BAB IV
-
Upload
indraqueen93 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
4
description
Transcript of BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
(BLUD-RSUD) Ende merupakan rumah sakit tipe C milik Pemerintah
Kabupaten Ende. Rumah sakit ini memiliki Visi dan Misi BLUD-RSUD
Ende adalah :
a. Visi BLUD-RSUD Ende yaitu :
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Dan Pendidikan Terbaik Di Flores”
b. Misi BLUD-RSUD-Ende adalah :
1) Meningkatkan kualitas pelayanan yang terjangkau oleh
masyarakat yang dilandasi etik profesi.
2) 2) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan.
3) 3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana.
4) 4) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
BLUD RSUD Ende memiliki Moto yakni : ”Fonga Sama Melayani
Dengan Hati Dan Senyum”.
RSUD Ende memiliki luas tanah sebesar 40.314 m dengan batas
wilayah :
a. Sebelah Utara : Jalan Sam Ratulangi
b. Sebelah Timur : Pemukiman penduduk
c. Sebelah Selatan : Jalan Prof.Dr.WZ Yohanes
d. Sebelah Barat : Selokan
Rumah Sakit Umum Daerah Ende ini mempunyai kapasitas 115
TT yang pada tahun 2013 bertambah menjadi 145 TT, terdiri dari Ruang
Penyakit Dalam (RPD) 36 TT, Ruang Perawatan Bedah (RPD) 16 TT,
Ruang Perawatan Anak (RPA) 22 TT, Ruang Kebidanan dan
Kandungan (RKK) 26 TT, Ruang Intensif Care Unit (ICU) 7 TT,
Ruang Perinatal 20 TT dan Ruang Paviliun 7 TT dengan alokasi tiap
kelasnya sebagai berikut Kelas I 27 TT, Kelas II 22 TT, Kelas III 71 TT,
VIP 14 TT dan Paviliun 7 TT. Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit Umum Daerah Ende mempunyai 1 (satu) Ruang Rawat Inap yang
khusus merawat pasien dengan penyakit menular dengan alokasi 7 TT.
Sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan, BLUD-RSUD
Ende telah melengkapi diri dengan berbagai fasilitas pelayanan seperti
Rawat Inap, Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Ruang Bersalin,
Instalasi Bedah Sentral, Unit Penunjang Medis Dan Penunjang Non
Medis. Instalasi Rawat Jalan terdiri dari Poli Penyakit Dalam, Poli
Bedah, Poli Kandungan, Poli Anak, Poli Mata, Poli Gigi dan Fisioterapi.
Tahun 2009 sampai dengan sekarang ini BLUD-RSUD Ende
melengkapi pelayanan kesehatan dengan dibangunnya Bank Darah RS,
Klinik VCT, Poli Tumbuh Kembang Anak, Ruang Konsultasi Gizi Dan
Pojok Laktasi.
Unit Penunjang Medis terdiri dari Farmasi, Radiologi,
Laboratorium, Elektromedis dan Fisioterapi, sedangkan Unit Penunjang
Non Medis terdiri Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah
Sakit, Unit Catatan Medik, Instalasi Kamar Jenazah dan Central
Oxygen.
Tugas pokok RSUD Ende yaitu melaksanakan pelayanan
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan
upaya penyembuhan,pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan
upaya rujukan.
Fungsi RSUD Ende yaitu menyelenggarakan pelayanan medis,
menyelenggarkan pelayanan penunjang medis dan non medis,
menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan, menyelenggarkan
pendidikan dan latihan, menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan, menyelenggarkan administrasi umum dan keuangan.
RSUD Ende memiliki 403 orang ketenagaan, yang terdiri dari
278 orang tenaga kesehatan medis dan 125 orang tenaga kesehatan
non medis. 278 orang Tenaga kesehatan medis tersebut terdiri dari 5
orang tenaga dokter spesialis, 14 orang tenaga dokter umum, 1 orang
dokter gigi serta 184 orang tenaga keperawatan, 4 orang tenaga
pembantu perawat, 16 orang tenaga farmasi, 2 orang tenaga kesehatan
lingkungan, 2 orang tenaga gizi, 4 orang tenaga fisioterapi serta 46
orang tenaga teknis medis. Sedangkan 125 orang tenaga non medis
tersebut terdiri dari 21 orang tenaga non keperawatan, 49 orang tenaga
SMU, 16 orang tenaga SLTA dan SD serta 39 orang cleaning service.
