BAB IV

36
BAB IV PERHITUNGAN PENAMPANG KABEL DAN PENGAMAN (MCB) 4.1 Tujuan Perhitungan KHA Penghantar dan Pengaman (MCB) Setiap mesin di PT. Macanan Jaya Cemerlang memiliki karakteristik beban peralatan yang berbeda- beda. Hal ini tergantng dari kebutuhan masing-masing beban peralatan listrik yang berbeda-beda. Tiap gedung memiliki beban motor-motor listrik dan kompresor untuk menggerakkan mesin. Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis diberi tugas untuk menganalisa instalasi mesin-mesin yang ada pada masing-masing gedung. Mulai dari update terakhir mesin-mesin yang terpasang pada tiap gedung beserta pengkabelan hingga breaker yang digunakan. 4.2 Dasar teori Pada sistem instalasi listrik PT. Macanan Jaya Cemerlang terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah tegangan pengenal, KHA (Kuat Hantar Arus), kapasitas MCB dan juga faktor koreksi terhadap suhu, tata letak dan jumlah inti kabel yang digunakan. Berikut acuan dalam perhitungan instalasi listrik sesuai PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik): KHA (Kuat Hantar Arus) Penghantar 29

description

ghjgjhg

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

BAB IV

PERHITUNGAN PENAMPANG KABEL DAN PENGAMAN (MCB)

4.1 Tujuan Perhitungan KHA Penghantar dan Pengaman (MCB)

Setiap mesin di PT. Macanan Jaya Cemerlang memiliki karakteristik

beban peralatan yang berbeda-beda. Hal ini tergantng dari kebutuhan masing-

masing beban peralatan listrik yang berbeda-beda. Tiap gedung memiliki

beban motor-motor listrik dan kompresor untuk menggerakkan mesin.

Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis diberi tugas untuk menganalisa

instalasi mesin-mesin yang ada pada masing-masing gedung. Mulai dari

update terakhir mesin-mesin yang terpasang pada tiap gedung beserta

pengkabelan hingga breaker yang digunakan.

4.2 Dasar teori

Pada sistem instalasi listrik PT. Macanan Jaya Cemerlang terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah tegangan pengenal,

KHA (Kuat Hantar Arus), kapasitas MCB dan juga faktor koreksi terhadap

suhu, tata letak dan jumlah inti kabel yang digunakan. Berikut acuan dalam

perhitungan instalasi listrik sesuai PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik):

KHA (Kuat Hantar Arus) Penghantar

KHA menyatakan arus maksimum yang dapat dialirkan dengan

kontinu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan

kenaikan suhu yang melampaui nilai tertentu.

Pada PUIL 2000 disebutkan bahwa KHA penghantar sirkit akhir yang

menyuplai motor tunggal tidak boleh memiliki KHA kurang dari 125%

arus pengenal beban penuh.

Gambar 4.1 Screenshot PUIL 2000 pasal 5.5.3.1

29

Page 2: BAB IV

30

Pada sistem instalasi listrik pada PT. Macanan Jaya Cemerlang

sendiri menggunakan penghantar bawah tanah.

Berikut adalah KHA untuk penghantar kabel bawah tanah:

Gambar 4.2 Screenshot KHA untuk kabel tanah

Tegangan Pengenal

Tegangan pengenal adalah tegangan yang disyaratkan oleh suatu

instalasi atau oleh bagian daripadanya. Pada sistem instalasi listrik PT.

Macanan Jaya Cemerlang menggunakan teganagn pengenal tegangan

rendah yaitu 230/400 volt.

Pengaman MCB

Sakelar mekanis yang mampu menghubungkan, mengalirkan dan

memutuskan arus pada kondisi sirkit normal dan juga mampu

menghubungkan, mengalirkan untuk jangka waktu tertentu dan

memutuskan secara otomatis arus pada kondisi sirkit tidak normal,

seperti pada kondisi hubung singkat.

