BAB IV

25
57 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Bab ini menggambarkan hasil analisis dari penelitian untuk mengetahui hubungan IMT, lingkar pinggang, kadar profil lipid (HDL & LDL) serum dengan derajat premenstrual syndrome pada wanita usia subur. Penelitian terhadap 30 wanita usia subur dengan tehnik pengambilan sampel secara purposive sampling. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 02 Mei sampai dengan tanggal 06 Juni tahun 2012 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Deskripsi Variabel Penelitian Analisis deskripsi variabel penelitian merupakan hasil analisis mengenai umur, IMT, Lingkar Pinggang, kadar HDL, LDL dan premenstrual syndrom responden.

description

ffffffffffffggggggggggdddddddddddddddddd

Transcript of BAB IV

Page 1: BAB IV

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menggambarkan hasil analisis dari penelitian untuk

mengetahui hubungan IMT, lingkar pinggang, kadar profil lipid (HDL &

LDL) serum dengan derajat premenstrual syndrome pada wanita usia

subur. Penelitian terhadap 30 wanita usia subur dengan tehnik

pengambilan sampel secara purposive sampling.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 02 Mei sampai

dengan tanggal 06 Juni tahun 2012 dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Deskripsi Variabel Penelitian

Analisis deskripsi variabel penelitian merupakan hasil analisis

mengenai umur, IMT, Lingkar Pinggang, kadar HDL, LDL dan

premenstrual syndrom responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat

dideskripsikan setiap variabel penelitian berdasarkan tabel berikut :

Page 2: BAB IV

58

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

VariabelJmlh(N)

Min Maks MeanStd.

Deviasi

1. Umur (Thn)

2. IMT (kg/m²)

3. Lingkar pinggang (cm)

4. Kadar HDL (mg/dl)

5. Kadar LDL (mg/dl)

6. Skor Derajat PMS

30

30

30

30

30

30

17

18,59

62

32

59

4

30

34,77

99

82

165

31

22,67

24,12

81,60

51,90

120,87

22,23

3,88

3,86

8,86

10,11

22,71

7,94

Sumber : Data Primer tahun 2012

Berdasarkan table 4.1 usia responden termuda adalah 17 tahun

sedangkan usia tertua adalah 30 tahun, dengan rata-rata usia responden

adalah 22,67 tahun (SD) = 3,88. Dari tabel 4.1 juga diperoleh data bahwa

untuk variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) responden nilai terendah 18,5

kg/m² dan tertinggi 34,77 kg/m² dengan nilai rata-rata 24,12 kg/m² (SD) =

3,86. Lingkar pinggang responden terkecil 62 cm dan terbesar 99 cm

dengan rata-rata (81,60 cm) (SD) = 8,86. Untuk variabel kadar HDL serum

responden terendah adalah 32 ml/dl dan yang tertinggi 82 ml/dl dengan

rata-rata adalah 51,90 mg/dl (SD) = 10,11, sedangkan untuk kadar LDL

serum responden terendah adalah 59 mg/dl dan tertinggi 165 mg/dl

dengan nilai rata-rata 120,87 mg/dl (SD) = 22,71. Sedangkan derajat

premenstrual syndrome paling ringan adalah skor 4 dan terberat skor 31

dengan rata-rata 22,23 (SD) = 7,94.

Page 3: BAB IV

59

2. Hubungan Umur, IMT, Lingkar Pinggang, Kadar HDL, LDL dengan

derajat premenstrual syndrome

Hubungan Umur, IMT, lingkar pinggang, kadar HDL, LDL dengan

derajat premenstrual syndrome pada wanita usia subur dianalisis untuk

mendapatkan gambaran korelasi antara variebel independen dan variabel

dependen sebagaimana tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Hubungan Umur, IMT, lingkar pinggang, kadar HDL, LDL

dengan derajat premenstrual syndrome responden

Variabel

Derajat premenstrual

syndrome

OR

(IK 95%)Ringan Berat N % N %

Umur

(Tahun)

14 – 24

25 – 34

6

4

60

40

11

9

55

45OR = 1,227 (0,263 – 5,73)

