BAB IV

download BAB IV

of 11

Transcript of BAB IV

  • 5/21/2018 BAB IV

    1/11

    BAB IV

    RANCANGAN DAN ANALISIS KEMANTAPAN LERENG

    Selama dalam proses studi kelayakan suatu tambang terbuka, diperlukan suatu

    estimasi sudut lereng yang aman untuk perhitungan stripping ratio dan untuk tata letak pit

    pendahuluan. Pada tahap ini umumnya hanya informasi struktur geologi yang tersedia dari

    kegiatan eksplorasi sebelumnya. Besarnya sudut lereng akhir yang ditentukan bergantung

    pada kategori dan kondisi lereng yang diterapkan. Rancangan lereng merupakan suatu proses

    menentukan sudut optimum sebagai masukan ke dalam rancangan tambang. Rancangan

    lereng dalam tambang terbuka mencakup analisis tiga komponen utama dari suatu lereng

    tambang, yaitu : konfigurasi jenjang, sudut antar jenjang (interamp angle), sudut lereng total.

    Gambar 4.1 Typical Design Cross Section

    Rancangan lereng perlu dilakukan karena keberhasilan dalam proses penambangan

    turut ditentukan oleh adanya kondisi tempat kerja yang aman. Lereng yang tidak aman dapat

    menjadi longsor dan memberikan gangguan terhadap tambang, paling tidak dalam hal :

    -

    Dapat menimbulkan kerugian hilangnya nyawa manusia

    -

    Kerugian hilangnya harta benda

    - Terganggunya kegiatan produksi (hilang waktu produksi)

    Berdasarkan pertimbangan di atas maka perlu adanya suatu tahapan rancangan lereng

    yang aman berserta analisis kemantapannya.

    4.1. Latar Belakang Geomekanik

    Adanya proses penggalian menyebabkan terjadinya distribusi tegangan baru yang

    berupa paksaan terhadap tegangan untuk terdistribusi di sekitar penggalian. Tegangan

  • 5/21/2018 BAB IV

    2/11

    vertikal juga berkurang karena adanya penghilangan overburden, hal ini berarti batuan di

    sekitar lokasi penggalian mengalami penghilangan tegangan sebagai akibatnya adalah

    timbulnya rekahan, kekar-kekar menjadi terbukan yang menyebabkan turunnya nilai gaya

    kohesi dan gesek dalam batuan untuk mempertahankan dirinya. Air tanah dapat dengan

    mudah melewati rekahan-rekahan yang ada dan menyebabkan turunnya tegangan normal

    efektif pada bidang-bidang yang berpotensi runtuh.

    Gambar 4.2 Redistribusi tegangan horizontal akibat penggalian tambang

    Semakin dalam digali, zone tanpa tegangan semakin besar dan konsekuensinya

    runtuhan dapat lebih buruk. Akhirnya dengan bertambahnya kedalaman tambang maka

    ukuran relatif blok-blok struktur yang menyusun lereng menjadi semakin kecil dibandingkan

    dengan massa batuan seluruhnya, sehingga mekanisme runtuh dapat berubah dari satu

    struktur yang dikendalikan oleh karakter dari massa yang besar.

    4.2. Rancangan Lereng

    Tujuan utama dilakukan rancangan lereng adalah memperoleh suatu rancangan

    optimum yang merupakan kompromi antara suatu lereng yang cukup terjal secara ekonomi

    dapat diterima dan aman seperti lereng yang datar.

    Diagram alir proses rancangan tambang diawali dengan pengumpulan serangkaian

    data yang diperlukan. Data yang diperlukan sebelum melakukan rancangan lereng adalah :

  • 5/21/2018 BAB IV

    3/11

    - Pengujian kekuatan batuan meliputi : kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, dan data hasil

    analisis balik.

    -

    Menentukan catat bawaan : pemetaan kekar, inti bor.

