BAB IV

22
48 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kabupaten Tana Toraja 1. Letak Geografis dan Batas wilayah Daerah kabupaten Tana Toraja terletak antara 119º 30’ - 120º10’ Bujur Timur serta memanjang dari utara ke selatan di antara 2º 20’ - 3º 30 Lintang Selatan. Batas wilayah kabupaten Tana Toraja adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kabupaten Toraja Utara & Kabupaten Mamuju b. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu c. Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang d. Sebelah Barat : Kabupaten Mamasa provinsi Sulawesi Barat 2. Luas Wilayah Luas wilayah kabupaten Tana Toraja tercatat 2.054,30 km 2 yang meliputi 19 kecamatan. Kecamatan Malimbong Balepe dan kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2 kecamatan terluas dengan luas masing-masing 211,47 km 2 dan 206,76 km 2 atau total luas kedua kecamatan tersebut merupakan 20,35 % dari seluruh wilayah kabupaten Tana Toraja. Tabel 8. Jumlah Luas Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja No. Kecamatan Luas Daerah Luas Area (Km 2 ) Persentase (%) 1. Bonggakaradeng 206,76 10.06 2. Simbuang 194,82 9.48 3. Rano 89,43 4.35 4. Mappak 166,02 8.08 5. Mengkendek 196,74 9.58 6. Gandang Batu Sillanan 108,63 5.29 7. Sangalla 36,24 1.76 8. Sangalla Selatan 47,80 2.33 9. Sangalla Utara 27,96 1.36 10. Makale 39,75 1.93

description

Gambaran Umum

Transcript of BAB IV

  • 48

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM

    A. Kabupaten Tana Toraja

    1. Letak Geografis dan Batas wilayah

    Daerah kabupaten Tana Toraja terletak antara 119 30 - 12010

    Bujur Timur serta memanjang dari utara ke selatan di antara 2 20 -

    3 30 Lintang Selatan. Batas wilayah kabupaten Tana Toraja adalah

    sebagai berikut:

    a. Sebelah Utara : Kabupaten Toraja Utara & Kabupaten Mamuju

    b. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu

    c. Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang

    d. Sebelah Barat : Kabupaten Mamasa provinsi Sulawesi Barat

    2. Luas Wilayah

    Luas wilayah kabupaten Tana Toraja tercatat 2.054,30 km2 yang

    meliputi 19 kecamatan. Kecamatan Malimbong Balepe dan

    kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2 kecamatan terluas

    dengan luas masing-masing 211,47 km2 dan 206,76 km2 atau total

    luas kedua kecamatan tersebut merupakan 20,35 % dari seluruh

    wilayah kabupaten Tana Toraja.

    Tabel 8. Jumlah Luas Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja

    No. Kecamatan

    Luas Daerah

    Luas Area (Km2)

    Persentase (%)

    1. Bonggakaradeng 206,76 10.06

    2. Simbuang 194,82 9.48

    3. Rano 89,43 4.35

    4. Mappak 166,02 8.08

    5. Mengkendek 196,74 9.58

    6. Gandang Batu Sillanan 108,63 5.29

    7. Sangalla 36,24 1.76

    8. Sangalla Selatan 47,80 2.33

    9. Sangalla Utara 27,96 1.36

    10. Makale 39,75 1.93

  • 49

    No. Kecamatan

    Luas Daerah

    Luas Area (Km2)

    Persentase (%)

    11. Makale Selatan 61,70 3.00

    12. Makale Utara 26,08 1.27

    13. Saluputti 87,54 4.26

    14. Bittuang 163,27 7.95

    15. Rembon 134,47 6.55

    16. Masanda 134,77 6.56

    17. Malimbong Balepe 211,47 10.29

    18. Rantetayo 60,35 2.94

    19. Kurra 60,50 2.94

    Jumlah 2.054,30 100.00

    Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013.

