BAB III UPAYA SDIT AL-MANAR DALAM PELAKSANAAN …repository.unj.ac.id/2232/3/BAB 3.pdf82 BAB III...

49
82 BAB III UPAYA SDIT AL-MANAR DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM TERSEMBUNYI SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Pengantar Peneliti dalam bab ini akan memaparkan hasil temuan lapangan yang telah peneliti temukan saat melaksanakan penelitian. Terdapat 5 sub bab dalam bab ini yaitu satu bab pengantar, tiga bab berisi temuan lapangan dan satu bab penutup. Pertama , akan dibahas kurikulum tersembunyi sebagai pendidikan karakter. Dalam sub bab ini akan dibahas pelakasanaan kurikulum tersembunyi dalam berlangsungnya kurikulum tertulis (ideal) seperti kegiatan belajar mengajar sebagai pembentukan karakter Siswa, pengelompokkan teman belajar. Kedua, kegiatan Ekstrakurikuler. Ketiga, Menjalin hubungan harmonis stakeholder sekolah sebagai pembentukan karakter siswa. Keempat, Budaya akademis sekolah membangun kurikulum tersembunyi dalam pembentukan karakter siswa, kemudian penutup. Peneliti dalam mengambil data berupa wawancara mendalam dengan pihak sekolah yang turut andil dalam pembahasan bab ini. Data-data dalam bab ini kemudian akan digunakan sebagai bahan analisis yang akan diuraikan yang lebih mendalam pada bab selanjutnya.

Transcript of BAB III UPAYA SDIT AL-MANAR DALAM PELAKSANAAN …repository.unj.ac.id/2232/3/BAB 3.pdf82 BAB III...

82

BAB III

UPAYA SDIT AL-MANAR DALAM PELAKSANAAN

KURIKULUM TERSEMBUNYI SEBAGAI PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA

Pengantar

Peneliti dalam bab ini akan memaparkan hasil temuan lapangan yang telah

peneliti temukan saat melaksanakan penelitian. Terdapat 5 sub bab dalam bab ini

yaitu satu bab pengantar, tiga bab berisi temuan lapangan dan satu bab penutup.

Pertama , akan dibahas kurikulum tersembunyi sebagai pendidikan karakter. Dalam

sub bab ini akan dibahas pelakasanaan kurikulum tersembunyi dalam berlangsungnya

kurikulum tertulis (ideal) seperti kegiatan belajar mengajar sebagai pembentukan

karakter Siswa, pengelompokkan teman belajar. Kedua, kegiatan Ekstrakurikuler.

Ketiga, Menjalin hubungan harmonis stakeholder sekolah sebagai pembentukan

karakter siswa. Keempat, Budaya akademis sekolah membangun kurikulum

tersembunyi dalam pembentukan karakter siswa, kemudian penutup.

Peneliti dalam mengambil data berupa wawancara mendalam dengan pihak

sekolah yang turut andil dalam pembahasan bab ini. Data-data dalam bab ini

kemudian akan digunakan sebagai bahan analisis yang akan diuraikan yang lebih

mendalam pada bab selanjutnya.

83

3.1. Kurikulum Tersembunyi sebagai Pendidikan Karakter

Kurikulum tersembunyi terindikasi pada perilaku guru, staf administrasi

maupun siswa di sekolah. Termasuk juga percakapan dan pendekatan siswa,

pendidikan kooperatif dan kompetitif, kualitas iklim sekolah, proses pengajaran

pembiasaan, pengajaran nilai-nilai staf, pembelajaran lingkungan.1

Kurikulum tersembunyi ini sebagai upaya mendukung pencapaian tujuan

pendidikan karakter melalui kurikulum tertulis (ideal). Untuk melihat kurikulum

tersembunyi di SDIT AL-Manar seperti pola-pola interaksi yang keseharian yang

dilakukan guru, staf dan siswa. Meliputi segala program sekolah bentuk ucapan, sikap

dan perilaku yang terjadi pada unsur-unsur di lingkungan sekolah terekam dan

terinternalisasi menjadi kebenaran dan nilai dalam diri anak.

Perilaku sederhana menerapkan nilai tanggung jawab, seperti guru datang

sebelum waktu belajar karena tidak ada kebiasaan siswa menunggu kehadiran guru.

Jika semua tenaga pendidik mampu menerapkan tanggungjawab itu, anak meyakini

datang sebelum waktu belajar merupakan nilai yang harus dijadikan pedoman. Tentu

dibutuhkan kesepakatan perilaku dan tindakan, guna menanamkan nilai-nilai karakter

dan moral. Dalam stakeholder sekolah, guru mempunyai peran penting dalam

pembentukan karakter siswa. Maka akan dibahas pelaksanaan kurikulum tersembunyi

1 Subandijah, Op.cit., hlm. 25-26.

84

dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pembagian kelompok belajar siswa dan

kegiatan ekstrakurikuler.

3.1.1 Pelakasanaan Kurikulum Tersembunyi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan Opening. Opening adalah kegiatan

sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar yang mana opening tersebut ada

beberapa aktivitas seperti ngaji morning, hafalan, pengecekan amal yaumi (kebaikan)

dikelas serta pemberian motivasi kepada siswa. Dengan nuansa pagi yang

menambah penciptaan suasana sekolah yang religius. Biasanya guru sebelum

memulai pembelajaran membuat perjanjian kepada siswa, terkait mekanisme

pembelajaran. Contohnya, saat siswa ada yang mengganggu siswa lain saat

pembelajaran maka akan diberikan punishment, sesuai perjanjian istighfar atau

menulis kalimat istighfar 10x. Seperti yang ditegaskan oleh Ibu Epiyanah,

“Saat memulai pembelajaran guru dan siswa membuat perjanjian terlebih dahulu seperti

reward dan punishment. Reward diberikan bukan saat itu saja, namun ada papan bintang atau

amal yaumi untuk para siswa yang rajin, aktif bertanya dll. Sedangkan untuk siswa yang

melanggar akan diberikan punishment seperti istrighfar atau menulis istighfar minimal 10x

tergantung pelanggaran yang dilakukan siswa. Jika hanya jalan-jalan dan tidak bisa diam

hanya diberikan punishment berupa teguran. Hal ini bertujuan agar siswa dilatih

bertanggungjawab dan disiplin atas apa yang telah mereka putuskan”2

Pada awalnya siswa tidak menganggap serius akan perjanjian karena berfikir

hanya sebuah perjanjian yang tidak benar-benar akan di laksanakan oleh guru. Seperti

yang dituturkan haidar bahwa saat ia duduk di kelas 1 dan 2 masih ada beberapa guru

2 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15

85

yang tidak melaksanakan perjanjian tersebut. Namun, saat dikelas 3 dan 4 guru

melaksanakan punishment dan reward. 3

Gambar III.1. Papan Bintang Siswa

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Gambar III.1 merupakan papan penilaian bintang siswa, apabila siswa

mengikuti pembelajaran dengan baik seperti aktif berpendapat, bertanya, tidak

mengganggu siswa lainnya akan mendapatkan bintang, dalam penentuannya bintang

akan diberikan 5 anak dalam per hari. Selaras dengan Bapak Fajar bahwa sebelum

pembelajaran ia selalu membuat perjanjian dengan siswa. Guna melatih siswa untuk

bertanggungjawab dalam mengambil keputusan dan belajar menerima jika melanggar

aturan tersebut.4 Selaras dengan Ibu Erna bahwa ia juga melakukan hal yang sama

sebelum pembelajaran dimulai ia menyebutkan aturan dan perjanjian dari mulai

pembelajaran sampai selesai pembelajaran, hal ini dimaksudkan untuk siswa belajar

3 Wawancara dengan Haidar, 26 Maret 2018 4 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018

86

bertanggungjawab.5 Guna melatih siswa bertanggungjawab dan disiplin atas apa yang

telah mereka putuskan.

Gambar III.2. Opening guru membuat perjanjian dengan siswa

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Peneliti melakukan observasi kegiatan opening di dalam kelas, siswa dengan

seksama mendengarkan penjelasan Ibu guru yang sedang membacakan perjanjian

kepada siswa. Selesai perjanjian dibacakan, guru mengembalikan punishment apa

yang akan dilakukan jika siswa melanggar perjanjian tersebut.

Siswapun memberikan pendapat satu persatu dan guru menarik kesimpulan

dari semua pendapat siswa. Saat terjadi kesepakatan maka proses belajar mengajar di

lanjutkan dengan ngaji morning. Letak kurikulum tersembunyi yaitu siswa

mengemukakan pendapat dalam memberikan punishment, adanya kompetisi dalam

berbuat kebaikan, siswa bertanggung jawab jika melanggar perjanjian. Untuk siswa

kelas 5 dan 6 tidak lagi dibekali dengan perjanjian karena mereka sudah

5 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018

87

terinternalisasi dalam diri. Bahwa siswa sudah difokuskan dalam belajar, seperti yang

dikatakan salah satu murid kelas 5, sebelum proses belajar dimulai, membaca almat

surat dan murojaah serta literasi, bahkan sudah tidak di dampingi oleh guru,

mereview bacaan dengan kelompok belajarnya dan saat proses belajar dimulai guru

memberikan pengulangan materi sebelumnya. Seperti yang dituturkan oleh Ibu

Epiyanah,

“Setiap sekolah pasti sebelum memulai pembelajaran mengawali dengan doa dan salam.

