BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI...

32
31 BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI A. GAMBARAN UMUM DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI 1. Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan luas wilayah 5996,588 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 desa yaitu: desa Tegal Arum, desa Soneyan, desa Tanjung Rejo, desa Sidomukti, desa Pohijo, desa Kertomulyo, desa Langgen Harjo, desa Pangkalan, desa Bulumanis Kidul, desa Purwodadi, desa Purworejo, desa Ngemplak Lor, desa Waturoyo, desa Cebolek Kidul, desa Tunjung Rejo, desa Margoyoso, desa Margotuhu Kidul dan desa Semerak. 1 Kecamatan ini berada 18 kilometer dari pusat pemerintahan, 95 km dari Ibukota Propinsi. Kecamatan Margoyoso mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kecamatan Tayu 2. Sebelah Timur : Laut Jawa 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Trangkil 4. Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Wungkal. 2 2. Letak Demografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati a. Penduduk dan Mata Pencahariannya Penduduk Kecamatan Margoyoso seluruhnya berjumlah 64.357 jiwa yang terdiri dari 31.762 jiwa penduduk laki-laki dan 32.595 jiwa penduduk perempuan. Sementara itu jika dihitung jumlah kepala 1 Katalog BPS dan BAPPEDA Kabupaten Pati, Kecamatan Margoyoso dalam angka, 2006, hlm. 3 dan 5 2 Ibid., hlm. 3

Transcript of BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI...

Page 1: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

31

BAB III

PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI

KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI

A. GAMBARAN UMUM DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT

KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI

1. Letak Geografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati

Kecamatan Margoyoso berada di wilayah Kabupaten Pati dengan

luas wilayah 5996,588 Ha. Kecamatan Margoyoso ini mempunyai 22 desa

yaitu: desa Tegal Arum, desa Soneyan, desa Tanjung Rejo, desa

Sidomukti, desa Pohijo, desa Kertomulyo, desa Langgen Harjo, desa

Pangkalan, desa Bulumanis Kidul, desa Purwodadi, desa Purworejo, desa

Ngemplak Lor, desa Waturoyo, desa Cebolek Kidul, desa Tunjung Rejo,

desa Margoyoso, desa Margotuhu Kidul dan desa Semerak.1

Kecamatan ini berada 18 kilometer dari pusat pemerintahan, 95 km

dari Ibukota Propinsi. Kecamatan Margoyoso mempunyai batas-batas

wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Tayu

2. Sebelah Timur : Laut Jawa

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Trangkil

4. Sebelah Barat : Kecamatan Gunung Wungkal.2

2. Letak Demografis Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati

a. Penduduk dan Mata Pencahariannya

Penduduk Kecamatan Margoyoso seluruhnya berjumlah 64.357

jiwa yang terdiri dari 31.762 jiwa penduduk laki-laki dan 32.595 jiwa

penduduk perempuan. Sementara itu jika dihitung jumlah kepala

1 Katalog BPS dan BAPPEDA Kabupaten Pati, Kecamatan Margoyoso dalam angka,

2006, hlm. 3 dan 5 2 Ibid., hlm. 3

Page 2: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

32

keluarga (KK) terdapat 19.057 kepala keluarga dengan latar belakang

sosiologi pribumi.

Sedangkan bila ditinjau dari mata pencaharian penduduk

kecamatan Margoyoso adalah bermacam-macam sumber

penghasilannya. Sebagaimana tampak dalam table berikut ini:

Tabel 1

Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan/Mata Pencahariannya di Kec.

Margoyoso (10 Tahun ke Atas) Tahun 20063

No Mata Pencaharian Banyaknya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Petani

Nelayan

Pengusaha

Pengrajin

Buruh Tani

Buruh Industri

Buruh Bangunan

Pedagang

Pengangkutan

Pegawai Negeri Sipil

ABRI

Pensiunan (ABRI/PNS)

Lainnya

22,718

11

82

87

12,734

3,393

873

3,458

895

695

52

211

420

Jumlah 45,629

Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagian besar

penduduk kecamatan Margoyoso adalah bertani. Mereka juga tidak lepas

dari usaha-usaha sampingan dan pemanfaatan dari fasilitas yang ada

seperti pasar, kios, toko-toko sebagai penunjang hidup mereka dan

3 Ibid., hlm. 51.

Page 3: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

33

sebagian penduduk mempunyai sapi, kambing yang diternak secara

alami.

b. Agama Penduduk

Tabel 2

Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut4

No. Agama Jumlah Penduduk

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Islam

Kristen

Katholik

Budha

Hindu

Lainnya

64.045

145

115

9

6

37

Jumlah 64.045

Dengan melihat tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa

mayoritas penduduk kecamatan Margoyoso adalah beragama Islam.

Sebagai mayoritas, umat Islam yang ada di kecamatan Margoyoso, maka

memiliki sarana ibadah di mana-mana. Setiap dusun di wilayah tersebut

berdiri kokoh sebuah masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam. Di

samping itu juga terdapat banyak mushalla, di wilayah ini juga terdapat

sarana ibadah lain selain sarana ibadah Islam. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Sarana Ibadah yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati5

No. Sarana Ibadah Jumlah

1.

2.

3.

Masjid

Surau atau Mushalla

Gereja

33

199

2

4 Ibid., hlm. 54. 5 Ibid., hlm. 55.

Page 4: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

34

4. Kuil atau Pura -

Jumlah 234

c. Pendidikan

Keadaan pendidikan di Kec. Margoyoso dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4

Sarana Pendidikan yang Ada di kecamatan Margoyoso Kab. Pati6

No. Jenis Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

TK

SD Negeri

SD Swasta

SLTP Negeri

SLTP Swasta

SLTA Swasta Umum

SLTA Swasta Kejuruan

Madrasah Tsanawiyah Negeri

Madrasah Aliyah Negeri

Madrasah Aliyah Swasta

30

34

2

2

2

1

1

1

-

-

1345

5748

120

1.169

403

175

615

284

-

-

Jumlah 9.859

Tabel 5

Tingkat Pendidikan Penduduk Kec. Margoyoso Kab. Pati7

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1.

2.

3.

4.

Belum Sekolah

Tidak atau Belum Tamat SD

Tamat SD dan/atau Sederajat

Tamat SLTP atau Sederajat

5.555

15.698

24.680

9.780

6 Ibid., hlm. 52. 7 Ibid., hlm. 58.

Page 5: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

35

5.

