BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI...
Transcript of BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI...
31
BAB III
PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI
KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI
A. GAMBARAN UMUM DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT
KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI
1. Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan
luas wilayah 5996,588 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 desa
yaitu: desa Tegal Arum, desa Soneyan, desa Tanjung Rejo, desa
Sidomukti, desa Pohijo, desa Kertomulyo, desa Langgen Harjo, desa
Pangkalan, desa Bulumanis Kidul, desa Purwodadi, desa Purworejo, desa
Ngemplak Lor, desa Waturoyo, desa Cebolek Kidul, desa Tunjung Rejo,
desa Margoyoso, desa Margotuhu Kidul dan desa Semerak.1
Kecamatan ini berada 18 kilometer dari pusat pemerintahan, 95 km
dari Ibukota Propinsi. Kecamatan Margoyoso mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Tayu
2. Sebelah Timur : Laut Jawa
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Trangkil
4. Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Wungkal.2
2. Letak Demografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
a. Penduduk dan Mata Pencahariannya
Penduduk Kecamatan Margoyoso seluruhnya berjumlah 64.357
jiwa yang terdiri dari 31.762 jiwa penduduk laki-laki dan 32.595 jiwa
penduduk perempuan. Sementara itu jika dihitung jumlah kepala
1 Katalog BPS dan BAPPEDA Kabupaten Pati, Kecamatan Margoyoso dalam angka,
2006, hlm. 3 dan 5 2 Ibid., hlm. 3
32
keluarga (KK) terdapat 19.057 kepala keluarga dengan latar belakang
sosiologi pribumi.
Sedangkan bila ditinjau dari mata pencaharian penduduk
kecamatan Margoyoso adalah bermacam-macam sumber
penghasilannya. Sebagaimana tampak dalam table berikut ini:
Tabel 1
Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan/Mata Pencahariannya di Kec.
Margoyoso (10 Tahun ke Atas) Tahun 20063
No Mata Pencaharian Banyaknya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Petani
Nelayan
Pengusaha
Pengrajin
Buruh Tani
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Pegawai Negeri Sipil
ABRI
Pensiunan (ABRI/PNS)
Lainnya
22,718
11
82
87
12,734
3,393
873
3,458
895
695
52
211
420
Jumlah 45,629
Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagian besar
penduduk kecamatan Margoyoso adalah bertani. Mereka juga tidak lepas
dari usaha-usaha sampingan dan pemanfaatan dari fasilitas yang ada
seperti pasar, kios, toko-toko sebagai penunjang hidup mereka dan
3 Ibid., hlm. 51.
33
sebagian penduduk mempunyai sapi, kambing yang diternak secara
alami.
b. Agama Penduduk
Tabel 2
Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut4
No. Agama Jumlah Penduduk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Islam
Kristen
Katholik
Budha
Hindu
Lainnya
64.045
145
115
9
6
37
Jumlah 64.045
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk kecamatan Margoyoso adalah beragama Islam.
Sebagai mayoritas, umat Islam yang ada di kecamatan Margoyoso, maka
memiliki sarana ibadah di mana-mana. Setiap dusun di wilayah tersebut
berdiri kokoh sebuah masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam. Di
samping itu juga terdapat banyak mushalla, di wilayah ini juga terdapat
sarana ibadah lain selain sarana ibadah Islam. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Sarana Ibadah yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati5
No. Sarana Ibadah Jumlah
1.
2.
3.
Masjid
Surau atau Mushalla
Gereja
33
199
2
4 Ibid., hlm. 54. 5 Ibid., hlm. 55.
34
4. Kuil atau Pura -
Jumlah 234
c. Pendidikan
Keadaan pendidikan di Kec. Margoyoso dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4
Sarana Pendidikan yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati6
No. Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
TK
SD Negeri
SD Swasta
SLTP Negeri
SLTP Swasta
SLTA Swasta Umum
SLTA Swasta Kejuruan
Madrasah Tsanawiyah Negeri
Madrasah Aliyah Negeri
Madrasah Aliyah Swasta
30
34
2
2
2
1
1
1
-
-
1345
5748
120
1.169
403
175
615
284
-
-
Jumlah 9.859
Tabel 5
Tingkat Pendidikan Penduduk Kec. Margoyoso Kab. Pati7
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
Belum Sekolah
Tidak atau Belum Tamat SD
Tamat SD dan/atau Sederajat
Tamat SLTP atau Sederajat
5.555
15.698
24.680
9.780
6 Ibid., hlm. 52. 7 Ibid., hlm. 58.
35
5.
6.
7.
Tamat SLTA
Tamat Akademi atau Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi
8.003
231
340
Jumlah 64.287
Dengan melihat tabel di atas, dapat disimpukan bahwa tinkgat
pendidikan masyarakat kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tergolong
cukup lumayan baik. Hal ini terbukti dengan tersedianya fasililtas-
fasilitas pendidikan.
d. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu
daerah dapat dilihat melalui keadaan sosial ekonomi masyarakatnya.
Menurut Sunoto (39), seorang buruh industri tepung tapioka dari Desa
Ngemplak Kidul mengatakan, bahwa sebagian besar buruh industri
tapioka mulai melakukan aktivitasnya dari pagi sampai sore, kira-kira
pukul 17.00 WIB, kadang-kadang ada juga sampai lembur malam.8
Mengenai pendapatan yang mereka peroleh, tergantung dari
kondisi dan cuaca alam. Semakin baik kondisi dan cuaca alam, maka
penghasilan akan semakin banyak, dan apabila kondisi atau cuaca alam
buruk, maka penghasilan yang diperoleh sedikit.
