 m2

T (waktu perjalanan) apartemen : 50 - 70

N = LNetto . P . T = 9939,76 . 0,03 . 60 = 17891,568 = 1,16 = 2 lift 300 . PB . m 300 . 3 . 17 15300

Jadi gedung apartemen memerlukan 2 buah lift ukuran menengah dan 1 lift

barang.

4. Ramp

Ramp merupakan sarana sirkulasi vertikal yang berguna bagi

penyandang tuna daksa, balita dan orang tua. Ramp cocok digunakan di mal

Page 53: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

107

untuk mempermudah pengunjung yang membawa kereta dorong belanjaan

(trolleys) maupun kereta bayi.

4.3.8 Pemanfaatan dan Pengendalian Iklim Tropis

Wilayah negara Indonesia berada pada daerah tropis, memiliki sumber daya

yang melimpah, khususnya matahari dan angin. Manfaat sinar matahari dan angin

sangat berguna bagi manusia untuk penerangan dan pengudaraan alami yang

berujung pada penghematan energi, namun perlu pengendalian terhadap matahari

dan angin yang berlebihan.

4.3.9 Analisa Pencahayaan dalam Bangunan

Pencahayaan dalam bangunan mal dan apartemen dapat menggunakan

pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kondisi dan fungsi ruang.

Potensi iklim tropis harus dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah cahaya

matahari. Berdasarkan pemilihan jenis massa bangunan, maka perlu penyiasatan

agar dapat memanfaatkan potensi iklim tropis, misalnya dengan membuat jendela

di setiap ruangan yang memerlukan cahaya.

Renderasi warna (Ra) adalah kesan warna yang diterima oleh mata manusia

dari obyek pencahayaan akibat sumber cahaya. Besaran penerangan, warna cahaya

dan Ra yang diajurkan sesuai dengan proyek adalah:

Page 54: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

108

Jenis Bangunan Nama Ruang

Besarnya Penerangan

yang Dianjurkan

LX

Warna Cahaya

Putih sejuk

Putih Netral

Putih Hangat

Colour Rendering

Perumahan

Tangga 60 1 1 Teras depan 60 1atau2 1 Ruang makan 120-250 1atau2 1 Ruang tamu 120-250 1 Ruang kerja 120-250 1 1 Kamar tidur anak 120 1 Kamar tidur orang tua 250 1atau2 1 Kamar mandi 250 1 Dapur 250 1 1 Gudang makanan 60 1atau2 1 Ruang samping 60 1atau2 1 Ruang cuci 250 1atau2 1

Biro Kantor

Kantor dengan pekerjaan ringan 250 1atau2 1

Ruang rapat 250 1atau2 1 Bagian pembukuan 250 1atau2 1 Stenografi 250 1atau2 1 Komputer 500 1atau2 1 Bagian gambar 1.000 1atau2 Ruang biro besar 1.000 1atau2

Ruang Penjualan Pameran

Pameran, museum, pameran lukisan 250 1 1

Fair hall 500 1atau2 1atau2 Gudang 120 3 3 Ruang penjualan 250 1atau2 1atau2 Supermarket 750 1atau2 1atau2 Shopping center 500 1atau2 1atau2

Etalase toko 1.000 Kom-binasi

Tabel 4.40: Besaran Penerangan, Warna Cahaya dan Ra

Sumber: Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Christian Darmasetiawan

Page 55: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

109

Kesimpulan:

Pencahayaan pada bangunan apartemen menggunakan pencahayaan alami dengan

bukaan pada pagi hingga sore hari, pada malam hari menggunakan pencahayaan

buatan. Pencahayaan pada mal menggunakan pencahayaan buatan agar lebih

menarik perhatian pengunjung dan mendapatkan efek yang sesuai dengan

kebutuhan setiap retail.

4.3.10 Analisa Pengudaraan dalam Bangunan

Pemanfaatan angin untuk pengudaraan alami dapat dilakukan dengan

membuat bukaan di sisi ruangan yang merupakan arah datang angin, namun perlu

pengaturan agar angin dapat terkendali.

