BAB IV

6
BAB IV ANALISA KASUS Pada anamnesa didapatkan kurang lebih 7 hari SMRS, pasien mengalami demam naik-turun, namun demam tidak turun sampai suhu normal, demam disertai menggigil. Keluhan juga disertai BAB cair pada 3 hari pertama demam. Frekuensi BAB 1x/hari, BAB masih disertai ampas, darah dan lendir tidak ada, banyak BAB ± 1/2 gelas belimbing. Setelah 3 hari pertama mengalami BAB cair selanjutnya pasien sama sekali tidak BAB. Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak, pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, dan mual namun tidak ada muntah. Semenjak sakit pasien tidak memiliki nafsu makan. Keluhan yang terjadi pada pasien ini dapat didiagnosis dengan demam tifoid, ISPA, infeksi saluran kemih, malaria, dan demam berdarah dengue. Demam yang disebabkan oleh malaria ditandai oleh trias malaria yaitu: periode paroksisme terdiri dari stadium dingin, stadium demam dan stadium berkeringat. Selain itu, terdapat riwayat bepergian ke wilayah endemis malariadalam 1-4 minggu sebelumnya, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, dan diare) tidak nafsu makan, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri daerah 40

description

bab iv

Transcript of BAB IV

41

BAB IVANALISA KASUS

Pada anamnesa didapatkan kurang lebih 7 hari SMRS, pasien mengalami demam naik-turun, namun demam tidak turun sampai suhu normal, demam disertai menggigil. Keluhan juga disertai BAB cair pada 3 hari pertama demam. Frekuensi BAB 1x/hari, BAB masih disertai ampas, darah dan lendir tidak ada, banyak BAB 1/2 gelas belimbing. Setelah 3 hari pertama mengalami BAB cair selanjutnya pasien sama sekali tidak BAB. Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak, pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, nyeri perut, dan mual namun tidak ada muntah. Semenjak sakit pasien tidak memiliki nafsu makan. Keluhan yang terjadi pada pasien ini dapat didiagnosis dengan demam tifoid, ISPA, infeksi saluran kemih, malaria, dan demam berdarah dengue.Demam yang disebabkan oleh malaria ditandai oleh trias malaria yaitu: periode paroksisme terdiri dari stadium dingin, stadium demam dan stadium berkeringat. Selain itu, terdapat riwayat bepergian ke wilayah endemis malariadalam 1-4 minggu sebelumnya, keluhan gastrointestinal (mual, muntah, dan diare) tidak nafsu makan, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri daerah perut, pucat dan diare. Sedangkan pada pasien tidak ditemukan gejala klinis berupa trias malaria dan tidak adanya riwayat pasien bepergian ke daerah endemis malaria. Sehingga diagnosis malaria dapat disingkirkan.Pada pasien dengan demam berdarah dengue didapatkan gejala demam tinggi mendadak, 2-7 hari terus menerus, disertai manifestasi perdarahan seperti bintik merah pada kulit, epistaksis, BAB hitam, atau gusi berdarah. Dari anamnesis diketahui demam pada pasien naik-turun dan tidak terjadi peningkatan secara mendadak. Pada pasien ini juga tidak ditemukannya manifestasi perdarahan sehingga diagnosis demam berdarah dengue dapat disingkirkan.Demam yang disebabkan infeksi salurah kemih menimbulkan manifestasi demam, sakit pinggang, nyeri BAK (disuria), urgensi, frekuensi, polakisuria, riwayat urin berpasir/keluar batu. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala-gejala tersebut, namun infeksi saluran kemih pada anak-anak terkadang bersifat asimtomatik, sehingga diagnosis infeksi saluran kemih belum dapat disngkirkan untuk itu perlu adanya pemeriksaan urin rutin untuk menegakkan diagnosis secara pasti.Pasien juga mengeluh batuk disertai dahak, pilek dan nyeri tenggorokan. Dari anamnesis bisa ditegakkan diagnosis infeksi saluran pernafasan akut yaitu Rhinofaringitis akut.Pada demam tifoid, anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan asimptomatis. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi, namun gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi menjadi (1) demam, (2) gangguan saluran pencernaan, (3) gangguan kesadaran. Pada kasus khas terdapat demam remitten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga. Pada pasien ini, kurang lebih 7 hari SMRS, penderita mengalami demam naik turun, dengan penurunan suhu tidak sampai ke suhu normal. Pasien juga mengalami BAB cair pada 3 hari pertama dan selanjutnya pasien tidak BAB sehingga diagnosis demam tifoid belum dapat disingkirkan.Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 12 Mei 2015, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, keadaan umum tampak sakit sedang, tanpa gangguan kesadaran, pada lidah pasien ditemukan kotor pada tengahnya dan hiperemis pada pinggirnya (typhoid tongue +). Pada tonsil tidak ditemukan adanya pembesaran namun hiperemis pada faring. Untuk permeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.Pada pemeriksaan hematologi yang dilakukan tanggal 10 Mei 2015 menunjukkan adanya leukositosis . Untuk pemeriksaan darah rutin lainnya dalam batas normal. Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan peningkatan laju endap darah, gangguan eritrosit normokrom normositer, yang diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. Tidak selalu ditemukan leukopenia, diduga leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam peredaran darah. Sering hitung leukosit dalam batas normal dan dapat pula leukositosis, terutama bila disertai komplikasi lain.Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologis dan didapatkan hasil positif pada serologi Salmonella typhi O sebesar 1/320 dan titer H sebesar 1/160 yang berarti terdapat infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Hasil pemeriksaan ini menguatkan diagnosis demam tifoid.Penatalaksanaan pada penderita ini adalah dengan perawatan tirah baring dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan , pemberian diet yang lunak yang mudah dicerna dengan kalori dan protein yang cukup dan rendah serat pemberian diet lunak ini ditujukkan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.Pada kasus diberikan antibiotik ceftriaxone dengan dosis 1,2 gram per hari sebagai terapi kausatif. Pada teori kloramfenikol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi demam tifoid terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak- anak 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis untuk pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari. Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun. Namun pada pasien didapatkan keluhan demam tidak membaik lebih dari 5 hari dan pada pemeriksaan darah rutin adanya peningkatan kadar leukosit maka pada pasien ini antibiotik ceftriaxone dipilih sebagai pilihan terapi.Selain itu diberikan antipiretik (Parasetamol) apabila suhu tubuh 38.5oc sebagai pengobatan simptomatis dan zink tablet dengan dosis 20mg per hari karena sebelumnya ada riwayat BAB cair pada 3 hari pertama pasien mulai demam.Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Prognosis pada pasien ini baik, namun tetap ada kemungkinan keluhan dapat kembali berulang. Dari riwayat penyakit sebelumnya juga diketahui bahwa pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Resiko menjadi karier pada anak-anak rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid.

40