Page 3: BAB IV

31

Faktor Koreksi

Faktor koreksi berhubungan dengan kekuatan suatu penghantar

dalam mengalirkan arus pada keadaan normal. Pada keadaan normal,

suatu penghantar dapat mengalirkan arus sebesar 100% dari KHA,

namun pada kondisi tertentu KHA suatu penghantar dapat menurun.

Menurunnya KHA suatu penghantar dapat dipengaruhi oleh faktor

eksternal.

Pada instalasi listrik PT. Macanan Jaya Cemerlang yang

menggunakan kabel tanah, beberapa faktor koreksi yang harus

diperhatikan adalah faktor suhu, faktor tata letak dan jumlah inti pada

kabel.

Suatu penghantar dikatakan dalam kondisi normal ketika bekerja pada

suhu keliling 30˚ celcius. Berikut faktor koreksi terhadap suhu

Gambar 4.3 Screenshot Faktor koreksi terhadap suhu keliling

Penataan kabel penghantar dalam tanah juga berpengaruh terhadap

KHA penghantar, berikut faktor koreksi terhadap tata letak kabel:

Gambar 4.4 Screenshot Faktor Koreksi terhadap tata letak dan

jumlah inti

Page 4: BAB IV

32

4.3 Rumus Perhitungan Daya

Rumus Daya:

P= √3 * V * I * cos phi * eff

Keterangan:

P = Daya (kw)

V = Tegangan (volt)

I = Arus (ampere)

Cos ϕ = faktor daya

Eff = efisiensi (diasumsikan 0,8)

4.4 Perhitungan Penghantar Kabel dan Pengaman (MCB)

Gedung A

Tabel 4.1 Data Beban pada Gedung A

GEDUNG MESIN DAYA (kW) COS PHI TEGANGAN (V)

f.k. suhu f.k. tata letak

A Lexus 16 0,8 380 1 0,79A Potong 9,86 0,8 380 1 0,79A Kantor 36 0,8 380 1 0,79

a. Lexus

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 16000

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=30,38 A

KHA pada mesin Lexus mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=30,38∗1,25

KHA=37,984 A

Maka akan didapatkan KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh

suatu kabel penghantar setelah dikalikan dengan faktor koreksi

adalah

KHA baru= 37,9841∗0,79

Page 5: BAB IV

33

KHA baru=48,08 A

Dengan KHA sebesar 48,08 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 63 A.

b. Potong

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 9860

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=18,726 A

KHA pada mesin Potong mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=18,726∗1,25

KHA=23,4 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 23,41∗0,79

KHA baru=29,6 A

Dengan KHA sebesar 29,6 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 32 A.

c. Kantor

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 36000

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=68,37 A

KHA pada beban kantor mejadi:

Page 6: BAB IV

34

KHA=¿∗1,25

KHA=68,37∗1,25

KHA=85,46 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 85,461∗0,79

KHA baru=108,18 A

Dengan KHA sebesar 108,18 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 125 A.

Gedung B

Tabel 4.2 Data Beban pada Gedung B

Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakB CD-102 48 0,8 380 1 0,79B SM-102 31,56 0,8 380 1 0,79B SM-102 31,56 0,8 380 1 0,79B SM-74 35,5 0,8 380 1 0,79B MO 16,44 0,8 380 1 0,79B ROLAND 7,43 0,8 380 1 0,79B SOLNA 125 A 4,93 0,8 380 1 0,79B D-300b 38,13 0,8 380 1 0,79B D-300k 42,73 0,8 380 1 0,79B D-380 40,76 0,8 380 1 0,79B Kompressor ABC 56,21 0,8 380 1 0,79B Pracetak 18,41 0,8 380 1 0,79B PPIC 11 0,8 380 1 0,79B D-30 41,42 0,8 380 1 0,79

a. CD-102

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 48000

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=91,16 A

Page 7: BAB IV

35

KHA pada mesin CD-102 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=91,16∗1,25

KHA=113,95 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 113,951∗0,79

KHA baru=144,24 A

Dengan KHA sebesar 144,24 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 150 A.

b. SM-102

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 31560

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=59,94 A

KHA pada mesin SM-102 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=59,94∗1,25