  • 50

    Gambar 8. Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja Sumber: Dinas Tata Ruang Kabupaten Tana Toraja, 2013

  • 51

    3. Topografi

    Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja merupakan dataran

    tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan dengan keadaan lerengnya

    curam yakni rata-rata kemiringannya diatas 25 %. Kabupaten Tana

    Toraja terdiri dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dan

    sungai dengan ketinggian yang berkisar antara 2.500 m

    diatas permukaan laut. Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja

    berada di Kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi

    berada di Kecamatan Bittuang, dengan rincian sebagai berikut :

    Tabel 9. Data Luas dan Ketinggian DPL serta proporsi kondisi Topografi Kabupaten Tana Toraja

    No. Luas Ketinggian Proporsi

    1. 5.063,79 Ha Pada ketinggian < 300 m 2,44 %

    2. 11.808,06 Ha Pada ketinggian 300 m 500 m 5,69 % 3. 72.888,59 Ha Pada ketinggian 500 m - 1000 m 35,12 %

    4. 69.342,94 Ha Pada ketinggian 1000 m 1500

    m 33,41 %

    5. 29.644,43 Ha Pada ketinggian 1500 m 2000

    m 14,28 %

    6. 17.565,65 Ha Pada ketinggian 2000 m 2500

    m 8,46 %

    7. 1.237,14 Ha Pada ketinggian diatas 2500 m 0,60 %

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Toraja 2013

    4. Aksesibilitas

    Dalam mendukung pengembangan Kabupaten Tana Toraja

    sebagai destinasi utama pariwisata di Sulawesi Selatan, diperlukan

    sarana aksesibiltas yang memadai untuk menunjang mobilitas

    penduduk setempat maupun pendatang. Sehubungan dengan hal

    tersebut, aksesibilitas daya jangkau Kabupaten Tana Toraja terhadap

    pusat-pusat kota di sekitarnya yaitu:

    a. Wilayah bagian utara menghubungkan Kabupaten Toraja Utara

    menuju Kota Palopo

    b. Wilayah bagian selatan menghubungkan wilayah Kabupaten

    Enrekang dan Kabupaten Pinrang menuju Kota Pare-Pare dan

    Makassar.

  • 52

    c. Wilayah bagian timur menghubungkan dengan wilayah Kabupaten

    Luwu.

    d. Wilayah bagian barat menghubungkan wilayah Kabupaten

    Mamasa (Provinsi Sulawesi Barat).

    5. Sosial Budaya Masyarakat

    Masyarakat Kabupaten Tana Toraja merupakan masyarakat

    yang berlatar belakang budaya suku Toraja. Meskipun sebagian besar

    masyarakat telah memeluk agama Kristen,namun berbagai tata adat

    kegiatan duka (rambu solo) maupun pengucapan syukur (rambu

    tuka) serta tatanan struktur sosial masyarakat masih berlandaskan

    pada ajaran agama setempat, yakni agama aluk todolo. Agama aluk

    todolo saat ini digolongkan dalam agama Hindu Dharma.

    6. Geologi dan Jenis Tanah

    Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak

    dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari gunung Latimojong yang

    mencakup luas wilayah sekitar 1.565,59 Ha, yang diantaranya 48,84

    % adalah jenis batuan soprin coklat kemerah-merahan. Jenis batuan

    di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada umumnya terdiri dari batuan

    soprin coklat kemerah-merahan dan soprin napalan abu-abu, batu

    gamping, batu pasir kwarsit, gradorir diorir. Kategori tanah yang

    terdapat di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil penelitian

    Lembaga Penelitian Tanah Bogor, terdiri atas bahan induk endapan

    liat atau marine dengan jenis tanah berupa :

    a. Alluvial kelabu yang sebagian besar terdapat pada daerah lembah

    dan tanah berbukit;

    b. Brown forest, mediteran, dan podsolit merah kuning terdapat pada

    daerah yang bergelombang dan pegunungan.

    7. Hidrologis

    Keadaan hidrologi di Kabupaten Tana Toraja dapat diamati

    dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang

    sebagian mengalir di permukaan (run off) dan sebagian lagi meresap

  • 53

    ke bumi dan sampai ke tempattempat yang dangkal, serta sebagian

    lagi mencapai tempat-tempat yang dalam, dimana sering

    dikategorikan sebagai air tanah.

    Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten

    Tana Toraja berasal dari sungai Sadan yang merupakan salah satu

    sungai terpanjang yang berada di Sulawesi Selatan serta beberapa

    sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut diantaranya sungai

    Maiting, sungai Saluputti, sungai Maulu, sungai Surame, sungai

    Sarambu yang pada umumnya bersumber dari mata air pegunungan.

    Untuk jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan

    pertanian, pariwisata (arung jeram) dan rumah tangga, sedangkan

    untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan

    kedalaman sekitar 10 15 meter dengan kualitas airnya cukup

    memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan

    oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan

    rumah tangga.

    8. Keadaan Iklim

    Kabupaten Tana Toraja termasuk daerah yang beriklim tropis

    basah, temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15C - 28C dengan

    kelembaban udara antara 82 86%, curah hujan rata-rata 1500

    mm/thn sampai lebih dari 3500 mm/tahun. Daerah Kabupaten Tana

    Toraja pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan

    curah hujan yakni

    a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret;

    b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai September.

    Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Tana Toraja adalah

    tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut

    dan bulan kering (100 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut. Hal ini

    sangat mendukung aktivitas masyarakat pada sektor agraris.

  • 54

    9. Hotel dan Pariwisata

    Pembangunan kepariwisataan ditunjukkan pada peningkatan

    kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang melibatkan

    berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu membuka

    lapangan kerja, meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan

    masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi negara.

    Jumlah wisatawan domestik di Kabupaten Tana Toraja pada

    tahun 2010 tercatat 12.631 dan meningkat menjadi 15.867 pada tahun

    2011 Jumlah wisatawan mancanegara menunjukan kecenderungan

    menurun tahun 2010 jumlah wisatawan manca Negara tercatat 5.627

    orang turun menjadi 3.624 orang pada tahun 2011.

    Jumlah akomodasi wisata pada tahun 2011 sebanyak 11 unit

    yang menyediakan 233 kamar dan 420 tempat tidur. Berikut tabel

    jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dan Jumlah

    akomodasi wisata di kabupaten Tana Toraja tahun 2007-2011

    Tabel 10. Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007-2011

    No. Tahun Domestik Mancanegara Jumlah

    1. 2007 13102 4686 17.788

    2. 2008 12041 3892 15.933

    3. 2009 5499 5603 11.102

    4. 2010 12631 5627 18.258

    5. 2011 15861 3674 19.535

    Sumber: Tana Toraja Dalam Angka 2013

  • 55

    Gambar 9. Grafik Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007-2011

    Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja

    Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa, jumlah kunjungan

    tertinggi terjadi di tahun 2011 dengan 19.535 pengunjung. Terjadi

    peningkatan kunjungan yang signifikan sebanyak 7.156 pengunjung

    di tahun 2010 dari tahun 2009 menjadi 18.258 jiwa.

    B. Tinjauan Rumusan Rencana Pariwisata Kabupaten Tana Toraja

    1. Visi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja

    Dalam mengarahkan dan mengembangkan pembangunan

    sektor pariwisata secara berkelanjutan agar dapat berkembang

    sesuai dengan potensi objek dan daya tarik yang dimiliki, maka

    dibutuhkan visi dan misi pengembangan. Dalam mengembangkan

    sektor pariwisata di Kabupaten Tana Toraja, maka visi yang diemban

    adalah Mewujudkan Tana Toraja Sebagai Tujuan Wisata Budaya

    dan Alam Unggulan Dikawanan Timur Indonesia Yang Berbasis

    Pada Ekologi menuju Terciptanya masyarakat Religius dan

    Sejahtera.

