BAB IV

25
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Kasus Diagnosis klinis pada pasien ini adalah diabetes mellitus tipe II dan hipertensi grade II tidak terkontrol. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis pasien menderita hipertensi sejak tahun 2002 dan menderita DM tipe II sejak tahun 2008. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg. Pasien rutin control ke puskesmas setiap 1 bulan sekali untuk mengambil obat dan untuk cek tensi serta kadar gula darah. Pasien mengaku minum obat DM dan hipertensi teratur setiap hari sesuai anjuran dokter puskesmas. Pada pemeriksaan penunjang, gula darah sewaktu pasien 116 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah pasien terkontrol, namun tekanan darah pasien tidak terkontrol. Salah satu penyebab tekanan darah tidak terkontrol ini adalah pengaturan pola makan yang kurang sehat. Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari beberapa komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit (ide), akibat penyakit yang dirasakan pasien terhadap fungsi hidupnya seperti 52

description

bababab

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah diabetes mellitus tipe II dan

hipertensi grade II tidak terkontrol. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis pasien menderita

hipertensi sejak tahun 2002 dan menderita DM tipe II sejak tahun 2008. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg. Pasien rutin control

ke puskesmas setiap 1 bulan sekali untuk mengambil obat dan untuk cek tensi

serta kadar gula darah. Pasien mengaku minum obat DM dan hipertensi teratur

setiap hari sesuai anjuran dokter puskesmas. Pada pemeriksaan penunjang, gula

darah sewaktu pasien 116 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah

pasien terkontrol, namun tekanan darah pasien tidak terkontrol. Salah satu

penyebab tekanan darah tidak terkontrol ini adalah pengaturan pola makan yang

kurang sehat.

Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang

didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari beberapa

komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit (ide), akibat penyakit yang

dirasakan pasien terhadap fungsi hidupnya seperti pergaulan dan pekerjaan (efek

terhadap fungsi), perasaan, dan harapan.

Berikut adalah komponen illness dan hasil yang didapat dari pasien

terhadap penyakitnya:

52

Page 2: BAB IV

Tabel 9. Komponen illness

No. Komponen Pasien

1 Ide Pasien memahami penyebab dan

komplikasi mengenai penyakit yang

diderita

2 Efek terhadap fungsi Fungsi sosial pasien cukup baik

3 Perasaan Pasien merasa khawatir situasi di rumah

memperparah penyakitnya

4 Harapan Pasien berharap penyakit yang diderita

dapat terkontrol

B. Analisis Kunjungan Rumah

1. Kondisi Pasien

Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2014

pukul 15.00-17.00 WIB. Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 15

Agustus 2014 pukul 13.00-15.30 WIB. Pada saat kunjungan pertama,

pasien mengaku sudah meminum obat dari puskesmas sesuai dosis dan

petunjuk dokter. Keadaan umum pasien tampak baik. Dari pemeriksaan

fisik didapatkan tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 82x/menit, frekuensi

pernafasan 22x/menit, dan suhu 36,5˚C. Gula darah sewaktu 116 mg/dl.

Pada kunjungan kedua pasien mengaku sudah meminum obat dari

puskesmas. Pasien mengaku mulai mengatur jenis makanan dan pola

makan bagi kesehatannya setelah diberikan penjelasan yang disampaikan

pada hari pertama kunjungan.

2. Pekerjaan

Pasien berumur 47 tahun dengan pekerjaan sehari-sehari sebagai

ibu rumah tangga dan berjualan batik yang dipasarkan ke luar kota. Waktu

sehari-hari pasien digunakan untuk bersih-bersih rumah, menyapu,

memasak, merawat cucu keponakan, dan kadang-kadang mengambil

53

Page 3: BAB IV

barang dagangan di pasar kemudian mengirimkannya ke luar kota melalui

jasa pengiriman barang. Penghasilan didapat dari berdagang batik sekitar

600rb – 2 jt tiap bulan. Pasien merasa penghasilannya cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup ia dan anak keduanya sehari-hari.

3. Keadaan Rumah

a) Lokasi

Rumah pasien terletak di Jl.Harjuna No. 6C Wirobrajan, Yogyakarta.

Rumah tersebut terletak di kawasan padat penduduk, rumah tersebut

merupakan rumah layak huni dengan cukup ventilasi udara.

