55
BAB IV
ANALISA
Aspek Lingkungan
Kondisi Fisik Tapak
Bangunan di sekitar tapak:
- Utara : Rumah penduduk
- Selatan : Jalan sekunder dan pasar Slipi
- Barat : Rumah penduduk dan kios
- Timur : Jalan utama, Jl. Letjen S. Parman
Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak
Potensi Tapak
- Letak tapak yang berada tepat di barat jalan raya utama Jakarta Barat
menjadi kelebihan tersendiri karena dapat menarik perhatian para pengguna
jalan.
Jalan utama Jakarta Barat
Perkantoran
Jalur khusus angkutan umum Rumah
penduduk
Pasar Slipi
kios
Gambar 4.1: Potensi Tapak
56
- Jalan raya di sekitar tapak dilalui berbagai jenis kendaraan umum, sehingga
dapat mempermudah pengunjung dalam hal transportasi.
- Terdapat bangunan-bangunan kantor dan perumahan di sekitar tapak yang
merupakan potensi untuk menarik pengunjung.
- Terdapat jalur khusus angkutan umum pada jalan sisi timur tapak.
Kekurangan Lingkungan Sekitar Tapak
- Terletak pada daerah bising, pada arah selatan terdapat jalan layang dengan
kepadatan cukup tinggi.
- Terdapat jalan tol pada arah timur sebagai salah satu penyebab kebisingan.
- Kemacetan pada sisi selatan hampir terjadi setiap saat, disebabkan angkutan
umum yang sering berhenti untuk mencari penumpang.
- Kemacetan dan kendaraan menyebabkan polusi.
- Terdapat banyak pedagang kaki lima di sekitar tapak.
Jalan tol
Pedagang kaki lima
Jalan layang
Daerah polusi
Daerah macet dan polusi
Gambar 4.2: Kekurangan Lingkungan Sekitar Tapak
57
4.1.3 Analisa Pencapaian
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan perletakan pencapaian ke
dalam tapak, yaitu:
- Kondisi sirkulasi sekitar tapak, berdasarkan kepadatan lalu lintas dan
kendaraan umum yang menunjang pencapaian.
- Kemudahan dan keamanan bagi pengunjung.
- Adanya titik tangkap yang jelas.
Pencapaian Pejalan Kaki
Alternatif 1
Pencapaian pejalan melalui jalan utama.
+) 1. Tempat pemberhentian angkutan umum
2. Merupakan jalan utama, sehingga mudah terlihat.
-) 1. Tidak dapat terlihat oleh
pejalan dari arah A. 2. Terlalu jauh pencapaian
ke tapak jika pejalan dari arah A.
A
Gambar 4.3: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
58
Alternatif 2
Pencapaian pejalan melalui jalan sekunder
Kesimpulan
Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk
memudahkan dalam pencapaian penghuni apartemen maupun pengunjung, maka
pintu masuk pejalan kaki diletakan pada kedua jalan.
+) 1. Mudah diakses dari jalan sekunder
2. Mudah terlihat dari jalan sekunder.
-) 1. Tidak dapat terlihat oleh
pejalan dari arah B. 2. Menimbulkan kemacetan
karena terlalu dekat dengan tikungan.
3. Terlalu jauh pencapaian ke tapak jika pejalan dari arah B.
B
+) 1. Dapat diakses dari jalan utama dan sekunder
2. Mudah terlihat dari jalan utama dan sekunder.
3. Mudah diakses pejalan yang menggunakan kendaraan umum
Antisipasi kemacetan dengan menjauhkan jalan masuk pejalan dari tikungan.
Gambar 4.4: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Pejalan
Gambar 4.5: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki
59
Pencapaian Kendaraan
Alternatif 1
Alternatif 2
Kesimpulan
Kendaraan akan masuk/keluar hampir setiap saat. Kepadatan tinggi
kendaraan masuk/keluar akan terjadi pada pagi dan sore hari, karena penghuni
apartemen bekerja/pergi pada pagi hari dan pulang pada malam hari, sedangkan
kepadatan pengunjung mal jika dilihat dari lingkungan sekitar yaitu terdapat
Gambar 4.6: Alternatif 1 Analisa Pencapaian Kendaraan
+) 1. Mudah diakses dari jalan utama
2. Kondisi jalan yang lebar mendukung sirkulasi kendaraan keluar/masuk.
3. Mudah terlihat dari jalan utama.
-) 1. Tidak dapat terlihat oleh
pejalan dari arah A.
A
Gambar 4.7: Alternatif 2 Analisa Pencapaian Kendaraan
+) 1. Mudah diakses dari jalan sekunder.
2. Mudah terlihat dari jalan sekunder.
-) 1. Tidak dapat terlihat oleh pejalan dari arah B.
2. Kondisi jalan sempit, sirkulasi kendaraan keluar/masuk dapat terganggu.
3. Dapat terjadi kemacetan.
B
60
bangunan perkantoran maka mal akan lebih padat pengunjung pada siang hari
sedangkan pagi hari, sore dan malam tidak dapat diprediksi.
Survey yang telah dilakukan menunjukan bahwa jalan di sisi selatan
merupakan jalan dengan kadar kemacetan lebih tinggi dibanding jalan utama.
Kemacetan tersebut diakibatkan oleh kendaraan umum yang berhenti dan jalan
yang hanya dapat dilalui dua mobil, maka sebaiknya di daerah selatan tidak
diletakkan pencapaian untuk mobil. Kesimpulan dari pertimbangan kepadatan lalu
lintas kendaraan dan titik tangkap pengunjung yaitu pencapaian diletakkan pada
sisi jalan utama.
Gambar 4.8: Kesimpulan Analisa Pencapaian Kendaraan
+) 1. Mudah diakses dari jalan utama
2. Kondisi jalan yang lebar mendukung sirkulasi kendaraan keluar/masuk.
4. Mudah terlihat dari jalan utama.
Untuk menghindari kemacetan pada jalan sekunder, maka pada jalan sekunder hanya diletakan pintu masuk motor.
61
4.1.4 Analisa Sirkulasi dalam Tapak
No. Jenis Keuntungan Kerugian
1. Linier
Memiliki banyak pilihan
jalur;
Mudah ditangkap
pengunjung.
2. Radial
Tepat tujuan. Membingungkan pejalan
kaki/pengunjung dengan
kendaraan pribadi.
3. Spiral
Dapat merasakan
perjalanan arsitektur
Tidak efisien bagi
pengendara kendaraan.
4. Grid
Teratur. Lebik cocok digunakan bila
memiliki tapak yang besar.
5. Jaringan
Fleksibel; terhubung ke
semua tempat.
6. Komposit
Dapat menggabungkan
beberapa pola sirkulasi.
Sumber: Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, Francis D.K. Ching
.
.
Tabel 2.3: Pola-pola Konfigurasi Jalur
62
Kesimpulan:
Dalam perancangan ini akan menggunakan sirkulasi komposit, pada
kenyataannya, bangunan pada umumnya membuat kombinasi dari pola-pola
sirkulasi di atas. Hal terpenting dalam sebuah pola adalah pusat kegiatan, jalan
masuk ke ruangan (sirkulasi horizontal), dan sirkulasi vertikal.
Kegiatan dalam tapak yang dilakukan oleh pengunjung yaitu berjalan kaki
menuju gedung mal, berjalan ke tempat parkir, duduk-duduk dan kegiatan lain di
dalam tapak, sedangkan sirkulasi kendaraan hanya sebatas drop off dan menuju
parkiran. Sirkulasi khusus ditujukan kepada kendaraan servis seperti mobil barang
dan mobil pengangkut sampah.
4.1.5 Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar dimaksudkan untuk:
- Mendukung daya tarik bangunan.
- Mendukung penampilan bangunan.
- Sebagai ruang transisi antara kegiatan pada lingkungan sekitar dengan
kegiatan di dalam tapak.
- Memberikan penekanan terhadap batas-batas tapak.
Tata ruang luar dapat diartikan pula sebagai lingkungan luar buatan manusia.
Elemen-elemen yang terdapat pada ruang luar antara lain:
63
1. Elemen Lunak
Elemen lunak merupakan elemen ruang luar yang terdiri dari beberapa jenis
tanaman. Unsur-unsur tanaman digunakan sebagai:
- Kontrol iklim
a. Pengendalian radiasi matahari dan suhu:
Tanaman menyerap panas sinar matahari dan memantulkan
kembali sehingga menimbulkan pengaruh terhadap
perbedaan suhu.
b. Pengendalian angin: tanaman berguna sebagai penahan,
penyerap dan mengalirkan angin sehingga menimbulkan
iklim mikro. Jenis tanaman yang digunakan harus
diperhatikan tinggi, bentuk, jenis dan kepadatan.
Gambar 4.9: Pohon sebagai Pengendali Radiasi Matahari dan Suhu
Gambar 4.10: Pohon sebagai Pengendali Angin
64
- Penyaring debu dan kebisingan
Tanaman dapat menyerap suara bising bagi daerah yang
membutuhkan ketenangan. Pemilihan jenis tanaman berdasarkan
tinggi, lebar dan komposisi tanaman. Tanaman juga merupakan
penyaring debu/polusi.
- Kontrol visual
Tanaman dapat menahan silau yang ditimbulkan oleh
matahari, lampu dan pantulan sinar. Perletakan pepohonan dapan
menahan jatuhnya sinar ke daerah yang memerlukan keteduhan.
Gambar 4.11: Pohon sebagai Penyaring Debu dan Kebisingan
Gambar 4.12: Pohon sebagai Pengontrol Visual
65
- Pembatas fisik
Tanaman berguna untuk mengendalikan dan mengarahkan
pergerakan manusia dan juga kendaraan.
2. Elemen Keras
Kelompok elemen keras antara lain pengerasan di dalam suatu
perencanaan. Elemen keras dapat dibedakan menjadi:
- Street furniture: bangku taman, tong sampah, lampu, dll.