    - Pemetaan struktur-struktur major

    - Data pemboran

    -

    Data hidrologi

    Setelah data dikumpulkan langkah berikutnya dalam rancangan, yaitu :

    - Menentukan sektor-sektor rancangan

    - Melakukan analisis rancangan jenjang untuk menentukan lereng iteramp maksimum,

    yaitu dengan melakukan analisis stabilitas untuk memperkirakan kemungkinan

    runtuh, banyak material yang dapat runtuh dan lereng total.

    -

    Melakukan analisis rancangan iteramp menggunakan kriteria ekonomi untuk

    pemilihan sudut iteramp

    - Mengevaluasi hasil lereng total untuk menentukan potensi kestabilan dan modifikasi

    bilang perlu

    Rancangan sudut lereng dalam suatu tambang terbuka dipengaruhi oleh kekuatan

    batuan, struktur geologi, kondisi hidrologi, arah dinding tambang (pit wall), tinggi lereng,

    distrubusi bahan galian, kondisi operasi. Parameter-parameter ini bervariasi antara tempat

    yang satu dengan lainnya menjadi beberapa sektor berdasarkan parameter yang sejenis atau

    mirip. Batas-batas struktur yang ada menjadi kriteria pembatas utama, sedangkan parameter

    lain menjadi pembatas yang berkaitan dengan masalah ekonomi.

    Penentuan sektor rancangan dan rancangan lereng umumnya merupakan suatu proses

    iterasi. Bagi perancang lereng (geoteknik) memerlukan posisi, orientasi dan tinggi lereng

    untuk rancangan lereng, sedangkan seorang perancana tambang memerlukan sudut lereng

    untuk merancang geometri tambang. Oleh karena itu perencanaan tambang harus

    dikembangkan berdasarkan sudut lereng yang diasumsikan dan selanjutnya sektor rancangan

    dipilih serta sudut lereng optimal ditentukan. Berdasarkan sudut lereng yang optimal ini

    tambang harus dirancang kembali dan lereng dievaluasi kembali berdasarkan geometri pit

    baru.

  • 5/21/2018 BAB IV

    4/11

    Gambar 4.4 Nama bagian-bagian dari jenjang

    Untuk setiap sektor dalam pit, orientasi catat batuan dan struktur mayor dapatdiplotkan pada proyeksi stereografis. Berdasarkan hasil proyeksi ini dapat ditentukan model

    longsoran yang mungkin terjadi dan memilih metode analisis yang akan digunakan.

    Proses perancangan jenjang merupakan suatu proses melakukan analisis kestabilan

    untuk menentukan sudut jenjang yang masih dapat ditambang, memilih lebar jenjang, tinggi

    jenjang dengan mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berlaku.

    Dalam melakukan perancangan jenjang maka perlu dipikirkan bahwa batuan dapat

    jatuh dan lepas dari bagian atas jenjang sehingga perlu adanya pengaman agar pekerja atau

    alat terlindung dari batu yang jatuh, analisis yang dilakukan oleh Richie (1963) menunjukkan

    bahwa batu akan jatuh di sekitar kaki lereng, tetapi karena momen horizontal dan berputar

    dapat mengakibatkan batu menggelinding pada jarak yang panjang dari kaki lereng.

    Berdasarkan hal tersebut Richie mengembangkan perlunya kriteria lebar dan dalamnya

    paritan di kaki lereng untuk melindungi lalu lintas dari batuan yang jatuh.

    Model penggalian pada kaki lereng umumnya tidak dilakukan, namun untuk

    memberikan efek sama dapat dilakukan dengan menambahkan safety berm pada bagian tepi

    jenjang.

    Gambar 4.5 Safety berm pada bagian tepi jenjang

  • 5/21/2018 BAB IV

    5/11

    Berdasarkan fungsinya suatu lereng dapat dikategorikan dalam lereng yang perlu

    mendapat perhatian khusus sejak mulai tahap rancangan. Menurut Hoek (1970) berdasarkan

    kriteria kepentingannya lereng diklasifikasikan menjadi lereng tanpa problem, lereng kondisi

    normal, dan lereng kritis.

