BAB IV
-
Upload
pangeran-kodok -
Category
Documents
-
view
71 -
download
14
description
Transcript of BAB IV
-
48
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Kabupaten Tana Toraja
1. Letak Geografis dan Batas wilayah
Daerah kabupaten Tana Toraja terletak antara 119 30 - 12010
Bujur Timur serta memanjang dari utara ke selatan di antara 2 20 -
3 30 Lintang Selatan. Batas wilayah kabupaten Tana Toraja adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Toraja Utara & Kabupaten Mamuju
b. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
d. Sebelah Barat : Kabupaten Mamasa provinsi Sulawesi Barat
2. Luas Wilayah
Luas wilayah kabupaten Tana Toraja tercatat 2.054,30 km2 yang
meliputi 19 kecamatan. Kecamatan Malimbong Balepe dan
kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2 kecamatan terluas
dengan luas masing-masing 211,47 km2 dan 206,76 km2 atau total
luas kedua kecamatan tersebut merupakan 20,35 % dari seluruh
wilayah kabupaten Tana Toraja.
Tabel 8. Jumlah Luas Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja
No. Kecamatan
Luas Daerah
Luas Area (Km2)
Persentase (%)
1. Bonggakaradeng 206,76 10.06
2. Simbuang 194,82 9.48
3. Rano 89,43 4.35
4. Mappak 166,02 8.08
5. Mengkendek 196,74 9.58
6. Gandang Batu Sillanan 108,63 5.29
7. Sangalla 36,24 1.76
8. Sangalla Selatan 47,80 2.33
9. Sangalla Utara 27,96 1.36
10. Makale 39,75 1.93
-
49
No. Kecamatan
Luas Daerah
Luas Area (Km2)
Persentase (%)
11. Makale Selatan 61,70 3.00
12. Makale Utara 26,08 1.27
13. Saluputti 87,54 4.26
14. Bittuang 163,27 7.95
15. Rembon 134,47 6.55
16. Masanda 134,77 6.56
17. Malimbong Balepe 211,47 10.29
18. Rantetayo 60,35 2.94
19. Kurra 60,50 2.94
Jumlah 2.054,30 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013.
-
50
Gambar 8. Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja Sumber: Dinas Tata Ruang Kabupaten Tana Toraja, 2013
-
51
3. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja merupakan dataran
tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan dengan keadaan lerengnya
curam yakni rata-rata kemiringannya diatas 25 %. Kabupaten Tana
Toraja terdiri dari pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dan
sungai dengan ketinggian yang berkisar antara 2.500 m
diatas permukaan laut. Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja
berada di Kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi
berada di Kecamatan Bittuang, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 9. Data Luas dan Ketinggian DPL serta proporsi kondisi Topografi Kabupaten Tana Toraja
No. Luas Ketinggian Proporsi
1. 5.063,79 Ha Pada ketinggian < 300 m 2,44 %
2. 11.808,06 Ha Pada ketinggian 300 m 500 m 5,69 % 3. 72.888,59 Ha Pada ketinggian 500 m - 1000 m 35,12 %
4. 69.342,94 Ha Pada ketinggian 1000 m 1500
m 33,41 %
5. 29.644,43 Ha Pada ketinggian 1500 m 2000
m 14,28 %
6. 17.565,65 Ha Pada ketinggian 2000 m 2500
m 8,46 %
7. 1.237,14 Ha Pada ketinggian diatas 2500 m 0,60 %
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Toraja 2013
4. Aksesibilitas
Dalam mendukung pengembangan Kabupaten Tana Toraja
sebagai destinasi utama pariwisata di Sulawesi Selatan, diperlukan
sarana aksesibiltas yang memadai untuk menunjang mobilitas
penduduk setempat maupun pendatang. Sehubungan dengan hal
tersebut, aksesibilitas daya jangkau Kabupaten Tana Toraja terhadap
pusat-pusat kota di sekitarnya yaitu:
a. Wilayah bagian utara menghubungkan Kabupaten Toraja Utara
menuju Kota Palopo
b. Wilayah bagian selatan menghubungkan wilayah Kabupaten
Enrekang dan Kabupaten Pinrang menuju Kota Pare-Pare dan
Makassar.