6.

7.

Tamat SLTA

Tamat Akademi atau Sederajat

Tamat Perguruan Tinggi

8.003

231

340

Jumlah 64.287

Dengan melihat tabel di atas, dapat disimpukan bahwa tinkgat

pendidikan masyarakat kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati tergolong

cukup lumayan baik. Hal ini terbukti dengan tersedianya fasililtas-

fasilitas pendidikan.

d. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya

Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kemakmuran suatu

daerah dapat dilihat melalui keadaan sosial ekonomi masyarakatnya.

Menurut Sunoto (39), seorang buruh industri tepung tapioka dari Desa

Ngemplak Kidul mengatakan, bahwa sebagian besar buruh industri

tapioka mulai melakukan aktivitasnya dari pagi sampai sore, kira-kira

pukul 17.00 WIB, kadang-kadang ada juga sampai lembur malam.8

Mengenai pendapatan yang mereka peroleh, tergantung dari

kondisi dan cuaca alam. Semakin baik kondisi dan cuaca alam, maka

penghasilan akan semakin banyak, dan apabila kondisi atau cuaca alam

buruk, maka penghasilan yang diperoleh sedikit.

Menurut penuturan Zaenal Arifin (47), pengrajin (pengusaha

kecil-kecilan) tepung tapioka, ketika sedang musim hujan penghasilan

perbulan rata-rata 1,75 juta perbulan. Sedangkan ketika cuaca sedang

berpihak kepada para pengrajin (maksudnya musim panas) pendapatan

bisa mencapai 3 sampai 5 juta perbulan. Kondisi ini juga dipengaruhi

oleh bahan baku tepung tersebut, yaitu ketela, ketika musim hujan

biasanya banyak yang cepat basi (busuk), dan seterusnya.9

8 Wawancara penulis dengan Sunoto, warga Ngemplak Kidul, pada 31 Maret 2006. 9 Wawancara penulis dengan Zaenal Arifin, warga Ngemplak Kidul, pada 20 Juni 2006,

di kediamannya.

Page 6: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

36

Para buruh industri dalam melaksanakan aktivitasnya, tidak lepas

dari kendala-kendala apabila cuaca sering hujan, mereka tidak akan

mendapat penghasilan karena biasanya kalau musim hujan para

pengusaha industri kecil tidak bisa memproduksi tepung tapioka, karena

untuk mengeringkan tepung tapioka (Pati) itu memerlukan cuaca yang

panas agar bisa kering, tetapi kalau cuaca hujan, maka tapioka (Pati)

tidak bisa kering dan tidak bisa memproduksi. Hal ini berbeda kalau

musim panas para buruh hampir tiap hari akan mendapat penghasilan

yang lumayan.

Usaha tepung tapioka ini menarik dibicarakan dalam penelitian

ini, karena merupakan industri kecil lokal yang jarang (bahkan tidak

ada) ditemui di tempat lain. Sementara produk tepung tersebut di-

distribusikan tidak hanya di kawasan kabupaten Pati, Jawa Tengah,

tetapi juga merambah sampia ke kawasan kabupaten tetangga atau yang

berdekatan dengan kabupaten, seperti kabupaten Kudus, Jepara, Demak,

Rembang, Blora, Purwodadi, bahkan ada yang sampai Tuban, Semarang

dan Surabaya. Mereka yang memiliki usaha tersebut bisa dikatakan

sebagai kelompok orang sukses. Dan ekonomi mereka kuat. Itu kenapa,

mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke sekolah-

sekolah faforit, bahkan tidak sedikit yang masuk di perguruan tinggi.

Selain usaha berupa pembuatan tepung untuk keperluan rumah

tangga, sebagian masyarakat juga bekerja sebagai petani, pedagang

(sembako, pakaian, meubel, makanan, dan perabot rumah tangga) di

pasar-pasar terdekat, baik di pasar Tayu, di pasar Margoyoso, bahkan

ada juga yang sampai merambah kawasan kota Pati.

Bisa disebutkan di sini, bahwa masyarakat Margoyoso bisa

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu “kelompok masyarakat

menengah” dan “kelompok masyarakat bawah” (miskin). Kelompok

masyarakat menengah terdiri dari pengusaha, pengrajin, petani kaya

yang memiliki sawah dan ladang, pedagang sukses, pegawai negeri, dan

ABRI. Pendapatn perbulan kelompok masyarakat ini sulit diprediksi.

Page 7: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

37

Hal ini karena mereka rata-rata memiliki tingkat kecakapan di atas rata-

rata dalam mencari penghasilan tambahan. Sehingga banyak pemasukan

yang dihasilkan dari usaha sambilan. Misalnya pedagang yang sudah

mapan usahanya, pengahasilam mereka bisa mencapai lebih dari dua juta

perbulan. Dan seterusnya.

Sementara kelompok masyarakat bawah (miskin) terdiri dari:

buruh tani, nelayah buruh, buruh industri, buruh bangunan, dan buruh

pengangkut. Pendapatan mereka dari tiap-tiap kepala keluarga (KK)

kurang dari Rp. 500.000,- perbulan. Pendapatan sebesar Rp. 500.000,-

perbulan adalah bagi keluarga yang baik suami maupun isteri memiliki

pekerjaan tetap. Misalnya, si suami bertani sedangkan si isteri menjadi

buruh di perusahaan tepung tapioka, dan lain sebagainya. Sedangkan

bagi keluarga yang hanya mengandalkan pekerjaan dari si suami atau

isteri, paling besar hanya memiliki pendapatan sebesar sekitar Rp.