Menurut penuturan Zaenal Arifin (47), pengrajin (pengusaha
kecil-kecilan) tepung tapioka, ketika sedang musim hujan penghasilan
perbulan rata-rata 1,75 juta perbulan. Sedangkan ketika cuaca sedang
berpihak kepada para pengrajin (maksudnya musim panas) pendapatan
bisa mencapai 3 sampai 5 juta perbulan. Kondisi ini juga dipengaruhi
oleh bahan baku tepung tersebut, yaitu ketela, ketika musim hujan
biasanya banyak yang cepat basi (busuk), dan seterusnya.9
8 Wawancara penulis dengan Sunoto, warga Ngemplak Kidul, pada 31 Maret 2006. 9 Wawancara penulis dengan Zaenal Arifin, warga Ngemplak Kidul, pada 20 Juni 2006,
di kediamannya.
36
Para buruh industri dalam melaksanakan aktivitasnya, tidak lepas
dari kendala-kendala apabila cuaca sering hujan, mereka tidak akan
mendapat penghasilan karena biasanya kalau musim hujan para
pengusaha industri kecil tidak bisa memproduksi tepung tapioka, karena
untuk mengeringkan tepung tapioka (Pati) itu memerlukan cuaca yang
panas agar bisa kering, tetapi kalau cuaca hujan, maka tapioka (Pati)
tidak bisa kering dan tidak bisa memproduksi. Hal ini berbeda kalau
musim panas para buruh hampir tiap hari akan mendapat penghasilan
yang lumayan.
Usaha tepung tapioka ini menarik dibicarakan dalam penelitian
ini, karena merupakan industri kecil lokal yang jarang (bahkan tidak
ada) ditemui di tempat lain. Sementara produk tepung tersebut di-
distribusikan tidak hanya di kawasan kabupaten Pati, Jawa Tengah,
tetapi juga merambah sampia ke kawasan kabupaten tetangga atau yang
berdekatan dengan kabupaten, seperti kabupaten Kudus, Jepara, Demak,
Rembang, Blora, Purwodadi, bahkan ada yang sampai Tuban, Semarang
dan Surabaya. Mereka yang memiliki usaha tersebut bisa dikatakan
sebagai kelompok orang sukses. Dan ekonomi mereka kuat. Itu kenapa,
mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke sekolah-
sekolah faforit, bahkan tidak sedikit yang masuk di perguruan tinggi.
Selain usaha berupa pembuatan tepung untuk keperluan rumah
tangga, sebagian masyarakat juga bekerja sebagai petani, pedagang
(sembako, pakaian, meubel, makanan, dan perabot rumah tangga) di
pasar-pasar terdekat, baik di pasar Tayu, di pasar Margoyoso, bahkan
ada juga yang sampai merambah kawasan kota Pati.
Bisa disebutkan di sini, bahwa masyarakat Margoyoso bisa
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu “kelompok masyarakat
menengah” dan “kelompok masyarakat bawah” (miskin). Kelompok
masyarakat menengah terdiri dari pengusaha, pengrajin, petani kaya
yang memiliki sawah dan ladang, pedagang sukses, pegawai negeri, dan
ABRI. Pendapatn perbulan kelompok masyarakat ini sulit diprediksi.
37
Hal ini karena mereka rata-rata memiliki tingkat kecakapan di atas rata-
rata dalam mencari penghasilan tambahan. Sehingga banyak pemasukan
yang dihasilkan dari usaha sambilan. Misalnya pedagang yang sudah
mapan usahanya, pengahasilam mereka bisa mencapai lebih dari dua juta
perbulan. Dan seterusnya.
Sementara kelompok masyarakat bawah (miskin) terdiri dari:
buruh tani, nelayah buruh, buruh industri, buruh bangunan, dan buruh
pengangkut. Pendapatan mereka dari tiap-tiap kepala keluarga (KK)
kurang dari Rp. 500.000,- perbulan. Pendapatan sebesar Rp. 500.000,-
perbulan adalah bagi keluarga yang baik suami maupun isteri memiliki
pekerjaan tetap. Misalnya, si suami bertani sedangkan si isteri menjadi
buruh di perusahaan tepung tapioka, dan lain sebagainya. Sedangkan
bagi keluarga yang hanya mengandalkan pekerjaan dari si suami atau
isteri, paling besar hanya memiliki pendapatan sebesar sekitar Rp.
300.000,- perbulan. Padahal untuk mencukupi kebutuhan hidup, paling
tidak setiap satu kepala keluarga (KK) tidak kurang dari Rp. 390.000. Ini
meliputi untuk keperluan makan sehari-hari, membayar listrik, dan
belum termasuk untuk biaya sosial kemasyarakatan, misalnya: untuk
kondangan hajatan, baik resepsi pernikahan, khitanan, maupun orang
kena musibah. Meski kelihatannya sepele, tetapi kondisi pedesaan,
tradisi seperti ini menghabiskan ongkos besar. Sehingga pengeluaran
untuyk hal-hal seperti ini juga (tanpa disadari) menjadi besar. Belum lagi
ditambah faktor minimnya budaya investasi bagi masyarakat yang belum
maju di pedesaan tersebut.10
Sehingga bisa dibayangkan, untuk mencukupi kebutuhan rumah
tangga saja agak mepet, karenanya mereka hanya mampu
menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang Sekolah
10 Hal ini dibenarkan oleh Bapak Margono, seorang pensiunan pegawai Pemda
Kabupaten Pati, menurutnya, masyarakat desa, khususnya kecamatan Margoyoso masih memiliki rasa solidaritas yang kuat, antara satu warga dengan warga yang lain. Sehingga acara-acara yang berbau kebersamaan akan menghabiskan dana banyak, baik bagi penyelenggara maupun orang di sekitarnya (para tetangga, Jawa: tonggo teparo). Wawancara dengan penulis tanggal 17 Juni 2006.
38
Menengah Atas (ini maksimal), dan itupun hanya di sekolah-sekolah
yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Kondisi sosial budaya yang dimaksud adalah aktivitas masyarakat
sebagai makhluk yang berbudaya (mempunyai kreativitas) dan
hubungan sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari saling
membutuhkan satu sama lain, sehingga gambaran dari kondisi sosial
budaya ini nanti bisa berupa kehidupan gorong royong, berorganisasi
dan lain-lain.