KHA=74,92 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 74,921∗0,79

KHA baru=94,84 A

Dengan KHA sebesar 94,84 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 100 A.

c. SM-74

Page 8: BAB IV

36

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 35500

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=67,42 A

KHA pada mesin SM-74 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=67,42∗1,25

KHA=84,276 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 84,2761∗0,79

KHA baru=106,68 A

Dengan KHA sebesar 106,68 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 125 A.

d. MO

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 16440

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=31,2 A

KHA pada mesin MO mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=31,2∗1,25

KHA=39,03 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 39,031∗0,79

Page 9: BAB IV

37

KHA baru=49,4 A

Dengan KHA sebesar 49,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 63 A.

e. ROLAND

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 7430

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=14,11 A

KHA pada mesin ROLAND menjadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=14,11∗1,25

KHA=17,64 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 17,641∗0,79

KHA baru=22,32 A

Dengan KHA sebesar 22,32 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 32 A.

f. SOLNA 125

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 4930

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=9,36 A

Page 10: BAB IV

38

KHA pada mesin SOLNA 125 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=9,36∗1,25

KHA=11,7 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 11,71∗0,79

KHA baru=14,81 A

Dengan KHA sebesar 14,81 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 1,5 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 16 A.

g. D-300b

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 38130

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=72,42 A

KHA pada mesin D-300b mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=72,42∗1,25

KHA=90,52 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 90,521∗0,79

KHA baru=114,58 A

Dengan KHA sebesar 114,58 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 125 A.

h. D-300k

Page 11: BAB IV

39

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 42730

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=81,15 A

KHA pada mesin D-300k mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=81,15∗1,25

KHA=101,44 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 101,441∗0,79

KHA baru=128,4 A

Dengan KHA sebesar 128,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 150 A.

i. D-380

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 40760

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=77,41 A

KHA pada mesin D-380 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=77,41∗1,25

KHA=96,76 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 96,7631∗0,79

Page 12: BAB IV

40

KHA baru=122,49 A

Dengan KHA sebesar 122,49 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 150 A.

j. Pracetak

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 18410

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=34,96 A

KHA pada beban kantor Pracetak mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=34,96∗1,25

KHA=43,7 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 43,71∗0,79

KHA baru=55,32 A

Dengan KHA sebesar 55,32 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 63 A.

k. PPIC

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 11000

√3∗380∗0,8∗0,8

Page 13: BAB IV

41

¿=20,9 A

KHA pada beban ruang PPIC mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=20,9∗1,25

KHA=26,1 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 26,11∗0,79

KHA baru=33,05 A

Dengan KHA sebesar 33,05 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 40 A.

l. D-30

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 41420

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=78,66 A

KHA pada mesin D-30 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=78,66∗1,25

KHA=98,33 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 98,331∗0,79

KHA baru=124,47 A

Page 14: BAB IV

42

Dengan KHA sebesar 124,47 A, maka dipakai kabel tanah berinti

tiga dengan luas penampang 35 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 150 A.

Gedung C

Tabel 4.3 Data Beban pada Gedung C

Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakC UV 32,87 0,8 380 1 0,79C LIPAT 23,01 0,8 380 1 0,79C Jahit Benang 7,89 0,8 380 1 0,79C Gathering 10,85 0,8 380 1 0,79

a. UV

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 32870

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=62,43 A

KHA pada mesin UV mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=62,43∗1,25

KHA=78,03 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 78,031∗0,79

KHA baru=98,77 A

Dengan KHA sebesar 98,77 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 25 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 100 A.

b. LIPAT

Page 15: BAB IV

43

¿= P

√3∗V∗cos phi∗ef f

¿= 23010

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=43,7 A

KHA pada mesin LIPAT mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=43,7∗1,25

KHA=54,63 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 54,631∗0,79

KHA baru=69,15 A

Dengan KHA sebesar 69,15 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 80 A.

c. Jahit Benang

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 7890

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=14,98 A

KHA pada mesin jahit benang mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=14,98∗1,25

KHA=18,73 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 18,731∗0,79

Page 16: BAB IV

44

KHA baru=23,7 A

Dengan KHA sebesar 23,7 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 25 A.

d. Gathering

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 10850

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=20,6 A

KHA pada mesin D-30 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=20,6∗1,25

KHA=25,76 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 25,761∗0,79

KHA baru=32,6 A

Dengan KHA sebesar 32,6 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 4 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 40 A.