- Penghubung antara kegiatatan yang satu dan yang lain dalam bentuk
sirkulasi seperti pendestrian, plaza, lapangan, dll.
- Sebagai pembeda area aktifitas, dapat dilakukan dengan pemakaian
ragam elemen, misalnya pola lantai.
Bahan pengerasan sebaiknya tidak menggunakan bahan yang dapat
menyilaukan dan mudah menjadi panas. Alternatif pemilihan bahan sebagai
berikut:
Foto 4.1: Pohon sebagai Pembatas Fisik
66
Bahan Sifat
Plat beton Menyilaukan,
memancarkan/memantulkan panas
ke dalam bangunan.
Rumput Menyerap efek silau matahari
Kerawang/conblock Dalam lubang dapat tumbuh rumput
sehingga suhu tanah tetap sejuk.
Tidak memantulkan panas.
4.1.6 Analisa Matahari dan Angin
Orientasi bangunan di pengaruhi oleh arah matahari. Matahari
menyebabkan panas di bagian timur pada pagi hari dan yang terpanas di bagian
barat pada sore hari, sedangkan bagian utara terkena matahari musim kemarau
selama ± 8 bulan, dan bagian selatan terkena matahari musim hujan selama ± 4
bulan. Angin berhembus dari utara ke selatan. Kondisi angin tersebut
mempengaruhi perancangan bangunan.
Tabel 2.4: Bahan Perkerasan
Gambar 4.13: Letak Jakarta dan Gerak Matahari dalam Setahun
67
Kesimpulan dari survey yang dilakukan sekitar tapak yaitu bagian barat
pada tapak akan terkena panas matahari dengan intensitas tinggi pada sore hari
karena tidak terdapat bangunan tinggi di sekitar tapak bagian barat dan bagian utara
pada tapak juga akan mendapat dampak dari panas matahari ketika musim
kemarau.
Zoning tapak berdasarkan analisa matahari yaitu servis diletakan pada
bagian barat dan utara, publik di bagian timur karena pengunjung akan datang saat
matahari telah meninggi, dan privat diletakan pada bagian tengah tapak agar
terlindung dari panas matahari.
Gambar 4.14: Analisa Matahari dan Angin
Daerah panas pada pagi hari.
Daerah panas terpanas pada sore hari.
Daerah panas pada musim kemarau
Daerah panas pada musim hujan
Arah pergerakan matahari
Arah pergerakan angin
68
4.1.7 Analisa Kebisingan dan Polusi
Sumber bising dan polusi terbesar adalah kendaraan bermotor di sekitar
tapak, dimana di sisi timur dan selatan tapak adalah jalan raya dengan kepadatan
relatif sedang hingga tinggi. Bagian barat dan utara relatif tenang karena berbatasan
dengan rumah penduduk dengan intensitas polusi dan bising yang relatif rendah.
Gambar 4.15: Zoning Berdasarkan Analisa Matahari dan Angin
Parkir
Ruang terbuka publik
Mal dan apartemen
Gambar 4.16: Analisa Kebisingan dan Polusi
Daerah paling bising dan polusi
Jalan layang
Jalan utama
Pemberhentian bus
69
Zoning tapak berdasarkan analisa kebisingan dan polusi yaitu area parkir
diletakkan di daerah dengan intensitas bising yang tinggi, area publik diletakan di
daerah dengan intensitas bising dan polusi yang lebih rendah, sedangkan area privat
diletakkan di daerah privat yaitu mal dapat diletakan di daerah bising maupun tidak
bising karena bersifat tertutup pada massa bangunan dan berorientasi ke dalam
bangunan.
4.1.8 Zoning
Alternalif zoning berdasarkan analisa pencapaian, matahari dan angin,
kebisingan dan polusi, maka dibuat perbandingan, dipadukan dan diputuskan
zoning yang akan diterapkan pada tapak.
Gambar 4.17: Zoning Berdasarkan Analisa Kebisingan dan Polusi
Parkir Ruang terbuka publik
Mal dan apartemen
70
Area privat yaitu mal terletak pada tengah tapak, mal tidak memerlukan
bukaan untuk udara sebab mal menggunakan pengudaraan buatan untuk menjaga
kualitas barang yang dijual. Penurunan barang dan pengambilan sampah dilakukan
di basement untuk menghemat lahan pada tapak.
4.1.9 Orientasi Massa Bangunan
Tapak yang berada di persimpangan jalan memerlukan perancangan khusus
pada bagian massa bangunan agar tidak mengganggu pandangan pengguna jalan.
Tapak di persimpangan memiliki kelebihan tersendiri yaitu memiliki dua bagian
muka dan dapat menjadi titik tangkap pengguna jalan.
Gambar 4.18: Zoning Berdasarkan Analisa Tapak
Mal Apartemen
Ruang terbuka publik
71
Pemukiman penduduk
Foto 4.2: Pemukiman Penduduk 1
Foto 4.3: Pemukiman Penduduk 2 Foto 4.4: Bank BCA
Foto 4.5: Jalan Layang Foto 4.6: Pasar Slipi
72
Orientasi massa bangunan mal berorientasi pada jalan utama dan persimpangan
jalan, sedangkan apartemen dapat berorientasi ke utara dan selatan. Arah utara,
selatan dan barat tidak terdapat bangunan tinggi sehingga fasad bangunan dapat
terlihat. Arah selatan merupakan jalan utama sehingga pengguna jalan dapat
melihat langsung fasad bangunan.
Gambar 4.19: Orientasi Massa Bangunan
Tampak muka bangunan
Tampak muka bangunan
73
4.2 Analisa Manusia
4.2.1 Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan
Skema 4.1: Pelaku dan Jenis Kegiatan Apartemen
74
Skema 4.2: Pelaku dan Jenis Kegiatan Mal
75
4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Penghuni Orang tua Anak Pembantu
- Makan - Tidur - Kerja - Nonton TV - Mandi - Buang air - Berbincang - Menerima tamu - Jalan ke mal - Olah raga - Sholat
- Ruang makan - Ruang tidur - Ruang keluarga - Kamar mandi - Toilet - Ruang tamu/balkon - Lobby mal - Jogging track, fitness center - Ruang ibadah
- Makan - Tidur - Belajar - Nonton TV - Mandi - Buang air - Berbincang - Menerima tamu - Jalan ke mal - Olah raga - Sholat
- Ruang makan - Ruang tidur - Ruang belajar - Kamar mandi - Toilet - Ruang tamu - Lobby mal - Jogging track, fitness center - Ruang ibadah
- Makan - Tidur - Mandi - Buang air - Sholat - Menbersihkan rumah - Mencuci piring - Memasak
- Ruang makan - Ruang tidur - Kamar mandi - Toilet - Ruang ibadah - Dapur, pantry
Pengelola Apartemen Menejer Marketing
- Bekerja - Buang air - Makan - Sholat
- Ruang kerja - Toilet pegawai - Food court/Kantin - Mushollah
- Memasarkan unit - Menerima pembeli - Melakukan transaksi - Buang air - Makan
- Ruang pameran - Toilet pegawai - Kantin
Tabel 4.1: Analisa Kebutuhan Ruang Apartemen
76
Staf-staf lain
- Sholat - Mushollah - Menerima keluhan penghuni - Buang air - Makan - Sholat
- Ruang kerja/ruang tunggu - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah
Penunjang Apartemen Petugas kebersihan Petugas keamanan Petugas parkir Petugas loket parkir
- Membersihkan gedung - Mengangkut sampah - Menyimpan alat kebersihan - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Penampungan sampah - Gudang - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah
- Menjaga keamanan gedung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Pos jaga - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah
- Membantu pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Toilet - Kantin - Mushollah
- Menerima pembayaran - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Loket - Toilet - Kantin - Mushollah
77
Pelaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengunjung - Melihat produk, belanja - Makan - Jalan - Berbincang - Buang air - Sholat
- Ruang display - Food court/restoran - Kafe - Toilet - Mushollah
Penyewa retail
- Menyimpan barang - Membuka toko - Melayani kustomer - Membuang sampah - Makan - Buang air - Ganti pakaian - Sholat
- Gudang - Kasir - Tempat sampah - Kantin - Toilet - Mushollah
Supplier
- Mengantar barang - Melakukan transaksi
- Loading dock/lift barang
Pengelola Mal Menejer Staf-staf lain
- Bekerja - Rapat - Buang air - Makan - Sholat
- Ruang kerja - Toilet pegawai - Food court/kantin - Mushollah
- Menerima keluhan penyewa retail - Rapat - Menerima tamu - Menerima calon penyewa - Melakukan transaksi - Buang air - Makan - Sholat
- Ruang kerja - Ruang tunggu - Toilet pegawai - Kantin - Mushollah
Penunjang Mal Petugas kebersihan Petugas keamanan
- Membersihkan gedung - Mengangkut sampah - Menyimpan alat kebersihan - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Penampungan sampah - Gudang - Toilet - Kantin - Mushollah
- Menjaga keamanan gedung - Ganti pakaian - Buang air - Makan
- Pos jaga - Toilet - Kantin
Tabel 4.2: Analisa Kebutuhan Ruang Mal
78
Petugas parkir Petugas loket parkir
- Sholat - Mushollah
- Membantu pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Toilet - Kantin - Mushollah
- Menerima pembayaran - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Loket - Toilet - Kantin - Mushollah
Customer service
- Melayani pengunjung - Ganti pakaian - Buang air - Makan - Sholat
- Meja informasi - Toilet - Kantin - Mushollah
4.3 Analisa Bangunan
4.3.1 Program Ruang
Analisa Besaran Ruang Apartemen
Apartemen dalam proyek ini akan dibatasi jumlah kamar dalam unit, yaitu
1-3 kamar tidur. Besaran rata-rata unit apartemen menurut Endy Marlina dalam
buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial adalah:
No. Jenis Unit Penghuni Besaran Ruang (m2)
1. Tipe 1 kamar tidur 2-3 orang 36-54
2. Tipe 2 kamar tidur 3-4 orang 45-90
3. Tipe 3 kamar tidur 4-5 orang 90-108
Tabel 4.3: Besaran Unit Apartemen
79
Rata-rata besaran unit apartemen berdasarkan survey (m2)
Gandari a
Tower A Lavande Poins Square
Central Park
Apartemen Thamrin
Star City Rata-rata
1 59 31,9 76 49,66 41,7 48 51,043
2 93 35,8 86,5 90,2 61,4 63 71,65
3 130 84,75 124 127,2 94,84 109 111,6
*rata-rata dari besaran beberapa unit apartemen yang memiliki jumlah kamar sama.
Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 1 kamar tidur
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang tidur 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari Zona sirkulasi
2x1,5 0,5x0,5 0,4x1
0,5x0,5 0,5x1 2,17
NDA 6,57
2. Ruang duduk, ruang makan dan pantry
1-2
Sofa Meja Meja TV TV Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi
0,7x0,8 0,6x0,6 0,4x1,5
0,6x3
3,7
NDA DM&RI
7,02
3. Kamar mandi 1 Kloset Wastafel Shower
2,2x1,45 NDA 3,19
4. Sirkulasi 20% luas unit 3,35 Jumlah 20,13
Tabel 4.4: Rata-rata Besaran Unit t
Tabel 4.5: Kebutuhan Ruang Unit 1 Kamar
Apart Kamar
80
Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 2 kamar tidur
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang tidur utama 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari
2x1,5 0,5x0,5 0,4x1
0,5x0,5 0,5x1
NDA 4,4
2. Ruang tidur anak 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari
2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1
NDA 4,84
3. Ruang duduk 2-4
Sofa (4) Meja Meja TV TV
0,7x0,8 0,6x0,6 0,4x1
NDA DM&RI
3
4. Ruang makan 2-4 Meja makan Kursi Zona sirkulasi
2x1,3
0,6x6,6 NDA 6,56
5. Pantry 1
Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi
0,6x3
0,762
NDA
DM&RI
6,372
6. Kamar mandi 1 Kloset Wastafel Shower
2,2x1,45 NDA 3,19
7. Balkon 1-2 1x3 3 8. Sirkulasi 20% luas unit 6,272 Jumlah 37,63
Tabel 4.6: Kebutuhan Ruang Unit 2 Kamar
81
Analisa kebutuhan ruang unit apartemen 3 kamar tidur
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang tidur utama 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja rias Kursi rias Lemari Meja kerja Kursi kerja
2x1,5 0,5x0,5 0,4x1
0,5x0,5 0,5x1
0,7x1,2 0,6x0,6
NDA 5,85
2. Ruang tidur anak 1 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari
2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1
NDA 4,84
3. Ruang tidur anak 2 1-2
Tempat tidur Meja sudut Meja belajar Kursi Lemari
2x1,5 0,5x0,5 0,7x1,2 0,5x0,5 0,5x1
NDA 4,84
4. Ruang duduk 4-5
Sofa (5) Meja Meja TV Zona sirkulasi
0,7x0,8 0,6x0,8 0,4x1,5 4,4x0,5
NDA
DM&RI
7,58
5. Ruang makan 4-5 Meja makan Kursi Zona sirkulasi
2x2
1x8 NDA 12
6. Dapur 1
Tempat cuci Kompor Kulkas Zona sirkulasi
0,6x3
0,762
NDA
DM&RI
6,372
7. Kamar mandi (2) 1
Kloset Wastafel Shower
2,2x1,45 NDA 6,38
8. Kamar pembantu 1 Tempat tidur 0,9x2 NDA 1,8
9. Kamar mandi pembantu 1 Kloset
kran 0,9x1,45 NDA 1,3
11. Balkon 1-2 1x3 3 12. Sirkulasi 20% luas unit 10,79 Jumlah 64,75
Tabel 4.7: Kebutuhan Ruang Unit 3 Kamar
82
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Resepsionis 3
Meja resepsionis Kursi Loker pos Zona sirkulasi
0,6x3 0,5x0,5 1x0,3
0,762x3
DM&RI 4,63
2. Ruang tunggu 4 Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi
0,8x0,7 0,6x0,6 0,762x2
DM&RI 7,58
3. Ruang menejer 1
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,7x1,5 0,6x0,6 0,5x1
0,85x2,1
DM&RI 4,86
4. Ruang sekretaris 1
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1
0,762x2,1
DM&RI 2,95
5. Ruang marketing 5-8
Sofa (8) Meja tamu (2) Zona sirkulasi
0,8x0,7 0,6x0,6 0,45x1,2
DM&RI 13
6. Ruang administrasi 4-6
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1
0,762x2,1
DM&RI 2,95
7. Ruang rapat 10-12
Meja Kursi (12) Layar LCD Zona sirkulasi
2,6x1,5 0,5x0,5
0,762x11,6
DM&RI 15,72
8. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 1,637
9. Sirkulasi 15% luas kantor 10,66 Jumlah 63,99
Tabel 4.8: Kebutuhan Ruang Pengelola Apartemen
83
Analisa kebutuhan ruang fasilitas apartemen
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Lobby 10 Sofa (10) Meja (3)
0,7x0,8 0,6x0,6 DM&RI 6,68
2. Resepsionis 2 Meja resepsionis Kursi Zona sirkulasi
0,6x2 0,5x0,5 0,762x2
DM&RI 4,63
3. Ruang fitness 60 Alat fitness 200m2 NDA 5,784
4. Aerobic 12 Alat aerobic Kaca
1,5x1,5/org 27
5. Sauna 3-5 Kursi Tungku 2x2 NDA 4
6. Ruang karyawan 6
Loker Meja Kursi (6) Zona sirkulasi
0,4x0,3 1,8x0,6 0,5x0,5 0,762x2
DM&RI 5,784
7. Toilet pria 3 Kloset Wastafel 0,9x1,45 NDA 3,9
8. Toilet wanita 3 Kloset Wastafel 0,9x1,45 NDA 3,9
9 Gudang 1-2 3 10. Sirkulasi 20% luas fitness center 12,93 Jumlah 77,6
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Retail kafetaria 3
Tempat cuci Kompor Tempat perabot Zona sirkulasi
0,6x3
0,762
NDA
DM&RI
6,372
2. Ruang makan 25 Meja Kursi Zona sirkulasi
0,6x1,8 2,52
NDA
DM&RI 45
3. Wastafel 8 Wastafel Zona sirkulasi
0,5x0,3 0,762x2 NDA 3,64
Tabel 4.9: Kebutuhan Ruang Fitness Center
Tabel 4.10: Kebutuhan Ruang Kolam Renang
84
4. Toilet pria dan ruang ganti
4 Kloset Wastafel Ruang ganti
3x6 NDA 18
6. Toilet wanita dan ruang ganti
3 Kloset Wastafel Ruang ganti
3x6 NDA 18
8. Gudang 1-2 3 9. Sirkulasi 20% luas 18,8 Jumlah 112,81
Keterangan: NDA : Neufert Data Arsitek DM&RI : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
Analisa Besaran Ruang Mal
Berdasarkan survey di beberapa mal, maka diperoleh besaran rata-rata retail
berluasan kurang dari 200m2 adalah sebagai berikut:
Besaran Mal Ciputra (m2) Rata-rata <50m2 24 32 40 48 36
50-100m2 60 64 72 80 84 96 76 100-200m2 120 128 160 192 150 Besaran Mal Puri Indah (m2) Rata-rata <50m2 18 24 30 32 36 40 48 32,5
50-100m2 60 64 72 80 84 100 76,6 100-200m2 108 120 144 124 Besaran Mal Pondok Indah (m2) Rata-rata <50m2 24 48 36
50-100m2 60 64 72 80 100 75,2 100-200m2 112 128 144 160 176 192 123,1
Besaran Mal Ciputra Mal Puri Indah Mal Pondok Indah 2 Rata-rata <50m2 36 32,5 36 34,8
50-100m2 76 76,6 75,2 75,9 100-200m2 150 124 123,1 132,3
Rata-rata besaran retail berdasarkan survey menjadi acuan besaran retail pada
perancangan proyek mal dan apartemen.
