BAB IV

26
IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses tender selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh konsultan perencana dan pemilik proyek dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan dan mutu bangunan. Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah penyelidikan tanah, pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan substruktur, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mechanical, elektrikal dan plumbing. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu

description

Kerja Praktik

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses tender

selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah

direncanakan oleh konsultan perencana dan pemilik proyek dan telah disepakati di

dalam kontrak. Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek, kontraktor harus

mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan

bangunan dan mutu bangunan.

Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung memiliki

beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah penyelidikan tanah,

pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan substruktur, pekerjaan struktur,

pekerjaan arsitektur dan pekerjaan mechanical, elektrikal dan plumbing. Semua

pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan

satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda

pelaksanaannya maka akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.

Adapun pekerjaan yang diamati penulis dalam kerja praktik pada proyek

Pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung Paket Pekerjaan Pondasi Tiang

Pancang terdiri dari pekerjaan substruktur yang terdiri dari pekerjaan

pemancangan, PDA test, loading test, lateral test dan pengendalian mutu

pekerjaan.

Page 2: BAB IV

41

A. Pekerjaan Pemancangan

Pelaksanaan pemancangan dilaksanakan sampai kedalaman 12 m sesuai dengan gambar kerja.

Keterangan :

Tiang Pancang

Lokasi PDA Test

Lokasi Axial dan Lateral Test

Loading Test

Pilecap

Gambar 16. Skema Pemancangan

Page 3: BAB IV

42

Pemancangan yang dilakukan pada proyek ini dilakukan berdasarkan metode

pelaksanaan pemancangan milik PT. JHS Piling System (Simanjuntak, 2013).

Adapun tahapan pemancangan yang dilakukan adalah:

1. Pengadaan tiang pancang dari pabrik ke lokasi.

Gambar 17. Mobilisasi Tiang Pancang dari Pabrik ke Lokasi

2. Membuat marking pada lokasi yang akan dipancang.

Gambar 18. Membuat Marking

3. Memosisikan alat HSPD pada koordinat yang ditentukan, melakukan

pengecekan posisi HSPD sehingga HSPD berada pada posisi yang rata

dengan bantuan alat “Nivo” yang terdapat dalam ruang operator.

Page 4: BAB IV

43

Gambar 19. Memosisikan alat HSPD

4. Selanjutnya setelah kondisi HSPD tepat pada posisinya, tiang pancang

dimasukan ke dalam alat penjepit (clamping box), kemudian memosisikan

tiang pancang tepat pada koordinat telah ditentukan. Setelah semuanya

terpenuhi selanjutnya dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan maksimum

20 Mpa.

Gambar 20. Memasukan Tiang Pancang ke Alat Penjepit

5. Setelah penjepitan dilakukan, kemudian dilakukan penekanan tiang pancang

dengan menggunakan 2 cylinder jack, selanjutnya dilakukan penekanan

dengan menggunakan 4 cylinder jack , sampai mencapai daya dukung yang

diijinkan. Dalam proses pemancangan tiang harus dicatat (pilling record)

tekanan yang timbul terhadap kedalaman tiang tertanam.

Page 5: BAB IV

44

Gambar 21. Melakukan Penekanan Tiang

6. Melakukan pengecekan verticality tiang pancang setiap kedalaman 50 cm

s/d kedalaman 2 meter.

Gambar 22. Mengecek Posisi Vertikal Tiang

7. Apabila dalam proses pemancangan ternyata tiang tersebut tidak dapat

ditekan lagi, sehingga mengakibatkan terdapat sisa tiang di atas permukaan

tanah, maka tiang tersebut harus dipotong rata tanah untuk memberikan

jalan kerja bagi HSPD untuk berpindah ke titik yang lain. Untuk mengetahui

bahwa pemancangan tiang sudah sesuai dengan daya dukung yang ijiinkan,

kita melakukan pressing sebanyak banyaknya.

Page 6: BAB IV

45

Gambar 23. Memotong Tiang Pancang

8. Melakukanlah pengukuran ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi

pergeseran as tiang terpasang dan rencana dapat segera diketahui, yang

selanjutnya akan dibuatkan keputusan cara-cara perbaikan dari pergeseran

tersebut.