Gambar 2. Peta rumah pasien

b) Kepemilikan

Rumah milik suami.

c) Kondisi rumah

Bangunan permanen, berdinding tembok, lantai keramik, atap dari

genting ada langit-langit, dan memiliki 2 lantai (bertingkat).

d) Luas

54

Rumah Ny. K

PKM Wirobrajan

Page 4: BAB IV

Luas rumah 5 m x 12 m = 60 m2, jumlah penghuni dalam 1 rumah ada

dua orang.

e) Pembagian ruangan

Rumah terdiri atas satu ruang tamu, tiga kamar tidur, satu ruang

mencuci dan menjemur pakaian, satu gudang satu kamar mandi, dan

satu dapur.

f) Pencahayaan

Terdapat empat buah jendela di rumah pasien, dua di ruang tamu, dan

dua di beranda lantai atas. Terdapat empat ventilasi, satu di ruang tamu,

satu di dapur, satu di kamar mandi, dan satu di beranda lantai 2. Setiap

jendela dari kaca berukuran 50 x 100 cm. Cahaya yang masuk ke ruang

tamu, dapur, dan ruangan di lantai dua rumah pasien cukup.

Pencahayaan dan penerangan di ruang tidur terkesan kurang dan

lembab karena tiap kamar tidak memiliki jendela maupun ventilasi.

Pintu dan jendela ruang tamu sering dibuka, lantai dua rumah mendapat

pencahayaan dari pintu dan jendela yang sering dibuka serta dari ruang

menjemur pakaian yang terbuka tanpa genting rumah. Pasien jarang

menyalakan lampu pada siang hari, kecuali di ruang tidur. Pencahayaan

diukur dengan cara manual yaitu pemeriksa kemampuan membaca di

dalam ruangan tanpa menggunakan alat bantu penerangan. Terdapat

lampu yang dapat dinyalakan berwarna putih terang.

g) Kebersihan

Ruang tamu, dapur, dan ruang setrika kurang terawat. Kamar mandi

nampak bersih. Kamar pasien terkesan pengap dan banyak barang-

barang berserakan seperti baju dan perabotan. Kamar tidur di lantai atas

terlihat rapi dan bersih.

h) Sanitasi Dasar

- Sumber air bersih

Kebutuhan air untuk sehari – hari menggunakan air dari sumur

listrik. Jarak sumur dengan septic tank 11 m. Secara fisik air tidak

55

Page 5: BAB IV

berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Kesimpulannya adalah

sumber air bersih cukup baik.

- Jamban Keluarga

Pasien memiliki jamban keluarga di rumahnya berupa WC

jongkok/bentuk leher anga. Kondisi jamban mudah dibersihkan,

mudah diguyur, lokasinya terletak di dalam rumah, memiliki septic

tank yang tahan resapan.

- Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Pasien memiliki bak kontrol yang berada di bawah lantai dapur.

Saluran air yang ada di depan rumah tertutup jalan, tidak bisa dinilai

lancar/tidaknya.

- Tempat sampah

Rumah pasien tidak disertai bak sampah. Sampah-sampah rumah

tangga dijadikan satu dalam karung untuk kemudia di buang ke

tempat pembuangan sampah yang berjarak 2 km dari rumah pasien.

i) Halaman

Rumah pasien tidak memiliki halaman.

j) Kepemilikan barang

Dalam rumah pasien terdapat satu buah tv di ruang tamu. Satu buah

kasur busa di tiap kamar tidur. Satu buah lemari di tiap kamar tidur.

Satu buah kompor gas dan seperangkat perlengkapan masak di dapur.

Satu buah kulkas dua pintu di dapur dan satu buah mesin cuci. Satu

buah bak penampungan air di kamar mandi dan satu buah sepeda

motor.

56

Page 6: BAB IV

Denah rumah Ny. K

12 m

5 m

Lantai bawah rumah Ny. K Lantai atas rumah Ny. K

Keterangan :

: sumur listrik tertutup

: septic tank

: jamban leher angsa

C. Perangkat Penilaian Keluarga

Berikut adalah perangkat penilaian keluarga yang terdiri atas family

genogram; family map; family life cycle; family APGAR; family SCREEM;

identifikasi fungsi-fungsi keluarga; identifikasi pengetahuan, sikap, dan perilaku;

identifikasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat.

