BAB III TATA KELOLA KOPERASI - repository.uksw.edu...iii. menyusun rancangan rencana kerja serta...

26
BAB III TATA KELOLA KOPERASI (COOPERATIVE GOVERNANCE) A. Sistem Tata Kelola Koperasi Tata Kelola adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola dalam bahasa Inggris adalah governance. Kata governance sering digunakan/ dipasangkan dengan istilah corporate governance. Tata kelola perusahaan adalah suatu hal yang memiliki banyak aspek. Corporate governance sering kali dipergunakan sebagai terma sebagaimana aslinya dalam bahasa Inggris, tanpa menterjemahkannya dalam kosa kata Indonesia. Berbagai alasannya belum diketemukan padanan kata yang tepat 1 . Tri Budiyono dalam bukunya Hukum Perusahaanmengungkapkan Tata kelola merupakan terma yang tepat untuk mengindonesiakan governance. Dalam terma tata kelola terkandung makna pengendalian (control) dan mengatur (regulate) sehingga mampu menjelaskan proses yang terjadi di dalamnya. 2 Dalam Wikipedia Encyclopedia, tatakelola perseroan diartikan “ Corporate governance is the set of processes, 1 Mas Achmad daniri dalam bukunya “Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia” (PT Ray Indonesia, Jakarta 2006 2 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan”2011, Salatiga: Griya Media, hal.128

Transcript of BAB III TATA KELOLA KOPERASI - repository.uksw.edu...iii. menyusun rancangan rencana kerja serta...

  • BAB III

    TATA KELOLA KOPERASI

    (COOPERATIVE GOVERNANCE)

    A. Sistem Tata Kelola Koperasi

    Tata Kelola adalah rangkaian proses, kebiasaan,

    kebijakan, aturan dan institusi yang mempengaruhi

    pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu

    perusahaan atau korporasi. Tata kelola dalam bahasa Inggris

    adalah governance. Kata governance sering digunakan/

    dipasangkan dengan istilah corporate governance.

    Tata kelola perusahaan adalah suatu hal yang memiliki

    banyak aspek.

    Corporate governance sering kali dipergunakan sebagai

    terma sebagaimana aslinya dalam bahasa Inggris, tanpa

    menterjemahkannya dalam kosa kata Indonesia. Berbagai

    alasannya belum diketemukan padanan kata yang tepat1. Tri

    Budiyono dalam bukunya “Hukum Perusahaan”

    mengungkapkan Tata kelola merupakan terma yang tepat

    untuk mengindonesiakan governance. Dalam terma tata kelola

    terkandung makna pengendalian (control) dan mengatur

    (regulate) sehingga mampu menjelaskan proses yang terjadi di

    dalamnya.2

    Dalam Wikipedia Encyclopedia, tatakelola perseroan

    diartikan “ Corporate governance is the set of processes,

    1 Mas Achmad daniri dalam bukunya “Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia” (PT Ray

    Indonesia, Jakarta 2006 2 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan”2011, Salatiga: Griya Media, hal.128

  • customs, politicies, laws, and institutions affecting the way a

    corporation (or company) is directed, administered or controlled.

    Corporategovernance also includes the relation ships among the

    many stakeholders involved and the goals for which the

    corporation is governed.3

    Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola yang baik (Good

    Corporate Governance) yaitu Prinsip Transparansi

    (Tranparency), Akuntabilitas, Prinsip Responbilitas

    (Responsibility), Prinsip Interpendensi (Interpebdency), Prinsip

    Kewajaran dan Kesetaraan (fairness).4

    Transparancy (keterawangan) diartikan sebagai

    keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan

    keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

    yang relevan pengenai koperasi. Accountability (akuntabilitas)

    adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung

    jawaban organ koperasi sehingga pengelolaan Koperasi

    terlaksana secara efektif. Responsibility (pertanggungjawaban)

    adalah kesesuaian (kepatuhan) dalam pengelolaan terhadap

    prinsip koporasi yang sehat serta peraturan perundang-

    undangan yang berlaku. Interpendency (kemandirian) adalah

    suatu keadaan di mana yang dikelola profesional tanpa

    benturan kepentingan (conflict of interest) dan

    pengaruh/tekanan dari fihak manapun yang tidak sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

    prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Fairness (kesetaraan dan

    3 http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_governance

    4 Mas Ahmad Danidiri, Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, PT Ray Indonesia, 2006, hal.8

  • kewajaran)merupakan perlakuan yang adil dan setara di

    dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.5

    Tata Kelola Perseroan (Corporate Governance) berkaitan

    dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber pada

    etika bisnis, budaya Perseroan/Koperasi. Etika, nilai sistem,

    proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang

    bertujuan untuk mendorong dan mendukung: perkembangan

    Perseroan; pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih

    efisien serta efektif pertanggungjawaban Perseroan terhadap

    pemegang saham dan stakeholders lainnya.6

    Di dalam Koperasi pihak-pihak utama dalam tata kelola

    Koperasi adalah Rapat Anggota, Pengurus dan Pengawas

    Koperasi. Pemangku kepentingan lainnya adalah pihak-pihak

    yang berhubungan dengan koperasi yaitu: regulator,

    lingkungan serta masyarakat luas.

    B. Pemegang Tata Kelola Koperasi (Organ Koperasi

    Pada sub bab ini hendak dibicarakan sumber tata kelola

    dan struktur organisasi dari koperasi.

    1. Sumber Tata Kelola Koperasi

    Entitas koperasi telah ditentukan memiliki suatu

    tata kelola agar dalam menjalankan koperasi dapat

    dilaksanakan secara baik dan transparan. Untuk itu

    5 Tri Budiyono (Op.Cit. Hal. 130)

    6 Kemal Aziz Stamboel, Good Corporate Governance: Menyeimbangkan Antara Kinerja Perusahaan dengan ketaatan, Makalah, Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate Governance,2000

  • pedoman / sumber tata kelola dalam menjalankan

    koperasi terdapat dalam:

    a. Peraturan perundangan yang terdiri dari

    i. UU Koperasi

    ii. Peraturan Pemerintah

    iii. Permen / Kepmen

    b. Anggaran Dasar

    c. Best Practise

    Jika dibuat bagan maka akan seperti di bawah ini:

    d. Struktur Organisasi

    Nilai Etik, moralitas dan code of conduct

    Anggaran Dasar

    Peraturan perundang

    -

    undangan

  • Agar koperasi dapat menjalankan kegiatannya

    dengan baik, Koperasi harus dilengkapi dengan alat

    perlengkapan organisasi. Sebagaimana ditegaskan

    dalam Bab VI UU 17 tahun 2012. Alat perlengkapan

    Koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengawas, dan

    Pengurus.

    Struktur organisasi ini mencerminkan alat

    perlengkapan koperasi sebagaimana nampak dalam

    bagan di bawah ini.7

    Keterangan : Bagan Struktur Organisasi Koperasi ini tidak bersifat baku dan

    masih dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan/kecukupan/cirri khas

    organisasinya. Perangkat organisasinya pasti harus tercantum

    sebagaimana UU No. 17 Tahun 2012, adalah Rapat Anggota, Pengurus

    7 Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian

    Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Struktur

    Organisasi Koperasi, 2010

    RAPAT ANGGOTA

    PENGAWAS PENGURUS

    MANAGER

    ANGGOTA

    UNIT USAHA UNIT UNIT USAHA

  • dan Pengawas, yang selanjutnya dapat dilengkapi adanya pengelola

    (manager dan karyawan).

    C. Organ Koperasi

    1. Rapat Anggota

    a. Pengertian

    Rapat Anggota adalah perangkat organisasi

    Koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

    Koperasi.8 Mengenai rapat anggota ini diatur dalam

    pasal 32-54 UU No. 17 Tahun 2012. Rapat anggota

    sebagai perangkat koperasi terdiri dari seluruh anggota

    koperasi yang terdaftar sebagai anggota koperasi.

    Rapat anggota diselenggarakan oleh pengurus dengan

    mengundang anggota koperasi yang terdiri dari

    anggota, pengawas dan pengurus.

    b. Tugas dan Wewenang Rapat Anggota

    Tugas dan Wewenang Rapat Anggota adalah:9

    1) menetapkan kebijakan umum Koperasi;

    2) mengubah Anggaran Dasar;

    3) memilih, mengangkat, dan memberhentikan

    Pengawas dan Pengurus;

    4) menetapkan rencana kerja, rencana anggaran

    pendapatan dan belanja Koperasi;

    8 Pasal ayat 1 UU no 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

    9 Pasal 33 UU no 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

  • 5) menetapkan batas maksimum Pinjaman yang

    dapat dilakukan oleh Pengurus untuk dan atas

    nama Koperasi;

    6) meminta keterangan dan mengesahkan

    pertanggungjawaban Pengawas dan Pengurus

    dalam pelaksanaan tugas masing-masing;

    7) menetapkan pembagian Selisih Hasil Usaha;

    8) memutuskan penggabungan, peleburan,

    kepailitan, dan pembubaran Koperasi; dan

    9) menetapkan keputusan lain dalam batas yang

    ditentukan oleh Undang-Undang ini.

    c. Pertanggungjawaban Rapat Anggota

    Berbicara soal sistem pertanggungjawaban Rapat

    Anggota adalah soal realisasi dari tugas dan

    wewenangnya yang menjadi tanggung jawabnya.

