BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf ·...

33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBAN Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten Tuban memiliki luas wilayah 1.904.70 km 2 dan jumlah penduduk kurang lebih 1 juta jiwa. Kabupaten Tuban sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Kabupaten Tuban terdiri dari 20 kecamatan yaitu Bancar, Bangilan, Grabagan, Tuban, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Widang. 1 Kecamatan Widang berada di sebelah selatan berbatasan dengan Bengawan Solo. Kecamatan Widang memiliki 16 desa, di antaranya Banjar, Bunut, Compreng, Kedungharjo, Kujung, Minohorejo, Mlangi, Mrutuk, Ngadipuro, Ngadirejo, Patihan, Simorejo, Sumberejo, Tegalrejo, Tegalsari, Widang. Sedangkan Pondok Pesantren Langitan terletak di Desa Widang. 2 1 Isyna Firridla, “Profil Daerah dan Analisis Potensi Kabupaten Tuban” http://isyna- firridla.blogspot.com/2012/04/profil-daerah-dan-analisis-potensi.html (Kamis, 6 Agustus 2015, 12.00). 2 Bawaslu, “Desa di Kecamatan Widang” http://bengawantm.com:5000/dataset/ desa_di_kecamatan_widang (Kamis, 6 Agustus 2015, 12.00). 31

Transcript of BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf ·...

Page 1: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

BAB III

PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBAN

Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten

Tuban memiliki luas wilayah 1.904.70 km2

dan jumlah penduduk kurang lebih 1 juta

jiwa. Kabupaten Tuban sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro,

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, sebelah utara berbatasan

dengan laut Jawa dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rembang Jawa

Tengah. Kabupaten Tuban terdiri dari 20 kecamatan yaitu Bancar, Bangilan,

Grabagan, Tuban, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang,

Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo,

Widang.1

Kecamatan Widang berada di sebelah selatan berbatasan dengan Bengawan

Solo. Kecamatan Widang memiliki 16 desa, di antaranya Banjar, Bunut, Compreng,

Kedungharjo, Kujung, Minohorejo, Mlangi, Mrutuk, Ngadipuro, Ngadirejo, Patihan,

Simorejo, Sumberejo, Tegalrejo, Tegalsari, Widang. Sedangkan Pondok Pesantren

Langitan terletak di Desa Widang.2

1Isyna Firridla, “Profil Daerah dan Analisis Potensi Kabupaten Tuban” http://isyna-

firridla.blogspot.com/2012/04/profil-daerah-dan-analisis-potensi.html (Kamis, 6 Agustus 2015, 12.00). 2Bawaslu, “Desa di Kecamatan Widang” http://bengawantm.com:5000/dataset/

desa_di_kecamatan_widang (Kamis, 6 Agustus 2015, 12.00).

31

Page 2: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

A. Profil Pondok Pesantren Langitan

1. Lokasi Pondok Pesantren Langitan

Pondok Pesantren Langitan adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua

di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya

pada tahun 1852, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang,

Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di

samping bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektare.3

Lokasi pondok berada kira-kira empat ratus meter sebelah selatan ibukota

Kecamatan Widang, atau kurang lebih tiga puluh kilo meter sebelah selatan ibukota

Kabupaten Tuban, juga berbatasan dengan Desa Babat Kecamatan Babat Kabupaten

Lamongan dengan jarak kira-kira satu kilo meter.4 Dengan lokasi yang strategis ini

Pondok Pesantren Langitan menjadi mudah untuk dijangkau melalui sarana angkutan

umum, baik sarana transportasi bus, kereta api, atau sarana yang lain.

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Langitan

Pondok pesantren Langitan didirikan oleh KH. Muhammad Nur yang berasal

dari Desa Tuyuban, Rembang Jawa Tengah pada tahun 1852. Awalnya, pondok ini

adalah sebuah surau kecil untuk mengaji anak-anak di sekitar pondok. Dari situlah

kemudian sedikit demi sedikit santri berdatangan untuk berguru kepada beliau.

3Kang Nur, “Sejarah Pondok Pesantren Langitan”, http://langitan.net/?page_id=76 (Minggu, 02-08-

2015, 09.26) 4 Ibid.

Page 3: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Lambat laun menjadi pondok pesantren ini jumlah santrinya semakin bertambah. KH.

Muhammad Nur wafat pada tahun 1870.5

KH. Muhammad Nur mengasuh Pondok Pesantren Langitan kira-kira selama

18 tahun yakni pada tahun 1852-1870 M, kepengasuhan pondok pesantren

selanjutnya dipegang oleh putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah kira-kira 32 tahun

mengasuh pondok pesantren Langitan yaitu pada tahun 1870-1902 M, akhirnya

beliau wafat dan kepengasuhan selanjutnya diteruskan oleh putra menantu, KH.

Muhammad Khozin. Beliau sendiri mengasuh pondok ini selama 19 tahun yakni pada

tahun 1902-1921 M.. Setelah beliau wafat matarantai kepengasuhan dilanjutkan oleh

menantunya, KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50 tahun yakni pada tahun

1921-1971 M, dan seterusnya kepengasuhan dipercayakan kepada adik kandungnya

yaitu KH. Ahmad Marzuqi Zahid yang mengasuh pondok ini selama 29 tahun yakni

pada tahun 1971-2000 M dan keponakan beliau, KH. Abdullah Faqih pada tahun

1971-2012 M.6

Adapun nama Langitan itu adalah merupakan perubahan dari kata Plangitan,

kombinasi dari kata plang (jawa) berarti papan nama dan wetan (jawa) yang berarti

timur. Memang di sekitar daerah Widang dahulu, tatkala Pondok Pesantren Langitan

ini didirikan pernah berdiri dua buah plang atau papan nama, masing-masing terletak

di timur dan barat. Kemudian di dekat papan sebelah timur dibangun sebuah lembaga

5Ibid.

6Ibid.

Page 4: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

pendidikan ini, yang kelak karena kebiasaan para pengunjung menjadikan plang

wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang mendata dan mengunjungi pondok

pesantren, maka secara alamiyah pondok pesantren ini diberi nama Plangitan dan

selanjutnya populer menjadi Langitan. Kebenaran kata Plangitan tersebut dikuatkan

oleh sebuah cap bertuliskan kata Plangitan dalam huruf Arab dan berbahasa Melayu

yang tertera dalam kitab Fathu al-Mu‘i>n yang selesai ditulis tangan oleh KH. Ahmad

Sholeh, pada hari Selasa 29 Robiul Akhir 1297 Hijriyah.7

3. Tujuan

Tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Langitan adalah tidak

lepas dari tiga pokok dasar:

a. Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama

yang luas dan bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang

dalam menegakkan syiar islam.

b. Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang baik

dan bertakwa kepada Allah SWT serta bersedia menjalankan syariatNya.

c. Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama (ka>fi>), yang dapat

menempatkan masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan

berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8

7Ibid.

8Icha, Wawancara, Tuban 4 Agustus 2015.

