BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam...

32
BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN PETANI PESANGGEM DI HUTAN KAYU PUTIH BKPH SUKUN A. Keadaan Masyarakat Sekitar Hutan Kayu Putih BKPH Sukun Visi dan misi yang dilakukan oleh manajemen Perum Perhutani yang melibatkan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan ini memberikan berbagai perubahan-perubahan yang meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar hutan. Pada masa lalu, keberadaan masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan tidak dianggap sebagai satu kesatuan dalam pengelolaan hutan, akan tetapi sekarang masyarakat dianggap sebagai bagian penting dalam pengelolaan hutan. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan kondisi di masyarakat sendiri yang banyak memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan hutan. Pengaruh tersebut disebabkan oleh adanya interaksi yang semakin intensif antara masyarakat dengan hutan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, Perum Perhutani memandang perlu adanya pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitar hutan untuk berperan serta dalam membantu pengelolaan hutan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tiap Kabupaten diketahui bahwa desa hutan yang terdapat di KPH Madiun sebanyak 87 desa hutan dengan pembagian yaitu 38 desa hutan berada di Kabupaten Madiun, 7 desa hutan berada di Kabupaten Magetan, dan 42 desa hutan berada di Kabupaten Ponorogo. 1 1 Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan Pengembangan Usaha., Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Jangka Perusahaan 01 Januari 2011 s/d 31 Desember 2020. (Madiun: Seksi Perencanaan Hutan II Madiun, 2010), hlm 48

Transcript of BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam...

Page 1: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

48

BAB III

PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN PETANI

PESANGGEM DI HUTAN KAYU PUTIH BKPH SUKUN

A. Keadaan Masyarakat Sekitar Hutan Kayu Putih BKPH Sukun

Visi dan misi yang dilakukan oleh manajemen Perum Perhutani yang

melibatkan peran masyarakat dalam pengelolaan hutan ini memberikan berbagai

perubahan-perubahan yang meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat sekitar hutan. Pada masa lalu, keberadaan masyarakat yang berada

disekitar kawasan hutan tidak dianggap sebagai satu kesatuan dalam pengelolaan

hutan, akan tetapi sekarang masyarakat dianggap sebagai bagian penting dalam

pengelolaan hutan. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan kondisi di

masyarakat sendiri yang banyak memberikan pengaruh terhadap keberhasilan

pengelolaan hutan. Pengaruh tersebut disebabkan oleh adanya interaksi yang

semakin intensif antara masyarakat dengan hutan yang ada disekitarnya. Oleh

karena itu, Perum Perhutani memandang perlu adanya pemberdayaan masyarakat

yang ada di sekitar hutan untuk berperan serta dalam membantu pengelolaan

hutan.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tiap Kabupaten diketahui bahwa

desa hutan yang terdapat di KPH Madiun sebanyak 87 desa hutan dengan

pembagian yaitu 38 desa hutan berada di Kabupaten Madiun, 7 desa hutan berada

di Kabupaten Magetan, dan 42 desa hutan berada di Kabupaten Ponorogo.1

1 Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha., Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas

Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Jangka Perusahaan 01

Januari 2011 s/d 31 Desember 2020. (Madiun: Seksi Perencanaan Hutan II

Madiun, 2010), hlm

49 48

Page 2: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

49

Tabel 5. Desa Hutan yang Berada di BKPH Sukun

Bagian Hutan BKPH Desa Kecamatan

Sukun

Sukun

Ronosentanan Jenangan

Mrican

Nglayang

Plalangan

Jimbe

Paringan

Sidoharjo Pulung

Wotan

Pomahan

Pijeran Siman

Jarak

Kaponan

Candi Mlarak

Totokan

Sumber: Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Pada masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan keadaan ekonomi

dapat tergolong sangat terbelakang. Keadaan ini dapat terlihat dari kecilnya

peluang masyarakarat setempat mendapatkan pekerjaan yang layak dan

berpenghasilan yang cukup. Kecilnya peluang tersebut dikarenakan oleh

lingkungan mereka tinggal yang hanya mampu mengandalkan ladang maupun

sawah yang mereka miliki serta potensi hutan dapat mereka ambil sebagai

tambahan dari penghasilan mereka. Keadaan yang lebih memperburuk

perekonomian masyarakat yang tinggal dikawasan sekitar hutan ialah ketika

adanya musim paceklik,2 musim tanaman padi sulit untuk tumbuh dan hanya

tanaman tumpangsari dan palawija yang dapat ditanam, secara tidak langsung

2 Musim Paceklik adalah musim penghujan yang menyebabkan tanaman

gagal panen. Dalam istilah Jawa musim paceklik adalah musim kekurangan

pangan karena sawah tidak menghasilkan tanaman pokok dan hanya dapat

digunakan untuk menanam kedelai dan umbi-umbian.

Page 3: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

50

pada musim paceklik terjadi krisis pangan di wilayah sekitar hutan karena musim

tidak berpihak pada petani padi.3

1. Jumlah Penduduk di Kawasan Hutan Kayu Putih BKPH Sukun

Perkembangan penduduk adalah proses yang terus berlangsung, dan

proses tersebut akan terus berjalan pada suatu komunitas masyarakat dengan

adanya kelahiran, kematian, perpindahan penduduk. Kelahiran, kematian dan

perpindahan penduduk merupakan bagian dari berfungsinya suatu masyarakat.

Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi

mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat, dan juga

membentuk, mempercepat ataupun menghambat perubahan dalam sistem sosial.4

Gambaran umum kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan

hutan BKPH Sukun dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk yang berada

disekitar kawasan hutan BKPH Sukun, adalah sebagai berikut:

3 Nugrahaningdya Martina Susilo Putri. “Transformasi Masyarakat Hutan

di Wilayah KPH Ngawi Tahun 1966-1998”. Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni

Rupa. UNS. 2013, hlm. 35. 4 Calvin Goldsheider. 1971. Populasi, Modernisasi, dan Struktur Sosial,

Jakarta: CV Rajawali, hlm 115.

Page 4: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

51

Tabel 6. Penduduk Berdasarkan Jumlah Laki-laki dan Perempuan yang tinggal

disekitar hutan kayu putih BKPH Sukun:

No Tahun L P Jumlah L + P

1 1990 10784 17027 27811

2 1991 13599 18003 31602

3 1992 19783 25169 44952

4 1993 23948 24010 47958

5 1994 23976 26647 50623

6 1995 25309 27647 52956

7 1996 26493 28486 54979

8 1997 39993 40125 80122

9 1998 40196 44263 84459

10 1999 44620 44792 89412

11 2000 41862 50873 92735

12 2001 44010 68932 112933

13 2002 63333 87645 150978

14 2003 77416 87793 165209

15 2004 88044 90345 178389

16 2005 90424 90789 181210

17 2006 90459 90794 181253

18 2007 90473 90801 181274

19 2008 90590 90699 181289

20 2009 91648 81661 181309

21 2010 91676 89675 181351

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kab. Ponorogo tahun 1990-2010

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki dan

wanita yang tinggal dikawasan hutan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya maka semakin

tinggi pula keterlibatan masyarakat dengan hutan yang berada disekitarnya.