Tabel 4.11: Rata-rata Besaran Retail Berdasarkan Survey
85
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang display 10 Rak display (2) Zona sirkulasi
0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2
NDA
DM&RI 8,81
2. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 3,84
3. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 3,65
4. Sirkulasi 20% luas retail 3,26 Jumlah 19,56
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang display 15 Rak display (4) Zona sirkulasi
0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2
NDA
DM&RI 17,87
2. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 3,84
3. Gudang 1 Rak (4) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 7,31
4. Sirkulasi 20% luas retail 5,8 Jumlah 34,82
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang display 20 Rak display (8) Zona sirkulasi
0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2
NDA
DM&RI 35,24
2. Kasir 2 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 7,68
3. Gudang 1 Rak (8) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 13,09
4. Sirkulasi 20% luas retail 11,2 Jumlah 67,2
Tabel 4.12: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Kecil
Tabel 4.13: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Menengah
Tabel 4.14: Kebutuhan Ruang Retail Ukuran Besar
86
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang display produk kering
75
Rak display (30) Zona sirkulasi
0,7x1,25 1,3x1,25 0,762x2
NDA
DM&RI 176,2
2. Ruang display produk basah
15
Rak display Zona sirkulasi Timbangan
7x1m 0,762x2 1,3x2,2
NDA
DM&RI 20,528
3. Ruang display buah
15
Rak display Zona sirkulasi Timbangan
0,6x8m 0,762x2 1,3x2,2
NDA
DM&RI 19,852
4. Ruang display masakan
15
Rak display Zona sirkulasi Timbangan
1x5m 0,762x2 1,3x2,2
NDA
DM&RI 15,48
5. Ruang display produk dingin
15
Rak display Rak dinding Lemari es Zona sirkulasi
1,46x6m 1,17x6m 0,9x2,5m 0,762x2
NDA
DM&RI
30,984
6. Kasir 3 Meja kasir Zona sirkulasi
1,4x3,2 0,914 NDA 22,21
7. Pintu masuk 100bh Kereta dorong 0,6x0,84 NDA 6,5
8. Gudang
5 Rak (6) Lemari pendingin Lemari pemanas Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,9x2,5m 0,9x2,5m
0,762
NDA
DM&RI
33,3
9. R. Karyawan
16 Loker Meja Kursi (6) Zona sirkulasi
0,4x0,3 1,8x0,6 0,5x0,5 0,762x2
DM&RI 5,784
10. Ruang menejer
2 Meja (2) Kursi (4) Lemari arsip (2) Zona sirkulasi
1,5x0,7 0,6x0,6 1x0,5
0,762x2
DM&RI 6,826
11. Toilet karyawan
2 Kloset (2) Wastafel (2) Zona sirkulasi
0,7x0,4 0,75x0,3 0,9x0,75
NDA 3,15
12. Sirkulasi 20% luas swalayan 76,97 Jumlah 408,976
Tabel 4.15: Kebutuhan Ruang Swalayan 400-500m2 (NDA)
87
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang tunggu 4
Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi
0,8x0,7 0,6x0,6
0,4 0,762x2
DM&RI 7,98
2. Ruang tata rambut 6
Meja rias (3) Kursi (3) Rak Zona sirkulasi
0,4x0,8 0,6x0,8 1,5x0,5 0,762x2
NDA
DM&RI
21,13
3. Ruang cuci rambut 6 Kursi cuci (3)
Zona sirkulasi 2,25x1,3 0,762x2 DM&RI 16,983
4. Toilet 1 Kloset Wastafel Zona sirkulasi
0,7x0,4 0,75x0,3 0,9x0,75
NDA 1,575
5. Kasir 1 Meja kasir 1,2x3,2 NDA 7,68
6. Gudang 1 Rak (1) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 2,78
7. Sirkulasi 20% luas salon 11,62 Jumlah 69,75
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Dapur 3
Tempat cuci Kompor Tempat perabot Zona sirkulasi
0,6x3
0,762
NDA
DM&RI
6,372
2. Ruang saji + kasir 2
Meja kasir Meja saji Zona sirkulasi
0,7x1 0,7x1 0,762
DM&RI 4,448
4. Sirkulasi 20% luas retail food court 2,164 Jumlah 12,98
Tabel 4.16: Kebutuhan Ruang Salon (Termasuk ke Dalam Retail Besar)
Tabel 4.17: Kebutuhan Ruang Retail Food Court
88
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang makan 200 Meja Kursi Zona sirkulasi
0,6x1,8 2,52
NDA
DM&RI 360
2. Wastafel 8 Wastafel Zona sirkulasi
0,5x0,3 0,762x2 NDA 3,64
4. Sirkulasi 20% luas retail food court 72,728 Jumlah 436,368
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang tunggu 4 Sofa (4) Meja tamu Zona sirkulasi
0,8x0,7 0,6x0,6 0,762x2
DM&RI 7,58
2. Ruang menejer 1
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,7x1,5 0,6x0,6 0,5x1
0,85x2,1
DM&RI 4,86
3. Ruang sekretaris 1
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1
0,762x2,1
DM&RI 2,95
4. Ruang marketing 5-8
Sofa (8) Meja tamu (2) Zona sirkulasi
0,8x0,7 0,6x0,6 0,45x1,2
DM&RI 13
5. Ruang administrasi 4-6
Meja Kursi Lemari Zona sirkulasi
0,5x1,2 0,5x0,5 0,5x1
0,762x2,1
DM&RI 2,95
6. Ruang rapat 10-12
Meja Kursi (12) Layar LCD Zona sirkulasi
2,6x1,5 0,5x0,5
0,762x11,6
DM&RI 15,72
8. Gudang 1 Rak (2) Zona sirkulasi
0,7x1,25 0,762
NDA DM&RI 1,637
9. Sirkulasi 15% luas kantor 9 Jumlah 59,62
Tabel 4.18: Kebutuhan Ruang Makan Food Court
Tabel 4.19: Kebutuhan Ruang Pengelola Mal
89
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang ATM 3 Mesin ATM 1x1 3 2. Ruang antri 3 r: 0,533m DM&RI 2,67 3. Sirkulasi 20% luas ATM center 1,134 Jumlah 6,804
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang menyusui 4
Tempat tidur Meja Zona sirkulasi
0,9x2 0,5x0,5 0,762x2
NDA 3,9
2. Ruang duduk 4 Sofa (4) Meja (2)
0,6x0,7 0,6x0,6 DM&RI 2,4
3. Sirkulasi 20% luas ruang ibu dan anak 1,26 Jumlah 7,56
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang bermain 4 9 NDA 9
2. Ruang duduk 4 Sofa (4) Meja (2)
0,6x0,7 0,6x0,6 DM&RI 2,4
3. Sirkulasi 20% luas penitipan anak 2,28 Jumlah 7,5
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Ruang bermain 20 Alat
permainan (8) 15m2 NDA 120
2. Loket koin dan 4 Meja display
hadiah 5x2 10
Tabel 4.20: Kebutuhan Ruang ATM Center
Tabel 4.21: Kebutuhan Ruang Ibu dan Anak
Tabel 4.22: Kebutuhan Ruang Penitipan Anak
Tabel 4.23: Kebutuhan Ruang Arena Bermain k
90
penukaran hadiah
Meja hadiah Kasir
3. Gudang 3x5 15 3. Sirkulasi 20% luas ruang bermain anak 29 Jumlah 174
Analisa kebutuhan ruang pelayanan umum mal dan apartemen
No.
Kebutuhan Ruang
Jmlh Peng-guna
Elemen ruang Dimensi Standar Sumber
Besaran Ruang (m2)
1. Musholla 10 r: 0,533m DM&RI 5 4. Toilet umum 4 Kloset 1,45x0,9 NDA 5,22 Jumlah 16,8
4.3.2 Analisa Luas Mal dan Apartemen
KLB: 4, luas lahan: 6.500 m2
Luas lahan yang boleh dibangun: 60% x 6.500 = 3.900m2
Bangunan yang boleh dibangun: 4 x 6.500 = 26.000m2
Apartemen
Rata-rata persentase jumlah unit kamar (unit) berdasarkan survey
Gandaria
Tower A
Lavan-de
Poins Square
Central Park
Thamrin Alamanda
Star City
Rata-rata
Rata-rata (%)
1 38 110 23 94 168 289 120,33 30,4% 2 76 374 114 164 112 95 155,83 39,5% 3 114 232 195 70 56 48 119,16 30,1%
Total 228 716 332 328 336 432 395,33 100%
Jumlah kamar yang dibutuhkan adalah ±250 kamar. Mall membutuhkan tiga lantai,
maka apartemen memiliki sembilan lantai. Presentasi jumlah unit kamar perlantai
menurut analia yaitu unit satu kamar sebesar 30,4%, unit dua kamar sebesar 39,5%
Tabel 4.24: Kebutuhan Ruang Pelayanan Umum
Tabel 4.25: Persentase Jumlah Unit Kamar
Apart Kamar
91
dan unit tiga kamar sebesar 30,1%, maka setiap lantai apartemen terdiri dari
delapan unit tipe satu kamar, dua belas unit tipe dua kamar, dan delapan unit tipe
tiga kamar.
Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan survey
Tipe Unit Perhitungan Jumlah (m2)
1 kamar 68 unit x 51,043 m2 3.724,09 2 kamar 104 unit x 71,65 m2 6.792,42 3 kamar 68 unit x 111,6m2 8.061,984 Total luas 18.578,494
Karena lahan tidak sebanding dengan lahan pada survey maka ruang yang
dirancang harus lebih kecil dari hasil survey (Tabel).
Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan program ruang
Tipe Unit Perhitungan Jumlah (m2) 1 kamar 68 unit x 20,13 m2 1.368,84 2 kamar 104 unit x 37,63 m2 3.913,52 3 kamar 68 unit x 64,75 m2 4.403 Total luas 9.685,36
No. Jenis Ruang Luas (m2) 1. Luas seluruh unit apartemen 9.685,36 2. Ruang pengelola 63,99 3. Fitness center 77,6 4. Kolam renang 112,81 5. Luas servis 4% 397,59 Luas apartemen seluruhnya 10.337,35
Luas bangunan apartemen seluruhnya adalah 10.337,35m2, pada satu tower
apartemen memiliki sembilan lantai untuk memaksimalkan jumlah lantai, dan
setiap lantai memiliki luas 574,29m2.