    17788

    15933

    11102

    1825819535

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    2007 2008 2009 2010 2011

    2007 2008 2009 2010 2011

  • 56

    2. Misi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja

    a. Mengembangkan pariwisata untuk memperoleh manfaat ekonomi

    dan sosial dari kegiatan pariwisata yang dikembangkan.

    b. Mendorong peningkatan kinerja pariwisata sebagai suatu industry

    untuk meningkatkan kesempatan berusaha, kesempatan kerja

    dan pariwisata dapat mendorong konservasi alam di lokasi objek

    dan daya tarik yang dikembangkan.

    c. Mendorong terciptanya suatu keseimbangan antara peningkatan

    pariwisata dengan kemampuan untuk mempertahankan

    kelestarian lingkungan hidup dan warisan budaya di daerah.

    d. Mendorong penciptaan iklim usaha yang dapat meningkatkan

    kesejahteraan dan memberdayakan masyarakat sekitar kawasan

    wisata.

    e. Melakukan penataan ruang yang mampu memberi peluang bagi

    terciptanya stuktur ekonomi yang kuat sehingga muncul

    interkonektisitas antara objek wisata sehingga menjadi embrio

    pengembangan dan pertumbuhan pariwisata.

    C. Gambaran Umum Kawasan Buntu Burake

    Kawasan Buntu Burake terletak di Kelurahan Buntu Burake,

    Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja. dengan jarak 2 Km

    menuju utara timur laut dari pusat kota Makale. Kawasan Buntu Burake

    merupakan kawasan pemukiman tradisional di pinggiran ibukota Makale

    dimana tatanan hidup masyarakat setempat masih berlandaskan pada

    adat istiadat leluhur. Kawasan Buntu Burake memiliki kondisi topografi

    yang berbukit dengan elevasi terendah : 750 mdpl dan elevasi tertinggi :

    1100 mdpl. Dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl, puncak kawasan

    Buntu Burake menawarkan panorama kota Makale yang indah.

    Pada awal sejarahnya, Kawasan Buntu Burake terdiri dari 3

    lingkungan yang menggabungkan diri menjadi satu kesatuan perang

    antar wilayah di toraja mewakili wilayah Puang Makale (Rante Allo).

  • 57

    Lingkungan tersebut terdiri dari Lingkungan Lea, Lingkungan Buisun dan

    Lingkungan Limbong. Kesatuan perang dari 3 lingkungan tersebut

    terkenal akan totalitas perangnya dengan mengikutsertakan kaum

    wanita. Strategi yang dipakai kemudian adalah kaum lelaki memakai

    pakaian layaknya wanita untuk memperdaya lawan yang akhirnya

    terbukti ampuh dalam peperangan. Pihak lawan akhirnya menjuluki

    kesatuan perang tersebut dengan julukan Burake sinonim dari Tala

    Bai, yang artinya lelaki yang bertingkah seperti wanita. Daerah 3

    lingkungan tersebut kemudian diberi nama Burake hingga saat ini.

    Pada masa lalu, kawasan Burake merupakan kawasan istimewa

    dengan gelar Tondok Tang Dipuangngi atau daerah yang tidak berada

    dalam pimpinan siapapun, walaupun secara administratif merupakan

    bagian dari daerah Puang Rante Allo. Hal ini disebabkan karena

    masyarakat Burake merupakan keturunan bangsawan dengan gelar To

    Makaka Labi, atau bangsawan yang berfungsi menghidupkan peran

    Puang. Masyarakat Burake tidak menuruti perintah dan tidak dapat

    dijadikan budak oleh Puang manapun.

    Pada masa invasi Kerajaan Bone, suku Toraja membentuk aliansi

    khusus dengan mengumpulkan 125 pejuang terhebat yang diberi gelar

    To Padatindo mewakili masing-masing wilayah. Wilayah Makale di

    bawah pimpinan Puang Rante Allo menunjuk 1 pejuang dari Burake yang

    diberi gelar Sundalla yang artinya menciptakan api. Nama Sundalla

    nantinya diabadikan pada puncak tertinggi Burake. Invasi Kerajaan Bone

    berhasil digagalkan oleh To Padatindo, sehingga dari kejadian tersebut

    suku Toraja akhirnya menyadari bahwa persatuan suku sangat

    diperlukan untuk mengalahkan kekuatan yang besar sekalipun. Dari

    sinilah terlahir semboyan suku Toraja Misa Kada Dipotuo Pantan Kada

    Dipomate.

