BAB IV

12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang pada bulan Agustus – September 2014. Berdasarkan observasi sebelum dilakukan penelitian, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Pada penelitian ini dilibatkan 56 penderita asma yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rutin, tidak rutin, dan tidak pernah mengikuti Senam Asma Indonesia. Responden terdiri dari pria dan wanita dengan usia 19 tahun sampai 60 tahun dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang berbeda. Tingkat pendidikan responden terdiri dari SD, SMP, SMA, dan sarjana. Sedangkan pekerjaan responden terdiri dari ibu rumah tangga, mahasiswa, buruh, swasta, wiraswasta, guru, PNS, dan pensiunan. A.1. Data Demografis Tabel 4.1. Distribusi Umur Responden Variabel Minimum Maksimum Rata- rata Simpangan Baku http://digilib.unimus.ac.id

description

sai

Transcript of BAB IV

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang pada bulan Agustus September 2014. Berdasarkan observasi sebelum dilakukan penelitian, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian.Pada penelitian ini dilibatkan 56 penderita asma yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rutin, tidak rutin, dan tidak pernah mengikuti Senam Asma Indonesia. Responden terdiri dari pria dan wanita dengan usia 19 tahun sampai 60 tahun dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang berbeda. Tingkat pendidikan responden terdiri dari SD, SMP, SMA, dan sarjana. Sedangkan pekerjaan responden terdiri dari ibu rumah tangga, mahasiswa, buruh, swasta, wiraswasta, guru, PNS, dan pensiunan.

A.1.Data DemografisTabel 4.1.Distribusi Umur RespondenVariabelMinimumMaksimumRata-rataSimpangan Baku

Umur196041,5715,26

Umur responden berkisar antara 19 - 60 tahun dengan rata-rata 41,57 tahun dan simpangan baku 15,26

Tabel 4.2.Frekuensi Jenis KelaminVariabelFrekuensiPersentase (%)

Jenis Kelamin1. Laki-laki2. Perempuan223439,360,7

Jumlah56100

Sebagian besar responden adalah perempuan dengan persentase, perempuan 60,7% dan laki-laki 39,3%.

Tabel 4.3.Distribusi Frekuensi PendidikanVariabelFrekuensiPersentase (%)

Pendidikan1. SD2. SMP3. SMA4. Sarjana5113198,919,655,416,1

Jumlah56100

Sebagian besar responden berpendidikan SMA dengan masing-masing persentase, SD 8,9%, SMP 19,6%, SMA 55,4%, dan sarjana 16,1%.

Tabel 4.4.Distribusi Frekuensi PekerjaanVariabelFrekuensiPersentase (%)

Pekerjaan1. Ibu rumah tangga2. Mahasiswa3. Buruh4. Swasta5. Wiraswasta6. Guru7. PNS8. Pensiunan

1613412311628,623,27,121,45,41,81,810,7

Jumlah56100

Responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga 28,6%, mahasiswa 23,2%, buruh 7,1%, swasta 21,4%, wiraswasta 5,4%, guru 1,8%, PNS 1,8%, dan pensiunan 10,7%.

A.2.Senam Asma IndonesiaSetelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil distribusi responden sebagai berikut :Tabel 4.5. Distribusi Rutinitas Senam Asma IndonesiaVariabelFrekuensiPersentase (%)

Senam Asma Indonesia

1. Tidak pernah2. Tidak rutin3. Rutin28226503,646,4

Jumlah56100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 56 responden terdapat 28 responden yang tidak pernah mengikuti Senam Asma Indonesia dengan persentase 50%, 2 responden yang tidak rutin mengikuti Senam Asma Indonesia dengan persentase 3,6%, dan 26 responden yang rutin mengikuti Senam Asma Indonesia dengan persentase 46,4%.

A.3.Frekuensi Kekambuhan AsmaTabel 4.6.Distribusi Frekuensi Kekambuhan Asma (Tes Kontrol Asma)VariabelFrekuensiPersentase (%)

Tes Kontrol Asma

1. Tidak terkontrol2. Terkontrol baik3. Terkontrol total3320358,935,75,4

Jumlah56100

Sebagian besar responden termasuk dalam kategori asma tidak terkontrol dengan masing-masing persentase, tidak terkontrol 58,9%, terkontrol baik 35,7%, dan terkontrol total 5,4%.

Tabel 4.7.Distribusi Frekuensi Kekambuhan Asma (Tes Kontrol Asma) pada Penderita Asma yang Tidak Mengikuti Senam Asma IndonesiaVariabelFrekuensiPersentase (%)

Tes Kontrol Asma

1. Tidak terkontrol2. Terkontrol baik3. Terkontrol total234182,114,33,6

Jumlah28100

Sebagian besar responden termasuk dalam kategori asma tidak terkontrol dengan masing-masing persentase, tidak terkontrol 82,1%, terkontrol baik 14,3%, dan terkontrol total 3,6%.

Tabel 4.8.Distribusi Frekuensi Kekambuhan Asma (Tes Kontrol Asma) pada Penderita Asma yang Mengikuti Senam Asma IndonesiaVariabelFrekuensiPersentase (%)

Tes Kontrol Asma

1. Tidak terkontrol2. Terkontrol baik3. Terkontrol total1016235,757,17,1

Jumlah28100

Sebagian besar responden termasuk dalam kategori asma terkontrol baik dengan masing-masing persentase, tidak terkontrol 35,7%, terkontrol baik 57,1%, dan terkontrol total 7,1%.