    Suatu pertanggungjawaban muncul bila atas

    pelaksanaan tugas dan wewenang tidak dilaksanakan

    sebagaimana mestinya.

    Oleh karena rapat anggota merupakan

    perwujudan kehendak seluruh anggota untuk

    membicarakan segala sesuatu yang menyangkut

    kehidupan dan pelaksanaan kegiatan koperasi dan

    memiliki segala kewenangan yang tidak dimiliki oleh

    pengurus dan pengawas maka sebenarnya

    tanggungjawabnya tidaklah kecil yang meliputi:

  • 1) membuat keputusan secara musyawarah. Apabila

    musyawarah tidak tercapai, maka keputusan

    diperoleh berdasarkan suara terbanyak;

    2) menermati pertanggung jawaban pengurus yang

    diajukan dalam rapat anggota

    3) memberikan persetujuan atas pertanggung jawaban

    pengurus

    4) memberikan persetujuan bila pengurus hendak

    mengalihkan aset kekayaan koperasi

    Dari uraian perihal pertanggungjawaban rapat

    anggota maka hal tersebut dilakukan secara bersama-

    sama. Berdasarkan doktrin vicarious liability Rapat

    Anggota bertanggungjawab terhadap perbuatan

    pengurus dalam hal ini Koperasi, undang-undang

    mengatur dan menetapkan orang yang dipandang

    bertanggung jawab sebagai pembuat.

    Rapat Anggota tidak dapat dimintakan

    pertanggungjawaban karena Rapat Anggota bukan

    merupakan subyek hukum.

    Yang dapat dimintakan pertanggungjawaban

    adalah koperasi, karena koperasi merupakan subyek

    hukum.

    2. Pengurus

    a. Pengertian

    Pengurus adalah perangkat organisasi Koperasi

    yang bertanggung jawab penuh atas kepengurusan

  • Koperasi untuk kepentingan dan tujuan Koperasi, serta

    mewakili Koperasi baik di dalam maupun di luar

    Koperasi.

    Pengurus ini dipilih dari orang perseorangan dari

    anggota maupun non anggota. Pengurus dipilih dan

    diangkat pada Rapat Anggota atas usul Pengawas.

    Untuk dapat menjadi pengurus haruslah memenuhi

    persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

    1) mampu melaksanakan perbuatan hukum

    2) memiliki kemampuan mengelola usaha koperasi

    3) tidak pernah menjadi pengawas atau pengurus

    suatu koperasi atau komisaris atau direksi dari

    suatu perusahaan yang dinyatakan bersalah karena

    menyebabkan koperasi atau perusahaan itu

    dinyatakan pailit

    4) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak

    pidana yang merugikan koperasi, keuangan negara

    dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan

    dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatan

    5) memenuhi persyaratan lain yang ditentukan dalam

    anggaran dasar koperasi.

    b. Tugas dan wewenang Pengurus

    Sebagai pengurus maka akan memiliki tugas dan

    kewajiban. Tugas dan kewajiban ini bisa dipilahkan

    dalam dua kategori, yaitu tugas dan kewajiban intern

    dalam koperasi yang dipimpinnya dan tugas ekstern di

  • mana pengurus mewakili koperasi di keluar tugas-

    tugas intern.

