BAB IV
-
Upload
eccha-febry -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
description
Transcript of BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum perusahaan
1. Profil Perusahaan
Penghasil benih hibrida terkemuka di Indonesia PT. BISI International Tbk
(BISI/Perseroan) yang didirikan pada tahun 1983, merupakan perusahaan
penghasil benih hibrida terbesar di Indonesia untuk jagung, padi, buah-buahan
serta sayuran, sekaligus salaj satu penghasil utama pestisida di Indonesia serta
distributor berbagai jenis pupuk. Kantor pusat Perseroan berada di Sidoarjo, Jawa
Timur dengan faslitas pengolahan yang terletak di Kediri, Jawa Timur.
Perseroan didirikan oleh Charoen Pokphand Group, dan telah beroprasi
lebih dari 25 tahun. Saat ini, BISI mengoprsikan pusat penelitian dan
pengembangan sekaligus menjalankan kegiatan produksi, pemasaran, distribusi
serta penjualan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.
BISI memiliki tiga anak perusahaan, yaitu PT Multi Sarana Indotani (MSI),
penghasil pestisida, dan PT Tanindo Subur Prima (TSP) yang merupakan importir
dan distributor benih buah-buahan dan sayuran dan PT Tanindo Intertraco (Tinco)
yang mendistribusikan dan memasarkan produk MSI dan perseroan.
BISI beserta anak perusahaanya memusatkan kegiatan operasionalnya pada
usaha-usaha berikut :
a. Produk benih hibrida untuk tanaman pangan, termasuk benih jagung
hibrida dan benih padi hibrida yang mampu memberikan hasil panen jauh
lebih tinggai kepada petani.
b. Produksi berbagai benih hibrida untuk hortikultura, termasuk benih
sayuran dan buah, seprti cabai, mentimun, terong, tomat,labu,kol,kol Cina
(bok choy), kacang pangjang, bayam, melon, semangka, dan lainya.
c. Produksi pestisida dan juga penjualan pupuk.
Sejak dulu, kepemimpinan BISI di pasar benih Indonesia didorong oleh
terobosan penelitian dan pengembangan yang telah menghasilkan beragam benih
hibrid berkualitas unggul yang dipercaya para petani Indonesia selama lebih dari
dua dasawarsa. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan dijalankan di 12 pusat
penelitian dangan total are seluas 231 hektar. Untuk dapat memperkenalkan benih
hibrida varietas unggul uang dihasilkanya ke seluruk pelosok, pusat penelitian
Perseroan didirikan di daerah-daerah yang merupakan pusat kegiatan pertanian
utaman di Indonesia.
Keberhasilan Perseroan selama ini didukung oleh kemampuanya untuk
menghasilkan benih hibrida yang melampaui tolak ukur produk pertanian, yaitu,
hasil panen, keamanan pangan, kuatitas serta kemampuan beradaptasi dan
ketahanan terhadap penyakit. Faktor lain yang mendorong keberhasilan varietas
hibrida ini di pasaran adalah daya tahanya terhadap serangan hama, masa panen
yang lebih singkat dan dapat tumbuh tanpa memerlukan banyak pupuk
2. Visi dan Misi
a. Visi : Memberi pangan bagi duni yang berkembang
b. Misi : Dengan menigkatnya permintaan dunia akan pangan, pakan, bahan
bakar dan serat, kami memberikan produk, teknologi dan dukungan
inovatif untuk membantu petani menigkatkan produktifitas.
4.2. Hasil Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di PT. BISI
International Tbk., oleh penulis maka dapat di jelaskan tentang proses produksi
dan pembuatan benih mentimun (Cucumis sativa L) unruk mendapatkan benih
mentimun unggul. Proses produksi benih mentimun tersebut dimulai dari teknik
penyerbukan pada tanaman mentimun sampai proses pengolahan benih mentimun.