57

Utara

Dapur

Kamar Mandi

Ruang Tidur Pasien

Tangga

Ruang Tamu Ruang Setrika

Ruang cuci & jemur

Gudang

Ruang Tidur II

Ruang Tidur III

Beranda

Tangga

Page 7: BAB IV

1. Genogram (tanggal 12 Agustus 2014)

47

Keterangan :

B = Breadwinner = Laki-laki

C = Care giver = perempuan

D = Decision maker = meninggal

DM = Diabetes mellitus = pasien

HT = Hipertensi = tinggal serumah

J = Sakit jantung

P = Sakit Paru-paru

2. Family Map

Tn. D49

H A22 29

Ny. K47

Keterangan :

= fungsional

= disfungsional

= clear but negotiable boundaries

58

HT

J

DM

HT

PJ

B/D/CHT & DM

Page 8: BAB IV

3. Family Life cycle

Menurut Carter & MCGoldrick, 1999 Tahap IV : keluarga dengan anak usia

dewasa (family with adolescent)

4. Family APGAR

Tabel 10. Family APGAR

Komponen Indikator

Hampir

Tidak

Pernah

Kadang-

kadang

Hampir

Selalu

Adaptation

Saya puas dengan keluarga

saya karena masing-masing

anggota keluarga sudah

menjalankan kewajiban sesuai

dengan seharusnya

Partnership

Saya puas dengan keluarga

saya karena dapat membantu

memberikan solusi terhadap

permasalahan yang saya hadapi

Growth

Saya puas dengan kebebasan

yang diberikan keluarga saya

untuk mengembangkan

kemampuan yang saya miliki

Affection

Saya puas dengan

kehangatan/kasih sayang yang

diberikan keluarga saya

Resolve

Saya puas dengan waktu yang

disediakan keluarga untuk

menjalin kebersamaan

TOTAL SKOR 0 4 2

59

Page 9: BAB IV

Total Skor 6 Fungsi keluarga kurang sehat

Keterangan klasifikasi APGAR:

8 – 10 : fungsi keluarga sehat (high functional family)

4 – 7 : fungsi keluarga kurang sehat (moderate dysfunctional family)

0 – 3 : fungsi keluarga sakit (severe dysfunctional family)

5. Family SCREEM

Tabel 11. Family SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

SOCIAL Interaksi pasien dengan

suaminya tidak baik.

Pasien hanya

menjalankan tugasnya

sebagai seorang istri,

namun tidak pernah

bercengkrama untuk

sekedar membicarakan

permasalahan hidup yang

sedang dihadapi.

CULTURAL . Pasien tidak

mempercayai

pengobatan-pengobatan

alternatif, tetapi meyakini

penggunaan obat atau

ramuan alami untuk

penyakitnya yang tidak

jelas kebenarannya

RELIGIUS Pasien dan kedua

anaknya adalah

penganut yang taat.

Sering beribadah ke

60

Page 10: BAB IV

gereja dan mengikuti

pertemuan keagamaan.

Pasien meyakini bahwa

penyakitnya ini adalah

ujian dari Tuhannya

sehingga menambah

semangat ibadahnya

untuk lebih dekat

dengan Tuhannya.

ECONOMY Untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari

tercukupi dari

penghasilan tiap bulan.

EDUCATION Pendidikan terakhir

pasien adalah tamat

SMP. Pasien belum

begitu banyak

mengetahui tentang

penyakitnya.

MEDICAL Jika sakit pasien

langsung ke puskesmas,

letaknya yang cukup

dekat dan aksesnya

mudah.

6. Bentuk keluarga

Bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti (nuclear family)

