BAB III PEMBAHASAN 3eprints.undip.ac.id/60983/3/BAB_III.pdf · makam pahlawan j) Dan lain – lain....
Transcript of BAB III PEMBAHASAN 3eprints.undip.ac.id/60983/3/BAB_III.pdf · makam pahlawan j) Dan lain – lain....
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Pustaka
3.1.1 Pengertian Insentif
Insentif adalah kompensasi yang dihubungkan pada kinerja individu,
tim, dan organisasional. Secara tradisional juga dikenal sebagai insentif
Penghasilan tidak tetap merencanakan usaha-usaha untuk memberikan
penghargaan yang nyata kepada para karyawan untuk kinerja diatas rata-rata
(Robert L. Mathis – John H. Jackson, 2004).
Jadi pada dasarnya insentif merupakan suatu bentuk kompensasi yang
diberikan kepada karyawan yang jumlahnya tergantung dari hasil yang
dicapai baik berupa finasial maupun non financial.Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong karyawan bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga prestasi
dapat meningkat yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai.
3.1.2 Tujuan Insentif
Tujuan utama dari pemberian insentif kepada karyawan pada dasarnya
adalah untuk memotivasi mereka agar bekerja lebih baik dan dapat
menunjukan prestasi yang baik. Cara seperti ini adalah cara yang sangat
efektif untuk meningkatkan hasil produksi perusahaan. Menurut pendapat
Heidjrachman dan Husnan (1992 : 151) mengatakan bahwa pelaksanaan
sistem upah insentif ini dimaksudkan perusahaan terutama untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan untuk tetap berada dalam
perusahaan.
17
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pemberian insentif, yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Tujuan pelaksanaan pemberian insentif kepada karyawan
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dengan cara
mendorong mereka agar bekerja disiplin dan semangat yang
lebih tinggi dengan tujuan menghasilkan kualitas produksi yang
lebih baik serta dapat bekerja dengan menggunakan faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin.
2. Bagi Karyawan
Dengan pemberian insentif dari perusahaan maka diharapkan
karyawan memperoleh banyak keuntungan, seperti misalnya
mendapatkan upah atau gaji yang lebih besar, mendapat
dorongan untuk mengembangkan dirinya dan berusaha bekerja
dengan sebaik – baiknya.
3.1.3 Macam – macam insentif
Dalam suatu perusahaan biasanya ada dua macam model
insentif yang diterapkan, yaitu financial insentif dan non financial
insentif. Financial insentif adalah insentif yang dinilai dengan uang,
misalnya upah dan gaji lebih, rekreasi, jaminan hari tua dan lain
sebagainya.Sedangkan non financial insentif adalah insentif yang tidak
dapat dinilai dengan uanng, misalnya jam kerja, hubungan dengan
atasan dan lain sebagainya.
Sarwoto (1977 : 155-159) membedakan insentif dalam dua garis
besar, yaitu :
1. Insentif Material
Insentif ini dapat diberikan dalam bentuk uang dan jaminan social.
Insentif dalam bentuk uang dapat berupa :
18
a) Bonus
Uang yang diberikan sebagai balas jasa atas hasil kerja yang
telah dilaksanakan
Diberikan secara selektif dan khusus kepada pegawai yangn
berhak menerima
Diberikan secara sekali terima tanpa suatu ikatan dimasa
yang akan datang
b) Komisi
Merupakan jenis bonus yang dibayarkan kepada pihak yangn
menghasilkan penjualan yang baik.Lazimnya dibayarkan
sebagai bagian daripada penjualan dan diterimakan pada
pekerja bagian penjualan.
c) Profit Sharing
Salah satu jenis insentif yang tertua. Dalam hal ini pembayaran
dapat diikuti bermacam – macam pola, tetapi biasanya
mencakup pembayaran sebagian besar dari laba bersih yang
disetorkan sebuah dana dan kemudian dimasukkan ke dalam
daftar pendapatan setiap peserta.
d) Kompensasi yang Ditangguhkan
Ada dua macam program balas jasa yang mencakup
pembayaran dikemudian hari, yaitu pensiun dan pembayaran
kontraktual.Pensiunan mempunyai nilai insentif karena
memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia yaitu
menyediakan jaminan ekonomi baginya setelah dia tidak
bekerja lagi.Sedangkan pembayaran kontraktual adalah
pelaksanaan perjanjian antara majikan dan pegawai dimana
setelah selesai masa kerja dibayarkan sejumlah uang tertentu
selama masa kerja tertentu.
2. Insentif non material
Insentif non material dapat diberikan dalam berbagai bentuk, yaitu :
a) Pemberian gelar (title) secara resmi
19
b) Pemberian tanda jasa / medali
c) Pemberian piagam penghargaan
d) Pemberian pujian lisan maupun tulisan secara resmi (didepan
umum) ataupun secara pribadi
e) Ucapan terima kasih secara formal maupun informal
f) Pemberian promosi (kenaikan pangkat atau jabatan
g) Pemeberian hak untuk menggunakan atribut jabatan
h) Pemberian perlengkapan khusus pada ruangan kerja
i) Pemberian hak apabila meninggal dunia dimakamkan ditaman
makam pahlawan
j) Dan lain – lain.
3.1.4 Penggolongan Insentif
Pada dasarnya, pemberian insentif ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas kerja individu maupun kelompok (Panggabean, 2004 :
90). Untuk mencapaiknya tujuan diatas, maka insentif ada berupa
insentif individu dan ada yang berupa insentif kelompok.
1. Rencana insentif individu
Rencana atau program insentif individu ini bertujuan untuk
memberikan penghasilan tambahan selain gaji pokok bagi individu
yang dapat mencapai standar prestasi tertentu.Rencana insentif
individu bisa berupa rencana upah perpotong dan rencana upah per
jam secara langsung.Pada upah perpotong direncana upah per
potong untuk setiap unit barang atau jasa yang dihasilkan terlebih
dahulu ditentukan berapa yang harus dibayarkan. Yang termasuk
pada sistem insentif individual adalah piecework, bonus produksi,
komisi, kurva kematangan dan insentif bagi para eksekutif
(Siagian, 2000 : 268)
20
a) Piecework
Salah satu teknik yang lumrah digunakan untuk
mendorong para karyawan meningkatkan produktivitas kerjanya
adalah dengan jalan memberikan insentif financial berdasarkan
jumlah hasil pekerjaan karyawan.
b) Bonus
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang
mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang
baku terlampaui.
c) Komisi
Sistem Insentif lain yang lumrah diterapkan adalah
pemberian komisi. Pada dasarnya ada dua bentuk sistem ini,
yaitu :
1) Para karyawan memperoleh gaji pokok, tetapi
penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang
diterimanya karena keberhasilan melaksanakan tugas.
