BAB III TEMPO DAN PEMBERITAAN ALIANSI GERAKAN ANTI...

22
BAB III TEMPO DAN PEMBERITAAN ALIANSI GERAKAN ANTI PEMURTADAN 3.1. Sejarah dan Perjalanan TEMPO TEMPO didirikan pada 1971 oleh sejumlah intelektual muda yang waktu itu gelisah melihat situasi sosial politik kian tak menentu. Salah satu gejala yang mencolok adalah politisasi pers untuk mendukung ideologi kelompok. Melihat gejala yang tak sehat itu, beberapa intelektual muda seperti Goenawan Mohamad, Nono Anwar Makarim, dan Fikri Jufri tergerak untuk mendirikan media yang bebas dari politik dan menyuarakan informasi yang objektif. 46 Dibawah Yayasan Jaya Raya yang diketuai oleh Ciputra, TEMPO lahir dengan konsep yang dibuat oleh Gunawan Muhammad yang berasal dari Ekspres dan beberapa orang dari Djaja. Yayasan Jaya Raya menggabungkan Ekspres dengan Djaja merupakan yayasan yang beranggotakan para pengusaha dari Jakarta yang membantu pembinaan olahraga DKI Jakarta. Karena berbagai masalah yang meliputi Djaja, Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu, menyerahkan permasalahan yang dihadapi oleh Djaja kepada para wartawan yang kemudian untuk diswastakan dan dinaungi oleh Yayasan Jaya Raya. 47 46 Http://Www.Equinoxpublishing.Com 47 Soebagyo, Djoko. 2001. Ideologi pada Cover Majalah Berita, Representasi Ideologi Pemihakan Media. Pada Cover Majalah Mingguan TEMPO Tahun 1971-1982, Tahun 1982-1994 dan Tahun 1998-1999. (Tidak Dipublikasikan. Skripsi UGM) Hlm. 140. 57

Transcript of BAB III TEMPO DAN PEMBERITAAN ALIANSI GERAKAN ANTI...

BAB III

TEMPO DAN PEMBERITAAN ALIANSI GERAKAN

ANTI PEMURTADAN

3.1. Sejarah dan Perjalanan TEMPO

TEMPO didirikan pada 1971 oleh sejumlah intelektual muda yang

waktu itu gelisah melihat situasi sosial politik kian tak menentu. Salah

satu gejala yang mencolok adalah politisasi pers untuk mendukung

ideologi kelompok. Melihat gejala yang tak sehat itu, beberapa intelektual

muda seperti Goenawan Mohamad, Nono Anwar Makarim, dan Fikri Jufri

tergerak untuk mendirikan media yang bebas dari politik dan

menyuarakan informasi yang objektif.46

Dibawah Yayasan Jaya Raya yang diketuai oleh Ciputra, TEMPO

lahir dengan konsep yang dibuat oleh Gunawan Muhammad yang berasal

dari Ekspres dan beberapa orang dari Djaja. Yayasan Jaya Raya

menggabungkan Ekspres dengan Djaja merupakan yayasan yang

beranggotakan para pengusaha dari Jakarta yang membantu pembinaan

olahraga DKI Jakarta. Karena berbagai masalah yang meliputi Djaja, Ali

Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu, menyerahkan

permasalahan yang dihadapi oleh Djaja kepada para wartawan yang

kemudian untuk diswastakan dan dinaungi oleh Yayasan Jaya Raya.47

46 Http://Www.Equinoxpublishing.Com 47 Soebagyo, Djoko. 2001. Ideologi pada Cover Majalah Berita, Representasi Ideologi

Pemihakan Media. Pada Cover Majalah Mingguan TEMPO Tahun 1971-1982, Tahun 1982-1994 dan Tahun 1998-1999. (Tidak Dipublikasikan. Skripsi UGM) Hlm. 140.

57

58

Mei 1970, mereka menerbitkan majalah Ekspres. Tapi eksperimen

itu gagal karena intervensi penguasa. Goenawan keluar dari Ekspres,

diikuti oleh kawan-kawannya, Fikri Jufri, dan Christanto Wibisono.

Setelah menunggu hampir setahun, mereka akhirnya sepakat menerbitkan

TEMPO. Kemudian lahirlah TEMPO, majalah berita swasta mingguan

dengan surat ijin terbit 31 Desember 1970 dan surat ijin cetak 12 Januari

1971 dan mulai terbit secara Cuma-Cuma pada tanggal 1 Maret 1971.

Secara fisik dan isinya, majalah TEMPO mirip dengan majalah Time

terbitan Amerika.

Secara fisik, awal TEMPO terbit memberikan kekhasan tersendiri

pada bentuknya, baik dari segi tata letak (lay out), ilustrasi dan cover.