300.000,- perbulan. Padahal untuk mencukupi kebutuhan hidup, paling

tidak setiap satu kepala keluarga (KK) tidak kurang dari Rp. 390.000. Ini

meliputi untuk keperluan makan sehari-hari, membayar listrik, dan

belum termasuk untuk biaya sosial kemasyarakatan, misalnya: untuk

kondangan hajatan, baik resepsi pernikahan, khitanan, maupun orang

kena musibah. Meski kelihatannya sepele, tetapi kondisi pedesaan,

tradisi seperti ini menghabiskan ongkos besar. Sehingga pengeluaran

untuyk hal-hal seperti ini juga (tanpa disadari) menjadi besar. Belum lagi

ditambah faktor minimnya budaya investasi bagi masyarakat yang belum

maju di pedesaan tersebut.10

Sehingga bisa dibayangkan, untuk mencukupi kebutuhan rumah

tangga saja agak mepet, karenanya mereka hanya mampu

menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang Sekolah

10 Hal ini dibenarkan oleh Bapak Margono, seorang pensiunan pegawai Pemda

Kabupaten Pati, menurutnya, masyarakat desa, khususnya kecamatan Margoyoso masih memiliki rasa solidaritas yang kuat, antara satu warga dengan warga yang lain. Sehingga acara-acara yang berbau kebersamaan akan menghabiskan dana banyak, baik bagi penyelenggara maupun orang di sekitarnya (para tetangga, Jawa: tonggo teparo). Wawancara dengan penulis tanggal 17 Juni 2006.

Page 8: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

38

Menengah Atas (ini maksimal), dan itupun hanya di sekolah-sekolah

yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Kondisi sosial budaya yang dimaksud adalah aktivitas masyarakat

sebagai makhluk yang berbudaya (mempunyai kreativitas) dan

hubungan sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari saling

membutuhkan satu sama lain, sehingga gambaran dari kondisi sosial

budaya ini nanti bisa berupa kehidupan gorong royong, berorganisasi

dan lain-lain.

Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat cukup harmonis,

sebab rasa solidaritas dan kebersamaan pada masyarakat sangat kuat

terjalin. Hal ini bisa dibuktikan jika ada salah seorang penduduk yang

terkena musibah, baik itu ada keluarga yang meninggal, mereka

membantu dengan cara mengadakan yasinan, tahlilan bersama-sama di

rumah orang yang terkena musibah. Walaupun tanpa diundang atau

disuruh, mereka datang dengan sendirinya. Inilah bukti, bahwa

masyarakat kecamatan Margoyoso mempunyai rasa kebersamaan yang

terjalin dengan baik.

Masyarakat kecamatan Margoyoso mayoritas memeluk agama

Islam. Hal ini dapat dilihat dari sensus penduduk yang tercatat dalam

buku atau formulir Islam monografi kecamatan Margoyoso dengan

jumlah penduduk 64,357 jiwa, jumlah masjid sebanyak 33 buah dan

jumlah mushalla sebanyak 199 buah.

Sedangkan dalam hal pendidikan agama, baik mengenai

pendidikan non formal di kecamatan Margoyoso cukup baik. Hal ini

terbukti setiap kelurahan ada sarana tersebut, seperti TPQ, pengajian

bapak-bapak, ibu-ibu maupun remaja setiap hari Minggu dan ada yang

setiap bulan. Hal ini membuktikan, bahwa masyarakat kecamatan

Margoyoso peduli dengan pembinaan kehidupan keagamaan

masyarakatnya. Di samping itu, mereka juga memikirkan masa depan

pendidikan anak-anak mereka. Di samping hal pendidikan, mereka

sangat baik dalam mengadakan pengajian rutin, baik di setiap desa

Page 9: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

39

maupun di setiap RT, misalnya mengadakan maulid nabi Muhammad

saw., yasinan, tahlilan yang hampir setiap minggu diselenggarakan.

Dalam kegiatan keagamaan tersebut, semua orang memiliki

kesempatan untuk dapat mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Dari

anak-anak, orang dewasa, santri maupun non santri atau masyarakat

Islam abangan. Namun dalam hal ini, rutinitas acara keagamaan tersebut

banyak dihadiri oleh kaum santri sekaligus sebagai penggerakknya.

Akan tetapi bagi masyarakat Islam abangan tidak begitu aktif dalam

mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Kadang-kadang mereka bisa

mengikuti kegiatan keagamaan dalam dua minggu atau tiga minggu

sekali. Artinya, dalam hal kegiatan keagamaan, masyarakat abangan

cenderung ikut-ikutan (Jawa: melu-melu, nyamani bolo dan tonggo

teparo–hanya sekedar untuk rasa solidaritas) dan bukan sebagai

penggerak. Hal ini berbeda dengan kaum santri yang merupakan motor

penggerak kegiatan dan syiar keagamaan.

Sedangkan untuk kegiatan amaliah (kegiatan sosial

kemasyarakatan), antar masyarakat santri dan abangan di kecamatan

Margoyoso tidak ada perbedaan yang signifikan. Mereka sama-sama

aktif dalam beramal. Misalnya dalam penarikan infaq, pembangunan

masjid atau mushalla, mereka sama-sama beramal dalam kegiatan

keagamaan tersebut. Dalam hal ini, kelompok masyarakat yang

tergabung dalam ormas (organisasi masyarakat) keagamaan, seperti

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama atau NU, termasuk dalam

kategori masyarakat santri, yaitu umumnya mereka menjadi motor

(penggerak) atau pionir dalam syiar keagamaan Islam, seperti pengajian

rutin, dan peringatan hari besar Islam tertentu. Sedangkan dalam hal

kegiatan sosial (misalnya, penarikan dana untuk korban bencana,

pembuatan masjid) tidak ada perbedaan yang mencolok antara kaum

santri dan abangan.

Bukti dari kebenaran data tersebut, seperti yang terjadi saat ini,

ketika bencana gempa melanda kawasan Klaten, Jawa Tengah, dan

Page 10: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

40

daerah Yogyakarta, batas-batas atau sekat di antara mereka menipis.

Maksudnya, baik kelompok santri yang terdiri dari masyarakat

Muhammadiyah dan NU, maupun kelompok yang masuk kategori

abangan, sama-sama memiliki kepedulian untuk mengumpulkan dana

sedapatnya untuk menolong para korban di lokasi bencana.11

Kondisi lain yang bisa diamati adalah organisasi yang khusus

mewadahi kelompok masyarakat berdasarkan umur, yaitu remaja,

dewasa, bapak-bapak, dan kelompok ibu-ibu. Bahkan dinamika berbagai

kelompok organisasi tersebut akhir-akhir ini semakin semarak. Hal ini

nampak dari kegiatan yang dibidani oleh remaja masjid, kelompok

rebana putra putri, IPNU, IPPNU, Pemuda Muhammadiyah, Aisiyah,

dan lain sebagainya. Sebenarnya organisasi itu sudah sejak alama ada,

namun sekarang ini para remaja dan generasi muda mengaktifkan

kembali organisasi tersebut sebagai wadah dan pengembangan mental

keagamaan masyarakat.

