BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/838/5/Bab 3.pdf ·...
Transcript of BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/838/5/Bab 3.pdf ·...
93
BAB III
PAPARAN HASIL PENELITIAN
Pondok pesantren Ulul Albab yang diasuh KH. Abdul Malik ini, selain
menampilkan diri sebagai sarana pendidikan Islam juga sebagai sarana pembinaan
bagi korban narkoba. Dalam membina mental santri narkoba, selain pengasuh
pesantren Ulul Albab menggunakan beberapa materi yang umum digunakan di
beberapa pesantren inabah, di sini juga digunakan metode khusus, yang berbeda
dari pesantren inabah lain.
Bab ini akan membahas tentang kesemuanya itu, yang akan terbagi
menjadi 2 sub-bab yaitu: Pertama, Profil Pondok Pesantren Ulul Albab yang
meliputi, Letak Geografis Pondok Pesantren Ulul Albab, Sejarah Berdirinya
Pondok Pesantren Ulul Albab, Struktur Organisasi Pondok Pesantren Ulul Albab
dan Aktifitas di Pondok Pesantren Ulul Albab. Sub-bab yang ke dua adalah
Paparan Data Penelitian yang terbagi menjadi, Materi Pembinaan Mental Santri
Narkoba Pondok Pesantren Ulul Albab dan Pola Pembinaan Mental Santri
Narkoba Pondok Pesantren Ulul Albab. Berikut adalah penjelasannya.
A. Profil Pondok Pesantren Ulul Albab
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Ulul Albab
Pondok pesantren Ulul Albab berada di wilayah desa Sonoageng,
kecamatan Prambon, kabupaten Nganjuk, atau berada di lintas jalan raya
Kediri-Warujayeng. Pondok ini terletak di sebelah barat Polsek Prambon.
Jalan menuju pondok pesantren ini adalah jalan alternatif dari kabupaten
94
Kediri ke kabupaten Nganjuk atau sebaliknya, sehingga hari-harinya
tampak ramai. Pondok pesantren ini berada di tengah-tengah pemukiman
penduduk, sehingga terbaur dengan masyarakat desa Sonoageng, kondisi
semacam ini mempermudah para santri untuk dapat berinteraksi dengan
masyarakat. Secara geografis desa Sonoageng terletak disebelah utara desa
Watudandang, dan disebelah selatan desa Kampung Baru.
Mengenai luasnya, perkiraan penulis adalah 100 m x 50 m. yang
terdiri dari 1 Mushola, 1 lokal pondok santri putra, 1 lokal pondok putri, 1
lokal kamar mandi putra, 1 lokal kamar mandi putri, 1 lokal dapur putra, 1
lokal dapur putri dan 1 aula besar. Di sebelah barat pesantren terdapat
tempat parkir dan juga pekebunan luas milik pesantren.
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ulul Albab
Pesantren Ulul Albab beralamat di lintas jalan raya Kediri-
Warujayeng, dusun Gading, desa Sonoageng, kecamatan Prambon,
kabupaten Nganjuk, yang didirikan oleh KH. Abdul Malik pada tahun
1985. Pondok pesantren Ulul Albab merupakan suatu lembaga pendidikan
dan pengajaran agama Islam yang bersifat independen, artinya tidak
bernaung dibawah lembaga manapun, melainkan berdiri sendiri.
Berdirinya Pondok pesantren Ulul Albab ini tidak lepas dari perjuangan
KH. Abdul Malik dalam berdakwah.
Pesantren Ulul Albab ini sebelumya adalah sebuah madrasah
tempat para anak-anak dilingkungan sekitar menimba ilmu agama, namun
dengan berjalannya waktu, madrasah ini berkembang dengan pesat sampai
95
ada beberapa murid yang berasal dari luar daerah dan mereka minta izin
untuk menetap di madrasah. Hal ini membuat pengasuh madasah merasa
perlu untuk membuat beberapa ruangan untuk mereka yang ingin menetap
di madrasah. Karena jumlah mereka semakin bertambah akhirnya
pengasuh mendirikan pondok pesantren dengan nama pondok pesantren
Ulul Albab.1
Pesantren Ulul Albab ini pada awalnya seperti pesantren di jawa
pada umumnya, yaitu pondok salafiah yang di dalamnya terdapat Kiai,
guru dan para santri yang menimba ilmu agama. Namun dalam
perkembangannya, ada beberapa orangtua yang mengeluhkan perilaku
anaknya yang telah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba dan
meminta tolong kepada Kiai untuk membantu menyembuhkan mereka dari
ketergantungan mengkonsumsi narkoba, dan Alhamdulillah sampai saat ini
sudah ratusan santri pengguna narkoba telah berhasil disembuhkan total
dari ketergantungannya. Selain pengguna narkoba di pesantren ini juga
terdapat santri yang awalnya mengalami gangguan jiwa dan Alhamdulillah
dengan bantuan Kiai mereka dapat disembuhkan.2
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Ulul Albab
Pondok pesantren Ulul Albab merupakan suatu lembaga
pendidikan dan pengajaran agama Islam yang bersifat independen, artinya
tidak bernaung dibawah lembaga apapun, melainkan berdiri sendiri,
sehingga lembaga atau pesantren ini berhak mengatur rumah tangga
1 Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.00 WIB
2 Wawancara dengan Ustd. Yusuf, pada tanggal 25 April 2014, pukul 13.30 WIB
96
sendiri. Sebagaimana diketahui pesantren merupakan himpunan sejumlah
orang termasuk Kiai dan santri, dengan demikian dibutuhkan suatu
organisasi yang dapat memudahkan koordinasi antar individu dan demi
terorganisirnya jaringan interaksi antar sesama santri dan antar santri
dengan pembina. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Ulul
adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1: Sturktur Organisasi Ponpes Ulul Albab
4. Aktivitas di Pondok Pesantren Ulul Albab
Pondok pesantren salaf pada umumnya terdiri dari Kiai, dewan
asatidz dan para santri, begitu juga halnya dengan pesantren Ulul Albab.