    Pada zaman pendudukan Belanda di awal abad ke-20 tepatnya

    tahun 1913, Kawasan Buntu Burake memegang peranan penting

    sebagai tempat yang menjadi tonggak awal penyebaran agama Kristen

  • 58

    Protestan di Toraja. Hal ini ditandai dengan pembaptisan pertama 20

    pemuda Toraja pada 16 Maret 1913. Kemudian pada tahun 1915, di

    kawasan Buntu Burake didirikanlah gedung gereja pertama di Toraja

    sebagai bukti bahwa agama Kristiani dapat diterima dengan baik oleh

    masyarakat di Toraja.

    Gambar.10 Gereja Pertama di Toraja

    Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2015

    Pada tahun 2013, ditetapkan pembangunan Patung Kristus dengan

    tinggi 40 m di puncak Kawasan Buntu Burake diikuti dengan

    pembangunan anak tangga berjumlah 7.777 untuk mencapai puncak.

    Hal ini dilaksanakan pasca penetapan kawasan Buntu Burake sebagai

    kawasan wisata ziarah/ religi dalam Perda No. 12 Tahun 2011 pasal 33

    Tentang RTRW Kabupaten Tana Toraja.

    Gambar .11 Pembangunan & Desain Patung Kristus di Puncak Buntu

    Burake Sumber: RTBL Buntu Burake & Dokumentasi Penulis, 2015

  • 59

    Kawasan Buntu Burake memiliki kondisi topografi yang berbukit

    dengan elevasi terendah : 750 mdpl dan elevasi tertinggi : 1100 mdpl.

    Dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl, puncak kawasan Buntu Burake

    menawarkan panorama kota Makale yang indah.

    1. Letak Administratif dan Geografis

    Kawasan Buntu Burake terletak di Kabupaten Tana Toraja,

    Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif, keseluruhan

    wilayah kawasan Buntu Burake merupakan bagian dari wilayah

    pemerintahan Kelurahan Buntu Burake, Kecamatan Makale. Secara

    geografis, Kelurahan Buntu Burake terletak pada koordinat 3 5

    7.69- 3 6 13.09 S dan 119 51 17.74 - 119 52 42.39 E.

    Adapun batas-batas administrasi Kelurahan Buntu Burake,

    yaitu:

    Sebelah Utara : Kel. Pantan dan Kel. Lapandan

    Sebelah Selatan : Kel. Tondon Mamullu dan Kel. Ariang

    Sebelah Barat : Kel. Pantan dan Kel. Bombongan

    Sebelah Timur : Kel. Lea

  • 60

    Gambar 12. Peta Administrasi Kawasan Buntu Burake Sumber: Google Earth dan Analisis Penulis,2015

  • 61

    2. Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan di Kelurahan Buntu Burake meliputi

    penggunaan lahan untuk sawah, perkebunan, permukiman dan

    pekarangan, padang rumput/hutan dan peruntukan lainnya.Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada data yang tertera pada tabel berikut

    ini.

    Tabel 11. Penggunaan Lahan di Kelurahan Buntu Burake

    No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

    1. Sawah 26.36 8.97

    2. Perkebunan 12.2 4.15

    3. Permukiman & Pekarangan 28.02 9.53

    4. Padang Rumput/Hutan 216.75 73.47

    5. Lainnya 10.67 3.63

    Total Luas 294 100%

    Sumber : Hasil Digitasi Citra google earth, 2015

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengggunaan lahan di

    Kelurahan Buntu Burake didominasi oleh vegetasi liar berupa hutan

    rakyat dan padang rumput sebanyak 73.47%. Menyusul pemukiman

    sebanyak 9.53%. Penggunaan lahan lainnya berupa peruntukan lahan

    untuk perdagangan, sarana umum dan infrastruktur pendukung

    kawasan dengan Persentase luas sebanyak 3.63 %.