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat cukup harmonis,
sebab rasa solidaritas dan kebersamaan pada masyarakat sangat kuat
terjalin. Hal ini bisa dibuktikan jika ada salah seorang penduduk yang
terkena musibah, baik itu ada keluarga yang meninggal, mereka
membantu dengan cara mengadakan yasinan, tahlilan bersama-sama di
rumah orang yang terkena musibah. Walaupun tanpa diundang atau
disuruh, mereka datang dengan sendirinya. Inilah bukti, bahwa
masyarakat kecamatan Margoyoso mempunyai rasa kebersamaan yang
terjalin dengan baik.
Masyarakat kecamatan Margoyoso mayoritas memeluk agama
Islam. Hal ini dapat dilihat dari sensus penduduk yang tercatat dalam
buku atau formulir Islam monografi kecamatan Margoyoso dengan
jumlah penduduk 64,357 jiwa, jumlah masjid sebanyak 33 buah dan
jumlah mushalla sebanyak 199 buah.
Sedangkan dalam hal pendidikan agama, baik mengenai
pendidikan non formal di kecamatan Margoyoso cukup baik. Hal ini
terbukti setiap kelurahan ada sarana tersebut, seperti TPQ, pengajian
bapak-bapak, ibu-ibu maupun remaja setiap hari Minggu dan ada yang
setiap bulan. Hal ini membuktikan, bahwa masyarakat kecamatan
Margoyoso peduli dengan pembinaan kehidupan keagamaan
masyarakatnya. Di samping itu, mereka juga memikirkan masa depan
pendidikan anak-anak mereka. Di samping hal pendidikan, mereka
sangat baik dalam mengadakan pengajian rutin, baik di setiap desa
39
maupun di setiap RT, misalnya mengadakan maulid nabi Muhammad
saw., yasinan, tahlilan yang hampir setiap minggu diselenggarakan.
Dalam kegiatan keagamaan tersebut, semua orang memiliki
kesempatan untuk dapat mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Dari
anak-anak, orang dewasa, santri maupun non santri atau masyarakat
Islam abangan. Namun dalam hal ini, rutinitas acara keagamaan tersebut
banyak dihadiri oleh kaum santri sekaligus sebagai penggerakknya.
Akan tetapi bagi masyarakat Islam abangan tidak begitu aktif dalam
mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Kadang-kadang mereka bisa
mengikuti kegiatan keagamaan dalam dua minggu atau tiga minggu
sekali. Artinya, dalam hal kegiatan keagamaan, masyarakat abangan
cenderung ikut-ikutan (Jawa: melu-melu, nyamani bolo dan tonggo
teparo–hanya sekedar untuk rasa solidaritas) dan bukan sebagai
penggerak. Hal ini berbeda dengan kaum santri yang merupakan motor
penggerak kegiatan dan syiar keagamaan.
Sedangkan untuk kegiatan amaliah (kegiatan sosial
kemasyarakatan), antar masyarakat santri dan abangan di kecamatan
Margoyoso tidak ada perbedaan yang signifikan. Mereka sama-sama
aktif dalam beramal. Misalnya dalam penarikan infaq, pembangunan
masjid atau mushalla, mereka sama-sama beramal dalam kegiatan
keagamaan tersebut. Dalam hal ini, kelompok masyarakat yang
tergabung dalam ormas (organisasi masyarakat) keagamaan, seperti
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU, termasuk dalam
kategori masyarakat santri, yaitu umumnya mereka menjadi motor
(penggerak) atau pionir dalam syiar keagamaan Islam, seperti pengajian
rutin, dan peringatan hari besar Islam tertentu. Sedangkan dalam hal
kegiatan sosial (misalnya, penarikan dana untuk korban bencana,
pembuatan masjid) tidak ada perbedaan yang mencolok antara kaum
santri dan abangan.
Bukti dari kebenaran data tersebut, seperti yang terjadi saat ini,
ketika bencana gempa melanda kawasan Klaten, Jawa Tengah, dan
40
daerah Yogyakarta, batas-batas atau sekat di antara mereka menipis.
Maksudnya, baik kelompok santri yang terdiri dari masyarakat
Muhammadiyah dan NU, maupun kelompok yang masuk kategori
abangan, sama-sama memiliki kepedulian untuk mengumpulkan dana
sedapatnya untuk menolong para korban di lokasi bencana.11
Kondisi lain yang bisa diamati adalah organisasi yang khusus
mewadahi kelompok masyarakat berdasarkan umur, yaitu remaja,
dewasa, bapak-bapak, dan kelompok ibu-ibu. Bahkan dinamika berbagai
kelompok organisasi tersebut akhir-akhir ini semakin semarak. Hal ini
nampak dari kegiatan yang dibidani oleh remaja masjid, kelompok
rebana putra putri, IPNU, IPPNU, Pemuda Muhammadiyah, Aisiyah,
dan lain sebagainya. Sebenarnya organisasi itu sudah sejak alama ada,
namun sekarang ini para remaja dan generasi muda mengaktifkan
kembali organisasi tersebut sebagai wadah dan pengembangan mental
keagamaan masyarakat.
Dengan aktif dan semaraknya kegiatan-kegiatan tersebut, tidak
berarti masyarakat kemudian tidak atau kurang melaksanakan ibadah,
tetapi justru mereka aktif melaksanakannya. Terbukti dalam
melaksanakan shalat fardhu maupun shalat Jum’at, mereka aktif di
mushalla maupun masjid terdekat. Apalagi dalam bulan suci Ramadhan,
mushalla dan masjid selalu penuh dengan syiar ke-Islaman yang sangat
meriah.
Tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah yang lain yang berada
di wilayah Kabupaten Pati, maka kecamatan Margoyoso juga memiliki
kondisi alam yang cukup menguntungkan. Dengan perkembangan yang
semakin maju, kini masyarakat kecamatan Margoyoso mulai berbenah
diri untuk mengejar ketertinggalan, terutama dalam bidang pendidikan.