Berikut adalah peran dan aktifitas stake holder yang ada di pondok
pesantren Ulul Albab.
97
a. Kiai
Kiai atau pemimpin pondok pesantren adalah unsur paling
utama dalam menentukan setiap kebijaksanaan dalam pelaksanaan
kegiatan di pondok pesantren. Seorang Kiai adalah merupakan elemen
yang paling pokok dalam pesantren, bahkan pertumbuhan dan
perkembangan suatu pesantren, seringkali diidentikkan atau tergantung
kepada kemampuan pribadi (kharisma) seorang Kiainya.
Seorang pengasuh di pondok pesantren Ulul Albab,
merupakan pembina utama dalam proses pembinaan mental santri
korban penyalahgunaan narkoba. Sehingga beban dan tanggung jawab
pengasuh pesantren sangat banyak dan cukup berat, mengingat di
pesantren Ulul Albab bukan hanya pesantren salaf seperti pada
umumnya.
Tanggung jawab yang lainnya adalah kondisi keagamaan
masyarakat sekitar pesantren Ulul Albab, karena sebagaimana diketahui
seorang Kiai tidak saja mempunyai kharisma di lingkungan pondok
pesantren, akan tetapi juga masyarakat sekitarnya. Kiai yang memimpin
pondok pesantren Ulul Albab adalah KH. Abdul Malik, beliau adalah
keturunan agama Islam tulen dan sebagai seorang muslim yang taat
kepada agamanya.
Masyarakat sekitar mengenal beliau sebagai sosok yang
kharismatik dan multi talent, karena selain alim dibidang ilmu agama
beliau juga dikenal sebagai ahli kanuragan dan pengobatan, yang
98
tentunya masih dalam koridor syariat Islam. Dalam kesehariannya,
selain sebagai pengasuh pesantren, beliau juga konsultan bidang agama
dan sosial, juga sering membantu masyarakat sekitar yang terkena sakit.
b. Dewan Asatidz
Peran ustadz di pondok pesantren Ulul Albab adalah
membantu Kiai dalam mencapai tujuan pengajaran bagi para santri,
juga sekaligus membina santri korban penyalahgunaan narkoba. Ustadz
atau pembina merupakan salah satu faktor yang menentukan
tercapainya tujuan penyembuhan dan pembinaan mental korban
penyalahgunaan narkoba di pondok pesantren Ulul Albab. Dalam
proses terapi para ustadz membantu pembina utama, yaitu Kiai untuk
mengatur para santri agar tertib dalam menjalankan kegiatan yang telah
ditentukan.
Pembina juga bertugas mengatur kegiatan sehari-hari para
santri korban pecandu narkoba, seperti makan, mandi, dan lain-lain. Di
Pondok Pesantren Ulul Albab, pembina santri korban pecandu narkoba
selain Kiai dan para ustadz juga ada beberapa satri senior mantan
pecandu narkoba yang ikut membantu.
c. Santri
Santri di pondok pesantren Ulul Albab di klasifikasikan ke
dalam dua kategori santri yakni: pertama, santri biasa yang tujuan
utamanya memang murni untuk menuntut ilmu agama dan kedua,
adalah santri yang mengalami gangguan psikologis baik karena terlibat
99
dalam penyalahgunaan narkoba maupun karena stress. Menurut KH.
Abdul Malik selaku pembina mengatakan, bahwa mereka yang
mengalami gangguan psikologis, setelah sadar ditempatkan di pondok
utama bersama santri-satri yang lain untuk mempelajari ilmu agama.
Jadi di sini mereka tidak hanya datang untuk berobat dari sakitnya,
melainkan juga untuk mondok.3
Santri yang termasuk pada kategori kedua, pada awal masuk
ditempatkan di ruangan khusus bahkan ada yang sampai dirantai,
karena dikhawatirkan mereka mengamuk. Dan setelah menjalani terapi
dan dinyatakan sadar atau sembuh, mereka ditempatkan menjadi satu
dengan santri-santri yang lain, dengan harapan mendapatkan ilmu dan
pengalaman dari para seniornya.