2) Karyawan memperoleh penghasilan semata – mata berupa
komisi.
Rencana komisi membayar karyawan penjualan atas hasil,
dan hanya atas hasil (Dessler, 2000 : 120). Dengan rencana
seperti ini, karyawan dapat mengoptimalkan kinerja dan
kemampuan yang dimiliki untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
3.1.5 Indikator – indikator Pemberian Insentif
Beberapa cara perhitungan atau pertimbangan dasar penyusunan
insentif antara lain sebagai berikut :
1. Kinerja
Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan
besarnya insentif dengan kinerja yang telah ditujukkan oleh
pegawai yang bersangkutan. Berarti besarnya insentif tergantung
21
pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu kerja
pegawai. Cara ini dapat diterapkan apabila hasil kerja diukur secara
kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa dengan cara ini dapat
mendorong pegawai yang kurang produktif menjadi lebih produktif
dalam bekerjanya. Disamping itu juga sangat menguntungkan bagi
pegawainya yang dapat bekerja cepat berkemampuan
tinggi.Seballiknya sangat tidak favourable bagi pegawai yang
bekerja lamban atau pegawai yang sudah berusia lanjut.
2. Lama Kerja
Besarnya insentif ditentukan atas dasar lamanya pegawai
melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan.Cara
perhitungannya dapat menggunakan per jam, per hari, per minggu
ataupun per bulan. Umumnya cara yang diterapkan apabila ada
kesulitan dalam menerapkan cara pemberian insentif berdasarkan
kinerja. Memang ada kelemahan dan kelebihan dengan cara ini,
antara lain sebagai berikut :
a. Kelemahan
Terlihat adanya kelemahan cara ini sebagai berikut :
1) Mengakibatkan mengendornya semangat kerja karyawan
yang sesungguhnya mampu berproduksi lebih dari rata –
rata
2) Tidak membedakan usia, pengalaman dan kemampuan
pegawai
3) Membutuhkan pengawasan yang ketat agar pegawai
sungguh – sungguh bekerja
4) Kurangnya mengakui adanya kinerja pegawai
b. Kelebihan
Disamping kelemahan diatas, dapat dikemukakan kelebihan –
kelebihan cara ini sebagai berikut :
22
1) Dapat mencegah hal – hal yang tidak atau kurang diinginkan
seperti : pilih kasih, diskriminasi maupun kompetisi yang
kurang sehat
2) Menjamin kepastian penerimaan insentif secara periodic
3) Tidak memandang rendah pegawai yang cukup lanjut usia
3. Senioritas
Sistem insentif ini didasarkan pada masa kerja atau
senioritas pegawai yang bersangkutan dalam suatu
organisasi.Dasar pemikirannya adalah pegawai senior, menunjukan
adanya kesetiaan yang tinggi dari pegawai yang bersangkutan pada
organnisasi dimana mereka bekerja.Semakin senior seorang
pegawai semakin tinggi loyalitas pada organisasi, dan semakin
mantap dan tenangnya dalam organisasi. Kelemahan yang
menonjol dari cara ini adalah belum tentu mereka yang senior ini
memiliki kemampuan yang tinggi dan menonjol, sehingga
mungkin sekali pegawai muda (junior) yang menonjol
kemampuannya akan dipimpin oleh pegawai senior, tetapi tidak
menonjol kemampuannya. Mereka menjadi pimpinan bukan karena
kemampuannya tetapi karena masa kerjanya.Dalam situasi
demikian dapat timbul di mana para pegawai junior yang energik
dan mampu tersebut keluar dari perusahaan / instansi.
4. Evaluasi Jabatan
Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan
membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan –
jabatan lain dalam suatu organisasi. Ini berarti pula penentuan nilai
relative atau harga dari suatu jabatan guna menyusun rangking
dalam penentuan insentif.
23
3.1.6 Pengertian Kinerja
Kata “kinerja” belakangan ini menjadi topik yang hangat di
kalangan pengusaha dan kalangan administrator. Kinerja seakan
menjadi sosok yang bernilai dan telah dijadikan tujuan pokok pada
organisasi/badan usaha, selain profit. Karena dengan laba saja tidak
cukup apabila tidak dibarengi dengan efektivitas dan efisiensi.
Kinerja bagian produktivitas kerja, produktivitas berasal dari kata
”Produktif” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali,
sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatuproses kegiatan yang
terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi atau
objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti
keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu maupun kelompok)
untuk selalu meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijabarkan beberapa
pengertian mengenai kinerja menurut beberapa ahli.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001: 67) kinerja itu dapat
didefinisikan sebagai:“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2002: 94), pengertian kinerja
itu adalah:“Pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan
barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi
tertentu.”
Sedangkan menurut August W. Smith yang dikutip dalam buku
Sedarmayanti (2001: 50) mengemukakan:“Performance atau kinerja
adalah output drive from processes, human or otherwise, jadi
dikatakannya bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu
proses”.
Sedangkan menurut Bernardin dan Russsell yang dikutip oleh
Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah (2003: 224) bahwa kinerja
adalah:“Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi
24
pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu
tertentu. Sedang kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan
jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang
dilakukan. Pengertian kinerja di sini tidak bermaksud menilai
karakteristik individu tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang
diperoleh selama periode waktu tertentu”.
Menurut beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa kinerja mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas
karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk
mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu
perusahaan/instansi. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk
mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi merupakan
hal yang sangat penting.
Berbicara tentang kinerja personil, erat kaitannya dengan cara
mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu
ditetapkan standar kinerja atau standard performance.
Ungkapan tersebut menyatakan bahwa standar kinerja perlu
dirumuskan guna dijadikan tolak ukur dalam mengadakan perbandingan
antara apa yang telah dilakukan dengan apa yang diharapkan, kaitannya
dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada
seseorang. Standar termaksud dapat pula dijadikan sebagai ukuran
dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap apa yang telah
dilakukan
.
3.1.7 Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif
Menurut Mondy & Noe (2005), karakteristik sistem penilaian yang
efektif, adalah:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus
berkaitan dengan pekerjaan / valid.