A. 4.Pengaruh Senam Asma Indonesia terhadap Frekuensi Kekambuhan AsmaTabel 4.9.Uji beda 2 mean perbedaan frekuensi kekambuhan asma antara penderita asma yang mengikuti SAI dan yang tidak mengikuti SAIVariabelSenam Asma IndonesiaP-value

Tidak SenamSenam

Kontrol Asma (mean rank)22,1434,860,001

Tidak terkontrol23 (82,1%)10 (35,7%)

Terkontrol baik4 (14,3%)16 (57,1%)

Terkontrol total1 (3,6%)2 (7,1%)

Dari uji Mann-Whitney didapatkan p-value 0,001 (0,05) yang berarti tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi kekambuhan asma.

Tabel 4.13.Pengaruh Pendidikan terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma (Tes Kontrol Asma)Kontrol AsmaMean RankP-value

PendidikanTidak TerkontrolTerkontrol BaikTerkontrol Total30.3024.0038.670,151

Dari uji Kruskal-Wallis didapatkan p-value 0,151 (>0,05) yang berarti tidak ada pengaruh pendidikan terhadap frekuensi kekambuhan asma.

Tabel 4.14.Pengaruh Pekerjaan terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma (Tes Kontrol Asma)Kontrol AsmaMean RankP-value

PekerjaanTidak TerkontrolTerkontrol BaikTerkontrol Total25.7730.8243.000,143

Dari uji Kruskal-Wallis didapatkan p-value 0,143 (>0,05) yang berarti tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap frekuensi kekambuhan asma.B.PembahasanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Senam Asma Indonesia terhadap frekuensi kekambuhan asma dengan menggunakan kuesioner rutinitas Senam Asma Indonesia dan tes kontrol asma yang sudah divalidasi. Kuesioner rutinitas Senam Asma Indonesia digunakan untuk mengetahui rutinitas penderita asma dalam mengikuti kegiatan Senam Asma Indonesia. Tes kontrol asma merupakan instrumen untuk mengukur tingkat kontrol asma sehingga dapat digunakan untuk mengetahui pengendalian frekuensi kekambuhan asma.Penelitian dilakukan terhadap 56 responden sebagai sampel penelitian. Dari 56 responden didapatkan 28 responden tidak mengikuti Senam Asma Indonesia, 26 responden mengikuti Senam Asma Indonesia secara rutin, dan 2 responden tidak rutin mengikuti Senam Asma Indonesia.Dari semua responden didapatkan 33 (58,9%) responden dengan kategori asma tidak terkontrol, 20 (35,7%) responden dengan kategori asma terkontrol baik, dan 3 (5,4%) responden dengan kategori asma terkontrol total. Sehingga sebagian besar responden adalah penderita asma dengan asma tidak terkontrol.Pada responden yang tidak mengikuti Senam Asma Indonesia terdapat 23 (82,1%) responden dengan kategori asma tidak terkontrol, 4 (14,3%) responden dengan kategori asma terkontrol baik, dan 1 (3,6%) responden dengan kategori asma terkontrol total. Sehingga sebagian besar responden yang tidak mengikuti Senam Asma Indonesia adalah penderita asma tidak terkontrol.Pada responden yang mengikuti Senam Asma Indonesia terdapat 10 (35,7%) responden dengan kategori asma tidak terkontrol, 16 (57,1%) responden dengan kategori asma terkontrol baik, dan 2 (7,1%) responden dengan kategori asma terkontrol total. Sehingga sebagian besar responden yang mengikuti Senam Asma Indonesia adalah penderita asma terkontrol baik.Pada teori disebutkan bahwa pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh pengobatan farmakologis, tetapi diperlukan pula menjaga dan meningkatkan kebugaran fisik untuk memperbaiki fungsi paru dan mengendalikan frekuensi serangan asma. Peningkatan kebugaran fisik dapat dilakukan melalui Senam Asma Indonesia. Melalui Senam Asma Indonesia, frekuensi serangan dan pemakaian obat dapat berkurang.2,4,16Senam Asma Indonesia merupakan jenis terapi latihan yang dilakukan dengan cara melibatkan aktivitas gerakan seluruh tubuh sehingga dapat membantu proses rehabilitasi pernapasan pada penderita asma. Senam Asma Indonesia diciptakan khusus untuk penderita asma yang gerakan-gerakannya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan penderita asma. Tujuan Senam Asma Indonesia adalah untuk melemaskan otot-otot pernapasan, memulihkan kemampuan gerak yang berkaitan dengan mekanisme pernapasan, mencegah atau mengurangi kelainan bentuk atau sikap tubuh (posture), mengendalikan pernapasan dan meningkatkan kapasitas pernapasan, serta meningkatkan rasa percaya diri pasien asma.6,16,17Pada latihan fisik efek maksimal tergantung dari intensitas, frekuensi, dan lama latihan. Senam Asma Indonesia dianggap efektif apabila dilakukan secara rutin satu kali seminggu dengan durasi 60 menit dan dilaksanakan selama 6-8 minggu. Dengan demikian Senam Asma Indonesia yang dilakukan secara teratur dapat memperbaiki fungsi paru dan mengurangi frekuensi kekambuhan asma sehingga dapat mewujudkan keadaan asma terkontrol.17 Pada penelitian ini pengaruh Senam Asma Indonesia terhadap frekuensi kekambuhan asma diolah menggunakan uji analisis Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Uji Mann-Whitney adalah uji dua sampel bebas pada statistik non-parametrik, pada penelitian ini dibandingkan antara kelompok penderita asma yang mengikuti Senam Asma Indonesia dan kelompok penderita asma yang tidak mengikuti Senam Asma Indonesia. Sedangkan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menguji kemaknaan perbedaan beberapa sampel independen, pada penelitian ini dilakukan analisis pada kelompok penderita asma yang rutin melakukan Senam Asma Indonesia, kelompok penderita asma yang tidak rutin melakukan Senam Asma Indonesa, dan kelompok penderita asma yang tidak pernah melakukan Senam Asma Indonesia.Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p-value