Sudah disebutkan di atas, bahwa sebagian besar masyarakat tingkat
pendidikannya masih rendah.
11 Wawancara penulis dengan Ahmad Kusdaryanto, ketua panitia “Posko Peduli
Bencana” Jateng-Yogya, di kecamatan Margoyoso Kabupaten.
41
Kemajuan lainnya adalah bidang transportasi dengan
bertambahnya jumlah angkutan, sehingga Kota Pati dapat dijangkau oleh
daerah-daerah lain di sekitarnya sebagai usaha untuk memperlancar arus
perekonomian. Juga pada masyarakat industri tapioka yang dahulu
menggunakan peralatan tradisional, tetapi sekarang sudah mempunyai
peralatan-peralatan mesin modern.
Di sisi lain, masih terdapat adat istiadat yang telah membudaya di
tengah masyarakat, yaitu adanya berbagai jenis selamatan. Budaya
selamatan yang berkembang di kecamatan Margoyoso di antaranya
adalah selamatan hari-hari besar Islam, selamatan tingkeban, selamatan
untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, yaitu seperti haul Syah
Ahmad Mutammakin yang biasa diperingati pada bulan Suro tanggal 10
Suro dan Haul Syaikh Ronggo Kusumo yang diperingati pada bulan
Safar tanggal 10 Safar.
Di antara budaya-budaya tersebut yang paling menarik adalah
selamatan mendoakan orang mati, yaitu pada tanggal 10 Suro dan 10
Safar. Biasanya pada bulan itu banyak masyarakat yang berkunjung
untuk berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh
Ronggo Kusumo. Biasanya pada 10 Suro dan 10 Safar itu banyak
orang-orang berjualan di sepanjang jalan sampai ke makan, sehingga
menjadikan jalan ramai dan biasanya banyak hiburan seperti ketoprak,
wayang dan juga ada banyak aneka permainan. Kalau tepat tanggal 10
Suro dan 10 Safar biasanya diadakan pawai keliling, seperti drum band
dan arak-arakan yang lain untuk memeriahkan suasana.
Dan juga tidak lupa acara pengajian pun digelar untuk
memperingati haul Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh Ronggo
Kusumo. Biasanya pada tanggal 10 Safar, jalanan nampak sepi, karena
banyak pengunjung yang sudah berziarah terlebih dahulu setelah
berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin pada bulan Suro
tersebut. Kalau pada 10 Suro dimeriahkan oleh karnaval (pawai) yang
banyak diikuti oleh masyarakat kecamatan Margoyoso, bahkan seluruh
42
desa sekecamatan berkumpul menjadi atau di Desa Ngemplak untuk
menyaksikan acara tersebut.
Adapun tradisi dan upacara yang dilakukan masyarakat antara
lain:
- Selamatan tingkeban
Selamatan tingkeban yaitu selametan yang diselenggarakan
pada bulan ketujuh kehamilan. Selamatan ini diperuntukkan hanya
apabila anak yang di kandung adalah anak pertama dari si ibu dan si
ayah.
- Selamatan perkawinan
Selamatan perkawinan adalah selamatan yang diselenggarakan
pada malam hari menjelang upacara sebenarnya. Selamatan itu disebut
midodareni menggunakan doa, tradisional mengharapkan agar
pasangan tidak berpisah lagi.
- Selamatan desa (bersih desa)
Selamatan desa adalah selamatan yang berhubungan dengan
pengkudusan dan pembersihan suatu wilayah, Clifford Geertz
menuliskan, bahwa yang ingin dibersihkan adalah roh jahat atau roh
yang berbahaya dengan mengadakan selamatan, di mana hidangan
dipersembahkan kepada danyang desa (roh penjaga desa) di tempat
pemakamannya.
- Selamatan weton (hari kelahiran)
Selamatan weton adalah selamatan yang diselenggarakan
untuk memperingati hari kelahiran. Selamatan weton berbeda dengan
hari ulang tahun tradisi orang barat. Dalam tradisi Jawa hari kelahiran
didasarkan pada hari dan pasarannya menurut tahun Qomariyah
sedangkan perayaan ulang tahun didasarkan pada tanggal dan bulan
menurut Syamsiyah.
- Selamatan sedekah bumi
Selamatan sedekah bumi biasanya berhubungan dengan
pengkudusan dalam ruang dengan merayakan dan membersihkan
43
batas-batas kepada salah satu kesatuan dasar teritorial struktur orang
Jawa. Selamatan ini diadakan setahun pada masing-masing desa
mengambil bulan dan hari yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi
setempat.
B. SEJARAH TRADISI REBO WEKASAN
Apabila dilacak dalam kamus, makna atau arti Rabu Wekasan berarti:
Rebo adalah hari Rabu atau hari yang jatuh ke urutan keempat atau nomor urut
empat dari Ahad, Senin, Selasa, dan Rabu; Arbaa, jadi, Rebo adalah nama-
nama hari ketujuh dan Rebo jatuh dari nama yang keempat (berasal dari bahasa
Arab).12
Wekasan berasal dari bahasa Jawa, Wekas dan akhiran an, yang
memiliki dua pengertian, yaitu paling akhir. Wekasan yang dimaksudkan di
sini adalah menurut yang kedua yaitu yang paling akhir.13 Jadi, Rebo Wekasan
adalah hari Rabu yang paling akhir.
Menurut Bapak Abdul Aziz warga Desa Bulumanis Kidul, bahwa Rebo
Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar atau disebut dengan hari
untuk menolak balak. Menurutnya, maksud dan tujuannya dari hari Rebo
Wekasan itu merupakan sebagai awal mula memperingati hari perkabungan,
yaitu hari di mana nabi Muhammad saw. sakit yang akhirnya meninggal dan
tepat di hari Rabu terakhir bulan Safar, maka ada sebagian masyarakat yang
menganggap hari itu dianggap membawa kesedihan.14
Menurut Bapak Maskan, warga Desa Kajen, bahwa sejarah Rebo
Wekasan itu berdasarkan ulama-ulama kuno, sebelum nabi lahir pada bulan
Safar di tanah Arab orang-orang kafir berunding untuk membuat ka’bah.