Dimulai dengan edisi perdana pada tanggal 1 Maret 1971 yang

mengangkat perbulutangkisan Indonesia dengan cover gambar

pebulutangkis Minami yang sedang bertanding, atas hal ini TEMPO

mendapat sambutan yang cukup signifikan dari masyarakat pembaca,

maupun dari kalangan industri pers. Semenjak itu, dimulai edisi-edisi yang

dianggap isinya tidak sekadar jurnalisme pada waktu itu dengan

kedalaman isinya baik pada isi laporannya maupun bentuk isi visual cover.

Hadirnya beberapa mantan wartawan dari Ekspres dan Djaja

memunculkan kegiatan pers yang tidak jauh dari kedua media yang

terdahulunya, yakni mingguan dan bergambar. Goenawan Muhammad

pada waktu itu menjadi orang yang berperan sebagai konseptor yang

dibantu oleh Fikri Jufri, Cristianto Wibisono dan beberapa orang lain yang

59

memilih karakter Time, News Week, Del Spigel sebagai acuan majalah

TEMPO serta dengan gaya penulisan yang berbau sastra dan lugas agar

enak dibaca. Nama TEMPO dipilih agar mudah diingat dan menjadi

sebutan yang khas bagi penerbitan majalah berkala. Alasan lain bagi

Goenawan Muhammad adalah kata TEMPO relatif mudah untuk

diucapkan dan sifatnya yang mingguan.

Hadirnya majalah TEMPO mendapat sambutan yang baik dari

kalangan pembaca maupun praktisi pers lainnya. Praktisi pers tidak

merasa asing lagi terhadap mereka karena orang TEMPO sebelumnya juga

bekerja pada Ekspres dan Djaja. TEMPO merupakan majalah yang

membutuhkan sangat banyak reporter dan penulis. Pada waktu itu, belum

lazim adanya banyak reporter dan penulis karena beberapa majalah dan

penerbitan lainnya hanya membutuhkan beberapa orang untuk bekerja di

redaksi. Akan tetapi karena merujuk pada gaya penulisan majalah Time,

sehingga TEMPO mengekor menjadi bentuk tulisan yang berbentuk

investigative dan lebih mendalam sehingga tidak aneh jika membutuhkan

banyak reporter dan penulis. Dalam hal ini Goenawan Muhammad yang

berperan dalam mengarahkan gaya penulisan, karena Goenawan

Muhammad lah yang paling paham tentang gaya penulisan. Plot atau

gambaran yang disajikan akhirnya memunculkan sebuah gaya jurnalisme

yang tidak hanya penulisan saja, tetapi bentuk investigasi yang merupakan

hal yang baru bagi jurnalisme Indonesia.

60

Pada pemberitaan pertama pada tanggal 1 Maret 1971

menampilkan laporan utama yaitu “Tragedi Minami dan Konggres PBSI”

mendapat tanggapan dari masyarakat luas termasuk dari kalangan praktisi

pers. Pada tahun 70-an para praktisi pers menganggap bahasa yang

digunakan oleh TEMPO menjadi acuan. Pada headline nya berbunyi

Bunyi “Krak” Dalam Tragedi Minami, TEMPO mencoba memberikan

gaya bahasa penulisan yang tidak lazim pada waktu itu. Tetapi hal ini

ternyata membawa ciri tersendiri karena gaya dalam TEMPO menjadikan

pembaca lebih bisa menikmati bahan bacaan dengan lebih terlibat

didalamnya.