Page 5: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

4. Visi dan Misi

a. Mengembangkan agama Islam ala Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama >‘ah.

b. Ikut serta mencerdaskan bangsa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan baik

agama maupun umum.

c. Turut serta di bidang amal sosial baik sosial keagamaan, maupun sosial

kemasyarakatan dalam usaha mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akhirat menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan

UUD 1945 yang diridhai oleh Allah yang Maha Kuasa.

d. Menyebarkan pengetahuan dan pemikiran islam tentang peran masyarakat di

dalam pembangunan nasional.

e. Meningkatkan peranan pondok pesantren di dalam pembangunan nasional dan

pembangunan masyarakat dalam rangka menegakkan agama Islam ala Ahlu al

Sunnah wa al-Jama>‘ah.9

Adapun fasilitas atau sarana yang telah disediakan oleh Pondok Pesatren

Langitan adalah tempat tinggal, tempat ibadah, tempat belajar mengajar, pusat

perbelanjaan, kantin, mat }‘am atau tempat makan umum, ruang perawatan (UKS),

gedung perpustakaan, wartel, gedung pelatihan dan ketrampilan, lapangan olah

raga.10

9Ibid.

10Ibid.

Page 6: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

5. Kode Etik Santri

a. Memilih Ilmu, Guru dan Teman11

Kriteria ilmu yang harus diprioritaskan terlebih dahulu untuk dikaji adalah

ilmu yang dibutuhkan setiap saat. Ilmu tentang sholat misalnya mempelajari ilmu ini

harus dinomor satukan. Adapun ilmu yang dibutuhkan sewaktu-waktu seperti ilmu

tentang puasa, haji dan zakat itu dapat dinomor duakan sesuai kebutuhan. Di samping

itu, yang juga harus diutamakan adalah mempelajari ilmu tauhid. Tauhid adalah suatu

ajaran islam yang sangat prinsipil, karena merupakan dasar dari segala macam

disiplin ilmu dan juga merupakan dasar dalam penghambaan kepada Allah SWT.

Satu macam ilmu lagi yang juga harus mendapatkan perhatian serius yaitu ilmu klasik

(salaf). Adapun yang dimaksud dengan ilmu klasik adalah ilmu yang pernah dikaji

sejak masa Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi‘i>n, tabi‘u>t tabi‘i>n yang sekaligus

membedakan terhadap ilmu yang baru bermuncul dan berkembang pada masa ulama

seperti ilmu khilafah, ilmu jadal (ilmu perdebatan) dan sejenisnya.

Dalam memilih seorang guru yang potensial haruslah selektif dan beberapa

kriteria yang harus dipenuhi antara lain bahwa seorang guru harus A‘lam (lebih

‘alim), sebab seorang guru yang ‘alim banyak memiliki perbendaharan ilmu selain itu

juga seorang guru hendaknya lebih wara’ (bisa menjahui barang shubhat dan haram),

sebab guru mempunyai ciri khas semacam ini lebih bisa dipercaya dalam segala

aktifitas adapun kriteria yang ketiga bagi seorang guru yang dipilih adalah seorang

guru hendaknya lebih tua (senior), sebab model guru yang seperti ini mempunyai 11

Ibid.

Page 7: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

banyak kelebihan dibanding guru yang lebih muda (junior), khususnya dalam segi

pengalaman.

Adapun teman yang baik adalah teman yang tekun, wara’ (menjauhi barang

haram), jujur, konsisten (istiqa>mah) dan mudah memahami masalah bukan seorang

pemalas, pengangguran, banyak bicara, pengacau dan profokator (ahli fitnah).

b. Mengagungkan Ilmu dan Ahlinya12

Sesungguhnya santri tidak akan mendapatkan ilmu serta kemanfaatanya,

kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahlinya, menghormati masha>yikh, keluarga

masha>yikh, usta>dh, teman belajar adalah termasuk kategori menghormati ilmu.

Penghormatan itu lebih baik dari pada kepatuhan. Bahwa manusia tidak menjadi kafir

karena melakukan maksiat kepada Allah, tetapi menjadi kafir karena tidak

mengagungkan Allah SWT.

Dari gambaran di atas, bahwa sebenarnya nilai penghormatan itu adalah

sebagai kunci keberhasilan. Selain itu kemanfaatan adalah suatu hal yang terkait

dengan penghormatan, karena kemanfaatan tidak bisa diraih tanpa penghormatan.

Dengan demikian penghormatan adalah sebagian dari nilai kemanfaatan itu sendiri.

Akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa penghormatan santri pada gurunya itu

jangan sampai pada taraf pengkultusan. Sebab selain pengkultusan itu sendiri tidak

dibenarkan agama, sikap ini juga bisa mengakibatkan matinya kreatifitas dari kedua

belah pihak.

12

Ibid.

Page 8: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

c. Sikap Santri terhadap Masha>yikh13

Ketika sowan, apabila santri berkeinginan sowan ke masha>yikh hendaknya

memilih waktu yang tepat. Sekiranya beliau tidak mempunyai kesibukan. Jangan

sampai mengetuk pintu rumahnya, tapi bersabarlah menunggu sampai kiai/ibu nyai

keluar dari rumah atau menunggu kiai/ibu nyai keluar dari musholla. Ketika sudah

berhadapan dengan kiai / ibu nyai, saat seperti ini posisi santri sebaiknya berdiri agak

menunduk dan kedua tangan dilepaskan, tidak dilipat di depan bawah perut,

hendaknya santri mengucapkan salam terlebih dahulu serta bersalaman sambil

mencium tangannya, dan sebaiknya diusahakan tidak memandang wajahnya tapi

cukup dengan memandang dadanya. Baru kemudian mengutarakan maksud dan

tujuannya, langsung pada pokok permasalahanya (singkat dan jelas). Apabila beliau

menghendaki santri agar mask rumah, maka masuk dan duduklah yang sopan, tidak

dibenarkan menjulurkan atau memanjangkan kaki di depan masha>yikh. Apa yang

didawuhkan (dikatakan) kiai dengarkan dan perhatikan dengan teliti. Jangan

mengajukan pertanyaan yang membosankan dan berbelit-belit. Apabila dirasa sudah

cukup, maka segeralah mohon pamit, dan jangan lupa bersalaman sambil mencium

tanganya serta mengucapkan salam.

Ketika mengaji, datang ke tempat pengajian sesaat sebelum pengajian

dimulai, lalu duduk yang sopan. Tidak dibenarkan menjulurkan kaki di depan kiai

dan meletakkan kitab di atas lantai. Dengarkanlah dengan teliti apa yang diterangkan

oleh beliau, jangan bergurau dan bicara sendiri. Tidak mengajukan pertanyaaan

13

Ibid.

Page 9: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

kepada beliau. Seandainya belum faham tentang materi yang disampaikanya, santri

bisa mendiskusikanya dalam forum musyawarah. Tidak diperbolehkan menduduki

tempat duduk kiai.