Namun, setiap sekolah memiliki caranya sendiri. SD negeri biasanya diawali dengan doa

mau belajar dan salam. Di SDIT Al-Manar mewajibkan membaca almat surat serta surat-surat

pendek dalam al-Quran di Juz 30 kemudian dilanjutkan dengan literasi. Membaca almat surat

dan surat pendek al-Quran tidak hanya di sekedar membaca tetapi disertai dengan maknanya

agar siswa membaca dan paham akan maknanya. Untuk literasi jelas anak membaca buku kemudian menceritakan kembali bacaan yang dibacanya di depan kelas. Buku yang dibaca

disediakan oleh sekolah dan juga ada lemari untuk penyimpanan buku di tiap-tiap kelas. Buku

bacaan tidak dari sekolah saja tapi siswa diperbolehkan untuk membawa buku bacaan dari

rumah”6

Bapak Aminuddin selaku kepala sekolah di SDIT AL-Manar menegaskan

bahwa sebelum kegiatan belajar memiliki program sendiri yaitu membaca almat surat

seperti sholawat, surat-surat pendek dalam al-Quran hal ini menjadi poin penting bagi

sekolah dalam pembentukan karakter siswa.7 Penelitipun mewawancarai siswa kelas

5 yaitu Andaru,

“Sebelum belajar membaca surat al ikhlas, an-nas, al-kafirun, dan sholawat, almat surat

dengan maknanya terus literasi. Dalam almat surat salah satunya membaca ayat kursi dan doa

pagi sore. Dari kelas satu sudah diajarkan, tapi saya baru menghafal dan tau maknanya

dikelas tiga, sekarang saya juga masih hafal ko. Literasi dikelas satu sampai kelas dua di

dampingi guru, tapi kelas tiga gurunya tidak datang kami memulai sendiri, seperti almat surat

dan literasi mereview sendiri, awalnya malu tapi sudah biasa sekarang”8

6 Wawancara dengn Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 7 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 8 Wawancara dengan Andaru, 26 Maret 2018

88

Skema III.1 Proses di awal pembelajaran di SDIT AL-Manar

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

Kedua Literasi. Setelah Ngaji morning dimulai pembacaan doa seperti Almat

surat (dzikir), doa sehari-hari dan bacaan surat juz 30 selama 15 menit. Selain itu di

lanjutkan cerita nabi, Hal ini dimaksudkan agar siswa berkarakter religius yaitu sikap

dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama.9

Gambar III.3. Guru membacakan cerita nabi

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Berdasarkan hasil dokumentasi diatas dapat diketahui bahwa kegiatan

cerita tentang kisah-kisah Nabi diharapkan mampu untuk menumbuhkan, merubah

dan memulai untuk menjadikan peserta didik memiliki karakter Religious, peduli

sosial dan disiplin. Seperti yang di katakana Ibu Epiyanah selaku wali kelas,

9 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15

Pembelajaran

dimulai dengan

Opening

Pengecekan Amal

Yaumi, Hafalan

Quran

Ngaji Morning (Almat

Surat, Surat Pendek

dan doa sehari-hari)

89

“Dimana ketika kegiatan pembelajaran awal di kelas guru memberikan cerita-cerita nabi

kepada peserta didik. Efektifnya 3 kali dalam seminggu, tergantung guru yang mengajar di

kelas. Melalui siroh nabawi diharapkan mampu untuk mewujudkan sikap/karakter yang

dicontohkan oleh nabi-nabi kita. Melalui cerita dengan konsep seperti dongeng peserta

didik sangat tertarik dan antusias untuk mendengarkannya. Pokoknya setelah pembacaan

cerita, di akhir akan disampaikan kesimpulan dari cerita dan ajaran apa saja yang bisa di

ambil hikmahnya. Kemudian saya akan memberitahukan keesokan harinya akan bercerita

tentang nabi siapa.”10

Begitu pun Ibu Erna tujuan dengan adanya pembacaan cerita nabi ini secara

tidak langsung untuk menambah wawasan peserta didik akan sifat-sifat nabi yang

berkarakter baik, harapannya siswa dapat meneladani sifat nabi tersebut.11

Sekolah ini juga terkenal dengan budaya literasi bahkan seringkali mahasiswa

melakukan penelitian untuk melihat seberapa besar motivasi siswa dan literasi.

Literasi sebagai pengganti cerita nabi. Untuk literasi sendiri siswa membaca buku

selama 30 menit. Buku yang telah disediakan sekolah, bahkan diperbolehkan untuk

membawa buku bacaan kesekolah. Sekolahpun sudah menyediakan rak khusus

penyimpanan buku yang biasanya diletakkan dibelakang bangku para siswa atau

samping bangku para siswa. Rak buku sudah disediakan oleh sekolah masing-masing

kelasnya agar mempermudah siswa dalam budaya literasi.

10 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 11 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB

90

Gambar III.4. Fasilitas Rak Buku untuk Literasi

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Gambar III.4 untuk menyimpan buku setelah literasi selesai. Ibu Epiyanah

menegaskan bahwa buku tidak hanya disediakan oleh sekolah namun, peserta didik

juga membawa buku dari rumah dan menyimpan di rak buku tersebut.

Pendidikan karakter nilai bukan sekedar dari bahan ajar melainkan menjadi

jiwa, sikap dan perilaku siswa, maka dari itu nilai harus diajarkan dan dipraktikan

dalam tindakan nyata dalam bentuk pembiasaan.12 Siswa tidak hanya sekedar

membaca, setelah menyelesaikan bacaan yang dibaca guru menantang siswa untuk

maju mereview bacaan dibuku yang dibacanya. Untuk siswa yang berani maju tanpa

ditunjuk akan diberikan reward bintang dan sebuah pensil. untuk menumbuhkan

sikap berani dan tanggung jawab serta melatih siswa agar terbiasa dalam berbicara di

depan teman-temannya. Letak kurikulum tersembunyi siswa bertanggungjawab

mereview buku yang dibaca.

12 E. Mulyasa,2012, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Panduan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosda), hlm. 155

91

Skema III.2 Kegiatan Literasi

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

Ketiga, Memasuki materi pembelajaran untuk karakter yang dikembangkan

membiasakan untuk berdoa kepada Allah, kemudian memberi motivasi kepada

anak dan karakter yang ingin dibangun yaitu menjadi anak anak yang bersemangat

dalam menuntut ilmu, shalih, dan shalihah. Dalam konteks pendidikan karakter

pemotivasian dapat dimaknai sebagai upaya-upaya menggerakkan atau mendorong

anak untuk mengaplikasikan nilai-nilai karakter.13

Setelah literasi seluruh kelas 1 sampai kelas 6 di adakannya tahsin dan tahfidz.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala sekolah, beliau mengungkapkan

bahwa.

13 Amirulloh Syarbini, 2014, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga: Revitalisasi Peran

Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo), hlm. 11

Literasi/Cerita

Nabi

Siswa membaca

buku selama 15

menit

Menceritakan

kembali di

depan kelas

Sukarela siswa

yang ingin

maju

Mereview hasil

buku yang

dibaca

Siswa diberikan

Bintang

Keaktifan

Ditunjuk oleh

guru

Menceritakan

kembali di

depan kelas

92

“Strategi utama keberhasilan pembinaan akhlak di SDIT al-manar yaitu membiasakan anak

akrab dengan al-Quran, mulai dari membaca al-quran dengan tahsinnya, menghafal dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena Rosulullah Saw telah menjamin

dalam sebuah hadisnya : “Bacalah oleh kamu al-Quran karena ia akan menjadi cahaya

(pembimbing) bagimu di dunia dan bekal yang berharga bagimu diakhirat kelak”. (HR.

Tabrani). 14

Gambar III.5. Kegiatan Tahsin Perkelompok

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Gambar III.5 pelaksanaan bimbingan tahfiz al-Quran guru Bapak Fajar

bertanggung jawab terhadap enam orang siswa. Dalam pengamatan peneliti Guru

yang telah ditunjuk, membimbing anak dalam membaca, menghafal al-Quran,

memberikan penilaian terhadap akhlak anak-anak dalam mempelajari al-Quran

sekaligus memberikan reward terhadap anak yang ahklaknya baik dalam proses

belajar al -quran.15 Waktu yang disediakan untuk mata pelajaran tahfiz al-quran 5

hari belajar, yaitu senin, selasa,rabu, kamis, dan jumat. Setiap kali pertemuan

sebanyak 2 mapel, 2 jam Guru yang telah ditunjuk minimal telah hafal 6 juz al -

Quran, dan berakhlak mulia.16 Adapun moto guru di SDIT al-Badr adalah semua guru

14 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.25 15 Pengamatan peneliti saat kegiatan tahsin 16 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB

93

adalah guru al-Quran, semua guru bertanggung jawab untuk membentuk lingkungan

yang Qurani.