    3. Topografi

    Secara morfologi, kondisi topografi wilayah kelurahan Buntu

    burake merupakan dataran tinggi bukit karst yang memiliki ketinggian

    wilayah antara 750-1100 m dpl dengan kemiringan lereng bervariatif

    pada kisaran nilai antara 0-40 %.Di beberapa wilayah kemiringannya

    sangat curam > 40% berupa tebing karst yang dimanfaatkan sebagai

    kuburan batu.

  • 62

    Gambar 13. Peta Topografi Kawasan Buntu Burake Sumber: Dinas Tata Ruang Kabupaten Tana Toraja, 2014

  • 63

    4. Flora dan Fauna

    Kawasan Buntu Burake kaya akan vegetasi lokal seperti

    tanaman pangi atau kluwek yang menjadi bahan campuran masakan

    khas toraja, berbagai jenis anggrek di daerah bukit karst burake,

    pohon enau(ijuk) untuk disadap tuaknya, berbagai jenis pohon dan

    bambu serta satwa liar dari berbagai jenis burung dan mamalia jenis

    monyet ekor panjang yang menghuni kawasan hutan di bawah bukit

    karst.

    Berikut gambar vegetasi endemik yang banyak terdapat di

    Kawasan Buntu Burake.

    Gambar 14. Pohon Pangi, Enau dan Salah Satu Jenis Anggrek di

    Kawasan Buntu Burake Sumber. Foto Hasil Survei,2015

    5. Penduduk

    Penduduk di Kawasan Buntu Burake berjumlah 1.811 jiwa terdiri

    dari 878 laki-laki dan 933 perempuan dan terdiri dari 455 rumah

    tangga. Masyarakat kelurahan Buntu Burake tergolong masyarakat

    agraria dimana sebagian besar penduduk masih bergantung pada

    hasil pertanian dan peternakan. Berikut tabel mata pencaharian

    penduduk di kelurahan Buntu Burake.

    Tabel 12. Mata Pencaharian Penduduk di Kawasan Buntu Burake

    Petani Pedagang Buruh Wiraswasta PNS Lain-lain

    206 25 30 20 31 15

    Sumber: RENSTRA Kelurahan Buntu Burake 2011-2015

    Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dengan

    jumlah 206 orang. Sisanya bekerja sebagai PNS dengan jumlah 31

  • 64

    orang dan buruh kerja bangunan 30 orang. Total jumlah tenaga kerja

    produktif sebanyak 326 jiwa.

    6. Panorama

    Kawasan puncak Buntu Burake menawarkan view yang indah

    kearah kota makale sebagai ibukota Kabupaten Tana Toraja.

    Kawasan Buntu Burake sendiri telah ditetapkan sebagai landmark

    kota Makale pasca ditetapkannya pembangunan monumen patung

    Yesus di atas puncaknya sebagai bagian dari ziarah umat Kristen di

    Toraja.

    Selain itu, lingkungan alam yang masih asri dengan hamparan

    sawah dan rumah adat Tongkonan menjadi daya tarik tersendiri dari

    kawasan ini.

    Gambar.15 Panorama Alam Kawasan Buntu Burake

    Sumber: Foto Hasil Survei,2015

    7. Permukiman Tradisional

    Masyarakat Buntu Burake merupakan masyarakat yang

    masih berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Hal ini dapat

    dilihat dari sistem permukiman yang masih berlandaskan pada sistem

    Tongkonan. Terdapat kurang lebih 14 rumpun keluarga yang

    mendirikan Tongkonan di kawasan Buntu Burake. Masing-masing

    rumpun memiliki nama dan sejarah kebangsawanannya masing-

    masing. Berikut contoh beberapa Tongkonan yang terdapat di

    kawasan Buntu Burake.

  • 65

    Gambar 16. Beberapa Tongkonan yang Terdapat di Kawasan Buntu

    burake Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2015

    8. Sarana dan Prasarana

    a. Sarana Akomodasi

    Sarana Akomodasi yang ada terletak di luar Kawasan Buntu

    Burake dengan jarak terhadap kawasan 2-5 km melalui jalur

    kendaraan umum. Jenisnya beragam meliputi hotel, penginapan/

    wisma dan pondok wisata. Berikut jenis akomodasi di kabupaten

    Tana Toraja.