-
52
c. Wilayah bagian timur menghubungkan dengan wilayah Kabupaten
Luwu.
d. Wilayah bagian barat menghubungkan wilayah Kabupaten
Mamasa (Provinsi Sulawesi Barat).
5. Sosial Budaya Masyarakat
Masyarakat Kabupaten Tana Toraja merupakan masyarakat
yang berlatar belakang budaya suku Toraja. Meskipun sebagian besar
masyarakat telah memeluk agama Kristen,namun berbagai tata adat
kegiatan duka (rambu solo) maupun pengucapan syukur (rambu
tuka) serta tatanan struktur sosial masyarakat masih berlandaskan
pada ajaran agama setempat, yakni agama aluk todolo. Agama aluk
todolo saat ini digolongkan dalam agama Hindu Dharma.
6. Geologi dan Jenis Tanah
Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak
dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari gunung Latimojong yang
mencakup luas wilayah sekitar 1.565,59 Ha, yang diantaranya 48,84
% adalah jenis batuan soprin coklat kemerah-merahan. Jenis batuan
di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada umumnya terdiri dari batuan
soprin coklat kemerah-merahan dan soprin napalan abu-abu, batu
gamping, batu pasir kwarsit, gradorir diorir. Kategori tanah yang
terdapat di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil penelitian
Lembaga Penelitian Tanah Bogor, terdiri atas bahan induk endapan
liat atau marine dengan jenis tanah berupa :
a. Alluvial kelabu yang sebagian besar terdapat pada daerah lembah
dan tanah berbukit;
b. Brown forest, mediteran, dan podsolit merah kuning terdapat pada
daerah yang bergelombang dan pegunungan.
7. Hidrologis
Keadaan hidrologi di Kabupaten Tana Toraja dapat diamati
dengan adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang
sebagian mengalir di permukaan (run off) dan sebagian lagi meresap
-
53
ke bumi dan sampai ke tempattempat yang dangkal, serta sebagian
lagi mencapai tempat-tempat yang dalam, dimana sering
dikategorikan sebagai air tanah.
Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten
Tana Toraja berasal dari sungai Sadan yang merupakan salah satu
sungai terpanjang yang berada di Sulawesi Selatan serta beberapa
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut diantaranya sungai
Maiting, sungai Saluputti, sungai Maulu, sungai Surame, sungai
Sarambu yang pada umumnya bersumber dari mata air pegunungan.
Untuk jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan
pertanian, pariwisata (arung jeram) dan rumah tangga, sedangkan
untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan
kedalaman sekitar 10 15 meter dengan kualitas airnya cukup
memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan
oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan
rumah tangga.
8. Keadaan Iklim
Kabupaten Tana Toraja termasuk daerah yang beriklim tropis
basah, temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15C - 28C dengan
kelembaban udara antara 82 86%, curah hujan rata-rata 1500
mm/thn sampai lebih dari 3500 mm/tahun. Daerah Kabupaten Tana
Toraja pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan
curah hujan yakni
a. Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret;
b. Musim kemarau pada periode bulan April sampai September.
Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Tana Toraja adalah
tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut
dan bulan kering (100 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut. Hal ini
sangat mendukung aktivitas masyarakat pada sektor agraris.
-
54
9. Hotel dan Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan ditunjukkan pada peningkatan
kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang melibatkan
berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu membuka
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan
masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi negara.
Jumlah wisatawan domestik di Kabupaten Tana Toraja pada
tahun 2010 tercatat 12.631 dan meningkat menjadi 15.867 pada tahun
2011 Jumlah wisatawan mancanegara menunjukan kecenderungan
menurun tahun 2010 jumlah wisatawan manca Negara tercatat 5.627
orang turun menjadi 3.624 orang pada tahun 2011.
