BAB III (OTW)
-
Upload
adhen-syahputra -
Category
Documents
-
view
29 -
download
11
description
Transcript of BAB III (OTW)
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Mengevaluasi Kinerja Furnace (F-14-001) Sebagai Alat Pemanas Feed
pada HVU (High Vacuum Unit) II Bagian CD&L (Crude Destiller & Light End)
3.2 Latar Belakang
Furnace merupakan alat yang digunakan sebagai pemanas umpan sebelum
masuk ke High Vacuum Unit II PT.PERTAMINA RU III – Sungai Gerong.
Tujuan pemanasan ini untuk memenuhi spesifikasi kondisi operasi. Oleh karena
itu, efisiensi pemanasan umpan (long residue) dalam furnace harus
diperhitungkan. Tingkat keefektifisan penggunaan energi dan bahan bakar dapat
ditinjau dari nilai efisiensi tersebut.
Secara umum panas yang dibutuhkan pada unit proses atau kilang
pengolahan migas bertujuan untuk menaikkan temperatur umpan sehingga
memenuhi persyaratan kondisi operasi untuk masuk ke kolom destilasi untuk
dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Furnace F-14-001 merupakan furnace yang
digunakan untuk pemanasan umpan long residue menuju High Vacuum Unit.
Nilai efisiensi yang baik adalah ketika nilainya tidak terlalu jauh dari efisiensi
yang diperkirakan desain. Akan tetapi, dalam prakteknya heat loss tidak mungkin
dihindari karena pasti ada panas yang hilang baik melalui dinding furnace, excess
air, maupun panas yang terbawa dari gas hasil pembakaran.
Oleh sebab itu, penulis melakukan perhitungan efisiensi furnace F-14-001
ini untuk mengetahui seberapa baik kinerja furnace dalam memanaskan umpan
long residue, menganalisa penyebab berbedanya nilai efisiensi dari perhitungan
dibandingkan dengan data design dan menjawab penyebab heat loss terjadi.
Sehingga dengan demikian, penulis dapat memberikan saran kepada
PT.PERTAMINA RU III – Sungai Gerong tentang bagaimana meningkatkan
efisiensi dari furnace F-14-001 ini.
3.3 Tujuan
3.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui gambaran mengenai pelaksanaan pekerjaan di perusahaan
tempat penyusun laporan Kerja Praktek berlangsung.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjalani
perkuliahan.
3. Melatih kemampuan dan daya kreatifitas mahasiswa untuk menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi dalam dunia industri atau dunia kerja.
3.3.2 Tujuan Khusus
Mengevaluasi kinerja furnace F-14-001 sebagai alat pemanas feed pada
HVU II dengan menghitung efisiensinya.
3.4 Manfaat
3.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan
1. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara perusahaan dengan jurusan teknik kimia Politeknik Negeri
Sriwijaya Palembang.
2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi yang
ada pada perusahaan tersebut.
3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan tempat
mahasiswa melaksanakan Kerja Praktek.
3.4.2 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Sriwijaya
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dari lapangan perusahaan.
3.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi di lingkungan kerja.
2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik kimia yang diperoleh
dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya,
khususnya mengenai peralatan dan proses pengolahan minyak bumi.
3.5 Perumusan Masalah
3.6 Tinjauan Pustaka
3.6.1 Landasan Umum Furnace
Furnace adalah suatu alat yang berfungsi untuk memindahkan panas
(kalor) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang berlangsung dalam
suatu ruang pembakaran (combustion chamber) ke fluida yang dipanaskan dengan
mengalirkannya melalui pipa – pipa pembuluh (tube). Tujuan dari pemindahan
panas hasil pembakaran ke fluida adalah agar tercapai suhu operasi yang
diinginkan pada proses berikutnya. Sumber panas furnace berasal dari
pambakaran bahan bakar cair (fuel oil) atau bahan bakar gas (fuel gas) dengan
udara yang panasnya digunakan untuk memanaskan crude oil yang mengalir di
dalam tube.
Furnace memiliki struktur bangunan plat baja (metal) yang bagian
dalamnya dilapisi oleh material tahan api, batu isolasi dan refractory yang
fungsinya untuk mencegah kehilangan panas serta dapat menyimpan sekaligus
memantulkan panas radiasi kembali ke permukaan tube yang dikenal dengan “fire
box” atau “combustion chamber”. Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang
pembakaran yang menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube
coil) dipasang menelusuri dan merapat ke bagian lorong yang menyalurkan gas
hasil bakar (flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack). Perpindahan
kalor di ruang pembakaran terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi
(radiant section), sedangkan di saluran gas hasil pembakaran terutama oleh
konveksi disebut seksi konveksi (convection section). Untuk mencegah supaya
gas buangan tidak terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka pada
cerobong seringkali di pasang penyekat (damper). Perpindahan panas kalor
melalui pembuluh dikenal sebagai konduksi.