2. Penggunaan Lahan

Lahan merupakan salah satu diantara sumberdaya alam dan suatu unsur

pokok dalam kehidupan, kebutuhan akan lahan tidak sekedar sebagai ruang

berpijak, tetapi sebagai fac\ktor utama dalam menghasilkan bahan, sandang, dan

papan. Selain harus menggunakan secara hati-hati dalam memenuhi kebutuhan,

Page 5: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

52

haruslah dapat diwariskan kepada generasi mendatang dalam keadaan cukup baik.

Lahan merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia

karena manusia hidup diatas lahan dan mencukupi segala kebutuhan diatas lahan.5

Penggunaan lahan yang dimanfaatkan untuk sawah, ladang atau tegalan,

pekarangan, hutan negara atau penggunaan lainnya juga mempengaruhi kehidupan

sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan adapun penggunaan lahan secara lengkap

terdapat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 7 Pola Penggunaan Lahan

N

o

Penggunaan Lahan (Ha)

Kecamatan Sawah Tegalan

atau

Ladang

Pekarangan

&

Bangunan

Hutan

Negara

Hutan

Rakyat

Perkebunan Lainnya Jumlah

1 Siman 1562 87 1108 956 - - 82 3795

2 Jenangan 2714 995 1395 524 58 45 213 5944

3 Mlarak 1361 812 825 596 - - 126 3720

4 Pulung 2392 1727 1505 7062 - - 69 12755

5 Jumlah 8029 3621 4833 9138 58 45 490 26214

Sumber: Badan Pusat Statistik Ponorogo Tahun. 2000-2010

Lahan yang sebagian besar berupa hutan negara, sedangkan penggunaan

untuk sawah juga sedemikian luas, dengan keberadaan hutan yang sedemikian

luas tersebut merupakan potensi yang diharapkan masyarakat untuk dapat

menambah lapangan pekerjaan, dimana banyak penduduk sekitar hutan yang

sangat bergantung dengan hutan.

5 Kartasaputra, G., Kartasaputra A.G., Mulyani Sutedjo. Tehnologi

Konservasi Tanah dan Air. (Jakarta: Bina aksara, 1985), hlm 20.

Page 6: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

53

Pada umumnya penduduk yang berada di pinggiran hutan adalah petani

yang mem iliki lahan pertanian yang sempit sehingga hasil pertanian tersebut

tidak mencukupi untuk kebutuhan pangan keluarga mereka. Adanya kesempatan

yang diberikan pihak Perhutani kepada petani untuk mengolah lahan hutan

memberikan tambahan penghasilan bagi mereka, sehingga kebutuhan pangan

maupun kebutuhan materi para petani terpenuhi dari hasil panen pertanian hutan

seperti singkong, ubi jalar, jagung, kedelai, kacang tanah dan sebagainya.

Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah, sumber daya hutan yang

menjadi landasan perekonomian rakyat semakin hari semakin mengalami

kemunduran sehingga mempersempit ruang gerak mereka dalam memperoleh

sumber penghidupan6.

3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Masyarakat juga berpengaruh dalam melihat

kehidupan sosial masyarakat yang tinggal dikawasan hutan. Untuk dapat menuju

pada arah modernitas diperlukan faktor-faktor tersebut antara lain adalah

pendidikan. Tidak ada proses modernisasi tanpa adanya proses pendidikan sebagai

sarana untuk mempercepat tujuan modernisasi, selanjutnya tujuan pendidikan

adalah pengembangan potensi sumber daya manusia yang ada pada masing-

masing individu yang diarahkanpada peningkatan kualitas hidup individu tersebut

dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat.7

6 Warto., Desa Hutan Dalam Perubahan Eksploitasi Kolonial Terhadap

Sumber Daya Lokal Di Karesidenan Rembang 1865-1940, (Yogyakarta: Ombak,

2009), hlm. 245. 7 H.A.R Tilaar, 1990, Pendidikan dalam Pembangunan Nasional

Menyongsong Abcd XX, Jakarta: Balai Pustaka, hlm 20

Page 7: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

54

Tabel 8. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tahun SD SMP SMA PT

1 1990 21 - - -

2 1991 37 19 - -

3 1992 98 45 30 -

4 1993 110 52 41 -

5 1994 156 56 29 -

6 1995 178 130 21 -

7 1996 270 207 36 -

8 1997 340 470 107 -

9 1998 489 509 256 2

10 1999 782 603 319 6

11 2000 875 974 395 15

12 2001 990 1140 395 13

13 2002 1687 1301 598 25

14 2003 1678 1301 767 35

15 2004 1817 1370 798 29

16 2005 1976 1401 1010 39

17 2006 2561 1567 1028 45

18 2007 3101 1890 1078 56

19 2008 3556 1934 1099 78

20 2009 3975 2098 1115 81

21 2010 4781 2973 1143 95

Sumber Data : BPS Ponorogo Tahun 1990-2010

Komposisi pendidikan penduduk diatas terlihat bahwa pendidikan

didominasi lulusan Sekolah Dasar, untuk pendidikan lulusan SMA dan Perguruan

Tinggi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa

hutan berperan meningkatkan kehidupan sosial ekonomi petani pesanggem

melalui progam tumpangsari, buruh pungut, dan pemberian beasiswa kepada anak

petani pesanggem yang memiliki prestasi yang baik. Hasil yang dilakukan Perum

Perhutani tersebut adalah dilihat dari tingkat kelulusan penduduk yang semakin

meningkat serta mengurangi buta huruf di masyarakat.

Page 8: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

55

Pembahasan mengenai kehidupan sosial petani pesanggem lainnya adalah

mengenai brokohan8, Brokohan ini merupakan syukuran yang hanya diikuti

beberapa orang, dilakukan sebelum memanen palawija dilahan tumpangsari, yang

bertujuan untuk berdoa supaya panen yang dihasilkan mendapatkan hasil yang

banyak serta bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa.