Tujuannya agar orang-orang sekiranya mau pindah untuk tawaf di Ka’bah yang
dibuat oleh mereka yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Orang-orang kafir ini
12 W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PPKPP dan K, Jakarta,
1954, hlm. 808. 13 Ibid., hlm. 835. 14 Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, warga Desa Bulumanis Kidul Kec. Margoyoso
Kab. Pati pada tanggal 30 April 2006.
44
melihat bangunan Ka’bah yang dibuat nabi Ibrahim as., banyak orang-orang
yang mengunjunginya untuk mengelilingi Ka’bah tersebut.
Tetapi bangunan yang dibuat orang-orang kafir tidak ada satupun yang
mengunjunginya, sehingga mereka marah dan berusaha untuk menghancurkan
Ka’bah dengan membuat pasukan untuk merobohkan Ka’bah tersebut. Ka’bah
saat itu, Sayid Abu Thalib berdo’a (bangunan ini bukan punyaku, tetapi punya
Allah). Beliau melakukan shalat munajat untuk menolak balak.
Pada tanggal 12 Maulid orang-orang kafir menyerang ka’bah, tetapi
dengan bantuan Allah dengan mendatangkan burung Ababil yang menjatuhi
orang-orang kafir dengan kerikil. Akhirnya Ka’bah selamat dari serangan
orang-orang kafir, sehingga balak yang akan datang itu tidak jadi karena
setelah melakukan shalat tolak balak yang dilakukan Sayid Abu Thalib
semuanya selamat dari bencana.15
Asy-Syaikh Ahmad ad-Dairabi dalam kitab Mujarabat-nya mengatakan
sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa setiap tahun diturunkan ke
alam dunia tiga ratus dua puluh ribu musibah. Semua musibah itu diturunkan
pada hari Rabu akhir bulan Safar. Maka hari itu adalah hari yang paling berat
dibandingkan dengan hari-hari dalam setahun. Barangsiapa melaksanakan
shalat sunat empat rekaat dengan dua salam pada hari itu, setiap rakaatnya
sesudah membaca surat al-Fatikhah, membaca surat al-Kautsar sebanyak
sebanyak tujuh belas kali, surat al-Ikhlas sebanyak lima kali, surat al-Falaq dan
surat an-Nash masing-masing sekali, maka dengan kemuliaan Allah SWT,
akan melindungi ia dari segala musibah dan bencana yang turun pada hari itu,
ia tidak akan tertimpa musibah selama satu tahun penuh.16
Asy-Syaikh al-Buni dalam kitabnya al-Firdaus mengatakan, bahwa
allah SWT., menurunkan musibah dan bencana pada hari rabu akhir bulan safar
di antara langit dan bumi, lalu seseorang malaikat yang telah ditugaskan
15 Wawancara dengan Bapak Maskan, warga Desa Kajen Kec. Margoyoso Kab. Pati 28
April 2006. 16 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, Babon Primbon Mujarrobat Tahun Hijrah, TB. Kota
Wali, Demak, 2000, hlm. 42.
45
mengambilnya dan menyerahkan kepada seorang malaikat yang bertugas di
bumi bersama Quthubul Ghauts agar membagikan penghuni bumi. Siapa saja
yang tertimpa bencana, kecelakaan, mati dan hal-hal yang menyusahkan hati
dalam tahun ini, maka adalah dari musibah dan bencana yang telah dibagikan
oleh seorang malaikat yang bernama Quthubul Ghauts tadi.
Oleh karena itu, jika anda ingin selamat dari musibah dan bencana-
bencana hendaklah pada hari Rabu akhir bulan Safar, anda bershalatlah sunat
mutlak enam rakaat dengan tiga kali salam. Dalam setiap rakaat pertama
membaca surat al-Fatikhah dan ayat suci Kursi dan rakaat keduanya membaca
surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlash. Setelah selesai shalat enam rakaat, maka
memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw.17
Sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa Rabu akhir bulan
Safar adalah hari naas. Maksudnya hari yang penuh sial dan kemalangan, maka
dianjurkan kepada setiap muslim membaca surat Yasin pada hari itu, paling
sedikit membaca sekali.
Bila bacaannya sampai pada ayat yang ke-58, yaitu:
)58: يس(سالم قوال من رب رحيم Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari
Tuhan Yang Maha Penyayang” (QS. Yasin: 58).18
Ayat tersebut diulang-ulang sebanyak tiga ratus kali dan sesudah itu
membaca doa di bawah ini, lalu melanjutkan bacaannya sampai akhir surat.
Jika anda amalkan, insya Allah SWT., anda tidak akan mengalami sial dan
kemalangan pada hari itu. Apalagi tertimpa bencana dan kecelakaan yang
menyedihkan kemudian memohon kepada Allah SWT. tentang hal-hal yang
17 Ibid., hlm. 44-45. 18 Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran al-Qur’an, op. cit., hlm. bbbb
46
penting untuk dimohonkan keselamatan bagi diri sendiri, keluarga dan semua
orang Islam.19
As-Sayid asy-Syarif al-Husaini dalam kitabnya Na’tul Bidayat
menerangkan, barangsiapa pada hari Rabu Akhir bulan Safar melaksanakan
shalat sunah empat rekaat, pada setiap rakaat sesudah surat al-Fatikhah
membaca surat al-Kautsar tujuh kali, al-Ikhlash lima kali, al-Falaq dan an-Nash
masing-masing sekali.