Satu hal yang membedakan TEMPO dari media lainnya adalah

cara mengemas kritik. TEMPO melontarkan kritik dengan gaya bahasa

yang renyah dan nyaman. Motto TEMPO yang terkenal, "enak dibaca dan

perlu", hingga kini mewarnai pemberitaan TEMPO. Gaya jurnalisme yang

diusung TEMPO ini, ingin mendobrak kebekuan bahasa pada masa itu,

yang terlalu kental dengan slogan dan bombasme.48

Majalah TEMPO selama tiga periode telah mengalami berbagai

perubahan bentuk dan karakter yang berjalan menimbulkan naik turunnya

kesan bayangan dari majalah Time. Tahun 1971-1978 merupakan tahun-

tahun berkiblatnya pada majalah Time baik gaya jurnalismenya maupun

tata letaknya. Selanjutnya pada tahun 1978-1982 merupakan usaha

48 Op.cit. Http://Www.Equinoxpublishing.Com

61

TEMPO untuk mencoba lepas dari Time, setelah ini, TEMPO benar-benar

lepas dari Time.49

3.1.1. TEMPO dan Orde Baru

TEMPO lahir dan mati di zaman Orde Baru. Beberapa

pendiri TEMPO adalah para aktivis mahasiswa tahun 1965/1966

yang ikut menggulingkan Soekarno dan kemudian menempuh jalan

masing-masing untuk ”mengisi” zaman Orde Baru. Beberapa di

antaranya lalu mendirikan TEMPO, setelah gagal berkongsi

dengan pengusaha pers kala itu, BM Diah, untuk majalah Ekspres-

nya. TEMPO luput dari pembredelan dua kali pada masa Orde

Baru, tahun 1974 dan 1978, tetapi tak bisa mengelak ketika

pemberitaannya pada 1982 saat terjadi insiden Lapangan Banteng

menjelang Pemilu 1982 dianggap pemerintah mengganggu

keamanan. Untuk itu, GM harus menandatangani kesepakatan

dengan Departemen Penerangan untuk tidak meliput isu-isu yang

sensitif, termasuk yang menyangkut keluarga ”Cendana”.50

3.1.2. Pembredelan Pertama di Tahun 1982

TEMPO mengalami pembredelan pertama kali pada tahun

1982 setelah edisi 10 April 1982 yang mengangkat tema tentang

kekalahan bulu tangkis Indonesia dan baru muncul lagi setelah

edisi 12 Juni 1982 dengan gambar cover Maradona sedang

membawa bendera.

49 Op.cit. Soebagyo, Djoko. Hlm 144 50 Http : //Www.Kompas.Com/Cetak.

62

Setelah pembredelan yang pertama pada tahun 1982,

TEMPO sudah mulai meninggalkan gaya Time dengan diganti

dengan ulasan gaya TEMPO. Usaha untuk meninggalkan gaya

bahasa Time sudah dimulai sejak tahun 1978. Walaupun sudah

mengalami pembredelan pada tahun 1982, majalah TEMPO tetap

saja tidak mengalami perubahan yang signifikan. Gaya bahasanya

tetap saja seperti yang dahulu dan banyak meresahkan pejabat.

Sehingga TEMPO mengalami pembredelan untuk kedua kalinya

pada tahun 1994, yakni pada edisi nomor 17 tahun XXIV Juni

1994.

3.1.3. Pembredelan kedua pada tahun 1994

Istirahat terpanjang TEMPO terjadi setelah pembredelan 21

Juni 1994. Sejak itu wartawan TEMPO melakukan gerilya, seperti

dengan mendirikan TEMPO interaktif secara klandestin, atau

mendirikan ISAI (Institut Studi Arus Informasi) pada 1995.

Perjuangan ini membuktikan komitmen TEMPO pada

demokratisasi dan kebebasan pers, yang pada zaman Orde Baru

dipasung secara sistematis.51

Majalah TEMPO mengalami kebekuan karena pembredelan

selama empat tahun mulai tahun 1994 hingga akhirnya muncul lagi

menjadi majalah komersial pada 6 Oktober 1998 dengan

51 Op.cit. Http://Www.Equinoxpublishing.Com

63

perwajahan yang lebih baru. Alasan pembredelan yang kedua

adalah dianggap telah menyimpang dari substansi pemberitaan.

Majalah TEMPO mengalami beberapa perubahan yang

sangat menonjol pada segi perwajahan, ini nampak karena

pengaruh dari bentuk fisik majalah Time, dengan gaya tata letak

dan desain cover yang lebih baru dengan sentuhan manipulasi

grafis komputer.

Format majalah TEMPO paska tahun 1998 secara tata letak

berbeda dibanding dengan edisi sebelumnya, pada sisi ekonomi

dan bisnis. Hal ini dilakukan karena banyaknya majalah politik

yang banyak beredar dengan gaya perwajahan yang hampir sama

seperti Gatra, Gama dan Forum.

Perubahan yang dilakukan oleh majalah TEMPO tidak

hanya pada tulisan dan bahasa beritanya saja, akan tetapi juga

visualisasi gambar menjadi lebih bagus untuk diminati. Hal ini

tentunya sangat menguntungkan bagi pembaca yang memerlukan

sesuatu yang lebih rekreatif secara visual dari sekedar membaca

berita politik agar tidak jenuh.52

3.1.4. TEMPO Sebagai Perusahaan Media

Dualisme posisi TEMPO sebagai institusi ekonomi dan

bisnis serta lembaga pers merupakan dua hal yang sering dihadapi

oleh perusahaan media. Dua hal tersebut kemudian dilihat dari sisi

52 Op.cit. Novi Maria Ulfah. Hlm. 58

64

ekonomi dan pers dalam fungsi jurnalisme. Pertama memberikan

kelangsungan hidup sebagai suatu kebutuhan dan satunya ruh

dalam karakter media dengan kata yang sederhana dapat dikatakan

sebagai jiwa dan tubuh. Benturan diantara keduanya justru

biasanya akan memunculkan polemik karena fungsi ekonomi akan

memberikan peluang yang baik dalam menyampaikan informasi

secara bebas.