2. Karakteristik Responden
a. Data Demografi
Sumber : Data Sekunder 2015
Gambar 4.1 Distribusi faktor usia yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di Ruangan Bersalin RSUD Ende
Gambar di atas menunjukan sebagian besar usia ibu yang
mengalami kejadian persalinan prematur adalah antara 25-30 tahun
yaitu102 orang, kurang dari 20 tahun 12 orang dan lebih dari 35
tahun 33 orang.
12 Orang (8.16%)
102 Oran g (69.4%)
33 Orang (22.4%)
Usia
< 20 Tahun25-30 Tahun> 35 Tahun
b. Variabel Penelitian
Sumber : Data Sekunder 2015
Gambar 4.2 Distribusi faktor paritas yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di Ruangan Bersalin RSUD Ende
Gambar di atas menunjukan sebagian besar ibu yang mengalami
persalinan preterm adalah ibu dengan kelahiran pertama atau
primipara yaitu 106 orang ibu dan sebagian kecil adalah ibu dengan
kelahiran lebih dari satu atau multipara yaitu 41 orang ibu.
17 Kasus (75%)
24 Kasus (25%)
Jarak Kelahiran
> 2 Tahun
< 2 Tahun
Primipara Multipara0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
106 Ke-jadian
(72.10%)
41 Kejadian (27.90%)
Series 1
Paritas
Sumber : Data Sekunder 2015
Gambar 4.3 Distribusi faktor jarak kelahiran yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di Ruangan Bersalin RSUD Ende
Gambar 4.3 menunjukan dari 41 orang ibu yang mengalami
persalinan preterm dengan kelahiran lebih dari satu, 24 orang ibu
memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan kelahiran
sebelumnya dan 17 orang ibu memiliki jarak kelahiran lebih dari 2
tahun dengan kelahiran sebelumnya.
Sumber : Data Sekunder 2015
Gambar 4.4 Distribusi faktor penyakit kehamilan yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di Ruangan Bersalin RSUD Ende
Gambar di atas menunjukan dari 147 orang ibu yang mengalami
persalinan preterm, 40 orang ibu (27.20%) mengalami anemia, 46
orang ibu (31%) mengalami PEB, 43 orang ibu (29.20%)
mengalami KPD, dan 18 orang ibu (12.20%) tidak mengalami
penyakit kehamilan.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00% 40 Orang (27.20%)
46 Orang (31%)
43 Orang (29.20%)
18 Orang (12.20%)
Penyakit Kehamilan
B. Pembahasan
Penelitian dilakukan pada tanggal …. Ruangan Bersalin RSUD
Ende, dengan mengambil data dari buku register Ruangan Bersalin RSUD
Ende. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian persalinan preterm di Ruang Bersalin di RSUD
Ende. Hasil Penelitian menunjukkan dari januari 2013-juli 2015 terdapat
147 orang ibu dengan kejadian persalianan preterm dan dari 147 orang ibu
tersebut sebagian besar berusia antara 20-35 tahun yaitu 102 orang,
berusia kurang dari 20 tahun berjumlah 12 orang dan yang berusia lebih
dari 35 tahun berjumlah 33 orang. Dari hasil penelitian ini terdapat ibu
dengan usia yang tidak ideal untuk melahirkan (kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun) yaitu total 45 orang. Hal ini sejalan dengan pendapat
Suririnah (2008) yang menyatakan bahwa, persalinan preterm meningkat
pada usia ibu < 20 dan > 35 tahun, ini disebabkan karena pada < 20 tahun
alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Sedangkan
pada umur > 35 tahun juga dapat menyebabkan persalinan preterm karena