Ketika bertemu di tengah jalan, sebaiknya santri berhenti atau turun dari

kendaraan (bagi yang berkendaraan). Apabila tidak memungkinkan turun dari

kendaraan, maka minimal harus memperlambat laju kendaraan. Jangan sampai lupa

mengucapkan salam. Ketika berjumpa di suatu tempat sebaiknya diperhatikan

situasinya. Apabila situasinya mendukung dan pantas untuk berdiri maka sebaiknya

berdiri. Namun apabila tidak pantas atau tidak memungkinkan, maka sebaiknya tetap

pada posisi semula asalkan sopan. Jadi setiap penghormatan kepada kiai adalah harus

dengan berdiri (kondisional).

Selain itu santri tidak boleh berjalan melewati halaman depan rumah kiai,

kecuali kalau sedang berkepentingan, berdasarkan maqa>lah (pepatah) yang artinya

“kemuliaan suatu tempat itu disebabkan kemuliaan penghuninya”. Oleh karena itu

sebaiknya para santri tidak melewati jalur depan rumah kiai.

d. Sikap Santri terhadap Keluarga Masha>yikh14

Ketika sowan hendaknya memilih waktu yang tepat. Sebaiknya tidak usah

mengetuk pintu rumahnya. Kecuali apabila membawa kepentingan yang mendesak

maka diperbolehkan mengetuk pintu, tapi harus sopan dan tidak keras. Ketika sudah

berhadapan dengan beliau ucapkan salam dan bersalaman. Masuklah setelah

mendapatkan izin dan duduklah dengan sopan (jangan menjulurkan kaki). Kemudian

14

Ibid

Page 10: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

utarakan maksud dan tujuan dengan singkat dan jelas, jangan mengajukan pertanyaan

yang membosankan dan berbelit-belit. Apabila sudah cukup maka mohon pamit dan

jangan lupa bersalaman dan mengucapkan salam. Adapun sikap santri terhadap

keluarga masha>yikh ketika mengaji, ketika di tengah jalan atau bertemu di suatu

tempat adalah sama seperti sikap santri terhadap masha>yikh.

e. Sikap Santri terhadap Asa>tidh15

Ketika belajar di madrasah datang ke madrasah sesaat sebelum pelajaran di

mulai. Duduk yang sopan, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan asa>tidh dan tidak

diperkenankan menjulurkan kaki di depanya, mendengarkan dengan teliti apa yang

diterangkanya (tidak dibenarkan bergurau dan berbicara sendiri). Apabila belum

dapat memahami materi yang diajarkan, sebaiknya bertanya tetapi harus minta izin

terlebih dahulu. Tidak diperkenankan menduduki kursinya asa>tidh. Adapun sikap

santri terhadap asa>tidh ketika berpapasan di tengah jalan atau bertemu di suatu

tempat adalah sama seperti sikap santri terhadap masha>yikh atau keluarga masha>yikh.

f. Sikap Santri terhadap Kitab

Menghormati kitab adalah sebagian dari menghormati ilmu. Oleh karena itu

apabila hendak memegang buku sebaiknya bersuci (berwudlu) terlebih dahulu. Tidak

dibenarkan menjulurkan/memanjangkan kaki ke arah kitab, menaruh kitab tafsir di

atas kitab lainnya. Tidak menaruh sesuatu seperti pena, tinta atau sejenisnya di atas

kitab. Kalau membawa kitab harus diangkat (sejajar dengan dada). Memperindah

15

Ibid.

Page 11: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

tulisan, jangan menulis dengan huruf kecil-kecil dan sebaiknya tidak menulis dengan

tinta merah.

g. Sikap Santri terhadap Teman16

Menghormati teman belajar adalah termasuk kategori menghormati ilmu

pengetahuan sebab teman tak ubahnya adalah mitra berdialog dan berdiskusi dalam

mengkaji suatu disiplin ilmu.Antara teman harus ada interaksi (hubungan) yang akrab

dan sinergis, di antara keduanya harus ada saling keterbukaan (transparansi). Santri

junior (muda) harus menghormati santri senior (tua), khususnya para pengurus, begitu

juga santri senior harus bisa membimbing santri junior (timbal balik). Santri senior

apabila memanggil santri junior harus disertai sebutan dik dan sejenisnya, demikian

juga sebaliknya santri junior jika memanggil santri senior harus memakai sebutan

mbak, ning, yu’ atau sejenisnya.

6. Perkembangan Pondok Pesantren Langitan

Perjalanan Pondok Pesantren Langitan dari periode ke periode selanjutnya

senantiasa memperlihatkan peningkatan yang dinamis dan signifikan namun

perkembangannya terjadi secara kondisional. Setiap pergantian pengasuh, selalu

dilakukan pembaruan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Di samping

mata pelajaran agama, Pondok Pesantren Langitan juga memberikan mata pelajaran

umum seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.17

16

Ibid. 17

Muhammad Asrori, Wawancara, Tuban, 2 Juni 2015.

Page 12: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

Tabel Kepengasuhan di Pondok Pesantren Langitan

No. Nama Pengasuh Tahun

1. KH. Muhammad Nur (Pendiri) 1852-1870

2.

KH. Ahmad Sholeh (putra KH. Muhammad

Nur)

1870-1902

3.

KH. Muhammad Khozin (menantu KH.

Ahmad Sholeh)

1902-1921

4.

KH. Abdul Hadi Zahid (menantu KH.

Muhammad Khozin)

1921-1971

5.

KH. Ahmad Marzuqi Zahid (adik kandung

KH. Abdul Hadi Zahid) dibantu oleh KH.

Abdullah Faqih (anak angkat KH. Abdul Hadi

Zahid)

1971-2000

1971-2012

6.

Masha>yikh (banyak pengasuh): putra KH.

Abdullah Faqih (KH. Ubaidillah Faqih, KH.

Muhammad Faqih, KH. Abdullah Habib

Faqih, KH. Abdurrahman Faqih, H. Agus

Machsum Faqih), dan putra KH. Ahmad

Marzuqi Zahid (KH. Abdullah Munif

Marzuki, KH. Ali Marzuki).

2012-sekarang

Page 13: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

Bermula dari masa KH. Muhammad Nur yang merupakan sebuah fase

perintisan, lalu diteruskan masa KH. Ahmad Sholeh dan KH. Muhammad Khozin

yang dapat dikategorikan periode perkembangan. Kemudian berlanjut pada

kepengasuhan KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdullah

Faqih yang tidak lain adalah fase pembaharuan.18

Setelah KH. Muhammad Nur wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh KH.

Ahmad Sholeh. Pendidikan KH. Ahmad Sholeh dimulai dengan belajar kepada

ayahnya sendiri, lalu belajar kepada Kiai Abdul Qadir di Pesantren Sidoresmo

Surabaya. Pada kepemimpinannya, pondok pesantren Langitan mengalami

perkembangan pesat. Banyak alumni pesantren yang kemudian menjadi kiai besar,

misalnya Shaikhana> Muhammad Khalil (pendiri Pesantren Kademangan Bangkalan),

Hadratu al-Shaikh Hasyim Asy’ari (pendiri Pesantren Tebuireng Jombang), KH.