Dengan aktif dan semaraknya kegiatan-kegiatan tersebut, tidak

berarti masyarakat kemudian tidak atau kurang melaksanakan ibadah,

tetapi justru mereka aktif melaksanakannya. Terbukti dalam

melaksanakan shalat fardhu maupun shalat Jum’at, mereka aktif di

mushalla maupun masjid terdekat. Apalagi dalam bulan suci Ramadhan,

mushalla dan masjid selalu penuh dengan syiar ke-Islaman yang sangat

meriah.

Tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah yang lain yang berada

di wilayah Kabupaten Pati, maka kecamatan Margoyoso juga memiliki

kondisi alam yang cukup menguntungkan. Dengan perkembangan yang

semakin maju, kini masyarakat kecamatan Margoyoso mulai berbenah

diri untuk mengejar ketertinggalan, terutama dalam bidang pendidikan.

Sudah disebutkan di atas, bahwa sebagian besar masyarakat tingkat

pendidikannya masih rendah.

11 Wawancara penulis dengan Ahmad Kusdaryanto, ketua panitia “Posko Peduli

Bencana” Jateng-Yogya, di kecamatan Margoyoso Kabupaten.

Page 11: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

41

Kemajuan lainnya adalah bidang transportasi dengan

bertambahnya jumlah angkutan, sehingga Kota Pati dapat dijangkau oleh

daerah-daerah lain di sekitarnya sebagai usaha untuk memperlancar arus

perekonomian. Juga pada masyarakat industri tapioka yang dahulu

menggunakan peralatan tradisional, tetapi sekarang sudah mempunyai

peralatan-peralatan mesin modern.

Di sisi lain, masih terdapat adat istiadat yang telah membudaya di

tengah masyarakat, yaitu adanya berbagai jenis selamatan. Budaya

selamatan yang berkembang di kecamatan Margoyoso di antaranya

adalah selamatan hari-hari besar Islam, selamatan tingkeban, selamatan

untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, yaitu seperti haul Syah

Ahmad Mutammakin yang biasa diperingati pada bulan Suro tanggal 10

Suro dan Haul Syaikh Ronggo Kusumo yang diperingati pada bulan

Safar tanggal 10 Safar.

Di antara budaya-budaya tersebut yang paling menarik adalah

selamatan mendoakan orang mati, yaitu pada tanggal 10 Suro dan 10

Safar. Biasanya pada bulan itu banyak masyarakat yang berkunjung

untuk berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh

Ronggo Kusumo. Biasanya pada 10 Suro dan 10 Safar itu banyak

orang-orang berjualan di sepanjang jalan sampai ke makan, sehingga

menjadikan jalan ramai dan biasanya banyak hiburan seperti ketoprak,

wayang dan juga ada banyak aneka permainan. Kalau tepat tanggal 10

Suro dan 10 Safar biasanya diadakan pawai keliling, seperti drum band

dan arak-arakan yang lain untuk memeriahkan suasana.

Dan juga tidak lupa acara pengajian pun digelar untuk

memperingati haul Syaikh Ahmad Mutammakin dan Syaikh Ronggo

Kusumo. Biasanya pada tanggal 10 Safar, jalanan nampak sepi, karena

banyak pengunjung yang sudah berziarah terlebih dahulu setelah

berziarah ke makam Syaikh Ahmad Mutammakin pada bulan Suro

tersebut. Kalau pada 10 Suro dimeriahkan oleh karnaval (pawai) yang

banyak diikuti oleh masyarakat kecamatan Margoyoso, bahkan seluruh

Page 12: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

42

desa sekecamatan berkumpul menjadi atau di Desa Ngemplak untuk

menyaksikan acara tersebut.

Adapun tradisi dan upacara yang dilakukan masyarakat antara

lain:

- Selamatan tingkeban

Selamatan tingkeban yaitu selametan yang diselenggarakan

pada bulan ketujuh kehamilan. Selamatan ini diperuntukkan hanya

apabila anak yang di kandung adalah anak pertama dari si ibu dan si

ayah.

- Selamatan perkawinan

Selamatan perkawinan adalah selamatan yang diselenggarakan

pada malam hari menjelang upacara sebenarnya. Selamatan itu disebut

midodareni menggunakan doa, tradisional mengharapkan agar

pasangan tidak berpisah lagi.

- Selamatan desa (bersih desa)

Selamatan desa adalah selamatan yang berhubungan dengan

pengkudusan dan pembersihan suatu wilayah, Clifford Geertz

menuliskan, bahwa yang ingin dibersihkan adalah roh jahat atau roh

yang berbahaya dengan mengadakan selamatan, di mana hidangan

dipersembahkan kepada danyang desa (roh penjaga desa) di tempat

pemakamannya.

- Selamatan weton (hari kelahiran)

Selamatan weton adalah selamatan yang diselenggarakan

untuk memperingati hari kelahiran. Selamatan weton berbeda dengan

hari ulang tahun tradisi orang barat. Dalam tradisi Jawa hari kelahiran

didasarkan pada hari dan pasarannya menurut tahun Qomariyah

sedangkan perayaan ulang tahun didasarkan pada tanggal dan bulan

menurut Syamsiyah.

- Selamatan sedekah bumi

Selamatan sedekah bumi biasanya berhubungan dengan

pengkudusan dalam ruang dengan merayakan dan membersihkan

Page 13: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

43

batas-batas kepada salah satu kesatuan dasar teritorial struktur orang

Jawa. Selamatan ini diadakan setahun pada masing-masing desa

mengambil bulan dan hari yang berbeda-beda sesuai dengan tradisi

setempat.

B. SEJARAH TRADISI REBO WEKASAN

Apabila dilacak dalam kamus, makna atau arti Rabu Wekasan berarti:

Rebo adalah hari Rabu atau hari yang jatuh ke urutan keempat atau nomor urut

empat dari Ahad, Senin, Selasa, dan Rabu; Arbaa, jadi, Rebo adalah nama-

nama hari ketujuh dan Rebo jatuh dari nama yang keempat (berasal dari bahasa

Arab).12

Wekasan berasal dari bahasa Jawa, Wekas dan akhiran an, yang

memiliki dua pengertian, yaitu paling akhir. Wekasan yang dimaksudkan di

sini adalah menurut yang kedua yaitu yang paling akhir.13 Jadi, Rebo Wekasan

adalah hari Rabu yang paling akhir.