TEMPO lahir dan besar pada zaman Orde Baru, disokong

oleh pengusaha yang juga dibesarkan Orde Baru, tetapi Orde Baru

pula yang mematikannya.53

Yayasan Jaya Raya dibawah naungan Pemda DKI Jakarta

sejak awal menjadi donatur tetap bagi TEMPO yang kemudian

memulai usahanya menjadi sektor swasta. Orang-orang dari

yayasan yang masih mempunyai kepentingan dengan Pemda DKI

Jakarta yaitu Ciputra sebagai ketua yayasan merupakan orang yang

dipercaya oleh Ali Sadikin untuk memperbaiki kondisi yang terjadi

di tubuh majalah Djaja yang bangkrut. Pada saat itu campur tangan

dari yayasan sangat sedikit karena sudah mempercayakan kepada

Goenawan Muhammad sebagai pengelola majalah tersebut. Faktor

yang menyebabkan kebangkrutan majalah Djaja pada waktu itu

adalah ketidakpuasan para wartawan dan karyawan yang dianggap

53 Op.cit. Http : //Www.Kompas.Com/Cetak.

65

terlalu berbau pemerintah sehingga perlu dikelola sendiri atau

diswastakan, sehingga lahirlah majalah TEMPO.

Yayasan Jaya Raya yang menaungi majalah TEMPO

melalui PT. Grafiti Press bertahan bulan Juni 1994. Pembatalan

SIUP TEMPO yang bernomor 025/SK/Menpen/SIUP/CI/1985

pada tanggal 24 Desember 1995 ini berakibat pada berhentinya

kegiatan perekrutan PT. Grafiti Press dan memunculkan alternatif

untuk menerbitkan majalah dengan format yang baru.

Pada kasus pembredelan majalah TEMPO tahun 1994

adalah pihak penerbit yakni PT. Grafiti Press seolah tidak mau

kehilangan para pembacanya yang sudah mencapai ratusan ribu,

karena pada waktu itu belum ada majalah yang mempunyai

kredibilitas seperti TEMPO. Sebuah majalah yang mampu

menyajikan bacaan dan informasi yang mendalam disertai dengan

kritik dengan gaya bahasa tutur.

Sehingga timbullah pemikiran dari Grafiti Press untuk

mengisi kekosongan itu dengan cara membuat majalah baru. Pada

akhirnya, beberapa mantan wartawan TEMPO membentuk majalah

dengan format yang sama dengan nama yang beda yakni GATRA.

TEMPO merupakan bagian dari kelas menengah Orde

Baru, dan TEMPO pun yang menghasilkan kelas menengah

tersebut. Untuk itu TEMPO merupakan bagian dari fondasi

ekonomi yang menyokong Orde Baru. Jika kita cermati, periode

66

ketika TEMPO berjaya pada dekade 1980-an, anggaran belanja

iklan perusahaan-perusahaan banyak masuk ke media cetak.

Jumlahnya minimal mencapai 50 persen dari total belanja iklan

tersebut. Sejak tahun 1982 itu, televisi yang ada kala itu, TVRI, tak

lagi boleh beriklan. Maka, kue iklan itu pun lari ke media-media

cetak. Inilah yang membuat majalah TEMPO menjadi cukup kaya

untuk pindah kantor ke wilayah elite di daerah Kuningan. Gaji para

wartawan TEMPO pun mencapai puncaknya saat itu.54

Setelah terbit pada tahun 1998 TEMPO bernaung pada PT.

Arsa Raya Perdana dan berkembang berada dibawah PT. TEMPO

Inti Media Tbk. Pada tahun 1998, TEMPO mengalami kerugian

sebesar 4,5 Milyar walaupun pada tahun 1999 mengalami

keuntungan sebesar 1,9 milyar Rupiah. Perjalanan pada tahun ini

yang menyebabkan TEMPO mengambil keputusan untuk

mengembangkan perusahaannya. Hal ini mengakibatkan

penawaran saham majalah TEMPO kepada publik pada tanggal 15

Desember 2000. hal ini didasarkan pada pertimbangan perluasan

usaha yang meliputi koran TEMPO, radio TEMPO, stasiun TV

TEMPO, sampai kantor berita TEMPO.55 Meskipun terdapat

54 Op.cit. Http : //Www.Kompas.Com/Cetak. 55 Koran TEMPO terbit setiap hari dengan desain yang berbeda dengan korang umumnya,

selain ukurannya yang lebih simpel juga desain tata letaknya yang ringan sehingga memanjakan pembacanya untuk menikmati. TEMPO juga menerbitkan TEMPO English Edition dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya, ini dimaksudkan agar TEMPO lebih banyak diakses oleh khalayak. Selain di dunia cetak TEMPO juga telah merambah ke dunia maya dengan TEMPO Interaktif (www.tempointeraktif.com) dan TEMPO News Room serta PDAT (Pusat Data dan Analisa TEMPO) (www.pdat.co.id).