umur ibu yang sudah resiko tinggi. Meskipun jumlah ibu dengan kelahiran
prematur yang berusia tidak ideal untuk melahirkan jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan yang berusia ideal, namun ini tetap akan menjadi
masalah, karena memiliki pengaruh terhadap kejadian persalainan preterm,
sehingga perlu ditingkatkan penyuluhan oleh tenaga kesehatan mengenai
usia yang tepat bagi seorang wanita untuk melahirkan, sehingga angka
kejadian persalinan preterm dan akibat-akibat lain dari melahirkan pada
usia yang tidak ideal dapat ditekan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
yang mengalami persalinan preterm adalah ibu dengan kelahiran pertama
atau primipara yaitu 106 orang ibu dan sebagian kecil adalah ibu dengan
kelahiran lebih dari satu atau multipara yaitu 41 orang ibu. Menurut
Depkes RI (2004) menyatakan bahwa, resiko kesehatan ibu dan anak
meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan
dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul karena
ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir
baru akan dicoba dilalui janin. Sebaliknya jika terlalu sering melahirkan
rahim akan menjadi semakin lemah karena jaringan parut uterus akibat
kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnya
persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah
yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan
janin terganggu Hal tersebut akan meningkatkan resiko terjadinya
persalinan preterm. Oleh karena itu perlu ditingkatkan pemberian
informasi oleh tenaga kesehatan terhadap keluarga mengenai persalinan,
dan dampak-dampak yang bisa timbul dari persalinan yang terlalu sering,
sehingga dapat membantu keluarga untuk merencanakan dan
mempersiapkan persalinan dengan matang. sehingga dapat menghindarkan
resiko yang mungkin terjadi apabila tidak dipersiapkan dan direncanakan
dengan baik, salah satunya yaitu persalinan preterm.
Dari hasil penelitian menunjukkan dari 41 orang ibu yang
mengalami persalinan preterm dengan kelahiran lebih dari satu, 24 orang
ibu memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan kelahiran
sebelumnya dan 17 orang ibu memiliki jarak kelahiran lebih dari 2 tahun
dengan kelahiran sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Setianingrum (2005) yang menyatakan bahwa Jarak kelahiran yang pendek
akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan. Hal ini merupakan salah satu faktor
penyebab persalinan sebelum waktu yang ditentukan (prematur)
kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan, bahwa risiko
proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2
tahun. Jarak kelahiran yang pendek (kurang dari 2 tahun) merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm sehingga
perlu ditingkatkan pengetahuan masyarakat khususnya keluarga mengenai
jarak kelahiran yang ideal, sehingga resiko terjadinya persalinan preterm
dapat dikurangi.
Dari hasil penelitian menunjukkan dari 147 orang ibu yang
mengalami persalinan preterm, 40 orang ibu (27.20%) mengalami anemia,
46 orang ibu (31%) mengalami PEB, 43 orang ibu (29.20%) mengalami
KPD, dan 18 orang ibu (12.20%) tidak mengalami penyakit kehamilan.