Wahab Hasbullah (pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang), KH. Syamsul Arifin

(pendiri Pesantren Sukorejo Asembagus Situbondo), KH. Muhammad Shiddiq

Jember (ayah KH. Ahmad Shiddiq), KH. Hasyim Padangan Bojonegoro, KH. Umar

Dahlan Sarang Rembang, KH. Muhammad Khazin (penerus KH. Ahmad Sholeh),

dan lain-lain. KH. Ahmad Sholeh wafat pada tahun 1902 dan dimakamkan di

pemakaman umum Desa Widang.19

18

M. Solahuddin, Napak Tilas Masyayikh; Biografi 25 Pendiri Pesantren Tua di Jawa-Madura

(Kediri: Nous Pustaka Utama, 2013), 72. 19

Ibid., 73.

Page 14: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

Selanjutnya, pesantren Langitan diasuh oleh KH. Muhammad Khazin. Beliau

adalah putra KH. Syihabuddin dari Rengel Tuban sekaligus menantu KH. Ahmad

Sholeh. KH. Muhammad Khazin menikah dengan putri KH. Ahmad Sholeh yang

bernama Nyai Shofiyah. KH. Muhammad Khazin wafat pada tahun 1921.20

Pengasuh selanjutnya adalah KH. Abdul Hadi Zahid yang merupakan

menantu KH. Muhammad Khazin. Beliau lahir pada tahun 1886 di Desa Kauman,

Kedungpring Lamongan. Beliau adalah putra sulung Kiai Zahid dan Nyai Alimah.

Saudara beliau adalah Mutmainnah, Tashrifah, Zainab, KH. Muhammad Rafi’I (ayah

KH. Abdullah Faqih), Musfi’ah, Aisyah, Musta’inah, KH. Ahmad Marzuqi Zahid

(penerus KH. Abdul Hadi Zahid), Hindun dan Maryam.21

KH. Abdul Hadi Zahid dipercaya sebagai pengasuh Pondok Pesantren

Langitan pada usia 35 tahun. Pada tahun 1949, beliau memprakarsai berdirinya

sistem madrasi (klasikal) yakni dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah dan

Madrasah Muallimin. Madrasah baru ini dinamakan Madrasah Al-Falahiyah. Beliau

juga memperkenalkan pendidikan ekstrakurikuler seperti Bahthu al Masā’il,

Jam‘iyyah Muballighi>n, Jam‘iyyatu al-Qurra’ wa al-Huffa>dh, dan lain-lain.

Meskipun mengadakan pembaruan, KH. Abdul Hadi Zahid tetap mempertahankan

sistem pengajaran lama, seperti sorogan, bendongan, dan wetonan. Beliau

menggunakan prinsip Al-Muha>faz{atu ‘ala al-Qadi>mi al-S}alih wa al-Akhdhu bi al-

20

Ibid., 74. 21

Ibid.

Page 15: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

Jadi>di al As}lah yang berarti mempertahankan nilai lama yang baik dan mengambil

nilai-nilai baru yang lebih baik. KH. Abdul Hadi wafat pada tahun 1971.22

Selanjutnya Pondok Pesantren Langitan diasuh oleh KH. Ahmad Marzuqi

Zahid dibantu oleh KH. Abdullah Faqih. KH. Ahmad Marzuqi lahir pada tahun 1909.

Beliau adalah adik kandung KH. Abdul Hadi Zahid. Saat KH. Abdul Hadi Zahid

mendirikan Madrasah Al-Falahiyah, KH. Ahmad Marzuqi dipercaya sebagai kepala

madrasah. Beliau juga terpilih menjadi anggota DPRD Tuban dari Partai NU. Ini

menunjukkan kepedulian KH. Ahmad Marzuqi Zahid pada persoalan masyarakat atau

negara dan kepandaian beliau mengatur waktu antara mengurus santri dan terlibat

dalam persoalan masyarakat. KH. Ahmad Marzuqi wafat pada tahun 2000.

Sepeninggal beliau, Pondok Pesantren Langitan diasuh oleh keponakannya, KH.

Abdullah Faqih hingga tahun 2012.23

B. Profil KH. Abdullah Faqih

1. Latar Belakang Kehidupan KH. Abdullah Faqih

KH. Abdullah Faqih yang akrab disapa Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan

Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban pada tanggal 2 Mei 1932 M atau

1 Muharram 1351 H. Beliau lahir dari pasangan bahagia KH. Rafi’i dan Nyai

Khadijah, dan memiliki tiga bersaudara yaitu Abdullah Faqih, Khazin dan Hamim.

Namun semenjak kecil Kiai Faqih berada di bawah asuhan KH. Abdul Hadi Zahid

22

Ibid. 23

Ibid., 74-76.

Page 16: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

(kakak KH. Rafi’i) karena KH. Rafi’i wafat ketika Kiai Faqih masih berusia sekitar

tujuh atau delapan tahun. Sedangkan ibunya, Nyai Khadijah kemudian dinikahi oleh

KH. Abdul Hadi Zahid (paman Kiai Faqih). Maka semenjak itulah KH. Abdul Hadi

Zahid yang mengarahkan kehidupan Kiai Faqih, mulai mondok hingga berkeluarga.24

Ketiga bersaudara tersebut menjalani masa kecil layaknya anak-anak pada

umumnya. Hanya saja mereka bertiga berada dalam suasana yang kental nilai-nilai

religius. Waktu terus berjalan dan watak serta karakter ketiganya pun mulai

mengalami perbedaan sedikit demi sedikit. Abdullah Faqih dan Hamim muda senang

bergelut dengan kitab-kitab keagamaan, sementara Khazin muda suka bepergian.

Beliau bepergian dalam waktu yang lama dan sempat dicari oleh ayahanda KH.

Abdul Hadi Zahid. Ternyata beliau berada di luar Jawa dan sudah berkeluarga. Kini

beliau telah berkeluarga dan menetap di Bandung. Tinggal KH. Abdullah Faqih dan

Gus Hamim yang masih bergelut dengan pelajaran agama. Namun Gus Hamim

memiliki potensi yang berbeda dengan orang pada umumnya. Beliau mendalami ilmu

batin hingga mengalami masa fana’ yang dalam eskatologi pesantren disebut jadzab.

Tingkat kefanaan beliau semakin meningkat hingga secara fisik beliau berpakaian

tidak biasa. Sehari-hari beliau hanya bersarung saja. Kondisi ini terjadi sampai beliau

wafat setelah berkeluarga. Kini tinggal Kiai Faqih yang tetap berada dalam jalur ilmu.

Oleh karena itu KH. Abdul Hadi Zahid lebih memusatkan perhatian kepada beliau.25

24

Hasyim dan Sholeh (peny.), Potret dan Teladan Syaikhina KH. Abdullah Faqih, ed. Ahmad

Atho’illah (Tuban: Kakilangit Book, 2012), 7. 25

Ibid., 8-9.