4. Mata Pencaharian

Berkaitan dengan kajian perekonomian masyarakat hutan tidak lepas

dengan pembahasan mengenai mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian

menggambarkan aktivitas penduduk setempat dalam memenuhi kebutuhan hidup

misalnya sebagai petani, pedagang, pegawai negeri dan lain-lain. Mata

pencaharian penduduk pada wilayah hutan sebagian besar dipengaruhi oleh

ketersediaan lahan dan tanah yang dimiliki oleh masyarakat9. Untuk melihat

kondisi ekonomi penduduk sekitar hutan dapat dilihat berdasarkan mata

pencaharian penduduk pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Kecamatan PNS Swasta TNI Pensiunan Petani Buruh Pedagang lainnya Jumlah

1 Siman 764 888 104 230 4290 6830 770 27294 41170

2 Jenangan 950 775 42 232 13626 12316 1185 1955 29126

3 Mlarak 541 1578 47 151 6113 6931 1314 9625 26300

4 Pulung 1273 244 27 254 10792 10100 1654 18479 42823

5 Jumlah 3528 3485 220 867 34821 36177 4923 57353 141374

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kab. Ponorogo Th. 2009

Mata Pencaharian penduduk yang bertempat tinggal disekitar kawasan

hutan pada tahun 2009 adalah yang bekerja sebagai petani dan buruh tani cukup

8 Brokohan adalah istilah yang biasa digunakan oleh petani pesanggem

BKPH Sukun untuk menyebut syukuran. 9 Sutaryono., Pemberdayaan Setengah Hati Sub Ordinasi Masyarakat

Lokal Dalam Pengelolahan Hutan. (Yogyakarta: Lampera Pustaka Utama, 2008),

hlm. 105.

Page 9: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

56

tinggi, dengan demikian penduduk memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

lahan, dimana tidak semua petani memiliki lahan untuk bercocok tanam.

Pengelolaan kayu putih di hutan BKPH Sukun mampu memberikan kontribusi

yang cukup signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja baik sebagai pesanggem

maupun tenaga pemungutan daun kayu putih.

B. Keadaan Hutan Kayu Putih BKPH Sukun Pada Tahun 1990-2010

Sejarah pengelolaan hutan di Pulau Jawa bermula dengan pola pendekatan

polisional (security approach) namun dari tuntutan perubahan lingkungan sosial

masyarakat, sejak abad 18 sudah mulai berubah menjadi pendekatan kesejahteraan

(prosperity approach) yang ditandai dengan mulainya reboisasi dengan sistem

tumpangsari. Tekanan yang begitu tinggi terhadap sumber daya hutan dan juga

sejalan dengan tuntutan reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya

mendorong dan menuntut Perum Perhutani untuk selalu memperbaharui sistem

pengelolaan hutannya. Hingga pada akhirnya Perrum Perhutani pada tahun 1961

mulai terbentuk sebagai lembaga negera yang bertugas untuk melestarikan dan

melindungi hutan dan dalam perkembangan selanjutnya Perhutani memiliki

lembaga kehutanan yang didirikan pada setiap wilayah yang berbeda yang disebut

KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan).10

KPH berfungsi sebagai suatu lembaga

yang berfungsi sebagai lembaga pengolahan hutan yang bertugas untuk menjaga

dan melestarikan htan serta menjaga hubungan baik dengan masyarakat desa

hutan.

10

Nugrahaningdyah Martina Susilo Putri., Transformasi Masyarakat

Hutan di Wilayah KPH Ngawi Tahun 1966-1998. (Skripsi Ilmu Sejarah UNS

Surakarta: Tidak Diterbitkan, 2013), hlm 86.

Page 10: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

57

1. Perubahan Pengolahan Hutan Tahun 1990-1997

Pada dekade 1970-an sampai 1990-an peran Negara dalam pengolahan

hutan dinilai sangat dominan. Dominasi peran negara dalam pengolahan hutan

ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 Tentang

Penanaman Modal Asing Tahun 1967, UU Nomor 5 Tahun 1967 Tentang

Ketentuan Pokok-Pokok Kehutanan, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968

Tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan.11

Dominasi

pengolahan hutan oleh Negara ini mulai mengalai perubahan dengan munculnya

sistem tumpangsari.

Sistem tumpangsari sudah muncul di hutan kayu putih BKPH Sukun sudah

lama, banyak petani pesanggem yang menyatakan mereka mulai menggunakan

lahan hutan sekitar tahun 1970 tanpa ijin dari pihak Perum Perhutani, namun

sistem tumpangsari masih berpindah-pindah.12

Keberadaan pesanggem dihutan

kayu putih BKPH Sukun sudah mulai banyak ditemukan pada tahun 1990. Pada

tahun 1994 muncul Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 55/Kpts/1994 Tentang

Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Dijelaskan pada Bab I Pasal I bahwa Pinjam Pakai

Kawasan Hutan adalah penyerahan penggunaan atas sebagian kawasan hutan baik

yang telah ditunjuk maupun yang telah ditetapkan kepada pihak lain untuk

kepentingan pembangunan diluar sektor kehutanan tanpa mengubah status,

peruntukan, dan fungsi kawasan hutan tersebut.13

Dengan munculnya Keputusan

Menteri Kehutanan tersebut Pihak Perum Perhutani mulai melakukan perekrutan

11

Ibid., hlm. 87 12

Wawancara dengan Marismun Tanggal 12 Juli 2015. 13

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 55/Kpts-II/1994 Tentang

Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Koleksi Perpustakaan Pusat Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 11: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

58

masyarakat baik yang tinggal dikawasan hutan maupun yang tinggal jauh dari

hutan untuk bersedia menjadi petani pesanggem di Hutan Kayu Putih BKPH

Sukun.

2. Kerusuhan di Hutan Kayu Putih BKPH Sukun Pada tahun 1998-1999

Pengolahan hutan pada masa Orde Baru bersifat sentralistik dan hanya

menekankan pada aspek ekonomi tersebut telah menghasilkan beberapa dampak

negative, diantaranya adalah menurunnya potensi dan kualitas sumber daya hutan

dan ekosistemnya, terjadinya marginalisasi terhadap masyarakat disekitar hutan

dan munculnya konflik kepentingan dalam pengolahan hutan. Sejak bergulirnya

era reformasi pada tahun 1998, banyak terdapat kerusuhan-kerusuhan yang yang

merugikan kehidupan nasional di Indonesia, kerusuhan juga merambah sumber

daya hutan, banyak pencurian kayu jati, serta pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh petani pesanggem yang mengakibatkan kebaran hutan dan

menurunnya tingkat produksi hutan, adanya kerusakan hutan itu juga terjadi di

hutan kayu putih Sukun meskipun tidak termasuk Kelas Perusahaan kayu jati hal

tersebut banyak merugikan pihak Perum Perhutani. Penjarahan hutan yang terus-

menerus ini mengakibatkan munculnya Undang-Undang yang membatasi akses

masyarakat dalam mengolah lahan hutan.

Pada tahun 1999 merupakan era reformasi penjarahan hutan dan tata guna

lahan meningkat, muncul Undang-Undang Kehutanan (UU 41/1999)

menggantikan UU Pokok Kehutanan (UU 55/1967). UU 41/1999 memberikan

ruang terbatas bagi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan.