Pada bangunan mal menggunakan pengudaraan buatan agar produk tidak

rusak dan berdebu.

Gambar 4.23: Pencahayaan Alami dalam Apartemen

Gambar 4.24: Pengudaraan Alami dalam Apartemen

Cahaya masuk

Cahaya masuk

Udara masuk

Udara masuk

Page 56: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

110

4.3.11 Analisa Jumlah dan Luas Lahan Parkir

- Parkir penghuni apartemen

Tipe Unit Perhitungan Jumlah

1 Kamar 1 mobil x 68 unit 68 mobil 2 Kamar 1 mobil x 104 unit 104 mobil 3 Kamar 1 mobil x 68 unit 68 mobil Jumlah mobil 240 mobil

- Parkir pengunjung mal adalah 1 mobil setiap 60 m2 menurut Dinas Penataan

dan Pengawasan Bangunan:

4.853,4148 = 80,89 = 81 mobil 60

Transportasi umum sangat beragam di sekitar tapak, maka parkir mobil

pada mall dikurangi menjadi 54 mobil dan digantikan dengan menyediakan

fasilitas penunjang transportasi umum.

- Parkir taxi adalah 2% dari mobil pengunjung mal

81 x 2% = 1,42 = 2 mobil

- Mobil servis menggunakan parkir mobil mall dengan ketentuan jam

pengangkutan barang.

- Parkir motor disediakan 63 motor.

- Parkir motor pegawai disediakan 30 motor.

Area parkir yang diperlukan:

No. Kendaraan Perhitungan Luas (m2) Mobil 294 x 35m2 8.400 Motor 93 x 3m2 279 Sirkulasi 20% 1735,8 Jumlah 10.414,8

Tabel 4.41: Jumlah Mobil Penghuni Apartemen

Tabel 4.42: Luas Parkir Basement

Page 57: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

111

Luas lahan setelah dikurangi GSB adalah ± 4.200m2, dengan kebutuhan luas parkir

basement sebesar 10.414,8m2, maka basement 3 lapis. Penambahan semi basement

dibutuhkan agar tapak bebas dari kendaraan dan nyaman untuk pejalan kaki.

4.3.12 Analisa Sistem Struktur

Peran struktur bangunan yaitu pendukung bangunan agar bangunan dapat

tetap berdiri. Struktur berfungsi sebagai penahan dan penyalur segala jenis beban

yang dipikulnya dan berat keseluruhan bangunan itu sendiri. Persyaratan struktur

yaitu kekakuan, kekuatan dan kestabilan.

Pemilihan sistem struktur yang akan diterapkan di dalam proyek mal dan

apartemen mempertimbangkan:

1. Fungsi bangunan sebagai sarana hunian dan komersial

2. Segi fleksibilitas (kemudahan dalam penataan ruang

3. Karakteristik bangunan

4. Pengaruh keadaan tapak, yaitu daya dukung tanah, perbedaan suhu,

kecepatan angin, dll.

5. Segi estetik sehingga dapat menunjang penampilan gedung.

Struktur Bawah Bangunan (Sub Structure)

Struktur bawah bangunan atau pondasi merupakan struktur yang terletak di

bawah tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban dari bangunan ke dalam tanah.

Page 58: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

112

Gambar 4.25: Pondasi

Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mendesain

tipe sistem pondasi sebuah bangunan antara lain:

- Pola dan besarnya beban bangunan

- Kondisi air tanah dan air permukaan

- Topografi tapak

- Dampak pada lahan dan sekitarnya

- Ketentuan peraturan kode bangunan

- Metode konstruksi dan resiko

Pondasi dapat diklasifikasi dalam

dua kategori besar, yaitu pondasi dangkal

dan pondasi dalam.

Pondasi dangkal digunakan ketika

terdapat tanah yang cukup stabil, dengan kapasitas daya dukung yang cukup dan

relative dekat dengan permukaan tanah.