    Tabel 4.1.Klasifikasi problem lereng open pit (Hoek 1970)

    Kategori Kondisi Metode penyelesaian

    A. Lereng tanpa problem

    (Unimportant slopes)

    Penambangan suatu badan

    bijih dangkal dan kadar

    tinggi pada kondisi geologi

    dan iklim menguntungkan.

    Sudut lereng secara

    ekonomis tidak masalah dan

    dapat diterapkan lereng

    landai

    Tidak memerlukan

    pertimbangan untuk

    kemantapan lereng

    B. Lereng kondisi normal

    (Average slopes)

    Penambangan suatu badan

    bijih dengan kadar

    bervariasi pada kondisi

    geologi dan iklim yang

    memungkinkan

    Analisis kemantapan lereng

    secara pendekatan biasanya

    sudah cukup

    C. Lereng kritis (Critical

    Slapes)

    Badan bijih kadar rendah

    pada kondisi geologi dan

    iklim tidak menguntungkan.

    Sudut lereng kritis baik

    secara ekonomis maupun

    keselamatan dalam kegiatan

    penambangan

    Diperlukan studi geologi

    detil dan air tanah, diikuti

    dengan analisis kemantapan

    lereng secara menyeluruh

    Pemahaman terhadap faktor keamanan merupakan hal penting dalam rancangan

    lereng. Salah satu fungsi dari adanya faktor keamanan dalam rancangan adalah untuk

    mengantisipasi ketidakpastian dan menjaga tingkat kepercayaan yang rendah terhadap data

    yang digunakan atau dimasukkan dalam analisis, misalnya parameter kekuatan, distribusi

  • 5/21/2018 BAB IV

    6/11

    tekanan pori, dan stratigrafi. Pada umumnya semakin rendah kualitas penyelidikan lapangan,

    diperlukan faktor keamanan yang lebih besar.

    Pemilihan faktor keamanan yang akan digunakan dalam suatu rancangan bergantung

    kepada pengalaman, tingkat kepercayaan data yang ada, fungsi dari rancangan yang akan

    dibuat, lama waktu hasil rancangan tersebut digunakan. Umumnya untuk suatu tambang

    dengan yang lainnya memiliki kriteria yang berbeda dalam menentukan besarnya faktor

    keamanan.

    4.3. Analisis Kemantapan Lereng

    4.3.1. Umum

    Masalah kemantapan lereng di dalam suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan

    penggalian maupun kegiatan penimbunan merupakan masalah yang penting, karena ini

    menyangkut masalah keselamatan pekerja dan peralatan serta manusia dan bangunan yang

    berada di sekitar lereng tersebut. Dalam pekerjaan penambangan dengan cara tambang

    terbuka, lereng yang tidak mantap akan dapat mengganggu kelancaran produksi.

    Di alam, tanah dan batuan umumnya berada dalam keadaan seimbang, artinya

    keadaan distribusi tegangan pada tanah atau batuan tersebut dalam keadaan mantap. Apabila

    pada tanah atau batuan tersebut ada kegiatan penggalian, penimbunan, penurunan,

    pengankutan, erosi, atau aktivitas lain, sehingga menyebabkan keseimbangannya terganggu,

    maka tanah atau bantuan lain akan berusaha untuk mencapai keseimbangan baru dengan cara

    pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran.

    Untuk menganalisis kemantapan lereng perlu terlebih dahulu diketahui sistem

    tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan serta sifat fisik dan mekaniknya. Tegangan di

    massa tanah atau batuan keadaan alamiahnya adalah tegangan vertikal, tegangan horisontal,

    dan tekanan air pori. Sedangkan sifat fisik dan mekaniknya antara lain adalah bobot isi,

    kohesi, dan sudut geser dalam. Faktor ini secara langsung turut mempengaruhi kemantapan

    dari suatu lereng.

    Secara prinsip, pada suatu lereng sebenarnya berlaku dua macam gaya, yaitu gaya

    penahan dan gaya penggerak. Gaya penahan, yaitu gaya yang menahan massa dari

    pergerakan sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan massa bergerak.