IMT

(kg/m²)

18,5-24,9

>.25

9

1

90

10

6

14

30

70OR = 21,00(2,155 –204,61)

Lingk. Pinggang

(Cm)

< 80

>.80

7

3

70

30

6

14

30

70 OR = 5,444 (1,039 – 28,53)

HDL(mg/dl)

< 50

>. 50

8

2

80

20

6

14

30

70OR = 9,333 (1,511 – 57,65)

LDL(mg/dl)

< 130

>.130

9

1

90

10

10

10

50

50OR = 9,000 (0,954 – 84,89)

Total 10 33,3 20 66,7Sumber : Data Primer tahun 2012

Page 4: BAB IV

60

Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapatkan hasil bahwa tidak terdapat

hubungan antara umur dengan derajat premenstrual syndrome dimana

nilai OR = 1,227 (0,263 – 5,734).

Untuk variabel indeks massa tubuh (IMT) terdapat hubungan yang

kuat dengan derajat premenstrual syndrome dimana nilai OR = 21,000

(2,155 – 204,614), dan begitupula dengan hubungan lingkar pinggang

dengan derajat premenstruasi syndrom memiliki hubungan yang kuat

dimana nilai OR =5,444 (1,039 – 28,533). Untuk kadar HDL serum ada

hubungan dengan derajat premenstrual syndrome dimana nilai OR =

9,333 (1,511– 57,654) sedangkan kadar LDL serum tidak ada hubungan

dengan derajat premenstrual syndrome dengan nilai OR = 9,000 (0,954 –

84,899). Adapun rincian hasil analisis korelasi tiap variabel dalam

penelitian ini dideskripsikan pada tabel sebagai berikut :

Dari kelima variable tersebut diatas yang berkorelasi terhadap

derajat premenstrual syndrome tersebut yaitu IMT dan lingkar pinggang,

HDL sedangkan variabel LDL tidak berkolerasi terhadap derajat

premenstrual syndrome

3. Peran IMT, Lingkar Pinggang, Kadar HDL terhadap derajat

premenstrual syndrome

Peran IMT, lingkar pinggang, kadar HDL terhadap derajat

premenstrual syndrome pada wanita usia subur dianalisis untuk

Page 5: BAB IV

61

mendapatkan gambaran variebel independen yang paling berperan

terhadap variabel dependen sebagaimana tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Peran IMT, lingkar pinggang, kadar HDL, terhadap derajatpremenstrual syndrome

Variabel Exp (B)95,0% C.I.for EXP(B)

Lower UpperIMT Obesitas (>25 kg/m²)

1,070 0,000 -

Lingkar Pinggang Obesitas (>80 cm)

0,000 0,000-

Kadar HDL Tinggi (>50 gr/dl)

3,064-

Constant0,000

Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa diantara ketiga variabel

yang berperan terhadap derajat premenstrual syndrom, Kadar HDL tinggi

merupakan faktor dominan terhadap derajat Premenstrual Syndrom

dengan nilai EXP (B) = 3,064 kemudian variabel IMT obesitas dengan

nilai EXP (B) = 1,070.

B. Pembahasan

1. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan premenstrual

syndrome pada wanita usia subur.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat analisis bahwa terdapat

hubungan antara IMT dengan derajat premenstrual syndrome pada wanita

usia subur dengan nilai OR = 21,00. Hal ini senada dengan penelitian

Page 6: BAB IV

62

Bertone-Johnson et al (2001) menemukan adanya hubungan linier yang

kuat antara Body Mass Indeks (BMI) dengan resiko premenstrual

syndrome dengan confidence interval / CI( 1,01 – 1,05). Setiap kenaikan

1kg/m² Indeks massa Tubuh (IMT) berhubungan dengan peningkatan

secara signifikan 3% resiko terjadinya premenstrual syndrome.

Dalam penelitian yang melibatkan 15 responden dengan IMT

normal dan 15 responden dengan IMT obesitas ini diperoleh hasil bahwa

kecendrungan terjadinya premenstrual syndrome berat pada responden

dengan IMT obesitas yaitu 14 responden (93,33%) . Hal ini diperkuat oleh

penelitian Bertone-Johnson et al (2001) bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT)

berkorelasi positif dengan gejala yang spesifik muncul pada wanita yang

mengalami premenstrual syndrome secara spesifik berupa

pembengkakan ekstremitas, nyeri punggung dan kram perut.