Tabel 4.26: Luas Seluruh Unit Berdasarkan Survey
Tabel 4.27: Luas Seluruh Unit Berdasarkan Program Ruang
Tabel 4.28: Luas Seluruh Apartemen Berdasarkan Program Ruang
92
Mall
Rata-rata persentase jumlah retail (unit) berdasarkan survey
Mal Ciputra Mal Puri Indah
Mal Pondok Indah 2
Rata-rata
Rata-rata (%)
<50m2 60% 62,2% 7,8% 87.8 43,5% 50-100m2 32,7% 23,3% 50% 215 35,5% 100-200m2 7,3% 12,5% 42,2% 121.8 21%
Jumlah retail 360 188 380 309,33
Jumlah retail disesuaikan dengan rata-rata pada survey menjadi:
26.000m2 - luas apartemen = 26.000 m2 - 10.337,35 m2 = 10.311,35m2
= 42 retail
Tipe Retail Perhitungan Jumlah
Kecil 43,5% x 42 18 Menengah 35,5% x 42 15 Besar 21% x 42 9
Perhitungan prediksi luas seluruh unit apartemen berdasarkan program ruang
Dan presentasi jumlah retail adalah:
Tipe Retail Perhitungan Jumlah (m2) Kecil 18 x 19,56 m2 352,08
Luas Bangunan Jumlah Retail Luas Bangunan/ Jumlah retail
Mal Ciputra 80 000 m2 360 222,22 Mal Puri 57.000 m2 180 316,66
PIM 75.000 m2 380 197,36 Rata-rata 245,41
Tabel 4.29: Persentase Jumlah Retail Berdasarkan Survey
Mall Besaran
retail
Tabel 4.31: Jumlah Retail
Tabel 4.32: Luas Retail Seluruhnya
Tabel 4.30: Jumlah Retail Melalui Perbandingan Luas Bangunan Berdasarkan Survey
10.311,35 245,41
93
Menengah 15 x 34,82 m2 522,3 Besar 9 x 67,2 m2 604,8 Total luas 1.479,18
Mal Ciputra Mal Puri Indah Mal Pondok Indah 2 Rata-rata
14 16 22 17,33
Nama Mal Luas Anchor Tenant/lantai (m2) Luas Mal (m2)
Perbandingan Luas Anchor Tenant
dengan Luas Mal Mal Ciputra 2.688 80.000 1: 3,3 Mal Puri Indah 2.914 57.000 1:14.29 Mal Pondok Indah 2 2.550 75.000 1:5,88
Rata-rata 1:7,8
Rata-rata perbandingan tersebut jika disesuaikan dengan proyek Mal dan
Apartemen di Jakarta Barat, maka besaran anchor tenant:
Luas yang dapat dibangun pada tapak adalah 3.900m2, maka luas anchor tenant
adalah 3.900 : 7,8 = 500m2
No. Jenis Ruang Luas (m2) 1. Luas seluruh retail 1.479,18 2. Ruang pameran 419,68 3. Swalayan 408,976 4. Anchor tenant 500 5. Food court (18 retail): 18 x 12,984m2 233,712 6. Ruang makan food court 436,368 7. Ruang pengelola mal 59,62 8. ATM center 6,8
Tabel 4.35: Luas Mal Seluruhnya
Tabel 4.33: Jumlah Rata-rata Retail Food Court Menurut Survey
Tabel 4.34: Analisa Besaran Anchor Tenant Menurut Survey
94
9. Ruang ibu dan anak 7,56 10. Ruang penitipan anak 7,5 11. Ruang bermain 174 12. Sirkulasi 20% 746,6792 13. Luas servis 10% 373,3396 Luas seluruh mal 4.853,4148
Keterangan:
NDA : Neufert Data Arsitek DM&RI : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
Jadi luas bangunan seluruhnya:
Apartemen : 10.337,35m2
Mal : 4.853,4148m2 +
Jumlah : 15.190,7648m2
95
4.3.3 Analisa Skema Hubungan Ruang Makro
Skema 4.3: Hubungan Ruang Makro
96
4.3.4 Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro
Skema 4.4: Hubungan Ruang Mikro Apartemen
Skema 4.5: Hubungan Ruang Mikro Mal
97
4.3.5 Analisa Organisasi Ruang
Jenis organisasi ruang dalam buku Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, dikarang
oleh Francis D.K. Ching:
Jenis Organisasi
Ruang Kelebihan
Organisasi Terpusat
- Stabil - Teratur - Dapat berfungsi sebagai suatu objek di dalam daerah atau volum ruang yang tetap
Organisasi Linier
- Menunjukan suatu arah - Fleksibel, dapat menanggapai macam-macam kondisi tapak. - Dapat mengelilingi dan melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah daerah ruang.
Organisasi Radial
- Dapat meluas dan menggabungkan diri pada unsure-unsur pada tapak.
Organisasi Cluster
- Fleksibel - Dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya. - Dapat memadukan ruang-ruang yang berlainan fungsi, ukuran dan jenisnya.
Organisasi Grid
- Teratur - Dapat dibuat dalam satu atau dua arah
Kesimpulan:
Karena proyek ini adalah mal dan apartemen yang memiliki fungsi, ukuran dan
jenis ruang yang berbeda-beda dan memerlukan suatu pengelompokan dan
penyesuaian terhadap fungsi ruang, maka organisasi yang akan digunakan adalah
organisasi cluster.
Tabel 4.36: Organisasi Ruang D. K. Ching
98
4.3.6 Analisa Jenis Massa Bangunan
Massa bangunan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:
- Aktifitas kegiatan di dalam bangunan dan kebutuhan ruang yang
direncanakan
- Penerapan prinsip-prinsip arsitektur tropis
- Kemudahan dalam pembagian pola grid pada sistem struktur.
- Bentuk massa merupakan suatu kesatuan terhadap lingkungan
- Dipengaruhi oleh kondisi iklim
- Penyesuaian terhadap bentuk tapak.
Bentuk dasar massa bangunan berdasarkan pertimbangan di atas, bentuk massa
yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah:
No. Bentuk Dasar Keterangan 1. Bujur sangkar Orientasi ke empat arah
Memiliki orientasi dan sirkulasi dalam bangunan yang memusat Memiliki orientasi dan sirkulasi dalam bangunan yang memusat Kurang optimal dalam upaya pemanfaatan potensi iklim tropis
2. Persegi panjang Orientasi terkuat pada dua arah memanjang Memiliki sirkulasi dalam bangunan linier Dapat optimal dalam pemanfaatan potensi iklim tropis
3. Lingkaran Orientasi bangunan ke segala penjuru Memiliki orientasi dalam bangunan terpusat Boros ruang jika diterapkan pada bangunan fungsional
4. Segitiga Orientasi bangunan ke tiga arah Memiliki orientasi dalam bangunan terpusat Sulit dalam penataan ruang
Tabel 4.37: Bentuk Dasar Bangunan
99
Penataan bangunan apartemen dalam buku Panduan Perancangan Bangunan
Komersial dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
Jenis Penataan
Bangunan Kelebihan Kekurangan
Center Corridor Plan
- Cocok jika diterapkan di tapak berbentuk persegi panjang. - Cocok untuk menyiasati panas matahari
- Cahaya alami kurang maksimal
Open Corridor Plan
- Koridor mendapat pencahayaan alami maksimal.
- Unit hanya sedikit yang dapat ditampung. - Harus sangat memperhatikan beban angin.
Tower Plan
- Lebih stabil - Core berada di pusat memudahkan pencapaian bagi penghuni
- Koridor tidak mendapat pencahayaan dan pengudaraan alami.
Cross Plan
- Dapat menampung banyak unit. - Stabil - Core berada di pusat memudahkan pencapaian bagi penghuni
- Membutuhkan lahan yang besar. - Jauh mencapai core bagi unit yang berada di ujung gedung.
Kesimpulan:
Bentuk massa bangunan yang sesuai dengan pertimbangan dan pemanfaatan
iklim tropis adalah massa bangunan bentuk persegi panjang untuk apartemen dan
persegi untuk mal agar dapat mengoptimalkan penggunaan lahan pada tapak yang
berbentuk persegi.
Tabel 4.38: Penataan Bangunan Apartemen
100
4.3.7 Analisa Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi horizontal
Sirkulasi horizontal digunakan untuk menghubungkan ruang-ruang pada di
lantai yang sama, dalam bangunan apartemen, sirkulasi horizontal merupakan
sarana penghubung antara unit dengan core. Jenis pola sirkulasi yang dapat
digunakan adalah linier dan radial. Linier merupakan sirkulasi berupa jalan lurus,
dapat memotong, melengkung dan bercabang, sedangkan radial berupa jalan yang
mengembang, dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu radial memusat dan
menyebar.
Bentuk massa bangunan yang telah ditetapkan pada analisa jenis masa
bangunan menjadi acuan bagi sirkulasi di dalam bangunan, dalam hal ini sirkulasi
horizontal yang digunakan dalam gedung mal dan apartemen adalah sirkulasi linier.
Pengunjung mal memerlukan arahan untuk menelusuri seluruh bagian mal untuk
keperluan komersial. Arahan tersebut dapat diaplikasikan melalui sirkulasi
berbentuk linier, dimana pengunjung akan terbawa mengelilingi keseluruhan retail.
Sirkulasi vertikal
Sirkulasi vertikal digunakan untuk menghubungkan ruang satu dan ruang lain pada
di lantai yang berbeda. Sirkulasi vertikal sangat penting untuk gedung mal dan
apartemen untuk sirkulasi ke lantai-lantai atas. Pada apartemen akan menggunakan
koridor dengan sistem double loaded interior corridor untuk memudahkan sirkulasi
penghuni mengakses dari dua arah. Jenis-jenis sirkulasi vertikal antara lain:
101
1. Tangga
Tangga dibagi menjadi dua fungsi, yaitu tangga untuk umum dan
tangga darurat. Tangga umum digunakan untuk menunjang aktifitas
penghuni dan pengunjung mal. Tangga memiliki beberapa jenis, yaitu
tangga L, U, I, dan tangga putar. Jenis-jenis tangga tersebut digunakan
dengan pertimbangan fungsi ruang, ruang yang tersedia, pencitraan ruang
dan pengguna ruang.
Peraturan tentang tangga darurat berbeda antara negara satu dan
yang lain, namun sistem pintu keluar pada dasarnya sama, yaitu memberi
kemudahan bagi penghuni/pengguna gedung untuk dapat selamat keluar
dari gedung bila terjadi musibah. Pintu tangga darurat hanya terbuka ke
arah dalam tangga, kecuali pintu di lantai dasar, yang terbuka hanya kea rah
luar. Tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basement harus
disekat, agar orang yang ingin ke lantai dasar tidak tersesat. Lebar pintu
keluar minimum 80 cm, lebar tangga kebakaran dan koridor minimum
adalah 120 cm.
2. Eskalator dan ramp berjalan
Eskalator dapat menggantikan fungsi tangga, yaitu sebagai
penganggut manusia dalam jumlah banyak secara berkesinambungan dari
lantai bawah ke lantai atas dan sebaliknya. Eskalator akan efektif bila:
- Ada keseragaman kecepatan lalu lintas orang
102
- Terdapat kesinambungan arus manusia
- Mesin penggerak dapat diubah arah pergerakannya
Ada tiga macam tata letak eskalator yang sering digunakan:
- Bersilangan
- Sejajar dengan arus manusia yang berputar
- Sejajar dengan arus manusia yang menerus.