25
2. Ekspektasi Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara
gamblang tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah
organisasi yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen
yang sama.
4. Penilaian yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya
dibebankan kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara
langsung mengamati paling tidak sampel yang representatif dari
kinerja itu. Untuk menjamin konsistensi penilaian, para penilai
harus mendapatkan latihan yang memadai.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk
mengetahui tentang seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian.
Kerahasiaan akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses
terhadap hasil penilaian memberikan kesempatan karyawan untuk
mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal
atas hasil penilainnya, penetapan due process merupakan langkah
penting.
Karakter yang telah disebutkan diatas merupakan sebagian
karakter yang ada pada proses penilaian perilaku kerja. Hal ini
berbeda dengan aspek yang ada dalam penilaian perilaku kerja
tersebut.
26
3.1.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor
faktot yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu :
1. Kemampuan Mereka
2. Motivasi
3. Dukungan yang diterima
4. Keberadaan pekerjaan yangn mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi
Berdasarkan pengertian diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa
kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output)
individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh
dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Menurut Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa faktor yang
memengaruhi kinerja antara lain :
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).
Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan kelebihannya
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi (situation) kerja.Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakan diri pegawai terarah untuk mencapai
tujuan kerja.Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja
maksimal.
David C. Mc Clealand (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001
: 68), berpendapat bahwa “Ada hubungan positif antara motif
27
berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan
pencapaian kerja.Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik
baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat
terpuji.
Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari
seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu :
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2. Berani mengambil resiko
3. Memiliki tujuan realities
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan
5. Memanfaatkan umpan balik yang kongrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah di
programkan
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja :
1. Faktor Individu : Kemampuan, keterampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat social dan demografi seseorang
2. Faktor Psikologis : Persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan kerja
3. Faktor Organisasi : Struktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).
Menurut Kopelman (1988), faktor faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah :
Individual characteristic (karakteristik individual), organizational
characteristic (karakteristik organisasi), dan work characteristic
(karakteristik kerja). Lebih lanjut oleh Kopelman dijelaskan bahwa
28
kinerja selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga sangat
tergantung dari karakteristik individu seperti kemampuan, pengetahuan,
keterampilan, motivasi, norma dan nilai. Dalam kaitannya dengan
konsep kinerja, terlihat bahwa karakteristik individu seperti
kepribadian, umur, dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku bangsa,
keadaan social ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan
menentukan perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu
maupun organisasi sehingga hal tersebut akan menimbulkan kepuasan
bagi pelanggan atau pasien.
Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga
dipengaruhi oleh :
1. Karakteristik organisasi seperti reward system, seleksi dan
pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta
kepemimpinan
2. Karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan, desain
pekerjaan dan jadwal kerja
3.1.9 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi.Penilaian kinerja individu sangat
bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan,
melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenernya
tentang bagaimana kinerja karyawan.
Menurut Bernadin dan Russel (1993 : 379) “A way of measuring
the contribution of individuals to their organization”. Penilaian kinerja
adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) kepada organisasi
tempat mereka bekerja.
29
Menurut Cascio (1992 : 267) “Penilaian kinerja adalah sebuah
gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan
kelemahan yang terkait dari seseorang atau kelompok”.
Menurut Bambang Wahyudi (2002 : 101) “Penilaian kinerja adalah
suatu evaluasi yang dilakukan secara periodic dan sistematis tentang
prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi
pengembangannya”.
Menurut Henry Simamora (2004 : 338)“Penilaian kinerja adalah
proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan
kerja individu karyawan”.
3.1.10 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Syafarudin Alwi (2001 : 187) secara teoritis tujuan
penilian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan
development yang bersifat evaluation harus menyelesaikan :
1. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi
2. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision
3. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem
seleksi
Sedangkan yang development penilaian harus menyelesaikan :
1. Prestasi rill yang dicapai individu
2. Kelemahan – kelemahan individu yang menghambat individu yang
menghambat kinerja
3. Prestasi – prestasi yang dikembangkan
3.1.11 Manfaat Penilaian Kinerja
Kontribusi hasil – hasil penilaian merupakan suatu yang sangat
bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara
terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :
30
1. Penyesuaian – penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,
pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.
5. Untuk kepentingan penilitian pegawai
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai
3.2 Tinjauan Praktik
3.2.1 Pemberian Insentif PNS Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang
Menurut perarturan Walikota Semarang nomor 38 tahun 2015
tentang : Tambahan penghasilan pegawai (TPP) bagi pegawai negeri
sipil di lingkungan pemerintahan kota Semarang tahun 2016. Disana di
jelaskan ketentuan umum, pemberian dan penilaian, pemberhentian
TPP, pemotongan TPP, pembiayaan, mekanisme pengajuan dan
pembayaran TPP, monitoring dan evaluasi, sanksi, ketentuan lain lain,
dan ketentuan penutup.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyamakan
persepsi dan pengawasan terhadap pelaksanaan/mekanisme terhadap
pemberian tambahan penghasilan pegawai bagi PNS dilingkungan
Pemerintahan Kota Semarang, dengan ketentuan :
1. Pemotongan 5% per hari kerja bagi PNS yang tidak masuk kerja
2. Pemotongan 2,5% per hari kerja bagi PNS yang mengambil cuti
alasan penting (menikah, menunggu keluarga yang sakit, haji,
umroh, perjalanan rohani).
3. Pemotongan 50% bagi PNS yang mengambil cuti sakit lebih dari 15
(lima belas) hari sampai dengan 1,5 (satu setengah) tahun.
4. Pemotongan 5% bagi PNS yang telah menggunakan presensi
elektronik/ finger print berlaku ketentuan jam kerja yang telah
ditetapkan, kekurangan jam kerjanya akan dihitung secara komulatif
31
dan dikonversikan 5(lima) jam sama dengan 1(satu) hari tidak
masuk kerja dan jika melebihi berlaku kelipatannya.
5. Dikecualikan dari pemotongan TPP apabila :
a. Sakit dengan surat keterangan dokter 3 (tiga) hari sampai
dengan 14 (empat belas) hari;
b. Cuti tahunan;
c. Cuti bersalin untuk persalinan anak pertama dan kedua;
d. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), melaksanakan
perjalanan dinas luar daerah dan melaksanakan tugas kedinasan
lainnya.