Hubungan kuat terjadi antara perubahan serum kolesterol dengan

perubahan berat badan sejak dewasa muda hingga usia pertengahan.

Setiap peningkatan 1 kg/m² IMT berhubungan dengan peningkatan

kolesterol total plasma sebesar 7,7 mg/dl dan penurunan tingkat HDL

sebesar 0,8 mg/dl. Studi-studi tentang metabolisme telah

mendokumentasikan bahwa obesitas menghasilkan peningkatan angka

sintesis kolesterol endogen yaitu 20 mg setiap hari untuk kilogram

kelebihan berat badan (Denke, 2006)

Page 7: BAB IV

63

Etiologi dari sindrom ini bersifat multifactor, beberapa teori

mengemukakan bahwa premenstrual syndrom merupakan efek dari

gangguan hormonal, kekurangan kalsium, magnesium ,piridoksin, alkohol

gangguan toleransi glukosa serta adanya obesitas.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa fluktuasi kadar estrogen dan

progesteron terhadap timbulnya PMS, obesitas dapat mengubah fungsi

neurotransmitter melalui efeknya pada estrogen dan progesteron. Pada

beberapa studi, premenstrual syndrome telah menunjukkan kelainan

serotonin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan sistem lain. Estrogen

meningkatkan sintesa, transportasi dan responsif postsinapstik dengan

demikian disimpulkan bahwa estradiol memiliki kontribusi terhadap

adipositas yang dapat menyebabkan gangguan fungsi serotonin dan

memberikan kontribusi pada terjadinya PMS.

2. Hubungan lingkar pinggang dengan premenstrual syndrome

pada wanita usia subur.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ada hubungan antara

lingkar pinggang dengan derajat premenstrual syndrome pada wanita usia

subur dengan nilai OR = 5,444 (1,039 – 28,533).

Pengukuran lingkar pinggang juga dapat mengindikasikan

kuantitas lemak di perifer . Lingkar pinggang merupakan pengukur

distribusi lemak abdominal yang mempunyai hubungan erat dengan

Page 8: BAB IV

64

indeks massa tubuh (Bell et al., 2001). Sehingga kadar lemak yang

menjadi sumber pembuatan estrogen yang merupakan faktor penyebab

premenstrual syndrome pun dapat diprediksi melalui pengukuran lingkar

pinggang. Dalam sebuah penelitian tentang hubungan lingkar pinggang

dengan kadar lemak menunjukan terdapat hubungan positif terhadap

semua komponen (Fasli J et al, 2008).

Estrogen merupakan hormon steroid dengan 10 atom C dan

dibentuk terutama dari 17 – ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah

yang terpenting adalah estradiol (E2, Estron (E1), dan Estriol (E3). Secara

biologis , estradiol adalah yang paling aktif. Perbandingan khasiat biologis

dari ketiga hormon tersebut E2 : E1 : E3 = 10 : 5 : 1 . Potensi estradiol 12

kali potensi estron dan 8 kali estriol sehingga estradiol dianggap sebagai

estrogen utama (Speroff et al, 2005)

Selain di ovarium, estrogen juga disintesis di adrenal, plasenta,

testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat dalam jumlah kecil. Hal ini

menyebabkan wanita mempunyai kadar estrogen yang rendah setelah

menopause. Karena sel lemak juga dapat mensintesis estrogen dalam

jumlah sedikit, wanita gemuk yang memasuki menopause mungkin akan

mengalami beberapa keluhan seperti hot flashes dan osteoporosis, kedua

keluhan ini berhubungan dengan penurunan estrogen (Baziad, 2003) :

Speroff et al 2005

Page 9: BAB IV

65

Lemak intraabdominal dan lemak subkutan abdominal lebih memiliki

arti penting dibanding lemak subkutan yang ada di bokong dan ektremitas

bawah. Ini mungkin berkaitan dengan fakta bahwa adiposit intraabdominal

lebih bersifat lipolitik aktif daripada yang berasal dari simpanan lain.