Adapun jumlah santri korban penyalahgunaan narkoba yang
dirawat di Pondok Pesantren Ulul Albab pada kurun waktu sejak 2012-
2014 sebanyak 77 santri, 1 santri (1,3%) sudah keluar sebelum sembuh
total, 6 santri (7,8%) masih dalam tahap penyembuhan dan yang lain
sudah dinyatakan sembuh (91%). Hal ini menunjukkan tingkat
kesembuhan penderita yang cukup tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat
tabel berikut ini:
3 Ibid.
100
Tabel 3.1: Jumlah santri narkoba kurun waktu 2012-2014
Tahun Jumlah Santri
Narkoba Sembuh
Dalam
Proses
Keluar sebelum
Sembuh
2012
2013
2014
33
30
14
33
29
8
-
-
6
-
1
-
Jumlah 77 70 6 1
Rasio 100% 91% 7,8% 1,3%
Dilihat dari lamanya perawatan, maka dari 70 santri yang telah
sembuh tersebut terdiri dari 56 santri (80%) dirawat selama 1-2 bulan
dan 14 santri (20%) dirawat selama 2-3 bulan. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel berikut:
Tabel 3.2: Lama perawatan santri narkoba
No Lama perawatan Frekwensi Prosentase
1
2
1-2 bulan
2-3 bulan
56
14
80%
20%
Jumlah 70 100%
Penderita korban penyalahgunaan narkoba di Pondok
Pesantren Ulul Albab yang tercatat sampai selesainya penelitian ini,
adalah sebanyak 40 santri. Dari 40 santri, terdiri dari 38 santri laki-laki
dan 2 santri perempuan, serta terdiri dari berbagai usia, diantaranya
adalah:
101
1) Di bawah usia 17 tahun berjumlah 9 santri
2) Di atas usia 17-30 tahun 29 santri
3) Di atas usia 30 tahun 2 santri
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata korban penyalahgunaan
narkoba adalah pada usia produktif. Dengan demikian sangatlah tepat
kalau semua pihak berupaya menanggulangi penyalahgunaan narkotika,
mengingat generasi muda adalah generasi penerus, calon pemimpin
bangsa dimasa yang akan datang. Dari 40 santri korban penyalahgunaan
narkoba tersebut, dapat diketahui aneka macam latar belakang keadaan
yang menyebabkan mereka menyalahgunakan narkoba. Hal ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3: Faktor penyalahgunaan narkoba
No Faktor Frekwensi Prosentase
1
2
3
Frustasi
Kurang perhatian orang tua
Lingkungan
7
23
10
17,5%
57,5%
25%
Jumlah 40 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa mayoritas yang menjadi
penyebab mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba adalah
kurangnya perhatian dari orang tua terkait pergaulan mereka di luar
rumah. Sehingga kontrol pergaulan mereka tidak ada, terlebih karena
dasar atau pengetahuan agama mereka yang masih sangat minim dan
kondisi kejiwaan yag masih labil.
102
B. Paparan Data Penelitan
1. Materi Pembinaan Mental Santri Narkoba di Pondok Pesantren Ulul
Albab
Materi pembinaan mental di sini adalah serangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh santri korban penyalahgunaan narkoba, sebagai
upaya pembinaan dan pemulihan mental. Adapun materi yang diberikan
kepada para santri pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab
secara umum meliputi empat macam bentuk amalan pokok yakni:
a. Mandi Taubat
Pelaksanaan mandi taubat adalah sama seperti mandi besar, yakni
dengan mengguyur seluruh anggota badan dengan air, bagi mereka
yang masih tergolong pecandu berat, dibantu oleh pembina. Mandi
taubat ini dilaksanakan pada sekitar pukul 02.00 WIB (1/3 malam
terakhir) setelah santri terbangun atau dibangunkan dari tidur. Mandi
taubat ini dilaksanakan setiap hari, sampai santri narkoba benar-benar
terlihat pulih dari sakitnya. Mandi taubat ini dilakukan dengan niat
bertaubat atau menghilangkan dosa seluruh anggota tubuh, mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Adapun caranya adalah menyiramkan
atau mengalirkan air ke seluruh tubuh, dengan dimulai dari atas (rambut
kepala) sampai ke bawah (ujung kaki).
