BAB IV

download BAB IV

of 18

description

Tesis RTH

Transcript of BAB IV

  • 88

    BAB IV

    KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Letak Dan Luas Wilayah

    Kota Palopo mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan

    dan 48 kelurahan pada tahun 2005 dengan luas wilayah keseluruhan yaitu

    247,52 km2. Luas Kota Palopo berdasarkan wilayah kecamatan disajikan

    pada Tabel 8.

    Tabel 8. Luas Wilayah Kota Palopo Tiap Kecamatan

    No Kecamatan Luas (km2) Prosentase (%) Jumlah

    Kelurahan

    1 Wara Selatan 10,66 4,31 4

    2 Sendana 37,09 14,98 4

    3 Wara 11,49 4,64 6

    4 Wara Timur 12,08 4,88 7

    5 Mungkajang 53,80 21,74 4

    6 Wara Utara 10,58 4,27 6

    7 Bara 23,35 9,43 5

    8 Teluwanua 34,34 13,87 7

    9 Wara Barat 54,13 21,87 5

    Jumlah 247,52 100 48

    Sumber : Kota Palopo Dalam Angka 2008

    Kota palopo mempunyai posisi yang strategis karena terletak di

    jalur lintas trans sulawesi dan mudah dilalui oleh arus lalu-lintas dari ujung

    Utara sampai ke ujung Selatan Pulau Sulawesi. Posisi strategis ini

    memberikan berbagai dampak serta peluang bagi perkembangan

    perekonomian dan pembangunan Kota Palopo.

  • 89

    B. Topografi

    Kota Palopo terletak pada ketinggian antara 0 - 1000 meter di atas

    permukaan air laut. Keadaan topografi Kota Palopo sangat bervariasi,

    lahan yang relatif datar membujur dari arah Utara ke Selatan, dan lahan

    yang relatif datar hingga bergelombang dari Timur ke Barat. Berdasarkan

    kutipan data Kota Palopo dalam angka tahun 2007 diperoleh ketinggian

    Kota Palopo tiap-tiap kecamatan dapat di lihat pada Tabel 9.

    Tabel 9. Ketinggian Tiap Kecamatan di Kota Palopo

    No Kecamatan Luas (km2)

    Ketinggian (dpl)

    0 25 25 - 100 101 - 500 501 1000 >1000

    km2 % km2 % km2 % km2 % km2 %

    1 Wara Selatan 10,66 7,46 70,00 1,066 10,00 - - 2,132 20,00 - -

    2 Sendana 37,09 5,56 15,00 - - 22.254 60,00 9,272 25,00 - -

    3 Wara 11,49 11,49 100,00 - - - - - - - -

    4 Wara Timur 12,08 12,080 100,00 - - - - - - - -

    5 Mungkajang 53,80 2,690 5,00 - - 16,140 30,00 13,450 25,00 21,520 40,00

    6 Wara Utara 10,58 6,348 60,00 2,116 20,00 2,116 20,00 - - - -

    7 Bara 23,35 7,005 30,00 2,335 10,00 14,010 60,00 - - - -

    8 Teluwanua 34,34 24,038 70,00 3,434 10,00 6,868 20,00 - - - -

    9 Wara Barat 54,13 - - - 5,413 10,00 35,184 65,00 13,533 25,00

    Jumlah 247,52 76,667 31,00 8,951 4,00 66,801 27,00 60,038 24,00 35,035 14,00

    Sumber : Kota Palopo Dalam Angka 2007

    Ditinjau dari kondisi topografi wilayah penelitian Kota Palopo,

    ketinggian 0 25 meter diatas permukaan laut mencakup luasan yang

    cukup besar yaitu 76,67 km2 atau 31,00 persen dari luas wilayah secara

    keseluruhan. Kondisi ini terdapat pada pusat Kota Palopo dengan

    kemiringan yang relatif datar. Dengan kondisi seperti ini menunjukkan

    secara fisik, Kota Palopo mampu menampung berbagai pembangunan

    kota, sedangkan lahan dengan ketinggian >1000 meter diatas permukaan

    laut yang sebagian besar terdapat di kecamatan Mungkajang dan Wara

  • 90

    Barat dengan kemiringan rata-rata bergelombang sampai berbukit yang

    disarankan sebagai kawasan konservasi.