Jumlah akomodasi wisata pada tahun 2011 sebanyak 11 unit
yang menyediakan 233 kamar dan 420 tempat tidur. Berikut tabel
jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dan Jumlah
akomodasi wisata di kabupaten Tana Toraja tahun 2007-2011
Tabel 10. Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik dan Mancanegara di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007-2011
No. Tahun Domestik Mancanegara Jumlah
1. 2007 13102 4686 17.788
2. 2008 12041 3892 15.933
3. 2009 5499 5603 11.102
4. 2010 12631 5627 18.258
5. 2011 15861 3674 19.535
Sumber: Tana Toraja Dalam Angka 2013
-
55
Gambar 9. Grafik Jumlah Wisatawan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2007-2011
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa, jumlah kunjungan
tertinggi terjadi di tahun 2011 dengan 19.535 pengunjung. Terjadi
peningkatan kunjungan yang signifikan sebanyak 7.156 pengunjung
di tahun 2010 dari tahun 2009 menjadi 18.258 jiwa.
B. Tinjauan Rumusan Rencana Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
1. Visi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
Dalam mengarahkan dan mengembangkan pembangunan
sektor pariwisata secara berkelanjutan agar dapat berkembang
sesuai dengan potensi objek dan daya tarik yang dimiliki, maka
dibutuhkan visi dan misi pengembangan. Dalam mengembangkan
sektor pariwisata di Kabupaten Tana Toraja, maka visi yang diemban
adalah Mewujudkan Tana Toraja Sebagai Tujuan Wisata Budaya
dan Alam Unggulan Dikawanan Timur Indonesia Yang Berbasis
Pada Ekologi menuju Terciptanya masyarakat Religius dan
Sejahtera.
17788
15933
11102
1825819535
0
5000
10000
15000
20000
25000
2007 2008 2009 2010 2011
2007 2008 2009 2010 2011
-
56
2. Misi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
a. Mengembangkan pariwisata untuk memperoleh manfaat ekonomi
dan sosial dari kegiatan pariwisata yang dikembangkan.
b. Mendorong peningkatan kinerja pariwisata sebagai suatu industry
untuk meningkatkan kesempatan berusaha, kesempatan kerja
dan pariwisata dapat mendorong konservasi alam di lokasi objek
dan daya tarik yang dikembangkan.
c. Mendorong terciptanya suatu keseimbangan antara peningkatan
pariwisata dengan kemampuan untuk mempertahankan
kelestarian lingkungan hidup dan warisan budaya di daerah.
d. Mendorong penciptaan iklim usaha yang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan memberdayakan masyarakat sekitar kawasan
wisata.
e. Melakukan penataan ruang yang mampu memberi peluang bagi
terciptanya stuktur ekonomi yang kuat sehingga muncul
interkonektisitas antara objek wisata sehingga menjadi embrio
pengembangan dan pertumbuhan pariwisata.
C. Gambaran Umum Kawasan Buntu Burake
Kawasan Buntu Burake terletak di Kelurahan Buntu Burake,
Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja. dengan jarak 2 Km
menuju utara timur laut dari pusat kota Makale. Kawasan Buntu Burake
merupakan kawasan pemukiman tradisional di pinggiran ibukota Makale
dimana tatanan hidup masyarakat setempat masih berlandaskan pada
adat istiadat leluhur. Kawasan Buntu Burake memiliki kondisi topografi
yang berbukit dengan elevasi terendah : 750 mdpl dan elevasi tertinggi :
1100 mdpl. Dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl, puncak kawasan
Buntu Burake menawarkan panorama kota Makale yang indah.
Pada awal sejarahnya, Kawasan Buntu Burake terdiri dari 3
lingkungan yang menggabungkan diri menjadi satu kesatuan perang
antar wilayah di toraja mewakili wilayah Puang Makale (Rante Allo).
-
57
Lingkungan tersebut terdiri dari Lingkungan Lea, Lingkungan Buisun dan
Lingkungan Limbong. Kesatuan perang dari 3 lingkungan tersebut
terkenal akan totalitas perangnya dengan mengikutsertakan kaum
wanita. Strategi yang dipakai kemudian adalah kaum lelaki memakai
pakaian layaknya wanita untuk memperdaya lawan yang akhirnya
terbukti ampuh dalam peperangan. Pihak lawan akhirnya menjuluki
kesatuan perang tersebut dengan julukan Burake sinonim dari Tala
Bai, yang artinya lelaki yang bertingkah seperti wanita. Daerah 3
lingkungan tersebut kemudian diberi nama Burake hingga saat ini.
