BAB IV

16
BAB IV PEMBAHASAN Pada praktikum Makropaleontologi acara ini dilakukan pengamatan fosil-fosil Coelenterata. Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada porifera. Namun, ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah. Namanya diambil dari rongga yang berfungsi sebagai usus yakni solenteron. Jadi hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya. Coelentearata mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga gastrovaskuler. Simetri tubuhnya radial dan terdapat tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Pada praktikum kali ini, pada acara Coelentearata mengamati 3 jenis fosil, dan didapatkan hasil sebagai berikut : 4.1 Fosil Peraga Nomor F-93 Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini mencerminkan kondisi fosil saat 11

description

jul

Transcript of BAB IV

BAB IVPEMBAHASAN

Pada praktikum Makropaleontologi acara ini dilakukan pengamatan fosil-fosil Coelenterata. Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada porifera. Namun, ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah. Namanya diambil dari rongga yang berfungsi sebagai usus yakni solenteron. Jadi hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya. Coelentearata mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga gastrovaskuler. Simetri tubuhnya radial dan terdapat tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga). Pada praktikum kali ini, pada acara Coelentearata mengamati 3 jenis fosil, dan didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 Fosil Peraga Nomor F-93Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil ini terbentuk.Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa.Fosil ini memiliki septa berjumlah 6 sehingga digolongkan dalam hexacoral. Septa dari fosil ini tidak terlalu besar berukuran sekitar 5mm saja. Hewan ini memiliki septa yang berkumpul (septum) dan juga terdapat rangka luar gampingan yang disebut corallum dimana hewan ini hidup secara berkoloni sehingga coralite akan berkumpul membenttuk corallum ini. Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya tinggal di dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas coralite. Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya rhizangiidae. Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan Septastrea sp.Bentuk dasar dari hewan Septastrea sp ini dinamakan polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme. Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal, Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada kala Miocene pliocene. Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

4.2 Fosil Peraga Nomor F-10AFosil ini memiliki warna putih, warna putih ini mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan. Selain itu karena adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil ini terbentuk.Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.Pada fosil ini memiliki bagian tubuh berupa calix adalah tempat dimana dulu tempat hidup bagian lunak hewan tersebut. Selain hewan ini tidak ditemukan terdapatnya septa yaitu dinding yang membatasi coralite. Tetapi pada fosil ini masih terdapat corallum yaitu kumpulan coralite yang menjadi satu. Bagian percabangan yang utamanya memiliki diameter yang lebih besar. Pada fosil ini nampak arah calyx menuju diameter tabung coral. Hewan ini hidup secara polip yang berarti hidupnya secara berkoloni dengan membentuk suatu kelompok secara bersama-sama di komunitasnya. Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya stylinidae. Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan Heimesiastraea.Bentuk dasar dari hewan Heimesiastraea ini dinamakan polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme.Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal, Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada zaman Ordocivician - Permian.Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

4.3 Fosil Peraga Nomor MK-10Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil ini terbentuk.Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa. Fosil ini memiliki septa berjumlah 6 sehingga digolongkan dalam hexacoral. Septa dari fosil ini tidak terlalu besar berukuran sekitar 3mm saja. Hewan ini memiliki septa yang berkumpul (septum) dan juga terdapat rangka luar gampingan yang disebut corallum dimana hewan ini hidup secara berkoloni sehingga coralite akan berkumpul membenttuk corallum ini. Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya tinggal di dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas coralite. Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya rhizangiidae. Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan Septastrea sp. Bentuk dasar dari hewan Septastrea sp ini dinamakan polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme. Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal, Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada kala Miocene pliocene. Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

4.4 Fosil Peraga Nomor PF-61Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil ini terbentuk. Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa. Hewan ini memiliki calyx berbentuk bulat yang merupakan modifikasi dari hexacoral, terdapat calyx dengan diameter lebih besar. Calyx ini memiliki arah ke pusat sehingga koral ini terlihat membulat di luar. Hewan ini memiliki septa yang berkumpul (septum) dan juga terdapat rangka luar gampingan yang disebut corallum dimana hewan ini hidup secara berkoloni sehingga coralite akan berkumpul membenttuk corallum ini. Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya tinggal di dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas coralite. Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya pocilloporidae. Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan Astroccenia. Bentuk dasar dari hewan Astroccenia ini dinamakan polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme. Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal, Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada zaman Mesozoik - Kenozoik. Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan Pada peraga nomor F-93 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan family rhizangiidae. Memiliki septa simetri enam yang disebut hexacoral. Hewan ini dinamakan Septastrea sp, hidup di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Miocene Pliocene. Pada peraga nomor F-10A termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan family stylinidae. Memiliki septa yang bulat disebut tabulata. Hewan ini dinamakan Heimesiastraea, hidup di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Ordovician Permian Pada peraga nomor MK-10 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan rhizangiidae. Memiliki septa simetri enam yang disebut hexacoral. Hewan ini dinamakan Septastrea sp, hidup di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Miocene Pliocene. Pada peraga nomor PF-61 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan pocilloporidae. Memiliki morfologi tubuh berupa septa, calyx dan corallum. Hewan ini dinamakan Astroccenia, hidup di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Mesozoik Kenozoik.

5.2 Saran Agar peraga di lab diperbanyak lagi untuk menambah variasi dan pengetahuan Agar asisten mendampingi ketika praktikum Agar format laporan diberikan lebih cepat dan jelas

DAFTAR PUSTAKA

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=511333 (Diakses pada hari Selasa, 4 Desember 2012 pukul 23.53 WIB)http://connect.umpi.maine.edu/~kevin.mccartney/paleolb5.htm (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 00.07 WIB)http://www.mineralexpo.hr/fosili%202.htm (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 00.20 WIB)http://www.ucmp.berkeley.edu/cnidaria/anthozoamm.html (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 00.53 WIB)http://biologigonz.blogspot.com/2010/05/hcfkufukgilhokj.html (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 03.40 WIB)http://en.wikipedia.org/wiki/Anthozoa (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 14.58 WIB)http://en.wikipedia.org/wiki/Scleractinia (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012 pukul 15.28 WIB)11