BAB II.pdf
Transcript of BAB II.pdf
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daerah Penelitian
Gambar 1. Daerah penelitian area panasbumi Gedongsongo di lereng Selatan
Gunung Ungaran dan sekitarnya (Bakosurtanal, 2002).
Lokasi penelitian daerah manifestasi panasbumi Gedongsongo ini berada di
lereng Selatan Gunung Ungaran sebelah Baratdaya Kota Semarang, Provinsi
Jawa Tengah. Secara geografis, lokasi penelitian ini berada pada UTM-X
425000 - 429000 dan UTM-Y 9199000 – 9205000 dengan ketinggian sekitar
U
5
1950 meter di atas permukaan laut. Dengan luas area penelitian yaitu 4x6
km2.
2.2. Fisiografi Regional
Gunung Ungaran merupakan gunungapi kuarter yang menjadi bagian paling
utara dari Pegunungan Serayu Utara yaitu gunungapi Ungaran-Telemoyo-
Merbabu-Merapi seperti ditunjukkan pada Gambar 2 (Bemmelen, 1970).
Gambar 2. Citra satelit yang menunjukkan rangkaian gunungapi Ungaran-
Telemoyo-Merbabu-Ungaran.
Daerah Gunung Ungaran ini di sebelah Utara berbatasan dengan dataran
aluvial Jawa bagian Utara, di bagian Selatan merupakan jalur gunungapi
Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu), sedangkan pada bagian
6
Timur berbatasan dengan Pegunungan Kendeng (Gambar 3). Bagian Utara
Pulau Jawa ini merupakan geosinklin yang memanjang dari Barat ke Timur
(Bemmelen, 1970).
Gambar 3. Sketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah dengan modifikasi
(Bemmelen, 1970).
2.3. Morfologi Gunung Ungaran
Geologi komplek depresi Ungaran telah dibahas oleh beberapa peneliti,
diantaranya Bemmelen (1941,1949), van Padang (1951), Hadisantono dan
Sumpena (1993), Thanden dkk. (1996). Gunung Ungaran termasuk ke dalam
gunungapi tipe B, yaitu gunungapi yang tidak diketahui letusannya sejak
tahun 1600 hingga sekarang. Secara umum mereka menjelaskan bahwa
evolusi gunung Ungaran dibagi menjadi tiga, yaitu morfologi gunung
Ungaran paling Tua, kedua Ungaran Tua, dan ketiga Ungaran Muda yang
ditunjukkan pada Gambar 4. Masing-masing periode dibedakan antara satu
terhadap yang lainnya oleh proses runtuhan karena volkano-tektonik.
U
Peta Sketsa Fisiografi
Jawa Tengah
7
Gambar 4. Urutan terbentuknya deretan Gunung Ungaran sampai Merapi
(Bemmelen, 1949).
Periode pertama, Gunung Ungaran Paling Tua terbentuk pada Pleistosen
Bawah yang produknya terdiri dari aliran piroklastik dan lava andesit
basaltik. Produk letusan Gunung Ungaran Paling Tua ini diendapkan sebagai
formasi Damar Tengah dan Damar Atas. Kemudian menyusul tufa andesit
augit-hornblende dan piroklastik aliran andesitik. Periode pertumbuhan
Gunung Ungaran Paling Tua ini diakhiri dengan perusakan tubuhnya pada
Pleistosen Muda.
Periode kedua, Gunung Ungaran Tua terbentuk dan produknya terdiri dari
basalt andesitik augit-olivin. Produk letusan Gunung Ungaran Tua ini
kemudian diendapkan di atas Formasi Damar secara tidak selaras yang
disebut Formasi Notopuro. Formasi Notopuro terdiri dari endapan aliran
piroklastik. Periode kedua ini berakhir dengan keruntuhan yang bersamaan
dengan terjadinya sistem sesar volkano-tektonik (Bemmelen, 1941). Akibat
8
dari fase perusakan ini Gunung Ungaran Tua hancur dan tersisa tiga blok
bagian yang dikelilingi oleh suatu sistem sesar cincin dimana Formasi
Notopuro sedikit terlipat. Akibat sistem sesar cincin ini maka terjadi beberapa
kerucut parasit seperti Gunung Turun, Gunung Mergi dan Gunung
Kendalisodo. Sistem sesar cincin dan urutan patahan dari yang tertua hingga
termuda ditunjukkan pada Gambar 5 (Bemmelen, 1970).