Pada masa lalu, kawasan Burake merupakan kawasan istimewa
dengan gelar Tondok Tang Dipuangngi atau daerah yang tidak berada
dalam pimpinan siapapun, walaupun secara administratif merupakan
bagian dari daerah Puang Rante Allo. Hal ini disebabkan karena
masyarakat Burake merupakan keturunan bangsawan dengan gelar To
Makaka Labi, atau bangsawan yang berfungsi menghidupkan peran
Puang. Masyarakat Burake tidak menuruti perintah dan tidak dapat
dijadikan budak oleh Puang manapun.
Pada masa invasi Kerajaan Bone, suku Toraja membentuk aliansi
khusus dengan mengumpulkan 125 pejuang terhebat yang diberi gelar
To Padatindo mewakili masing-masing wilayah. Wilayah Makale di
bawah pimpinan Puang Rante Allo menunjuk 1 pejuang dari Burake yang
diberi gelar Sundalla yang artinya menciptakan api. Nama Sundalla
nantinya diabadikan pada puncak tertinggi Burake. Invasi Kerajaan Bone
berhasil digagalkan oleh To Padatindo, sehingga dari kejadian tersebut
suku Toraja akhirnya menyadari bahwa persatuan suku sangat
diperlukan untuk mengalahkan kekuatan yang besar sekalipun. Dari
sinilah terlahir semboyan suku Toraja Misa Kada Dipotuo Pantan Kada
Dipomate.
Pada zaman pendudukan Belanda di awal abad ke-20 tepatnya
tahun 1913, Kawasan Buntu Burake memegang peranan penting
sebagai tempat yang menjadi tonggak awal penyebaran agama Kristen
-
58
Protestan di Toraja. Hal ini ditandai dengan pembaptisan pertama 20
pemuda Toraja pada 16 Maret 1913. Kemudian pada tahun 1915, di
kawasan Buntu Burake didirikanlah gedung gereja pertama di Toraja
sebagai bukti bahwa agama Kristiani dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat di Toraja.
Gambar.10 Gereja Pertama di Toraja
Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2015
Pada tahun 2013, ditetapkan pembangunan Patung Kristus dengan
tinggi 40 m di puncak Kawasan Buntu Burake diikuti dengan
pembangunan anak tangga berjumlah 7.777 untuk mencapai puncak.
Hal ini dilaksanakan pasca penetapan kawasan Buntu Burake sebagai
kawasan wisata ziarah/ religi dalam Perda No. 12 Tahun 2011 pasal 33
Tentang RTRW Kabupaten Tana Toraja.
Gambar .11 Pembangunan & Desain Patung Kristus di Puncak Buntu
Burake Sumber: RTBL Buntu Burake & Dokumentasi Penulis, 2015
-
59
Kawasan Buntu Burake memiliki kondisi topografi yang berbukit
dengan elevasi terendah : 750 mdpl dan elevasi tertinggi : 1100 mdpl.
Dengan ketinggian di atas 1.000 mdpl, puncak kawasan Buntu Burake
menawarkan panorama kota Makale yang indah.
1. Letak Administratif dan Geografis
Kawasan Buntu Burake terletak di Kabupaten Tana Toraja,
Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif, keseluruhan
wilayah kawasan Buntu Burake merupakan bagian dari wilayah
pemerintahan Kelurahan Buntu Burake, Kecamatan Makale. Secara
geografis, Kelurahan Buntu Burake terletak pada koordinat 3 5
7.69- 3 6 13.09 S dan 119 51 17.74 - 119 52 42.39 E.
Adapun batas-batas administrasi Kelurahan Buntu Burake,
yaitu:
Sebelah Utara : Kel. Pantan dan Kel. Lapandan
Sebelah Selatan : Kel. Tondon Mamullu dan Kel. Ariang
Sebelah Barat : Kel. Pantan dan Kel. Bombongan
Sebelah Timur : Kel. Lea
-
60
Gambar 12. Peta Administrasi Kawasan Buntu Burake Sumber: Google Earth dan Analisis Penulis,2015
-
61
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kelurahan Buntu Burake meliputi
penggunaan lahan untuk sawah, perkebunan, permukiman dan
pekarangan, padang rumput/hutan dan peruntukan lainnya.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada data yang tertera pada tabel berikut
ini.