Sebuat riset yang dilakukan di Universitas Birminghan, Inggris

menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang bukanlah bongkahan

lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat

mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah dan

kolesterol dalam darah (Flier, 2005). Menurut Ren J (2004) dalam Natasya

(2007) sel lemak ternyata dapat menghasilkan sitokin-sitokin yang

memiliki efek seperti organ endokrin. Beberapa diantaranya yaitu : leptin,

adiponektin, interleukin-6, resistin dan TNF-α. Sedangkan menurut

Sharma AM (2004) sel lemak viseral dilaporkan lebih banyak IL-6, TNF-α,

dan resistin sedangkan leptin dan adiponektin dihasilkan dalam jumlah

lebih sedikit.

Menurut Pittas AG (2004) dalam Natasya (2007) interleukin-6(IL-6)

adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak dimana peningkatan

kadarnya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah atau ukuran sel lemak. IL-

6 memiliki efek pro-inflamasi yang dapat dihubungkan dengan resistensi

insulin. Selain itu juga menurut Wiecek (2002) TNF-α juga merupakan

sitokin pro-inflamasi yang dipercaya turut berpartisipasi dalam

Page 10: BAB IV

66

menginduksi dan mempertahankan keadaan inflamasi subakut yang

berhubungan dengan obesitas.

Menurut Berrgren JR (2005) dalam Natasya (2007) resistin

merupakan hormon yang diekspresi dan disekresi oleh sel lemak. Resistin

diperkirakan memiliki peran dalam obesitas dan diabetes tetapi

patogenesisnya sampai sekarang masih belum jelas Kadar leptin dalam

serum berhubungan dengan ekspresi mRNA leptin pada sel lemak dan

kadar trigliserida dalam sel tersebut. Tempat kerja leptin yang penting di

hipotalamus, dimana leptin bekerja sebagai regulator pemasukan dan

pengeluaran energi serta memiliki peran dalam beberapa aksis

neuroendokrin. Ada beberapa efek menonjol dari leptin yaitu menurunkan

sintesis lemak, menurunkan sintesis trigliserida dan meningkatkan

oksidasi asam lemak sehingga bisa meningkatkan sensitivitas insulin.

Perempuan dengan kadar lemak berlebihan, 4 -5 kali lebih sering

terjadi gangguan fungsi ovarium. Pada perempuan gemuk terjadi

kelebihan androgen dan kelebihan estrogen terutama estron. Pada

perempuan gemuk didapatkan keadaan hormonal sebagai berikut :

produksi androgen suprarenal meningkat, peningkatan pengeluaran 17-

ketosteroid dan 17-hidroksisteroid, kadar plasma testosteron meningkat,

kadar plasma androstenadion meningkat, rasio estron/estradiol 2,5, kadar

sex hormon binding globulin (SHBG) rendah (Baziad, 2003).

Page 11: BAB IV

67

Sintesis hormons steroid dimulai dari perkembangan fulikel

ovarium, hormon folikel stimulating hormon (FSH) akan merangsang

perkembangan folikel primordial yang selanjutnya akan membentuk

hormon steroid. Sumber pembuatan hormon steroid adalah kolesterol

yang berasal dari diet yang dibawa low density lipoprotein (LDL) dalam

pembuluh darahm kolesterol yang dibuat oleh sel-sel endokrin, dan sel-sel

yang disimpan dalam endokrin (Herslagh A, 1998). Sehingga dengan

rendahnya kolesterol dalam tubuh yang diindikasikan dengan kuantitas

lingkar pinggang akan menyebabkan rendahnya kadar hormon steroid

termasuk kadar estrogen progesteron sebagai penyebab munculnya

premenstrual syndrome, demikian juga sebaliknya. Dari tabel 4.2 terlihat

bahwa wanita usia subur yang memiliki lingkar pinggang lebih dan

mengalami premenstrual syndrome derajat berat yaitu sebanyak 14

responden (82,35%). Dalam penelitian oleh Mayes dan Watson 2004

dilaporkan bahwa semakin besar lingkar pinggang seorang wanita,

ternyata semakin tinggi kadar hormon estrogen dalam tubuh.