Tipe Furnace
1. Jenis dapur atas dasar orientasi kumparan
a. Tipe box (box furnace)
Dapur tipe box mempunyai bagian radiant dan konveksi yang dipisahkan
oleh dinding batu tahan apiyang disebut bridge wall. Burner dipasang pada ujung
dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa atau dinding samping dapur (api
sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini jarang digunakan karena perhitungan
ekonomi atau harganya yang mahal.
Aplikasi dapur tipe box:
- Beban kalor berkisar antara 60 – 80 MM Btu/ jam atau lebih.
- Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
- Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil.
- Dipakai pada instalasi – instalasi tua, adakalanya pada instalasi yang baru yang
mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash) yang tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe box:
- Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4.
- Distribusi fluks kalor merata di sekeliling pipa.
- Ekonomis digunakan pada beban kalor di atas 60 – 80 MM Btu/ jam.
Kerugian memakai dapur tipe box:
- Apabila salah satu aliran fluida diberhentikan, maka seluruh operasi dapur harus
diberhentikan juga untuk mencegah pecahnya pipa (kurang fleksibel).
- Tidak dapat digunakan untuk memanasi fluida yang harus dipanasi pada suhu
tinggi dan aliran fluida yang singkat.
- Harga yang relative mahal.
- Membutuhkan area yang relative luas.
- Pelaksanaan pemeliharaan lebih sulit, karena pipa pembuluh tersusun mendatar.
b. Tipe silindris tegak (vertical)
Furnace ini mempunyai bentuk konstruksi silinder dan bentuk alas (lantai)
bulat. Tube dipasang pada lantai sehingga nyala api tegak lurus ke atas sejajar
dengan dinding furnace. Furnace ini dibuat dengan atau tanpa ruang konveksi.
Jenis pipa pemanas yang dipasang ke ruang konveksi biasanya menggunakan
finned tube yang banyak digunakan pada furnace dengan bahan bakar gas.
Aplikasi dapur tipe silindris:
- Digunakan untuk pemanasan fluida yang mempunyai perbedaan suhu antara inlet
dan outlet yang tidak terlalu besar atau sekitar 200 ˚F (90 ˚C).
- Beban kalor yang berkisar antara 10 s/d 200 GJ/ jam.
- Umumnya dipakai pemanas fluida umpan reactor.
Keuntungan memakai dapur tipe silindris:
- Konstruksi sederhana, sehingga harganya relative murah.
- Area yang diperlukan relative kecil.
- Luas permukaan pipa dapat tersusun lebih besar sehingga effisiensi termalnya
lebih tinggi.
- Ekonomis untuk bahan bakar sekitar 60 -80 MM Btu/ jam.
Kerugian memakai dapur tipe silindris:
- Kapasitas feed yang relative kecil.
- Plot area minimal dan perlu pengoperasian yang lebih hati – hati.
- Pada kasus dimanan kapasitas dapur yang kecil, kurang effisien.
c. Tipe kabin (cabin)
Furnace ini mempunyai bagian radiasi pada sisi – sisi samping dan sisi
kerucut furnace. Bagian konveksi di bagian atas furnace, pipa konveksi pada baris
pertama yang disebut shield section (pelindung). Susunan tube dari tipe ini adalah
horizontal dengan merapat pada dinding dapur atau penyekatnya (baffle). Ruang
pembakaran umumnya berbentuk kotak (cabin) yang seringkali diberi penyekat
ditengahnya tujuannya untuk meratakan temperature pembakaran di seluruh tube
dan memberikan pemanasan bertahap. Burner dipasang pada lantai furnace dan
menghadap ke atas sehingga arah pencaran api maupun flue gas tegak lurus
dengan susunan tube, adakalanya burner dipasang horizontal.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
- Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi yang tinggi.
- Beban panas sekitar 20 – 300 MM Btu/ jam.
- Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi secara terpisah
(fleksibel).
- Merupakan tipe furnace temperature tinggi (High Temperature Chemical
Furnace).
Furnace ini digunakan sebagai reactor, di mana fluida yang mengalir
melalui pipa di bagian radiasi akan memperoleh panas secara merata. Burner
dipasang di lantai dengan arah pancaran api vertical dan dipasang di dinding
dengan arah pancaran api yang horizontal. Dengan cara pemasangan burner
tersebut maka tube akan memperoleh panas radiasi yang sama pada kedua sisinya
sehingga mengurangi terbentuknya coke serta penurunan suhu di tube.