Selanjutnya, untuk memperkuat keberadaan UU 41/1999 dibentuklah Peraturan

Pemerintah Nomor 53 (PP 53/1999) menegaskan peran Perum Perhutani sebagai

Page 12: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

59

pengelola hutan. Pendekatan keamanan bekerjasama dengan aparat militer/polisi

digunakan untuk menghadapi penjarahan hutan.14

Di bidang kehutanan, sesuai Pasal 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999, dinyatakan bahwa semua hutan didalam wilayah Republik Indonesia

termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan hutan oleh Negara memberi

wewenang kepada pemerintah untuk:

a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan

hutan, dan hasil hutan;

b. Menetapkan status wilyah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan

sebagai bukan kawasan hutan;

c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan

hutan, serta mengatur perbutan-perbuatan hokum mengenai kehutanan.

Pengusaan hutan oleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum

adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya, serta tidak

bertentangan dengan kepentingan nasional. Sesuai dengan asas penyelenggaraan

kehutanan sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999, penyelenggaraan kehutanan harus dilakukan dengan asas manfaat dan

lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan dilandasi

akhlak mulia dan bertanggung gugat maka konsepsi penguasaan oleh negara

14

Sulistyaningsih., Perlawanan Petani Hutan Studi atas Resistensi

Berbasis Pengetahuan Lokal., (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006)., hlm 124-125.

Page 13: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

60

menjadi jiwa dari asas-asas penyelenggaraan kehutanan tersebut. Penguasaan oleh

negara tersebut berkaitan dengan pemahaman mengenai prinsip kepemilikan. 15

3. Pembukaan Lahan di Hutan Kayu Putih BKPH Sukun Pada Tahun

2000-2003

Perubahan Undang-Undang Kehutanan sering terjadi dalam melakukan

pengelolaan hutan, adanya perubahan-perubahan tersebut merupakan penyesuaian

masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Pada tahun 2000 muncul Surat

keputusan Direksi Perhutani Nomor 1061/Kpts/Dir/2000 mengubah progam

Perhutanan Sosial menjadi PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

menggunakan pendekatan joint forest management dengan tetap mengggunakan

teknik silvikultur Perhutanan Sosial.16

Kemudian diperbaharui dengan munculnya

Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor: 136/KPTS/DIR/2001

tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. Pengelolaan Hutan

Bersama Masyrakat adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya yang dilakukan

bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani

dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder)

dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai

keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara

optimal dan proporsional.17

15

Ahmad Redi., Hukum Sumber Daya Alam Dalam Sektor Kehutanan,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm 13. 16

Sulistyaningsih., op.cit., hlm. 124-125. 17

Perum Perhutani., Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani

Nomor: 136/KPTS/DIR/2001 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Masyarakat. (Jakarta:Perum Perhutani, 2001), BAB I.

Page 14: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

61

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) ini meningkatkan

ketahanan pangan nasional dan kemakmuran rakyat. Amanat kemakmuran rakyat

pun dituangkan secara eksplisit dalam pasal 33 Ayat (3) UUD 1945, bahwa bumi

dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kemakmuran rakyat dalam konteks

penguasaan sumber daya alam harus mampu memberikan manfaat yang maksimal

bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan bagian terpenting dari penguasaan

sumber daya alam.18

4. Penerapan Sistem Tumpangsari di Hutan Kayu Putih BKPH Sukun

Tahun 2003-2010

Dengan adanya Surat Keputusan tersebut keadaan hutan kayu putih BKPH

Sukun juga mengalami perubahan para petani pesanggem yang mengolah lahan di

hutan kayu putih Sukun ini keberadaannya mulai dianggap penting oleh pihak

Perum Perhutani, selain itu petani pesanggem dikelompokkan kedalam lembaga

yang dinamakan MPSDH yaitu Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan.

Pembentukan-pembentukan MPSDH tersebut terjadi pada tahun 2004-2007

terdapat 12 MPSDH dengan jumlah petani pesanggem sebanyak 4747 orang di

hutan kayu putih BKPH Sukun.

Kegiatan dari MPSDH adalah pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan hutan dalam mengikutsertakan masyarakat dalam segmen-segmen

kegiatannya meliputi persemaian, pemeliharaan tanaman, pemungutan daun kayu

putih dan lain. Dengan terbentuknya lembaga tersebut memberikan berbagai

18

Ahmad Redi., op.cit., hlm. 39.

Page 15: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

62

dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi petani pesanggem bahkan

dengan adanya petani pesanggem di hutan tersebut jumlah produksi daun kayu

putih mengalami peningkatan setiap tahunnya.

C. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Kehidupan Petani

Pesanggem di Hutan Kayu Putih Sukun

1. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Perubahan visi dan misi yang dilakukan oleh manajemen Perum Perhutani

yang berdampak pada perubahan paradigma pengolahan hutannya menjadi

Community Based on Forest Management (CBFM), memberikan dampak pada

peran masyrakat dalam pengelolaan hutan. Pada masa lalu pada tahun 1970an,

masyarakat sekitar hutan tidak dianggap sebagai satu kesatuan pengelolaan, akan

tetapi sekarang yaitu mulai tahun 2000 masyarakat dianggap sebagai satu

kesatuan pengelolaan, akan tetapi sekarang masyarakat dianggap sebagai bagian

penting dalam pengelolaan hutan. Perubahan ini terjadi karena adanya interaksi

yang semakin intensif antara masyarakat dengan hutan yang ada disekitarnya.

Berbagai hal dan upaya Perum Perhutani dalam meningkatkan kehidupan

sosial ekonomi petani pesanggem adalah diberikannya kebebasan terhadap

masyarakat sekitar hutan untuk mengakses hutan dengan memanfaatkan lahan

hutan dibawah tegakan tanaman pokok yaitu kayu putih, kegiatan tumpangsari ini

merupakan salah satu kegiatan yang dapat mengurangi kebutuhan lahan untuk

bercocok tanam, dimana lahan pertanian mengalami perubahan fungsi akibat

adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya.