Tabel 11. Penggunaan Lahan di Kelurahan Buntu Burake
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Sawah 26.36 8.97
2. Perkebunan 12.2 4.15
3. Permukiman & Pekarangan 28.02 9.53
4. Padang Rumput/Hutan 216.75 73.47
5. Lainnya 10.67 3.63
Total Luas 294 100%
Sumber : Hasil Digitasi Citra google earth, 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengggunaan lahan di
Kelurahan Buntu Burake didominasi oleh vegetasi liar berupa hutan
rakyat dan padang rumput sebanyak 73.47%. Menyusul pemukiman
sebanyak 9.53%. Penggunaan lahan lainnya berupa peruntukan lahan
untuk perdagangan, sarana umum dan infrastruktur pendukung
kawasan dengan Persentase luas sebanyak 3.63 %.
3. Topografi
Secara morfologi, kondisi topografi wilayah kelurahan Buntu
burake merupakan dataran tinggi bukit karst yang memiliki ketinggian
wilayah antara 750-1100 m dpl dengan kemiringan lereng bervariatif
pada kisaran nilai antara 0-40 %.Di beberapa wilayah kemiringannya
sangat curam > 40% berupa tebing karst yang dimanfaatkan sebagai
kuburan batu.
-
62
Gambar 13. Peta Topografi Kawasan Buntu Burake Sumber: Dinas Tata Ruang Kabupaten Tana Toraja, 2014
-
63
4. Flora dan Fauna
Kawasan Buntu Burake kaya akan vegetasi lokal seperti
tanaman pangi atau kluwek yang menjadi bahan campuran masakan
khas toraja, berbagai jenis anggrek di daerah bukit karst burake,
pohon enau(ijuk) untuk disadap tuaknya, berbagai jenis pohon dan
bambu serta satwa liar dari berbagai jenis burung dan mamalia jenis
monyet ekor panjang yang menghuni kawasan hutan di bawah bukit
karst.
Berikut gambar vegetasi endemik yang banyak terdapat di
Kawasan Buntu Burake.
Gambar 14. Pohon Pangi, Enau dan Salah Satu Jenis Anggrek di
Kawasan Buntu Burake Sumber. Foto Hasil Survei,2015
5. Penduduk
Penduduk di Kawasan Buntu Burake berjumlah 1.811 jiwa terdiri
dari 878 laki-laki dan 933 perempuan dan terdiri dari 455 rumah
tangga. Masyarakat kelurahan Buntu Burake tergolong masyarakat
agraria dimana sebagian besar penduduk masih bergantung pada
hasil pertanian dan peternakan. Berikut tabel mata pencaharian
penduduk di kelurahan Buntu Burake.
Tabel 12. Mata Pencaharian Penduduk di Kawasan Buntu Burake
Petani Pedagang Buruh Wiraswasta PNS Lain-lain
206 25 30 20 31 15
Sumber: RENSTRA Kelurahan Buntu Burake 2011-2015
Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dengan
jumlah 206 orang. Sisanya bekerja sebagai PNS dengan jumlah 31
-
64
orang dan buruh kerja bangunan 30 orang. Total jumlah tenaga kerja
produktif sebanyak 326 jiwa.
6. Panorama
Kawasan puncak Buntu Burake menawarkan view yang indah
kearah kota makale sebagai ibukota Kabupaten Tana Toraja.
Kawasan Buntu Burake sendiri telah ditetapkan sebagai landmark
kota Makale pasca ditetapkannya pembangunan monumen patung
Yesus di atas puncaknya sebagai bagian dari ziarah umat Kristen di
Toraja.
Selain itu, lingkungan alam yang masih asri dengan hamparan
sawah dan rumah adat Tongkonan menjadi daya tarik tersendiri dari
kawasan ini.
Gambar.15 Panorama Alam Kawasan Buntu Burake
Sumber: Foto Hasil Survei,2015
7. Permukiman Tradisional
Masyarakat Buntu Burake merupakan masyarakat yang
masih berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Hal ini dapat
dilihat dari sistem permukiman yang masih berlandaskan pada sistem
Tongkonan. Terdapat kurang lebih 14 rumpun keluarga yang
mendirikan Tongkonan di kawasan Buntu Burake. Masing-masing
rumpun memiliki nama dan sejarah kebangsawanannya masing-
masing. Berikut contoh beberapa Tongkonan yang terdapat di
kawasan Buntu Burake.