Gambar 24. Melakukan Pengukuran Ulang

B. Pile Driving Analyzer (PDA)

Pile Driving Analyzer adalah alat untuk menganalisa daya dukung tiang

pancang yang sudah dalam keadaan terpancang (daya dukung tiang pancang

disertai daya lekat). Dynamic loading test ini dilaksanakan dengan memasang

strain tranducer dan accelemeter dibagian atas tiang pancang, kemudian

Page 7: BAB IV

46

hasilnya dianalisa dengan Pile Driving Analyzer. Tes ini dilaksanakan terhadap

empat buat tiang uji (test pile) sesuai bill of quantity dan yang telah ditentukan

oleh pengawas lapangan.

Metode Pelaksanaan PDA Test :

1. Memasang strain transducer dan accelerometer yang dipasang pada jarak

2x diameter tiang dari kepala tiang agar diperoleh penyebaran gelombang

yang merata dan untuk menghindari end effect akibat tumbukan hammer.

Tanah disekitar tiang perlu di gali dengan lebar yang cukup untuk

memudahkan pemasangan dan agar posisi penempatan transducer diatas

bisa dipenuhi.

Gambar 25. Memasang Strain Transducer dan Accelerometer

2. Pengujian diawali dengan satu pukulan untuk melihat konektifitas dan

penyesuaian data yang dirasa perlu, selanjutnya dilakukan beberapa pukulan

sesuai dengan kekuatan beton hingga diperoleh data yang diharapkan tanpa

merusak tiang.

Page 8: BAB IV

47

Gambar 26. Melakukan Pemukulan

3. Hasil pengujian kemudian dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

program CAPWAP untuk memperoleh besarnya daya dukung tiang,

distribusi setiap lapisan dan ujung tiang, tegangan tiang dan kurva beban

dengan penurunan seperti yang diperoleh dari hasil uji pembebanan statik.

C. Loading Test

Uji pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang digunakan

dalam Pemeriksaan terhadap sejumlah beban yang dapat didukung oleh suatu

struktur dalam hal ini adalah pondasi. Pile loading test diperlukan untuk

membuktikan akurasi perhitungan desain kapasitas daya dukung tiang di

lapangan.

Uji pembebanan tiang (pile loading test) ini dilaksanakan dengan

menggunakan Kentledge System, tetapi dalam pelaksanaan pengujian

pembebanan tiang pada proyek ini, balok beton diganti dengan menggunakan

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). Pengujian lapangan yang dilaksanakan

adalah pengujian pembebanan statis (static loading test) pada pondasi tiang

pancang berdasarkan ASTM D3966-90, yaitu Cyclic Loading (Pembebanan

Page 9: BAB IV

48

Siklik). Pengujian dilakukan sebanyak 4 siklus pembebanan di mana beban

puncak terjadi pada siklus ke-4 sebesar 200% dari beban rencana.

Metode Pelaksanaan Loading Test :

1. Tinggi test pile / tiang uji dari permukaan tanah yang diperlukan adalah

sekitar 50 cm – 70 cm tergantung kepada besar main beam dan tinggi jack /

dongkrak hidrolik yang akan dipakai, kebutuhan akan ketinggian tersebut

dicapai dengan cara memotong tiang uji jika tingginya > 50 cm atau

menurunkan permukaan tanah disekitar tiang uji atau menambah tinggi

tiang uji dengan beton atau semen grouting jika tingginya < dari 50 cm,

menyesuaikan kondisi tiang uji di lokasi.

Gambar 27. Menggali Tanah di Sekitar Test Pile

2. Permukaan kepala tiang uji di proteksi dan diratakan dengan cara digrouting

dengan conbextra lalu permukaannya diletakkan plat tebal 2 cm untuk

menyama-ratakan beban jack atau dongkrak hidrolik di atasnya ke kepala

tiang.

Page 10: BAB IV

49

Gambar 28. Meletakan Plat dan Jack Hidrolik

3. Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) ditempatkan di atas test pile / tiang uji

sehingga nantinya diharapkan resultant keseluruhan beban yang ada pada

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) berada atau menumpu pada bagian

tengah main beam dan segaris dengan as jack/dongkrak hidrolik..

Gambar 29. Menempatkan HSPD di Atas Test Pile

4. Main beam di tempatkan di antara beban jack / dongkrak hidrolik dan

Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). Setelah kondisi hubungan beban +

main beam diyakini berada dalam keadaan stabil dan aman, maka proses

pembacaan penurunan terhadap pembebanan tiang pancang bisa dimulai.