Sesudah itu menulis ayat-ayat di bawah ini lalu menghapusnya dengan
air dan meminumnya, insya Allah SWT., akan menyelamatkan dari musibah
dan bencana dari hari itu sampai setahun penuh.20
Ayat yang ditulis ialah:
سالم على . سالم على نوح فى العالمين. سالم قوال من رب رحيمسالم . سالم على الياسين. سالم على موسى وهارون. ابرهيم
مطلع من آل امر سالم هى حتى. عليكم طيتم فادخلوها خالدين. الفجر
Artinya: “Kepada mereka dikatakan: salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang21 kesejahteraan (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim22 (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun23 (yaitu): kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu, maka masuklah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya24 Untuk mengatur segala urusan, makam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit Fajar.25
Asy-Syaikh Ahamd ibn Zaini Dahlan asy-Syafi’i seorang ulama ahli
ma’rifah dan pengajar di masjid Hasam juga sering mengamalkannya. Dia
berkata, bahwa amalan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak kecil, kaum
19 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 46. 20 Ibid., hlm. 48. 21 QS. Yasin: 58. 22 QS. Ash-Shaaffat: 79. 23 QS. Ash-Shaaffat: 109. 24 QS. Az-Zumar: 73. 25 QS. Al-Qadr: 5.
47
wanita dan siapa saja yang tidak mampu mengamalkannya. Maksudnya,
seorang dapat mengamalkannya, kemudian airnya diminumkan kepada orang
lain untuk menjaga keselamatan.26
C. PRAKTEK REBO WEKASAN
Awal mula dilaksanakan tradisi Rebo Wekasan menurut sebagian besar
masyarakat Kec. Margoyoso serta para tokoh adat setempat mengatakan,
bahwa tradisi Rebo Wekasan itu suda ada semenjak nenek moyang mereka
masih hidup dan dilaksanakan secara turun-temurun, sehingga sampai saat ini
dalam pelaksanaannya hanya bersifat melanjutkan saja.
Dalam hal ini, masyarakat masih mempercayai adanya roh-roh halus
(setan) yang datang untuk menyebarkan balak (penyakit) yang dapat
menjadikan sial bagi masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya tradisi Rebo
Wekasan ini mereka menilai baik sebab dengan melakukannya senantiasa dapat
memperoleh keselamatan, terhindar dari penyakit serta mara bahaya.27
Tradisi Rebo Wekasan pada dasarnya merupakan suatu bentuk tradisi
yang dilakukan oleh masyarakat untuk memohon keselamatan dan agar
terhindar dari berbagai macam penyakit, kesialan dan juga mara bahaya.
Tradisi Rebo Wekasan ini dilaksanakan sekali dalam setahun, tepatnya
di bulan Safar. Pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bagian terpenting bagi
sebagian masyarakat adalah membuang “rajah” yang dibuat oleh Kiai untuk di
buang di dalam sumur, kamar mandi karena tempat-tempat seperti itu biasanya
banyak di huni oleh setan (makhluk halus).
Roh-roh atau makhluk halus yang dipercayai oleh masyarakat Jawa
adalah seperti yang ditulis oleh Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of
Java yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul
Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Dia menggambarkan
makhluk halus itu sebagai berikut:
26 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 49. 27 Wawancara dengan Bapak Aslor Warga Desa Ngemplak Kidul pada tanggal 31 April
2006.
48
1. Memedi (roh yang menakut-nakuti)
Memedi disebut juga hantu (spooks), yaitu makhluk halus yang
hanya menakut-nakuti dan menganggu orang, tetapi biasanya tidak
merusak benar dan tidak begitu membahayakan. Sebagaimana namanya,
memedi secara harfiah, berarti tukang menakut-nakuti. Memedi laki-laki
disebut dengan “gendruwo” dan “wewe” mempunyai anak dinamakan
“tuyul”.28
2. Lelembut (roh yang menyebabkan kesurupan)
Lelembut adalah jenis roh yang menyebabkan orang kesurupan.
Jenis roh ini biasanya terdiri dari genderuwo, setan, demit dan jin. Roh ini
dianggap sangat berbahaya bagi manusia karena apabila bertemu dan
masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan sakit, gila dan bisa
berakhir dengan kematian.
3. Tuyul (makhluk halus yang karib)
Tuyul adalah anak-anak kecil yang telanjang tetapi bukan manusia.
Oleh orang-orang jawa disebut anak wewe. Tuyul tidak menakut-nakuti
atau menyakiti, bahkan sebaliknya dapat dimintai bantuan untuk mencuri
harta dan ingin cepat kaya. Orang biasanya berhubungan dengan cara
bersemedi.
4. Demit (makhluk halus yang menghuni suatu tempat)
Demit adalah makhluk halus dan mungkin mau membantu
keinginan manusia. Mereka bertempat tinggal di tempat-tempat keramat
yang disebut “punden yang ditandai dengan reruntuhan candi (mungkin
kuburan tua, sumber air yang hampir tersembunyi) dan beberapa
fotografis semacam itu.
5. Danyang (roh pelindung)
Danyang pada umumnya adalah nama lain dari demit (yang akar
jawa berarti roh). Dia mengambil tempat tinggal tetap pada sebuah
punden. Dia tidak menganggu atau menyakiti orang melainkan bermaksud
28 Cliford Geertz, op. cit., hlm. 19.
49
melindungi. Berbeda dengan demit, dayang adalah roh tokoh desa yang
pada masa hidupnya sebagai pendiri desa. Mereka menerima permohonan
orang yang minta tolong dan sebagai imbalannya adalah menerima
selamatan.29
Pada umunya untuk berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut,
maka orang Jawa mengadakan selametan. Selametan adalah upacara bersama
yang dalam bahasa Jawa disebut wilujengan (Jawa) adalah suatu ucapara
sistem religi orang Jawa pada umumnya dan penganut agama Jawi pada
khususnya.30
Sedangkan pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan adalah sebagai berikut:
1. Pada malam Rabu setelah shalat Maghrib diadakan shalat empat rakaat dan
setiap rakaat membaca niat shalat Rebo Wekasan:
اصلى سنة رآعتين هللا تعالى
2. Setiap rakaat sesudah membaca al-Fatikhah membaca
a. Surat al-kautsar 17 x
b. Surat al-Ikhlas 5 x
c. Surat al-Falaq 1 x
d. Surat an-Nas 1x31
3. Setelah salam membaca doa
من ذلت بعزتك ياشديد المحال ياعزيز يا. بسم اهللا الرحمن الرحيمجميع خلقك إكفنى من شر جميع خلقك يامحسن يامجمل يا مفضل ناحميالر محااري تكمحنى برمحار تاالان الاله نامي كبرتامي عمنامي .
