BAB IV

download BAB IV

of 4

description

bhbhghghs

Transcript of BAB IV

BAB IVHASIL & PEMBAHASAN1. Uji noda lemakSampel ujiHasilGambar

Minyak jagung (oleum maydis)Positif, menghasilkan noda jernih dan transparan

Bahan nabati :Kacang tanah KemiriKeduanya positif, menghasilkan noda jernih dan transparan

Berdasarkan data pengamatan diatas, ketiga sampel uji yakni minyak jagung (oleum maydis) dan minyak dari hasil ekstrasi bahan nabati (kacang tanah dan kemiri) menghasilkan noda jernih dan transparan saat ditetesi pada kertas saring. Ini menunjukkan bahwa ketiganya termasuk dalam minyak lemak. Dimana minyak lemak ini tidak seperti minyak atsiri yang mudah menguap, sehingga apabila minyak lemak ditetesi pada kertas saring akan meninggalkan noda. Untuk pengujian noda lemak pada minyak dari hasil ekstraksi berbahan nabati (kemiri dan kacang tanah) menghasilkan 2 lapisan pada noda dimana lapisan dalam merupakan noda dari minyak lemak sedangkan pada lapisan luar berupa eter yang merupakan pelarut dalam proses penyarian minyak berbahan nabati dimana eter ini akan mudah menguap sehingga noda eter akan cepat menghilang.

2. Uji kelarutanSampel uji + pelarutTingkat kelarutan

Minyak jagung + kloroform1 : 4

Minyak jagung + eter1 : 2,4

Telah diketahui bahwa semua jenis minyak lemak merupakan senyawa non polar, sehingga sesuai dengan prinsip like dissolve like maka minyak lemak akan larut dalam pelarut non polar. Dalam uji kelarutan ini kita akan membandingkan diantara pelarut-pelarut non polar manakah yang mempunyai tingkat kelarutan yang baik untuk dapat melarutkan minyak jagung. Pelarut-pelarut non polar yang diuji antara lain kloroform dan eter.Pada uji kelarutan ini, kita menggunakan 5 tetes minyak jagung yang masing-masing ditambahkan dengan sejumlah volume pelarut non polar kloroform dan eter kemudian ukur dan catat volume pelarut non polar yang dibutuhkan untuk dapat melarutkan minyak lemak secara sempurna.Berdasarkan dari data hasil pengamatan diatas, menunjukkan bahwa diantara pelarut non polar kloroform dan eter yang paling baik dalam melarutkan minyak jagung adalah eter. Dimana minyak jagung dapat larut dalam 2,4 bagian eter. Hasil ini menunjukkan tingkat kelarutan minyak jagung dalam eter lebih tinggi dibandingkan kelarutan minyak jagung dalam kloroform dimana minyak jagung baru dapat larut dalam 4 bagian kloroform.Perbedaan tingkat kelarutan dalam pelarut non polar ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan konstanta dielektrik antara kedua pelarut non polar kloroform dan eter. Apabila pelarut tersebut mempunyai nilai konstanta dielektrik yang mendekati nilai konstanta dielektrik minyak jagung maka pelarut tersebut akan semakin baik untuk dapat melarutkan minyak jagung. Dari uji kelarutan ini diduga bahwa konstanta dielektrik yang dimiliki oleh eter mendekati konstanta dielektrik pada minyak jagung. Sehingga eter lebih mudah untuk melarutkan minyak jagung.

3. Uji pembentukan emulsiPada uji pembentukan emulsi, 3 tetes minyak dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 5 ml air dimana air yang bersifat polar akan membentuk emulsi yang tidak stabil dengan minyak jagung yang bersifat non polar sehingga pada kedua campuran ini akan terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berupa globul-globul minyak jagung dan dilapisan bawah berupa air. Air berada didasar tabung karena air memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan minyak jagung.Kemudian pada kedua campuran air dan minyak jagung ditambahkan air sabun. Maksud dari penambahan sabun adalah sebagai emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan, dalam hai ini adalah air dengan minyak jagung sehingga dapat membentuk suatu emulsi. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak ataupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lainnya.Berdasarkan dari hasil percobaan, penambahan air sabun dalam jumlah yang besar belum juga dapat memecah tegangan antar muka pada air dan minyak jagung sehingga tidak terbentuk emulsi. Penambahan sabun pada campuran air dan minyak jagung ini hanya dapat memperkecil globul minyak jagung saja. Ketidakberhasilan pembentukan emulsi pada penambahan campuran minyak jagung dan air dengan air sabun ini kemungkinan karena nilai HLB pada minyak jagung terlalu besar sehinga membutuhkan emulsifier yang lebih banyak atau dikarenakan untuk membentuk emulsi dari minyak jagung dan air membutuhkan jenis emulsifier lain yang lebih sesuai seperti protein, gom dll.4. Uji ketidakjenuhanSampel ujiVolume pelarut Hulb yang dibutuhkan