Page 16: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

63

2. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Komunikasi

Masyarakat

Salah satu tujuan diadakannya kegiatan pengelolaan sosial adalah

meningkatkan kemandirian dari masyarakat sekitar hutan khususnya secara

ekonomi. Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi dan kemandirian

masyarakat tersebut adalah dengan memperkuat kelembagaan yang ada baik

sudah berdiri ataupun belum didirikan. Untuk itu perlu dilakukan dorongan

sehingga terbentuk kelembagaan masyarakat yang kuat. KPH Madiun

memberikan dorongan kepada masyarakat desa hutan untuk membentuk

kelembagaan, salah satu bentuknya adalah Masyarakat Pengelola Sumber Daya

Hutan (MPSDH). Pengembangan MPSDH diarahkan untuk semua masyarakat

yang tinggalnya berada disekitar kawasan hutan KPH Madiun. Pengembangan

tersebut meliputi pembinaan dan komunikasi yang dilakukan secara intensif dan

berkesinambungan terhadap MPSDH. Dengan adanya pembinaan dan komunikasi

tersebut dapat mempererat hubungan antara masyarakat dengan pengelola hutan

yang pada akhirnya tercipta suatu kerjasama yang bersifat mutual. Hasil dari

kerjasama tersebut adalah dengan dikukuhkannya hubungan tersebut dalam

bentuk Progam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Progam PHBM

tersebut meliputi kegiatan:

a. Memfasilitasi pembentukan forum komunikasi tingkat KPH serta tingkat

desa, kecamatan dan kabupaten.

b. Memfasilitasi pembentukan koperasi sebagai usaha yang berbadan hukum.

c. Penyusunan renstra MPSDH.

d. Pelatihan pemberdayaan organisasi MPSDH.

Page 17: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

64

e. Komunikasi dialog stakeholder tingkat kabupaten.

f. Monitoring dan evaluasi PHBM tingkat KPH.

g. Membuat kegiatan desa model PHBM.19

Dengan terbentuknya kelembagaan dalam masyarakat desa hutan akan

mempermudah KPH Madiun sebagai pengelola hutan untuk memberikan bantuan

kepada masyarakat desa hutan dalam rangka ikut berperan aktif meningkatkan

kesejahteraan mereka. Salah satu bentuk peran serta KPH Madiun adalah dengan

memberikan kesempatan kepada MPSDH untuk memanfaatkan lahan hutan yang

berada dibawah tegakan. Selain itu dilakukan juga pengelolaan hutan dengan

sistem bagi hasil (sharing). Pengelolaan dengan sistem ini dilakukan dengan

memberikan MPSDH syarat-syarat keberhasilan pengelolaan supaya mendapatkan

sharing.

Bentuk lain progam peningkatan perekonomian masyarakat desa sekitar

hutan yang telah dilakukan oleh KPH Madiun adalah melalui progam kemitraan

dan bina lingkungan (PKBL). Progam ini secara garis besar memberikan pinjaman

sangat lunak kepada MPSDH untuk mengembangkan sisi bisnisnya sehingga

mereka dapat berbisnis secara mandiri. Dari PKBL, KPH Madiun sudah

mengucurkan dana pinjaman sebesar Rp 349.500.000,- yang dikucurkan untuk

jenis usaha.

Peningkatan disisi perekonomian masyarakat desa hutan harus diimbangi

dengan adanya peningkatan dari sisi sumber daya manusianya sehingga tidak

19

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha., Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas

Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Jangka Perusahaan 01

Januari 2011 s/d 31 Desember 2020. (Madiun: Seksi Perencanaan Hutan II

Madiun, 2010), hlm 91

Page 18: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

65

terjadi ketimpangan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ini juga akan

berdampak pada kelestarian pengelolaan hutan KPH Madiun karena semakin

masyarakat tidak tergantung kepada hutan maka aka nada korelasi dengan tingkat

kerawanan yang akan semakin menurun. Bentuk pelatihan MPSDH antara lain :

a. Pelatihan pembuatan pupuk bokasi.

b. Pelatihan pemberdayaan MPSDH dengan Dinas Kehutanan setempat.

c. Pelatihan menejemen koperasi dengan pemda setempat.

d. Pelatihan organisasi kelembagaan MPSDH dengan institusi akademik.

e. Mengadakan studi banding kedaerah lain, missal studi banding budidaya

tanaman cabe keriting, dll.20

Pemenuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan sedapat

mungkin akan dipenuhi oleh tenaga kerja dari daerah setempat. Jika jumlah dan

kualifikasi yang diperlukan tidak dapat dipenuhi dari daerah setempat, maka

diupayakan untuk mendatangkan tenaga dari luar daerah. Hal ini selain untuk

mengantisipasi timbulnya konflik sosial dengan masyrakat local juga merupakan

bentuk dari komitmen perusahaan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat

setempat. Untuk itu proses penerimaan karyawan dilakukan secara transparan,

yang dilakukan mulai dari pengumuman kesempatan kerja sampai proses

penempatan karyawan.21

Pengelolaan hutan di BKPH Sukun tidak dapat dilepaskan dari peran serta

masyarakat. Pola kemitraan menjadi bagian yang sangat penting, mulai dari

kegitan persiapan tanaman, pemeliharaan, produksi, hingga pengelolaan.

20

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha., Op.cit., hlm 93-95. 21

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan

Madiun., Public Summary 2010, ( Madiun: Perhutani, 2011), hlm. III-4.

Page 19: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

66

Kemitraan dan pemberdayaan tersebut diimplementasikan dalam bentuk

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Dalam kegiatan tumpangsari,

masyarakat berperan langsung dalam pembangunan hutan. Pemberian kesempatan

kepada masyarakat menjadi sebuah pola kemitraan yang saling menguntungkan.

Hak akses lahan bagi masyarakat merupakan pola kemitraan yang diterapkan di

seluruh kawasan KPH Madiun sehingga keberhasilan tanaman dapat dicapai.22

Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lainnya sebagai bentuk

kemitraan dan pemberdayaan yang merupakan pola dalam pengelolaan hutan yang

berada dikawasan KPH Madiun. Masyarakat sebagai mitra kerja sebagai bentuk

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat diimplementasikan dengan pembentukan

Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan (MPSDH) sebagai wadah resmi

masyarakat untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan Perum Perhutani.23

Sebagaimana model pengelolaan sumberdaya hutan yang

mengikutsertakan masyarakat sebagai mitra sejajar, pengelolaan Kelas Perusahaan

Kayu Putih juga tidak terlepas dari peran masyarakat yang tinggal disekitar

kawasan hutan, oleh sebab itu pelaksanaan MPSDH merupakan prasyarat untuk

mewujudkan tujuan pengelolaan kelas perusahaan kayu putih

a. Dasar dan Tujuan

Pengelolaan kondisi sosial ini didasari merupakan bagian penting dari

pengelolaan hutan karena masyarakat mempunyai peran penting dalam menjaga

eksistensi hutan yang ada di sekitar mereka. Rencana kelola sosial tersebut

dilaksanakan berdasarkan pada:

22

Ibid, hlm. III-5. 23

Ibid.

Page 20: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

67

1. Keputusan Dewan Pengawas Perum Perhutani (Selaku pengurus Perusahaan)

No. 02/KPTS/DWAS/2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM).