Page 11: BAB IV

50

Gambar 30. Menempatkan Main Beam

5. Setelah kondisi poin 4 di atas tercapai, maka disekitar test pile mulai

dipasang reference beam yang dudukannya harus bebas dari pengaruh

pembebanan tiang uji dan dijaga agar tidak tersentuh pengaruh dari luar

misalnya tertendang pelaksana uji atau yang lain. Reference beam nantinya

akan menjadi acuan reaksi displacement tiang uji akibat penambahan dan

pengurangan pembebanan.

Gambar 31. Memasang Reference Beam

6. Pada tiang pancang dipasangi sabuk untuk tempat dudukan alat ukur dial

indicator dan bagian ujung dial indicator dipasang sedemikian sehingga

jarum dial indicator menumpu pada permukaan atas reference beam sebagai

tumpuan tetapnya.

Page 12: BAB IV

51

Gambar 32. Memasang Dial Indicator

7. Pembacaan penambahan beban dibaca atau dilihat pada Pressure Gauge

yang dipasang pada pangkal hose hidrolik dari pompa ke dongkrak / jack

hidrolik.

Gambar 33. Membaca Pressure Gauge

8. Korelasi sebab akibat penambahan atau pengurangan beban yang

menyebabkan tiang uji turun atau naik kemudian dicatat pada form

pembacaan.

9. Hasil pembacaan aksi penambahan beban dan reaksinya terhadap tiang uji

nantinya akan dianalisa dan dijadikan dasar rekomendasi daya dukung tiang

pancang uji tersebut.

Page 13: BAB IV

52

D. Lateral Test

Uji beban lateral (lateral test) adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengetahui kelakuan defleksi tiang pada waktu beban telah bekerja. Beban

lateral yang diijinkan dapat ditentukan dari nilai beban pada defleksi tiang

tertentu yang dibagi dengan faktor aman. Lateral test diperlukan untuk

membuktikan akurasi perhitungan beban lateral tiang di lapangan.

Pengujian lapangan yang dilaksanakan adalah pengujian pembebanan statis

(static loading test) pada pondasi tiang pancang berdasarkan ASTM D3966-90,

yaitu Cyclic Loading (Pembebanan Siklik). Pengujian dilakukan sebanyak 4

siklus pembebanan di mana beban puncak terjadi pada siklus ke-4 sebesar

200% dari beban rencana.

Metode Pelaksanaan Lateral Test

1. Tinggi test pile / tiang uji dari permukaan tanah yang diperlukan adalah

sekitar 50 cm – 70 cm tergantung diameter jack / dongkrak hidrolik yang

akan dipakai, kebutuhan akan ketinggian tersebut dicapai dengan cara

memotong tiang uji jika tingginya > 50 cm atau menurunkan permukaan

tanah disekitar tiang uji atau menambah tinggi tiang uji dengan beton atau

semen grouting jika tingginya < dari 50 cm, menyesuaikan kondisi tiang uji

di lokasi.

Page 14: BAB IV

53

Gambar 34. Menggali Tanah di Sekitar Test Pile

2. Jack hidrolik dipasang di antara salah satu sisi test pile dan tiang pancang

yang terdekat. Tiang pancang tersebut akan difungsikan sebagai penahan

jack hidrolik. Tiang pancang yang akan digunakan sebagai penahan, diberi

beban dengan alat HSPD, sehingga tiang tidak kalah pada saat dilakukan

pengujian beban lateral. Setelah kondisi hubungan test pile + jack hidrolik

diyakini berada dalam keadaan stabil dan aman, maka proses pembacaan

penggeseran terhadap pembebanan tiang pancang bisa dimulai.

Gambar 35. Memasang Jack Hidrolik

3. Setelah kondisi poin 2 di atas tercapai, maka disekitar test pile mulai

dipasang reference beam yang dudukannya harus bebas dari pengaruh

pembebanan tiang uji dan dijaga agar tidak tersentuh pengaruh dari luar

Page 15: BAB IV

54

misalnya tertendang pelaksana uji atau yang lain. Reference beam nantinya

akan menjadi acuan reaksi displacement tiang uji akibat penambahan dan

pengurangan pembebanan.

Gambar 36. Memasang Reference Beam

4. Pada tiang pancang dipasangi sabuk untuk tempat dudukan alat ukur dial

indicator dan bagian ujung dial indicator dipasang sedemikian sehingga

jarum dial indicator menumpu pada permukaan atas reference beam sebagai

tumpuan tetapnya.

Gambar 37. Memasang Dial Indicator

Page 16: BAB IV

55

5. Pembacaan penambahan beban dibaca atau dilihat pada Pressure Gauge

yang dipasang pada pangkal hose hidrolik dari pompa ke dongkrak / jack

hidrolik.