67

pertimbangan lain yaitu untuk mendapatkan perhatian dari

masyarakat luas. Perluasan usaha ini menunjukkan bahwa TEMPO

mempunyai keinginan untuk mendapatkan akses berita semaksimal

mungkin.56

Ada anggapan yang menarik bahwa mereka yang

menguasai media, maka mereka yang akan menguasai dunia dan

kebenaran. Dalam anggapan inilah terdapat titik kritis kebebasan

media ini tentunya sedikit mengesampingkan anggapan bahwa

media berada pada titik bebas yang tidak bisa lepas. Media berada

pada dua tataran sekaligus yaitu bebas dari keprihatinan untuk

menyampaikan informasi tetapi tidak bisa dilepaskan dari asal

informasi dan kepentingannya.

Ada dua hal yang menjadi dua titik perhatian majalah

TEMPO yaitu dari sisi visual dan jurnalismenya. Segi penulisan

pada majalah TEMPO menghadirkan karakter yang khas pada

setiap alasannya. Sedangkan dari sisi visual menjadikan trendsetter

bagi perkembangan visualisasi media.

Jurnalisme yang dikembangkan oleh majalah TEMPO

adalah jurnalisme sastrawi, yakni sebuah gaya penulisan yang

merupakan perpaduan antara penulisan gaya sastra dan jurnalistik.

Kemudian oleh banyak kuli tinta dijadikan sebagai acuan dalam

penulisan berita.

56 Op.cit. Novi Maria Ulfah. Hlm. 62

68

Selain itu TEMPO juga mempunyai orang-orang yang

mempunyai kompetensi pada sastra dan seni. Misalnya, Putu

Wijaya, Jim Supangat, Burhan Raswanto, Bastari Asnin, James

Royn Lapian, Goenawan Muhammad, Yudistira, AN. Massardi

dan Taufiq Ismail yang aktif pada masa penerbitannya.

Pada saat itu masih banyak penulis muda yang mutu

tulisannya sangat baik seperti: Farid Jaban, Laela S. Khudori, dan

Rustam M. Mandayun. Majalah TEMPO juga melibatkan beberapa

tokoh seniman untuk menangani bidang lain selain penulisan.

Tercatat Dede Eri Suprian seorang pelukis realis terbaik pada tahun

1970 sampai 1980-an, Rafjul Kahfi sebagai pelukis cover, dan

Trianto dalam menangani dalam pembuatan ilustrasi untuk cover

dan halaman dalam majalah TEMPO. Dalam majalah TEMPO

yang lahir bukan hanya artikel berita tetapi juga cerita pendek,

novel, naskah drama, dan berbagai karya sastra lainnya.

Majalah TEMPO menyediakan halaman kolom yang berisi

tentang ulasan politik, sosial, budaya, olahraga, yang diisi oleh

penulis lepas, politisi, agamawan dan sebagainya. Hal ini

mengindikasikan bahwa TEMPO bukanlah media yang tertutup

bagi nilai-nilai diluar penulisannya. Selain itu dalam kolom

majalah TEMPO dimanfaatkan sebagai kroscek dan koreksi

terhadap isi berita. Banyaknya tokoh yang menghiasi dalam kolom

majalah TEMPO antara lain William Liddle ahli politik dari Ohio

69

University, Abdurahman Wahid mantan Presiden RI. Kuntowijoyo,

Umar Kayam, Ignas Leiden, Emil Salim, Nurcholis Majid (Alm.),

Umar Wirahadi Kusuma, Donald K Emmersen.

Setelah melewati masa pembredelan sebanyak dua kali,

TEMPO mengalami berbagai pergantian wartawan dan orang-

orang yang berada dibelakngnya. Namun slogan “enak dibaca dan

perlu “ tetap digunakan dan muncul setiap kali majalah TEMPO

terbit.

Visualisasi pada cover majalah TEMPO juga terdapat

perubahan yakni pada jenis font dan juga pada garis tepi merah

yang kini telah tiada. Simbol-simbol yang metafora juga banyak

tertuang pada halaman dalam sehingga yang tersampaikan adalah

pesan yang tidak lugas dan cenderung sarat makna.

Porsi penyajian berita dan visualisasi dalam majalah

TEMPO memang dibuat seimbang, hal ini yang menjadikan

pembeda antara majalah TEMPO dengan majalah yang lainnya.

Ide, gagasan dan ideologi inilah yang kemudian dijadikan

trensender bagi media lain di Indonesia. Tentunya kemunculan

ide-ide ini karena pihak redaksi memberikan gambaran garis besar

bagaimana gambar/tema yang akan diangkat dalam cover nantinya.

Sehingga terbentuklah ilustrasi pada cover yang atraktif dan

menarik konsumen.