4.2.2. Teknik Penyerbukan Pada Mentimun
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan teknik penyerbukan
mentimun, yaitu :
a. Persiapan
Mulai melakukan pengamatan pada bunga mentimun, meliputi
pembungaan, benang sari, dan putik. Kemudian pemilihan induk jantan dan
induk betina dan pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan.
b. Isolasi kuncup terpilih
c. Emaskulasi
Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga mentimun
yang akan dijadikan induk betina. Sebelum putik dan benang sari masak.
d. Mengumpulkan dan menyimpan serbuk sari
e. Melakukan penyerbukan silang.
4.2.3. Proses Hibridisasi Mentimun
1. Pemilihan tetua (selecting)
Pemilihan tetua dilakukan dengan menggunakan seleksi massa. Caranya
ialah dengan memilih tanaman yang memiliki kualitas baik. Saat panen dilakukan
pemilihan kemudian dicampur sebagai bahan tanaman di musim selanjutnya.
Pemilihan tetua juga tergantung pada sifat unggul yang diinginkan, melalui
kualitatif atau kuantitatif.
a) Sifat kualitatif : lebih mudah diseleksi, gen sederhana (monogenik).
Perbedaan phenotipa = perbedaan gen pengendali, pengaruh lingkungan
kecil, Contoh : warna bunga.
b) Sifat kuantitatif : seleksi tidak mudah dilakukan, gen kompleks
(poligenik), pengaruh lingkungan besar. Contoh : hasil tanaman.
Diperlukan lebih banyak tetua sebagai sumber gen.
2. Emaskulasi dan penyerbukan (pollinating)
Pada sore hari sekitar pukul 13.30 dilakukan penutupan bunga betina(x)
menggunakan kertas khusus berwarna merah yaitu bunga yang masih
kuncup dan berwarna kuning yang siap mekar keesokan harinya. Setelah
penutupan bunga x selesai , bunga y dipetik yaitu bunga yang masih
kuncup tetapi keesokan harinya akan mekar.
Selanjutnya dilakukan pemeraman, caranya bunga yang masih kuncup dan
berwarna kuning dipetik kemudian dimasukkan kedalam kasa, bunga
dalam kasa tersebut dicelup kedalam air sampai merata dan semua bunga
tercelup, Skemudian tiriskan dengan cara mengibas - kibaskan sampai air
tidak menetes, bunga y yang sudah ditiriskan dimasukan ke dalam wadah
(baskom)yang dialasi kain basah dan diatasnya ditutup dengan kain basah
untuk diperam selama semalam.
Keesokan harinya , bunga betina (x) yang telah ditutup diberi tanda
memakai karet gelang yang dimasukan pada tangkai bunga dan buah
yang dipolinasi, kemudian bunga x dibuang
mahkota bunganya sampai terlihat kepala putiknya. Begitu pula
bunga jantan(y) yang telah mekar, dibuka mahkota bunganya
kemudian dilakukan proses penyerbukan (pengolesan) dan bunga
betina (x) ditutup kembali (dengan kertas khusus berwarna putih).
3. Pembungkusan bunga betina (bagging)
Penyungkupan dilakukan setelah emaskulasi selesai, dengan tujuan
agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk
menghindari kesalahan.
4. Pelabelan (Labeling)
Pelabelan (labeling) bertujuan untuk menghindari kesalahan-
kesalahan yang tidak diinginkan, misalnya dengan pemberian nama/kode
tetua, tanggal penyerbukan, kode persilangan, dan nama penyilang (breeder).
4.2.4. Hama dan Penyakit
4.2.4.1.Hama Tanaman Mentimun
1. Kumbang Pemakan Daun (Aulacophora similis)
Aulacophora similis merupakan kumbang yang menimbulkan kerusakan
cukup serius pada pertanaman mentimun. Aulocophora sp. merupakan hama
utama pada tanaman Famili Cucurbitaceae, seperti mentimun, semangka, dan
melon (CABI 2005).
Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengurangi ukuran buah,
mengakibatkan buah sulit dipasarkan terutama untuk kerusakan yang tampak
pada buah. Di beberapa daerah, serangga ini dikenal dengan nama oteng-oteng
atau kutu kuya. Populasi serangga ini pada tanaman mentimun, lebih tinggi
dibandingkan populasi hama mentimun yang lain (Tarno, 2003 dalam Wiguna,
2013). Serangan larva dalam jumlah besar dapat mematikan tanaman, dan
biasanya terjadi pada area yang ditanami satu varietas yang sama secara terus
menerus tanpa adanya rotasi dengan tanaman yang bukan inang.
Gejala yang ditimbulkan tanaman terserang menjadi layu karena jaringan
akarnya dimakan larva dan daunnya berlubang dimakan kumbang. A.similis aktif
sepanjang tahun memakan daun dan bunga tanaman.
Gejala khas yang ditunjukkan serangga ini adalah lubang gerekan pada
daun yang membentuk semisirkuler. Aktifitas makannya pada daun dilakukan
dengan cara memutar tubuhnya menggunakan ujung poros abdomen, sehingga
menghasilkan luka melingkar dan pada akhirnya lingkaran tersebut akan luruh
sehingga membentuk luka melingkar yang besar. Beberapa serangga menyerang
daun yang sama hingga hanya menyisakan tulang daun.
Kerusakan pada phase perkecambahan dapat mengakibatkan daun muda
terlambat muncul, bahkan pada tinggkat kerusakan yang parah dapat
mengakibatkan kematian kecambah. Walaupun daun muda muncul, tetap akan
mengakibatkan keterlambatan dalam pertumbuhannya. Kerusakan pada bunga
sangat berpengaruh terhadap produsksi benih. Hal ini karena kualitas dan
kuantitas pollen menjadi rendah sehingga dapat mengurangi efektivitas polinasi
dan mengakibatkan rendahnya biji yang terbentuk (Wiguna, 2013). Pengendalian
kumbang daun dapat dilakukan secara kimia dapat dilakukandengan
menggunakan insektisida berbahan aktif malathion dan endosulfan (CABI 2005).
3. Penggorok daun (Liriomyza sp.)
Hama ini menyabar dibeberapa daerah di Jawa, Sumatera dan Sulawesi
dan menimbulkan kerusakan berat pada tanaman lain seperti mentimun, buncis
dan kacang merah. Lalat dengan tipe makan polifag ini dapat ditemukan pada
berbagai jenis tanaman, sehingga memungkinkan terbentuknya banyak spesies
akibat adaptasi, mutasi, dan evolusi (Baliadi, 2010 dalam Pamuji, 2013).
Gejala serangan lalat penggorok daun pada tanaman mudah dikenali
dengan adanya liang korokan beralur warna putih bening pada bagian mesofil
daun. Apabila liang korokan tersebut dibuka, akan terlihat larva yang aktif
bergerak. Larva hidup dan makan didalam liang korokan. Pada satu helai daun
dapat dijumpai lebih dari satu liang korokan. Pada serangan lanjut, warna liang
korokan menjadi kecoklatan, daun layu dan gugur (Soehardjan, 1987 dalam
Pamuji, 2013). Gejala berupa liang korokan beralurwarna putih bening pada
bagian mesofil daun, gejala ini banyak ditemukan pada daun tanaman. Menurut
Tapahillah (2002) lalat pengorok daun yang menyerang tanaman mentimun di
dataran rendah dan sedang adalah Liriomyza sativae, sedangkan di dataran tinggi
Liriomyza huidobrensis. Jumlah alur korokan bervariasi, bergantung pada jumlah
larva yang menetas. Pada serangan lanjut, liang korokan berubah warna menjadi
kecoklatan dan di dalamnya larva berkembang.
Gejala tersebut merupakan ciri khas serangan lalat penggorok daun,
Liriomyza sp (Baliadi, 2010 dalam Pamuji, 2013) Berdasarkan komponen
pengendalian yang tersedia pada tanaman hias dan sayuran, rekomendasi PHT
untuk lalat penggorok daun dapat dilakukan dengan:
1. Tanam serentak pada hamparan kisaran waktu 14 hari
2. Pergiliran tanaman dengan padi atau jagung untuk lahan sawah dan
jagung ubi untuk lahan kering.