b. Shalat
Shalat yang dikerjakan tidak hanya shalat wajib 5 waktu
melainkan juga shalat sunnah, diantaranya:
103
1) Shalat sunat Taubat
2) Shalat sunat Tahajjud
3) Shalat sunat witir
4) Shalat sunat Dhuha
5) Shalat sunat Qobla Subuh
6) Shalat sunat Qobla Dhuhur
7) Shalat sunat Ba‟da Dhuhur
8) Shalat sunat Qobla Asar
9) Shalat sunat Ba‟da Magrib
10) Shalat sunat Qobla Isya‟
11) Shalat sunat Ba‟da Isya‟
Ibadah shalat merupakan salah satu pola pembinaan mental santri
narkoba dalam proses penyembuhan di Pondok Pesantren Ulul Albab,
hal ini sangat penting dilakukan sebagai upaya lebih mendekatkan diri
pada Allah, sekaligus membentuk karakter kedisiplinan santri narkoba
dalam manajemen waktu. Untuk sholat sunat ini, Pembina hanya
menekankan pada sholat sunat taubat, tahajjud dan witir, untuk yang
lain hanya bersifat anjuran, sehingga santri bebas untuk
melaksanakannya atau tidak.4
c. Dzikir
Materi pembinaan mental yang ketiga yaitu dzikir, yang bertujuan
agar santri selalu mengingat Allah. Amalan ini dikerjakan setiap selesai
4 Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB
104
menunaikan ibadah shalat, dengan dipandu oleh pembina. Dzikir dalam
pelaksanaannya terbagi dalam dua macam, yakni:
1) Dzikir Jahar
Dzikir Jahar adalah metode dzikir yang diucapkan dengan
suara keras dan dengan gerakan tertentu, yang ditunjukkan oleh
KH. Abdul Malik, dengan lafal yang diucapkan LA<<< ILA<HA
ILLALLA<H yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Dzikir ini
dilaksanakan setelah shalat fardhu dan shalat sunnat, kalimat ini
minimal diucapkan sebanyak 185 kali. Cara melakukan dzikir jahar
mulai dari ucapan LA < dari bawah pusat dan diangkatnya sampai
keotak dalam kepala, kemudian setelah itu diucapkan ILA<HA dari
otak diturunkan perlahan-lahan kebahu kanan. Kemudian
mengucapkan ILLALLA<H sambil menggerakkan kepala dari bahu
kanan diturunkan kepangkal dada sebelah kiri dan diakhirkan pada
hati sanubari dibawah tulang rusuk lambung dengan
menghembuskan lafadz nama ALLA<H sekuat mungkin sehingga
terasa gerakannya pada seluruh badan.
2) Dzikir Khafi
Dzikir Khafi adalah sebuah metode dzikir yang diingat dalam
hati, atau terlintas dalam pikiran dan tidak didengar oleh telinga.
Dalam hati selalu mengingat dan menyebut nama Allah.
105
d. Qiyam al-Lail
Qiyam al-Lail atau bangun di sepertiga malam terakhir adalah
salah satu materi wajib yang harus dilakukan oleh santri narkoba di
pesantren Ulul Albab. yaitu dimulai sekitar pukul 02.00 WIB (dini
hari). Adapun kegiatannya adalah dimulai dengan mandi taubat,
dilanjutkan dengan sholat sunat taubat, tahajjud, witir dan selanjutnya
adalah dzikir sebanyak-banyaknya.5
Selain keempat materi tersebut, juga ada amalan penunjang yaitu
puasa dan olah raga. Puasa biasanya dilakukan oleh mereka yang sudah
baik dan sadar akan manfaat puasa. Puasa sunat yang biasa dilakukan
oleh para santri seperti puasa Senin dan Kamis dan puasa sunat lainnya.
Sedangkan penunjang yang lainnya adalah olah raga. Olah raga ini
dilakukan santri narkoba di pagi hari.
2. Pola Pembinaan Mental Korban Narkoba di Pondok Pesantren Ulul
Albab
Pola atau model yang digunakan dalam pelaksanaan Pembinaan
mental di Pondok Pesantren Ulul Albab, menurut KH. Abdul Malik adalah
sebagai berikut:
a. Keteladanan
Keteladanan di sini adalah dengan memberikan keteladanan
bersikap dan bertutur. Pembina di sini memberikan contoh bagi yang
5 Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 14.00 WIB
106
belum mengetahui bagaimana pelaksanaan beribadah dan berdzikir
yang benar dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT dan
sebagai upaya pembinaan mental. Selain itu Pembina juga memberikan
contoh dalam bersikap dan bergaul di dalam kehidupan sehari-hari.
b. Nasehat dan Cerita
Nasehat dan cerita ini sering dipakai ketika mereka selesai
melaksanakan sholat wajib berjamaah, juga saat mereka mengikuti
pengajian kitab fiqh, di sini santri diberi nasehat atau wejangan oleh
Kiai terutama masalah-masalah yang bersifat umum, sedangkan pada
masalah-masalah yang sifatnya pribadi, maka santri akan dipanggil
menghadap untuk mengungkapkan masalah-masalahnya, kemudian
KH. Abdul Malik memberikan nasehat.6
Hal ini sangatlah penting, karena di sini santri narkoba dapat
mencurahkan segala permasalahan hidup, sehingga bisa dibilang
sebagai media konsultasi. Dan dengan nasehat-nasehat yang menyentuh
terhadap pribadi santri diharapkan dapat membentuk pribadi kuat yang
timbul dari kesadaran tanpa adanya tekanan.
c. Disiplin
Kedisiplinan ini merupakan suatu metode pembiasaan bagi para
santri agar mematuhi aturan yang sudah ditetapkan di pesantren, dalam
kedisiplinan ini, terdapat hukuman ringan bagi para santri yang
melanggar peraturan-peraturan pondok. Misalnya, jika sudah datang
6 Wawancara dengan Ustd. Karom, pada tanggal 24 April 2014, pukul 19.30 WIB
107
waktu shalat santri yang masih tidur maka pembina akan memberikan
hukuman dengan percikan air. Hukuman tersebut disesuaikan dengan
tingkat kesembuhan santri dan juga pelanggaran yang dilakukan.