6. PNS yang tidak berhak mendapatkan TPP adalah sebagai berikut :
a. Pegawai Negeri Sipil yang berstatus :
a. masa persiapan pensiun/beban tugas;
b. penerimaan uang tunggu;
c. tersangka dan ditahan;
d. terdakwa atau terpidana;
e. tugas belajar yang sudah mendapatkan tunjangan belajar;
f. cuti diluar tanggungan negara;
g. diperbantukan/dipekerjakan;
h. cuti besar;
i. cuti bersalin anak yang ketiga dan seterusnya;
j. PNS Guru yang sudah mendapatkan tunjangan
profesi/sertifikasi;
k. menerima insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah;
l. tingkat capaian Penilaian Prestasi Kerja bulanan dibawah
50%;
m. tidak mengumpulkan SKP Tahunan pada bulan berjalan dan
baru akan mendapatkan TPP apabila telah mengumpulkan
pada bulan tersebut.
2) TPP tidak diberikan dengan ketentuan :
32
a. tidak diberikan selama 3 (tiga) bulan kepada CPNS yang
sedang dijatuhi hukuman disiplin tingkat ringan;
b. tidak diberikan selam 1 (satu) bulan kepada PNS yang
dijatuhi hukuman disiplin ringan;
c. tidak diberikan selama 2 (dua) bulan kepada PNS yang
dijatuhi hukuman tingkat sedang;
d. tidak diberikan selama 4 (empat) bulan kepada PNS yang
dijatuhi hukuman tingkat berat;
e. tidak diberikan selama 1 (satu) bulan kepada PNS dan CPNS
yang melakukan kecurangan dalam pelaksanaan presensi
dengan alat finger print maupun secara manual
3) Penghentian pemberian TPP terhitung sejak Keputusan
Hukuman Disiplin ditetapkan
7. Mekanisme pengajuan dan pembayaran TPP adalah sebagai berikut
:
1) Setiap PNS dan CPNS wajib melampirkan :
a. Penilaian Prestasi Kerja Tahun 2015
b. SKP Tahunan 2016
c. SKP bulanan Tahun 2016
d. Prestasi Kerja PNS Bulanan Tahun 2016
e. Rekapitulasi kehadiran pegawai selama 1 (satu) bulan
f. Daftar perhitungan TPP berdasarkan penilaian presentase
komponen disiplin dan kinerja selama 1 (satu) bulan
g. Daftar pembayaran TPP selama 1 (satu) bulan
h. Data dukung penunjang berupa daftar hadir, surat ijin, surat
keterangan sakit dari dokter, surat cuti, surat tugas, surat
keputusan hukuman disiplin dan keterangan lainnya ke Badan
Kepegawaian Daerah (BKD).
2) Dokumen pengajuan TPP yang telah diverifikasi oleh pejabat
yang berwenang di masing – masing SKPD dikirim ke BKD
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
33
3) Proses rekapitulasi kehadiran dan penilaian prestasi kerja untuk
pembayaran TPP pada bulan Desember paling lambat tanggal
15 Desember.
4) Permintaan pembayaran TPP diajukan oleh SKPD kepala Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya untuk diterbitkan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D)
5) Pembayaran TPP bagi CPNS dan PNS di setiap SKPD diterima
paling lambat tanggal 20 setiap bulannya dan apabila jatuh pada
hari libur maka pembayaran dimajukan satu hari sebelumnya.
8. PNS yang diangkat atau dipindahkan (mutasi/promosi) dan
diberhentikan dari dan dalam jabatan structural atau jabatan
fungsional, maka pemberian TPP jabatan structural/fungsional yang
baru diberikan pada bulan berikutnya setelah keputusan
pengangkatan pemindahan ditetapkan.
34
3.2.1.1 Penilaian Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai
Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kota Semarang
NO. VARIABEL INDIKATOR PRESENTA
SE
1 2 3 4
1 Sasaran Kerja Pegawai Pegawai Negeri Sipil harus
mempunyai Rencana Kerja dan
Target yang akan dicapai
60% (Enam
Puluh Persen)
2 Perilaku Kerja
- Orientasi Pelayanan
- Integritas
- Komitmen
- Displin
- Kerjasama
- Kepemimpinan
Pegawai Negeri Sipil
mempunyai tingkah laku, sikap
atau tindakan sesuai dengan
ketentuan Perarturan
Perundang - Undangan
40% (Empat
Puluh Persen)
3 Pertimbangan
Obyektif Lainnya
- Tidak masuk kerja
-Terlambat masuk kerja dan
pulang lebih awal dari
ketentuan jam kerja yang telah
ditentukan dihitung secara
komulatif dan di konversikan 5
(lima) jam sama dengan 1
(satu) hari tidak masuk kerja
-Cuti Alasan penting
- Dipotong
5% (lima
persen) per
hari kerja
- Dipotong
5% (lima
persen)
selebihnya
berlaku
kelipatannya
- Dipotong
2,5 (Dua
setengah
35
- Cuti Sakit 15 (Lima Belas)
hari sampai dengan 1,5 Tahun
persen) per
hari kerja
- Dipotong
50% (lima
puluh persen)
3.2.1.2 Besarnya Tambahan Penghasilan Pegawai Bagi Pegawai
Negeri Sipil / Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan
Pemerintahan Kota Semarang Tahun Anggaran 2016
NO. Pejabat / Pegawai Besarnya TPP Per
Bulan
1 2 3
1 Sekretaris Daerah Kota Semarang Rp. 18.952.500,-
2 - Asisten Administrasi di Sekretariat Daerah
- Sekretaris DPRD
- Kepala Badan
- Kepala Dinas
- Staf Ahli Walikota Semarang
- Kepala Satpol PP
- Inspektur
Rp. 13.965.000,-
3 Direktur RSUD Rp. 12.967.500,-
4 -Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah dan
Sekretariat DPRD
- Sekretaris pada Dinas
- Sekretaris pada Badan
- Sekretaris pada KPU
- Sekretaris pada Inspektorat
- Kepala Kantor
- Inspektur Pembantu Wilayah
Rp. 7.982.500,-
5 Wakil Direktur RSUD Rp. 6.384.000,-
36
6 -Kepala Bidang pada Dinas
- Kepala Bidang pada Badan
- Kepala Bidang dan Kabag. TU pada Satpol PP
- Sekretaris pada BPBD
- Pengawas Pemerintahan/Auditor Madya pada
Inspektorat
Rp. 7.533.000,-
7 Kepala Bagian dan Kepala Bidang pada RSUD Rp. 6.184.000,-
8 -Kasubag pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD
- Kasubag. Ka Seksi dan Ka UPTD pada Dinas
- Pengawas Pemerintahan/Auditor Muda pada
Inspektorat
- Kasubag. Dan Ka Seksi pada Satpol PP
- Kasubag. Kasubid. Ka UPTB pada Badan
- Kasubag pada Sekretariat KPU
- Kasubag pada Sekretariat Inspektorat
Rp. 4.091.000,-
9 Kepala Puskesmas Rp. 3.990.000,-
10 Kasubag dan Ka Seksi pada RSUD Rp. 3.391.500,-
11 -Kasubag TU pada UPTD
- Kasubag TU pada UPTB
- Ka TU pada Sekolah Menengah Pertama