2. Keputusan Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur No.

939/KPTS/II/2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya

Hutan Bersama Masyarakat.24

Penerapan kelola sosial ini secara umum bertujuan untuk memadukan

aspek sosial dan ekologi secara proporsional sehingga kedua belah pihak dapat

berkembang secara bersama-sama. Dengan adanya pengembangan sosial terutama

melalui progam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM diharapakan:

1. Meningkatkan tanggung jawab meningkatkan peran perusahaan, masyarakat

desa sekitar hutan dan pihak yang berkepentingan terhadap keberlanjutan

fungsi dan manfaat sumberdaya hutan.

2. Menselaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan

kegiatan pembangunan wilayah sesuai dengan kondisi dan dinamika sosial

masyarakat desa hutan.

3. Meningkatkan pendapatan perusahaan dan masyarakat desa hutan serta pihak-

pihak yang berkepentingan.25

24

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha., Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas

Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Jangka Perusahaan 01

Januari 2011 s/d 31 Desember 2020. (Madiun: Seksi Perencanaan Hutan II

Madiun, 2010), hlm 140. 25

Ibid.

Page 21: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

68

b. Rencana Kerjasama

Berdasarkan rencana kerja bidang sosial yang telah disepakati oleh pihak

MPSDH dengan KPH Madiun, maka telah ditetapkan pokok-pokok rencana

PHBM KPH Madiun sebagai berikut:

1) Kegiatan MPSDH

a) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan yang meliputi kegiatan

persemaian, tanaman, pemeliharaan, penjarangan, dan pungutan daun kayu

putih.

b) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam segmen-segmen kegiatannya. Dalam

kegiatan persemaian KPH Madiun melibatkan masyarakat dalam

pembuatan plances dengan memberikan arahan terlebih dahulu sebelum

terjun langsung ke lapangan sehingga bibit yang dihasilkan mempunyai

prosentase tumbuh yang tinggi.

c) Pada kegiatan tanaman masyarakat dilibatkan melalui MPSDH untuk ikut

melakukan penanaman pohon mulai dari penyiapan lahannya sampai

dengan penanaman bibit. Kegiatan penanaman ini akan dilanjtkan dengan

pemeliharaan. Begitu juga pada kegiatan pemungutan hasil sehingga

mereka tetap dapat bersinggungan dengan pola kehidupan asalnya yang

berupa bidang pertanian. Sedangkan untuk meningkatkan rasa kepedulian

masyarakat sekitar, maka diperbolehkan masyarakat untuk melakukan

penanaman di areal sekitar atau sela-sela tanaman pokok. 26

26

Ibid. hlm. 141.

Page 22: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

69

c. Penguatan Kelembagaan

Masyarakat sekitar hutan mempunyai kecenderungan untuk mengelompok

sehingga akan lebih baik jika bentuk pengelompokan tersebut diorganisasikan.

Pengorganisasian ini memiliki keuntungan yaitu memudahkan KPH Madiun

untuk dapat melakukan komunikasi dengan masyarakat serta melakukan

pemantauan perkembangan kondisi masyarakat. Untuk memperkuat organisasi

masyarakat tersebut KPH Madiun membantu dalam mendirikan kelompok

masyarakat tersebut dengan sebutan Masyarakat Pengelola Sumber Daya Hutan

(MPSDH). Tujuan dari KPH Madiun dari penguatan kelembagaan ini adalah

seluruh MPSDH sudah berbadan hukum, sehingga kerjasama yang terjadi dapat

dianggap legal secara hukum.27

1) Pemantapan MPSDH

Dengan adanya suatu organisasi maka masyakarat yang tinggal disekitar

hutan menjadi lebih terkoordinasi. Akan tetapi pembentukan tersebut harus diikuti

dengan langkah-langkah yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan dari

MPSDH tersebut. Langkah yang diambil KPH Madiun antara lain adalah dengan

dilakukannya studi banding terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam hal

produksi selain bidang kehutanan, mengadakan pelatihan baik terkait dengan

bidang kehutanan maupun non-kehutanan, mengadakan perjanjian kerjasama

dengan MPSDH terkait dengan kegitan pengamanan hutan. 28

27

Ibid. 28

Ibid. hlm. 142.

Page 23: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

70

2) Pertemuan Forum Komunikasi antara MPSDH dengan Perum

Perhutani KPH Madiun

Kegiatan forum komunikasi ini diadakan dengan tujuan untuk

meningkatkan komunikasi antara masyarakat desa sekitar hutan yang diwakili

oleh MPSDH dengan manajemen KPH Madiun. Forum komunikasi ini

direncanakan diadakan secara teratur baik tingkat BKPH maupun KPH sehingga

alur komunikasi dan informasi dapat tersampaikan dengan baik dan benar. Forum

komunikasi ini juga digunakan oleh KPH Madiun untuk menyampaikan

kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh KPH Madiun.29

Pertemuan forum

komunikasi antara MPSDH BKPH Sukun dan pihak Perum Perhutani (KPH

Madiun) tidak dilakukan secara rutin, forum hanya dilaksanakan ketika ada hal-

hal yang harus disampaikan, sebagai contoh ketika harus ditingkatkannya jumlah

produksi kedelai sebagai tanaman palawija dilahan tumpangsari hutan kayu putih

BKPH Sukun Ponorogo.

Gambar 6.

Pertemuan Forum Komunikasi dalam acara Panen Raya Kedelai di Hutan Kayu

Putih BKPH Sukun Tahun 2010 yang dihadiri oleh para pejabat Perum Perhutani

Unit II Jawa Timur serta pejabat-pejabat di Kabupaten Ponorogo

Sumber: Koleksi Foto BKPH Sukun Ponorogo

29 Ibid.

Page 24: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

71

Gambar 7.

Sambutan Kepala Balitkabi (kiri) dan Kapuslitbangtan (kanan) mengawali Panen

Raya dan Temu Wicara

Sumber: Koleksi Foto Perhutani BKPH Sukun Kabupaten Ponorogo

Gambar 8.

Suasana Temu Wicara antara Perum Perhutani dan MPSDH Hutan Kayu Putih

BKPH Sukun yang dihadiri pula oleh para pejabat Kabupaten Ponorogo Tahun

2010.

Sumber: Koleksi Foto Perhutani BKPH Sukun Kabupaten Ponorogo.

3) Jumlah MPSDH di Hutan Kayu Putih BKPH Sukun

Petani pesanggem atau petani penggarap lahan hutan di hutan kayu putih

BKPH Sukun sudah ada sejak lama berdasarkan wawancara dengan petani

dihutan tersebut ada yang sudah mulai menggarap lahan hutan sejak tahun

1970an,30

namun keberadaan dan jumlah mereka tidak diketahui secara pasti

dikarenakan pada awalnya Perum Perhutani tidak begitu memperhatikan fungsi

30

Wawancara dengan Bapak Tumiran, pada tanggal 24 Agustus 2015.