    C. Geologi

    Berdasarkan data (Dinas Lingkungan Hidup Kota Palopo, 2007),

    diketahui Kota Palopo terdiri atas tiga jenis batuan meliputi batuan

    metamorf, batuan vulkanik dan endapan alluvial yang hampir

    mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo. Batuan beku yang dijumpai

    secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gabro serta

    beberapa intrusi kecil lainnya. Selain itu juga dijumpai batuan beku yang

    merupakan jejak aliran larva yang telah membeku dan bersusun blastik

    hingga andesitik. Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping,

    batu pasir, dan konglomerat, sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri

    dari material yang bersusunan brangkal, kerakal, kerikil, pasir hingga

    lempung. Kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat

    digunakan untuk mendukung pembangunan di Kota Palopo.

    Di wilayah Kota Palopo juga mempunyai struktur batuan yang

    merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah (Dinas

    Lingkungan Hidup Kota Palopo,2007), secara garis besar dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    1. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh

    masyarakat. Umumnya dijumpai di areal persawahan di Kecamatan

    Wara, Wara Selatan, Sendana dan sekitarnya.

  • 91

    2. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat

    di Sungai Siguntu (Latuppa), didominasi oleh batuan beku yang

    merupakan batuan sedimen beku, ukurannya bervariasi dari yang

    sangat besar sampai kecil dan merupakan pecahan batu sampai

    butiran.

    3. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di aliran Sungai Siguntu

    (Latuppa) pada bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas

    penambangan emas dibeberapa tempat pada zaman Belanda yang

    pada saat ini masih diusahakan oleh masyarakat secara tradisionil.

    4. Batuan sedimen menyebar di bagian Barat yang berbatasan dengan

    Kabupaten Tana Toraja.

    5. Batuan terobosan di bagian Utara merupakan daerah pegunungan.

    Jenis batuan lainnya yang merupakan proses dari pelapukan bahan

    pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo

    sebagai berikut :

    1. Batu gamping dan marmer (limestone dan marble) lokasinya di

    Kecamatan Telluwanua.

    2. Batu granit dan granodiorit untuk bahan bangunan lantai rumah, batu

    hias dinding, dan untuk pengerasan jalan (aggregat), lokasinya

    dijumpai di Kecamatan Telluwanua, Wara, dan Wara Selatan.

    3. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lanau, terdapat di

    Kecamatan Wara, Wara Utara bagian Barat.

  • 92

    D. Hidrologi

    Kondisi hidrologi di Kota Palopo dapat dibedakan menjadi dua

    bagian yaitu kondisi hidrologi air permukaan dan air tanah. Hidrologi air

    permukaan pada umumnya berasal dari sungai-sungai yang mengalir di

    Kota Palopo yaitu Sungai Ammasangeng dan Sungai Boting. Sungai ini

    mengalir dari barat ke timur dan airnya digunakan sebagai sumber air

    permukaan untuk kebutuhan sehari-hari (MCK). Selain juga itu berfungsi

    sebagai saluran utama pembuangan air limbah dan drainase, karena

    banyak anak sungai yang bermuara pada kedua sungai tersebut,

    menyebabkan beban Sungai Ammasangeng dan Sungai Boting dalam

    proses pendangkalan atau sedimentasi cukup besar.

    Selain itu Sungai Ammasangeng dan Sungai Boting digunakan

    sebagai sumber air baku Mangkaluku untuk PDAM Kota Palopo, air

    sungai perlu dijaga dari polusi hal ini disebabkan terdapat beberapa

    kegiatan industri yang ada pada sepanjang alur sungai.

    Potensi lain yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum

    adalah air tanah dangkal, dimana sumber-sumber air tanah perlu dijaga

    kelestariannya untuk memenuhi kebutuan air minum bagi penduduk yang

    tidak terlayani oleh jaringan PDAM.

    E. Klimatologi

    Kota Palopo pada umumnya mempunyai suhu rata-rata berkisar 28

    C - 32 C dengan penyebaran temperatur bulanan hampir merata

    sepanjang tahun. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April

  • 93

    dengan rata-rata sebesar 283,4 mm, sedangkan rata-rata curah hujan

    terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan sebesar 97,9

    mm (Stasiun Klimatologi Kelas I Panakkukang Maros). Kelembaban

    maksimum antara 94% - 96%, kelembaban minimum antara 59% - 69%.

    Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi klimatologi Kota Palopo dapat

    dilihat pada Tabel 10.

    Tabel 10 : Banyaknya Hari Hujan di Kota Palopo Tahun 1996-2005

    Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

    1996 190 182 383 337 209 30 202 218 167 129 287 326

    1997 106 95 138 278 191 84 89 - 7 88 102 111

    1998 108 372 229 308 197 126 442 232 284 241 269 283

    1999 33 288 60 32 255 678 126 121 262 47 340 167

    2000 41 280 210 81 379 370 57 101 22 347 123 119

    2001 27 156 191 359 228 205 382 81 208 183 250 78

    2002 311 122 372 364 251 229 52 15 14 0 434 396

    2003 336 293 281 346 218 63 147 122 98 64 247 362

    2004 305 223 204 371 265 186 274 48 54 93 289 392

    2005 293 218 189 358 272 198 309 41 46 107 314 386

    Rata2 175,0 222,9 225,7 283,4 246,5 216,9 208,0 97,9 116,2 129,9 265,5 262,0

    Sumber : Stasion Klimatologi Kelas I Panakkukang Maros Keterangan : 0 Jumlah curah hujan dibawah 0,5 mm

    X Data tidak tercatat - Tidak ada hujan

    F. Tata Guna Lahan

    Kota Palopo merupakan kota yang dibatasi oleh kawasan pantai di

    bagian sebelah Timur, merupakan daerah daratan yang berada diantara

    perbukitan yang membentang di bagian sebelah Barat dan sebagian di

    sebelah Selatan. Pola tata guna lahan Kota Palopo sangat dipengaruhi

    oleh karakteristik alam antara lain perbukitan, sungai, rawa, dan laut serta

    pola jaringan jalan yang ada.

  • 94

    Kondisi tata guna lahan di Kota Palopo secara umum terdiri atas;

    sawah, perkebunan, perumahan/permukiman, tambak, fasilitas sosial

    ekonomi, dan lahan yang tidak dimanfaatkan (kosong). Pergeseran

    pemanfaatan lahan kawasan Kota Palopo secara umum belum mengalami

    perubahan yang cukup drastis, kecuali pada beberapa bagian kawasan

    kota, akibat terjadinya peningkatan pembangunan yang dilakukan oleh

    masyarakat. Untuk lebih jelasnya kondisi pemanfaatan lahan Kota Palopo

    dapat dilihat Tabel 11 dan Gambar 11.

    Tabel 11. Penggunaan Lahan di Kota Palopo Tahun 2007

    No Kecamatan

    Jenis Penggunaan Lahan (Ha)

    Jumlah Sawah Kebun Campuran Hutan

    Semak Belukar

    Perm/ Fasilitas

    Tambak/ Empang

    Lahan Kosong

    1 Wara Selatan 198.00 177.91 - 37.00 151.50 106.21 395.38 1,066.00

    2 Sendana 422.00 1,578.64 1,024.36 470.00 214.00 - - 3,709.00

    3 Wara 109.00 - - - 1,028.50 11.50 - 1,149.00

    4 Wara Timur - 36.00 - 23.00 936.94 188.50 23.56 1,208.00

    5 Mungkajang 101.00 939.00 2,275.45 121.00 1,500.00 7.00 436.55 5,380.00

    6 Wara Utara 9.00 37.60 131.00 3.84 778.20 85.11 13.25 1,058.00

    7 Bara - 238.00 - 175.00 446.54 451.35 1,024.11 2,335.00

    8 Teluwanua 1,276.00 431.40 366.00 618.00 361.60 381.00 - 3,434.00

    9 Wara Barat 433.00 937.65 3,415.02 233.94 142.00 3.08 248.31 5,413.00

    Jumlah 2,548.00 4,376.20 7,211.83 1,681.78 5,559.28 1,233.75 2,141.16 24,752.00

    Sumber : Kota Palopo Dalam Angka,2007

    G. Kependudukan

    Berdasarkan registrasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007

    jumlah penduduk Kota Palopo sebesar 137.597 jiwa, dengan jumlah

    penduduk laki-laki sebanyak 67.389 jiwa dan jumlah penduduk

    perempuan sebanyak 70.206 jiwa.