    Tugas dan kewajiban pengurus secara intern

    adalah sebagai mana di atur dalam pasal 58 UU no 17

    tahun 2012 yang dapatlah dideskripsikan sebagai

    berikut:

    i. Mengelola Koperasi bersasarkan anggaran dasar

    ii. mendorong dan memajukan usaha anggota

    iii. menyusun rancangan rencana kerja serta

    rencana anggaran pendapatan dan belanja

    koperasi untuk diajukan kepada rapat anggota

    iv. menyusun laporan keuangan dan

    pertanggungjawaban pelaksanaan tugas untuk

    diajukan kepada rapat anggota

    v. menyusun rencana pendidikan, pelatihan dan

    komunikasi koperasi untuk diajukan kepada

    rapat anggota

    vi. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan

    inventaris secara tertib

    vii. menyelenggarakan pembinaan karyawan secara

    efektif dan efisien

    viii. memelihara buku daftar anggota, buku

    pengawas, buku daftar pengurus, buku daftar

    pemegang sertifikat modal koperasi dan risalah

    rapat anggota

  • ix. melakukan upaya lain bagi kepentingan Koperasi

    sesuai dengan tanggung jawabnya dan

    keputusan Rapat Anggota

    Tugas pengurus dalam kategori ekstern meliputi

    tugas dan kewenangan mewakili Koperasi baik di

    dalam maupun di luar Pengadilan, selama tidak terjadi

    perkara di depan Pengadilan antara Koperasi dan

    pengurus yang bersangkutan atau Pengurus yang

    bersangkutan mempunyai kepentingan yang

    bertentangan dengan kepentingan Koperasi.

    c. Sistem Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi

    Sistem pertanggungjawaban Pengurus koperasi adalah:

    i. menjalankan tugas dengan baik untuk

    kepentingan koperasi

    ii. atas kepengurusan koperasi untuk kepentingan

    dan pencapaian tujuan koperasi.

    iii. Pengurus koperasi dapat dimintai

    pertanggungjawabannya dalam melakukan

    suatu perbuatan hukum.

    iv. Pengurus baik bersama-sama maupun sendiri-

    sendiri menanggung kerugian yang diderita

    koperasi, karena tindakan yang dilakukan

    dengan kesengajaan atau kelalaiannya.

    Artinya, pengurus harus bertanggung jawab jika

    perbuatannya merugikan koperasi. Ratio legisnya,

  • pengurus sebagai pihak yang diberi kekuasaan untuk

    mengelola koperasi harus berpegang pada asas kehati-

    hatian dalam menjalankan kewenangannya.

    Dalam konteks mengelola KSP, menurut Pasal 14

    PP Nomor 9 Tahun 1995, pengurus wajib

    memperhatikan aspek permodalan, likuiditas,

    solvabilitas dan rentabilitas guna menjaga kesehatan

    usaha dan menjaga kepentingan semua pihak terkait.

    Aspek permodalan adalah sebagai berikut :10

    i. Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah

    :

    a) modal sendiri koperasi tidak boleh berkurang

    jumlahnya dan harus ditingkatkan;

    b) setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus

    disediakan tambahan modal sendiri;

    c) antara modal sendiri dengan modal pinjaman

    dan modal penyertaan harus berimbang.

    ii. Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah

    sebagai berikut :

    a) penyediaan aktiva lancar yang mencukupi

    untuk memenuhi kewajiban jangka pendek;

    b) ratio antara pinjaman yang diberikan dengan

    dana yang telah dihimpun.

    iii. Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah

    sebagai berikut:

    10

    Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun1995 tentang Usaha Kecil

  • a) penghimpunan modal pinjaman dan modal

    penyertaan didasarkan pada kemampuan

    membayar kembali;

    b) ratio antara modal pinjaman dan modal

    penyertaan dengan kekayaan harus

    berimbang.

    c) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan

    adalah sebagai berikut:

    d) rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)

    atau keuntungan ditetapkan dalam jumlah

    yang wajar untuk dapat memupuk

    permodalan, pengembangan usaha, pembagian

    jasa anggota dengan tetap mengutamakan

    kualitas pelayanan;

    e) ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau

    keuntungan dengan aktiva harus wajar.

    iv. Untuk menjaga kesehatan usaha, Koperasi

    Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam tidak

    dapat menghipotekkan atau menggadaikan harta

    kekayaannya.

    v. Pelaksanaan ketentuan ayat (1) sampai dengan

    ayat (5) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

    Menurut penulis perihal pertanggung jawaban

    dapat terjadi jika koperasi menderita kerugian maka

    dalam hal ini ada dua kategori kesalahan yang bisa

    terjadi atas pengelolaan oleh pengurus.

  • Pertama, bila kerugian atas kesengajaan atau

    kelalaian pengurus sehingga menimbulkan kerugian

    koperasi maka dalam hal demikian bisa digunakan

    doktrin / teori ultra vires.

    Definisi Ultra vires menurut Black’s Law

    Dictionary 11 adalah:

    “an act performed without any authority to act on subject.”