- Ka TU pada Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
Rp. 3.591.000,-
12 JFU/JFT Golongan IV Rp. 2.493.750,-
13 -Pengawas Pemerintahan / Auditor Pertama pada
Inspektorat
- JFU/JFT Golongan III
Rp. 2.314.200,-
14 JFU/JFT Golongan II Rp. 1.795.500,-
15 JFU Golongan I Rp. 1.596.000,-
16 CPNS Golongan III Rp. 1.851.360,-
17 CPNS Golongan II Rp. 1.436.400,-
37
18 CPNS Golongan I Rp. 1.276.800,-
19 Kepala Sekolah Belum Sertifikasi Rp. 2.593.500,-
20 Guru Golongan IV Belum Sertifikasi Rp. 2.493.750,-
21 Guru Golongan III Belum Sertifikasi Rp. 2.314.200,-
22 Guru Golongan II Belum Sertifikasi Rp. 1.795.500,-
3.2.2 Penilaian Kinerja PNS Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang merupakan badan
atau organisasi pemerintahan yang dibentuk melalui peraturan daerah
(PERDA) oleh pemerintah daerah atau Walikota kota Semarang
berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 22, Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah
Jawa Tengah ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah
kota.
Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang No 14 Tahun 2011
ditegaskan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah rencana
pengembangan kota yang disiapkan secara teknis dan non-teknis oleh
Pemerintah Daerah yang merupakan rumusan kebijaksanaan
pemanfaatan muka bumi wilayah kota termasuk ruang di atasnya yang
menjadi pedoman pengarahan dan pengendalian dalam pelaksanaan
pembangunan kota.
Penjabaran tugas dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang sudah beberapa kali mengalami perubahan dan yang terbaru
adalah Peraturan Walikota Semarang Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang yang menyebutkan secara ringkas bahwa tugas dan fungsi
38
Dinas Kelautan dan Perikanan adalah melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan serta mengelola,
mengkoordinasikan, membina, dan mengawasi pembangunan sumber
daya kelautan dan pesisir.
Laporan kinerja karyawan merupakan bentuk dari Penilaian
kinerja PNS Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang yang
dilaksanakan berpedoman pada Peraturan BKN Nomor 1 Tahun 2013
tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2011 tentang Penilaian Prestasi kerja. Adapun tujuan Perka BKN ini
adalah sebagai pedoman bagi setiap Pegawai Negeri Sipil, Pejabat
Penilai, dan pejabat lain yang berkepentingan dalam melaksanakan
ketentuan Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Pasal 9 angka
12 dan Pasal 10 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin PNS, dinyatakan apabila pencapaian Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP) pada akhir tahun hanya mencapai antara 25% sampai
dengan 50% makan dikenakan hukuman sedang, dan apabila Sasaran
Kinerjanya dibawah 25% maka akan dikenakan hukuman berat.
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat Pejabat Penilai sekali
dalam 1 (satu) tahun yang dilakukan setiap akhir Desember pada tahun
yang bersangkutan atau paling lama akhir Januari tahun
berikutnya,yang terdiri atas unsur:
1. SKP dengan bobot nilai 60% (enam puluh persen); dan
2. Perilaku kerja dengan bobot nilai 40% (empat puluh persen)
Berdasarkan pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang perubahan Atas undang-undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditentukan bahwa untuk
mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan
39
diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab,
jujur dan adil melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan
sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem
prestasi kerja selanjutnya dalam pasal 20 ditentukan bahwa untuk lebih
menjamin objektivitas dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam
jabatan dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi kerja. Dalam
rangka melaksanakan amanat pasal 12 ayat (21 dan Pasal 20 tersebut,
penilaian prestasi kerja pegawai Negeri sipil dilaksanakan untuk
mengevaluasi kinerja Pegawai Negeri sipil, yang dapat memberi
petunjuk bagi pejabat yang berkepentingan dalam rangka
mengevaluasi kinerja unit dan organisasi. Hasil penilaian prestasi kerja
Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan
penetapan keputusan kebijakan Pembina 1, Karier Pegawai Negeri
Sipil, yang berkaitan dengan:
a. Bidang Pekerjaan
Penilaian prestasi kerja pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan
sebagai dasar pertimbangan dalam kebijakan perencanaan kuantitas
dan kuaritas sumber daya manusia pegawai Negeri sipil, serta
kegiatan perancangan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dalam
organisasi.
b. Bidang Pengangkatan dan Penempatan
Penilaian prestasi kerja pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan
sebagai dasar pertimbangan dalam proses rekrutmen, seleksi dan
penempatan Pegawai Negeri sipil dalam jabatan, sesuai dengan
kompetensi dan prestasi kerjanya.
c. Bidang Pengembangan
Penilaian prestasi kerja pegawai Negeri sipil dimanfaatkan
sebagai dasar pertimbangan pengembangan karier dan
pengembangan kemampuan serta keterampilan Pegawai Negeri
40
Sipil yang berkaitan d.engan pola karier dan program pendidikan
dan pelatihan dalam organisasi.
d. Bidang Penghargaan
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan
sebagai dasar pertimbangan pemberian penghargaan dengan
berbasis prestasi kerja seperti kenaikan pangkat, kenaikan gaji,
tunjangan prestasi kerja, promosi, atau kompensasi dan lain-lain
e. Bidang Disiplin
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan
sebagai dasar peningkatan kinerja PNS dan kewajiban pegawai
mematuhi peraturan perundang-undangan tentang disiplin PNS.