Menurut Bapak Abdul Aziz warga Desa Bulumanis Kidul, bahwa Rebo

Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar atau disebut dengan hari

untuk menolak balak. Menurutnya, maksud dan tujuannya dari hari Rebo

Wekasan itu merupakan sebagai awal mula memperingati hari perkabungan,

yaitu hari di mana nabi Muhammad saw. sakit yang akhirnya meninggal dan

tepat di hari Rabu terakhir bulan Safar, maka ada sebagian masyarakat yang

menganggap hari itu dianggap membawa kesedihan.14

Menurut Bapak Maskan, warga Desa Kajen, bahwa sejarah Rebo

Wekasan itu berdasarkan ulama-ulama kuno, sebelum nabi lahir pada bulan

Safar di tanah Arab orang-orang kafir berunding untuk membuat ka’bah.

Tujuannya agar orang-orang sekiranya mau pindah untuk tawaf di Ka’bah yang

dibuat oleh mereka yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Orang-orang kafir ini

12 W.J.S. Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PPKPP dan K, Jakarta,

1954, hlm. 808. 13 Ibid., hlm. 835. 14 Wawancara dengan Bapak Abdul Aziz, warga Desa Bulumanis Kidul Kec. Margoyoso

Kab. Pati pada tanggal 30 April 2006.

Page 14: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

44

melihat bangunan Ka’bah yang dibuat nabi Ibrahim as., banyak orang-orang

yang mengunjunginya untuk mengelilingi Ka’bah tersebut.

Tetapi bangunan yang dibuat orang-orang kafir tidak ada satupun yang

mengunjunginya, sehingga mereka marah dan berusaha untuk menghancurkan

Ka’bah dengan membuat pasukan untuk merobohkan Ka’bah tersebut. Ka’bah

saat itu, Sayid Abu Thalib berdo’a (bangunan ini bukan punyaku, tetapi punya

Allah). Beliau melakukan shalat munajat untuk menolak balak.

Pada tanggal 12 Maulid orang-orang kafir menyerang ka’bah, tetapi

dengan bantuan Allah dengan mendatangkan burung Ababil yang menjatuhi

orang-orang kafir dengan kerikil. Akhirnya Ka’bah selamat dari serangan

orang-orang kafir, sehingga balak yang akan datang itu tidak jadi karena

setelah melakukan shalat tolak balak yang dilakukan Sayid Abu Thalib

semuanya selamat dari bencana.15

Asy-Syaikh Ahmad ad-Dairabi dalam kitab Mujarabat-nya mengatakan

sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa setiap tahun diturunkan ke

alam dunia tiga ratus dua puluh ribu musibah. Semua musibah itu diturunkan

pada hari Rabu akhir bulan Safar. Maka hari itu adalah hari yang paling berat

dibandingkan dengan hari-hari dalam setahun. Barangsiapa melaksanakan

shalat sunat empat rekaat dengan dua salam pada hari itu, setiap rakaatnya

sesudah membaca surat al-Fatikhah, membaca surat al-Kautsar sebanyak

sebanyak tujuh belas kali, surat al-Ikhlas sebanyak lima kali, surat al-Falaq dan

surat an-Nash masing-masing sekali, maka dengan kemuliaan Allah SWT,

akan melindungi ia dari segala musibah dan bencana yang turun pada hari itu,

ia tidak akan tertimpa musibah selama satu tahun penuh.16

Asy-Syaikh al-Buni dalam kitabnya al-Firdaus mengatakan, bahwa

allah SWT., menurunkan musibah dan bencana pada hari rabu akhir bulan safar

di antara langit dan bumi, lalu seseorang malaikat yang telah ditugaskan

15 Wawancara dengan Bapak Maskan, warga Desa Kajen Kec. Margoyoso Kab. Pati 28

April 2006. 16 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, Babon Primbon Mujarrobat Tahun Hijrah, TB. Kota

Wali, Demak, 2000, hlm. 42.

Page 15: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

45

mengambilnya dan menyerahkan kepada seorang malaikat yang bertugas di

bumi bersama Quthubul Ghauts agar membagikan penghuni bumi. Siapa saja

yang tertimpa bencana, kecelakaan, mati dan hal-hal yang menyusahkan hati

dalam tahun ini, maka adalah dari musibah dan bencana yang telah dibagikan

oleh seorang malaikat yang bernama Quthubul Ghauts tadi.

Oleh karena itu, jika anda ingin selamat dari musibah dan bencana-

bencana hendaklah pada hari Rabu akhir bulan Safar, anda bershalatlah sunat

mutlak enam rakaat dengan tiga kali salam. Dalam setiap rakaat pertama

membaca surat al-Fatikhah dan ayat suci Kursi dan rakaat keduanya membaca

surat al-Fatikhah dan surat al-Ikhlash. Setelah selesai shalat enam rakaat, maka

memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw.17

Sebagian ulama ahli ma’rifah menerangkan, bahwa Rabu akhir bulan

Safar adalah hari naas. Maksudnya hari yang penuh sial dan kemalangan, maka

dianjurkan kepada setiap muslim membaca surat Yasin pada hari itu, paling

sedikit membaca sekali.

Bila bacaannya sampai pada ayat yang ke-58, yaitu:

)58: يس(سالم قوال من رب رحيم Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari

Tuhan Yang Maha Penyayang” (QS. Yasin: 58).18

Ayat tersebut diulang-ulang sebanyak tiga ratus kali dan sesudah itu

membaca doa di bawah ini, lalu melanjutkan bacaannya sampai akhir surat.

Jika anda amalkan, insya Allah SWT., anda tidak akan mengalami sial dan

kemalangan pada hari itu. Apalagi tertimpa bencana dan kecelakaan yang

menyedihkan kemudian memohon kepada Allah SWT. tentang hal-hal yang

17 Ibid., hlm. 44-45. 18 Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Penafsiran al-Qur’an, op. cit., hlm. bbbb

Page 16: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

46

penting untuk dimohonkan keselamatan bagi diri sendiri, keluarga dan semua

orang Islam.19

As-Sayid asy-Syarif al-Husaini dalam kitabnya Na’tul Bidayat

menerangkan, barangsiapa pada hari Rabu Akhir bulan Safar melaksanakan

shalat sunah empat rekaat, pada setiap rakaat sesudah surat al-Fatikhah

membaca surat al-Kautsar tujuh kali, al-Ikhlash lima kali, al-Falaq dan an-Nash

masing-masing sekali.