Berkenaan dengan kedisiplinan terhadap santri narkoba ini, Kiai
mengatakan bahwa, “Dalam membina santri narkoba ini kita harus
sabar dan tidak boleh terlalu keras atau kasar, karena mereka masih
baru dan terbiasa hidup bebas, jadi kita harus mendidiknya secara
pelan-pelan”.7
Adapun proses awal santri narkoba masuk ke pesantren sampai
mereka dinyatakan sembuh dari ketergantungannya adalah sebagai
berikut:
1) Proses awal
Proses awal di sini adalah proses ketika wali santri
menyerahkan anaknya kepada pihak Pondok Pesantren Ulul Albab.
Dalam proses awal ini terdapat dua macam cara yaitu cara langsung
dan tidak langsung. Pertama, kategori langsung di sini
diperuntukkan bagi santri yang masih dapat berkomunikasi, santri
diserahkan oleh orang tuanya atau yang mengantarnya untuk
dibina. Setelah daftar dan mengisi formulir yang disediakan,
kemudian pembina mewawancarai santri tersebut sehubungan
dengan dirinya. Kedua, proses awal secara tidak langsung adalah
santri yang dalam keadaan gangguan jiwa berat sehingga pihak
7 Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB
108
Pondok Pesantren mendapatkan informasi mengenai keadaan anak
tersebut dari keluarga atau yang mengantarnya.
Proses awal ini dimaksudkan untuk beberapa tujuan sebagai
berikut:
a) Mengetahui identitas anak
b) Mengetahui penyebab penyalahgunaan narkoba
c) Mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan dan
ketergantungan narkoba
d) Mengetahui jenis dan macam obat yang biasa dipakai
e) Mendapatkan informasi untuk menentukan langkah lebih lanjut
dalam proses penyembuhan.8
Penggolongan kadar ketergantungan narkoba sangat
membantu dalam proses penyembuhan, karena perhatian dan
bimbingan dari pembina akan dapat diberikan secara tepat sesuai
dengan kebutuhan mereka. Jika dilihat dari tingkat
ketergantungannya, maka para santri digolongkan menjadi dua:
a) Golongan ringan
Golongan ringan adalah mereka yang belum begitu
lama menggunakan atau mengkonsumsi narkoba, dan masih
rendah tingkat ketergantungannya, mereka termasuk dalam
gangguan jiwa ringan. Di sini mereka disediakan kamar khusus
bersama santri narkoba yang tergolong dalam kategori ringan.
8 Wawancara dengan Ustd. Purnomo, pada tanggal 25 April 2014, pukul 13.00 WIB
109
b) Golongan berat
Golongan berat adalah santri narkoba yang tingkat
ketergantungan sangat tinggi. Mereka termasuk dalam kategori
gangguan jiwa berat. Di sini mereka ditempatkan pada ruangan
khusus dan disendirikan dari santri-santri yang lain, karena
mereka sering teriak-teriak saat sakau.
Berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun merawat
korban penyalahgunaan narkoba golongan ringan, mereka
mempunyai ciri-ciri suka berbicara bohong, semangat dan minat
belajar atau bekerja tidak ada, menganggap semua itu adalah
miliknya meskipun barang tersebut milik orang lain. Sedangkan
golongan berat, cirinya adalah segala cara dihalalkan, kesadaran
tidak terkontrol, sehingga apapun sudah tidak terkendali.
Lama proses pembinaan mental tergantung dari tingkat
kecanduan terhadap narkoba serta keinginan kuat dari diri santri
untuk sembuh. Yang dimaksud keinginan untuk sembuh ialah
kesungguhan bahwa santri benar-benar ingin terlepas dari
ketergantungan narkoba.
Keinginan inilah yang mendorong santri tekun mengikuti
pembinaan, dan melaksanakan petunjuk dari pembina secara
sungguh-sungguh.
Dukungan dari orang tua juga sangat diperlukan. Pada waktu
awal pembinaan mental, orang tua atau keluarga disarankan agar
110
tidak sering menengok, hal ini dimaksudkan agar santri secepatnya
dapat beradaptasi dengan lingkungan dan kegiatan baru di pondok
dalam kegiatan pembinaan. Orang tua juga disarankan ikut
berpartisipasi untuk mempercepat kesembuhan santri, yaitu dengan
mengirimkan hadiah surat fatikhah setiap hari kepada anaknya.