Gambar III.6. Kegiatan Tahfidz Perkelompok

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Metode yang digunakan ialah perkelompok, karena sudah menjadi tata cara

dari Ummi Foundation. Kelompok yang dibentuk sesuai dengan tingkatan jilid

persiswa. Jilid hanya 1-6 per iqro. Kelompok yang dibagi sudah diatur oleh

koordinator dalam tahsin dan tahfidz. Namun, ada juga satu kelompok yang berbeda

jilid, terkadang menjadi tantangan untuk guru yang mendampingi. Seperti yang

ditegaskan Ibu Erna sebagai Guru tahsin dan tahfidz

“Bahkan untuk siswa yang sudah sampai al-qur’an sudah tidak memakai jilid, namun al-

qur’an dari Ummi Foundation. Al-qur’an yang digunakan berbeda pada umumnya karena metode yang dipakai ummi foundation mempunyai cara tersendiri. Misalnya untuk siswa yang

sudah sampai Juz 5 dilanjutkan masuk dalam bacaan Ghoribul. Ghoribul ialah aturan tanda

baca pada Al-Qur’an yang hanya satu kali muncul. Setelah ghorib siswa baru diajarkan

tajwid.”17

Guru memberikan hadiah langsung kepada siswa yang ada dibawa

bimbingannya sebagai motivasi untuk bersemangat menghafal al-Quran. Salah

seorang guru di sekolah mengungkapkan dalam proses pembinaan hafalan al -Quran,

17 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB

94

kami memberikan penilaian langsung terhadap akhlak siswa, seperti

kesungguhan nya, kedisiplinannya, sekaligus memberikan penilaian terhadap hasil

hafalan al –Qurannya.18

Skema III.3 Tahapan Siswa dalam Proses kegiatan Tahsin dan Tahfidz

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

Observasi lebih lanjut, peneliti melihat bahwa dalam mengimplementasikan

hafalan al-Quran, para guru telah memberikan contoh teladan, bahwa mereka

sudah menghafal terlebih dahulu al-Quran dan membimbing anak dengan akhlak

al-Quran, sesuai dengan motto sekolah ini setiap guru adalah guru al-Quran, maka

semua guru dalam mengajarkan materi pelajaran harus menekankan dan

memperhatikan pendidikan akhlak anak, tanpa terkecuali. Seperti yang dituturkan

Bapak Aminuddin selaku kepala sekolah,

“Pada umumnya syarat untuk menjadi guru sdit al-manar diwajibkan untuk menghafal

minimal 2 juz al-quran, ada beberapa mata pelajaran yang tidak diharuskan untuk bisa

18 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.23 WIB

Siswa

Dikelompokkan

Membaca bersama

Hafalan Surah Al-

Mulk

Guru mencontohkan

Pembacaan Surah

Al-Mulk

Siswa satu-persatu

membaca surah Al-

Mulk

Waktu menghafal

30 menit

Penyetoran Hafalan

Surah Al-Mulk

kepada guru

Di catat pada papan

hafalan bintang dan

di buku hafalan

Siswa Kembali ke

kelas.

95

menghafal al-quran seperti guru olahraga,seni. Ciri khas sekolah ini dibangun yakni islam

karena sesuai motto sekolah setiap guru adalah guru al-Quran”19

Mengetahui hafalan Qur’an siswa, guru memonitoring tiap siswa dan

menmpelkan kartu kegiatan hafalan yang disetorkan siswa. Guru melihat sikap dan

hafalan siswa apabila siswa bersikap baik dan hafalannya bagus maka akan

diberikan bintang yang dituliskan dipapan tulis. tujuanya yaitu untuk memotivasi

siswa supaya semangat belajar, mengaji dan tidak ramai. Tetapi apabila siswa

ramai maka poin atau bintang yang diberikan ibu guru akan dikurangi. 20

Gambar III.7. Papan Hafalan Per-siswa

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Setiap tingkat kelas pun meliliki target hafalan tersendiri. Target hafalan

untuk kelas 1 sampai kelas 6 itu berbeda untuk target hafalan kelas 1 itu dari surat

alfatihah sampai surat al zazalah sedangkan kalau untuk kelas 6 target hafalannya

sampai surat an-naba atau harus hafal juz 30. Hafalan qur’an menjadi salah satu

19 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 20 Pengamatan Peneliti saat di dalam kelas, 21 Maret 2018

96

syarat siswa untuk bisa lulus dengan ijasah. Jika siswa belum menghafal juz 30 maka

ijasah sekolah tidak akan diberikan. Syaratnya ia harus menyetorkan hafaln surat juz

30 yang langsung di tes oleh kepala sekolah. Hal ini dipertegas oleh Bapak

Aminuddin selaku kepala sekolah bahwa.

“Syarat untuk mendapatkan ijasah disini cukup ekstreme ya, karena kami mewajibkan untuk

hafalan juz 30. Jika siswa tersebut tidak bisa lolos tes penyetoran juz 30 kepada saya, maka

ijasahnya akan saya tahan. Dan boleh diambil saat siswa tersebut menyetorkan hafalan juz 30.

Alhamdulilah, ketika saya menerapkan ini setiap siswa sudah mempunyai pegangan hafalan

minimal satu juz, bahkan maksimal 6 juz. Untuk saat ini hanya tinggal 3 ijasah yang belum

diambil oleh siswa”.21

Selaras dengan perkataan orangtua murid yang telah menyekolahkan kaka

haidar bahwa untuk lulus dan mendapatkan ijasah anaknya harus mneyetorkan

hafalan juz 30 Al- Qur’an, tujuannya agar siswa sudah mempunyai bekal diniah dan

sebagai pembentukan karakter si anak.22 Letak kurikulum tersembunyi disini adalah

adanya kompetisi dalam menghapal Al-qur'an. Siswa berlomba-lomba

menyelesaikan hapalannya agar tidak terkena sanksi dari peraturan tata tertib sekolah

dan untuk mendapatkan bintang hafalan Qur’an. Dengan membiasakan siswa

bertadarrus diharapkan siswa akan terbiasa dengan kegiatan ini saat berada

dirumah.

Kelima, pembelajaran selesai pembacaan kafaratul majlis, istighfar 10 x,

diisi dengan penambahan hafalan dan untuk menyelesaikan permasalahan pada

hari tersebut. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Epiyanah bahwa.

21 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 22 Wawancara dengan Bapak imam, 17 Maret 2018

97

“Kegiatan closing ini memiliki waktu antara 15 menit sedangkan untuk opening itu 25

menit. Untuk kegiatan opening diisi dengan ngaji morning, pembinaan wali kelas,

pengecekan amal yaumi dan brefing. Sedangkan kegiatan closing untuk penyelesaian

masalah apabila ada permasalahan yang dialami oleh siswa pada hari tersebut. Sehingga

dihari selanjutnya sudah tidak ada permasalahan secara berkelanjutan. Apabila ada

permasalahan sebisa mungkin segera kami mengatasinya. Tetapi apabila permasalahan

tersebut tidak diketahui oleh guru pada hari itu juga maka akan diselesaikan pada kegiatan

opening. “23

Pengembangan karakter itu sama seperti kegiatan opening yaitu

membiasakan untuk berdoa kepada Allah, kemudian memberi motivasi kepada

anak. dan karakter yang ingin dibangun yaitu supaya anak menjadi anak anak yang

bersemangat, saleh, dan shalihah. 24 letak kurikulum tersembunyinya ialah siswa

sudah menghafal dan terbiasa membaca kafaratul majlis, istighfar 10 x, diisi dengan

penambahan hafalan tanpa harus di bina.

3.1.2 Mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran

Setiap sekolah memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan kelas. Kepala

sekolah, sebagai pengambil keputusan, memiliki kebijakan untuk mengelola kelas

berdasarkan kemampuan akademik siswa. Terutama dilakukan di kelas IV dan kelas

V. Setiap kenaikan kelas, siswa tidak di rolling atau di pindah ke kelas lain. Dari

kelas satu sampai kelas enam ia akan tetap berada di kelas tersebut.

Berkelompok siswa diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertukar

pikiran dalam mempelajari suatu materi. Namun kebiasaan berkelompok tersebut

dapat berakibat negatif apabila guru tidak mampu mengelolanya secara tepat. Hal

tersebut dapat terjadi apabila siswa dibiarkan memilih anggota kelompoknya sendiri.

23 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 24 Ibid.,

98

Mereka cenderung akan memilih teman-teman terdekatnya. Hal ini akan

mengakibatkan pergaulan mereka terbatas pada orang-orang tertentu saja. Untuk itu

guru menyikapi persoalan dengan cara membagi kelompok secara heterogen. Tiap-

tiap kelompok harus terdiri dari beberapa siswa yang memiliki latar belakang

berbeda, tingkat pengetahuan berbeda, tingkat ekonomi berbeda.

Perubahan kelompok belajar siswa di tentukan berdasarkan kemampuan

siswa, penggunaan nilai raport. Selain itu beradasarkan latar belakang siswa, serta

laporan wali kelas tentang emosional dan kecerdasan siswa. Setelah terbentuk

kelompok belajar tiap siswa. Di konsultasikan ke wali kelas yang sebelumnya

menjadi wali kelas mereka. Tujuannya agar siswa dapat berkejasama, tanggung

jawab, toleransi terhadap kelompoknya sendiri. Seperti yang dituturkan Ibu Epiyanah

selaku wali kelas,

“Tiap tahun atau semester genap kelompok belajar pasti berganti, namun untuk kelasnya

sendiri mereka tidak berubah. Kelompok belajar dibentuk berdasarkan latar belakang siswa, bukan dari segi materi, kognitifnya dan emosionalnya. Setelah terbentuk kelompok belajar ini

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada mantan wali kelas sebelumnya. Agar siswa dapat

berkembang di kelompoknya, dan tidak hanya satu siswa yang dominan. Tujuan ini jelas

membangun toleransi, tanggungjawab, displin, bekerjasama dll.”25

Adanya kelompok belajar sekolah, guru harus berhati-hati dan tetap

mengawasi siswa, karena jika siswa tidak dalam pemantauan guru bisa sajah terjadi

hal negatif seperti adanya diskriminasi, tidak bekerjasama yang baik, adanya teman

sebaya dan tidak mau membaur dengan siswa yang satu kelompok dengannya.