Gedung D

Tabel 4.4 Data Beban Pada Gedung D

Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakD TIGRA 25,64 0,8 380 1 0,79D YOSHINO 24,98 0,8 380 1 0,79D STARBINDER 19,72 0,8 380 1 0,79

Page 17: BAB IV

45

a. Tigra

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 25640

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=48,7 A

KHA pada mesin tigra mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=48,7∗1,25

KHA=60,87 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 60,871∗0,79

KHA baru=77,05 A

Dengan KHA sebesar 77,05 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 80 A.

b. Yoshino

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 24980

√3∗380∗0,8∗0,8=47,4

KHA pada mesin D-30 mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=47,4∗1,25

KHA=59,3 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 59,31∗0,79

Page 18: BAB IV

46

KHA baru=75,06 A

Dengan KHA sebesar 75,06 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 80 A.

c. Starbinder

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 19720

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=37,45 A

KHA pada mesin starbinder mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=37,45∗1,25

KHA=46,8 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 46,81∗0,79

KHA baru=59,3 A

Dengan KHA sebesar 59,3 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 10 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 63 A.

Gedung E

Tabel 4.5 Data Beban Pada Gedung E

Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letak

E Jahit Kawat + Kompressor

13,15 0,8 380 1 0,79

E Potong 24,98 0,8 380 1 0,79E Poni A dan B 7,89 0,8 380 1 0,79

a. Jahit kawat dan Kompresor

Page 19: BAB IV

47

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 13150

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=24,97 A

KHA pada mesin jahit kawat dan kompresor mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=24,97∗1,25

KHA=31,22 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 31,221∗0,79

KHA baru=39,52 A

Dengan KHA sebesar 39,52 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 6 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 50 A.

b. Potong

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 24980

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=47,44 A

KHA pada mesin starbinder mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=47,44∗1,25

KHA=59,3 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 59,31∗0,79

Page 20: BAB IV

48

KHA baru=75,06 A

Dengan KHA sebesar 75,06 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 16 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 80 A.

c. Poni A dan B

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

¿= 7890

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=14,98 A

KHA pada mesin Poni A dan B mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=14,98∗1,25

KHA=18,73 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 18,731∗0,79

KHA baru=23,71 A

Dengan KHA sebesar 23,71 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 2,5 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 25 A.

Gedung F

Tabel 4.6 Data Beban Pada Gedung F

Gedung Beban Daya (kW) Cos Phi Tegangan (V) f.k. suhu f.k. tata letakF Shrink 16,44 0,8 380 1 0,79

a. Shrink

¿= P

√3∗V∗cos phi∗eff

Page 21: BAB IV

49

¿= 16440

√3∗380∗0,8∗0,8

¿=31,22 A

KHA pada mesin Poni A dan B mejadi:

KHA=¿∗1,25

KHA=31,22∗1,25

KHA=39,03 A

KHA akhir yang harus mampu ditahan oleh suatu kabel penghantar

dengan faktor koreksi adalah

KHA baru= 39,031∗0,79

KHA baru=49,4 A

Dengan KHA sebesar 49,4 A, maka dipakai kabel tanah berinti tiga

dengan luas penampang 6 mm2, dan pengaman MCB yang

digunakan dengan kapasitas 63 A.

4.5 Perhitungan Jatuh Tegangan

Rumus :

∆V = L∗√3∗I ¿¿

Dengan :

∆V : jatuh tegangan (volt)

L : panjang (feet)

I : arus nominal (A)

Rc : resistansi kabel (Ohms/kft)

Xc : reaktansi kabel (Ohms/kft)

Cos phi: Faktor Daya Beban

Page 22: BAB IV

50

Sin phi : Nilai sinus dari Cos phi

Diasumsikan panjang penghantar yang digunakan 5 m.