Pondasi dalam digunakan ketika tanah tidak stabil atau tidak memiliki

kapasitas daya dukung yang mencukupi. Pondasi diperpanjang ke bawah melewati

lapisan tanah yang tidak layak untuk menyalurkan beban, menuju lapisan tanah

yang lebih cocok untuk menahan beban seperti batu atau pasir padat.

Kecamatan Palmerah yang merupakan lahan proyek ini memiliki tanah

dengan kondisi tanah berpori dan gembur, maka proyek ini menggunakan pondasi

dalam karena beban lantai yang besar dan daya dukung tanah kurang.

Page 59: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

113

Gambar 4.26: Pondasi dan Kap Pondasi

Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.

Pondasi Dalam

Pondasi dalam memanjang ke bawah melewati lapisan tanah yang tidak stabil

untuk menyalurkan beban bangunan pada lapisan yang lebih cocok seperti batu dan

pasir padat atau tanah keras. Pondasi dalam memiliki dua tipe, yaitu pondasi tiang

pancang (pile) dan pondasi caisson.

Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang adalah sistem penopang ujung atau friksi, kap tiang dan

balok untuk menyalurkan beban bangunan ke bawah pada lapisan tanah yang

cocok. Pondasi tiang pancang memiliki dua jenis yaitu pracetak dan cor di tempat.

Tiang pancang cor ditempat dibuat dengan mengalirkan adukan beton ke

dalam lubang dengan mengalirkan adukan beton ke dalam lubang di dalam tanah.

Tiang pancang beton bisa diberi selubung atau dibiarkan terbuka.

- Dinding penopang

- Kap tiang pancang berupa beton

bertulang menyatukan akumulasi tiang-

tiang untuk mendistribusikan beban dari

kolom atau balok secara merata pada

tiang-tiang pancang.

- Tiang pancang penopang tergantung pada

daya dukung tanah atau batu di bawahnya

untuk memberikan topangan

Page 60: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

114

Gambar 4.28: Pancang dengan Selubung Gambar 4.28: Pancang Tanpa Selubung

Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.

Gambar 4.27: Pancang dengan Selubung

Tiang berselubung dibuat dengan menanam pipa silinder baja atau casing ke

dalam tanah sampai menemukan tingkat kekerasan yang dibutuhkan dan kemudian

mengisi pipa dengan adukan beton. Sebuah mandrel atau gelondong dari tube baja

bisa dimasukkan pada casing tipis untuk mencegah casing menjadi bengkok dalam

proses penanaman, kemudian mandrel ditarik sebelum adukan beton di cor.

Tiang pancang tidak berselubung dibuat dengan menanam casing berisi

beton disetai dengan plug ke dalam tanah sampai menemukan tingkat ketahanan

tanah yang diperlukan dan kemudian menumbuk beton pada saat bersamaan, casing

kemudian ditarik.

Pondasi Caisson

Pondasi caisson dicor di tempat, terbuat dari beton murni atau beton

bertulang yang dibentuk dengan member atau menggali rongga dalam tanah sampai

ke lapisan tanah penopang yang tepat dan mengisinya dengan beton.

Page 61: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

115

Tabel 4.43: Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Pancang

Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.

Gambar 4.29: Struktur Rangka Beton Gambar 4.30: Struktur Rangka Baja

Keuntungan Kerugian

- Dapat mencapai kedalaman tanah keras yang jauh di bawah permukaan tanah.

- Mendapat daya dukung dari tanah - Pelaksanaan lebih cepat

- Membutuhkan peralatan khusus dalam pelaksanaan pemancangan

- Menimbulkan getaran pada lingkungan sekitarnya ketika memancang.

Kesimpulan:

Beban dari bangunan cukup besar karena bangunan memiliki ketinggian 12 lantai

dan kondisi tanah yang merupakan tanah berpori dan gembur, maka pondasi yang

digunakan adalah pondasi tiang pancang. Jenis tiang pancang yang dipilih adalah

tiang pancang pracetak untuk memudahkan dan mempersingkat waktu pengerjaan.