Sesudah itu menulis ayat-ayat di bawah ini lalu menghapusnya dengan

air dan meminumnya, insya Allah SWT., akan menyelamatkan dari musibah

dan bencana dari hari itu sampai setahun penuh.20

Ayat yang ditulis ialah:

سالم على . سالم على نوح فى العالمين. سالم قوال من رب رحيمسالم . سالم على الياسين. سالم على موسى وهارون. ابرهيم

مطلع من آل امر سالم هى حتى. عليكم طيتم فادخلوها خالدين. الفجر

Artinya: “Kepada mereka dikatakan: salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang21 kesejahteraan (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim22 (yaitu): kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun23 (yaitu): kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu, maka masuklah Surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya24 Untuk mengatur segala urusan, makam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit Fajar.25

Asy-Syaikh Ahamd ibn Zaini Dahlan asy-Syafi’i seorang ulama ahli

ma’rifah dan pengajar di masjid Hasam juga sering mengamalkannya. Dia

berkata, bahwa amalan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak kecil, kaum

19 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 46. 20 Ibid., hlm. 48. 21 QS. Yasin: 58. 22 QS. Ash-Shaaffat: 79. 23 QS. Ash-Shaaffat: 109. 24 QS. Az-Zumar: 73. 25 QS. Al-Qadr: 5.

Page 17: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

47

wanita dan siapa saja yang tidak mampu mengamalkannya. Maksudnya,

seorang dapat mengamalkannya, kemudian airnya diminumkan kepada orang

lain untuk menjaga keselamatan.26

C. PRAKTEK REBO WEKASAN

Awal mula dilaksanakan tradisi Rebo Wekasan menurut sebagian besar

masyarakat Kec. Margoyoso serta para tokoh adat setempat mengatakan,

bahwa tradisi Rebo Wekasan itu suda ada semenjak nenek moyang mereka

masih hidup dan dilaksanakan secara turun-temurun, sehingga sampai saat ini

dalam pelaksanaannya hanya bersifat melanjutkan saja.

Dalam hal ini, masyarakat masih mempercayai adanya roh-roh halus

(setan) yang datang untuk menyebarkan balak (penyakit) yang dapat

menjadikan sial bagi masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya tradisi Rebo

Wekasan ini mereka menilai baik sebab dengan melakukannya senantiasa dapat

memperoleh keselamatan, terhindar dari penyakit serta mara bahaya.27

Tradisi Rebo Wekasan pada dasarnya merupakan suatu bentuk tradisi

yang dilakukan oleh masyarakat untuk memohon keselamatan dan agar

terhindar dari berbagai macam penyakit, kesialan dan juga mara bahaya.

Tradisi Rebo Wekasan ini dilaksanakan sekali dalam setahun, tepatnya

di bulan Safar. Pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bagian terpenting bagi

sebagian masyarakat adalah membuang “rajah” yang dibuat oleh Kiai untuk di

buang di dalam sumur, kamar mandi karena tempat-tempat seperti itu biasanya

banyak di huni oleh setan (makhluk halus).

Roh-roh atau makhluk halus yang dipercayai oleh masyarakat Jawa

adalah seperti yang ditulis oleh Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of

Java yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul

Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Dia menggambarkan

makhluk halus itu sebagai berikut:

26 K.H. Ahmad Nafi’uddin Hamdan, op. cit., hlm. 49. 27 Wawancara dengan Bapak Aslor Warga Desa Ngemplak Kidul pada tanggal 31 April

2006.

Page 18: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

48

1. Memedi (roh yang menakut-nakuti)

Memedi disebut juga hantu (spooks), yaitu makhluk halus yang

hanya menakut-nakuti dan menganggu orang, tetapi biasanya tidak

merusak benar dan tidak begitu membahayakan. Sebagaimana namanya,

memedi secara harfiah, berarti tukang menakut-nakuti. Memedi laki-laki

disebut dengan “gendruwo” dan “wewe” mempunyai anak dinamakan

“tuyul”.28

2. Lelembut (roh yang menyebabkan kesurupan)

Lelembut adalah jenis roh yang menyebabkan orang kesurupan.

Jenis roh ini biasanya terdiri dari genderuwo, setan, demit dan jin. Roh ini

dianggap sangat berbahaya bagi manusia karena apabila bertemu dan

masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan sakit, gila dan bisa

berakhir dengan kematian.

3. Tuyul (makhluk halus yang karib)

Tuyul adalah anak-anak kecil yang telanjang tetapi bukan manusia.

Oleh orang-orang jawa disebut anak wewe. Tuyul tidak menakut-nakuti

atau menyakiti, bahkan sebaliknya dapat dimintai bantuan untuk mencuri

harta dan ingin cepat kaya. Orang biasanya berhubungan dengan cara

bersemedi.

4. Demit (makhluk halus yang menghuni suatu tempat)

Demit adalah makhluk halus dan mungkin mau membantu

keinginan manusia. Mereka bertempat tinggal di tempat-tempat keramat

yang disebut “punden yang ditandai dengan reruntuhan candi (mungkin

kuburan tua, sumber air yang hampir tersembunyi) dan beberapa

fotografis semacam itu.

5. Danyang (roh pelindung)

Danyang pada umumnya adalah nama lain dari demit (yang akar

jawa berarti roh). Dia mengambil tempat tinggal tetap pada sebuah

punden. Dia tidak menganggu atau menyakiti orang melainkan bermaksud

28 Cliford Geertz, op. cit., hlm. 19.

Page 19: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

49

melindungi. Berbeda dengan demit, dayang adalah roh tokoh desa yang

pada masa hidupnya sebagai pendiri desa. Mereka menerima permohonan

orang yang minta tolong dan sebagai imbalannya adalah menerima

selamatan.29

Pada umunya untuk berhubungan dengan makhluk-makhluk tersebut,

maka orang Jawa mengadakan selametan. Selametan adalah upacara bersama

yang dalam bahasa Jawa disebut wilujengan (Jawa) adalah suatu ucapara

sistem religi orang Jawa pada umumnya dan penganut agama Jawi pada

khususnya.30

Sedangkan pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan adalah sebagai berikut:

1. Pada malam Rabu setelah shalat Maghrib diadakan shalat empat rakaat dan

setiap rakaat membaca niat shalat Rebo Wekasan:

اصلى سنة رآعتين هللا تعالى

2. Setiap rakaat sesudah membaca al-Fatikhah membaca

a. Surat al-kautsar 17 x

b. Surat al-Ikhlas 5 x

c. Surat al-Falaq 1 x

d. Surat an-Nas 1x31

3. Setelah salam membaca doa

من ذلت بعزتك ياشديد المحال ياعزيز يا. بسم اهللا الرحمن الرحيمجميع خلقك إكفنى من شر جميع خلقك يامحسن يامجمل يا مفضل ناحميالر محااري تكمحنى برمحار تاالان الاله نامي كبرتامي عمنامي .