    Ultra Vires didefinisikan sebagai “tindakan yang

    dilakukan tanpa otoritas untuk bertindak sebagai

    subjek”. Dalam Bahasa Latin, ultra vires berarti “di

    luar” atau “melebihi” kekuasaan (outside the power)

    yaitu kekuasaan yang diberikan hukum terhadap

    suatu badan hukum (dalam hal ini badan hukum

    Perseroan diwakili oleh Organ Perseroan dalam

    melakukan tindakan hukumnya). Istilah lain yang

    seringkali digunakan untuk mendefinisikan Ultra vires

    adalah “pelampauan wewenang”12.

    Ultra vires diterapkan dalam arti luas yakni tidak

    hanya kegiatan yang dilarang oleh Anggaran Dasarnya,

    tetapi termasuk juga tindakan yang tidak dilarang,

    tetapi melampaui kewenangan yang diberikan13.

    11 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, West Publishing

    Co., St. Paul, 1990, hal.1522 12 Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, 2010, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 102 13 Loc. cit., Untuk lebih memahami definisi ultra vires, bandingkan antara tindakan ultra vires dengan Perbuatan Melawan Hukum (PMH), Pasal 1365 KUH Per. Ultra vires dan PMH sama-sama merupakan tindakan yang menimbulkan kerugian. Perbedaannya yaitu tindakan ultra vires merupakan tindakan di luar kewenangan, kewenangan mana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun Anggaran Dasar, sedangkan PMH merupakan perbuatan yang

  • Tindakan ultra vires : pelampauan wewenang

    Doktrin / Teori ini menyatakan bahwa tindakan

    yang dilakukan tanpa otoritas untuk bertindak sebagai

    subjek di luar atau melebihi kekuasaan (outside the

    power) atau melampaui kewenangan yang diberikan

    hukum terhadap/oleh suatu badan hukum (dalam hal

    ini badan hukum Perseroan diwakili oleh Organ

    Perseroan dalam melakukan tindakan hukumnya),

    maka dalam hal demikian pihak yang melakukan

    perbuatan tersebut dan berakibat kerugian koperasi

    tidak bisa dibebankan kepada harta kekayaan koperasi

    melainkan harus ditanggung oleh pelaku dalam hal ini

    pengurus koperasi sendiri atas harta pribadinya.

    Pengurus bertanggungjawab penuh secara pribadi

    apabila dalam menjalankan tugasnya menimbulkan

    menimbulkan kerugian, perbuatan mana tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    Batas kewenangan

    Tindakan ultra vires

  • kerugian kepada Koperasi. Kesalahan yang dimaksud

    adalah Pengurus melakukan tindakan di luar Anggaran

    Dasar dan ketentuan lain yang berlaku di Koperasi. 14

    Kedua apabila kerugian koperasi itu bukan akibat

    kesalahan pengurus dan hal ini sudah dicermati

    sedemikian rupa dan betul-betul di luar kesalahan

    pengurus maka kerugian yang timbul akan ditanggung

    oleh atau dengan harta kekayaan koperasi.

    Dalam hal demikian bila tetap saja tidak

    mencukupi selayaknya-lah semua organ koperasi turut

    bertanggungjawab atas kerugian koperasi. Wujud

    konkritnya adalah setiap organ akan bertanggungjawab

    dengan menggunakan harta pribadinya bila harta

    kekayaan koperasi sudah tidak lagi mencukupi.

    Inilah doktrin vicarious liability atau respondeat

    superior. Doktrin/teori ini berangkat dari konsep

    mempertanggungjawabkan perbuatan orang lain dalam

    hukum. Dalam hal ini pengurus telah mendapat

    delegasi dalam mengelola koperasi. Ketika terjadi

    kerugian dalam pengelolaan koperasi dan sudah

    terlaporkan kepada pengawas dan Rapat Anggota maka

    organ yang lain akan turut bertanggungjawab. Namun

    sebenarnya memang harus benar-benar dihitung lebih

    menguntungkan cara demikian atau memohon pailit

    atas keadaan koperasi jika memang pengurus tidak

    mampu lagi melakukan pengelolaan karena keadaan

    14 Penjelasan pasal 60 ayat 3 UU no 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

  • koperasi secara riil. Memohon pailit hemat penulis

    akan menghindarkan beban secara pribadi oleh organ

    sehingga memang harus benar-benar dihitung jika

    akan dimohonkan pailit.