Page 25: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

72

dari adanya petani pesanggem dihutan tersebut. Keberadaan petani pesanggem

mulai menarik perhatian dengan munculnya Progam Prosperity Approach

(pendekatan kesejahteraan) pada tahun 1970-an, progam tersebut kemudian

diperbaharui pada tahun 1982 menjadi progam Pembinaan Masyarakat Desa

Hutan (PMDH) dan pada tahun 1982 juga PMDH diubah menjadi Progam

Perhutanan Sosial (PS), ditinjau dari adanya perubahan-perubahan progam yang

terjadi pada pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat yang tinggal disekitar

hutan menunjukkan bahwa mulai diperhatikannya peranan dari petani pesanggem.

Selanjutnya pada tahun 2000 di keluarkan Surat Keputusan Direksi Perhutani

Nomor 1061/Kpts/Dir/2000 mengubah progam Perhutanan Sosial menjadi PHBM

(Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) menggunakan pendekatan joint forest

management dengan tetap menggunakan teknik silvikultur Perhutanan Sosial.31

Di

hutan kayu putih BKPH Sukun petani pesanggem tergabung kedalam lembaga

MPSDH.

31

Sulistyaningsih., Perlawanan Petani Hutan Studi atas Resistensi

Berbasis Pengetahuan Lokal., (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006)., hlm 124-125.

Page 26: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

73

Tabel 10. Rincian MPSDH di Hutan Kayu Putih BKPH Sukun

No Nama MPSDH Jumlah

Anggota

Pengesahan

MPSDH

Luas Tanah

Garapan

RPH

1 Tani Makmur (Desa

Pulung Merdiko)

262 Orang 10 Januari 2004 262 ha RPH Sidoharjo

2 Wono Mukti (Desa

Pomahan)

266 Orang 17 Pebruari 2004 230,3 ha RPH Nglayang

3 Ngudi Makmur (Desa

Karang Patihan)

247 Orang 29 Pebruari 2004 182,8 ha RPH Sidoharjo

4 Tani Maju (Desa

Wotan)

123 Orang 1 Maret 2004 75,1 ha dan 106

ha sehingga total

181,1 ha

RPH Nglayang dan

RPH Sidoharjo

5 Wono Harjo (Desa

Suren, Mlarak)

403 Orang 20 Maret 2006 398,3 ha RPH Depok

6 Karso Wonoraharjo

(Desa Pijeran)

265 Orang 25 April 2006 115,2 ha RPH Depok

7 Tani Maju II (Desa

Ronosentanan)

415 Orang 12 November

2006

410,7 ha RPH Tambaksari

8 Wono Asri (Desa

Mrican)

446 Orang 20 November

2006

241,6 ha RPH Tambaksari

9 Wono Mukti Lestari

(Desa Plalangan)

329 Orang 3 April 2007 233 ha RPH Nglayang

10 Teladan Jaya (Desa

Nglayang)

167 Orang 28 Juni 2007 129,7 ha RPH Nglayang

11 Wono Seto (Desa

Jimbe)

233 Orang 17 Juli 2007 178,8 ha RPH Nglayang

12 Wono Asri (Desa

Jarak)

230 Orang 22 Agustus 2007 168,9 ha RPH Depok

13 Jumlah 4747 Orang - 3603. 9 ha BKPH Sukun

Sumber Data: Berdasarkan Naskah dan Lampiran Perjanjian Pihak Perhutani

dengan Petani Pesanggem tahun 2004-2007.

Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah petani pesanggem

yang menggarap lahan hutan kayu putih BKPH Sukun sebanyak 4747 orang

dengan luas garapan tanah sebanyak 3603.9 ha dari luas hutan sebenarnya adalah

3701,0 ha tidak semua lahan hutan boleh digunakan sebagai lahan tumpangsari

yang tidak diperbolehkan merupakan kawasan hutan lindung. Selain itu dapat

dilihat juga bahwa jumlah anggota terbanyak adalah dari MPSDH Wonorejo dari

Desa Sidoharjo dengan anggota sebanyak 958 orang dan menggarap lahan hutan

seluas 871,5 ha yang merupakan bagian dari RPH Sukun dengan luas 705,9 ha

Page 27: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

74

dan 165,6 ha yang termasuk dalam wilayah RPH Sidoharjo. Hal tersebut dapat

dimengerti karena masyarakat yang tinggal di Desa Sukun dan Sidoharjo

merupakan desa yang lokasinya sangat dekat dengan hutan kayu putih BKPH

Sukun.

3. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Pendidikan Masyarakat

Monitoring kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh KPH Madiun

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan masyarakat desa hutan.

Dengan adanya monitoring tersebut diharapkan dapat menurunkan tingkat buta

aksara sehingga pengetahuan yang dibuat secara tertulis dapat diserap lebih

banyak yang pada akhirnya mampu memberikan tambahan pengetahuan untuk

meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat tersebut. Untuk mendukung

peningkatan tingkat pendidikan masyarakat yang telah dicanangkan oleh KPH

Madiun, pihak manajemen memberikan beasiswa kepada anak-anak masyarakat

sekitar hutan yang berprestasi dibidang akademik.

Diharapkan dengan pemberian beasiswa tersebut dapat memacu anak-anak

untuk terus mengembangkan diri. KPH Madiun memberikan progam beasiswa

untuk anak-anak berprestasi dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah

Menengah Umum (SMU), selain itu dengan diberikannya beasiswa ini mampu

menekan angka anak putus sekolah yang terjadi disekitar masyarakat sekitar

hutan.32

Sebagai contoh adalah anak dari petani pesanggem yang bernama Sinah

32

Ibid.

Page 28: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

75

juga mendapatkan beasiswa dari Pihak Perum Perhutani, yang disekolahkan

hingga ke jenjang Perguruan Tinggi karena memiliki prestasi serta giat belajar.33

4. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat juga harus didukung kondisi

lingkungan masyarakat yang sehat juga. Peningkatan kondisi kesehatan

masyarakat akan meningkatkan produktivitas dari masyarakat tersebut sendiri.

Untuk melihat kondisi kesehatan lingkungan di masyarakat, maka perlu dilakukan

pemantauan salah satunya oleh pihak KPH Madiun karena KPH Madiun

mempunyai kepentingan dengan tingkat kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan kegiatan produksi. Monitoring akan dilakukan secara berkala dengan

cakupan untuk seluruh anggota yang berada di bawah naungan KPH Madiun.34

Monitoring kesehatan yang dilakukan KPH Madiun ini berupa kegiatan

penyuluhan kesehatan seperti bahaya narkoba, bahaya demam berdarah, bahaya

merokok dll, selain itu juga dilakukan kegiatan imuniasasi gratis terhadap anak-

anak balita oleh pihak Perum Perhutani.35

5. Peran Perum Perhutani Dalam Meningkatkan Infrastruktur

Dalam melakukan pengelolaan hutan, infrastruktur merupakan salah satu

unsur penting yang sangat menunjang keberhasilan kerja KPH Madiun

memandang kegiatan pembangunan dan pemeliharaan infrsatruktur harus

33

Wawancara dengan Mokhamad Kamim selaku Asper BKPH Sukun

Pada Tanggal 2 Agustus 2015. 34

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha ., Op.cit.,. hlm. 144. 35

Wawancara dengan Mokhamad Kamim selaku Asper BKPH Sukun

Pada Tanggal 2 Agustus 2015.