2) Proses Pembinaan mental
a) Tahap Penyadaran
Tahap penyadaran ini dimulai setelah santri diketahui
tingkat ketergantungannya dan diketahui pula jenis obat yang
biasa dipakainya. Tindakan selanjutnya adalah santri diberi
segelas minuman yang telah diberi bacaan ayat-ayat al-Qur‟an
(Jawa: suwuk) yang terdapat di dalam kitab Mujarrobat al-
Dairobyi al-Kabi>r. Beberapa ayat al-Quran tersebut biasa
dikenal dengan sebutan ayat al-Khirsi. Berikut adalah ayat-ayat
yang terkumpul dalam ayat al-Khirsi (penjaga):
4 ayat pada awal surat al-Baqarah (ayat 2-5)
Ayat Kursyi (surat al-Baqarah ayat 255)
2 ayat setelah ayat Kursyi (256-257)
3 ayat pada akhir surat al-Baqarah (ayat 284-286)
3 ayat dari surat al-A‟raf (ayat 54-56 )
2 ayat pada akhir surat al-Isro‟(ayat 110-111)
Membaca Basmalah (1 ayat)
11 ayat pada awal surat al-Shoffat (ayat 1-11)
111
3 ayat pada surat al-Rohman (ayat 23-25)
4 ayat pada akhir surat al-Hashr (ayat 21-24)
4 ayat pada awal surat al-Jin (ayat 1-4)
Pada ayat-ayat tersebut dipercaya mengandung 100
obat dari berbagai macam penyakit seperti penyakit buduk
(sejenis penyakit kulit), penyakit belang dan berbagai penyakit
lainnya.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Ali R.A. “Bila ayat
Khirsi ini dibacakan pada orang tua yang sedang sakit, niscaya
Allah akan memberikan kesembuhan padanya”.9 Segelas air ini
diberikan pada setiap santri narkoba yang baru datang, baik
yang dalam kategori kelas ringan maupun kelas berat dan air
ini diminumkan setiap hari sebanyak satu gelas pada kelas
ringan dan tiga kali sehari pada santri kelas berat. Air ini
diminumkan sampai santri narkoba benar-benar sembuh total
dari sakitnya.10
Pada tahap selanjutnya, santri dimandikan dengan
istilah mandi taubat, yang tujuan utamanya adalah untuk
menjernihkan pikiran dan menyadarkan mereka serta
menurunkan kadar ketergantungannya pada narkoba. Lebih
dari itu adalah membersihkan diri dari kotoran narkoba, yang
9 Lihat, Syekh Ahmad al-Dairobi, Mujarrobat al-dairobi al-kabir, 40
10 Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB
112
dalam Islam hukum narkoba adalah haram, apalagi ketika
hendak mengerjakan shalat.
Setelah mandi dan berpakaian seperti layaknya orang
akan melakukan sembahyang sholat, kemudian santri
disadarkan pikirannya (baca: gembleng), dituntun untuk
mengingat Allah serta cara mendekatkan diri pada-Nya,
kemudian santri mengikuti pembinaan dzikir yang dipimpin
langsung oleh KH. Abdul Malik, adapun caranya sebagai
berikut:
Membaca Shahadat
Niat untuk membersihkan diri kepada Allah
Mengucapkan kalimat LA< ILA<HA ILLALLA<H, yang
dituntun oleh KH. Abdul Malik. Kalimat ini diucapkan terus
menerus dengan sungguh-sungguh, pertama diucapkan
dengan suara keras dan rendah kemudian perlahan-lahan
nadanya menjadi tinggi, kemudian rendah lagi hingga
suaranya menghilang hanya tinggal dalam hati. Pengucapan
tersebut mengikuti ritme yang teratur mengikuti detak
jantung manusia. Dalam suasana keheningan KH. Abdul
Malik dengan bahasa yang menyentuh jiwa, menuntun hati
santri untuk mengingat segala perbuatan, tingkah laku yang
berlumuran dosa, dan memohon ampun kepada Allah,
menyesal serta bertaubat. Pada saat itulah mereka merasa
113
dekat dengan Allah SWT, dan sering diikuti rasa penyesalan
yang dalam, tak jarang meneteskan air mata bahkan ada
yang menangis tersedu-sedu.
b) Tahap Terapi
Terapi di Ponpes Ulul Albab, dalam pelaksaannya
terbagi dalam dua bagian, hal ini dikarenakan kondisi santri
yang secara psikologis maupun medis berbeda-beda. Pertama,
bagi santri yang taraf ketergantungannya pada narkoba tidak
tinggi serta sudah dapat menerima materi pembinaan dengan
baik, pelaksanaan pembinaan kelas ringan dilakukan di
mushola yang dipimpin langsung oleh KH. Abdul Malik.
Kedua, bagi santri yang tergolong berat atau tingkat
ketergantungannya pada narkoba tinggi di lakukan di ruangan
khusus.