Ketidakseimbangan kadar estrogen ini yang menyebabkan premenstrual

syndrome (Suparman, 2011).

3. Hubungan kadar HDL serum dengan derajat premenstrual

syndrome pada wanita usia subur.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat adanya hubungan antara kadar

HDL dengan derajat premenstrual syndrome pada wanita usia subur

Page 12: BAB IV

68

dengan nilai OR = 9,333 (1,511 – 57,654). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Susan Thys et al (2005) terhadap 890 responden wanita berusia 18 –

45 tahun di Tristate New York diperoleh hasil bahwa ada pengaruh

pemberian estradiol selama fase luteal terhadap beratnya premenstrual

syndrome. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mumford ,et al

(2005) terhadap 259 wanita usia subur bahwa pada fase luteal terdapat

peningkatan kadar HDL serum dibandingkan pada fase folikuler siklus

menstruasi serta terdapat korelasi positif antara estradiol dengan HDL.

Dalam penelitian yang melibatkan 30 responden wanita usia subur ini

bila ditinjau dari umur berada pada rentang usia 18 – 30 tahun, dan

sebagian besar memilki kadar HDL tinggi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Kwiterovich, 1996 bahwa faktor usia sangat mempengaruhi

kadar HDL seseorang. Rentang usia muda cenderung memilki kadar profil

HDL yang tinggi dibanding mereka yang berusia tua. Mekanisme yang

mendasari hal ini adalah adanya faktor hormon dalam hal ini hormon

estrogen dan progesteron.

Menurut Setyowati (2006) faktor hormonal merupakan faktor dominan

penyebab premenstrual syndrome yaitu ketidakseimbangan kadar

estrogen. Disekitar masa subur, fluktuasi kadar kolesterol paling tampak.

Tepat pada puncak masa subur (fase ovulasi), kadar HDL (kolesterol baik)

akan melonjak dibandingkan pada fase yang lain. Fase tersebut

Page 13: BAB IV

69

merupakan puncak kenaikan hormon esterogen dan perlahan akan

menurun sesaat fase luteal dimulai.

Reader at al (1997) Fase luteal ditandai dengan berkurangnya

produksi estrogen oleh ovarium dan peningkatan produksi progesteron

oleh corpus luteum yang mencapai puncaknya pada pertengahan fase

luteal , kadar LH dan FSH kembali rendah. Premenstrual syndrome terjadi

akibat dari ketidakseimbangan kadar estrogen progesteron, lebih lanjut

Lam (2002) mengemukakan bahwa dominasi hormon estrogen terjadi bila

rasio hormon progesteron terhadap estradiol serum kurang dari 22:1 pada

fase proliferasi dan kurang dari 30 : 1 pada fase luteal.

Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa responden dengan

kadar serum HDL tinggi yaitu 16 responden, 14 responden (87,5%)

mengalami premenstrual Syndrome berat. Hal ini membuktikan bahwa

peningkatan kadar HDL serum pada fase luteal siklus menstruasi

berpontensi untuk memperberat premenstrual Syndrome.

Etrogen merupakan hormon steroid derivat kolesterol yang

disintesis di ovarium. Kolesterol disintesis didalam kelenjar atau diambil

dari plasma. Kajian dengan sel-sel adrenal menunjukkan bahwa HDL

adalah komponen plasma yang memberikan kolesterol pada kelenjar. Bila

tidak segera digunakan untuk sintesa hormon steroid, kolesterol disimpan

di dalam kelenjar sebagai ester kolesterol (Montsgomery R, 1992)

Page 14: BAB IV

70

Thys Jacob dkk (2008), estrogen berperan penting terhadap

munculnya Premenstrual syndrome dalam hal ini estrogen mempengaruhi

regulasi secara luas didaerah otak dengan memodulasi metabolisme

monoamine dan jalur neuropeptida sehingga mempengaruhi mekanisme

yang terlibat dalam gangguan mood dan afektif yang kebanyakan muncul

pada wanita yang mengalami Premenstrual syndrome. Estrogen eksogen

telah terbukti mempengaruhi profil lipid yang mengarah pada hipotesa

bahwa estrogen endogen memiliki efek yang sama.