  • 95

  • 96

    Perkembangan jumlah penduduk di Kota Palopo pada tahun 2003-

    2007 untuk masing-masing kecamatan mengalami kenaikan, dengan rata-

    rata laju pertumbuhan penduduk Kota Palopo sebesar 3,60 persen.

    Seperti di perlihatkan pada Tabel 12 :

    Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2003-2007

    No Kecamatan Perkembangan Penduduk

    2003 2004 2005 2006 2007

    1 Wara Selatan 11.301 11.754 10.003 10.368 9.737

    2 Sendana * * 7.518 7687 6.994

    3 Wara 53.051 55.212 21.989 22832 28.162

    4 Wara Timur * * 22.862 23324 26.709

    5 Mungkajang * * 7.670 9328 7.011

    6 Wara Utara 41.871 43.579 16.604 17004 17.219

    7 Bara * * 18.864 20347 18.472

    8 Teluwanua 14.589 15.189 13.063 13455 12.303

    9 Wara Barat * * 9.231 9645 10.988

    Jumlah 120.812 125.734 127.804 133.990 137.597

    Sumber : Kota Palopo Dalam Angka,2007 * Masih Menyatu dengan kecamatan induk

    Distribusi dan kepadatan penduduk Kota Palopo pada tahun 2007

    pada tiap-tiap kecamatan cukup bervariasi, dimana penduduk terbesar

    berada di Kecamatan Wara yakni sebanyak 28.162 jiwa, sedangkan

    jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Sendana, yang hanya

    mencapai 6.994 Jiwa. Hal ini diakibatkan oleh karena konsentrasi

    penduduk terarah pada pusat kota. Jumlah dan kepadatan penduduk tiap

    kecamatan di Kota Palopo dapat di perlihatkan pada Tabel 13.

  • 97

    Tabel 13. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Palopo Tahun 2007

    No Kecamatan Luas (Km2) Jumlah

    Penduduk (jiwa)

    Prosentase (%)

    Kepadatan (Jiwa/Km2)

    1 Wara Selatan 10,66 9.737 7,08 913

    2 Sendana 37,09 6.994 5,08 188

    3 Wara 11,49 28.162 20,47 2.451

    4 Wara Timur 12,08 26.709 19,41 2.211

    5 Mungkajang 53,80 7.011 5,10 130

    6 Wara Utara 10,58 17.219 12,51 1.627

    7 Bara 23,35 18.472 13,42 791

    8 Teluwanua 34,34 12.303 8,94 358

    9 Wara Barat 54,13 10.988 7,99 202

    Total 247,52 137.597 100 556 Sumber : Kota Palopo Dalam Angka,2007

    Tabel di atas menunjukkan kepadatan penduduk terbesar berada di

    Kecamatan Wara dengan kepadatan 2.451 jiwa/km2. Hal ini di sebabkan

    karena kecamatan tersebut memiliki wilayah yang sangat sempit dan

    merupakan pusat kota dengan jumlah penduduk yang padat, sedangkan

    kepadatan terendah terdapat pada kecamatan Mungkajang dengan

    kepadatan 130 jiwa/km2.

    H. Kendaraan Bermotor

    Perkembangan Kota Palopo tiap tahun terus mengalami

    peningkatan, hal ini juga terlihat pada jumlah unit kendaraan serta

    jenisnya, dimana pada Tabel 14 terlihat bahwa total jumlah kendaraan

    bermotor pada tahun 2006 sebanyak 20.964 unit, mengalami peningkatan

  • 98

    pada tahun 2007 menjadi 231.495 unit atau mengalami peningkatan

    sebanyak 10.531 unit atau sekitar 33,43 persen.

    Tabel 14. Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Palopo Tahun 2006 - 2007

    No Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan 2006 Jumlah

    Kendaraan 2007

    1 Sedan 80 82 2 Jeep 181 190 3 Minibus 1.321 1,506 4 Microbus 21 22 5 Pick Up 385 425 6 Lihgt Truck 240 292 7 Truck 100 103 8 Dump Truck 69 72 9 Truk Tangki 60 64

    10 Ambulace 12 12 11 Taxi 14 14 12 Sepeda Motor 18.481 28,713

    Total 20.964 31.495 Sumber : Kota Palopo Dalam Angka,2007

    I. Bentuk Ruang Terbuka Hijau di Kota Palopo

    Ruang terbuka hijau di Kota Palopo mempunyai beberapa bentuk.