Periode ketiga, Gunung Ungaran Muda terbentuk melalui Pusat letusan
Gunung Ungaran Tua. Hadisantono dan Sumpena (1993) menjelaskan bahwa
hasil pengamatannya di lapangan menunjukkan bahwa Gunung Ungaran
Muda menghasilkan banyak aliran lava yang komposisinya berkisar antara
basaltik sampai andesitik. Endapan aliran piroklastik dapat ditemukan di
lereng Baratlaut, Timurlaut, Utara, Baratdaya, Timur-Tenggara dan Selatan.
Data petrografi dari peneliti terdahulu menunjukkan bahwa komposisi batuan
Gunung Ungaran Muda adalah andesit augit-hornblende tanpa olivine.
9
Gambar 5. Sistem sesar cincin ungaran dan urutan patahan Ungaran dari
yang tertua (1) hingga termuda (6) (Bemmelen, 1970).
10
2.4. Geologi Regional
Sistem panasbumi yang berkembang di Gunung Ungaran secara geologi
berada di zona depresi dengan litologi permukaan didominasi oleh batuan
vulkanik berumur Kuarter berupa kerucut-kerucut muda. Prospek panasbumi
daerah ini bersistem dominasi air, yang secara struktural dikontrol oleh
struktur kaldera Ungaran. Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh
struktur runtuhan (collapse structure) yang memanjang dari barat hingga
tenggara dari Ungaran. Batuan vulkanik penyusun pra-Kaldera dikontrol oleh
sistem sesar yang berarah Baratlaut–Baratdaya dan Tenggara-Barat. Pada
batuan vulkanik penyusun post-Kaldera hanya terdapat sedikit struktur yang
dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiardjo dkk., 1997).
Pemunculan manifestasi Gedongsongo dikontrol oleh zona struktur berarah
Utara - Selatan sebagai pembatas pemunculan dan struktur berarah Timurlaut
– Baratdaya sebagai media keluarnya manifestasi Gedongsongo (Rezky dkk.,
2012). Gambar 6 peta geologi daerah penelitian menunjukkan bahwa struktur
patahan primer yang melewati daerah manifestasi Gedongsongo berarah
Timurlaut-Baratdaya. Wahyudi (2005) menyatakan urutan stratigrafi Gunung
Ungaran dan sekitarnya dari yang tertua hingga yang termuda yaitu andesit 5,
andesit 4, batu lempung (claystone), batu pasir (sandstone), andesit 3, breksi
vulkanik, andesit 2, endapan piroklastik, dan andesit 1.
Tabel 1 menunjukkan perbedaan antara batuan beku, piroklastik, sedimen,
dan konglomerat. Dimana batuan daerah penelitian antara lain batuan lava
andesit (batuan beku), endapan piroklastik dan breksi vulkanik (sedimen).
Gambar 6. Peta geologi regional dan manifestasi daerah panasbumi Gedongsongo dan sekitarnya dengan modifikasi (Wahyudi, 2005).
Tabel 1. Pembeda Batuan Beku, Piroklastik, Sedimen dan Metamorf.
Nama
batuan
Beku Piroklastik Sedimen Metamorf
Diagenesa Batuan yang terbentuk
akibat membekunya
magma pada waktu
perjalanannya ke
permukaan bumi.
Batuan yang disusun oleh
material-material yang
dihasilkan oleh letusan
gunung api.
Batuan yang terbentuk dalam
suatu siklus sedimentasi
(pelapukan-transportasi-
sedimentasi-diagenesa).
Batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan tekanan (P),
temperatur (T) atau keduanya
secara (Isokimia), fase padat,
Temperatur 200-800 C.
Kenampakan
khas
Warna beragam, banyak
mineral.
Warna kusam, pecah-
pecah, rapuh.
Warna dominan coklat, kasar
jika diraba, dominan sedimen
klastik.
Sangat kompak, dan
mengkilap, warna beragam.
Komponen Gelas, mineral, massa
dasar
Litik, Gelas, Mineral,
Fragmen litoklas.
Fragmen Klastik, Fragmen
Non-Klastik, Massa Dasar,
Semen.
Dominan mineral dari batuan
asal (Isokimia).
Struktur Vasikular, Amigdaloidai,
Kekar Kolom dan Kekar
berlembar
Vesikular, Cross-bedded,
cross-laminated.
Berlapis, paralel lamination,
cross lamination, cross
bedding, grading bedding, dll.
Ada/tidak orientasi kesejajaran
antara tekstur atau
Foliasi/Non-Foliasi.
Tekstur (Fanerik, Afanitik,
Porfiritik), (Equigranular,
inequigranular)
Fragmen litoklas
beragam, Vesikular,
Amigdaloidal.