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan secara
sistematis yang penekanannya pada tingkat capaian sasaran kerja
pegawai atau tingkat capaian hasil kerja yang telah disusun dan
disepakati bersama antara Pegawai Negeri Sipil dengan Pejabat Penilai.
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil secara strategis diarahkan
sebagai pengendalian perilaku kerja produktif yang disyaratkan untuk
mencapai hasil kerja yang disepakati dan bukan penilaian atas
kepribadian seseorang Pegawai Negeri Sipil. Unsur perilaku kerja yang
mempengaruhi prestasi kerja yang dievaluasi harus relevan dan
berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan dalam jenjang
jabatan setiap Pegawai Negeri sipil yang dinilai. penilaian prestasi kerja
Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan
Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja
dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan
prinsip objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil terdiri atas unsur sasaran
kerja pegawai dan penilaian perilaku kerja.
41
3.2.2.1 Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
3.2.2.1.1 Unsur – Unsur SKP
A. Kegiatan Tugas Jabatan
Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada penetapan Kinerja/RKT, sebagai
implementasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran organisasi yang telah ditetapkan dan harus
berorientasi pada hasil secara nyata dan terukur. Dalam
melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya
pekerjaan dibagi habis dari tingkat jabatan yang tertinggi
sampai dengan tingkat jabatan yang terendah secara
hierarki, yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Eselon I
Kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada rencana strategis dan RKT yang
dijabarkan sesuai dengan tugas dan fungsi, wewenang,
tanggung jawab, dan uraian tugasnya sebagai kegiatan
dalam SKP pejabat struktural eselon I.
2) Eselon II
Kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada SKP pejabat struktural eselon I dijabarkan
sesuai dengan tugas dan fungsi, wewenang, tanggung
jawab, dan uraian tugasnya sebagai kegiatan dalam SKP
pejabat struktural eselon II.
3) Eselon III
Kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada SKP pejabat struktural eselon II
dijabarkan sesuai dengan tugas dan fungsi, wewenang,
tanggung jawab, dan uraian tugasnya sebagai kegiatan
dalam SKP pejabat struktural eselon III.
4) Eselon IV
42
Kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada SKP pejabat struktural eselon III
dijabarkan sesuai dengan tugas, wewenang, tanggung
jawab, dan uraian tugasnya sebagai kegiatan dalam SKP
pejabat struktural eselon IV.
5) Eselon V
Kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus
mengacu pada SKp pejabat struktural eselon IV
dijabarkan sesuai dengan tugas, wewenang, tanggung
jawab, dan uraian tugasnya menjadi SKP pejabat
struktural eselon V.
6) Jabatan Fungsional Umum
Penyusunan SKP pejabat fungsional uml-Lm, kegiatan
tugas jabatan yang akan dilakukan harus mengacu pada
SKP pejabat struktural eselon IV atau eselon V
dijabarkan sesuai dengan tugas, wewenang, tanggung
jawab, dan uraian tugasnya sebagai kegiatan dalam SKP
pejabat fungsional umum.
7) Jabatan Fungsional Tertentu
Penyusunan SKP pejabat fungsional tertentu, kegiatan
tugas jabatannya disesuaikan dengan butir-butir kegiatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang jabatan fungsional tertentu.
B. Angka Kredit
Satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan akumulasi nilai
butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang pejabat
fungsional dalam rangka pembinaan karier yang
bersangkutan ditetapkan dengan jumlah angka kredit yang
akan dicapai. Oleh sebab itu pejabat fungsional tertentu
harus menetapkan target angka kredit yang akan dicapai
dalam 1 (satu) tahun.
43
Misalnya:
Seorang PNS yang menduduki jabatan fungsional
Perancang Peraturan perundang-undangan jenjang
Pertama TMT 1 Oktober 2014 dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I golongan ruang III/b. Apabila yang
bersangkutan merencanakan kenaikan pangkatnya
menjadi Penata golongan ruang III/c pada 1 Oktober
2018 maka yang bersangkutan harus menargetkan angka
kreditnya paling kurang sebanyak 50 (lima puluh) dalam
jangka waktu 4 (empat) tahun. Dengan demikian, setiap
tahunnya yang bersangkutan harus memiliki target 12,5
(dua belas koma lima) angka kredit atau lebih.
Apabila yang bersangkutan merencanakan kenaikan
pangkatnya menjadi penata golongan ruang III/c kurang
dari 4 (empat) tahun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka yang bersangkutan harus
menargetkan angka kreditnya sebanyak 50 (lima puluh)
dibagi jangka waktu yang direncanakan
C. Target
1) Setiap pelaksanaan kegiatan tugas jabatan harus
ditetapkan target yang akan diwujudkan secara jelas,
sebagai ukuran prestasi kerja. Dalam menetapkan target
meliputi aspek sebagai berikut:
a) Kuantitas (Target OutPut)
Dalam menentukan Target Output (TO) dapat
berupa dokumen, konsep, naskah, surat keputusan,
paket, laporan, dan lain-lain.
b) Kualitas (Target Kualitas)
Dalam menetapkan Target Kualitas (TK) harus
memprediksi pada mutu hasil kerja yang terbaik,
44
target kualitas diberikan nilai paling tinggi 100
(seratus).
c) Waktu (Target Waktu)
Dalam menetapkan Target Waktu (TW) harus
memperhitungkan berapa waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya
bulanan, triwulan, kwartal, semester, dan tahunan.
d) Biaya (Target Biaya)
Dalam menetapkan Target Biaya (TB) harus
memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam 1 (satu)
tahun, misalnya jutaan, ratusan juta,miliaran, dan lain-
lain.
2) Penyusunan target SKP paling sedikit meliputi aspek
kuantitas, kualitas, dan waktu sesuai dengan
karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-
masing unit kerja. Apabila kegiatan tugas jabatan
tersebut dibiayai/ dianggarkan, maka dapat disertai aspek
biaya dalam penyusunan SKP.