Gambar 38. Membaca Pressure Gauge

6. Korelasi sebab akibat penambahan atau pengurangan beban yang

menyebabkan tiang uji bergeser kemudian dicatat pada form pembacaan.

7. Hasil pembacaan aksi penambahan beban dan reaksinya terhadap tiang uji

nantinya akan dianalisa dan dijadikan dasar rekomendasi daya dukung tiang

pancang uji tersebut.

E. Pengawasan Proyek

1. Pengawasan Terhadap Mutu Material/Bahan

Dalam manajemen proyek ada tiga batasan pokok yang harus dikendalikan

yaitu, biaya, waktu dan mutu. Untuk pengawasan mutu diawali dengan

mengawasi mutu material yang akan digunakan. Pengawasan mutu bahan

dilakukan dengan cara pengetesan material sebelum digunakan. Pengawasan

mutu bahan sangat penting dilakukan karena bahan merupakan material

dasar dalam pekerjaan, sehingga apabila terjadi kegagalan dalam bahan

Page 17: BAB IV

56

yang digunakan akan mengakibatkan kegagalan terhadap pekerjaan yang

dilakukan.

Alat-alat ukur secara berkala dikalibrasi agar selalu dapat berfungsi dengan

akurat. Peralatan yang lain setiap selesai digunakan dibersihkan dan bagian-

bagian yang perlu secara berkala dilumasi. Setiap bagian diperiksa

barangkali ada suku cadang yang perlu atau sudah waktunya diganti agar

peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik selama digunakan dan tidak

mengalami kerusakan secara tiba-tiba di tengah-tengah pelaksanaan

pekerjaan.

2. Pengawasan Terhadap Mutu Pekerjaan

Salah satu pengendalian mutu adalah pengendalian terhadap mutu pekerjaan

itu sendiri. Sebagai penyedia jasa, pekerjaan dituntut untuk tepat waktu,

hemat biaya dan mutunya terjaga, sehingga perlu dilakukan pengawasan

terhadap mutu pekerjaan dengan cara intensif, meliputi pengetesan yang

rutin, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan. Hasil dari pengawasan ini

ditulis dalam laporan kerja, yang kemudian dijadikan bahan untuk rapat

evaluasi pekerjaan yang dihadirkan oleh pihak-pihak yang berhubungan

dengan pelaksanaan proyek.

Pelaksanaan pondasi tiang pancang pada lokasi Proyek Pembangunan Hotel

Whiz Prime Lampung dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat pada

Lampiran C yang menyajikan hasil pengujian PDA test, loading test dan

lateral test yang sesuai dengan daya dukung yang direncanakan.

Page 18: BAB IV

57

F. Permasalahan Pekerjaan di Lapangan

Pelaksanaan pekerjaan suatu konstruksi seringkali ditemukan permasalahan

dalam setiap pekerjaan baik di dalam bidang perencanaan, pelaksanaan

maupun pengawasan yang dapat berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.

Permasalahan yang terjadi dalam konstruksi tentu akan mengganggu jalannya

suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari.

Dalam proyek pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung Paket Pekerjaan

Podasi Tiang Pancang didapati beberapa permasalahan yang terjadi pada

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan

pondasi tiang pancang pada Proyek Pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung

yaitu sebagai berikut:

1) Pada pelaksanaan kegiatan proyek, jaminan keselamatan kerja di lokasi

proyek dapat dikatakan belum baik, dikarenakan seluruh pekerja yang

kurangnya kesadaran dari seluruh pekerja untuk menggunakan alat

pelindung seperti helm, sarung tangan dan sepatu safety.

2) Pada saat kegiatan proyek telah berlangsung terjadi beberapa kali perubahan

Shop Drawing dikarenakan faktor kondisi di lapangan yang tidak sesuai

untuk dilakukan pemancangan sehingga menghambat pekerjaan yang lain

dan tentunya mempengaruhi efektivitas waktu.

3) Pada kegiatan proyek ini terjadi beberapa kali keterlambatan pengiriman

material sehingga menghambat pekerjaan pemancangan dan mempengaruhi

efektivitas waktu.

Page 19: BAB IV

58

4) Pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang pada proyek pembangunan

Hotel Whiz Prime Lampung ini bisa dikategorikan baik. Namun terdapat

satu titik pemancangan dimana tiang pancang mengalami patah di bagian

head sehingga kekuatan tiang pancang berkurang, walaupun begitu tiang

pancang masih dalam kondisi yang cukup aman untuk digunakan.