Page 17: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Pendidikan Kiai Faqih berawal dengan belajar kepada sang ayah, kemudian

mulai mondok di beberapa pondok pesantren di antaranya, di Lasem Rembang,

Senori Tuban, Watucongol Magelang dan lain-lain. Dalam sebuah kesempatan beliau

sempat bercerita bahwa beliau mondok di Lasem selama dua setengah tahun, di

Senori selama enam bulan setelah itu satu bulan pindah ke pesantren lain. Total

semuanya tidak lebih dari empat tahun. Beberapa kiai beliau selama mondok di

Lasem adalah KH. Baidhowi, KH. Ma’shum, KH. Fathurrahman, KH. Maftuhin, KH.

Manshur dan KH. Masdhuqi. Sementara ketika mondok di Senori, Tuban, beliau

berguru kepada Kiai Abu Fadhol, dan di pesantren Watucongol beliau menimba ilmu

dari KH. Nahrowi Dalhar.26

Selain itu beliau juga pernah tinggal di Mekkah untuk belajar kepada Sayyid

Alwi bin Abbas Al-Maliki ayah Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.27

Itulah

sebabnya sampai kini beliau menjalin hubungan yang sangat erat dengan beberapa

h}aba>ib dari negeri Arab Saudi dan sekitarnya. Tidak jarang para h}aba>ib datang ke

Indonesia dan mengunjungi pesantren Langitan untuk sekedar silaturrahmi dan

memberikan ijazah kitab-kitab atau memberikan ceramah. Di antara ulama yang

menjalin hubungan dengan beliau adalah Syaikh Yasin al-Fadani (asli Indonesia

namun bermukim di Makkah al-Mukarromah), Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi

al-Maliki al-Hasani (Makkah), Habib Salim as-Sathiri (Yaman), Habib Umar bin

26

Ibid., 27

Aziz, “Perginya Juru Damai KH. Abdullah Faqih” http://www.nu.or.id/,Perginya++juru+damai++KH+Abdullah+Faqih-.phpx (selasa, 31 Maret 2015,

07.37)

Page 18: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

Muhammad bin Salim (Hadramaut, Yaman), Syaikh Prof. Dr. Shalahuddin Kaftaru

(Syiria), Habib Zain bin Ibrahim bin Smith (Madinah), Habib Baharun (Yaman), dan

lain sebagainya.28

Beliau merupakan santri yang sangat dekat dan tawad}u‘ dengan semua

kiainya. Beliau menjadi kiai alim seperti sekarang ini bukan karena mondok dalam

waktu yang lama namun karena kedekatan beliau dengan semua kiainya dan doa dari

para kiai. Beliau menegaskan bahwa jika santri merasa jauh dari kiainya, itu bukan

disebabkan karena kiainya yang menjauh tetapi karena santri tersebut tidak mau

mendekat. Jika santri mau mendekat maka kiai tersebut akan menjadi dekat

dengannya dan akan tersambung semua ilmunya. Ibarat pemancar radio, barangsiapa

menyalakan radio maka akan tersambung.29

Menurut cerita beliau, selama mondok beliau hanya membawa bekal lima

belas ribu setiap bulan yang hanya cukup dibelikan beras sebanyak enam kilogram.

Sedangkan teman-temannya memiliki bekal cukup banyak setara dengan beras dua

puluh empat sampai empat puluh kilogram. Namun dalam kondisi demikian, beliau

tetap sabar dan tidak pernah meminta tambahan kiriman. Beliau berniat tirakat

meskipun awalnya terpaksa. Sehari-hari beliau pernah hanya makan ketela saja,

sementara yang paling sering beliau makan nasi ketan satu lepek dan kopi satu

28

Hasyim dan Sholeh (peny.), Potret dan Teladan, 29-30. 29

Kang Roziq, “Pengajian KH. Abdullah Faqih Langitan” http://m.youtube.com/watch?v=RqI1kW-

SEy4, (Minggu, 05 April 2015, 18.42)

Page 19: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

cangkir. Bahkan ketika bulan Ramadhan beliau tidak sahur dan tidak berbuka, hanya

minum air sebanyak-banyaknya.30

Selama mondok di Lasem, KH Ma’shum memiliki perhatian lebih kepada

Abdullah Faqih muda. Puncaknya, beliau dipinang menjadi menantu dan menikah

dengan Nyai Hunainah putri Kiai Bisyri sekaligus kemenakan KH. Ma’shum.

Mendapat lamaran sang kiai, Abdullah Faqih muda tidak langsung bersedia. Beliau

masih ragu dan kembali ke Langitan. Setelah sampai di rumah, beliau mendapat

nasihat dari KH. Abdul Hadi Zahid. Ojo pilih-pilih tebu. Manuto opo seng

didawuhno Kiaimu. (Jangan pilih-pilih, ikutilah petunjuk Kiaimu). Mendengar

nasihat dari sang ayah, beliau merasa yakin dan menerima pinangan tersebut.31

Kiai Faqih dianugerahi dua belas putra buah pernikahannya dengan Nyai Hj.

Hunainah. Di antaranya adalah KH. Ubaidillah Faqih, Agus Rofiq (alm.), KH.

Muhammad Faqih, H. Agus Mujab Faqih (alm.), H. Agus Mujib Faqih (alm.), KH.

Abdullah Habib Faqih, Ning Salamah Faqih, Ning Hanifah Faqih, KH. Abdurrahman

Faqih, Ning Zaimah (almh.), H. Agus Machsum Faqih, Ning Hj. Amiroh Faqih.32

Kini semua putra-putrinya telah tinggal di rumah masing-masing di sekitar

lingkungan pesantren.

Pada awal-awal pernikahan kehidupan beliau masih berat. Maklum, beliau

menikah masih berstatus santri dan belum memiliki persediaan nafkah. Namun

30

Hasyim dan Sholeh (peny.), Potret dan Teladan, 10. 31

Ibid., 16. 32

Sholeh, “KH. Abdullah Faqih”, Langitan.net/?page_id=2262 (sabtu, 09 Mei 2015, 14.35)

Page 20: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

kondisi ini dijalani dengan tabah dan sabar. Baru setelah memiliki beberapa anak,

kondisinya baru mulai tertata. Setelah kembali ke Langitan dengan membawa

keluarganya, Abdullah Faqih muda langsung ikut mengabdi ke pesantren. Saat itu

beliau dikenal dengan sebutan Gus Faqih. Beliau aktif mengajar dan ikut menata

keberadaan pondok. Dalam pengabdiannya beliau juga pernah menjadi lurah pondok.

Selain mendapat tugas dalam pondok, KH. Abdul Hadi mengutus kepadanya untuk

berdakwah keluar mengisi pengajian-pengajian agama kepada masyarakat. Dengan

bekal ilmu dakwah dan retorika secara otodidak, ternyata gaya pidato beliau banyak

disukai masyarakat. Beliau memiliki bahasa yang santun dan berisi. Banyak orang

simpati dengan model pidatonya. Cara mengarahkan yang halus dan kritiknya masih

mengedepankan bahasa budi sehingga orang yang dikritik tidak merasa

direndahkan.33

Waktu demi waktu nama Gus Faqih semakin berkibar di atas mimbar. Beliau

dikenal kalangan luas, hingga semuanya berubah ketika datang nasihat dari salah satu

gurunya. Hidup ini pilihan Qih (Abdullah Faqih), jika engkau memilih menjadi da’i

maka kemungkinan engkau akan populer dan dikenal banyak orang, tapi tidak

mempunyai generasi. Setelah mati maka sirnalah engkau. Namun jika engkau mau

merawat pesantren meski tidak begitu terkenal namun akan memiliki banyak

generasi. Hidup adalah pilihan. Ungkapan tersebut sangat membekas di hati Kiai

Faqih sehingga beliau mulai menjaga jarak dengan mimbar. Beliau lebih banyak

33

Hasyim dan Sholeh (peny.), Potret dan Teladan, 19.