Minyak jagung7 tetes

Minyak kelapa4 tetes

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Sedangkan pada asam lemak jenuh memiliki ikatan tunggal pada gugus hidrokarbonnya. Pereaksi Iod Hubl digunakan sebagai indikator perubahan warna. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod hubl akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna ungu lemah yang tebentuk selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod hubl.Dalam uji ketidakjenuhan, 4 tetes sampel minyak uji ditambah dengan kloroform. Penambahan kloroform ini dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak kemudian ditambahkan pereaksi Iod Hubl setetes demi setetes hingga perubahan warna terhadap campuran teramati. Berdasarkan data percobaan menunjukkan bahwa volume pelarut Hubl yang dibutuhkan pada minyak jagung untuk menghasilkan perubahan warna lebih banyak dibandingkan dengan volume pelarut Hubl yang dibutuhkan pada minyak kelapa. Hal ini berarti bahwa kandungan senyawa hidrokarbon berantai ganda pada minyak jagung lebih banyak dibandingkan dengan minyak kelapa. Sehingga pada minyak jagung membutuhkan pelarut Hubl yang lebih banyak untuk memutus ikatan hidrakarbon rangkap/ganda menjadi ikatan hidrokarbon tunggal. Selain itu, hal ini menandakan bahwa tingkat ketidakjenuhan pada minyak jagung lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kelapa.5. Uji pembentukan sabunUji pembentukan sabun atau juga dikenal sebagai proses penyabunan pada minyak bertujuan untuk mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali. Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH atau KOH melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Pada uji pembentukan sabun ini, 1 ml minyak kacang + 2 ml NaOH 2N + 3 ml air didihkan sampai timbul larutan kental berwarna kuning pucat dipermukaan. Larutan kental tersebutlah yang dinamakan dengan sabun. Bagi larutan sabun yang terbentuk menjadi 3 bagian. 1 bagian dimasukkan ke dalam tabung reaksi kosong kemudian ditambahkan HCl dalam jumlah yang sama banyak. Sesuai dengan percobaan, setelah ditambahkan HCl larutan sabun yang kental tersebut menjadi agak encer. Ini berarti dengan penambahan HCl yang bersifat asam menetralisasi sabun yang awalnya bersifat lebih basa. Kemdian 1 bagian kedua dimasukkan ke dalam tabung reaksi kosong dan ditambahkan dengan KCl. Hasil yang teramati adalah sabun kental menjadi lebih encer. Namun, tingkat keenceran dari hasil penambahan KCl lebih rendah dibandingkan dengan hasil dari penambahan HCl. Namun menurut teori, dengan penambahan KCl seharusnya meningkatkan jumlah pembentukan sabun. Kemudian 1 bagian terakhir dari sabun ditambahkan dengan MgSO4. Fungsi dari kegunaan MgSO4 adalah untuk menarik/mengikat logam-logam yang terkandung dalam air sadah sehingga lebih banyak menghasilkan busa. Pada hasil percobaan dengan penambahan MgSO4, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori dimana setelah ditambahkan dengan MgSO4 terbentuk busa disekitar dinding tabung reaksi.

BAB VKESIMPULAN

Mengidentifikasi minyak lemak dapat menggunakan uji noda lemak, uji kelarutan, uji pembentukan emulsi, uji ketidak jenuhan dan uji pembentukan sabun. Dimana dari setiap uji, kita dapat memperoleh karakteristik minyak lemak diantaranya: memiliki sifat non polar sehingga akan cenderung larut dalam pelarut non polar akan meninggalkan noda jika ditetesi pada kertas saring bersifat tidak jenuh atau memiliki banyak ikatan rangkap dapat membentuk emulsi dengan air apabila ditambahkan dengan emulsifying agent yang sesuai dengan jenis minyak dapat membentuk sabun dengan penambahan alkali kuat

Daftar Pustaka

Poedjiadji, anna. 2005. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: UI PressCampbell. 2002. Biologi. Jakarta: erlangga