61

Page 11: BAB IV

7. Indikator Rumah Sehat

Tabel 12. Indikator Rumah Sehat

No. Variabel SkorSkor Rumah Pasien

1. Lokasia. Tidak rawan banjir 3

b. Rawan banjir 1

2. Kepadatan Rumah

a. Tidak padat (> 8 m2/orang) 3

b. Padat (< 8 m2/orang) 1

3. Lantaia. Semen, ubin, keramik, kayu 3

b. Tanah 1

4. Pencahayaana. Cukup 3

b. Tidak cukup 1

5. Ventilasia. Ada 3

b. Tidak ada 1

6. Air bersih

a. Air dari kemasan 3

b. Ledeng/PAM 3

c. Mata air terlindung 2

d. Sumur pompa tangan 2

e. Sumur terlindung 2

f. Sumur tidak terlindung 1

g. Mata air tidak terlindung 1

h. Lain-lain 1

7. Pembuangan kotoran kakus

a. Leher angsa 3

b. Plengsengan 2

c. Cemplung/cubuk 2

d. Kolam ikan/sungai/kebun 1

62

Page 12: BAB IV

e. Tidak ada 1

8. Septic tank

a. Jarak > 10 meter dari sumbu air

3

b. Lainnya 1

9. Kepemilikan WC

a. Sendiri 3

b. Bersama 2

c. Tidak ada 1

10. SPAL

a. Saluran tertutup 3

b. Saluran terbuka 2

c. Tanpa saluran 1

11. Saluran got

a. Mengalir lancer 3

b. Mengalir lambat 2

c. Tergenang 1

d. Tidak ada got 1

12. Pengelolaan sampah

a. Diangkut petugas 3

b. Ditimbun 2

c. Dibuat kompos 3

d. Dibakar 2

e. Dibuang ke kali 1

f. Dibuang sembarangan 1

g. Lainnya 1

13. Polusi udaraa. Tidak ada 3

b. Ada gangguan 1

14. Bahan bakar masak

a. Listrik, gas 3

b. Minyak tanah 2

c. Kayu bakar 1

d. Arang/batu bara 1

TOTAL 39

Skor kategori rumah sehat: 39 (baik 35 – 42 atau > 83%)

63

Page 13: BAB IV

Keterangan:

1) Jamban atau kakus sistem leher angsa: sistem ini sesuai untuk daerah yang

mudah mendapatkan air bersih. Pada jamban jenis ini tinja tidak langsung

jatuh ke lubang penampungan kotoran. Lubang pembuangan kotoran

dilengkapi dengan mangkokan seperti leher angsa. Bila pada mangkokan

tersebut dituangi air, pada bagian leher angsa akan tertinggal air yang

menggenang yang berfungsi sebagai penutup lubang.

2) Jamban atau kakus sistem plengsengan: sederhana yang didesain miring

sedemikian rupa sehingga kotoran dapat jatuh menuju tengki septic setelah

dikeluarkan, tetapi tangki septic tidak berada langsung di bawah pengguna

jamban.

3) Cemplung atau cebluk: jamban yang penampungnya berupa lubang yang

berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam

tandah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang dengan penutup agar

tidak bau

4) Penetapan skor kategoti rumah sehat adalah sebagai berikut:

a. Baik: skor 35 – 45 (>83%)

b. Sedang: skor 29 – 34 (69 – 83%)

c. Kurang: skor < 29 (< 69%)

8. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

a. Pencegahan penyakit

Pasien mempunyai kesadaran yang rendah terhadap pencegahan penyakit

menular. Pasien jarang membersihkan rumah. Ventilasi dan pencahayaan

cukup sehingga rumah terkesan terang, namun kamar tidur terkesan

pengap dan gelap karena pencahayaan kurang. Pasien belum sepenuhnya

dapat mengikuti anjuran klinik gizi puskesmas. Pasien masih sering

mengonsumsi makanan berlemak seperti gorengan dan membeli makanan

yang belum jelas kebersihan dan kesehatannya.

64

Page 14: BAB IV

b. Gizi keluarga

Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan baik sesuai standar yang

ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan melalui 13 Pedoman Umum Gizi

Sehari-hari (PUGS).

Tabel 13. Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)

No.

PUGS Jawaban

Skor

1 Makan beraneka ragam makanan. Ya 1

2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

Ya 1

3 Makan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

Ya 1

4 Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi.

Tidak 0

5 Gunakan garam beryodium Ya 1

6 Makanlah makanan sumber zat besi. Tidak 0

7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan

- -

8 Biasakan makan pagi. Tidak 0

9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup. Ya 1

10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.

Ya 1

11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1

12 Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

Tidak 0

13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tidak 0

TOTAL 7

Interpretasi :

Nilai PUGS keluarga <60%

Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang

65

Page 15: BAB IV

c. Hygiene dan sanitasi lingkungan

Keadaan rumah pasien terasa kurang nyaman karena pencahayaan yang

masuk cukup,tetapi tata ruang yang kurang rapi dan perabotan rumah

berserakan. Kebersihan di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup,

dan tata rumah di lingkungan sekitar sangat sempit dan berdekatan.

d. Penggunaan pelayanan kesehatan

Pasien dan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas

dengan pembiayaan menggunakan Jaminan Kesehatan Kota yang hanya

menunjukkan Kartu Tanda Pengenal ketika berobat.

9. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tabel 14. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No. Indikator / Pertanyaan Jawaban Skor

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan - -

2 Pemberian Asi eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan - -

3 Menimbang berat badan balita setiap bulan - -

4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat

kesehatanYa 1

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya 1

6 Menggunakan jamban sehat Ya 1

7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di

rumah dan lingkungannya sekali semingguTidak 0

8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak 0

9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Ya 1

10 Tidak Merokok Ya 1

66

Page 16: BAB IV

Karena terdapat ≥1 jawaban Tidak, termasuk kategori tidak sehat

10. Pelaksanaan Program Pembinaan

Tabel 15. Pelaksanaan program pembinaan

Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Hasil Kegiatan

12 – 8 –

2014

Anamnesis perjalanan penyakit,

pemeriksaan fisik, dan menilai

kondisi rumah

Mengetahui proses perjalanan

penyakit dan mengetahui kondisi

lingkungan rumah

15 – 8 –

2014

Follow up anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Konseling

dan edukasi pasien mengenai

penyakitnya dan lingkungan.

Menjelaskan pentingnya

modifikasi gaya hidup terutama

perbaikan pola dan jenis makan

serta kontrol terapi dan

pemeriksaan penunjang yang

teratur untuk evaluasi

pengobatan

Pasien memiliki keinginan untuk

memperbaiki pola makannya.

Keluarga lebih paham mengenai

DM dan hipertensi. Keluarga akan

lebih menjaga kebersihan

lingkungan, dan kesehatan makan

dan melakukan aktifitas fisik..

C. Diagnostik Holistik

Diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi primer grade 2 pada wanita pencari nafkah

dengan pola makan yang kurang sehat pada keluarga disfungsional sedang.

D. Management Komprehensif

1. Promotif

Melakukan edukasi mengenai penyakit diabetes mellitus dan hipertensi

seperti penyebab, faktor risiko, gejala, dan pengobatan kepada pasien dan

keluarga sehingga pemahaman pasien dan keluarga terhadap penyakit

67

Page 17: BAB IV

yang diderita oleh pasien meningkat dengan harapan dapat meningkatkan

awareness pasien dan keluarga terhadap penyakit tersebut sehingga

manajemen komprehensif dapat berjalan dengan baik.

2. Preventif

Dapat dilakukan dengan pencegahan primer (mencegah munculnya

penyakit) dan pencegahan sekunder (mencegah terjadinya komplikasi dari

penyakit yang diderita). Tindakan pencegahan ini meliputi pola dan

konsumi makanan yang sesuai untuk penderita DM, olah raga yang sesuai

pada kondisi pasien seperti berjalan-jalan di pagi hari selama 30 menit 2

hari sekali. Selain itu pasien juga sebaiknya menggunakan alat pelindung

kaki dalam kegiatan sehari-harinya seperti pada saat menyapu halaman.

Selain itu pasien juga dapat melakukan senam kaki diabetic agar menjaga

kondisi kaki pasien tetap berkualitas. Metode konseling CEA untuk

mengetahui pemahaman pasien mengenai penyakitnya dan memperbaiki

mispersepsi pasien terhadap penyakitnya sehingga pasien dapat

mengontrol rasa khawatir yang berlebihan terhadap penyakit yang diderita

dan menyalurkannya ke kegiatan yang positif, serta membantu pasien

untuk lebih bisa mengontrol stressnya.

3. Kuratif

Manajemen yang dilakukan berupa pengobatan untuk pengontrolan gula

darah dan tekanan darah. Pemberian obat-obat DM dan hipertensi sesuai

dosis diikuti dengan evaluasi berupa pemeriksaan laboratorium dibutuhkan

untuk mencapai hasil yang optimal dan kontrol pengobatan perlu

dilakukan secara teratur dan disiplin. Pada pasien ini tidak diperlukan

pengelolaan paliatif dan rehabilitatif.

R/ Captopril tab 25 mg No XX

S/ 2 dd tab 1

R/ Hidrochlorthiazid tab 25 mg No. X

S/ 1 dd 1 ( pagi hari)

R/ Metformin tab 500 mg No. XX

68

Page 18: BAB IV

S/ 2 dd tab 1 a.c (sebelum makan)

R/ Glimepiride tab 1 mg No.X

S/ 1 dd 1

69