Page 21: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

mencurahkan tenaga dan pikirannya di pesantren Langitan. Puncaknya, adalah tahun

1971 M, ketika ayahanda tercinta KH. Abdul Hadi Zahid wafat, beliau hampir tidak

pernah menerima undangan pidato kecuali pada acara-acara penting dan di luar jam

mengajar pesantren.

Setelah KH. Abdul Hadi Zahid wafat, kepemimpinan berpindah tangan

kepada KH. Ahmad Marzuqi Zahid. Saat itu KH. Ahmad Marzuqi Zahid juga dibantu

oleh Kiai Faqih. Kiai Faqih menjadi pengasuh pesantren Langitan selama 41 tahun

mulai dari tahun 1971 sampai 2012. Namun semakin lama kondisi fisik beliau

semakin melemah karena aktivitas beliau cukup padat, mulai dari memimpin sholat

berjama’ah lima waktu, mengajar kitab, membaca beberapa wirid bersama santri

hingga menghadiri undangan-undangan yang datang. Pada tanggal 2 oktober 2011

kondisi beliau benar-benar memprihatinkan. Pagi itu, sehabis menyelesaikan bacaan

beberapa wirid, ada tamu yang sowan kepada beliau. Beliau menyambut mereka

dengan wajah yang santun. Beberapa waktu kemudian masuk ke ruangan pribadi

yang terletak di sebelah ruang tamu. Setelah lama kemudian salah satu keluarga ada

yang mengetahui bahwa beliau terjatuh di dalam. Kepala beliau terbentur benda

tumpul sehingga mengakibatkan pendarahan di belakang telinga.34

Keluarga kemudian cepat membawa Kiai Faqih ke Balai Pengobatan Babat

untuk menerima pengobatan. Dari hasil sementara, luka tersebut sebatas luka luar dan

tidak berbahaya. Namun karena kondisi fisik beliau melemah, beliau segera dilarikan

34

Ibid., 38.

Page 22: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

ke Rumah Sakit Graha Amerta Dr. Soetomo Surabaya yang sebelumnya ditransit di

Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Di Graha Amerta beliau dirawat sekitar

satu bulan setengah.

Namun dalam waktu yang lama tersebut beliau mulai merasa rindu dengan

pesantren sehingga beliau meminta untuk pulang. Setiba di pesantren beliau sangat

senang bisa bertemu dengan keluarga dan para santri. Bahkan beberapa hari

kemudian beliau menyaksikan langsung pengajian kitab S}ahi>h Bukha>ri> dan Ihya’

‘Ulu>mu al-Di>n yang biasanya beliau asuh. Pengajian ini diikuti ribuan santri dan Kiai

sekitar pesantren. Saat itu banyak sepasang mata terhanyut menyaksikan guru mereka

yang sudah cukup sepuh namun memiliki perhatian luar biasa kepada ilmu dan

santrinya. Beliau tergolek lemas di atas kursi roda dengan didampingi para putra,

abdi ndalem, dan tim dokter. Namun semangat untuk bisa hadir di antara para santri

sungguh luar biasa.35

Menjelang kewafatan, Kiai Faqih sering bermimpi bertemu Rasulullah.

Bahkan mimpi tersebut disampaikan kepada Habib Mundzir al-Musawa, pimpinan

Majelis Rosulillah Jakarta. Dalam sambutannya usai membesuk Kiai Faqih, murid

Habib Umar bin Muhammad bin Salim Hadramaut itu mengatakan, saya tadi

membesuk Ayahanda, Guru Besar kita, Hadratus Syaikh KH. Abdullah Faqih. Beliau

bercerita diperintahkan memanjangkan janggut oleh Rasulullah SAW. Ini

menandakan betapa beliau sangat diperhatikan oleh Rasulullah sampai-sampai

35

Ibid., 39.

Page 23: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

janggut beliau diperhatikan. Itu semua karena kedekatan beliau dengan Rasulullah

SAW.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Kiai Faqih memiliki wirid rutin yang selalu

dibaca secara istiqa>mah. Menjelang akhir hayatnya beliau senang membaca sholawat.

Tak hanya itu beliau juga melanggengkan wirid dua ayat terakhir dari surat Al-

Taubah yaitu:

Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat

terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Maka

jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah

bagiku;tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah

Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.”36

Bahkan dengan wasilah wirid tersebut selama empat puluh tahun itulah

beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. Oleh karena mimpi didatangi

36

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema,

2010 ), 207.

Page 24: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Rasulullah, beliau berniat ingin berziarah ke makam Rasulullah dan meminta

diantarkan para putranya.37

Senin, 27 Februari 2012 M, Kiai Faqih merasa sangat rindu dengan Abuya

Sayyid Muhammad al-Maliki al-Hasani. Bahkan beliau meminta para putranya untuk

memasang foto al-Ali>m, al-Alla>mah, al-Muhaddith di samping foto beliau. Menurut

riwayat lain, saat itu beliau diberitahukan kedudukan (maqa>m) bersama Abuya

Sayyid Muhammad al-Maliki al-Hasani.38

Selasa, 28 Februari 2012 M, seolah telah menerima pesan dari langit bahwa

akan tiba waktunya menghadap, beliau berkunjung ke rumah putra-putranya dan

mengumpulkan kerabat dengan memberikan hadiah kepada para putra, cucu, dan abdi

ndalem. Mungkin inilah yang dinamakan ziarah perpisahan.39

Sehari kemudian, kepemimpinan beliau di Pesantren Langitan berakhir karena

beliau telah wafat pada tanggal 29 Februari 2012 M sekitar pukul 18.30 WIB setelah

shalat Maghrib. Bumi berduka mendengar kabar perginya Kiai alim tersebut. Kabar

tersebut mulai tersebar melalui pesan antar mulut, media massa hingga dunia maya.

Beliau dimakamkan pada hari Kamis 1 Maret 2012 M pukul 12.30 WIB di

pemakaman umum desa Widang di antara pusara para ulama’ yang telah gugur

mendahului beliau. Semenjak malam hingga siang puluhan ribu pelayat dari kalangan

37

Hasyim dan Sholeh (peny.), Potret dan Teladan, 41. 38

Ibid. 39

Ibid., 41-42.

Page 25: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

ulama’, tokoh agama maupun masyarakat berbondong-bondong menyampaikan

salam perpisahan kepada tokoh spiritual bangsa menuju peristirahatan terakhir.