    Menurut beberapa doktrin modern, ada beberapa

    alasan yang dapat digunakan untuk menuntut

    tanggung jawab pribadi pemegang saham atau

    pengelola perusahaan, dan salah satunya doktrin

    fiduciary duty. Doktrin fiduciary duty adalah doktrin

    yang menyatakan bahwa tugas yang timbul dari

    hubungan fiduciary antara direksi atau pengurus

    dengan perusahaan yang dipimpinnya, yang

    menyebabkan direksi berkedudukan sebagai trustee

    dalam pengertian hukum trust. Oleh sebab itu seorang

    direksi haruslah mempunyai kepedulian dan

    kemampuan (duty of care and skill) itikad baik,

    loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya.

    Tugas mempedulikan yang diharapkan dari direksi

    adalah sebagaimana yang dimaksud dalam hukum

    tentang perbuatan melawan hukum (onrechtmatige

    daad), dalam arti direksi diharapkan untuk berbuat

    hati-hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian

    (negligence) yang merugikan pihak lain.15

    Doktrin Fiduciary duty bila diterapkan dalan

    pertanggungjawaban Pengurus maka, posisi Pengurus

    sebagai sebuah trustee dalam koperasi, mengharuskan

    15 Fuady, Munir. 2001.Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis . Bandung . Citra Aditya Bakti hal. 49

  • seorang pengurus untuk tidak bertindak ceroboh

    dalam melakukan tugasnya (duty of care) dan serta

    itikad baik, loyalitas serta kejujuran terhadap

    perushaan dengan derajad yang tinggi atau tidak boleh

    mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri atas

    perusahaan (duty of loyality).

    Pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebut

    dalam hubungannya dengan Fiduciary Duty dapat

    menyebabkan Pengurus dapat dimintai pertanggung

    jawaban hukumnya secara pribadi terhadap perbuatan

    yang dilakukannya baik kepada para pemegang saham

    maupun kepada pihak lainnya.

    Dokrtin fiduciary duty bagi pengurus secara tegas

    diatur dalam UU No 12 Tahun 2012 tentang

    Perkoperasian, yang terjabarkan dalam Pasal 55

    sampai pasal 64. Ditegaskan juga dalam pasal 58 ayat

    (1) a yang berbunyi :

    Pengurus bertugas mengelola koperasi.

    Pasal 60 ayat (1) Setiap Pengurus wajib menjalankan

    tugas dengan ikitad baik dan penuh tanggung jawab.

    Hal ini dapat dianalisa bahwa Pengurus diberi

    kepercayaan oleh Rapat anggota untuk menjakankan

    usaha kopeasi dengan penuh tanggung jawab.

    Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan

    Pengurus dapat bertanggung jawab penuh secara

    pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai

    menjalankan tugasnya tersebut.

  • 3. Pengawas

    a. Pengertian

    Pengawas koperasi adalah perangkat organisasi

    Koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan

    nasehat kepada Pengurus.16

    Dibutuhkan itikad yang baik dan penuh tanggung

    jawab dalam melaksanakan tugasnya.

    b. Tugas Pengawas Koperasi

    Perihal pengawas ini diatur dalam pasal 50 UU

    Nomor 17 tahun 2012

    Pengawas bertugas mengusulkan calon Pengurus,

    memberikan nasehat dan melakukan pengawasan

    terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan

    Koperasi yang dilakukan oleh Pengurus dan

    melaporkannya kepada Rapat Anggota.

    Pengawas juga berwenang untuk menetapkan

    penerimaan dan penolakan anggota baru serta

    pemberhentian anggota sesuai dengan Anggaran

    Dasar. Artinya anggota koperasi baik mengenai

    jumlah dan kualitasnya juga ditentukan oleh

    kebijaksanaan Pengawas Koperasi.

    Pengawas dapat meminta dan mendapatkan

    segala keterangan yang diperlukan Pengurus dan

    pihak lain yang terkait. Maksudnya adalah dalam

    menjalankan tugasnya Pengawas dapat meminta

    16 Pasal 1 ayat (6) UU no 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

  • keterangan/pertanggungjawaban dari Pengurus dan

    pihak lain yang terkait mengenai koperasi.

    Pengawas juga berwenang mendapatkan laporan

    berkala tentang perkembangan usaha dan kinerja

    koperasi dari Pengurus. Artinya adalah pengurus

    wajib memberikan laporan Koperasi baik aktifitasnya

    maupun perkembangannya.