25 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018

99

Gambar III.8 Siswa dalam kelompok belajar

(Sumber : Dokumentasi Peneliti 27 Maret 2018)

Gambar III.8 terlihat Haidar dan teman-temannya sedang diskusi kelompok

dengan kelompok belajarnya untuk membahas pelajaran Bahasa Indonesia. Haidar

berkata bahwa kelompok belajar saat ini sifat temannya sangat berbeda dengan teman

kelompok sebelumnya. Teman kelompok sebelumnya sangat membantu ia jika

mendapat tugas dari Ibu/Bapak guru karena semuanya ikut berfikir. Namun,

kelompok belajar saat ini haidar harus menjelaskan terlebih dahulu tugas yang

diberikan Bapak/Ibu guru, Pembagian tugas haidar lah yang menentukan. 26 letak

kurikulum tersembunyi yaitu salah satu siswa memandu dalam kelompok belajarnya,

adanya sikap toleransi dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas kelompok.

26 Wawancara dengan Haidar, Rabu 28 Febuari 2018

100

Skema III.4 Pembentukan Kelompok Belajar

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

3.1.3 Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Pelaksanaan Kurikulum Tersembunyi

Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah

dalam mengembangkan kreatifitas siswa di luar jam pelajaran. Kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah diharapkan bisa mengembangkan ide-

ide dari siswa yang mana ide tersebut saat mengikuti pelajaran belum optimal

diaktualisasikan. Terlebih lagi dalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat beberapa

aspek kurikulum tersembunyi yang menjadi faktor pengembang karakter siswa,

setidaknya kegiatan Ekstrakukiler ini mendukung program-program yang diberikan

dari sekolah dalam ruang lingkup tujuan pendidikan. Sehingga kegiatan

ekstrakurikuler penting untuk dilaksanakan untuk mengoptimalisasikan karakter

peserta didik.

Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Bidang Silat dapat mengembangkan bakat

dan minat peserta didik. Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan

Wali kelas 4

mengecek

kelompok yang

dbuat Kepsek

Konsultasi dengan

walikelas sebelumnya

( walikelas 1,2 dan 3)

Melihat latar belakang

siswa (kemampuan,

ekonomi dan

emosionalnya)

Kenaikan kelas

siswa tidak di

rolling pada kelas

lain

Kepala sekolah

membuat

kelompok

belajar siswa

101

ekstrakurikuler lainnya yaitu pencak silat yang juga dilakukan pada hari selasa.

Aspek yang ditekankan ialah Aspek Bela Diri dan Aspek Olah Raga yang diramut

dengan islami. Kompetisi ialah bagian dari ekstrakurikuler. Peltihan ini dilatih oleh

guru dari luar, biasanya berkejasama dengan guru silat.

Gambar III.9 Pencak Silat Siswa SDIT AL-Manar

Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui http://yayasanalmanar.or.id, 2018)

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler pada bidang silat yang dilaksanakan di

SDIT AL-Manar terlihat dari aspek kurikulum tersembunyi yang membentuk

karakter. Kegiatan ekstrakurikuler pada bidang silat menjadikan siswa pribadi

yang bertanggung jawab, disiplin. Kegiatan ekstrakurikuler ternyata berimbas kepada

karakter peserta didik itu sendiri. Berdasarkan wawancara dari salah satu peserta

didik Haidar mengatakan bahwa dia mengalami perubahan karakter dari sebelum

mengikuti ekstrakurikuler. Berikut petikan wawancaranya.

"Ketika saya mengikuti kegiatan eksrakulikuler saya lebih bertanggungjawab dalam

segala hal terutama dalam membagi waktu. Adanya kepengurusan di dalam ekskul

102

membuat saya lebih disiplin, kalo hari selasa jadwal saya untuk eskul ya saya harus eskul, jika

saya tidak eskul ada rasa tidak enak pada diri dan dengan guru silat".27

Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Bidang Olahraga, Olahraga futsal adalah

olahraga yang dimainkan oleh lima orang pemain dengan dua tim yang masing-

masing tim harus memasukkan bola ke gawang dengan dijaga dengan seorang

kiper yang dipimpin oleh seorang wasit. Olahraga futsal juga membutuhkan

kerjasama tim untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Ada beberapa aspek kurikulum tersembunyi yang dapat diambil dari ekskul

olahraga terhadap pembentukan karakter. Ekstrakurikuler futsal merupakan

olaharaga yang membutuhkan kerjasama tim. Dalam permainan olahraga futsal ada

beberapa peraturan yang harus ditaati oleh seluruh pemain. Dengan menaati

peraturan permainan ini diharapkan semua akan dapat menumbuhkan sikap fair

play, kerjasama tim, dan sikap mau bekerjasama dengan orang lain. Hal ini

menumbuhkan karakter seperti tanggungjawab, kejujuran, dan saling peduli. Setiap

pemain sangat dilarang bermain tidak sportif atau bermain rusuh yang dapat

mencederai atau menghancurkan jalannya permainan.

Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka ini dilakukan setiap hari jumat

setelah pulang sekolah. Dari hasil observasi yang penulis lakukan di SDIT AL-

Manar bahwa dalam kegiatan pramuka ini, siswa tidak hanya diajarkan ilmu

kepramukaan untuk mendisiplinkan dirinya, tetapi siswa juga ditanamkan nilai -

27 Wawancara dengan Haidar, Rabu, 28 Febuari 2018

103

nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah ini, seperti nilai religius, disiplin,

tanggungjawab, mandiri, komunikatif, dan toleransi.

Siswa belajar dari kegiatan ini tentang kepemimpinan yang menuntut siswa

untuk terus bersikap disiplin juga menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Saat

memulai kegiatan, siswa dibiasakan berdisplin untuk datang tepat waktu dan

berbaris dipecah menjadi lelaki dan perempuan. Sesuai perkataan siswa Regina yang

mengikuti kegiatan pramuka,

“Eskul pramuka ini wajib bahkan semua teman-teman saya hampir mengikuti, kami

mengikuti perkataan pelatih jika disuruh baris, ya kita baris, perubahan saya ketika mengikuti

eskul pramuka ini disiplin waktu, karena eskul ini menerapkan displin dan diajarkan displin oleh kaka, dan paling seru jika kmai disuruh games dan bekerjasama dalam games tersebut.

Kalo eskul pramuka ada dan pelatih telat datang karena sudah biasa tanpa disuruh kami

melakukan sendiri untuk baris bebaris”28

Selain regina, syahril pun berkata bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini

mengajarkan untuk tidak mebuang waktu dengan sia-sia atau displin, jika pelatih telat

datang karena suatu urusan, syahril dan siswa lainpun memulai kegiatan pramuka

yang biasa dilakukan dengan pelatih.29

Menurut peneliti ini menjadi aspek kurikulum tersembunyi dimana siswa

memimpin baris bebaris dari pembiasaan yang dilakukan oleh pelatih pramuka.

Gambar di bawah ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh

penulis.

28 Wawancara dengan Regina, Senin 26 Maret 2018, pukul 14:20 WIB 29 Wawancara dengan Syahril, Seni 26 Maret 2018, Pukul 15: 30 WIB

104

Gambar III.10. Kegiatan Ekstrakurikuler SDIT AL-Manar

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Kegiatan sandi morse dibutuhkan ketelitian bagi masing-masing anggota dan

pembuatan tandu dibutuhkan kesabaran serta kerja sama antar anggota juga dalam

kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kepramukaan. Berdasarkan penjelasan di

atas, maka dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan penanaman nilai karakter di

kegiatan esktrakurikuler terdapat sikap komunikatif, tanggung jawab, mandiri,

kerjasama bagi ketua kelompok ataupun anggotanya, dan adanya toleransi untuk

saling menghormati satu sama lain pada perbedaan pendapat. Masing-masing

kelompok saling responsif, sportif dan kreatif dalam melaksanakan tugas yang

diberikan oleh guru pelatih pramuka.

3.2 Menjalin Hubungan Harmonis Stakeholder Sekolah sebagai Pembentukan

Karakter Siswa

Hubungan guru dengan guru di SDIT AL-Manar berhubungan baik, saling

mendukung serta saling mengevaluasi dalam kinerja guru. Hal ini terlihat bahwa

105

dalam satu kelas terdapat dua guru yang bertugas. Seperti yang dituturkan kepala

sekolah Bapak Aminuddin,

“Dalam satu kelas terdapat dua guru, satu guru sebagai pendamping, tujuannya selain

sebagai evaluasi sesama kinerja guru, juga mempererat hubungan antar guru, ini

sudah menjadi hal wajib dari berdirinya sekolah ini”30

Diperkuat oleh Ibu Epiyanah selaku wali kelas 4, bahwa dalam satu kelas

terdapat dua guru, guna mendampingi ibu Epiyanah, dan jika Ibu Epiyanah tidak

dapat mengisi kelas, maka akan digantikan oleh guru pendamping.