احلس بسر مم اللهوهذاالي ره إكفنى شنيبه وامه وابيه ودجه وأخين و وهاهللا و مكهكفييات فسليالب افعادات ياملهم ا كافىه يافيمرشو

29 Ibid., hlm. 32. 30 Koetjoroningrat, op. Cit., hlm. 343. 31 KH. Nawawi Abdul Aziz al-Hafidz, Kafabihi, Pondok Pesantren an-Nur, Yogyakarta,

2001-2003, hlm. 66.

Page 20: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

50

الحل وكيالو منعا اهللا ونبسحو مليالع عميالس لىة االباهللا العالقول وو .العظيم

Tujuannya agar Allah menjaga mereka dari seluruh cobaan dan tidak

akan memberi cobaan pada tahun itu agar semua terhindar dari balak (mara

bahaya) dan dari segala penyakit dan juga kesialan.

Setelah selesai menjalankan shalat tolak balak itu, biasanya

memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah saw. dan pada pagi

harinya tepat hari Rabu biasanya masyarakat membuang rajah yang dianggap

penangkal balak yang dibuang di dalam suur atau kamar mandi atau tempat-

tempat sumber air. Kenapa harus dibuang di situ karena dimaksudkan, bahwa

sumur atau sumber air itu biasanya banyak ditempati roh-roh halus karena

mereka lebih senang. Karena air banyak dikonsumsi banyak orang, sehingga

mereka mencari tempat untuk bertelur dan bersarang di air itu di hari Rebo

Wekasan itu. Sehingga apabila masyarakat tidak membuang rajah tersebut,

maka dipastikan orang tersebut akan mendapat musibah dan kesialan.32

Rajah itu berwujud tulisan huruf Arab yang dirangkai biasanya rajah

dituliskan pada suatu benda, seperti kertas, daun sirih dan lainnya. Kemudian

benda yang bertuliskan itu dipakai sebagai jimat.33 Begitu pula pada tradisi

Rebo Wekasan orang membuang rajah sebagai jimat untuk menolak balak

(mara bahaya).

Di sini terlihat ada kepercayaan terhadap suatu kekuatan gaib pada alat-

alat yang dipergunakan itu yang kelihatannya lebih jels itu adalah pada

penggunaan tulisan atau rajah, jimat yang ada tulisannya atau doanya atau

rajahnya dengan syarat atau tidak dapat memenuhi keinginan manusia.

Pada dasarnya perbedaan antara agama dan magi sangatlah sedikit,

sehingga kadang-kadang suatu perbuatan dapat dikatakan magi tapi bisa

disebut agama. Jadi perbedaan agama dan magi spirit kalau sikap batinnya

32 Wawancara dengan Bapak Mashudi, warga Desa Ngemplak pada tanggal 28 April

2006. 33 Romdon, Kitab Mujarrabat: Dunia Magi Orang Islam-Jawa, Lazuardi, Yogyakarta,

2002, hlm. 85.

Page 21: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

51

bersifat memerintah atau memastikan keberhasilan usahanya, maka ini dapat

dikatakan magi. Tetapi kalau sikap batinnya menyerahkan kepada Tuhan atau

yang dianggap Tuhan, maka ini dapat dikatakan agama.

Oleh karena itu, penggunaan ayat atau surat al-Qur’an untuk penolak

balak/pengobatan dapat disebut pedoman perbuatan magi agamis dan dapat

juga disebut pedoman perbuatan magis murni tergantung kepada kepercayaan

yang melandasi pelakunya.34

Faidah untuk penolak balak:

حي صمد باقى وله آنف واقى دخلت فى آنف اهللا واستجرت بثقة سيدى رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم على ان يكف بأس

فقل حسبى الذين آفروا واهللا اشد بأسا واشد تنكيال فإن تولوا .اهللا الاله اال هوعليه توآلت وهو رب العرش العظيم

Artinya: Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup, tempat bergantung kekal,

memiliki perlindungan, aku berada dalam lingdungannya. Aku memohon pertolongan dengan mempercayakan junjungan kita Rasulullah saw. agar menahan orang-orang kafir. Allah adalah Yang Paling Besar keberaniannya dan hukumnya. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: cukuplaj Allah begitu, tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Allah adalah Tuhan yang memiliki arsy yang agung.

Adapun macam-macam rajah (wifik) dan kegunaannya adalah sebagai

berikut :35

1. Wifik Tsulatsiy

Wifik yang berisi tiga kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya

adalah :

Mempermudah keturunan.

34 Ibid., hlm. 87. 35 M. Arif S. (penyadur), Rahasia Ilmu Ghaib Al Ghazali (Intisari Kitab Al-Aufaq),

Ampel Mulia, Surabaya, 2002, hlm. 32-39.

Page 22: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

52

Caranya tuliskan wifik tersebut pada tiga cawan. Tuangkan air pada

cawan-cawan tesebut. Cawan pertama diminumkan. Cawan kedua

diusapkan pada wajahnya. Dan cawan ketiga diusapkan pada ibu jarinya.

Menolak pencuri.

Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain saa matahari

tergelincir. Lalu letakkan dalam almari pakaian.

Menghancurkan rumah tangga.

Caranya, tulislah wifik tersebut pada selembar kain katun. Sertakan di

dalamnya nama orang yang dimaksud. Menulisnya saat remang-remang.

Selanjutnya tanamlah wifik itu di sekita rumah.

2. Wifik Ruba’iy

Wifik yang berisi empat kolom ini memiliki bermacam manfaat, di

antaranya adalah :

Menjauhkan marabahaya dari harta benda.