Struktur Atas Bangunan (Super Structure)

Struktur atas bangunan merupakan struktur yang berada di atas tanah.

Pembahasan ini membagi tiga bagian, yaitu sistem lantai, sistem dinding dan atap.

Sistem struktur ada beberapa jenis, antara lain tube, struktur kabel, struktur

portal dan membran. Sistem struktur yang akan digunakan adalah sistem struktur

portal dan akan dikombinasi dengan struktur lain sesuai dengan kebutuhan..

Page 62: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

116

Tabel 4.44: Perbandingan Material Konstruksi

Beton Baja

Lebih tahan terhadap api Tidak tahan api, harus menggunakan lapisan anti api.

Lebih lama proses pengerjaannya Pengerjaannya cepat Lebih sulit di daur ulang Mudah di daur ulang Tidak menggunakan tower crane Menggunakan tower crane

Struktur Atap

Sistem atap berfungsi sebagai elemen primer untuk melindungi ruang-ruang

interior suatu bangunan. Bentuk dan kemiringan atap harus sesuai dengan jenis

penutup atap (sirap, genteng, membran, dll) yang digunakan untuk mengucurkan

air hujan menuju sistem drainase. Konstruksi atap juga harus mengontrol aliran air,

infiltrasi (perembesan) udara, aliran panas dan radiasi matahari.

Atap datar

- Atap datar memerlukan material penutup atap yang kontinu

- Kemiringan atap dapat dibentuk dengan mencondongkan bagian struktur

dek atap atau memiringkan lapisan insulasi termal.

- Kemiringan mengarahkan pada saluran drainase.

- Atap dapat dijadikan ruangan outdoor.

- Struktur atap datar dapat berupa slab beton bertulang, truss baju atau kayu

datar.

Page 63: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

117

Tabel 4.45: Keuntungan dan Kekurangan Material

Atap miring

- Kemiringan atap mempengaruhi pemilihan material penutup atap.

- Ketinggian dan area atap miring dipengaruhi oleh bentangan horizontal.

4.3.13 Analisa Material Bangunan

Pemilihan bahan bangunan sangat berpengaruh terhadap ketahanan

bangunan dan dapat menimbulkan efek bagi penghuni. Beberapa bahan bangunan

serta keuntungan dan kerugiannya antara lain:

Kayu Keuntungan Kekurangan

Sangat tahan terhadap hujan jika diberi perawatan yang baik. Penyerapan panas kecil. Tahan terhadap angin, bahkan angin rebut jika konstruksinya tepat. Kemampuan pemantulan rata-rata 50%. Kestabilan mekanis baik. Perbaikan dan penggantian mudah.

Tidak tahan terhadap rayap. Jika di dalam air mendapat serangan siput. Dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bintang pengerat. Mudah terbakar. Dapat mengalami pembusukkan akibat jamur.

Batu Alam Tahan terhadap angin dan cuaca. Kemampuan penyerapan tinggi. Bahan berpori memiliki kemampuan pengisolasian panas. Ketahanan tinggi terhadap kerusakan mekanis

Dapat mengalami keretakan diakibatkan tegangan antara inti dan permukaan karena panas pada siang hari dan pendinginan pada malam hari. Bahaya korosi karena gesekan dan pencemaran udara. Kerusakan dapat diakibatkan genangan air. Dapat menjadi sarang serangga.

Batu Bata Bakar Penyerapan panas baik. Kemampuan pemantulan rata-rata 30-40%. Tahan terhadap kerusakan mekanis

Dapat tembus air jika terkena hujan terus menerus. Akan tumbuh jamur dan lumut pada kelembaban tinggi terus menerus.

Beton, Beton Bertulang

Page 64: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

118

Tahan hujan. Kemampuan penghantar panas kecil. Tidak tembus angin. Kemampuan pemantulan rata-rata 40% Tahan api. Tahan gempa yang tinggi apabila konstuksi benar.