Gambar 4.20: Tata Letak Eskalator Bersilangan
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana
Gambar 4.21: Tata Letak Eskalator Sejajar (Alur Berputar)
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana
Gambar 4.22: Tata Letak Eskalator Sejajar (Alur Menerus)
103
Letak escalator yang sering digunakan adalah escalator dengan tata letak
bersilangan, karena menggunakan luasan lantai yang paling sedikit, efisien
dalam penggunaan struktur, sehingga mempermurah biaya.
Kelebihan eskalator dan ramp berjalan dibandingkan dengan tangga:
- Mempunyai kapasitas untuk memindahkan orang dalam jumlah
banyak.
- Tidak membutuhkan waktu tunggu, kecuali pada kondisi lalu lintas
manusia sangat padat.
- Sangat bermanfaat untuk kebutuhan lalu lintas yang dapat
meningkat dalam waktu-waktu tertentu.
- Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu.
- Memudahkan orang untuk melihat-lihat sekelilingnya.
- Perpindahan dari lantai ke lantai berlangsung secara lancer.
- Dapt digunakan di ruang terbuka, jika digunakan tahan air (water-
proofed escalator/moving ramp).
- Menjamin mengalirnya arus lalu lintas pada kecepatan tertentu.
- Sangat baik untuk jarak vertikan yang tidak terlalu panjang.
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana
104
Kelebihan ramp berjalan dibandingkan dengan escalator:
- Lebih landai sekitar 50%
- Dapat digunakan untuk kereta barang belanjaan (trolleys).
- Jika berhenti bergerak, gangguan pada arus pergerakan orang tidak
begitu besar.
- Memudahkan penyandang tuna daksa.
Kekurangan ramp berjalan dibandingkan dengan escalator:
- Membutuhkan luasan ruang yang lebih besar untuk pemasangannya
- Membutuhkan rangka struktur penopang yang lebih besar.
Pada mal, perlu disediakan satu eskalator alur tunggal untuk setiap 3.000
m2 atau satu eskalator alur ganda untuk setiap 5.000 m2 luas lantai, maka
dalam proyek mal ini memerlukan 2 unit eskalator.
3. Lift
Lift merupakan salah satu alternatif sirkulasi vertikal denganjumlah
maksimum empat buah dalam satu deretan.
Tata letak lift yang baik dan alternative lain yang masih dapat dilakukan:
105
Baik Alternatif Lain
Tabel 4.39: Tata Letak Lift yang Baik dan Alternative Lain
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana
106
Pada umumnya, lift hanya melayani sekitar 12-15 lantai, agar tidak
melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk gedung apartemen:
- Bagi setiap 300 unit perlu disediakan satu lift barang.
- Lift barang diperlukan jika pintu blok hunian berada pada ketinggian
dua lantai dari lantai dasar.
- Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 12 orang.
- Unit hunian tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lift.
Jumlah lift yang diperlukan:
PB : 3 P : 0,03
Kecepatan lift : 1
Kapasitas lift (m) : 17
LNetto : 9.939,76 m2
T (waktu perjalanan) apartemen : 50 - 70
N = LNetto . P . T = 9939,76 . 0,03 . 60 = 17891,568 = 1,16 = 2 lift 300 . PB . m 300 . 3 . 17 15300
Jadi gedung apartemen memerlukan 2 buah lift ukuran menengah dan 1 lift
barang.
4. Ramp
Ramp merupakan sarana sirkulasi vertikal yang berguna bagi
penyandang tuna daksa, balita dan orang tua. Ramp cocok digunakan di mal
107
untuk mempermudah pengunjung yang membawa kereta dorong belanjaan
(trolleys) maupun kereta bayi.
4.3.8 Pemanfaatan dan Pengendalian Iklim Tropis
Wilayah negara Indonesia berada pada daerah tropis, memiliki sumber daya
yang melimpah, khususnya matahari dan angin. Manfaat sinar matahari dan angin
sangat berguna bagi manusia untuk penerangan dan pengudaraan alami yang
berujung pada penghematan energi, namun perlu pengendalian terhadap matahari
dan angin yang berlebihan.
4.3.9 Analisa Pencahayaan dalam Bangunan
Pencahayaan dalam bangunan mal dan apartemen dapat menggunakan
pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kondisi dan fungsi ruang.
Potensi iklim tropis harus dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah cahaya
matahari. Berdasarkan pemilihan jenis massa bangunan, maka perlu penyiasatan
agar dapat memanfaatkan potensi iklim tropis, misalnya dengan membuat jendela
di setiap ruangan yang memerlukan cahaya.
Renderasi warna (Ra) adalah kesan warna yang diterima oleh mata manusia
dari obyek pencahayaan akibat sumber cahaya. Besaran penerangan, warna cahaya
dan Ra yang diajurkan sesuai dengan proyek adalah:
108
Jenis Bangunan Nama Ruang
Besarnya Penerangan
yang Dianjurkan
LX
Warna Cahaya
Putih sejuk
Putih Netral
Putih Hangat
Colour Rendering
Perumahan
Tangga 60 1 1 Teras depan 60 1atau2 1 Ruang makan 120-250 1atau2 1 Ruang tamu 120-250 1 Ruang kerja 120-250 1 1 Kamar tidur anak 120 1 Kamar tidur orang tua 250 1atau2 1 Kamar mandi 250 1 Dapur 250 1 1 Gudang makanan 60 1atau2 1 Ruang samping 60 1atau2 1 Ruang cuci 250 1atau2 1
Biro Kantor
Kantor dengan pekerjaan ringan 250 1atau2 1
Ruang rapat 250 1atau2 1 Bagian pembukuan 250 1atau2 1 Stenografi 250 1atau2 1 Komputer 500 1atau2 1 Bagian gambar 1.000 1atau2 Ruang biro besar 1.000 1atau2
Ruang Penjualan Pameran
Pameran, museum, pameran lukisan 250 1 1
Fair hall 500 1atau2 1atau2 Gudang 120 3 3 Ruang penjualan 250 1atau2 1atau2 Supermarket 750 1atau2 1atau2 Shopping center 500 1atau2 1atau2
Etalase toko 1.000 Kom-binasi
Tabel 4.40: Besaran Penerangan, Warna Cahaya dan Ra
Sumber: Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu, Christian Darmasetiawan
109
Kesimpulan:
Pencahayaan pada bangunan apartemen menggunakan pencahayaan alami dengan
bukaan pada pagi hingga sore hari, pada malam hari menggunakan pencahayaan
buatan. Pencahayaan pada mal menggunakan pencahayaan buatan agar lebih
menarik perhatian pengunjung dan mendapatkan efek yang sesuai dengan
kebutuhan setiap retail.
4.3.10 Analisa Pengudaraan dalam Bangunan
Pemanfaatan angin untuk pengudaraan alami dapat dilakukan dengan
membuat bukaan di sisi ruangan yang merupakan arah datang angin, namun perlu
pengaturan agar angin dapat terkendali.
Pada bangunan mal menggunakan pengudaraan buatan agar produk tidak
rusak dan berdebu.
Gambar 4.23: Pencahayaan Alami dalam Apartemen
Gambar 4.24: Pengudaraan Alami dalam Apartemen
Cahaya masuk
Cahaya masuk
Udara masuk
Udara masuk
110
4.3.11 Analisa Jumlah dan Luas Lahan Parkir
- Parkir penghuni apartemen
Tipe Unit Perhitungan Jumlah
1 Kamar 1 mobil x 68 unit 68 mobil 2 Kamar 1 mobil x 104 unit 104 mobil 3 Kamar 1 mobil x 68 unit 68 mobil Jumlah mobil 240 mobil
- Parkir pengunjung mal adalah 1 mobil setiap 60 m2 menurut Dinas Penataan
dan Pengawasan Bangunan:
4.853,4148 = 80,89 = 81 mobil 60
Transportasi umum sangat beragam di sekitar tapak, maka parkir mobil
pada mall dikurangi menjadi 54 mobil dan digantikan dengan menyediakan
fasilitas penunjang transportasi umum.
- Parkir taxi adalah 2% dari mobil pengunjung mal
81 x 2% = 1,42 = 2 mobil
- Mobil servis menggunakan parkir mobil mall dengan ketentuan jam
pengangkutan barang.
- Parkir motor disediakan 63 motor.
- Parkir motor pegawai disediakan 30 motor.
Area parkir yang diperlukan:
No. Kendaraan Perhitungan Luas (m2) Mobil 294 x 35m2 8.400 Motor 93 x 3m2 279 Sirkulasi 20% 1735,8 Jumlah 10.414,8
Tabel 4.41: Jumlah Mobil Penghuni Apartemen
Tabel 4.42: Luas Parkir Basement
111
Luas lahan setelah dikurangi GSB adalah ± 4.200m2, dengan kebutuhan luas parkir
basement sebesar 10.414,8m2, maka basement 3 lapis. Penambahan semi basement
dibutuhkan agar tapak bebas dari kendaraan dan nyaman untuk pejalan kaki.
4.3.12 Analisa Sistem Struktur
Peran struktur bangunan yaitu pendukung bangunan agar bangunan dapat
tetap berdiri. Struktur berfungsi sebagai penahan dan penyalur segala jenis beban
yang dipikulnya dan berat keseluruhan bangunan itu sendiri. Persyaratan struktur
yaitu kekakuan, kekuatan dan kestabilan.
Pemilihan sistem struktur yang akan diterapkan di dalam proyek mal dan
apartemen mempertimbangkan:
1. Fungsi bangunan sebagai sarana hunian dan komersial
2. Segi fleksibilitas (kemudahan dalam penataan ruang
3. Karakteristik bangunan
4. Pengaruh keadaan tapak, yaitu daya dukung tanah, perbedaan suhu,
kecepatan angin, dll.
5. Segi estetik sehingga dapat menunjang penampilan gedung.
Struktur Bawah Bangunan (Sub Structure)
Struktur bawah bangunan atau pondasi merupakan struktur yang terletak di
bawah tanah. Pondasi berfungsi meneruskan beban dari bangunan ke dalam tanah.