-
65
Gambar 16. Beberapa Tongkonan yang Terdapat di Kawasan Buntu
burake Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2015
8. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Akomodasi
Sarana Akomodasi yang ada terletak di luar Kawasan Buntu
Burake dengan jarak terhadap kawasan 2-5 km melalui jalur
kendaraan umum. Jenisnya beragam meliputi hotel, penginapan/
wisma dan pondok wisata. Berikut jenis akomodasi di kabupaten
Tana Toraja.
Tabel 13. Jenis Akomodasi & Jumlah Kamar di Kabupaten Tana TorajaTahun 2014
No. Nama Alamat Jumlah Kamar
Ket Tunggal Double
1 Hotel Sahid
Toraja
Jln. Poros Makassar, Getengan
38 14 Bintang 3
2 Pantan Toraja Hotel
Jln. Pongtiku Pantan Makale
5 38 Bintang 2
3 Hotel
Sangalla Jln.
Pongtiku 25 - Melati 2
-
66
No. Nama Alamat Jumlah Kamar
Ket Tunggal Double
No. 509 Makale
4 Hotel
Batupapan
Jln. Pongtiku No. 130 Makale
1 18 Melati 3
5 Hotel Puri
Artha
Jln. Pongtiku No. 114 Makale
24 12 Melati 3
6 Wisma Kota
Jaya
Jln. Pongtiku Makale
- 15 Melati
7 Losmen
Litha
Jln. Pelita No. 97 Makale
5 4 Melati
8 Wisma Bungin
Jln. Pongtiku Makale
- 13 Melati
9 Wisma Merry
Jln. Pongtiku Makale
- 5 Melati
10 Wisma Yani Randanan
Jln. Nusantara
Makale 1 6 Melati
11 Lemo Hotel
Stay
Lemo, Makale Utara
4 - Melati
12 Penginapan
Makula
Kec. Sangalla Selatan
3 3 Melati
13 Wisma Louise Lestari
Jln. Pongtiku makale
10 4 Melati
14 Wisma Fajar
Jln. pongtiku Makale
3 4 Melati
15 Penginapan Kampung
Astrini
Jln. Pongtiku No. 472 Makale
15 5 Pondok wisata
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Toraja 2014
Dari tabel di atas, tipe akomodasi yang terdapat di kabupaten Tana
Toraja didominasi tipe penginapan kelas melati. Sisanya merupakan
penginapan tipe bintang tiga dan bintang dua.
-
67
b. Prasarana Wisata
1) Jaringan Transportasi
Keterjangkauan moda transportasi di Kelurahan Buntu Burake
masih tergolong sulit karena hanya dilayani angkutan ojek dari jalan
poros. Biaya angkutan ojek berkisar antara Rp. 4.000,00 -
15.000,00. Selebihnya menggunakan kendaraan roda empat
maupun roda dua pribadi. Kondisi jalan kolektor cukup baik dengan
material aspal dan beton. Jalan lingkungan sebagian besar masih
terdiri dari jalan setapak yang belum dikeraskan.
2) Jaringan Drainase
Jaringan drainase di kawasan buntu burake sebagian besar
merupakan drainase non-permanen berupa galian tanah pada satu
sisi jalan. hal ini disebabkan oleh kondisi kawasan buntu burake
yang berbukit dengan kemiringan lereng yang cukup curam di
beberapa tempat. Berikut peta drainase kawasan Buntu Burake.
3) Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik kelurahan Buntu Burake telah terpenuhi
dengan baik dengan bersumber pada listrik yang disediakan oleh
PLN.
4) Telekomunikasi
Untuk jaringan komunikasi, sebagian kecil wilayah
Kelurahan Buntu Burake telah dilayani oleh jaringan telepon kabel.
Komunikasi melalui telepon selular juga sangat baik mengingat
lokasi kawasan yang berada pada ketinggian dan jarak yang relatif
dekat dengan Kota Makale.
-
68
Gambar. 17 Peta Jaringan Jalan Kawasan Buntu Burake Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2015
-
69
Gambar 18. Peta Drainase Kawasan Buntu Burake Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2015