Tabel III.1 Guru dan Pendamping dalam Kelas

30 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018

No. Guru yang Bertugas di Kelas Kelas

1. Puji Utami, S.KM

Ripa Hartati, S.Pd.I

1 A

2. Restiani Nurjannah, S.Pd

Putri Ratnasari

1 B

3. Maslikhatul Laili M, S.Ag

Farrah Azizah Ning, S.Ag

2 A

4. Syifa Fauziyah

Nyimas Dedeh, S.S

2 B

5. Yayah Khumairoh, S.Pd.I

Sangadah

3 A

106

(Sumber: Dokumen SDIT AL-MANAR, 2018)

Hubungan guru dengan guru juga terlihat dari dalam kelas, saat istirahat atau

pembelajaran usaipun guru akan berkumpul di ruang guru selain bercakap biasanya

guru akan saling menceritakan berbagai sifat siswa yang ada di dalam kelasnya. Hal

ini diperkuat dengan wawancara Ibu Epiyanah,

“Saat jam istirahat pukul 09.20 guru akan keluar dari kelas dan berkumpul di ruang guru,

selain bercakap disediakan snack, dan biasanya percakapan yang dilakukan terkait dengan

sifat siswa. Namun, ada juga beberapa guru yang tidak keluar dari kelas biasanya guru kelas 5

dan 6 karena berada di lantai 3. ”31

Jam istirahat guru disediakan makan siang oleh sekolah, sehingga semua guru

dan administrasi semua berkumpul dalam satu ruangan untuk makan bersama.

Disinilah terjalin hubungan yang harmonis guru sejawat dengan tenaga administrasi.

Kepala sekolah membuat program yaitu field trip. Merupakan kegiatan keluar

dari lingkungan sekolah selama liburan sekolah. Tujuan utama dari diadakannya

kegiatan ini sebenarnya untuk mempererat hubungan kepala sekolah, guru dan staff

31 Wawancara dengan Ibu Epiyanah, 23 Maret 2018 pukul 09.15

No. Nama Guru yang Bertugas di kelas Kelas

6. Epiyanah, S.P

Siti Alfiah

4

7. Indri Riyanti, S.Si 5A

8. Siti Marpuah, S.Si 5B

9. Irsyadiah, S.Pd 6 A

10. Yurnita, S.Pd 6 B

107

sekolah. Kegiatan fieldtrip juga seekali mengadakan evaluasi selama satu semester

yang dirasa perlu diperbaiki terkait management sekolah. Biasanya fieldtrip ini

diadakan di akhir semester setelah kegiatan disekolah libur.

Gambar III.11. Fieldtrip Guru

(Sumber: Facebook SDIT AL-MANAR, 2018)

Gambar III.11 kegiatan Fieldtrip dilakukan pada libur semester pada tahun 2017

para guru dan staff sekolah ke bogor selain mengadakan outbond juga diselingkan

evaluasi terhadap pendidikan karakter pada siswa juga kinerja guru. Dalam hubungan

sejawat dalam berkomunikasi guru memperhatikan perkataan di depan peserta didik,

misalnya berkata saya atau aku saat mengobrol, berperilaku sopan dan menghargai

pendapat agar siswa bernalar positif. Untuk FieldTrip baru terlaksana 2015. Tahun

2015 sekolah FieldTrip ke Bandung, 2016 sekolah ke Yogyakarta.

108

3.2.1 Hubungan Guru dengan peserta didik

Hubungan guru dan siswa tidak hanya terlihat saat proses belajar mengajar.

Sekolah membuat program pembinaan sebagai hubungan guru dengan siswa.

Program ini diperuntukkan untuk kelas 1 sampai kelas 4, untuk kelas 5 dan 6 karena

sudah mendapat pembinaan saa duduk di kelas 1 sampai 4 mereka dapat

melakukannya sendiri. tujuannya agar pembentukan karakter siswa dapat berjalan

sesuai dengan karakter yang di inginkan seperti jujur, tanggung jawab, toleransi,

disiplin, cinta lingkungan dan religious. Dalam melihat pendidikan karakter melalui

pembinaan tersebut dapat diketahui aspek kurikulum tersembunyi yang muncul yakni

saat siswa dikelas 5 dan 6 sudah dapat melakukan semuanya dengan sendiri, tanpa

harus dibina lagi.

Pertama, pembinaan siswa dalam wudhu, salat, dzikir dan doa. Di SDIT AL-

Manar pembinaan akhlak kepada Allah swt, dilaksanakan dengan membiasakan

anak melaksanakan sholat setiap hari pada waktunya yaitu sholat zuhur dan asar.

Seorang guru di sekolah ini mengungkapkan bahwa setiap tiba waktu sholat zuhur

dan asar khususnya, kami membimbing anak mulai dari pelaksanaan wudhu sampai

pelaksanaan sholat dan zikir serta doa yang dibaca sesudah sholat.32 Bagi siswa yang

dinilai sudah bagus pelaksanaan sholatnya diperbolehkan sholat dimasjid, sedangkan

bagi siswa yang belum, dibina dikelas terlebih dahulu. Namun, kepala sekolah

membuat kebijakan untuk kelas 1,2 dan 3 jika ia mendapat pin atau nametag dari

32 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018

109

guru berupa “anak sholeh” maka ia diizinkan untuk shalat dimasjid.33 Hal ini di

dapat dari penilaian guru dikelas. Nametag ini bisa saja diambil kembali jika siswa

tersebut melakukan kesalahan. Seperti saat shalat dimasjid ia berlari-lari, mengobrol,

teriak dan mengganggu siswa lain yang sedang shalat.

Sholat di sini tidak hanya sholat wajib, tetapi juga pembiasaan sholat dhuha.

Untuk sholat dhuha dibiasakan terutama bagi kelas tiga ke atas. Pelaksanaan

shalat duha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan dilakukan pada tiap

masing-masing kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Kegiatan shalat duha

dimulai pada pukul 09.00 yang dilaksanakan di dalam masjid sekolah. Tujuan

shalat duha ini adalah untuk membiasakan peserta didik akan pembiasaan untuk

beribadah. Ada beberapa hal yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat duha

ini. Peserta didik menjadi terbiasa melaksanakan shalat duha. Jika ada siswa yang

tidak shalat dhuhah ada rasa malu bagi teman sekelasnya yang tidak ikut

melakasanakan shalat.

Melaksanakan salat dhuha ada nilai lebih bagi psikologi tiap-tiap peserta didik.

Regina salah satu siswi SDIT AL-Manar mengatakan bahwa hati dan perasaan

tentram, damai, dan nyaman ketika melaksanakan shalat dhuha, ada perasaan tidak

nyaman ketika tidak melaksanakan shalat dhuha. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan orangtua regina, bahwa anaknya sekarang sudah sholat tepat waktu, dan

rajin dalam shalat duhah hormat kepada orang tua, berkarakter baik, berbeda dengan

33 Wawancara dengan Bapak Aminuddin. 06 Maret 2018

110

sebelum masuk ke sekolah ini.34 Pernyataan orang tua siswa ini menunjukkan

keberhasilan sekolah dalam membiasakan anak dalam berhubungan baik dengan

Allah yang akan berimplikasi kepada hubungan baik kepada sesama manusia.

Gambar III.12 Jadwal Imam dan Dzikir siswa SDIT AL-manar

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Peserta didik Dalam pelaksanaan shalat dhuha biasanya peserta didik di dampingi

oleh wali kelas dan guru pendamping. Proses Palaksanaan shalat duha dari awal

sampai akhir ada terdapat aspek kurikulum tersembunyi. Siswa memimpin menjadi

imam dalam shalat duha lalu memimpin menjadi doa dan berizikir setelah shalat

34 Ibu Amelia, 17 Maret 2018

111

duha sekaligus memberikan tausiyah merupakan bagian dari aspek kurikulum

tersembunyi. Hal ini berdasarkan wawancara dengan bapak Fajar,

“Shalat dhuha yang menjadi imam siswa laki-laki sendiri, sampai doa dan berdzikir hal ini

sudah dibuatkan jadwal. Untuk perempuan bertugas membacakan 2 ayat dari Quran beserta

artinya setelah pembacaan dzikir. Namun, hanya dari kelas 3, 4 ,5 dan 6. Untuk kelas 1 dan 2

masih tahap pembinaan oleh guru dalam shalat”35

Kedua, binaan guru saat pulang sekolah, Sebelum pulang kerumah, murid-murid

SDIT al-manar, dibimbing guru, untuk mempraktekkan adab pulang sekolah. Dengan

pembiasaan ini diharapkan anak terbiasa berdisiplin dan teratur. Salah sorang guru

menyatakan bahwa, sebelum pulang murid-murid dibimbing berdoa dan

mengucapkan salam dan keluar dari kelas dengan tenang. Anak-anak yang dianggap

akhlaknya paling baik, diperbolehkan terlebih dahulu pulang.

Pelaksanaannya dimulai saat keluar dari ruangan belajar dengan tenang dan tertib,

mengucapkan salam kepada guru dan teman ketika berpisah, Berjabat tangan

sebelum berpisah, laki-laki sesama laki-laki, perempuan sesama perempuan,

Menunggu jemputan dalam keadaan duduk dengan teratur didalam pekarangan

sekolah dan di tempat duduk yang disediakan. Mengulang hafalan Quran dan Hadits

selama menunggu jemputan. Aspek kurikulum tersembunyi yaitu siswa terbiasa

mengulang hafalan Qurannya untuk hari esok disetorkan pada guru, inisiatif ketika

bertemu guru menghormati dengan berjabat tangan.

35 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018

112

Ketiga, Amanah Kegiatan. Lebih lanjut pihak sekolah SDIT al-manar, juga

menerapkan peraturan amanah kegiatan murid-murid di rumah setelah pulang dari

sekolah. Dalam penerapannya pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua.

Difokuskan disekolah dibawah pengawasan guru-guru yang telah ditugaskan.