    Lereng akan longsor jika gaya penggeraknya lebih besar dari gaya penahan. Secara sistematis

    kemantapan suatu lereng dalam dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan (F) sebagai

    berikut :

  • 5/21/2018 BAB IV

    7/11

    F = (Gaya penahan) / (Gaya penggerak)

    Kriteria kondisi lereng berdasarkan faktor keamanannya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2Faktor keamanan minimum kemantapan Lereng

    (Departemen Pekerjaan Umum, Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran)

    Resiko *) Kondisi Bahan

    Parameter Kuat Geser **)

    Maksimum Sisa

    Teliti Kurang teliti Teliti Kurang teliti

    TinggiDengan gempa 1,50 1,75 1,35 1,50

    Tanpa gempa 1,80 2,00 1,60 1,80

    MenengahDengan gempa 1,30 1,60 1,20 1,40

    Tanpa gempa 1,50 1,80 1,35 1,50

    RendahDengan gempa 1,10 1,25 1,00 1,10

    Tanpa gempa 1,25 1,40 1,10 1,20

    *) - Resiko Tinggiapabila ada konsekuensi terhadap manusia cukup besar (ada pemukiman),

    dan atau bangunan sangat mahal dan atau sangat penting.

    - Resiko Menengah apabila ada konsekuensi terhadap manusia tetapi sedikit (bukan

    pemukiman) dan atau bangunan tidak begitu mahal dan atau tidak begitu penting.

    - Resiko Rendahapabila tidak ada konsekuensi terhadap manusia dan terhadap bengunan

    (sangat murah).

    **) Kuat Geser Maksimum adalah harga puncak dan dipakai bila massa tanah/batuan

    yang potensial longsor tidak mempunyai bidang diskontinuitas dan belum pernah

    mengalami gerakan

    -Kuat Geser Sisadigunakan bila massa tanah/batuan yang potensial longsor mempunyai

    bidang diskontinuitas dan atau pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai bidang

    diskontinuitas.

    4.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng

    Faktor yang perlu diperlukan dalam menganalisis kemantapan lereng adalah sebagai

    berikut :

    1) Penyebaran tanah atau batuan

  • 5/21/2018 BAB IV

    8/11

    Macam tanah atau batuan yang terdapat di daerah penyelidikan harus

    diketahui, demikian juga penyebaran serta hubungan antar tanah atau batuan. Ini perlu

    dilakukan karena sifat-sifat fisis dan mekanis suatu tanah atau batuan berbeda dengan

    tanah atau batuan lain sehingga kekuatan menahan bebannya sendiri juga berbeda.

    2) Relief permukaan bumi

    Faktor ini mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta juga menentukan

    arah aliran air permukaan dan air tanah. Hal ini disebabkan untuk daerah yang curam,

    kecepatan aliran air permukaan tinggi dan mengakibatkan pengikisan lebih intensif

    dibandingkan pada daerah yang landai. Karena erosi yang intensif, banyak dijumpai

    singkapan tanah atau batuan dan ini menyebabkan pelapukan yang lebih cepat,

    sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.

    3) Struktur geologi

    Struktur geologi yang perlu dicatat adalah sesar, kekar, bidang perlapisan,

    perlipatan, ketidakselarasan, dan sebagainya. Ini merupakan hal yang penting di

    dalam analisis kemantapan lereng karena struktur merupakan bidang lemah di dalam

    massa tanah atau batuan dan dapat menurunkan kemantapan lereng.

    4) Iklim

    Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi

    perubahan temperatur. Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang

    singkat akan mempercepat proses pelapukan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih

    cepat dibandingkan daerah dingin. Oleh karena itu singkapan pada lereng daerah

    tropis akan lebih cepat lapuk dan ini mengakibatkan lereng mudah longsor.

    5) Geometri lereng

    Geometri lereng mencakup tinggi lereng, dan sudut kemiringan lereng. Lereng

    terlalu tinggi akan mengakibatkan menjadi tidak mantap dan cenderung lebih mudah

    longsor dibandingkan lereng yang tidak terlalu tinggi bila susunan tanah atau

    batuannya sama. Lereng menjadi semakin kurang mantap jika kemiringannya besar.