احلس بسر مم اللهوهذاالي ره إكفنى شنيبه وامه وابيه ودجه وأخين و وهاهللا و مكهكفييات فسليالب افعادات ياملهم ا كافىه يافيمرشو
29 Ibid., hlm. 32. 30 Koetjoroningrat, op. Cit., hlm. 343. 31 KH. Nawawi Abdul Aziz al-Hafidz, Kafabihi, Pondok Pesantren an-Nur, Yogyakarta,
2001-2003, hlm. 66.
50
الحل وكيالو منعا اهللا ونبسحو مليالع عميالس لىة االباهللا العالقول وو .العظيم
Tujuannya agar Allah menjaga mereka dari seluruh cobaan dan tidak
akan memberi cobaan pada tahun itu agar semua terhindar dari balak (mara
bahaya) dan dari segala penyakit dan juga kesialan.
Setelah selesai menjalankan shalat tolak balak itu, biasanya
memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw. dan pada pagi
harinya tepat hari Rabu biasanya masyarakat membuang rajah yang dianggap
penangkal balak yang dibuang di dalam suur atau kamar mandi atau tempat-
tempat sumber air. Kenapa harus dibuang di situ karena dimaksudkan, bahwa
sumur atau sumber air itu biasanya banyak ditempati roh-roh halus karena
mereka lebih senang. Karena air banyak dikonsumsi banyak orang, sehingga
mereka mencari tempat untuk bertelur dan bersarang di air itu di hari Rebo
Wekasan itu. Sehingga apabila masyarakat tidak membuang rajah tersebut,
maka dipastikan orang tersebut akan mendapat musibah dan kesialan.32
Rajah itu berwujud tulisan huruf Arab yang dirangkai biasanya rajah
dituliskan pada suatu benda, seperti kertas, daun sirih dan lainnya. Kemudian
benda yang bertuliskan itu dipakai sebagai jimat.33 Begitu pula pada tradisi
Rebo Wekasan orang membuang rajah sebagai jimat untuk menolak balak
(mara bahaya).
Di sini terlihat ada kepercayaan terhadap suatu kekuatan gaib pada alat-
alat yang dipergunakan itu yang kelihatannya lebih jels itu adalah pada
penggunaan tulisan atau rajah, jimat yang ada tulisannya atau doanya atau
rajahnya dengan syarat atau tidak dapat memenuhi keinginan manusia.
Pada dasarnya perbedaan antara agama dan magi sangatlah sedikit,
sehingga kadang-kadang suatu perbuatan dapat dikatakan magi tapi bisa
disebut agama. Jadi perbedaan agama dan magi spirit kalau sikap batinnya
32 Wawancara dengan Bapak Mashudi, warga Desa Ngemplak pada tanggal 28 April
2006. 33 Romdon, Kitab Mujarrabat: Dunia Magi Orang Islam-Jawa, Lazuardi, Yogyakarta,
2002, hlm. 85.
51
bersifat memerintah atau memastikan keberhasilan usahanya, maka ini dapat
dikatakan magi. Tetapi kalau sikap batinnya menyerahkan kepada Tuhan atau
yang dianggap Tuhan, maka ini dapat dikatakan agama.
Oleh karena itu, penggunaan ayat atau surat al-Qur’an untuk penolak
balak/pengobatan dapat disebut pedoman perbuatan magi agamis dan dapat
juga disebut pedoman perbuatan magis murni tergantung kepada kepercayaan
yang melandasi pelakunya.34
Faidah untuk penolak balak:
حي صمد باقى وله آنف واقى دخلت فى آنف اهللا واستجرت بثقة سيدى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم على ان يكف بأس
فقل حسبى الذين آفروا واهللا اشد بأسا واشد تنكيال فإن تولوا .اهللا الاله اال هوعليه توآلت وهو رب العرش العظيم
Artinya: Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup, tempat bergantung kekal,
memiliki perlindungan, aku berada dalam lingdungannya. Aku memohon pertolongan dengan mempercayakan junjungan kita Rasulullah saw. agar menahan orang-orang kafir. Allah adalah Yang Paling Besar keberaniannya dan hukumnya. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: cukuplaj Allah begitu, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Allah adalah Tuhan yang memiliki arsy yang agung.
Adapun macam-macam rajah (wifik) dan kegunaannya adalah sebagai
berikut :35
1. Wifik Tsulatsiy
Wifik yang berisi tiga kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya
adalah :
Mempermudah keturunan.
34 Ibid., hlm. 87. 35 M. Arif S. (penyadur), Rahasia Ilmu Ghaib Al Ghazali (Intisari Kitab Al-Aufaq),
Ampel Mulia, Surabaya, 2002, hlm. 32-39.
52
Caranya tuliskan wifik tersebut pada tiga cawan. Tuangkan air pada
cawan-cawan tesebut. Cawan pertama diminumkan. Cawan kedua
diusapkan pada wajahnya. Dan cawan ketiga diusapkan pada ibu jarinya.
Menolak pencuri.
Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain saa matahari
tergelincir. Lalu letakkan dalam almari pakaian.
Menghancurkan rumah tangga.
Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain katun. Sertakan di
dalamnya nama orang yang dimaksud. Menulisnya saat remang-remang.
Selanjutnya tanamlah wifik itu di sekita rumah.
2. Wifik Ruba’iy
Wifik yang berisi empat kolom ini memiliki bermacam manfaat, di
antaranya adalah :
Menjauhkan marabahaya dari harta benda.