70

Kolaborasi antara teknologi dan kecemerlangan ide-ide

kemudian muncullah metafora cover yang sarat dengan isi pesan

dalam berita. Majalah TEMPO sangat jarang memunculkan cover

foto tanpa efek komputer. Karena kompleksitas dari ide yang

dimunculkan tidak akan mungkin bila diwakilkan dengan hanya

menampilkan satu gambar tokoh dengan satu situasi saja. Sehingga

kesan yang ditampilkan pada cover telah mengangkat semua

kompleksitas tema dalam majalah.

Tempo memang tak mudah ditundukkan. Karena

pemberitaannya yang relatif imbang. Tempo sendiri menyadari

posisinya. Karena itu, agar tetap survive, ia harus menggunakan

trik dan strategi.

Semua strategi itu dipakai untuk menjamin kelangsungan

Tempo sebagai media yang independen dan terbuka. Tekanan

bertubi-tubi dari rezim tidak meluluhkan semangat wartawan

Tempo untuk menghadirkan fakta lebih jernih ke hadapan publik.

Ditambah lagi kehadiran "Catatan Pinggir" Goenawan Mohamad

pada setiap edisi, yang mencoba mengkritik perpolitikan tanah air

dengan satir dan ironinya yang khas, memperkaya Tempo menjadi

lebih dari sekadar majalah yang "enak dibaca".57

57 Op.cit. Http://Www.Equinoxpublishing.Com

71

3.2. Pemberitaan TEMPO Mengenai Aktifis Aliansi Gerakan Anti

Pemurtadan Paska Penutupan Gereja-gereja di Bandung

Paska peristiwa penutupan gereja-gereja di Bandung, majalah

TEMPO hanya sekali menurunkan berita Aktifis Aliansi Gerakan Anti

Pemurtadan yaitu pada edisi 5-11 September 2005. Pada edisi tersebut

TEMPO menurunkan tulisannya sebanyak enam judul meliputi berita dan

opini mengenai Aktifis Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan. Dapat

dijelaskan sebagai berikut:

No Judul Jumlah hlm Edisi 1 2 3 4 1 Sengketa Izin Rumah

Tuhan 1 5-11 Sept 2005

2 Sebatang Salib yang Dikunci

3 5-11 Sept 2005

3 Terpaksa Melanggar demi Ibadah

1 5-11 Sept 2005

4 Aliansi dari Buahbatu 2 5-11 Sept 2005 5 H Muhammad Mu’min:

Kami Akan Menyandera Pendeta

1 5-11 Sept 2005

6 Secarik Kertas, Beragam Soal

1 5-11 Sept 2005

Tabel 3.1 Judul Berita Majalah Tempo Edisi 5-11 September 2005

Dari ke enam tulisan ini akan diambil tiga jenis berita yang akan

dianalisis menggunakan kognisi sosial Teun Van Dijk.

Semenjak peristiwa penutupan gereja di Dayeuh Kolot, Bandung

Hari Minggu, tgl 21 Agustus 2005 TEMPO hanya sekali memberitakan

pada edisi 5-11 September 2005 dengan jumlah sembilan halaman dari

138 halaman. Sembilan halaman tersebut terdiri dari satu halaman opini

72

yang ditulis oleh redaktur dan delapan halaman berisi reportase yang

ditulis oleh wartawan.

Dalam pemberitaan pertama wartawan mengambil judul Sebatang

Salib yang Dikunci.

Setting background yang dipilih adalah sebuah potret kerukunan

yang digambarkan dengan sebuah masjid dan gereja yang berdampingan

serta seorang pendeta yang sedang menurunkan salib dari sebuah tempat

ibadah.

Wartawan banyak memberikan makna dan ruang kepada umat

Nasrani melalui gambar dan banyaknya nara sumber dari umat Nasrani

sehingga mendominasi dalam kasus penutupan gereja-gereja di Bandung.

Wartawan pada awalnya menggambarkan proses penutupan gereja

yang berbarengan dengan acara perpisahan antara jemaat gereja Dayeuh

Kolot kota Bandung dengan pendeta Yuyun Noormalia. Acara perpisahan

ini kemudian mendadak berubah menjadi tegang setelah didatangi oleh

puluhan orang dari Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan dan Barisan Anti

Pemurtadan. Mereka dikomandani oleh H Muhammad Mu’min. Tidak

sempat terjadi kekerasan fisik, hanya gebrakan meja yang sempat terekam

oleh wartawan.

Peristiwa semacam ini ternyata bukan kali pertama terjadi, ada

beberapa gereja di Bandung yang sudah ditutup oleh mereka. Dituturkan

sekurangnya dalam dua pekan sudah ada tiga tempat ibadah yang telah

disegel.

73

Kabar penutupan tempat ibadahpun dengan cepat menyebar.

Semangat menutup rumah ibadah tak berizinpun kian menyebar ke

berbagai arah hingga Tangerang, Banten serta Bogor.