Gedung A

a) Lexus

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin lexus menggunakan

kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗30,38∗¿¿

∆V = 0,595 volt

b) Potong

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin potong

menggunakan kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗18,7268∗¿¿

∆V = 0,724 volt

c) Kantor

Hasil perhitungan penghantar kabel pada kantor menggunakan kabel

dengan luas penampang 25 mm2. Berikut perhitungan jatuh tegangan

pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗68,37∗¿¿

∆V = 0,441 volt

Gedung B

a) CD-102

Page 23: BAB IV

51

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin CD-102

menggunakan kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin lexus:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗91,16∗¿¿

∆V = 0,432 volt

b) SM-102

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin SM-102

menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗59,93∗¿¿

∆V = 0,386 volt

c) SM-74

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin SM-74

menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin SM-74:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗67,4∗¿¿

∆V = 0,434 volt

d) MO

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin MO menggunakan

kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗31,22∗¿¿

∆V = 0,482 volt

e) Roland

Page 24: BAB IV

52

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Roland

menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗14,11∗¿¿

∆V = 0,873 volt

f) Solna 125 A

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Solna 125 A

menggunakan kabel dengan luas penampang 1,5 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗9,36∗¿¿

∆V = 0,458 volt

g) D-300b

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-300b

menggunakan kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗72,41∗¿¿

∆V = 0,467 volt

h) D-300k

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-300k

menggunakan kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗81,15∗¿¿

∆V = 0,385 volt

Page 25: BAB IV

53

i) D-380

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-380 menggunakan

kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗77,41∗¿¿

∆V = 0,4744 volt

j) Pracetak

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Pracetak

menggunakan kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar mesin:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗34,96∗¿¿

∆V = 0,685 volt

k) PPIC

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin PPIC menggunakan

kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗20,89∗¿¿

∆V = 0,81 volt

l) D-30

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin D-30 menggunakan

kabel dengan luas penampang 35 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗78,66∗¿¿

∆V = 0,373 volt

Page 26: BAB IV

54

Gedung C

a) UV

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin UV menggunakan

kabel dengan luas penampang 25 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗62,425∗¿¿

∆V = 0,402 volt

b) Lipat

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Lipat menggunakan

kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗43,7∗¿¿

∆V = 0,856 volt

c) Jahit Benang

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Jahit Benang

menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗14,98∗¿¿

∆V = 0,927 volt

d) Gathering

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Gathering

menggunakan kabel dengan luas penampang 4 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗20,6∗¿¿

∆V = 0,797 volt

Page 27: BAB IV

55

Gedung D

a) Tigra

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Tigra menggunakan

kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗48,7∗¿¿

∆V = 0,486 volt

b) Yoshino

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Yoshino

menggunakan kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗47,44∗¿¿

∆V = 0,473 volt

c) Starbinder

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Starbinder

menggunakan kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗37,45∗¿¿

∆V = 0,734 volt

Gedung E

a) Jahit Kawat dan Kompresor

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Jahit Kawat dan

Kompresor menggunakan kabel dengan luas penampang 6 mm2.

Berikut perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗24,97∗¿¿

Page 28: BAB IV

56

∆V = 0,647 volt

b) Potong

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin potong

menggunakan kabel dengan luas penampang 16 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗47,44∗¿¿

∆V = 0,473 volt

c) Poni A dan B

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin Poni A dan B

menggunakan kabel dengan luas penampang 2,5 mm2. Berikut

perhitungan jatuh tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗14,98∗¿¿

∆V = 0,927 volt

Gedung F

a) Shrink

Hasil perhitungan penghantar kabel pada mesin shrink menggunakan

kabel dengan luas penampang 10 mm2. Berikut perhitungan jatuh

tegangan pada penghantar:

∆V = L∗√3∗I∗¿¿

∆V = 16.404∗√3∗31,22∗¿¿

∆V = 0,81 volt