Dari hasil penelitian ini 40 orang ibu dengan persalinan preterm
mengalami anemia, hal ini sejalan dengan penapat Mochtar (2007) yang
menyatakan bahwa, Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari
jumlah persediaan besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Selama
masih mempunyai cukup persediaan besi Hb tidak akan turun dan jika
persediaan ini habis Hb akan turun ini terjadi pada bulan ke 5 - 6
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi, anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, bila terjadi anemia
pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah terjadinya prematur, cacat
bawaan, cadangan besi kurang, kematian janin dalam kandungan,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini dan mudah terjadi infeksi. Dari
penelitian ini juga diketahui terdapat 46 orang ibu lainnya dengan
persalinan preterm mengalami PEB. Hal ini sejalan dengan pendapat
Cuningham (2004) yang menyatakan bahwa, preeklamsi adalah sindrom
spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme
dan aktivasi indotel. Eklamsi adalah terjadinya kejang pada wanita dengan
preeklamsi yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Keadaan ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas janin karena terjadi
penurunan aliran darah ke plasenta menyebabkan janin kekurangan nutrisi
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin, dan resiko terjadinya partus
prematurus. Dari hasil penelitian ini juga diketahui terdapat 43 orang ibu
dengan persalinan preterm yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
Hal ini sejalan dengan pendapat Krisnadi dkk (2009) yang menyatakan
bahwa, Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya ketuban
sebelum persalinan. Salah satu komplikasi dari KPD adalah meningkatkan
resiko prematuritas dan komplikasi perinatal serta neonatal, termasuk 1-2%
risiko kematian janin. KPD juga menyebabkan oligohidromnion yang akan
menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada janin dan
membuat nutrisi ke janin berkurang serta pertumbuhannya terganggu . dari
penelitian ini dapat dilihat bahwa, terdapat beberapa penyakit kehamilan
seperti anemia, PEB, dan KPD yang memepengaruhi terjadinya persalinan
preterm, oleh karena itu dianjurkan kepada ibu hamil dan keluarga agar
rajin mengontrol ke puskesmas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sehingga resiko terkena penyakit-penyakit dan gangguan kehamilan
lainnya dapat dihindari, dan resiko terjadinya partus premature juga dapat
dikurangi.
C. Kelemahan Penelitian
Adapun kelemahan dalam penelitian ini meliputi
1. Kemampuan peneliti yang masih dalam taraf pemula dan penguasaan
peneliti terhadap riset masih sangat minim, sehinggga hasil penelitian
ini masih kurang sempurna
2. Checklist tidak diuji coba sehingga hasilnya kurang maksimal.
3. Data yang diambil sangat terbatas karena data tersebut adalah data
sekunder yang berasal dari buku register ruangan, bukan data yang
primer yang langsung diambil dari responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai studi dokumentasi factor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm di Ruang Bersalin
RSUD Ende yang dilaksanakan pada tanggal………….. terhadap 147
responden diperoleh hasil bahwa :
1. Dilihat dari faktor usia diketahui bahwa sebagian besar usia ibu yang
mengalami kejadian persalinan prematur adalah antara 25-30 tahun
yaitu 102 orang, kurang dari 20 tahun 12 orang dan lebih dari 35 tahun
33 orang.
2. Dilihat dari faktor paritas diketahui bahwa sebagian besar ibu yang
mengalami persalinan preterm adalah ibu dengan kelahiran pertama atau
primipara yaitu 106 orang ibu dan sebagian kecil adalah ibu dengan
kelahiran lebih dari satu atau multipara yaitu 41 orang ibu.
3. Dilihat dari faktor jarak kelahiran diketahui bahwa dari 41 orang ibu
yang mengalami persalinan preterm dengan kelahiran lebih dari satu, 24
orang ibu memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan kelahiran
sebelumnya dan 17 orang ibu memiliki jarak kelahiran lebih dari 2
tahun dengan kelahiran sebelumnya.
4. Dilihat dari penyakit kehamilan diketahui bahwa dari 147 orang ibu
yang mengalami persalinan preterm, 40 orang ibu (27.20%) mengalami
anemia, 46 orang ibu (31%) mengalami PEB, 43 orang ibu (29.20%)
mengalami KPD, dan 18 orang ibu (12.20%) tidak mengalami penyakit
kehamilan.
B. Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Agar selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga dapat
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin dengan baik dan
mencegah faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
2. Bagi RSUD
Agar meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil dan janin secara
optimal sehingga memberikan kepuasan dan keikutsertaan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar lebih meningkatkan pemberian informasi kesehatan melalui
penyuluhan-penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat khususnya
dalam hal ini bagi ibu hamil dan keluarga sehingga dapat merencanakan
kehamilan dan persalinan dengan baik.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan uji coba checklist untuk mendapatkan data yang lebih
akurat, rehabilitas dan dapat dipercaya dan perlu memperbanyak sampel
sehingga mewakili semua data yang diteliti.