Jenis dapur berapi atas dasar suplai udara (pembakaran)
a. Draft alami (Natural Draft)
Gas hasil pembakaran yang berada di dalam ruang pembakaran dan
cerobong (stack) mempunyai temperature yang tinggi sehingga rapat molekulnya
sangat kecil dibandingkan dengan udara luar (atmosfer). Keadaan ini akan
menyebabkan gas buang mengalir ke atas dengan sendirinya sehingga
menimbulkan gaya angkat secara alami. Akibat gaya angkat tersebut
menimbulkan sedikit vacuum atau draft (beda tekanan negatif terhadap atmosfer)
yang akan menghisap aliran udara atmosfer ke dalam ruang pembakaran. Jadi
natural draft ini akan menghisap udara pembakaran masuk ke ruang pembakaran
dan mengangkat gas hasil pembakaran hingga terbuang. Besarnya draft adalah
fungsi dari tingginya stack, semakin tinggi stack maka draft yang dihasilkan akan
semakin tinggi juga. Kebocoran pada stack akan mengurangi draft tersebut.
Burner menggunakan udara pembakaran dengan sistem langsung/ secara natural
dengan perbedaan draft.
b. Draft induksi (Induction Draft)
Pada dapur jenis ini, digunakan blower untuk membantu memasukkan
udara ke dalam ruang pembakaran. Karena volume udara relative kecil dan
temperaturnya rendah, maka biaya pemasangan blower ini relative murah. Force
draft bekerja dengan cara udara ditiupkan masuk ke dalam ruang pembakaran oleh
sebuah kipas angin (blower), sehingga tekanan menjadi positif, ruang bakar dan
ruang – ruang pemanas lainnya tetap bertekanan negative (draft) dan gas hasil
bakar terbuang karena efek cerobong.
c. Draft berimbang (Balance Draft)
Furnace ini menggunakan dua jenis blower, yang dipasang sebagai forced
draft dan induced draft. Walaupun biayanya menjadi mahal, tetapi mempunyai
keuntungan aliran udara dan gas buang (flue gas) dapat diatur dan dibuat
seimbang (balance).
3.6.2 Komponen utama furnace
1. Dinding furnace
Dinding furnace terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Lapisan bagian dalam, terdiri dari batubata tahan api (fire brick) yang berfungsi
sebagai pelindung dari radiasi panas, batubata tahan api tersebut mengandung
Al2O3 lebih besar dari 42% dan mempunyai sifat tahan terhadap panas.
b. Lapisan bagian tengah, merupakan bagian isolasi yang dipasang batu isolasi
(insulation brick) yang berfubgsi sebagai penahan adanya kehilangan panas.
c. Lapisan bagian luar, merupakan bagian konstruksi untuk memperkuat struktur
furnace.
2. Tube coil
Tube coil berfungsi sebagai media penghantar panas kepada crude oil.
Tube coil terbuat dari bahan yang tahan panas terhadap temperature tinggi,
mempunyai daya hantar panas (thermal conductivity) yang tinggi dan tahan
terhadap korosi pada temperature tinggi. Untuk beban furnace pada temperature
1000 – 1200 ˚F adalah chrome alloy steel dan di atas 1200 ˚F adalah nickel dan
chrome alloy steel. Fluida yang dipanaskan dialirkan melalui tube coil, mula –
mula masuk di convection section dan kemudian radiant section dengan tujuan
agar diperoleh proses perpindahan panas dari hasil pembakaran ke fluida secara
bertahap.
3. Gun burner (alat pembakar)
Burner berfungsi untuk merubah bahan bakar berupa senyawa hidrokarbon
menjadi fase gas dan akan bercapur dengan udara pembakaran sehingga terjadi
pembakaran yang sempurna. Bahan yang dipakai umumnya berupa gas (fuel gas)
dan cair (fuel oil), maka fungsi dari burner tergantung dari jenis fuel yang
digunakan.
a. Untuk fuel gas
Burner gas bergungsi sebagai pemandu arah gas ke aliran udara pembakar
sehingga fuel gas bercampur dengan udara yang baik untuk mendapatkan
kestabilan dan arah api yang baik pada daerah pembakaran. Biasanya dilengkapin
dengan removable gun untuk keperluan pembersihan.
b. Untuk fuel oil
Burner oil berfungsi untuk mengubah fase cair fuel oil menjadi partikel –
partikel fuel (kabut), sehingga mudah bercampur dengan udara pembakar,
bereaksi dengan oksigen dan mudah terbakar.
c. Untuk pembakar fuel gas dan fuel oil sekaligus
Perlengkapan – perlengkapan pada burner didesain sedemikian rupa yang
terdiri dari beberapa komponen (burner assembling component), agar kondisi
pembakaran dapat dikontrol, effisien dan aman untuk dioperasikan pada batas –
batas kualitas bahan bakar maupun heat duty – nya.