112
Gambar 4.25: Pondasi
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mendesain
tipe sistem pondasi sebuah bangunan antara lain:
- Pola dan besarnya beban bangunan
- Kondisi air tanah dan air permukaan
- Topografi tapak
- Dampak pada lahan dan sekitarnya
- Ketentuan peraturan kode bangunan
- Metode konstruksi dan resiko
Pondasi dapat diklasifikasi dalam
dua kategori besar, yaitu pondasi dangkal
dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal digunakan ketika
terdapat tanah yang cukup stabil, dengan kapasitas daya dukung yang cukup dan
relative dekat dengan permukaan tanah.
Pondasi dalam digunakan ketika tanah tidak stabil atau tidak memiliki
kapasitas daya dukung yang mencukupi. Pondasi diperpanjang ke bawah melewati
lapisan tanah yang tidak layak untuk menyalurkan beban, menuju lapisan tanah
yang lebih cocok untuk menahan beban seperti batu atau pasir padat.
Kecamatan Palmerah yang merupakan lahan proyek ini memiliki tanah
dengan kondisi tanah berpori dan gembur, maka proyek ini menggunakan pondasi
dalam karena beban lantai yang besar dan daya dukung tanah kurang.
113
Gambar 4.26: Pondasi dan Kap Pondasi
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.
Pondasi Dalam
Pondasi dalam memanjang ke bawah melewati lapisan tanah yang tidak stabil
untuk menyalurkan beban bangunan pada lapisan yang lebih cocok seperti batu dan
pasir padat atau tanah keras. Pondasi dalam memiliki dua tipe, yaitu pondasi tiang
pancang (pile) dan pondasi caisson.
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang adalah sistem penopang ujung atau friksi, kap tiang dan
balok untuk menyalurkan beban bangunan ke bawah pada lapisan tanah yang
cocok. Pondasi tiang pancang memiliki dua jenis yaitu pracetak dan cor di tempat.
Tiang pancang cor ditempat dibuat dengan mengalirkan adukan beton ke
dalam lubang dengan mengalirkan adukan beton ke dalam lubang di dalam tanah.
Tiang pancang beton bisa diberi selubung atau dibiarkan terbuka.
- Dinding penopang
- Kap tiang pancang berupa beton
bertulang menyatukan akumulasi tiang-
tiang untuk mendistribusikan beban dari
kolom atau balok secara merata pada
tiang-tiang pancang.
- Tiang pancang penopang tergantung pada
daya dukung tanah atau batu di bawahnya
untuk memberikan topangan
114
Gambar 4.28: Pancang dengan Selubung Gambar 4.28: Pancang Tanpa Selubung
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.
Gambar 4.27: Pancang dengan Selubung
Tiang berselubung dibuat dengan menanam pipa silinder baja atau casing ke
dalam tanah sampai menemukan tingkat kekerasan yang dibutuhkan dan kemudian
mengisi pipa dengan adukan beton. Sebuah mandrel atau gelondong dari tube baja
bisa dimasukkan pada casing tipis untuk mencegah casing menjadi bengkok dalam
proses penanaman, kemudian mandrel ditarik sebelum adukan beton di cor.
Tiang pancang tidak berselubung dibuat dengan menanam casing berisi
beton disetai dengan plug ke dalam tanah sampai menemukan tingkat ketahanan
tanah yang diperlukan dan kemudian menumbuk beton pada saat bersamaan, casing
kemudian ditarik.
Pondasi Caisson
Pondasi caisson dicor di tempat, terbuat dari beton murni atau beton
bertulang yang dibentuk dengan member atau menggali rongga dalam tanah sampai
ke lapisan tanah penopang yang tepat dan mengisinya dengan beton.
115
Tabel 4.43: Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Pancang
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan, D. K. Ching, Adams.
Gambar 4.29: Struktur Rangka Beton Gambar 4.30: Struktur Rangka Baja
Keuntungan Kerugian
- Dapat mencapai kedalaman tanah keras yang jauh di bawah permukaan tanah.
- Mendapat daya dukung dari tanah - Pelaksanaan lebih cepat
- Membutuhkan peralatan khusus dalam pelaksanaan pemancangan
- Menimbulkan getaran pada lingkungan sekitarnya ketika memancang.
Kesimpulan:
Beban dari bangunan cukup besar karena bangunan memiliki ketinggian 12 lantai
dan kondisi tanah yang merupakan tanah berpori dan gembur, maka pondasi yang
digunakan adalah pondasi tiang pancang. Jenis tiang pancang yang dipilih adalah
tiang pancang pracetak untuk memudahkan dan mempersingkat waktu pengerjaan.
Struktur Atas Bangunan (Super Structure)
Struktur atas bangunan merupakan struktur yang berada di atas tanah.
Pembahasan ini membagi tiga bagian, yaitu sistem lantai, sistem dinding dan atap.
Sistem struktur ada beberapa jenis, antara lain tube, struktur kabel, struktur
portal dan membran. Sistem struktur yang akan digunakan adalah sistem struktur
portal dan akan dikombinasi dengan struktur lain sesuai dengan kebutuhan..
116
Tabel 4.44: Perbandingan Material Konstruksi
Beton Baja
Lebih tahan terhadap api Tidak tahan api, harus menggunakan lapisan anti api.
Lebih lama proses pengerjaannya Pengerjaannya cepat Lebih sulit di daur ulang Mudah di daur ulang Tidak menggunakan tower crane Menggunakan tower crane
Struktur Atap
Sistem atap berfungsi sebagai elemen primer untuk melindungi ruang-ruang
interior suatu bangunan. Bentuk dan kemiringan atap harus sesuai dengan jenis
penutup atap (sirap, genteng, membran, dll) yang digunakan untuk mengucurkan
air hujan menuju sistem drainase. Konstruksi atap juga harus mengontrol aliran air,
infiltrasi (perembesan) udara, aliran panas dan radiasi matahari.
Atap datar
- Atap datar memerlukan material penutup atap yang kontinu
- Kemiringan atap dapat dibentuk dengan mencondongkan bagian struktur
dek atap atau memiringkan lapisan insulasi termal.
- Kemiringan mengarahkan pada saluran drainase.
- Atap dapat dijadikan ruangan outdoor.
- Struktur atap datar dapat berupa slab beton bertulang, truss baju atau kayu
datar.
117
Tabel 4.45: Keuntungan dan Kekurangan Material
Atap miring
- Kemiringan atap mempengaruhi pemilihan material penutup atap.
- Ketinggian dan area atap miring dipengaruhi oleh bentangan horizontal.
4.3.13 Analisa Material Bangunan
Pemilihan bahan bangunan sangat berpengaruh terhadap ketahanan
bangunan dan dapat menimbulkan efek bagi penghuni. Beberapa bahan bangunan
serta keuntungan dan kerugiannya antara lain:
Kayu Keuntungan Kekurangan
Sangat tahan terhadap hujan jika diberi perawatan yang baik. Penyerapan panas kecil. Tahan terhadap angin, bahkan angin rebut jika konstruksinya tepat. Kemampuan pemantulan rata-rata 50%. Kestabilan mekanis baik. Perbaikan dan penggantian mudah.
Tidak tahan terhadap rayap. Jika di dalam air mendapat serangan siput. Dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bintang pengerat. Mudah terbakar. Dapat mengalami pembusukkan akibat jamur.
Batu Alam Tahan terhadap angin dan cuaca. Kemampuan penyerapan tinggi. Bahan berpori memiliki kemampuan pengisolasian panas. Ketahanan tinggi terhadap kerusakan mekanis
Dapat mengalami keretakan diakibatkan tegangan antara inti dan permukaan karena panas pada siang hari dan pendinginan pada malam hari. Bahaya korosi karena gesekan dan pencemaran udara. Kerusakan dapat diakibatkan genangan air. Dapat menjadi sarang serangga.
Batu Bata Bakar Penyerapan panas baik. Kemampuan pemantulan rata-rata 30-40%. Tahan terhadap kerusakan mekanis
Dapat tembus air jika terkena hujan terus menerus. Akan tumbuh jamur dan lumut pada kelembaban tinggi terus menerus.
Beton, Beton Bertulang
118
Tahan hujan. Kemampuan penghantar panas kecil. Tidak tembus angin. Kemampuan pemantulan rata-rata 40% Tahan api. Tahan gempa yang tinggi apabila konstuksi benar.
Bahaya jamur di daerah lembab. Korosi pada tulangan baja akibat air campuran yang mengandung garam.
Baja, Besi Tuang Tahan terhadap angina rebut. Tahan udara dan air.
Mudah korosi pada daerah lembab. Daya tahan terhadap api kecil. Resiko korosi tanah. Resiko patah lebih besar pada komponen besi tuang.
Alumunium Tahan hujan dan air. Kedap air. Tidak berpori. Kemampuan pemantulan sangat baik. Tahan api. Tahan gempa.
Penyerapan panas tinggi. Dapat menimbulkan kesilauan. Dapat menjadi kasar jika terlambat dibersihkan. Dapat korosi akibat asam tanaman.
Kaca Tahan terhadap asam dan basa. Penyerapan panas besar.
Bahaya pecah. Bahaya gempa, angina topan, kebakaran dan lendutan. Dapat rusak akibat badai angina dan pasir.
Semen Asbes Kedap angin. Kemampuan penghantar panas kecil. Penyerapan baik. Tahan korosi. Tahan api. Tahan resiko rusak pada transportasi.
Bahaya gempa. Ketahanan terhadap rayap diragukan. Bahaya kerusakan mekanis.