    Maka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah dan tanah atau

  • 5/21/2018 BAB IV

    9/11

    BATAS SUSUT

    Kegunaan :

    1.

    Mengetahui batas susut sudut percontohan tanah. Batas sudut adalah batas antara

    keadaan plastis dengan keadaan padat.

    2. Batas susut diartikan sebagai kadar air pada kedudukan semi padat dan padat yaitu

    presentase kadar air dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan

    perubahan volume tanah.

    Peralatan :

    a) Cawan pencampur

    b) Cawan penguap

    c) Spatula

    d)

    Oven pengering

    e) Timbangan dengan kelelitian 0,01 gram

    f) Porselin

    g)

    Plat transparan dan gelas ukur

    Bahan :

    a) Sample tanah

    b)

    Aquades dan vaselin

    c)

    Air raksa

    Langkah kerja

    1.

    Tempatkan contoh tanah dalam cawan pencampur dan campur dengan air hingga

    merata dan tidak ada gelembung udara.

    2. Lapisi bagian cawan dengan vaselin untuk mencegah contoh tanah menempel pada

    dinding cawan.

    3. Timbang contoh tanah dengan cawan.

    4.

    Keringkan dengan memasukkan ke dalam oven pengering.

    5.

    Setelah kering, sample ditimbang dan dihitung batas susutnya.

    6. Untuk mengetahui volume susutnya yaitu dengan mengambil sample kering dari

    cawan penguap dibersihkan dari kotoran/sisa sample kering yang melekat. Setelah itu

    masukkan air raksa ke dalam cawan penguap sampai penuh lalu masukkan sample

    kering dan tekan sample itu sampai air raksa tumpah kemudian hitung volume air

    raksa yang tertinggal/tidak tumpah.

  • 5/21/2018 BAB IV

    10/11

    Batas susut (ISL) : Wa(

    x 100 %)

    Wa : kadar air tanah basah

    W : berat tanah kering

    V1 : volume tanah basah

    V2 : volume tanah kering

    ANALISA UKURAN BUTIR

    Sifat-sifat tanah sangat bergantung dengan ukuran butirnya. Besaran butiran dijadikan

    dasar untuk pemberian nama dan klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran ini

    merupakan pengujian yang sangat sering dilakukakan. Analisis ukuran butir tanah adalah

    penentuan prosentasi berat butiran pada 1 unit saringan, dengan ukuran diameter lubangtertentu.

    ANALISA SARINGAN AGREGAT (ASTM, AAHTO)

    Kegunaan : untuk memnentukan pembagian ukuran butir suatu percontohan tanah.

    Peralatan :

    1. Timbang dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari benda yang diuji

    2. 1 set saringan

    3.

    Oven listrik

    4. Mesin pengguncang saringan

    5. Tempat untuk percontohan tanah yang diuji

    6. Kuas, sikat kuning, sendok, dll

    Prosedur :

    1. Contoh tanah dikeringkan dalam oven sampai beratnya konstan

    2. Contoh tanah disaring lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar

    ditempatkan paling atas

    3. Saringan diguncang dengan mesin 20 menit

    4. Contoh tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan dicatat

    Perhitungan

    1. Penimbangan harus dilakukan sebelum dan sesudah pengguncangan tersebut

    dilakukan

    2. Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah presentase berat percontoh tanah yang

    tertahan pada masing-masing saringan terhadap berat total percontohan tanah tersebut.

  • 5/21/2018 BAB IV

    11/11

    Saringan Standar Amerika

    No. Saringan Diameter Lubang (mm)3

    4

    6

    8

    10

    16

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    100

    140

    200

    270

    6.35

    4.75

    3.35

    2.36

    2.00

    1.18

    0.85

    0.60

    0.42

    0.30

    0.25

    0.21

    0.15

    0.106

    0.075

    0.053