Page 29: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

76

diperhatikan. Sampai dengan saat ini KPH Madiun sudah melakukan

pembangunan baik sarana transportasi maupun bangunan yang mendukung kerja.

Pembangunan sarana transportasi tersebut meliputi pembangunan dan

pemeliharaan jalan mobil baik alur yang diperkeras ataupun belum. Pengadaan

dan pemeliharaan kendaraan dinas serta sarana yang mendukungnya juga

dilakukan sehingga dapat memperpanjang usia kendaraan. Begitupun dengan

pembangunan dan pemeliharaan gedung atau bangunan yang merepresentasikan

Perum Perhutani sebagai pengelola hutan di kawasan tersebut juga terus

dilakukan.

Pembangunan jalan dalam hal ini, jalan yang dapat dilalui mobil

mengalami peningkatan terus-menerus secara gradual sehingga semakin

mempermudah pengelola untuk mengakses ke wilayah kerjanya jalan mobil yang

dibangun tersebut diperuntukkan untuk kegiatan angkutan utamanya yaitu

kegiatan angkutan tebang. Untuk menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan

hutan, maka KPH Madiun melakukan perawatan jalan secara rutin untuk

memperpanjang usia penggunaan.36

Realisasi perbaikan jalan di sekitar kawasan hutan kayu putih Sukun ini

bertujuan mempermudah pengelola untuk mengakses ke suatu wilayah kerjanya,

namun hal ini juga memberikan dampak positif kepada masyarakat yang tinggal

dikawasan hutan dimana mereka juga bisa menggunakan akses jalan dan

jembatan. Perbaikan dan perawatan jalan serta pembangunan jembatan oleh

Perum Perhutani dilokasi hutan kayu putih BKPH Sukun dilakukan pada tahun

36

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha ., Op.cit.,. hlm. 9.

Page 30: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

77

2005 dilokasi alur BF sepanjang 20.00 Hm dan di alur AB 45 Hm, selanjutnya

pada tahun 2006 sepanjang 87.00 Hm. Dilakukan perbaikan kembali pada tahun

2007 sepanjang 20.00 Hm dan pada tahun 2008 sepanjang 45.00 Hm serta

pembuatan sebuah jembatan di alur AD. Pada tahun 2009 dilakukan perbaikan

jalan sepanjang 88.00 Hm dan pembangunan 1 buah jembatan, kemudian pada

tahun 20010 sepanjang 22.00 Hm.37

6. Peran Perum Perhutani Terhadap Keamanan Hutan

Manfaat hutan berupa kayu, non kayu, tata air, iklim mikro, atmosfir

global dan lain-lain tidak akan pernah ada apabila ekosistem hutan mengalami

gangguan. Oleh karena itu, sumberdaya hutan mutlak harus terlindungi dari

berbagai faktor pengganggu hutan, khususnya penebangan liar dan kebakaran

hutan. Jaminan dan kepastian mengenai keamanan tegakan hutan (forest stands)

dan sumberdaya hayati yang ada di dalam kawasan hutan tersebut juga merupakan

bagian dari pra kondisi pengelolaan hutan yang berwawasan ketahanan nasional.38

Dalam rangka melindungi hutan dari kerusakan:

a. Penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan masyarakat pengguna huta,

termasuk pengusaha tentang penghayatan pentingnya kelestarian hutan.

b. Pengembangan sistem pengendalian kebaran hutan, mencakup penyiapan

pra kondisi kelembagaan, pemantauan, initial attack, pennggulangan, dan

penilainnya.

c. Pencegahan pencurian hasil hutan dan perambahan hutan dengan

melibatkan lembaga swadaya masyarakat.

37

Ibid, hlm, 10. 38

Sulistyaningsih. Op cit, hlm. 114.

Page 31: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

78

d. Melaksanakan penegakan hokum dalam pengelolaan hutan secara tegas

dan konsisten termasuk proses yustisiterhadap pihak-pihak yang menjadi

pelaku penebangan liar.

e. Menertibkan perusahaan pemegang HPH, IPK, IPKH, dan penggergajian

(sawmill) liar yang terkait dengan penebangan liar.

f. Penghentian atau penundaan kegiatan konversi hutan alam.

g. Mendorong dilaksanakannya low impact logging.39

Kawasan hutan kayu putih BKPH Sukun dikelilingi oleh penduduk desa

yang bertempat tinggal disekitar hutan dan mempunyai mata pencaharian

bersinggungan langsung dengan hutan. Oleh karena itu, tingkat ketergantungan

masyarakat sekitar hutan dengan kawasan hutan menjadi sangat tinggi, sehingga

akan berkorelasi dengan tingkat kerawanan hutan juga. Tingkat kerawanan hutan

yang dapat menjadi gangguan keamanan hutan antara lain kebakaran hutan,

penggembalaan ternak, perambahan hutan (pembibrikan), sengketa lahan

(tenurial), dan pemangkasan liar tegakan kayu putih.

Gangguan hutan yang sering terjadi di dalam kawasan hutan kayu putih

BKPH Sukun berupa kebakaran hutan dan pemangkasan liar tegakan pohon kayu

putih. Apabila gangguan hutan tidak diatasi dengan baik maka akan merugikan

banyak pihak baik Perum Perhutani maupun masyarakat sekitar yang bermata

pencaharian sebagai petani pesanggem. berbagai upaya-upaya yang dilakukan

Perum Perhutani untuk mengantisipasi gangguan tersebut dapat dilakukan hal-hal

anatara lain sebagai berikut:

39

Ibid., hlm. 119.

Page 32: BAB III PERAN PERUM PERHUTANI TERHADAP KEHIDUPAN … · Bersamaan dengan hal itu, perubahan dalam fertilitas, moralitas dan migrasi mencerminkan perubahan yang lebih umum dalam masyarakat,

79

1. Pembuatan menara pengamat kebakaran pada lokasi yang strategis.

2. Pembuatan sekat-sekat bakar dan pemeliharaan.

3. Mengoptimalkan fungsi dan peran SATGASDAMKAR.

4. Pengamanan secara partisipatif dari masyarakat dioptimalkan.

5. Pengawasan intensif pada lahan tumpangsari dan pemberian sanksi pada

pesanggem yang mengganggu tanaman kayu putih.40

40

Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Biro Perencanaan dan

Pengembangan Usaha., op.cit. hlm. 37.