45
Contoh Penyusunan SKP dari aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya :
Sasaran Kerja
Pegawai Negeri Sipil
NO I. PEJABAT PENILAI NO PNS YANG DINILAI
1 Nama BUDI TJAHJANTO, SH, M.Hum 1 Nama ENDANG WERDININGSIH, SH
2 NIP 19621030 198803 10 11 2 NIP 19640810 199209 2 001
3 Pangkat/Gol.Ruang Pembina TK.I (IV/b) 3 Pangkat/Gol.Ruang Penata Tk. I (III/d)
4 Jabatan Sekretaris 4 Jabatan Kasubag. Umum dan Kepegawaian
5 Unit Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang 5 Unit Kerja Sekretariat
NO III. Kegiatan Tugas Jabatan
AK
Target
KUANTITAS
/ OUTPUT
KUALITAS
/MUTU WAKTU BIAYA
1 Menyusun rencana program dan rencana kerja anggaran sub bagian
Umum dan Kepegawaian 2 dok 100 2 bulan -
2 Menyusun laporan kegiatan sub bag Umum dan Kepegawaian 12 laporan 100 12 bulan -
3 Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi perkantoran 7 dok 100 12 bulan -
4 Mengoreksi laporan investasi barang, persediaan, pemeliharaan
sarana prasarana kantor 36 laporan 100 12 bulan -
46
5 Mengonsep dan mengoreksi surat keluar pada Sub Bag Umum dan
Kepegawaian 600 surat 100 12 bulan -
6 Meneliti surat masuk dan keluar sesuai dengan tanggal, sifat surat,
dan tujuan surat 4800 surat 100 12 bulan -
7 Mengoreksi administrasi kepegawaian Dinas Kelautan dan Perikanan 49 laporan 100 12 bulan -
8 Mengoreksi laporan administrasi kepegawaian Dinas Kelautan dan
Perikanan 12 laporan 100 12 bulan -
9 Mengonsep bezeeting pegawai untuk pelaporan ke BKD dan
Inspektorat 2 dok 100 2 bulan -
10 Mengoreksi dan memantau sasaran kinerja pegawai dan penilaian
prestasi kerja pegawai 12 laporan 100 12 bulan -
47
3.2.2.2 Penandatanganan SKP
Formulir penyusunan SKP yang telah diisi dan
disepakati bersama antara Pegawai dengan atasan langsungnya
harus ditandatangani oleh kedua belah pihak sebagai kontrak
kerja. Dalam hal SKP yang telah disusun oleh PNS dan tidak
disetujui oleh Pejabat Penilai, maka keputusannya diserahkan
kepada Atasan Pejabat Penilai dan bersifat final.
3.2.2.3 Tata Cara Penilaian SKP
1. Nilai capaian SKP dinyatakan dengan angka dan sebutan,
sebagai berikut:
a. 91 - ke atas
b. 76-90
c. 6I-75
d. 51-60
e. 50 - ke bawah
Untuk menilai apakah output berkualitas atau tidak dengan
menggunakan pedoman sebagai berikut:
Kriteria
Nilai Keterangan
91 - 100
Hasil kerja sempurna, dan pelayanan di atas tidak
ada kesalahan, tidak ada revisi, standar yang
ditentukan dan lain-lain.
76-90
Hasil kerja mempunyai I (satu) atau 2 (dua)
kesalahan kecil, tidak ada kesalahan besar, revisi,
dan pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan
dan lain-lain.
60 -75
Hasil kerja mempunyai 3 (tiga) atau 4 (empat)
kesalahan kecil, dan tidak ada kesalahan besar,
revisi, dan pelayanan cukup memenuhi standar
48
yang ditentukan dan lain-lain
51 - 60
Hasil kerja mempunyai 5 (lima) kesalahan kecil
dan ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan
tidak cukup memenuhi standar yang ditentukan dan
lain-lain
50 ke
bawah
Hasil kerja mempunyai lebih dari 5 (lima)
kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, kurang
memuaskan, revisi, pelayanan di bawah standar
yang ditentukan dan lain-lai
2. Penilaian Kegiatan Tugas Jabatan Penilaian SKP
dilakukan dengan menghitung tingkat capaian SKP yang
telah ditetapkan untuk setiap pelaksanaan kegiatan tugas
jabatan, yang diukur dengan 4 (empat) aspek yaitu aspek
kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya.
49
Contoh Penilaian Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil
PENILAIAN CAPAIAN SASARAN KERJA
PEGAWAI NEGERI SIPIL
Jangka Waktu Penilaian 01 Januari s.d. 31 Desember 2014
NO I. Kegiatan Tugas Jabatan AK
TARGET
AK
REALISASI
PENGHITUNGAN
NILAI CAPAI
AN SKP
Kuant/ Output Kual/ Mutu
Waktu
Biaya
Kuant/ Output
Kual/Mutu
Waktu
Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14
1. Melaksanakan penyiapan usulan perencanaan anggaran Dinas
0 1 dokumen 100 1 bulan - 0 1 dokumen 82 1 bulan -
258,00 86,00
2. Melaksanakan penyiapan pengajuan surat permintaan pembayaran
0 36 dokumen 100 12 bulan - 0 36 dokumen 83 12 bulan -
259,00 86,33
50
3. Menyampaikan penyiapan bahan laporan pertanggungjawaban keuangan
0 12 laporan 100 12 bulan - 0 12 laporan 84 12 bulan -
260,00 86,67
4. Melaksanakan penyiapan bahan laporan realisasi anggaran Dinas
0 12 laporan 100 12 bulan - 0 12 laporan 82 12 bulan -
258,00 86,00
5. Melaksanakan verifikasi anggaran belanja
0 12 laporan 100 12 bulan - 0 12 laporan 81 12 bulan -
257,00 85,67
6. Melaksanakan penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan keuangan
0 12 laporan 100 12 bulan - 0 12 laporan 83 12 bulan -
259,00 86,33
7. Memverifikasi laporan di bidang keuangan
0 3 dokumen 100 12 bulan - 0 3 dokumen 82 12 bulan -
258,00 86,00
8. Melaksanakan verifikasi kas pendapatan
0 12 laporan 100 12 bulan - 0 12 laporan 80 12 bulan -
256,00 85,33
9. Menilai kerja bawahan secara berkala melalui sistem penilaian yang berlaku
0 3 Buku 100 12 bulan - 0 3 buku 81 12 bulan -
257,00 85,67
10. Mengoreksi catatan atas laporan keuangan ( CALK )
0 1 Buku 100 1 bulan - 0 1 buku 83 1 bulan -
259,00 86,33
II. TUGAS TAMBAHAN DAN KREATIVITAS :
1 (tugas tambahan)
51
2 (kreatifitas)
86,03
(Baik)
Semarang, 31 Desember 2014
Pejabat Penilai,
BUDI TJAHJANTO, SH, M.Hum
19621030 198803 1 011
52
3.2.3 Penilaian Prilaku Kinerja
1. Nilai perilaku kerja PNS dinyatakan dengan angka dan sebutan
sebagai berikut:
a. 91 - 100 : Sangat Baik
b. 76 - 90 : Baik
c. 61 - 75 : Cukup
d. 51 - 60 : Kurang
e. 50 ke bawah : Buruk
2. Penilaian perilaku kerja meliputi aspek:
a. Orientasi pelayanan;
b. Integritas;
c. Komitmen;
d. Disipl in;
e. Kerjasama; dan
f. Kepemimpinan.