Dirumah cukup dengan mengadakan pertemuan intensif dengan orang tua untuk

menyatukan visi dan misi bersama untuk membina generasi yang sholeh.

Adapun amanah kegiatan siswa di rumah yang ditetapkan sekolah contohnya,

Memperhatikan dan atau membaca jadwal kegiatan ketentuan akhlak santri

setiap pulang sekolah, memabaca doa dan mengucapkan salam apabila keluar

dan masuk rumah dan memperingatkan siswa agar tertib shalat 5 waktu.

Sekolah mengupayakan secara bertahap dapat mengembangakan karakter islami

melalui program sekolah. Langkah langkah dalam mengembangkan karakter secara

teori yaitu melalui pengetahuan dilaksanakan dan akan menjadi kebiasaan.

Pengembangan karakter menurut Bapak Aminuddin yaitu dengan adanya

keterpakasaan, kemudian akan dilaksankan dan akan menjadi kebiasaan sehari

hari.36

Menurut Bapak Fajar dalam pengembangan karakter yaitu perlunya keteladanan

dan kebiasaan yang diulang ulang .37 Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

bekal pengetahuan yang sudah diajarkan baik melalui materi pembelajaran dan adab

36 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 37 Wawancara dengan bapak Fajar, 19 Maret 2018

113

adab yang dirancang dalam membentuk akhlak atau karakter, apabila dilaksanakan

oleh siswa dan semua warga sekolah dan terus diulang terus menerus serta

adanya keteladanan dari guru maka dapat mengembangkan karakter positif pada

anak.

Pelaksanaanya juga melibatkan kerjasama dengan orang tua. Ada beberapa

tahap untuk orangtua murid misalnya dalam 4 kali akan ditanya alasanya tidak

bisa hadir pada pertemuan wali murid, tetapi apabila tidak ada respon maka siswa

akan dikeluarkan. Tetapi selama ini belum sampai ada yang di keluarkan.38

Tabel III.2. Pembinaan yang dilakukan guru

No. Pembinaan yang dilakukan Tujuan

1. Pertama pembinaan dalam wudhu, shalat,

dzikir dan doa

Agar siswa dekat dengan Allah, mencegah

diri mereka terhadap perbuatan keji dan

mungkar sebagaimana yang menjadi tujuan

pendidikan sholat itu sendiri, disamping

diharapkan anak akan terbiasa dengan akhlak

yang mulia.

2. binaan guru saat pulang sekolah Dengan pembiasaan ini diharapkan anak

terbiasa berdisiplin dan teratur. Salah sorang

guru menyatakan bahwa, sebelum pulang

murid-murid dibimbing berdoa dan

mengucapkan salam dan keluar dari kelas

dengan tenang. Anak-anak yang dianggap akhlaknya paling baik, diperbolehkan

terlebih dahulu pulang.

3. Amanah Kegiatan disampaikan ke orangtua Tujuannya agar pembiasaan disekolah yang

dilakukan siswa tetap dilakukan di rumah,

dengan binaan orangtua

(Sumber : Hasil Temuan Peneliti, 2018)

38 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 maret 2018

114

3.2.2 Keterlibatan kepala sekolah dalam kurikulum tersembunyi

Melihat keterlibatan kepala sekolah dalam kurikulum tersembunyi dilihat dari

Evaluasi atau penilaian seberapa efektif kurikulum tersembunyi sebagai pembentukan

karakter peserta didik. membentuk karakter diukur melalui buku penghubung yang

diberikan kepada peserta didik dan diketahui oleh wali murid. Selain buku

penghubung peserta didik juga diberikan buku HC (habitual kurriculum) untuk

melihat sejauh mana perkembangan perilaku peserta didik serta mengukur

kebiasaan-kebiasaan akhlakul karimah. Evaluasi dilakukan pada dasarnya

bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.

Evaluasi kurikulum tersembunyi membentuk karakter terhadap peserta didik

sesungguhnya dilakukan dengan melalui evaluasi buku penghubung peserta didik,

walikelas, serta masing-masing guru mata pelajaran. Pertama, buku penghubung.

Dalam melaksanakan evaluasi perilaku-perilaku peserta didik maka membuat sebuah

buku penghubung. Buku penghubung adalah sebuah buku yang berisikan tata tertib

peraturan-peraturan peserta didik disertai dengan bentuk-bentuk pelanggaran yang

dilakukan siswa.

115

Gambar III.13. Buku Penghubung

(Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui Facebook SDIT AL-Manar, 2018)

Kedua, Evaluasi terhadap perilaku peserta didik juga dilakukan oleh

semua guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru melihat pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dalam jenis pelanggaran yang ringan

maka guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya. Buku HC dipegang

oleh guru tahsin dan tahfidz yang mana satu guru mengamati perilaku 8 siswa.

Evaluasi ini dapat dipahami sebagai implementasi pendidikan karakter.

116

Gambar III.14. Evaluasi dan Rapat Kerja Guru

(Sumber : Dokumentasi Sekolah, diakses melalui Facebook SDIT AL-Manar, 2018)

SDIT AL-Manar pada akhir periode tahun pelajaran melakukan evaluasi hasil

pelaksanaan program-program yang mendukung terbentuknya kultur sekolah dalam

kaitannya dengan pendidikan karakter. Dalam forum tersebut dibahas permasalahan-

permasalahan terutama yang dialami oleh guru. Evaluasi ini dimaksudkan untuk

memperbaiki kondisi pendidikan karakter agar pada semester II dapat berjalan sesuai

perencanaan. Tujuan lain dari evaluasi ini ialah untuk menjalin keharmonisan antara

kepala sekolah, guru dan staff lainnya.

3.3 Budaya Akademis sekolah pembangun kurikulum tersembunyi

Aspek budaya dari kurikulum tersembunyi yang menjadi pelaksanaan

kegiatan-kegiatan di SDIT AL-Manar adalah kegiatan rutinitas dan spontanitas yang

dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan peserta didik. Karakter erat kaitannya

dengan habit atau kebiasaan yang kerap di manifestasikan dalam tingkah laku. Siswa

117

sebelum berangkat kesekolah terlebih dahulu harus berwudhu. Jika ia belum

berwudhu dirumah, maka diperbolehkan untuk berwudhu disekolah.

Gambar III.15. Pembiasaan Berwudhu saat datang kesekolah

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 28 Febuari 2018)

Gambar III.15 salah satu siswa bernama Haidar lupa untuk berwudhu sebelum

berangkat sekolah, akhirnya ia berwudhu di sekolah. Menurut Haidar karena bangun

kesiangan ia lupa dan tidak sempat untuk berwudhu dirumah.39 Ia sudah mendapat

teguran yang kedua kalinya. Dalam pembiasaan ini dibutuhkan kerjasama antara

sekolah dengan orangtua siswa. Tanpa adanya dukungan orangtua pembiasaan

tersebut akan sulit dilakukan oleh siswa tersebut. Karena usia anak sekolah dasar

masih ekstra dalam pendampingan.

Memasuki gerbang sekolah peserta didik sudah disambut oleh kepala

sekolah dan dewan guru yang sudah standby menyambut kedatangan peserta

didik akan memasuki sekolah dengan wajah yang riang, semangat, dan penuh

39 Wawancara Dengan Haidar, 28 Febuari 2018

118

kasih sayang. Hal ini ditujukan agar siswa nyaman akan lingkungan sekolah yang

kondusif.

Gambar III.16. Kegiatan Welcome Student di depan gerbang

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Bapak Aminuddin memaparkan bahwa budaya salam tidak hanya saat memasuki

lingkungan sekolah saat memasuki ruangan kelas bertemu dengan guru maka

diwajibkan untuk salam, jika tidak melakukannya maka guru akan memberikan

punishment yakni mengulang salam tersebut dari luar kelas.40 Apabila budaya

tersebut menjadi kebiasaan siswa maka dirumah akan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya berjabat tangan dengan kedua orang tua sebelum berangkat

sekolah.

Kebiasaan itu sudah berlangsung secara berkelanjutan sehingga peserta didik

menjadi terbiasa akan sapa, salam. Pembiasaan membuang sampah pada tempatnya

untuk membiasakan hidup bersih dan sehat. Untuk mengembangkan karakter peduli

40 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018

119

pada lingkungan sekitar serta menciptakan susasana sekolah yang bersih diadakannya

GENIT atau gerakan lima menit memungut sampah. Budaya ini diikuti oleh semua

siswa siswi SDIT AL-Manar dengan senang hati, karena jika lingkungan sekolah itu

bersih maka dalam proses pembelajaran juga akan terasa nyaman. Hal ini dituturkan

oleh Bapak Fajar selaku wali kelas dan penanggungjawab program sekolah bahwa.

“Kegiatan seperti memungut sampah ini dapat mengembangkan sikap peduli pada lingkungan.

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sebelum siswa memasuki kelas. Kegiatan ini dinamakan genit

singkatan dari kata gerakan lima menit memunggut sampah. Siswa sebelum masuk kelas diminta

untuk memungut sampah kemudian dibuang ke tempat sampah”41.

Bapak Fajar memaparkan bahwa tujuan diadakannya GENIT atau gerakan

lima menit memungut sampah bertujuan agar siswa mempunyai karakter peduli pada

lingkungan. Hal ini juga Selaras dengan yang disampaikan Bapak Aminuddin selaku

kepala sekolah bahwa.