    Pengawas dapat memberikan persetujuan dan

    bantuan kepada Pengurus dalam melakukan

    perbuatan hukum tertentu yang ditetapkan dalam

    Anggaran Dasar.

    Pengawas juga dapat memberhentikan pengurus

    sementara waktu dengan menyebutkan alasannya.

    c. Pertanggungjawaban Pengawas

    UU Koperasi menetapkan bahwa pengawas

    bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

    Rapat Anggota. Apabila Rapat Anggota tidak

    menerima laporan pengawas, maka rapat anggota

    akan menghentikan pengawas. Dengan demikian,

    nampak bahwa pertanggungjawaban pengawas

    koperasi sebatas pada pertanggungjawaban kepada

    rapat anggota. Hal ini berbeda jika dibandingkan

    dengan pertanggungjawaban pengurus. Seperti

    diketahui bahwa pengurus bertanggungjawab secara

    pribadi apabila dinyatakan tidak menjalankan tugas

    dengan itikad baik dan tanggung jawab.

  • UU Koperasi memberikan kewenangan kepada

    pengawas untuk menghentikan pengurus sementara

    waktu (kewenangan pengehentian tetap berada pada

    rapat anggota). Hal ini memberikan kekuasaan yang

    cukup besar kepada pengawas atas diri pengurus,

    karena pengawas dapat memberhentikan pengurus

    apabila pengurus menurut pengawas tidak

    melaksanakan tugasnya dengan beritikad baik dan

    bertanggung jawab untuk kepentingan koperasi.

    Terkait dengan kewenangan pengawas tersebut,

    maka menarik untuk melihat apakah ada atau dasar

    hukum atau doktrin hukum dalam perseroan17 yang

    dapat dipinjam sebagai landasan pertanggungjawaban

    pengawas.

    Tanggung jawab pengawas dapat dimintakan atas

    dua scenario, yang pertama apabila pengurus

    dinyatakan tidak melakukan pengurusan dengan

    beritikad baik dan bertanggungjawab, pengurus harus

    bertanggung jawab secara pribadi. Atas peristiwa ini

    tidak berlaku hal yang sama bagi pengawas, artinya

    pengawas tidak harus bertanggung jawab secara

    pribadi atas akibat dari perbuatan tersebut. Padahal

    disisi lain, pengawas berkewenangan memberikan

    persetujuan kepada pengurus dalam melakukan

    perbuatan hukum tertentu. Dengan kalimat yang

    17

    Menjadi keterbatasan adalah tidak adanya argumentasi mengenai relevansi penerapan doktrin yang dikenal dalam korporasi ke dalam koperasi.

  • berbeda, diketahui bahwa tindakan pengurus

    dilakukan atas pengetahuan dari pengawas. Oleh

    karenanya apabila dikemudian hari tindakan tersebut

    merugikan dan mengharuskan pengurus untuk

    bertanggungjawab secara pribadi, maka sudah

    sepantasnya apabila pengawas juga dimintai

    pertanggungjawaban secara pribadi.

    Skenario yang kedua adalah atas kerugian

    koperasi dalam hal tindakan pengurus sudah sesuai

    dengan itikad baik dan dilakukan untuk kepentingan

    koperasi. Tindakan yang dilakukan pengurus tersebut

    telah disetujui pengawas, oleh karenanya secara logis

    pengawas juga seharusnya diminta untuk

    bertanggung jawab.

    Adapun beberapa dasar pertanggungjawaban

    yaitu Pertama. Pasal 1367 KUHPer yang mengatakan

    bahwa seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas

    kerugian akibat dari perbuatannya, namun juga

    perbuatan orang-orang yang berada dalam

    tanggungjawabnya atau dalam pengawasannya

    (respondeat superior). UU Koperasi mengatur bahwa

    pengurus koperasi merupakan pihak yang berada

    dalam pengawasan pengawas koperasi. Namun

    demikian perlu ditelaah lebih lanjut mengenai apakah

    yang dimaksudkan dengan frasa „dalam pengawasan‟.

    Apabila pasal ini dapat diterapkan, maka pengawas

    koperasi bertanggung jawab atas tindakan yang

  • dilakukan oleh pengurus koperasi. Hal ini juga dapat

    diterapkan apabila terbukti bahwa pengurus telah

    melakukan tindakan kepengurusan dengan

    bertanggung jawab.

    Pengawas dalam menjalankan tugasnya haruslah

    beritikad baik dan penuh tanggungjawab untuk

    kepentingan koperasi.