Selain itu juga wartawan menuliskan bahwa SKB Menteri Agama

dan Menteri Dalam Negeri merupakan sumber kericuhan. Ini merupakan

surat yang mengatur perihal pembangunan tempat ibadah dan penyebaran

agama. Setiap kali ada aksi penutupan gereja polemik tentang SKB ini

mencuat.

Kalangan minoritas menganggap SKB ini sudah tidak sesuai

dengan perkembangan jaman sehingga perlu adanya revisi. Ternyata tidak

hanya dari kaum minoritas yang setuju dengan adanya peninjauan SKB,

Din Syamsudin, Ketua Umum Muhammadiyah, ikut mengamini langkah

presiden yang menyuruh beberapa menterinya untuk meninjau ulang SKB.

Disisi lain digambarkan berbagai anggapan bahwa gereja menjadi

basis pemurtadan yang terjadi di Bandung. Pastor Robani Setiawan selaku

penanggungjawab rumah ibadah Margahayu Raya menepis tudingan itu.

Dia menunjukkan beberapa karyawan yang bekerja di gereja juga tetap

muslim, dan melaksanakan shalat. Tidak ada masalah.

Namun pada akhir Agustus lalu tempat ibadah itu ditutup.

Beberapa warga sekitar dan puluhan anggota BAP mendatangi rumah

tersebut dan meminta pastor Setiawan, menghentikan kegiatan

peribadatan. Penutupan ini dilakukan karena warga sudah lama merasa

74

keberatan, ditambahkan bahwa pengurus tempat ibadah tersebut juga

pernah ditegur oleh aparat kecamatan tapi kegiatan peribadatan jalan terus.

Berbagai kekecewaan menggumpal, menyesaki dada para tokoh-

tokoh Kristiani. Selain mendesak untuk diadakannya peninjauan SKB,

mereka juga menyimpan beberapa ganjalan yang ada pada aparat

keamanan yang kurang netral. Mantan Ketua Umum PGI menuding acara

penutupan gereja ini direstui oleh aparat keamanan dan pemerintah

setempat.

Kapolres Bandung Timur AKBP Edison Sitorus menyatakan, saat

itu polisi memang membiarkan penutupan gereja tadi. Karena bukan

AGAP tetapi muspika setempat yang meminta penutupan. Ditambahkan

bahwa wewenang polisi hanya mengamankan agar tidak terjadi bentrok.

Pada akhir berita dituliskan mengenai komentar ketua FPI, Habib

Rizieq. Mengenai SKB silakan agama lain memperjuangkan untuk

dirubah. Namun dirinya juga mengaku punya hak untuk memperjuangkan

agar SKB tetap diberlakukan.

Pada judul yang kedua yakni Terpaksa Melanggar demi Ibadah,

laporan ini hanya ditulis dalam satu halaman. Adapun pilihan gambar

yang ditampilkan adalah sebuah jajaran ruko yang di tengahnya terdapat

sebuah ruko yang dijadikan tempat ibadah oleh umat Nasrani.

Wartawan menggambarkan bentuk bangunan gereja yang terselip

diantara jajaran ruko di Velbak, Kebayoran Baru Jakarta. Dari luar tampak

tidak beda dengan ruko disekitarnya. Catnya yang busam, pintunya yang

75

terbuat dari besi lipat. Juga tidak ada papan nama ataupun salib yang

biasanya menjadi pengenal sebuah gereja. Bangunannya yang seluas

lapangan voli itu ramai hanya pada hari minggu saja, selebihnya sepi.

Sebenarnya tidak hanya sulitnya mendapatkan ijin untuk

membangun tempat ibadah, yang menyebabkan menjamurnya tempat

ibadah kaum Nasrani. Banyaknya aliran juga menjadi penyebab utama

kasus ini. Ini merupakan dilema bagi mereka.

Kemudian mereka mencari jalan keluar untuk permasalahan

tersebut, mereka mempunyai dua cara yakni dengan cara meminjam

rumah ibadah lain yang sudah berizin untuk melaksanakan ibadah. Yang

kedua adalah menyewa ruko atau rumah tinggal untuk beribadah, meski

tak berizin. Gereja-gereja yang tak mengantongi izin inilah yang menjadi

sasaran kemarahan Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan dan Barisan Anti

Pemurtadan.

Pada akhir berita wartawan menampilkan harapan dari mantan

Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pendeta Natan

Setiabudi yakni banyaknya aliran dalam Kristen Protestan yang ada bisa

menyatu. Sehingga umat protestan bisa melaksanakan ibadah dimanapun

serta permasalahan tempat ibadah sebagian bisa teratasi. Ditambah

optimisme dia, pasti ada jalan keluar yang dapat ditempuh dengan cara

dialog dengan umat Islam sebagai mayoritas. “Jika kedua pihak ini sudah

bisa saling memahami, pasti ada jalan keluar.”