Adapun aktifitas santri pada tahap ini selain
berkonsultasi secara intensif, adalah melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang telah dijadwalkan secara rinci dan dilaksanakan
dengan disiplin tinggi demi tercapainya kesembuhan. Adapun
jadwal pembinaan yang harus dilaksanakan dalam proses
penyembuhan penderita penyalahgunaan narkoba yang dirawat
di Pondok Pesantren Ulul Albab adalah sebagai berikut:11
11
Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB
114
Tabel 3.4: Jadwal Kegiatan Santri Narkoba
No Waktu Jenis Kegiatan Santri Narkoba
1 JAM 02.00 WIB Mandi Taubat
Shalat Taubat
Shalat Tahajjud
Shalat Witir
Dzikir jahar dan kahfi sebanyak
Banyaknya
2 Subuh, Jam
04.00 WIB
Shalat sunat Qobliyah Subuh
Shalat Subuh
Dzikir bersama
Mengaji al-Qur‟an dan kitab fiqh
3 Jam 06.00 WIB Bersih-bersih dan olah raga ringan
3 Jam 10.00 WIB Shalat Dhuha
4 Dzuhur, Jam
12.30 WIB
Shalat sunat Qobliyah Dhuhur
Shalat Dhuhur
Dzikir bersama
Shalat Ba‟diyah Dhuhur
5 Ashar, Jam
15.30 WIB
Shalat sunat Qobliyah „Asar
Shalat „Asar
Dzikir bersama
6 Maghrib, Jam
18.00 WIB
Shalat Magrib
Dzikir bersama
115
Shalat sunat Ba‟diyah Magrib
Mengaji al-Qur‟an dan kitab fiqih
7 Isya‟, Jam 19.30
WIB
Shalat sunat Qobliyah Isya‟
Shalat Isya‟
Dzikir bersama
Shalat Ba‟diyah Isya‟
Istirahat
Dari jadwal kegiatan tersebut dapat dilihat bahwa
aktifitas santri dalam sehari-harinya penuh dengan ibadah
kepada Allah mulai dari mandi taubat, sholat, dzikir dan
mengaji. Dengan kondisi yang demikian diharapkan santri
menjadi lebih dekat dengan Allah dan menyadari akan
kekeliruannya yang dahulu telah dijalaninya.
Pukul 02.00 WIB dini hari semua santri dibangunkan,
untuk melaksanakan mandi taubat, bagi santri yang masih
parah biasanya dibantu oleh pembina, santri kemudian wudhu
dan menuju ke mushola untuk mengikuti pembinaan yang
dipimpin KH. Abdul Malik, setelah santri semuanya
berkumpul di dalam mushola, maka segera dimulailah kegiatan
ini. Kegiatan pertama kali yaitu shalat Tahajjud 4 rakaat
dengan 2 kali salam, dilanjutkan shalat sunat taubat 2 rakaat 1
kali salam kemudian sholat sunat witir 3 rokaat dan 2 kali
116
salam. Setelah selesai kemudian KH. Abdul Malik memimpin
santri untuk berdzikir sebanyak-banyaknya hingga waktu
shalat Subuh tiba.
Setelah waktu subuh tiba, maka santri melakukan shalat
Qobliyah subuh 2 rakaat dan dilanjutkan shalat subuh
berjamaah dengan KH. Abdul Malik. Setelah shalat subuh
kemudian berdzikir bersama-sama. Setelah itu mereka mengaji
al-Qur‟an dan kitab fiqh yang di pimpin oleh Kiai dan
beberapa ustadz. Sekitar pukul 06.00, para santri narkoba
bersih-bersih halaman pondok dan melakukan olah raga kecil,
seperti lari-lari di area pesantren.
Pukul 10.00 mereka mandi, kemudian santri berwudhu,
yang dilanjutkan dengan shalat sunat Dhuha 4 rakaat 2 kali
salam. Setelah itu santri diberikan kesempatan untuk istirahat.
Pukul 12.30 mereka melaksanakan shalat Dhuhur, mereka
menjalankan shalat sunat Qobliyah Dhuhur 2 rakaat. Setelah
melaksanakan shalat Dhuhur dilanjutkan dengan dzikir
bersama, dan diakhiri dengan shalat sunat Ba‟diyah Dhuhur 2
rakaat.
Pukul 15.30 santri mandi dan wudlu kemudian
melaksanakan shalat sunat Qobliyah „Asar 2 rakaat 1 kali
salam dilanjutkan shalat „Asar secara berjamaah. Setelah itu
dilanjutkan dengan dzikir bersama.
117
Menjelang Magrib, santri mulai bersiap-siap mandi dan
segera ke mushola. Di mulai dengan shalat Magrib secara
berjamaah. Setelah itu dzikir bersama dan kemudian shalat
Ba‟diyah Magrib. Dilanjutkan dengan mengaji al-Qur‟an dan
kitab fiqh yang dipimpin oleh beberapa ustadz.
Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pengasuh, santri tidak boleh beranjak dari mushola sebelum
menunaikan shalat Isya'. Setelah tiba waktu shalat Isya
kemudian shalat Qobliyah Isya dan dilanjutkan shalat Isya‟
secara berjamaah, kemudian dzikir bersama dan shalat
Ba‟diyah Isya. Setelah itu mereka istirahat, dan sebelum tidur
mereka diberikan minuman yang telah di bacakan ayat Khirsi
oleh Kiai.
Begitu seterusnya kegiatan setiap hari, dan dilakukan
dengan pengawasan yang ketat oleh pembina. Dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut, bagi santri yang
masih baru dan belum mengetahui cara beribadah, shalat,
wudhu, dan berdzikir serta membaca Al-Qur‟an, mereka hanya
mengikuti saja kegiatan dan aktifitas yang ditentukan oleh
pembina, sambil dibimbing dan diajari tata cara beribadah
yang baik dan benar oleh Kiai yang di bantu oleh beberapa
ustadz . Dengan cara yang demikian itu maka sedikit demi
sedikit timbul kesadaran santri untuk kembali kejalan Allah.