Klastik: Grain size, Sortin,
Roundne, Kemas.
Lepidobiatik, Nematoblastik,
Granoblastik, granulablastik,
Homeo/Heteroblastik.
Non-Klastik: Fragmen
Skeletal/Non-Skeletal,
Lumpur Karbonat,
Monomineral, dan Karbon.
13
2.5. Stratigrafi
Menurut Thanden dkk. (1996) batuan gunungapi yang meliputi daerah
penelitian merupakan batuan Gunungapi berumur Kuarter, diantaranya yaitu
batuan gunungapi andesit (Qls) yang berumur Holosen tengah, batuan
endapan piroklastik (Qhg) yang berumur Holosen bawah, dan batuan breksi
vulkanik (Qpkg) yang berumur Pleistosen bawah. Batuan gunungapi andesit
(Qls) merupakan batuan gunungapi termuda pada daerah penelitian seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Kolom stratigrafi lembar Magelang-Semarang (Thanden dkk.,
1996).
14
2.6. Kajian Sistem Panasbumi
Sistem panasbumi terdiri atas beberapa unsur utama, yaitu sumber panas
alami (Hot Rock), suplai air yang cukup, reservoar dan batuan penutup (cap
rock).
2.6.1. Sumber Panas Alami (Hot Rock)
Sumber panas suatu daerah panasbumi adalah intrusi magma ke dalam
kerak bumi yang memiliki temperatur 600-900C pada kedalaman
sekitar 7-15 km dari permukaan bumi. Panas dari intrusi magma ini
dihantarkan secara konduktif oleh batuan menuju akuifer, untuk
selanjutnya dihantarkan secara konvektif oleh fluida dalam akuifer.
Karena itu, daerah panasbumi umumnya berlokasi disekitar daerah
vulkanis (gunung berapi). Di Indonesia, daerah produktif maupun
potensial panabumi terletak diepanjang zona subduksi dan gunung
berapi.
2.6.2. Suplai Air (Fluida)
Pada awalnya, para ahli geologi menduga bahwa sumber air (fluida)
panasbumi berasal dari air magmatik, yaitu air yang dilepaskan dari
magma cair ketika tekanannya berkurang. Namun dengan
ditentukannya aplikasi teknik isotop alam dalam panasbumi telah
membuktikan bahwa sumber fluida tersebut adalah air meteorik (air
hujan), hanya sebagian kecil daerah panasbumi yang sumber fluidanya
berasal dari air magmatik. Air meteorik tersebut masuk ke dalam
15
reservoir melalui patahan dan dipanasi oleh batuan melalui proses
konduktif dan konveksi. Jika suatu reservoir panabumi dieksploitasi,
maka ketersediaan suplai air harus diperhatikan agar produksi dapat
berkelanjutan.
2.6.3. Reservoir Panasbumi
Akuifer adalah suatu formasi geologis yang dapat menyimpan air.
Batuan permeabel merupakan media yang baik untuk menyimpan air.
Reservoir panasbumi berupa akuifer dengan batuan permeabel yang
berbeda-beda. Sistem reservoir dengan sifat permeabilitas tinggi akan
menghasilkan uap dari sumur yang dapat memproduksi paling sedikit
20 ton/jam, bahkan beberapa sumur panasbumi dapat memproduksi uap
hingga ratusan ton/jam.
2.6.4. Batuan Penutup (cap rock)
Batuan penutup merupakan batuan dengan permeabilitas yang rendah
yang menyebabkan fluida tidak dapat menembusnya, kecuali melalui
patahan yang ada. Lapisan ini juga berfungsi menjaga tekanan
reservoir.
Dari Gambar 8 sirkulasi fluida dalam sistem panasbumi dapat
dijelaskan secara singkat. Air hujan yang memiliki temperatur relatif
rendah dan densitas relatif tinggi masuk ke dalam bumi melalui
patahan-patahan dan mencapai akuifer yang berupa batuan permeabel,
dimana dalam akuifer tersebut fluida menerima transfer panas yang
16
berasal dari intrusi magma secara konduktif. Air yang panas atau dapat
juga berupa uap memiliki densitas yang lebih rendah sehingga bergerak
ke atas melalui patahan yang terdapat dalam batuan penutup dengan
permeabilitas rendah, mengalir menuju permukaan bumi dan keluar
berupa manifestasi panasbumi seperti fumarol, heated pool dan mata air
panas.
Gambar 8. Model sistem panasbumi secara umum. (1) sumber panas,
(2) reservoar, (3) lapisan penutup, (4) patahan, (5) daerah
resapan (recharge area) (Anonim, 2010).