4. Hubungan kadar LDL serum dengan derajat premenstrual

syndrome pada wanita usia subur.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan

antara kadar LDL serum dengan derajat premenstrual syndrome pada

wanita usia subur dengan nilai OR = 9,000 (0,954 – 84,899). Penelitian

Mumford ,et al (2005) tentang hubungan antara estrogen endogen dengan

lipoprotein menemukan bahwa kadar LDL serum selama fase luteal lebih

rendah dibanding fase lainnya dalam siklus menstruasi dan memiliki

korelasi negatif terhadap peningkatan estradiol . Lebih lanjut dikemukakan

bahwa estrogen endogen memiliki efek yang sangat cepat terhadap

peningkatan kadar HDL tetapi tidak demikian halnya dengan kadar LDL.

Disekitar masa subur (fase ovulasi), fluktuasi kadar kolesterol

paling tampak.. Dimulai pada fase tersebut, kadar LDL (kolesterol jahat),

trigliserida dan kolesterol total mengalami penurunan dan mencapai titik

Page 15: BAB IV

71

terendah sesaat menjelang menstruasi (Rosdiana R, 2012). Pada fase

luteal Sindrom Premenstruasi mempengaruhi proses perilaku dan memori

penemuan ini mengkonfirmasi peran yang penting dari steroid sebagai

etiologi Sindrom Premenstruasi.

Dari penelitian untuk melihat hubungan kadar LDL serum dengan

premenstrual

syndrome yang dilakukan pada 30 responden ini diperoleh hasil bahwa

dari 11 responden dengan kadar LDL serum tinggi terdapat 10 responden

(90,09%) mengalami premenstrual syndrome berat. Hal ini

menggambarkan bahwa semakin tinggi kadar LDL serum maka derajat

premenstrual syndrome semakin berat.

LDL bersirkulasi dalam tubuh dan dibawa ke sel otot, lemak dan

sel-sel lainnya. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati, karena

sebagian reseptor LDL terdapat didalam hati. LDL disebut juga kolesterol

jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan kolesterol dalam arteri

(Sunita Almatsier, 2004)

Dalam penelitian Lejla Mezalic, et al, menemukan bahwa semakin

tinggi kadar estradiol maka kadar VLDL serum semakin menurun. Dengan

kata lain terdapat korelasi negatif antara kadar estradiol dengan kadar

LDL serum.

Page 16: BAB IV

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Wanita usia subur yang memiliki IMT obesitas memiliki resiko 21 kali

(2,155 – 204,614) mengalami derajat premenstrual berat.

2. Wanita usia subur yang memiliki lingkar pinggang lebih memiliki resiko

5 kali (1,039 – 28,533) mengalami derajat premenstrual syndrome

berat.

3. Wanita usia subur yang memiliki kadar HDL serum tinggi beresiko 9

kali (1,511 – 57,654) mengalami derajat premenstrual syndrome berat.

4. Wanita usia subur yang memiliki kadar LDL serum tinggi tidak beresiko

mengalami derajat premenstrual syndrome berat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukan beberapa saran sebagai

berikut :

1. Pentingnya upaya pengelolaan terhadap premenstrual syndrome pada

wanita usia subur baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis

Page 17: BAB IV

73

2. Diperlukan upaya pengaturan diet jenis dan pola asupan makanan

secara proporsional untuk memperoleh berat badan ideal sehingga

dapat membantu meringankan derajat premenstrual syndrome.

3. Pengaturan latihan aktivitas fisik yang berdampak pada pengaturan

jumlah lemak dalam tubuh khususnya lemak intabadominal sehingga

akan berdampak positif terhadap produksi estrogen progesteron pada

premenstrual syndrome.

4. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kadar estrogen

progesteron dalam darah selama fase luteal siklus menstruasi pada

wanita usia subur yang mengalami premenstrual syndrome.

Page 18: BAB IV

74