76

Pada berita selanjutnya wartawan menggambarkan tentang

sekelumit Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan dalam judul Aliansi Dari

Buahbatu. Pilihan gambar yang ditampilkan adalah sosok Imam Ahmad

Munadi seorang anggota Barisan Anti Pemurtadan dengan setting rompi

BAP dan tumpukan buku. Selain itu juga ditampilkan gambar proses

negosiasi penutupan tempat ibadah gereja di Margahayu oleh Barisan Anti

Pemurtadan.

Wartawan pada awal berita menggambarkan profil dan penampilan

Imam Ahmad Munadi yang merupakan salah satu anggota dari Barisan

Anti Pemurtadan di Bandung. Dengan janggut lebat menjuntai hingga

menutupi dagu. Tubuhnya pendek hanya 160 sentimeter. Ia bergabung

dengan Barisan Anti Pemurtadan diawali dengan seringnya membaca

buletin Ahlussunnah wal Jamaah yang pada akhir-akhir terbitannya

membahas upaya pemurtadan yang dilakukan oleh para pemuka Kristiani.

Ia berkisah bagaimana pengalaman pertamanya ikut menutup

gereja-gereja yang didirikan tanpa seijin pemerintah, baik yang

menggunakan komplek pertokoan maupun rumah-rumah penduduk.

Nyalinya ciut, apalagi ketika harus berhadapan dengan aparat keamanan.

Tapi setelah berkali-kali aksi ternyata lancar-lancar saja. Dalam

melaksanakan aksinya ia bersama dengan ratusan anggota Barisan Anti

Pemurtadan.

Barisan Anti Pemurtadan (BAP) lahir dari kelompok pengajian Al-

Fajar di Buahbatu Bandung. Jemaah pengajian ini beragam, mulai dari

77

pedagang, pegawai swasta, mahasiswa hingga dosen. Mereka

melaksanakan pengajian tiap akhir pekan dengan pengasuh oleh Athian

Ali M. Da’i, Ketua Forum Ulama Indonesia (FUUI). Disitu tidak hanya

mengkaji tentang ilmu fiqh, tauhid, hadits dan qur’an tak jarang juga

mereka mendiskusikan apa yang mereka sebut sebagai upaya pemurtadan

umat di Jawa Barat. Yang unik dari mereka juga berlatih ilmu bela diri

pada Rabu malam di halaman masjid Al-Fajar.

Kajian tentang pemurtadan umat dibagi kedalam tiga tahap. Tahap

pertama berlangsung dua hari dan menginap satu malam di masjid Al-

Fajar. Yang dipelajari antara lain kristologi alias ilmu yang mempelajari

tentang ajaran agama Nasrani, dan pembahasan tentang penyebaran agama

Nasrani lengkap dengan bukti-bukti upaya pemurtadan di Jawa Barat serta

daerah-daerah lain di Indonesia.

Yang kedua lama pembelajarannya adalah tiga bulan, materinya

hampir sama dengan tahap pertama hanya saja sedikit ada penambahan

tentang hukum pendirian tempat ibadah. Setelah empat bulan mengikuti

kajian, para peserta memasuki tahap yang terakhir yakni tahap

pendalaman. Dan kemudian mereka secara resmi mendirikan Barisan Anti

Pemurtadan. Kemudian pada bulan April bersama 27 ormas Islam seperti

Hizbut Tahrir, Front Pembela Islam, Persatuan Islam (Persis), dan BAP

secara resmi mendirikan Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP).

Aliansi ini diketuai oleh H Muhammad Mu’min, seorang dosen di Sekolah

78

Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung. Mereka mengklaim beranggotakan 50

ribu orang.

Dalam edisi ini dijelaskan yang menjadi sasaran adalah tempat-

tempat penjualan minuman keras di Bandung. Puluhan toko penjual

minuman keras menjadi sasarannya. Tidak hanya itu targetnya, para

penjudi juga salah satu sasarannya. Seperti digambarkan pada bulan lalu

ratusan anggota AGAP menggerebek sejumlah tempat perjudian di

Bandung. Kegiatan semacam ini bukan berarti AGAP kebal hukum,

buktinya pada kasus penutupan toko penjual minuman keras H

Muhammad Mu’min dijadikan sebagai tersangka.

Keanggotaan AGAP tidak ditutup bagi kaum hawa, ada sepertiga

dari kaum adam jumlah mereka. Mereka hanya dilibatkan dalam

investigasi terhadap gereja-gereja liar. Jika bukti-bukti sudah lengkap,

mereka lalu menghubungi aparat kepolisian dan kepala wilayah setempat

sebagai penengah. Jika tuntutan untuk menghentikan peribadatan tidak

digubris maka AGAP akan mengerahkan massa.