Mencegah penyakit ayan pada anak.
Menambah kewibawaan di hadapan para pejabat sehingga
permohonannya dikabulkan.
Menarik kecintaan masyarakat.
Menarik rezeki.
3. Wifik Khumaisy
53
Wifik yang berisi lima kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya
adalah :
Menambah kecerdasan, menolak bahaya pada anak kecil dan
memperbaiki budi pekertinya.
Diterima permohonannya.
Memicu kemarahan seseorang.
Mengusir pembeli.
4. Wifik Sudasiy
Wifik yang berisi enam kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya
adalah :
Menimbulkan belas kasihan seseorang, sehingga dengna mudah akan
mengabulkan permohonan yang diajukan kepadanya.
Menambah kekuatan batin dan kemampuan melakukan segala sesuatu.
Di samping itu orang yang membawanya juga akan lancar dalam
berbicara sehingga bisa menarik perhatian orang yang mendengarnya.
5. Wifik Suba’iy
54
Wifik yang berisi tujuh kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya
adalah :
Menambah kecerdasan dan daya ingat.
Caranya, tulislah wifik ini dengan zakfaran dan madu pada saat Atharid.
Cara tulisan wifik tersebut dengan air dan minumkan pada anak kecil.
Menambah kewibawaan dan mempermudah urusan.
Caranya, tulislah wifik tersebut pada kulit kijang dengan misik dan
zakfaran. Asapi dengan kayu Anbar serta celupkan ke dalam minyak
Yasmin dan mawar. Bila mau bepergian untuk suatu tujuan, usapkan
wifik tersebut pada tubuh Anda.
6. Wifik Tsumaniy
Wifik yang berisi delapan kolom ini memiliki bermacam manfaat, di
antaranya adalah :
Mendatangkan hujan.
Menyembuhkan penyakit.
Cincin pengasihan
55
7. Wifik Tusa’iy
Wifik yang berisi sembilan kolom ini berguna untuk mendamaikan orang
yang sudah lama bermusuhan seperti suami istri, ayah dan anak, sesama
saudara maupun sesama sesama kawan.
Sedangkan macam-macam atau jenis-jenis azimat adalah sebagai
berikut :36
1. Azimat Musytari
36 Ibid, hlm. 39-43.
56
Azimat ini berkhasiat melunakkan hati yang keras bila ditulis saat Qamar
bertemu Musytari pada lembaran kertas putih dan saat menulisnya ia
memakai wewangian serta menyebutkan nama orang yang dimaksud.
Azimat ini dikenakan pada anggota badan.
2. Azimat Marih
Azimat ini berkhasiat untuk perlindungan diri dari serangan musuh.
Caranya, tulislah azimat ini menggunakan darah cengger ayam jantan warna
hitam hari Selasa saat Marih.
3. Azimat Syams
Azimat ini diperuntukkan agi para raja dan penguasa. Caranya, tulislah
azimat seperti di bawah ini pada penutup kuda, atau kalau tidak ada, tulislah
dalam gelas dan tuangkan air ke dalamnya. Azimat yang dimaksud adalah :
57
4. Azimat Zahrah
Azimat ini sangat baik digunakan untuk meluluhkan hati seorang wanita dan
menumbuhkan kecintaan pada hatinya. Caranya tulislah azimat di ats Qamar
bertemu Zahrah. Hari yang digunkan terserah tapi yang lebih baik adalh
pada hari Jum’at. Menulisnya menggunakan minyak misik dan zakfaran,
lalu usapkan pada wajah Anda.
5. Azimat Atharid
Azimat ini berguna untuk membungkam mulut. Caranya, azimat tersebut
ditulis pada saat Qamar bertemu Atharid. Bisa juga digunakan sebagai
azimat saat menghadap pejabat atau pembesar negara agar ia merasa sayang
dengan cara menulisnya dan diletakkan di dalam kopiah atau surban yang
dikenakan pada saat menghadapinya.
58
6. Azimat Qamar
Azimat ini berguna sebagai mahabbah (jampi pelet) yang jitu baik
digunakan sendiri maupun orang lain. Caranya, tulislah huruf-huruf di atas
pada saat Qamar bertemu Musytari dan (titik-titik) diisi dengan orang yang
dimaksud.
Perlu diketahui, bahwa pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan itu
dilaksanakan di rumah masing-masing orang (individu). Mereka melakukan
shalat dan membuang rajah itu dengan sendiri-sendiri. Rajah diperoleh dari
para kiai-kiai atau guru ngaji mereka. Tetapi di pondok pesantren mereka
melakukan acara tersebut dengan bersama-sama.
Banyak masyarakat yang masih percaya terhadap acara tradisi Rebo
Wekasan karena dimaksudkan, tradisi Rebo Wekasan itu membawa masyarakat
agar terhindar dari segala macam mara bahaya. Tradisi ini sifatnya melanjutkan
dari nenek moyang sehingga sampai sekarang masih eksis dilakukan oleh
masyarakat Kec. Margoyoso, tetapi juga banyak sebagian masyarakat yang
sudah tidak percaya dengan Tradisi Rebo Wekasan.
Selain membuang Rajah, sebagai tumbal unit penolak balak, kita juga
bisa memperbanyak amalan-amalan seperti shadaqah dengan menggelar acara
selametan (Jawa: bancaan) dengan memberi makan sanak saudara dan
tetangga. Hal ini juga bisa dilakukan untuk menolak balak. Dan juga
melakukan shalat sunat: shalat tasbih dan juga memperbanyak membaca surat
59
Yasin, kemungkinan besar balak (mara bahaya) yang akan datang tidak akan
terjadi. Kita boleh mengamalkan tradisi Rebo Wekasan, tetapi yang penting
jangan mengesampingkan yang lain.37
37 Wawancara dengan K.H. Abdullah Malik warga Desa Kajen pada tanggal 31 April, 2006.
60
61
62