“Kegiatan memungut sampah, itu juga termasuk membentuk karakter atau akhlak. Dan itu

dilaksanakan pagi dan biasanya memungut beberapa sampah, tergantung dari guru pendamping

dalam memerintahkan untuk memungut sampah misalnya diperintahkan untuk memungut 10

sampah maka siswa akan memungut 10 sampah. Kegiatan ini sudah berjalan sekitar 2-3 tahunan

dan karakter yang ingin dikembangkan yaitu karakter kepedulian. Kalo dilihat ini hal spele

namun, hasil sampingan dari kegiatan ini berdampak besar pada siswa. Secara tidak sadar ia akan terbiasa jika menemukan sampah hatinya tergerak untuk membuang sampah. Karena itu sudah

menjadi pembiasaan.”42

Mereka di dampingi guru walikelasnya masing-masing dan biasanya

ditentukan maksimal dalam memungut sampah. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan

dalam kelas tapi juga sekitaran sekolah. Kemandirian juga ditanamkan dengan

pembiasaan menata sepatu pada rak atau tempatnya.

41 Wawancara dengan Bapak Fajar, 23 Maret 2018 pukul 14.10 WIB 42 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 pukul 09.15 WIB

120

Gambar III.17. Fasilitas Rak Sepatu

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Kegiatan ini dapat mengembangkan karakter kedisplinan pada siswa

karena sikap disiplin sangat penting dalam membentuk karakter pada siswa. Seperti

yang disampaikan oleh Ibu Erna bahwa kegiatan menaruh sepatu pada tempatnya

dan menata sandal menghadap keluar dapat mengembangkan karakter tanggung

jawab dan kedisiplinan.43 Begitu pula ada saat siswa memasuki masjid siswa menaruh

sandal dengan menghadap keluar.

Peneliti dalam pengamatan saat siswa yang tidak menaati pembiasaan ini akan

mendapatkan sanksi berupa teguran. Kegiatan ini dilakukan selama sebulan dengan

pembinaan guru yang menajdi koordinator kegiatan tersebut. Maka dari itu, sekolah

harus mampu menciptakan iklim sekolah dalam suasana yang nyaman dan

menyenangkan agar peserta didik merasa nyaman saat proses belajar mengajar

43 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018 pukul 14.15

121

sehingga anak-anak semangat untuk belajar. Kenyamanan yang dirasakan peserta

didik membawa karakter tersendiri agar karakter anak terbentuk. Tentunya sekolh

menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak, serta menjadi lingkungan yang

kondusif untuk membangun karakter peserta didik.

Peran seorang guru yang selalu memberikan pengaruh terhadap peserta didik

baik yang bersifat positif maupun negatif. Guru merupakan elemen yang sangat

penting bagi perkembangan peserta didik baik secara kognitif, afektif,

psikomotorik terlebih lagi guru merupakan sumber dari kurikulum tersembunyi,

karena apa yang disampaikan oleh guru baik secara lisan, tulisan, dan perbuatan

akan menjadi model atau contoh bagi peserta didik.

Tugas guru amat terasa berat dalam mendidik peserta didik dalam

mencetak siswa yang unggul bukan dalam bidang kognitif saja tetapi guru

harus bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, guru selalu

memberikan nasihat-nasihat dan motivasi dalam setiap kegiatan yang ada baik

dalam kegiatan proses belajar mengajar maupun pada kegiatan yang lainnya.

Pesan yang disampaikan berkaitan dengan sikap agar selalu baik dimanapun

peserta didik berada baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, dam masyarakat.

SDIT AL-Manar dalam rangka melaksanakan kegiatan rutin untuk mencetak

siswa yang berkarakter mulia. Maka kegiatan yang dilaksanakan dapat berupa

penyampaian tausiyah pidato secara langsung maupun tidak langsung. Penyampaian

122

tausiyah pidato atau nasehat dan motivasi secara langsung yang diberikan pada

saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) atau diluar jam belajar. Penyampaian

nasehat atau motivasi tidak langsung bisa disampaikan melalui poster-poster yang

disampaikan diluar kelas.

Pertama, penyampaian secara langsung. Guru dapat menyampaikan tausiyah

pidato. Semua guru mata pelajaran diharapkan dapat melaksanakannya sebelum

kegiatan belajar dimulai. Guru bisa bercerita tentang kisah-kisah atau motivasi

pengalaman seseorang yang dapat merangsang motivasi belajar serta merangsang

sikap siswa sehari-hari. Selanjutnya dalam penyampaian materi pelajaran juga

diupayakan untuk mengkaitkannya jika materi pelajaran tersebut

Mengandung nilai-nilai multikultural. Kedua, penyampaian secara tidak

langsung. Poster merupakan pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol atau

gambar yang menarik berisikan ajakan, larangan serta nasehat-nasehat.

Gambar III.19. Slogan Ajakan berbuat Jujur

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

123

Poster yang berisikan ajakan tentang pesan atau himbauan tentang nilai-

nilai kebaikan seperti perilaku jujur, berbicara dengan baik, bila mendengarkan

pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria,

dan bila berjanji ditepati. Semuanya merupakan salah satu usaha sekolah dalam

menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah terutama membentuk karakter siswa.

Poster-poster yang berisikan nilai-nilai kebaikan tidak hanya dipasang di dalam kelas

tetapi juga terpasang di luar kelas. Poster yang digunakan di luar kelas berisikan

tujuan untuk memotivasi siswa, sebagai ajakan, peringatan untuk melakukan

sesuatu yang positif dan menanamkan nilai-nilai karakter. Pengaruh pesan yang

disampaikan melalui poster dalam implementasi kurikulum tersembunyi memiliki

kontribusi dalam membentuk karakter serta menginternalisasikan nilai-nilai

karakter yang baik.

Tabel III.4 Upaya SDIT AL-Manar dalam Pelaksanaan Kurikulum

Tersembunyi Sebagai Pendidikan Karakter Siswa

No Kegiatan di

Sekolah

Pelaksanaan

Kurikulum tertulis

(Ideal)

Kurikulum

Tersembunyi

Nilai-Nilai

Karakter

Hambatan

Sekolah

1.

Kegiatan

Belajar

Mengajar

Siswa

Kebijakan guru dalam

proses pembelajaran

( opening (ngaji

morning, hafalan,

pengecekan amal yaumi,

pemberian motivasi

kepada siswa.)

Siswa memulai sendiri

ngaji morning tanpa

panduan guru, namun untuk kelas 1 dan 2

masih di dampingi

Disiplin, Religius,

Kejujuran,

1. Guru belum

maksimal dalam

penyeimbangan kognitif, afektif

dan psikomotorik

2. Guru harus

memberikan

pemahaman

dengan

mengaitkan di

kehidupan sehari-

Perjanjian Punishment

dan Reward

Siswa mengemukakan pendapat terkait

punishment dan reward

Tanggung jawab,

Disiplin, Mandiri

124

Kegiatan

Di sekolah

No. Pelaksanaan

Kurikulum tertulis

(Ideal)

Kurikulum

Tersembunyi

Nilai-Nilai

Karakter

Hambatan

Sekolah

Literasi atau Cerita Nabi Siswa mempresentasikan

hasil bacaan di depan

kelas

Tanggung jawab,

mandiri, kejujuran

3. Pembinaan yang intensif

karena siswa yang

masih butu

perhatian khusus

di usianya

4. Orangtua siswa

kurang menjalin

kerjasama dengan sekolah sehingga

aktivitas sekolah

dan dirumah tidak

seimbang

5. Siswa masih

tahap bermain

6. Pengulangan

berkali-kali

kepada siswa

dalam memilah

hal yang baik dan

tidak baik

Tahfidz dan tahsin Siswa tadarrus Quran,

menghafal dan membaca

Quran disekolah maupun

dirumah

Religius, tanggung

jawab, mandiri,

kejujuran

. Mereview pembelajaran Siswa berpendapat

mengenai materi

sebelumnya

Mandiri, Toleransi

Closing (kafaratul majlis,

istighfar 10 x,

penambahan hafalan

dan menyelesaikan

permasalahan )

Siswa membaca

kafaratul majlis, doa

sehari2,

Religius, mandiri,

tanggung jawab,

kejujuran

Ekstrakurikuler Bidang

silat, Olahraga Futsal dan

Pramuka

Siswa semangat

menampilkan silat, Kerja

sama tim dalam

sportifitas, Mandiri,

Tanggungjawab,

Disiplin

Kerjasama,

mandiri, kejujuran,

toleransi, pedul

sesama, disiplin,

2. Mengelomp

okkan siswa

untuk proses

pembelajara

n

Sebagai teman belajar,

berososial dengan baik,

setiap kenaikan kelas

berbeda teman belajar

Siswa saling bekerja

sama dan bertukar

pikiran dalam

mempelajari suatu

materi, mengambil

keputusan untuk

menyelesaikan tugas

Saling menghargai

toleransi, peduli

sesama, kerjasama,

tanggung jawab

3.

Budaya

sekolah

Berwudhu sebelum

memasuki sekolah

Siswa berwudhu

sebelum berangkat

sekolah dengan

pengawasan orangtua

Tanggung jawab,

mandiri, disiplin,

kejujuran, religious

Welcome student di

depan gerbang dengan 3

S, senyum, sapa dan

salam

Siswa melakukan 3 S,

dan memasuki ruang

kelas tanpa orangtua

Menghormati,

disiplin, mandiri

Gerakan lima menit memungut sampah

Siswa membersihkan kelas dan lingkungan

sekolah sendiri selama

10 menit, untuk kelas 1

dan 2 masih di dampingi

Peduli

sesama/lingkungan,

125

Hambatan

Sekolah Kegiatan di

Sekolah

No.