3. Pemantauan lalat penggorok daun mulai 6-30 hari
4. Pemupukan berimbang
5. Pemasangan perangkap warna likad kuning (16 cm x 15 cm).
4.2.4.2. Penyakit Tanaman Mentimun
1. Penyakit bercak daun (Pseudomonas lachrymans)
Penyakit bercak daun bersudut disebabkan oleh cendawan
Pseudomonas Lachrynmans. Patogen menyebar pada saat musim hujan.
Gejala yang ditimbulkan berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut;
pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat
muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian dengan pemberian
Natural GLIO sebelum tanam (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian, 2014).
Pemberantasan hama dan penyakit segera dilakukan setelah terlihat
tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara lain dengan cara
mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia
(penyemprotan pestisida). Perlakuan terbaik adalah dengan jalan pencegahan
(preventif). Dengan diketahuinya jenis-jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman mentimun di pulau Kundur dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam mengelola dan mengendalikan populasi hama dan
penyakit pada pertanaman mentimun secara tepat.
2. Layu bakteri
Penyakit layu pada tanaman mentimun dapat disebabkan oleh beberapa
jenis patogen, yaitu: cendawan, bakteri, dan nematoda. Menurut CABI (2005)
penyakit layu cendawan disebabkan oleh Fusarium oxysporum, layu bakteri
disebabkan oleh Erwinia tracheiphila dan layu nematoda disebabkan oleh
nematode puru akar Meloidogyne spp.
Layu yang disebabkan oleh cendawan disebabkan oleh F. oxysporum
f.sp. cucumerinum. Dengan gejala berupa layunya tanaman yang diikuti
dengan klorosis pada daun, dan akhirnya dapat menyebabkan nekrosis luas
pada daun. Gejala layu akan bertambah parah pada kondisi perakaran yang
kaya akan unsur hara (pupuk), terutama nitrogen. Suhu optimum bagi
perkembangan cendawan adalah 29°C (Ogura et al. 1990 dalam CABI 2005).
Pengendalian: dengan bakterisida streptomycin.
Layu bakteri pada mentimun disebarkan oleh kumbang mentimun
Acalymmavittata (Coleoptera: Chrysomelidae). Gejala yang ditimbulkan
adalah layunya satudaun yang diikuti oleh seluruh daun layu secara mendadak
dan tanaman mati. Salah satu cara untuk membedakan layu bakteri dan layu
cendawan adalah pada layu yang disebabkan oleh bakteri jika dipotong,
pangkal batang yang layu mengeluarkan lendir putih kental dan lengket (Rand
dan Enlows 1920 dalam CABI 2005). Layu yang disebabkan oleh nematoda
bintil akar Meloidogyne spp. Pada mentimun menunjukan gejala pada bagian
akar terdapat bintil-bintil berukuran 2-200 mm. Gejala pada bagian tajuk
tanaman adalah layu dengan pertumbuhan tanaman yang kerdil dan
mengalami klorosis (Sikora dan Fernandes 2005).
3. Busuk daun/embun bulu (Downy mildew )
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit busuk daun/embun bulu adalah
pada permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning, terkadang agak
bersudut karena dibatasi oleh tulang daun.
Pada cuaca lembab pada sisi bagian bawah bercak terdapat miselium
menyerupai bulu berwarna keunguan. Gejala lanjut dari penyakit ini dapat
mengakibatkan daun menjadi busuk, mengering dan mati (Semangun 1989).
Menurut Holliday dalam Semangun 1989, penyakit busuk daun
disebabkan oleh cendawan patogen Pseudoperonospora cubensis Berk et
Curt. Menurut CABI (2005) penyakit busuk daun adalah penyakit utama pada
tanaman Famili Cucurbitaseae. Cendawan ini memiliki miselium yang tidak
bersekat, intraseluler, dengan haustorium kecil, dan terkadang bercabang.