4.3.14 Analisa Kebutuhan, Sistem Penyediaan dan Pembuangan Air
Sistem Air Bersih
Kebutuhan air tergantung pada standar kehidupan, kebiasaan hidup, kondisi
setempat, dan juga biaya. Sumber-sumber air antara lain:
119
Gambar 4.31: Distribusi Air Bersih
- Penampungan dan pengumpulan air hujan
- Pengambilan air tanah
- Pengumpulan air permukaan
- Desalinasi air laut atau air payau
- Penggunaan kembali
Selain cara mendapatkan air, distribusi dan penyimpanannya merupakan factor
utama dalam keseluruhan sistem. Beberapa kemungkinan distribusi:
- Sumur utama atau air permukaan
- Bak pengumpul umum yang disuplay oleh mobil tangki
- Sambungan tersendiri dari jaringan suplay setempat (PAM)
Di daerah tropis, tangki air harus ditutup dengan kawat nyamuk, karena jika
dibiarkan akan menjadi sarang nyamuk dan membawa penyakit. Air yang telah di
tampung kemudian dialirkan ke dalam bangunan melalui pipa-pipa.
Supply air
Reservoir bawah
Dipompa ke reservoir atas
Reservoir atas Distribusi ke
bangunan
120
Gambar 4.32: Distribusi Air Kotor
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
Air Kotor
Air kotor berasal dari air kotor manusia dan bekas pencucian. Air kotor
dapat diolah agar dapat digunakan kembali dan dapat juga dibuang melalui
penyaringan terlebih dahulu, dialirkan ke sumur resapan maupun langsung
dialirkan ke roil kota
121
Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air seluruh unit apartemen /hari : 9.685,36 m2 x 20 L = 193.707,2 L
Kebutuhan air untuk mal per hari : 3.733,396 m2 x 5 L = 18.666,98 L
Kebutuhan air sprinkler untuk apartemen
Σ sprinkler unit = 240 unit apartemen x 2 = 480 unit
Σ sprinkler penunjang = L bangunan 25
= 651,99= 26,07 = 27 unit 25
Kebutuhan air sprinkler untuk mal :
Σ sprinkler = L bangunan 25
= 4853,4148 25
= 194,13 = 195 unit
Vol air-sprinkler = Σ sprinkler x 18 x 30 L
= 702 x 18 x 30 L
= 379.080 L
Kebutuhan air hidran untuk mal dan apartemen
Σ Hidran = 15190,7648 x 2 unit 800
= 37,97 = 38 unit
Vol air-hidran = Σ Hidran x 400 x 30L
= 38 x 400 x 30L
= 456.000L
122
Kebutuhan air AC
Vair sirkulasi = 8-13 liter/menit/TR = 10,5 liter/menit/TR
Vair-pendingin = 1,5 - 2% Vair-sirkulasi
= 1,5 – 0,21
= 1,29 liter/menit/TR
Kebutuhan air untuk mal dan apartemen adalah:
193.707,2 + 18.666,98 + 379.080 + 456.000+ 1,29 + 10,5 = 1.047.465,97 L
4.3.15 Analisa Sistem Pembuangan Sampah
Sampah di apartemen dalam buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi adalah
1kg/orang. Untuk itu perlu penanganan khusus dalam pendistribusian sampah
hingga dapat terbawa oleh mobil pengangkut sampah.
123
Gambar 4.33: Distribusi Sampah
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
Corong pembuangan sampah dibuat serong ke bawah agar sampah yang
dibuang dari atas tidak masuk ke lantai dibawahnya. Sampah akan mengisi bagian
bak dan terdesak oleh sampah yang dibuang belakangan. Setelah penuh sampah
akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang sudah penuh akan
dibuang keluar bangunan dengan kendaraan.
124
4.3.16 Analisa Sumber Daya Listrik
Daya listrik umumnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik melalui
jaringan kabel tegangan tinggi, kemudian diturunkan menjadi tegangan menengah
dan tegangan rendah oleh transformator yang ditempatkan pada gardu-gardu listrik.
Daya listrik dipasok ke dalam bangunan disalurkan melalui kabel bawah
tanah untuk bangunan tinggi atau kabel udara dari tiang listrik untuk bangunan
rendah/menengah.
4.3.17 Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran
Penyebaran kebakaran ke seluruh bangunan dapat terjadi melalui tiga
mekanisme, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk
struktur dari sumber api yang terdekat, sebagaimana yang terjadi pada pengurangan
tulangan baja pada struktur beton bertulang jika suhu meningkat di atas 400oC.
Konveksi terjadi jika gas/udara meningkat di dalam gedung, di mana api
dengan mudah menjalar dari tanah ke lantai diatasnya melalui lubang tangga atau
lubang saluran (shaft).
Radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang
terbakar ke bahan terdekat yang mudah terbakar. Jendela kaca merupakan tempat
penjalaran radiasi, juga gedung yang letaknya berdekatan.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pasif antara lain:
125
Gambar 4.34: Perlindungan untuk Baja
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
1. Konstruksi tahan api
Setiap komponen bangunan yaitu dinding, lantai, kolom dan balok harus
dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun
bangunan dalam keadaan terbakar. Baja tidak dapat terbakar, namun dapat
meleleh, maka baja harus diberi perlindungan.
2. Pintu keluar
Beberapa syarat pintu keluar adalah:
- Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam
- Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.
- Pintu harus dilengkapi alat penutup pintu otomatis
126
Tabel 4.46: Jarak Tempuh ke Tangga Darurat
Sumber: Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy Juwana
Gambar 4.35: Pintu Darurat
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
- Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di
luar ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, tuas
berada di dalam ruang tangga). Menggunakan tuas yang
memudahkan, terutama dalam keadaan panic.
- Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal
1m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.
RUANG LUAR
LO BBY T ANG GA & LIF TKEBAKARAN
LIF T KEBAKARAN
TANGG A KEBAKARAN
KOT AKHIDRAN
min imum 2,50 meter
Jen dela Khusus
Pint u Tahan Ap i
Dindin g Tahan Ap i
Lamp uDarurat
Jarak tempuh keluar bagi apartemen dan mal adalah:
Fungsi Batas
Lorong Buntu (m2)
Jarak Tempuh Maksimal (m2)
Tanpa Springkler Dengan Springkler
Apartemen 10 30 30 Komersial
Pengunjung>100 15 30 45
127
3. Koridor dan jalan keluar
Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukan
arah dan lokasi pintu keluar. Tanda “EXIT” harus dapat dilihat dengan
jelas, diberi lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat cahaya
tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum 155m2 serta ketinggian
huruf tidak kurang dari 15 cm, tebal huruf minimal 2 cm.
4. Kompartemen
Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam usaha penyelamatan
manusia dalam menghadapi bahaya kebakaran. Gagasan dasarnya adalah
menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni
atau pengguna bangunan agar tidak secara langsung bersentuhan dengan
sumber api. Kompartemen dapat menyediakan tempat penampungan
sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai
api dipadamkan atau jalur keluar sudah aman.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran aktif antara lain:
1. Alat peringatan dini/detektor
Detektor asap dan panas akan memberikan peringatan dini kepada penghuni
atau pengguna gedung.
2. Hidran dan selang kebakaran
Hidran harus diletakkan di tempat yang mudah terjangkau dan relative
aman, pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat.
128
Gambar 4.36: Jarak Aman Hidran Halaman
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
3. Springkler
Sejumlah cadangan air diperlukan untuk hidran dan sistem springkler dan
umumnya disimpan dalam tempat penyimpanan air tertentu (reservoir)
4.3.18 Analisa Sistem Penangkal Petir
Instalasi penangkal petir aalah instalasi suatu sistem dengan komponen-
komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk
menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah.
Perinsip dasar penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari
logam yang menyalurkan petir ke tanah pada saat terjadi sambaran petir pada
bangunan. Beberapa sistem penangkal petir adalah:
1. Tiang penangkap petir
Penangkap petir adalah penghantar-penghantar di atas atap berupa elektroda
logam yang dipasang tegak, dan elektroda logam yang dipasang mendatar.
129
Gambar 4.37: Penangkap Petir Sangkar Faraday
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE
Tiang-tiang dari logam dan logam lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai
penangkap petir.
Ujung T iang -Tem bag a
Kabel P engh ubu ng -T emb aga
Pen gebu mian
Sud utLin dun g
Bangu nan
BA NGU NA N
2. Penghantar penyalur arus petir
Penghantar penyalur terbagi dalam penghantar penyalur utama dan
penghantar penyalur pembantu yang terbuat dari logam yang
menghubungkan penangkap petir ke sistem pengebumian (‘grounding
system’).
3. Terminal hubung
Terdiri dari terminal hubung dan sambungan. Terminal hubung merupakan
suatu dudukan dari logam yang berfungsi sebagai titik hubung bersama dari
130
beberapa elektroda-elektroda pengebumian dan benda logam lain yang akan
ditanam dalam tanah (di-kebumi-kan).
4. Sistem pengebumian
Sistem pengebumian adalah suatu sistem dengan elektroda-elektroda
pengebumian yang saling berhubungan dengan penghantar
pengebumiannya, berfungsi menyebarkan arus petir di dalam tanah.
Hubungan elektroda-elektroda pengebumian dapat dengan melalui suatu
terminal hubung.
Sistem pengamanan terbaik untuk bangunan atap datar bangunan tinggi,
terhadap sambaran petir adalah dengan prinsip sangkar Faraday dengan
penghantar-penghantar penyalur utama mendatar dipasang di bagian teratas dari
bangunan yang seolah-olah membentuk sangkar pelindung, untuk melindungi
bangunan tersebut dari sambaran petir.
Setiap bangunan paling sedikit harus mempunyai dua buah penghantar
penyalur petir, dan untuk bangunan dengan lebar lebih dari 12 meter, diperlukan
paling sedikit empat buah penghantar penyalur petir, sedang untuk bangunan yang
lebih dari 20 meter diperlukan lagi tambahan sebuah penghantar penyalur petir
berikutnya untuk setiap mulai kelebihan panjang dari 20 meter. Tambahan ini
cukup pada salah satu sisi saja, jika lebar bangunan kurang dari 12 meter, tetapi
untuk lebar bangunan lebih dari 12 meter harus dipasang pada kedua sisi bangunan.
Top Related