    yang mempunyai manfaat atau fungsi yang berbeda-beda. Bentuk ruang

    terbuka hijau di Kota Palopo antara lain :

    1. Taman Kota/Monumen

    Jenis taman yang ada di Kota Palopo hanya berupa taman yang

    berfungsi sebagai pemercantik kota dan beberapa RTH yang dengan

    bentuk monumen. Adapun luas taman/monumen di Kota Palopo yaitu

    sebesar 0,69 hektar yang terdiri dari taman mesjid, taman pertaminan,

    monumen adipura lama dan monumen adipura baru. Visualisasi taman

    dan monumen yang ada di Kota Palopo dapat di lihat pada Gambar 12.

  • 99

    Gambar 12 : Taman Kota dan Tugu Adipura

    2. Ruang Terbuka Hijau Sempadan Sungai

    Ruang terbuka hijau kawasan sempadan sungai mempunyai fungsi

    sebagai kawasan lindung. Ruang terbuka hijau sempadan sungai ditemui

    di daerah aliran Sungai Ammasangeng dan Sungai Boting dengan luas

    kurang lebih 363,10 hektar, untuk daerah bantaran aliran sungai ini

    khususnya di pusat kota sudah sebagian dimanfaatkan penduduk untuk

    bermukim, sehingga dapat merusak fungsi serta manfaat sungai itu

    sendiri.

    Gambar 13 : Ruang Terbuka Hijau Bantaran Sungai

  • 100

    3. Ruang Terbuka Hijau Jalur Jalan

    Ruang terbuka hijau jalur jalan mempunyai beberapa fungsi yaitu

    sebagai pengendali polusi udara seperti untuk peredam debu, CO2, SO2,

    Pb, dan partikel padat. Fungsi lainnya adalah untuk peneduh bagi pejalan

    kaki, pengendali visual, dan estetika. Ruang Terbuka Hijau jalur jalan di

    Kota Palopo memiliki lias kurang lebih 5,38 hektar dan sebagian besar

    berada pada jalan utama di pusat kota, sebagian sudah tertata sesuai

    dengan fungsinya. Tanaman pada jalur jalan di Kota Palopo adalah

    dengan jenis kayu, perdu, semak, dan penutupan tanah.

    Gambar 14 : RTH Jalur Jalan

    4. Hutan Kota

    Hutan di Kota Palopo berada di Kecamatan Bara, Kecamatan Wara

    Barat dan Kecamatan Wara Utara dengan luas kurang lebih 63 Ha. Dari

    luas tanaman tersebut di atas didominasi oleh jenis pohon kayu jati dan

    sebagian kecil mahoni dengan kondisi tanaman saat ini cukup baik,

    sehingga biasa memberikan manfaat untuk menghasilkan iklim yang sejuk

    secara mikro di Kota Palopo.

  • 101

    Gambar 15 : Hutan Kota

    5. Ruang Terbuka Hijau Pemakaman

    Pemakaman dapat merupakan unsur ruang hijau kota yang

    memberikan pengaruh terhadap iklim makro dan berfungsi sebagai

    fasilitas umum untuk tempat pemakaman warga yang meninggal dunia.

    Lokasi pemakaman tersebar di beberapa kecamatan dengan jenis

    tanaman yang beragam. Fungsi lainnya adalah sebagai peneduh dan

    mempunyai fungsi sebagai ruang terbuka hijau secara umum. Luas secara

    keseluruhan ruang terbuka hijau pemakaman yaitu sebesar 8,30 hektar

    yang menyebar di beberapa kecamatan di Kota Palopo,

    Gambar 16 : RTH Pemakaman

  • 102

    6. Ruang Terbuka Hijau Lapangan Olahraga

    RTH lapangan olahraga Sebagai unsur ruang terbuka hijau kota,

    penyelenggaraannya tidak dikaitkan dengan unsur hijau lainnya, Selain

    pengadaannya didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi tidak

    memberikan alternatif pengembangan lebih lanjut, sehingga hanya

    merupakan unsur ruang terbuka hijau lingkungan.

    RTH lapangan olahraga ini yang ada di Kota Palopo memiliki luas

    kurang lebih 13,37 Ha adalah Stadion Lagaligo, Lapangan Pancasila,

    Lapangan Gaspa, Lapangan Kodim dan Lapangan Pacuan Kuda, yang

    menjadi paru-paru kota dan dapat menjadi Landmark Kota Palopo.