    Tabel 13. Jenis Akomodasi & Jumlah Kamar di Kabupaten Tana TorajaTahun 2014

    No. Nama Alamat Jumlah Kamar

    Ket Tunggal Double

    1 Hotel Sahid

    Toraja

    Jln. Poros Makassar, Getengan

    38 14 Bintang 3

    2 Pantan Toraja Hotel

    Jln. Pongtiku Pantan Makale

    5 38 Bintang 2

    3 Hotel

    Sangalla Jln.

    Pongtiku 25 - Melati 2

  • 66

    No. Nama Alamat Jumlah Kamar

    Ket Tunggal Double

    No. 509 Makale

    4 Hotel

    Batupapan

    Jln. Pongtiku No. 130 Makale

    1 18 Melati 3

    5 Hotel Puri

    Artha

    Jln. Pongtiku No. 114 Makale

    24 12 Melati 3

    6 Wisma Kota

    Jaya

    Jln. Pongtiku Makale

    - 15 Melati

    7 Losmen

    Litha

    Jln. Pelita No. 97 Makale

    5 4 Melati

    8 Wisma Bungin

    Jln. Pongtiku Makale

    - 13 Melati

    9 Wisma Merry

    Jln. Pongtiku Makale

    - 5 Melati

    10 Wisma Yani Randanan

    Jln. Nusantara

    Makale 1 6 Melati

    11 Lemo Hotel

    Stay

    Lemo, Makale Utara

    4 - Melati

    12 Penginapan

    Makula

    Kec. Sangalla Selatan

    3 3 Melati

    13 Wisma Louise Lestari

    Jln. Pongtiku makale

    10 4 Melati

    14 Wisma Fajar

    Jln. pongtiku Makale

    3 4 Melati

    15 Penginapan Kampung

    Astrini

    Jln. Pongtiku No. 472 Makale

    15 5 Pondok wisata

    Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja 2014

    Dari tabel di atas, tipe akomodasi yang terdapat di kabupaten Tana

    Toraja didominasi tipe penginapan kelas melati. Sisanya merupakan

    penginapan tipe bintang tiga dan bintang dua.

  • 67

    b. Prasarana Wisata

    1) Jaringan Transportasi

    Keterjangkauan moda transportasi di Kelurahan Buntu Burake

    masih tergolong sulit karena hanya dilayani angkutan ojek dari jalan

    poros. Biaya angkutan ojek berkisar antara Rp. 4.000,00 -

    15.000,00. Selebihnya menggunakan kendaraan roda empat

    maupun roda dua pribadi. Kondisi jalan kolektor cukup baik dengan

    material aspal dan beton. Jalan lingkungan sebagian besar masih

    terdiri dari jalan setapak yang belum dikeraskan.

    2) Jaringan Drainase

    Jaringan drainase di kawasan buntu burake sebagian besar

    merupakan drainase non-permanen berupa galian tanah pada satu

    sisi jalan. hal ini disebabkan oleh kondisi kawasan buntu burake

    yang berbukit dengan kemiringan lereng yang cukup curam di

    beberapa tempat. Berikut peta drainase kawasan Buntu Burake.

    3) Jaringan Listrik

    Kebutuhan listrik kelurahan Buntu Burake telah terpenuhi

    dengan baik dengan bersumber pada listrik yang disediakan oleh

    PLN.

    4) Telekomunikasi

    Untuk jaringan komunikasi, sebagian kecil wilayah

    Kelurahan Buntu Burake telah dilayani oleh jaringan telepon kabel.

    Komunikasi melalui telepon selular juga sangat baik mengingat

    lokasi kawasan yang berada pada ketinggian dan jarak yang relatif

    dekat dengan Kota Makale.

  • 68

    Gambar. 17 Peta Jaringan Jalan Kawasan Buntu Burake Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2015

  • 69

    Gambar 18. Peta Drainase Kawasan Buntu Burake Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2015