Bahaya jamur di daerah lembab. Korosi pada tulangan baja akibat air campuran yang mengandung garam.

Baja, Besi Tuang Tahan terhadap angina rebut. Tahan udara dan air.

Mudah korosi pada daerah lembab. Daya tahan terhadap api kecil. Resiko korosi tanah. Resiko patah lebih besar pada komponen besi tuang.

Alumunium Tahan hujan dan air. Kedap air. Tidak berpori. Kemampuan pemantulan sangat baik. Tahan api. Tahan gempa.

Penyerapan panas tinggi. Dapat menimbulkan kesilauan. Dapat menjadi kasar jika terlambat dibersihkan. Dapat korosi akibat asam tanaman.

Kaca Tahan terhadap asam dan basa. Penyerapan panas besar.

Bahaya pecah. Bahaya gempa, angina topan, kebakaran dan lendutan. Dapat rusak akibat badai angina dan pasir.

Semen Asbes Kedap angin. Kemampuan penghantar panas kecil. Penyerapan baik. Tahan korosi. Tahan api. Tahan resiko rusak pada transportasi.

Bahaya gempa. Ketahanan terhadap rayap diragukan. Bahaya kerusakan mekanis.

4.3.14 Analisa Kebutuhan, Sistem Penyediaan dan Pembuangan Air

Sistem Air Bersih

Kebutuhan air tergantung pada standar kehidupan, kebiasaan hidup, kondisi

setempat, dan juga biaya. Sumber-sumber air antara lain:

Page 65: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

119

Gambar 4.31: Distribusi Air Bersih

- Penampungan dan pengumpulan air hujan

- Pengambilan air tanah

- Pengumpulan air permukaan

- Desalinasi air laut atau air payau

- Penggunaan kembali

Selain cara mendapatkan air, distribusi dan penyimpanannya merupakan factor

utama dalam keseluruhan sistem. Beberapa kemungkinan distribusi:

- Sumur utama atau air permukaan

- Bak pengumpul umum yang disuplay oleh mobil tangki

- Sambungan tersendiri dari jaringan suplay setempat (PAM)

Di daerah tropis, tangki air harus ditutup dengan kawat nyamuk, karena jika

dibiarkan akan menjadi sarang nyamuk dan membawa penyakit. Air yang telah di

tampung kemudian dialirkan ke dalam bangunan melalui pipa-pipa.

Supply air

Reservoir bawah

Dipompa ke reservoir atas

Reservoir atas Distribusi ke

bangunan

Page 66: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

120

Gambar 4.32: Distribusi Air Kotor

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

Air Kotor

Air kotor berasal dari air kotor manusia dan bekas pencucian. Air kotor

dapat diolah agar dapat digunakan kembali dan dapat juga dibuang melalui

penyaringan terlebih dahulu, dialirkan ke sumur resapan maupun langsung

dialirkan ke roil kota

Page 67: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

121

Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air seluruh unit apartemen /hari : 9.685,36 m2 x 20 L = 193.707,2 L

Kebutuhan air untuk mal per hari : 3.733,396 m2 x 5 L = 18.666,98 L

Kebutuhan air sprinkler untuk apartemen

Σ sprinkler unit = 240 unit apartemen x 2 = 480 unit

Σ sprinkler penunjang = L bangunan 25

= 651,99= 26,07 = 27 unit 25

Kebutuhan air sprinkler untuk mal :

Σ sprinkler = L bangunan 25

= 4853,4148 25

= 194,13 = 195 unit

Vol air-sprinkler = Σ sprinkler x 18 x 30 L

= 702 x 18 x 30 L

= 379.080 L

Kebutuhan air hidran untuk mal dan apartemen

Σ Hidran = 15190,7648 x 2 unit 800

= 37,97 = 38 unit

Vol air-hidran = Σ Hidran x 400 x 30L

= 38 x 400 x 30L

= 456.000L

Page 68: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

122

Kebutuhan air AC

Vair sirkulasi = 8-13 liter/menit/TR = 10,5 liter/menit/TR

Vair-pendingin = 1,5 - 2% Vair-sirkulasi

= 1,5 – 0,21

= 1,29 liter/menit/TR

Kebutuhan air untuk mal dan apartemen adalah:

193.707,2 + 18.666,98 + 379.080 + 456.000+ 1,29 + 10,5 = 1.047.465,97 L

4.3.15 Analisa Sistem Pembuangan Sampah

Sampah di apartemen dalam buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi adalah

1kg/orang. Untuk itu perlu penanganan khusus dalam pendistribusian sampah

hingga dapat terbawa oleh mobil pengangkut sampah.

Page 69: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

123

Gambar 4.33: Distribusi Sampah

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

Corong pembuangan sampah dibuat serong ke bawah agar sampah yang

dibuang dari atas tidak masuk ke lantai dibawahnya. Sampah akan mengisi bagian

bak dan terdesak oleh sampah yang dibuang belakangan. Setelah penuh sampah

akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang sudah penuh akan

dibuang keluar bangunan dengan kendaraan.

Page 70: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

124

4.3.16 Analisa Sumber Daya Listrik

Daya listrik umumnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik melalui

jaringan kabel tegangan tinggi, kemudian diturunkan menjadi tegangan menengah

dan tegangan rendah oleh transformator yang ditempatkan pada gardu-gardu listrik.

Daya listrik dipasok ke dalam bangunan disalurkan melalui kabel bawah

tanah untuk bangunan tinggi atau kabel udara dari tiang listrik untuk bangunan

rendah/menengah.

4.3.17 Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran

Penyebaran kebakaran ke seluruh bangunan dapat terjadi melalui tiga

mekanisme, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk

struktur dari sumber api yang terdekat, sebagaimana yang terjadi pada pengurangan

tulangan baja pada struktur beton bertulang jika suhu meningkat di atas 400oC.

Konveksi terjadi jika gas/udara meningkat di dalam gedung, di mana api

dengan mudah menjalar dari tanah ke lantai diatasnya melalui lubang tangga atau

lubang saluran (shaft).

Radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang

terbakar ke bahan terdekat yang mudah terbakar. Jendela kaca merupakan tempat

penjalaran radiasi, juga gedung yang letaknya berdekatan.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif antara lain:

Page 71: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

125

Gambar 4.34: Perlindungan untuk Baja

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

1. Konstruksi tahan api

Setiap komponen bangunan yaitu dinding, lantai, kolom dan balok harus

dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun

bangunan dalam keadaan terbakar. Baja tidak dapat terbakar, namun dapat

meleleh, maka baja harus diberi perlindungan.

2. Pintu keluar

Beberapa syarat pintu keluar adalah:

- Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam

- Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.

- Pintu harus dilengkapi alat penutup pintu otomatis

Page 72: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

126

Tabel 4.46: Jarak Tempuh ke Tangga Darurat

Sumber: Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy Juwana

Gambar 4.35: Pintu Darurat

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

- Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di

luar ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, tuas

berada di dalam ruang tangga). Menggunakan tuas yang

memudahkan, terutama dalam keadaan panic.

- Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal

1m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.

RUANG LUAR

LO BBY T ANG GA & LIF TKEBAKARAN

LIF T KEBAKARAN

TANGG A KEBAKARAN

KOT AKHIDRAN

min imum 2,50 meter

Jen dela Khusus

Pint u Tahan Ap i

Dindin g Tahan Ap i

Lamp uDarurat

Jarak tempuh keluar bagi apartemen dan mal adalah:

Fungsi Batas

Lorong Buntu (m2)

Jarak Tempuh Maksimal (m2)

Tanpa Springkler Dengan Springkler

Apartemen 10 30 30 Komersial

Pengunjung>100 15 30 45

Page 73: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

127

3. Koridor dan jalan keluar

Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan

arah dan lokasi pintu keluar. Tanda “EXIT” harus dapat dilihat dengan

jelas, diberi lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat cahaya

tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum 155m2 serta ketinggian

huruf tidak kurang dari 15 cm, tebal huruf minimal 2 cm.

