BAB IV

3
24 BAB IV ANALISA KASUS Pasien ini merupakan pasien pemfigoid bulosa. Diagnosis pemfigoid bulosa ditegakka berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis pasien ini menunjukkan keluhan gatal gatal dan dari riwayat pernah mondok di RSUD Moewardi dengan keluhan yang sama. Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan bula dengan dinding yang tegang. Pasien mengeluhkan gatal gatal di daerah kepala, leher, kedua tangan, punggung dan kaki. Gatal gatal ini disebabkan oleh sistem imun menghasilkan antibodi terhadap membran basal kulit, lapisan tipis dari serat menghubungkan lapisan luar kulit (dermis) dan lapisan berikutnya dari kulit (epidermis). Antibodi ini memicu aktivitas inflamasi yang menyebabkan kerusakan pada struktur kulit dan rasa gatal pada kulit. Pemeriksaan pada pasien ini didapatkan bula tegang dan tidak mudah pecah pada lengan bawah kanan, dada kiri dan dahi. Bula terjadi akibat pengikatan antibody terhadap antigen Pemfigoid Bulosa. Fiksasi IgG pada membrane basal mengaktifkan jalur klasik komplemen. Aktifasi komplemen menyebabkan kemotaksis leukosit serta degranulasi sel mast. Produk-produk sel last menyebabkan kemotaksis dari eosinofil melalui mediator seperti factor kemotaktik eosinofil anafilaksis. Akhirnya, leukosit dan protease sel mast mengakibatkan pemisahan epidermis kulit. Sebagai contoh, eosinofil, sel inflamasi dominan di membran basal pada lesi Pemfigoid Bulosa, menghasilkan gelatinase yang memotong kolagen ekstraselular dan PBAG2, yang berkontribusi terhadap pembentukan bula. Pasien ini mendapatkan terapi metilprednisolon. Methylprednisolon cara kerjanya yaitu mengurangi konsentrasi limfosit timus (T-limfosit), monosit, dan eosinofil. Metilprednisolon juga menurunkan ikatan immunoglobulin ke reseptor permukaan sel dan menghambat sintesis dan atau pelepasan interleukin, sehingga T-limfosit blastogenesis menurun dan mengurangi perluasan respon immun primer. Metilprednisolon juga dapat menurunkan lintasan kompleks imun melalui dasar membran, konsentrasi komponen pelengkap dan immunoglobulin. Pasien ini mendapatkan terapi cetirizine.Cetirizine adalah antihistamin selektif, antagonis reseptor-H1 perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine berkerja menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

description

refsus

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

24

BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien ini merupakan pasien pemfigoid bulosa. Diagnosis pemfigoid bulosa ditegakka

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis pasien ini menunjukkan keluhan

gatal gatal dan dari riwayat pernah mondok di RSUD Moewardi dengan keluhan yang sama.

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan bula dengan dinding yang tegang.

Pasien mengeluhkan gatal gatal di daerah kepala, leher, kedua tangan, punggung dan

kaki. Gatal gatal ini disebabkan oleh sistem imun menghasilkan antibodi terhadap membran

basal kulit, lapisan tipis dari serat menghubungkan lapisan luar kulit (dermis) dan lapisan

berikutnya dari kulit (epidermis). Antibodi ini memicu aktivitas inflamasi yang menyebabkan

kerusakan pada struktur kulit dan rasa gatal pada kulit.

Pemeriksaan pada pasien ini didapatkan bula tegang dan tidak mudah pecah pada

lengan bawah kanan, dada kiri dan dahi. Bula terjadi akibat pengikatan antibody terhadap

antigen Pemfigoid Bulosa. Fiksasi IgG pada membrane basal mengaktifkan jalur klasik

komplemen. Aktifasi komplemen menyebabkan kemotaksis leukosit serta degranulasi sel

mast. Produk-produk sel last menyebabkan kemotaksis dari eosinofil melalui mediator seperti

factor kemotaktik eosinofil anafilaksis. Akhirnya, leukosit dan protease sel mast

mengakibatkan pemisahan epidermis kulit. Sebagai contoh, eosinofil, sel inflamasi dominan

di membran basal pada lesi Pemfigoid Bulosa, menghasilkan gelatinase yang memotong

kolagen ekstraselular dan PBAG2, yang berkontribusi terhadap pembentukan bula.

Pasien ini mendapatkan terapi metilprednisolon. Methylprednisolon cara kerjanya

yaitu mengurangi konsentrasi limfosit timus (T-limfosit), monosit, dan eosinofil.

Metilprednisolon juga menurunkan ikatan immunoglobulin ke reseptor permukaan sel dan

menghambat sintesis dan atau pelepasan interleukin, sehingga T-limfosit blastogenesis

menurun dan mengurangi perluasan respon immun primer. Metilprednisolon juga dapat

menurunkan lintasan kompleks imun melalui dasar membran, konsentrasi komponen

pelengkap dan immunoglobulin.

Pasien ini mendapatkan terapi cetirizine.Cetirizine adalah antihistamin selektif,

antagonis reseptor-H1 perifer yang mempunyai efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan

mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Cetirizine berkerja menghambat pelepasan

histamin pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi.

Page 2: BAB IV

24

Pasien mendapatkan terapi fusycom. Fusycom digunakan sebagai Aktif terhadap

spektrum luas bakteri gram positif terutama staphylococcus aureus. Pada penggunaan topikal

juga efektif terhadap streptococcus, neisseria, haemophilus, moraxella dan corynebacteria.

Pasien mendapatkan terapi omeperazol. Mekanisme kerja omeperazol menghambat

sekresi asam lambung dengan cara berikatan pada pompa H + K + ATPase dan

mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam lumen sel.

Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak

dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat

ini terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat basal dan sekresi

asam yang distimulasi oleh pentagastrin.

Page 3: BAB IV

24