    Gambar 17 : Lapangan Olahraga

    7. Ruang Terbuka Hijau Pertanian

    Pemanfaatan lahan sebagai pertanian (Sawah dan Kebun Campuran)

    yang dikelola sebagian besar oleh penduduk dan sebagian lagi masih belum

    dikelola. Bentuk ruang terbuka hijau ini menyebar di semua kecamatan Kota

    Palopo selain kecamatan yang berada di pusat kota.

  • 103

    Kawasan pertanian umumnya berada di lokasi yang berbatasan

    dengan kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Luwu di pinggir Kota

    Palopo. Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, pertanian

    tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat petani dan mempunyai

    fungsi sebagai ruang terbuka hijau.

    Gambar 18. RTH Pertanian

    8. Ruang Terbuka Hijau Sempadan Pantai

    Pemanfaatan Ruang terbuka hijau pesisir pantai di Kota Palopo

    umumnya berupa tanaman mangrove atau bakau, dimana saat ini

    jumlahnya semakin berkurang akibat aktivitas masyarakat yang

    memanfaatkan pesisir sebagai lahan seperti tambak dan aktifitas lainnya,

    hutan mangrove ini hanya terdapat pada pesisir bagian utara dan

    sebagian pesisir bagian selatan dan sebagian lagi terdapat di sekitar

    pelabuhan Tanjung Ringgit dan Pantai Labombo yang panjangnya hanya

    kurang lebih 30 persen dari total panjang pesisir Kota Palopo.

  • 104

    Gambar 19. RTH Sempadan Pantai

    9. Ruang Terbuka Hijau Privat

    RTH Privat atau milik pribadi atau badan hukum,yang ada di Kota

    Palopo berupa halaman rumah tinggal, perkantoran, tempat ibadah,

    sekolah atau kampus, hotel, rumah sakit, kawasan perdagangan

    (pertokoan, rumah makan), kawasan industri dan pelabuhan.

    Gambar 20. RTH Privat

    Secara umum ruang terbuka hijau di Kota Palopo terdapat pada

    seluruh kecamatan yang ada, hanya luas, jenis dan fungsinya yang berbeda-

    beda yang dilihat dari tingkat masing-masing penempatan, Adapun luas ruang

    terbuka hijau di Kota Palopo yang ada saat ini adalah sekitar 390,84 hektar.

    Sebaran RTH di Kota Palopo di Perlihatkan pada Tabel 15.

  • 105

    Tabel 15. Jenis dan Sebaran RTH di Kota Palopo

    No Kecamatan Jenis RTH (ha)

    Jumlah Jalur Jalan

    Taman/ Monumen

    Lap. Olahraga

    Bantaran Sungai/Pantai Kuburan

    1 Wara Selatan 0.73 - 0.90 82.13 - 83.76

    2 Sendana - - 1.50 - 0.55 2.05

    3 Wara 2.75 0.33 8.38 - - 11.46

    4 Wara Timur 0.86 0.02 - 79.90 1.50 82.29

    5 Mungkajang - - - 4.79 - 4.79

    6 Wara Utara 0.68 0.33 2.40 16.38 5.50 25.28

    7 Bara 0.36 - - 81.77 0.65 82.78

    8 Teluwanua - - - 92.34 0.10 92.44

    9 Wara Barat - - 0.20 5.79 - 5.99

    Total 5.38 0.69 13.37 363.10 8.30 390.84

    Sumber : Bappeda Kota Palopo

    Pada tabel diatas terlihat ada lima jenis RTH yang ada di Kota Palopo,

    dimana RTH bantaran sungai/pantai memiliki luasan yang terbesar yakni

    363,10 hektar, kemudian lapangan olahraga 13,37 hektar, kuburan 8,30

    hektar, jalur jalan 5,38 hektar, sedangkan yang paling kecil yaitu

    taman/monumen yang hanya 0,69 hektar. Berdasarkan kecamatan dimana

    wilayah yang memiliki RTH terbesar berada di Kecamatan Telluwanu dengan

    luas 92,44 hektar sedangkan yang terkecil Kecamatan Sendana yang hanya

    memiliki luas sekitar 2,05 hektar.