118
Kesadaran ini merupakan hal terpenting bagi santri
narkoba, sehingga memungkinkan mereka dapat diberi
pelajaran berupa teori-teori ibadah. Dengan kata lain santri
diberikan praktek terlebih dahulu baru kemudian diberikan
teorinya. Sebagian besar santri menjadi sadar akan
kekeliruannya ketika sedang menjalani dzikir, hal ini seperti
apa yang dikatakan oleh Kiai: “Biasanya mereka mulai
menyadari akan kesalahan-kesalahannya pada waktu dzikir
dini hari sebelum shubuh, mereka banyak yang meneteskan air
mata dalam pertengahan dzikir”.12
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan saudara
Rizal, “Hati kami sangat tersentuh sampai meneteskan air mata
saat berdzikir, terutama saat dzikir sebelum Shubuh. Kami
menjadi teringat akan kesalahan-kesalahan kami yang dulu,
dan kami merasa sangat menyesal”.13
Selain dibimbing dengan amalan-amalan di atas, di sini
Kiai dan orang tua juga selalu membacakan (mengirimi) surat
Al-Fatihah sebanyak 1.011 kali setiap malam terhadap santri
narkoba. Hal ini juga sangat mempengaruhi kesembuhan
mental santri narkoba, jika orang tua lupa atau kurang serius
12
Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB 13
Wawancara dengan Sdr. Rizal (santri narkoba), pada tanggal 24 April 2014, pukul 16.30 WIB
119
(baca: kendor) dalam membacakannya, maka kesembuhan
santri narkoba juga menjadi lama.14
c) Tahap Pemeliharaan
Santri yang telah mengalami perubahan, baik fisik
maupun mentalnya, setelah sebelumnya berada di tempat yang
khusus yang terpisah, mereka dipindahkan dan digabungkan
dengan santri biasa (bukan santri narkoba), menjadi satu
tempat dan satu asrama dengan santri lainnya.
Bagi mereka yang masih dalam usia sekolah dan ingin
melanjutkan sekolah sesuai dengan sekolah tingkat
pendidikannya itu diperbolehkan namun masih tetap dalam
pengawasan. Namun bagi mereka yang tidak sekolah maka
diwajibkan untuk tetap berada di pesantren (baca: mondok), ini
bertujuan untuk memulihkan kondisi santri dan mendalami
ilmu agama serta membiasakan mereka untuk bergaul dengan
masyarakat yang tidak mengalami gangguan kejiwaan seperti
mereka. Hal ini sangat dibutuhkan sebelum akhirnya dia
pulang ke keluarganya dan bergaul dengan masyarakat. 15
Selain diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan belajar
di pondok pesantren Ulul Albab, para santri diarahkan agar
mempunyai ketrampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat.
Sebagai contoh: karena Kiai memiliki banyak sekali kebun
14
Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB 15
Ibid.
120
maka para santri diajari bercocok tanam berbagai macam
tanaman diantaranya adalah padi, jagung, ketela pohon dan
masih banyak lagi tanaman yang diajarkan bagi para santri.
3) Proses Akhir
Setelah mengikuti proses pembinaan mental dalam waktu
tertentu sesuai dengan tingkat ketergantungannya pada narkoba,
dan sudah dinyatakan sembuh, para santri diwajibkan untuk tetap
berada di pesantren (baca: mondok), ini bertujuan untuk
memulihkan kondisi santri dan mendalami ilmu agama serta
membiasakan mereka untuk bergaul dengan masyarakat yang tidak
mengalami gangguan kejiwaan seperti mereka.
Adapun indikasi atau ciri-ciri mereka telah sembuh adalah
sebagai berikut:
a) Memiliki aura atau raut wajah cerah seperti manusia pada
umumnya
b) Matanya tidak sayup-sayup dan merah
c) Bertingkah laku baik sesuai dengan pengetahuan agama yang
dimilikinya dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
d) Rajin beribadah, seperti shalat jamaah, dzikir, puasa dan
amalan-amalan lain secara konsisten.
e) Disiplin dalam setiap mengikuti kegiatan dan melaksanakan
program Pondok Pesantren.
121
f) Selalu menjaga kerapian dalam berpakaian dan menjaga
kebersihan pribadi, kamar, asrama, dan lingkungan pondok.16
Sebelum pulang santri diberi nasehat oleh KH. Abdul Malik
supaya mengamalkan ajaran-ajaran yang telah diberikan selama di
Pondok Pesantren Ulul Albab, yang berguna untuk menjaga dari
segala macam godaan terlebih pada narkoba. Lamanya perawatan
di pondok pesantren tergantung dari tingkat ketergantungannya
santri terhadap narkoba. Ketergantungan ringan akan sembuh
dalam kurun waktu 1-2 bulan, sedangkan santri yang tergolong
gangguan berat dapat sembuh dalam kurun 2-3 bulan.
Demikianlah beberapa data yang penulis dapatkan dari
pesantren Ulul Albab, baik melalui wawancara maupun
dokumentasi. Dalam bab selanjutnya akan dibahas tentang analisis
terkait materi maupun metode yang dipakai oleh pondok pesantren
Ulul Albab dalam pembinaan mental santri narkoba.
16
Wawancara dengan KH. Abdul Malik, pada tanggal 24 April 2014, pukul 13.30 WIB