2. Latar Belakang Perkembangan Pemikiran KH. Abdullah Faqih

Kiprah Kiai Faqih tidak lepas dari keberadaan pondok pesantren Langitan

dengan segala perkembangannya. Usia pesantren yang telah mencapai satu setengah

abad ini dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan,

pengembangan, dan pembaharuan. Kiai Faqih menjadi pengasuh pondok pesantren

Langitan yang saat itu dalam masa pembaruan. Dalam pengabdiannya, Kiai Faqih

pernah menjabat sebagai lurah (ketua) pondok dan banyak memberikan warna dalam

pemikiran serta pengembangan pesantren.

Kiai Faqih yang saat itu disapa Gus Faqih dikenal disiplin. Beliau rajin terjun

langsung ke kamar-kamar asrama untuk mengajak santri belajar, musyawarah, dan

shalat malam. Begitu pula dengan ketertiban dan kebersihan, beliau selalu memantau

keamanan santri dan kebersihannya. Suatu saat Gus Faqih mengamati perilaku

beberapa santri yang keluar ke Babat pada malam tertentu. Ternyata mereka keluar

dengan naik perahu. Saat itu, Gus Faqih mendahului duduk di atas perahu dan

menutupi tubuhnya dengan sarung. Ketika perahu sudah berjalan dan sampai di Babat

beliau membuka sarungnya dan semua santri kaget. Ayo podo nang endi kabeh, balik.

Tak aturno Bapak engko. (Ayo mau ke mana semua, kembali. Nanti tak laporkan

Bapak (KH. Abdul Hadi Zahid)). Saat itu semua santri ketakutan hingga semua

Page 26: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

disowankan kepada KH. Abdul Hadi Zahid.40

Hal itu menunjukkan ketegasan KH.

Abdullah Faqih dalam menjaga keamanan santri.

Selain menjadi ketua pondok, beliau juga mendapat tugas untuk berdakwah

keluar oleh KH. Abdul Hadi Zahid. Beliau mulai mengisi pengajian-pengajian agama

kepada masyarakat. Meskipun beliau belajar ilmu dakwah dan retorika secara

autodidak, namun gaya pidato beliau banyak disukai masyarakat. Banyak orang

simpati dengan model pidato beliau karena cara mengarahkannya yang halus dan

masih memperhatikan bahasa budi sehingga orang yang dikritik tidak merasa

direndahkan.41

Namun aktivitas dakwah beliau terhenti ketika beliau memilih

menjadi pengurus pondok, dan sesaat kemudian beliau mendapat amanat untuk

menjadi pengasuh bersama KH. Ahmad Marzuqi Zahid.

Selama menjadi pengasuh, Kiai Faqih merumuskan empat pilar kepengurusan

pesantren, yaitu majelis Ida>rah, majelis Al-Nuwwab, majelis Tahki>m dan majelis

Amn. Majelis pertama merupakan badan pelaksana dari penanggung jawab

keseharian kegiatan pesantren. Majelis kedua merupakan badan perundang-undangan

yang berfungsi sebagai perumus aturan, penafsir aturan dan penelaah ulang. Majelis

ketiga adalah badan peradilan, berfungsi untuk melaksanakan sidang-sidang

pelanggaran santri. Majelis keempat merupakan badan keamanan dan ketertiban yang

berfungsi sebagai stabilisator keadaan pesantren agar tetap aman, damai dan

40

Ibid., 18 41

Ibid., 19

Page 27: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

kondusif. Untuk mencapai tujuan itu, banyak hal yang dilakukan di antaranya

mengatur jadwal kepulangan santri, mengajukan dakwaan kepada majelis Tahki>m

atas santri yang melanggar, mengontrol ketertiban kegiatan pesantren, dan

sebagainya. Jika dikomparasikan dengan teori trias politika, maka konsep tersebut

bisa diterjemahkan bahwa majelis Ida>rah menempati posisi lembaga eksekutif,

majelis al-Nuwwab menempati posisi lembaga legislatif, dan majelis Tahki>m

menempati posisi lembagai yudikatif.42

Selain itu, beliau juga mendirikan Madrasah al-Mujibiyah yang diambil dari

nama salah satu putranya yaitu H. Agus Mujib Faqih (alm.), untuk gedung sekolah

santri putri. Saat ini Madrasah al-Mujibiyah memiliki beberapa lembaga pendidikan,

yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah

Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).43

Sebagai pengasuh pesantren besar, beliau tidak menutup diri dari dunia luar.

Beliau selalu mengikuti perubahan yang ada di masyarakat. Pada masa pra reformasi,

terjadi dinamika sosial dan politik yang tidak menentu pada krisis ekonomi tahun

1998. Beliau kemudian tergerak hati mengumpulkan ulama’ untuk menyikapinya.

Beliau bersama para tokoh Rabit}ah Ma‘a>hid Isla>miyyah (RMI) menghasilkan

rumusan meminta dengan hormat kepada presiden Republik Indonesia yang saat itu

dijabat oleh Bapak Soeharto untuk turun dari jabatan. Kemudian puncaknya saat Gus

42

Ibid., 21-22. 43

M. Solahudin, Napak Tilas Masha>yikh, 77.

Page 28: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Dur dilamar oleh poros tengah yang dipimpin oleh M. Amien Rais untuk menjadi

calon presiden RI. Saat itu Gus Dur meminta restu kepada Kiai Faqih dan para kiai

sepuh lainnya yang tergabung dalam poros Langitan.44

Awalnya Kiai Faqih merasa berat melepaskan Gus Dur, namun dengan segala

pertimbangan beliau kemudian memberikan restu. Dalam perkembangan selanjutnya,

fatwa-fatwa beliaulah yang kemudian dijadikan rujukan penting Gus Dur. Fatwa

itulah yang kemudian dikenal dengan istilah “sinyal dari langit”, karena munculnya

didasarkan pada istikharah yang dilakukan di pesantren Langitan.

Selain itu, beliau juga berperan dalam menyampaikan aspirasi rakyat kecil

dengan mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bersama para kiai sepuh

lainnya, seperti KH. Idris Marzuqi dan KH. Ahmad Masduqi Mahfudz. Partai yang

didirikan atas dasar musyawarah tersebut bertujuan sebagai wadah untuk

menyampaikan aspirasi rakyat karena pada saat itu suara rakyat tidak mendapatkan

perhatian. Keterlibatannya dalam ranah politik tidak lantas menjadikan Kiai Faqih

sebagai pengurus dalam partai tersebut, beliau hanya sebagai pendorong bersama

para kiai sepuh lain. Hal itu merupakan bentuk kepedulian beliau untuk ikut

memikirkan bangsa, mempertahankan faham ahlussunnah wal jama’ah dari ancaman

gerakan Wahhabi dan aliran radikal lainnya. Meski demikian, kesibukan beliau dalam

ranah politik tidak sedikitpun menggeser perannya sebagai pengasuh pondok

pesantren Langitan. Beliau masih tetap konsisten mengajar santri seperti biasa bahkan

44

Ibid.