Mencegah penyakit ayan pada anak.

Menambah kewibawaan di hadapan para pejabat sehingga

permohonannya dikabulkan.

Menarik kecintaan masyarakat.

Menarik rezeki.

3. Wifik Khumaisy

Page 23: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

53

Wifik yang berisi lima kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya

adalah :

Menambah kecerdasan, menolak bahaya pada anak kecil dan

memperbaiki budi pekertinya.

Diterima permohonannya.

Memicu kemarahan seseorang.

Mengusir pembeli.

4. Wifik Sudasiy

Wifik yang berisi enam kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya

adalah :

Menimbulkan belas kasihan seseorang, sehingga dengna mudah akan

mengabulkan permohonan yang diajukan kepadanya.

Menambah kekuatan batin dan kemampuan melakukan segala sesuatu.

Di samping itu orang yang membawanya juga akan lancar dalam

berbicara sehingga bisa menarik perhatian orang yang mendengarnya.

5. Wifik Suba’iy

Page 24: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

54

Wifik yang berisi tujuh kolom ini memiliki bermacam manfaat, di antaranya

adalah :

Menambah kecerdasan dan daya ingat.

Caranya, tulislah wifik ini dengan zakfaran dan madu pada saat Atharid.

Cara tulisan wifik tersebut dengan air dan minumkan pada anak kecil.

Menambah kewibawaan dan mempermudah urusan.

Caranya, tulislah wifik tersebut pada kulit kijang dengan misik dan

zakfaran. Asapi dengan kayu Anbar serta celupkan ke dalam minyak

Yasmin dan mawar. Bila mau bepergian untuk suatu tujuan, usapkan

wifik tersebut pada tubuh Anda.

6. Wifik Tsumaniy

Wifik yang berisi delapan kolom ini memiliki bermacam manfaat, di

antaranya adalah :

Mendatangkan hujan.

Menyembuhkan penyakit.

Cincin pengasihan

Page 25: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

55

7. Wifik Tusa’iy

Wifik yang berisi sembilan kolom ini berguna untuk mendamaikan orang

yang sudah lama bermusuhan seperti suami istri, ayah dan anak, sesama

saudara maupun sesama sesama kawan.

Sedangkan macam-macam atau jenis-jenis azimat adalah sebagai

berikut :36

1. Azimat Musytari

36 Ibid, hlm. 39-43.

Page 26: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

56

Azimat ini berkhasiat melunakkan hati yang keras bila ditulis saat Qamar

bertemu Musytari pada lembaran kertas putih dan saat menulisnya ia

memakai wewangian serta menyebutkan nama orang yang dimaksud.

Azimat ini dikenakan pada anggota badan.

2. Azimat Marih

Azimat ini berkhasiat untuk perlindungan diri dari serangan musuh.

Caranya, tulislah azimat ini menggunakan darah cengger ayam jantan warna

hitam hari Selasa saat Marih.

3. Azimat Syams

Azimat ini diperuntukkan agi para raja dan penguasa. Caranya, tulislah

azimat seperti di bawah ini pada penutup kuda, atau kalau tidak ada, tulislah

dalam gelas dan tuangkan air ke dalamnya. Azimat yang dimaksud adalah :

Page 27: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

57

4. Azimat Zahrah

Azimat ini sangat baik digunakan untuk meluluhkan hati seorang wanita dan

menumbuhkan kecintaan pada hatinya. Caranya tulislah azimat di ats Qamar

bertemu Zahrah. Hari yang digunkan terserah tapi yang lebih baik adalh

pada hari Jum’at. Menulisnya menggunakan minyak misik dan zakfaran,

lalu usapkan pada wajah Anda.

5. Azimat Atharid

Azimat ini berguna untuk membungkam mulut. Caranya, azimat tersebut

ditulis pada saat Qamar bertemu Atharid. Bisa juga digunakan sebagai

azimat saat menghadap pejabat atau pembesar negara agar ia merasa sayang

dengan cara menulisnya dan diletakkan di dalam kopiah atau surban yang

dikenakan pada saat menghadapinya.

Page 28: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

58

6. Azimat Qamar

Azimat ini berguna sebagai mahabbah (jampi pelet) yang jitu baik

digunakan sendiri maupun orang lain. Caranya, tulislah huruf-huruf di atas

pada saat Qamar bertemu Musytari dan (titik-titik) diisi dengan orang yang

dimaksud.

Perlu diketahui, bahwa pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan itu

dilaksanakan di rumah masing-masing orang (individu). Mereka melakukan

shalat dan membuang rajah itu dengan sendiri-sendiri. Rajah diperoleh dari

para kiai-kiai atau guru ngaji mereka. Tetapi di pondok pesantren mereka

melakukan acara tersebut dengan bersama-sama.

Banyak masyarakat yang masih percaya terhadap acara tradisi Rebo

Wekasan karena dimaksudkan, tradisi Rebo Wekasan itu membawa masyarakat

agar terhindar dari segala macam mara bahaya. Tradisi ini sifatnya melanjutkan

dari nenek moyang sehingga sampai sekarang masih eksis dilakukan oleh

masyarakat Kec. Margoyoso, tetapi juga banyak sebagian masyarakat yang

sudah tidak percaya dengan Tradisi Rebo Wekasan.

Selain membuang Rajah, sebagai tumbal unit penolak balak, kita juga

bisa memperbanyak amalan-amalan seperti shadaqah dengan menggelar acara

selametan (Jawa: bancaan) dengan memberi makan sanak saudara dan

tetangga. Hal ini juga bisa dilakukan untuk menolak balak. Dan juga

melakukan shalat sunat: shalat tasbih dan juga memperbanyak membaca surat

Page 29: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

59

Yasin, kemungkinan besar balak (mara bahaya) yang akan datang tidak akan

terjadi. Kita boleh mengamalkan tradisi Rebo Wekasan, tetapi yang penting

jangan mengesampingkan yang lain.37

37 Wawancara dengan K.H. Abdullah Malik warga Desa Kajen pada tanggal 31 April, 2006.

Page 30: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

60

Page 31: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

61

Page 32: BAB III PELAKSANAAN TRADISI REBO WEKASAN DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/28/jtptiain-gdl-s1... · b. Agama Penduduk Tabel 2 ... memiliki sarana ibadah di mana-mana.

62