3. Cara menilai perilaku kerja dilakukan melalui pengamatan oleh
pejabat penilai terhadap PNS yang dinilai , penilaian
perilaku kerja dapat mempertimbangkan masukan dari Pejabat
Penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja masing-
masing. Kriteria Penilaian Perilaku Kerja PNS dibuat
menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran I-f yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.
4. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100 (seratus).
53
3.2.3.1 Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kinerja
1. Nilai prestasi kerja PNS dinyatakan dengan angka dan
sebutan sebagai berikut :
a . 91 - ke a tas : Sangat Baik
b . 76 – 90 : Baik
c . 61 – 75 : Cukup
d . 51 - 60 : Kurang
e . 50 ke bawah : Buruk
2 . Penilaian prestasi kerja PNS dilaksanakan oleh
Pejabat Penilai sekali dalam 1 (satu) tahun.
3 . Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir
Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling
lambat akhir Januari tahun berikutnya
4 . Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan dengan cara
menggabungkan antara unsur SKP dan unsur perilaku
kerja dengan menggunakan formulir yang dibuat
menurut contoh sebagaimana tercantum dalam Anak
Lampiran I-g yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini.
Contoh:
Seorang PNS bernama Sdr. Lukito, jabatan
Fungsional Umum Pemroses Mutasi Kepegawaian
pada Direktorat Kepangkatan dan Mutasi yang nilai
capaian SKP-nya adalah 91,26 dan nilai rata-rata
perilaku kerjanya adalah 85. Dalam hal demikian,
maka hasil penilaian prestasi kerja yang
bersangkutan adalah sebagai berikut:
54
Contoh Form Penilaian Prestasi Kerja
PENILAIAN PRESTASI KERJA
PEGAWAI NEGERI SIPIL
INSTASI INDUK : PEMERINTAHAN KOTA SEMARANG JANGKA WAKTU PENILAIAN
DIPEKERJAKAN/
DIPERBANTUKAN : DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 Januari s.d. 31 Desember 2015
1 YANG DINILAI
a. Nama ENDAH MARGYA S, SiP, MM
b. NIP 19690511 199302 2 001
c. Pangkat/Gol.Ruang Penata Tk. I / III d
d. Jabatan/Pekerjaan Kasubag Keuangan
e. Unit Organisasi Sekretariat
2 PEJABAT PENILAI
a. Nama ENDANG WERDININGSIH, SH
b. NIP 19640810 199209 2 001
c. Pangkat/Gol.Ruang Penata Tk. I (III/d)
d. Jabatan/Pekerjaan Kasubag. Umum dan Kepegawaian
e. Unit Organisasi Sekretariat
3 ATASAN PEJABAT PENILAI
a. Nama BUDI TJAHJANTO, SH, M.Hum
b. NIP 19621030 198803 10 11
c. Pangkat/Gol.Ruang Pembina TK.I (IV/b)
d. Jabatan/Pekerjaan Sekretaris
e. Unit Organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Semarang
4 NILAI PRILAKU KERJA
PENILAIAN PRILAKU NILAI YANG DI BERIKAN
ANGKA SEBUTAN
1. Orientasi Pelayanan 88 Baik
2. Integritas 89 Baik
3. Komitmen 88 Baik
4. Disiplin 86 Baik
5. Kerjasama 88 Baik
6. Kepemimpinan -
Jumlah 439
Nilai rata – rata 87,80 Baik
5
KEBERATAN DARI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DINILAI (APABILA ADA)
Tanggal………………………………………
55
6 TANGGAPAN PEJABAT PENILAI ATAS KEBERATAN
Tanggal………………………………………
7 KEPUTUSAN ATASAN PEJABAT PENILAI ATAS KEBERATAN
Tanggal………………………………………
8 DIBUAT TANGGAL, 31 Desember 2015
PEJABAT PENILAI,
ENDANG WERDININGSIH, SH
NIP. 19640810 199209 2 001
9 DITERIMA TANGGAL, 5 Januari 2016
PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DINILAI,
ENDAH MARGYA, S.SiP, MM
NIP. 19690511 199302 2 001
10 DITERIMA TANGGAL, 12 Januari 2016
ATASAN PEJABAT PENILAI,
BUDI TJAHJANTO, SH, M.Hum
NIP. 19621030 198803 10 11
5. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja maka
pejabat penilai dapat memberikan rekomendasi
kepada pejabat yang secara fungsional bertanggung
jawab di bidang kepegawaian sebagai bahan pembinaan
karier terhadap PNS yang dinilai, misalnya:
a. Untuk peningkatan kemampuan dengan
mengikutsertakan diklat teknis seperti diklat
56
komputer, kenaikan pangkat, pensiun,
kehumasan, sekretaris, dan sebagainya;
b. Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam
bidang pekerjaan perlu penyegaran ke unit kerja
lain (rotasi), dan sebagainya; dan
c. Untuk kebutuhan pengembangan perlu peningkatan
pendidikan dan peningkatan karier (promosi), dan
sebagainya.
6. Dalam hal PNS yang dinilai tidak menandatangani
hasil penilaian prestasi kerja, maka hasil penilaian
prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat Penilai.
7. Dalam hal Pejabat Penilai tidak menandatangani hasil
penilaian prestasi kerja, maka hasil penilaian prestasi
kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat Penilai.
8. Dalam hal PNS yang dinilai dan Pejabat Penilai tidak
menandatangani hasil penilaian prestasi kerja, maka
hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan
Pejabat Penilai.
9. Pejabat Penilai wajib menyampaikan hasil penilaian
prestasi kerja kepada Atasan Pejabat Penilai paling
lama 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal
diterimanya penilaian prestasi kerja.
10. Hasil penilaian prestasi kerja mulai berlaku sesudah
ada pengesahan dari Atasan Pejabat Penilai.