Page 29: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

tidak pernah meninggalkan pengajian kecuali sangat mendesak. Beliau juga melarang

semua putranya agar tidak menjadi pejabat.45

Dalam perkembangannya, partai PKB kemudian dirasa melenceng dari tujuan

awal pendiriannya yang dirumuskan oleh para masha>yikh. Oleh karena itu kemudian

beliau mendirikan partai PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama’) bersama para

kiai sepuh lain dengan harapan agar para ulama kembali menempati posisi sentral di

negara ini, karena jika peran ulama direduksi, maka yang dominan kemudian adalah

kemaksiatan dan ketimpangan hukum karena banyak orang tidak memahami dan

mengamalkan ajaran agama. Sayangnya, niat baik itu dikacaukan oleh pihak tertentu

dari dalam tubuh PKNU sendiri.

C. Santri Pondok Pesantren Langitan

Jumlah santri di pondok pesantren Langitan mencapai 5000 santri, dengan

rincian jumlah santri putra sekitar 2000 santri dan santri putri sekitar 3000 santri.46

Santri berasal dari seluruh penjuru kota di pulau Jawa. Ada juga yang berasal dari

luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, dan bahkan ada santri yang berasal dari

Malaysia. Semua santri yang berasa dari beberapa kota tersebut kemudian berbaur

menjadi satu sehingga terjalin komunikasi satu sama lain dan saling bertukar budaya

sehingga menambah persatuan dan kesatuan di antara mereka. Dengan persahabatan

45

Kailani Muslim, Wawancara, Tuban, 14 Juni 2015. 46

Ahmad Zainuri, Wawancara, Tuban, 14 Juni 2015.

Page 30: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

tersebut diharapkan dapat menjadi keluarga sehingga tidak saling menyakiti, tetapi

sebaliknya akan saling menyayangi.

Pondok Pesantren Langitan memiliki seperangkat peraturan untuk mengikat

santrinya. Misalnya peraturan di Pondok Pesantren Putra adalah dilarang pacaran,

merokok dan keluar pondok tanpa izin. Selain peraturan terdapat juga sanksi bagi

yang melanggar. Jika ada santri pacaran akan dikeluarkan dari pondok, jika merokok

akan dicukur rambutnya sampai gundul, sedangkan jika keluar pondok tanpa izin

akan dicukur rambutnya sedikit.47

Di antara ribuan santri di pondok pesantren Langitan ada beberapa santri yang

melanggar peraturan. Misalnya santri keluar pondok tanpa sepengetahuan pengurus,

merokok, tidak mengikuti pengajian kitab kuning, tidak sholat berjama’ah, dan lain

sebagainya. Mereka tentunya dihukum sesuai hukuman yang berlaku.

Jumlah kamar untuk santri putra adalah 11 kamar. Di antaranya, Al-Ghozali,

Al-Syafi’i, Al-Maliki, Al-Hanafi, Al-Hambali, Al-Bukhori, Imam Muslim, Al-

Asy’ari, Da>r al-Tauhi>d, Al-Khodami, Tahfiz}. Sedangkan santri putri al-Mujibiyah

ada 25 kamar yang bernama A1, A2, A3, A4, A5, A6, B1, B2, C1, C2, D1, D2, E1,

E2, E3, F, H1, H2, H3, I1, I2, I3, J1, J2.48

Kebanyakan santri mengikuti peraturan karena takut mendapatkan sanksi.

Namun ada pula yang menjalankan peraturan dengan tujuan bertakwa kepada Allah

47

Muhammad Rofiq, Wawancara, Tuban, 7 Juli 2015. 48

Icha, Wawancara, Tuban, 4 Agustus 2015.

Page 31: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Untuk santri baru

tentu peraturan yang demikian terasa memaksa dan mengekang dirinya, tetapi lama-

kelamaan mereka akan terbiasa dan tidak merasa terbebani. Bahkan ada pula yang

sampai boyong (pindah/pulang) karena merasa tidak sanggup menjalani peraturan dan

mengikuti ketentuan yang ada di dalam pondok.49

Dengan beberapa peraturan yang dinilai sangat ketat dan memaksa justru akan

membentuk karakter dan kebiasaan baik dalam diri santri. Santri akan memiliki

akhlak yang baik dan budi pekerti luhur ketika masih berada di dalam pondok,

terlebih ketika sudah pulang ke rumah dan hidup dalam masyarakat.

Dari sekian banyak santri, ada beberapa yang melanggar peraturan seperti

merokok dan keluar tanpa izin. Akibatnya mereka harus dicukur rambutnya bahkan

sampai digundul. Hukuman tersebut ditujukan agar para santri merasa jera dan malu

dengan perbuatannya sehingga tidak mengulanginya lagi. Hukuman yang ada

merupakan sesuatu yang sangat memberatkan sehingga santri tidak main-main

dengan peraturan yang ada. Misalnya jika ada yang mencuri maka akan dicukur

gundul di depan mushola dengan disaksikan semua santri agar merasa malu

kemudian dikeluarkan dari pondok.50

Pelanggaran yang hukumannya paling berat

adalah mencuri dan berpacaran, yakni dikeluarkan dari pondok secara tidak hormat

49

Shodiq, Wawancara, Tuban, 8 Juli 2015. 50

Ibid.

Page 32: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

dan sebelumnya dipermalukan dengan digundul di depan para santri. Hal itu akan

mengakibatkan santri takut karena dikeluarkan secara tidak hormat.

Dengan adanya peraturan seperti itu, para santri lebih disiplin dan taat pada

peraturan yang telah ada. Semua peraturan sejatinya bertujuan untuk membimbing

manusia ke arah yang lebih baik, meskipun bersifat memaksa dan membatasi

kebebasan manusia itu sendiri. Kiai Faqih pernah dawuh bahwa peraturan yang

sekarang dijalani meskipun terasa pahit dan menyiksa tetapi sejatinya akan berbuah

manis pada kemudian hari dan di masa depan. Misalnya, sekarang harus mengaji,

shalat berjama’ah, shalat tahajjud dan beberapa kegiatan ‘ubudiyah lainnya dengan

besarnya godaan maka kelak di kemudian hari ia akan menuai buah dari tirakatnya

tersebut. Seperti firman Allah dalam surat al-Insyirah:

Artinya: “Maka sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6).51

Allah niscaya akan memberikan kemudahan pada orang-orang yang telah

bekerja keras dan berusaha dengan bersusah payah. Ketika saat ini dia mendapatkan

51

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema, 2010), 596.

Page 33: BAB III PONDOK PESANTREN LANGITAN WIDANG TUBANdigilib.uinsby.ac.id/3491/6/Bab 3.pdf · 2016-01-18 · berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat.8 ... haji dan zakat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

ujian berupa kesulitan niscaya suatu saat dia akan menemukan kemudahan dengan

syarat dia yakin akan pertolongan Allah dan senantiasa sabar dalam menghadapinya.

Mendengar nasihat kiainya tersebut, para santri kemudian lebih semangat dan

disiplin untuk menjalankan peraturan yang ada karena yakin akan memetik hasilnya

di kemudian hari. Hasilnya, kini banyak alumni yang orang sukses dan mendapat

derajat tinggi di masyarakat, seperti kiai, usta>dh dan usta>dhah, pejabat dan anggota

DPR.