Patogen merupakan parasit obligat, yang dapat hidup hanya pada
kehadiran tanaman inang. Daerah yang ditanami mentimun sepanjang tahun
dapat menjadi sumber inokulum utama penyakit ini. Patogen dipencarkan
oleh angin, hujan dan adanya kontak dengan pekerja maupun alat-alat
pertanian yang digunakan (CABI 2005).
4.3. Panen dan Pasca Panen
4.3.1.Panen
1. Ciri dan Waktu panen untuk benih
Saat panen yang tepat dapat memaksimumkan hasil dan mutu benih. Mutu
benih mencapai maksimum pada saat ’masak fisiologis’ yang dicirikan oleh vigor
dan bobot kering benih yang maksimum. Benih yang telah masak lebih mudah
dipanen dan dibersihkan dengan kehilangan hasil yang minimal. Panen sebelum
benih masak dimana kadar air benih masih tinggi dapat menyulitkan terutama
dalam perontokan dan pembersihan, sedangkan setelah lewat masak mutu benih
dapat berkurang karena pengaruh cuaca buruk, rebah, dan rontoknya benih.
Waktu panen buah untuk benih timun sekitar 87-90. Atau buah sudah benar-
benar tua dipohon dan berwarna kuning.
2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah
dengan pisau tajam atau gunting panen.
4.3.2. Pasca Panen
Kegiatan pasca panen yang di lakukan yaitu,
Kegiatan pasca penen yang dapat dilakukan pada mentimun yaitu :
1. Ekstrasi
Setelah buah dipanen, buah-buah tersebut diekstrak untuk mendapatkan
benih yang lebih berisi. Hal ini dilakukan selama 3-5 hari. Untuk memisahkan biji
dengan buahnya, buah kemudian dibelah untuk kemudian dikeluarkan isinya dan
ditampung dalam wadah besar yang diberi air, untuk diperam atau di fermentasi
selama satu malam atau beberapa hari.Busa akan terbentuk pada permukaan air
pada wadahtersebut, ini menunjukkan bahwa terjadi proses fermentasi.
Proses fermentasi pada benih mentimun yang merupakan benih dari buah
basah yang termasuk dalam benih berlendir (mucilaginous layer) bertujuan untuk
menghilangkan beberapa penyakit sehingga tidak terbawa seterusnya ke benih,
karena sifat dari fermentasi adalah asam, sehingga dapat mematikan penyakit pada
benih baik dari seed borne atau soil born.
2. Pembersihan dan Pengeringan
Keesokan harinya baru dilakukan pencucian (pembersihan) untuk
memisahkan benih dengan kotoran lainnya. Setelah itu Benih-benih yang telah
bersih kemudian direndam dalam kaporit selama 5 menit, kemudian ditiris di
tempat yang teduh selama 2 jam, setelah larutan kemudian dijemur selama 3 hari
sampai kering. Benih itu kemudian dapat dicuci dengan air. Semua sisa daging
buahnya harus dibuang. Lalu sebarlah benih di atas plat plastik, kayu atau logam
untukdiangin-anginkan di bawah naungan.
Penjemuran dilakukan mulai jam 8 pagi sampai jam 11 siang. Penjemuran
diulangi lagi mulai jam 13.00 sampai sore. Hal ini dilakukan agar daya tumbuh
benih tetap tinggi.pengeringan ini dilakukan secara manual,untuk skala yang
lebih besar bisa menggunakan mesin yang bekerja secara otomatis. Pengeringan
menggunakan mesin dehydrator elektrik membutuhkan waktu antara 10 dan 12
jam. Dari satu buah timun rata-rata dapat dihasilkan sekitar 75 biji.
3. Sortasi Benih
Benih dapat dipisahkan secara mekanis hanya jika berbeda dalam
karakteristik fisik, antara lain: ukuran, panjang, lebar, ketebalan, bentuk, berat
(specific gravity), tekstur permukaan, warna. Pencampuran mekanis selama
panen, pengeringan, dan prosesing harus dihindari.