4. Kompartemen

Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam usaha penyelamatan

manusia dalam menghadapi bahaya kebakaran. Gagasan dasarnya adalah

menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni

atau pengguna bangunan agar tidak secara langsung bersentuhan dengan

sumber api. Kompartemen dapat menyediakan tempat penampungan

sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai

api dipadamkan atau jalur keluar sudah aman.

Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran aktif antara lain:

1. Alat peringatan dini/detektor

Detektor asap dan panas akan memberikan peringatan dini kepada penghuni

atau pengguna gedung.

2. Hidran dan selang kebakaran

Hidran harus diletakkan di tempat yang mudah terjangkau dan relative

aman, pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat.

Page 74: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

128

Gambar 4.36: Jarak Aman Hidran Halaman

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

3. Springkler

Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem springkler dan

umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir)

4.3.18 Analisa Sistem Penangkal Petir

Instalasi penangkal petir aalah instalasi suatu sistem dengan komponen-

komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk

menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah.

Perinsip dasar penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari

logam yang menyalurkan petir ke tanah pada saat terjadi sambaran petir pada

bangunan. Beberapa sistem penangkal petir adalah:

1. Tiang penangkap petir

Penangkap petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda

logam yang dipasang tegak, dan elektroda logam yang dipasang mendatar.

Page 75: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

129

Gambar 4.37: Penangkap Petir Sangkar Faraday

Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE

Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai

penangkap petir.

Ujung T iang -Tem bag a

Kabel P engh ubu ng -T emb aga

Pen gebu mian

Sud utLin dun g

Bangu nan

BA NGU NA N

2. Penghantar penyalur arus petir

Penghantar penyalur terbagi dalam penghantar penyalur utama dan

penghantar penyalur pembantu yang terbuat dari logam yang

menghubungkan penangkap petir ke sistem pengebumian (‘grounding

system’).

3. Terminal hubung

Terdiri dari terminal hubung dan sambungan. Terminal hubung merupakan

suatu dudukan dari logam yang berfungsi sebagai titik hubung bersama dari

Page 76: BAB IV ANALISA Aspek Lingkungan Kondisi Fisik Tapakthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2010-1-00029-ar bab 4.pdf · 60 bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang

130

beberapa elektroda-elektroda pengebumian dan benda logam lain yang akan

ditanam dalam tanah (di-kebumi-kan).

4. Sistem pengebumian

Sistem pengebumian adalah suatu sistem dengan elektroda-elektroda

pengebumian yang saling berhubungan dengan penghantar

pengebumiannya, berfungsi menyebarkan arus petir di dalam tanah.

Hubungan elektroda-elektroda pengebumian dapat dengan melalui suatu

terminal hubung.

Sistem pengamanan terbaik untuk bangunan atap datar bangunan tinggi,

terhadap sambaran petir adalah dengan prinsip sangkar Faraday dengan

penghantar-penghantar penyalur utama mendatar dipasang di bagian teratas dari

bangunan yang seolah-olah membentuk sangkar pelindung, untuk melindungi

bangunan tersebut dari sambaran petir.

Setiap bangunan paling sedikit harus mempunyai dua buah penghantar

penyalur petir, dan untuk bangunan dengan lebar lebih dari 12 meter, diperlukan

paling sedikit empat buah penghantar penyalur petir, sedang untuk bangunan yang

lebih dari 20 meter diperlukan lagi tambahan sebuah penghantar penyalur petir

berikutnya untuk setiap mulai kelebihan panjang dari 20 meter. Tambahan ini

cukup pada salah satu sisi saja, jika lebar bangunan kurang dari 12 meter, tetapi

untuk lebar bangunan lebih dari 12 meter harus dipasang pada kedua sisi bangunan.