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

3.4 Evaluasi dan Hambatan Sekolah dalam Kurikulum Tersembunyi SDIT

AL-Manar

Pelaksanaan program-program sekolah sebagai aspek kurikulum tersembunyi di

SDIT AL-Manar dilakukan monitoring secara berkala oleh pihak kepala sekolah

secara langsung. Seperti yang dituturkan Bapak Aminuddin,

“Monitoring tersebut dilakukan pada, fakta perilaku siswa di lapangan, administrasi guru

dalam melakukan pencatatan pelanggaran siswa, dan pelaksanaan program-program sekolah

Pelaksanaan

Kurikulum tertulis

(Ideal)

Kurikulum

Tersembunyi

Nilai-Nilai

Karakter

Melepaskan sepatu

sebelum memasuki ruang

kelas

Siswa melepaskan sepatu

atau sandal dan menaruh

di rak yang disediakan

Disiplin,mandiri,

tanggung jawab,

kejujuran

Peribadatan (Shalat

dhuha, dzuhur, ashar)

Siswa shalat duha,

Tadarrus Alqur‟an,

shalat berjamaah, shalat

jum‟at

Religius, disiplin,

bertanggungjawab,

mandiri

4. Hubungan

Stakeholder

Sekolah

Hubungan Guru dengan

Guru

Team Teaching dalam

satu kelas, berkumpul

saat jam istirahat di

ruang guru, untuk makan

bersama

siswa dengan

menjalin

hubungan, peduli

sesama, toleransi

Hubungan kepala sekolah dengan guru, tenaga

administrasi dari

kegiatan FieldTrip Memberikan teladan dengan

Kerjasama, disiplin

Hubungan guru dengan

siswa, siswa dengan

kepala sekolah

Program sekolah

melakukan 4 pembinaan,

pemantauan murid

karakter religious,

kejujuran, mandiri,

toleransi, disiplin

dan peduli

sesama/lingkungan

126

yang telah direncanakan di awal tahun pelajaran terkait dengan pembiasaan perilaku

siswa yang berkarakter.44

Peneliti melihat dalam melakukan monitoring pada perilaku siswa kepala sekolah

mengamati langsung siswa saat sedang istirahat maupun dalam pembelajaran. Seperti

gambar dibawah ini.

Gambar III.20. Kepala sekolah memonitoring siswa

(Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2018)

Gambar III.20 terlihat kepala sekolah Bapak Aminuddin sedang

memonitoring siswa saat pukul 07.45 sebelum siswa memasuki kelas, hal tersebut

dilakukannya guna menjalin hubungan baik dengan siswa serta melihat apakah

program pendidikan karakter dalam kurikulum tersembunyi berjalan sesuai yang

diharapkan. Bagaimana siswa saat tidak dibina guru tetap melakukan hal yang baik.

44 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018

127

Hasil monitoring tersebut digunakan sebagai acuan pihak kepala sekolah

untuk mengetahui perkembangan program pendidikan karakter dan hasil jangka

pendeknya, sehingga dapat segera diambil tindakan solutif ketika terjadi suatu

permasalahan pada pelaksanaan program. Hambatan dirasakan oleh kepala sekolah

dan guru-guru di sekolah. Bapak Aminuddin mengatakan bahwa.

“Kalau berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter tentu ada kendala yang saya

pribadi rasakan. Berkaitan dengan siswa, pertama tidak semua siswa sama, mereka unik

karena memiliki karakter yang berbeda dan menjadi salah satu kendala. Ada yang

sekali dua kali dinasehati mereka sudah paham, ada dinasehati berkali-kali sulit untuk

dirubah, bahkan ada yang tidak sama sekali dinasehati mereka sudah paham dengan

sendirinya. Berikutnya, kalau dari segi guru, ada beberapa guru yang terkadang kurang

istiqomah dalam keteladanan, artinya mereka santai-santai, karena mengandalkan dengan guru yang sangat bersemangat untuk membimbing siswa terutama ketika sholat dhuha

atau dzuhur berjama’ah.”45

Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Fajar ketika melakukan penerapan

pendidikan karakter di sekolah ini. Hambatannya yaitu dari pemahaman siswa itu

sendiri, karena tidak semua anak itu cepat tanggap dan ada juga pemahaman

siswanya lambat. Sehingga harus lebih ekstra lagi untuk membimbing dan

menasehati mereka.46 Sementara itu, salah seorang guru Ibu Erna mengatakan

pendapat yang berbeda.

“Hambatan lain, yaitu ketika anak tidak ada dukungan dari orang tua, contoh ketika siswa sholat tepat waktu di sekolah, namun ketika mereka berliburan sekolah terkadang

sholatnya terlambat, jadi kurang ada partisipasi peran orang tua di rumah. Kemudian

hambatan lainnya, ketika anak itu melakukan kesalahan atau pelanggaran yang mereka

lakukan di sekolah”.47

45 Wawancara dengan Bapak Aminuddin, 06 Maret 2018 46 Wawancara dengan Bapak Fajar, 19 Maret 2018 47 Wawancara dengan Ibu Erna, 23 Maret 2018

128

Berdasarkan pemaparan dan hasil wawancara diatas, bahwa hambatan

hambatan yang dialami berbeda-beda. Hambatan yang dialami antara lain dari

lingkungan sekolah, tidak semua siswa memiliki karakter yang sama, maka dari itu

perlu perhatian dan bimbingan ekstra bagi siswa-siswi SDIT AL-Manar yang

memiliki pemahaman lambat, agar pembiasaan pendidikan karakter dapat tercapai

dan dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun di masyarakat. Kemudian hambatan

lain yang datang dari lingkungan rumah, bahwa ada beberapa orang tua yang

kurang mendukung akan kegiatan-kegiatan anaknya di sekolah, artinya mereka tidak

memberikan perhatian dan penguatan lebih terhadap anaknya karena faktor

kesibukan orang tuanya, sehingga anak tidak merealisasikan kegiatan yang ada di

sekolah ke dalam lingkungan rumahnya.

Hambatan-hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di

SDIT AL-Manar lebih mengarah pada teknis pelaksanaan. Seperti yang pertegas

oleh Bapak Aminuddin bahwa permasalahan teknis seperti tidak semua pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dapat terdeteksi oleh guru.

Kesadaran sebagian siswa dianggap masih rendah terhadap tata tertib

sekolah misalnya dalam program beberapa siswa harus dibersamai gurunya agar

melaksanakan tugasnya. Tidak semua orang tua peduli dengan perkembangan

129

anaknya di sekolah. Beberapa orang tua siswa cenderung bersikap pasif terhadap

kebijakan sekolah termasuk dalam pendidikan karakter siswa.48

3.5. Penutup

Setelah memaparkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa

pengembangan karakter siswa melalui aspek kurikulum tersembunyi yang religius

baik didalam kelas, diluar kelas maupun melalui keteladanan serta pembiasaan, dan

program program yang dirancang dalam membentuk karakter pada siswa.

Bentuk kegiatan yang religius yang diterapkan SDIT AL-Manar adalah

wudhu, genit yang artinya gerakan lima menit memungut sampah, berjabat tangan,

menaruh sepatu/sendal pada tempatnya, opening, closing, shalat dhuha, shalat

dhuhur, pendamingan guru, mabit, tanggap sedekah dan learning motivation

training. Metode dalam mengembangkan karakter pada siswa di SD SDIT AL-

Manar yaitu melalui keteladanan, pembiasaan, serta reward dan punishment.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan, acting,dan menuju pembiasaan,

karena dengan adanya pembiasaan akan membentuk karakter siswa.

Adanya aspek kurikulum tersebunyi yang teridiri dari struktural, sistem

sosial, dan budaya tersebut maka akan mengembangkan karakter yang ingin

dicapai seperti, peduli lingkungan. mempererat silaturahim, menghargai,

menghormati, disiplin, mandiri, tanggung jawab, kejujuran, menambah rasa cintanya

48 Wawancara dengan bapak Aminuddin, 06 Maret 2018

130

kepada Allah, memberi motivasi kepada anak, bersemangat, soleh, salihah, lebih

istiqomah, kepedulian dengan sesama orang yang membutuhkan bantuan, dan

tanggung jawabnya .

Kendala yang dialami oleh sekolah dalam melakukan pembiasaan

pendidikan karakter ada dua faktor, pertama dari siswa dan yang ke dua dari orang

tua siswa itu sendiri. SDIT AL-Manar yang memiliki banyak kegiatan yang

sangat padat, karenanya ada beberapa siswa yang memiliki kemampuan lambat

memahami pelajaran sehingga harus lebih ekstra lagi untuk membimbingnya,

ditambah ketika ada siswa yang bermasalah.

Faktor kedua yaitu datang dari beberapa orang tua siswa yang kurang

mendukung kegiatan anaknya ketika pembiasaan di sekolah terbawa ke dalam

lingkungan rumahnya, disebabkan karena kesibukan orang tua yang kurang

memperhatikan dan mendorong akan pembiasaan-pembiasaan positif. Solusi nya

ialah melakukan Evaluasi rutin dan tanggap. Kegiatan evaluasi yang dilakukan

sekolah tidak hanya di dalam sekolah namun juga diluar sekolah. Melalui budaya

sekolah inilah, Kurikulum tersembunyi akan selalu ada, muncul setiap hari selama

pengoperasian sekolah berjalan.