    Pengawas mempertanggungjawabkan tugas yang

    diembannya kepada Rapat Anggota. Apabila dalam

    melakukan tugas sebagai pengawas tidak sesuai

    dengan ketentuan yang diberikan oleh Rapat Anggota,

    maka Pengawas dapat diberhentikan. Dalam hal ini

    Pengawas diberi kesempatan untuk membela diri

    dengan memberi alasan-alasan yang tepat dan

    diterima oleh Rapat Anggota.

    Atas tugas dan kewenangan pengawas

    sebagaimana tercantum dalam pasal 50 – 53 UU no.

    17 Tahun 2012 maka nampak bahwa pengawas

    memiliki porsi tugas dan kewenangan lebih besar dari

    pengawas di era UU no. 25 tahun 1992. Karena

    pengawas dapat memberhentikan pengurus bila

    dirasa telah menyeleweng dari tugas dan

    tanggungjawabnya. Dengan kewenangan yang penting

    ini maka pengawas semestinya turut bertanggung

    jawab apabila koperasi mengalami kerugian.

  • D. Sistem Pertanggungjawaban Koperasi Kepada Pihak

    Ketiga

    Melihat Koperasi disini sebagai badan hukum maka,

    penulis akan menganalis dengan teori organ.

    Koperasi sebagai organ dapat dimintai

    pertanggungjawabannya, apabila Koperasi merugikan pihak

    ketiga.

    Pihak ketiga dalam Koperasi Simpan Pinjam adalah:18

    1. Penyimpan/ penabung

    2. Koperasi Simpan Pinjam sekunder

    Koperasi bertanggungjawab kepada penyimpan dapat

    diwujudkan dalam hal sebagai berikut :

    a. Koperasi hanya menerima penyimpan dana bagi

    anggotanya

    b. Koperasi menjamin simpanan anggotanya

    Pertanggungjawaban pada koperasi didasarkan pada

    bentuk kerugian yang diderita oleh koperasi dan penyebab

    timbulnya kerugian tersebut.

    Pertanggungjawaban badan hukum itu ada, jika organ

    itu bertindak sedemikian rupa dalam batas-batas suasana

    formil dari wewenangnya, serta organ dalam

    menyelenggarakan tugasnya yang mengikat badan hukum.

    Organ tersebut melakukan kesalahan-kesalahan pribadi yang

    merugikan badan hukum yang mewajibkan mereka untuk

    menggantu kerugian secara pribadi pula.

    18 Pasal 89 ayat (1) UU no 17 tahun 2012 UU Koperasi

  • Adanya pertanggungjawaban organ secara pribadi

    disamping pertanggungjawaban badan hukum itu, selain

    pada perbuatan melanggar hukum, dapat pula diakibatkan

    oleh kelalaian atau kurang berhati-hatinya organ yang

    mengakibatkan kerugian bagi badan hukum.19

    Dalam konsep koperasi sebagai badan hukum, manusia

    yang duduk sebagai organ koperasi memang dapat

    bertanggungjawab secara pribadi.

    Namun apabila timbul masalah mengenai siapakah

    pihak yang harus bertanggung jawabanatara koperasi dan

    organ koperasi tidak boleh merugikan pihak ketiga. Badan

    Hukum yang terikat dengan pihak lain harus

    bertanggungjawab dalam hubungan ekstern nya, jika telah

    membayar ganti rugi, kemudian badan hukum dalam

    hubungan interennya menuntut kembali kepada organ secara

    pribadi.20 Jadi apabila terdapat suatu permasalahan diantara

    koperasi dengan pihak lain dan koperasi dengan organnya

    mengenai masalah yang sama, maka koperasi harus

    meyelesaikan permasalahan antara koperasi dengan pihak

    lain terlebih dahulu sebelum menyelesaikan antara koperasi

    dengan organnya.

    Dalam penjelasan pasal 5 UU No 17 tahun 2012 yang

    mengatakan :

    Yang dimaksud dengan “kemandirian” adalah dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pihak lain yang

    19

    Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung: Alumni, 2001, hal.

    30. 20

    Ibid hal.30

  • dilandasi oleh suatu kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam

    kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya, berani

    mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri

    Mengandung arti bahwa Koperasi bertanggung jawab

    kepada pihak ketiga. Koperasi harus mempunyai kemampuan

    bertanggungjawab terhadap perbuatan dan usaha yang

    dilakukan oleh Koperasi. Hal tersebut sesuai dengan doktrin

    vicarious liability.