4. Stack dan damper
Stack (cerobong asap) furnace biasanya terbuat dari carbon steel yang
berfungsi untuk mengalirkan gas hasil pembakaran (flue gas) dari convection
section ke atmosfer. Tinggi cerobong ditentukan berdasarkan draft di ruang
pembakaran dan peraturan tentang polusi udara. Damper (katup cerobong)
berfungsi untuk mengatur jumlah udara masuk, pengaturan tersebut dengan
mengatur bukaan damper sehingga tarikan udara yang disebabkan oleh
kevakuman dari cerobong asap dapat diperkecil. Bahan konstruksinya dapat
beraneka ragam tergantung dari temperaturnya, pada saat operasi bukaan katup
cerobong dikondisikan sedemikian rupa sehingga dicapai keadaan optimal antara
kesempurnaan pembakaran dan effisiensi.
5. Air Preheater (APH)
Furnace modern biasanya dilengkapi dengan air preheater (APH) yang
berfungsi memanfaatkan sisa panas dari flue gas setelah melewati tube coil dalam
convection section, kemudian memanaskan udara yang dialirkan ke ruang
pembakaran. Panas yang hilang dari flue gas yang semestinya di buang ke udara
melalui stack dapat dipindahkan ke udara pembakar, sehingga effisiensi dapur
menjadi lebih baik. Air preheater dilengkapi dengan:
a. Induced Draft Fan (IDF), dipasang diantara ducting dengan stuck yang berfungsi
untuk menghisap flue gas dari dalam furnace.
b. Forced Draft Fan (FDF), dipergunakan untuk mensuplai udara pembakaran ke
burner, sisitem ini dipasang agar terjadi pencampuran bahan bakar dengan udara
yang lebih baik.
c. Rotor APH, merupakan silinder yang bersekat dan berputar di dalam suatu casing.
Udara yang akan dipanaskan mengalir pada bagian sisi yang satu sedangkan flue
gas mengalir pada bagian yang lainnya. Silinder yang berputar membawa panas
dari flue gas mengalir pada bagian lainnya. Silinder yang berputar membawa
panas dari flue gas yang diberikan pada udara yang akan dipanaskan.
6. Soot blower
Jelaga dari flue gas akan mengendap pada dinding luar tube coil di daerah
convection, sehingga proses perpindahan panas pada daerah tersebut akan
terhalang dan menyebabkan effisiensinya menurun. Pengotoran pada daerah
convection harus diperhatikan, terutama pada tube coil bersirip dan pembakaran
dengan fuel oil. Pembersihannya menggunakan soot blowers yaitu alat yang dapat
digunakan untuk menembakkan steam atau air melalui nozzle, tepat pada pipa –
pipa pembuluh di daerah convection setiap periode waktu tertentu sehingga jelaga
akan mengalir ke cerobong melalui gas buangan.
7. Peep hole
Peep hole (lubang intip) dibuat pada dinding ruang pembakaran untuk
mengamati keadaan di ruang pembakaran, seperti nyala api, warna pipa pemanas
dan warna batu tahan api. Lubang pengintip dilengkapi dengan penutup dari baja
dan harus selalu tertutup setelah digunakan. Jumlah lubang pengintip ini
tergantung dari ukuran dan tipe furnace, yang penting semua titik diruang
pembakaran harus dapat diamati dari lubang – lubang pengintip ini.
8. Explosive door
Berupa jendela pada dinding furnace yang dapat membuka untuk mengurangi
tekanan di dalam furnace bila terjadi ledakan.
9. Man way
Pintu pada dinding furnace yang berfungsi sebagai tempat masuk operator/
pekerja pada saat melakukan perbaikan.
10. Instrumentasi
Umumnya instrumentasi yang terpasang pada suatu furnace adalah:
a. Thermometer, instrument pengukuran temperature ini dibagi menjadi beberapa
tipe tergantung kebutuhan, seperti: Temperature Indicator (TI), Temperature
Recorder (TR), Temperature Controller (TC), Temperature Aliran (TA) dan
Temperature Shutdown (TS).
b. Manometer, banyak yang digunakan untuk mengukur tekanan udara di ruang
pembakaran, tekanan gas duang di stack, tekanan bahan bakar gas / cair, tekanan
fluida masuk dan keluar ruang pembakaran.
c. On line analyzer, berfungsi untuk analisa kandungan oksigen, karbon dioksida dan
karbon monoksida pada gas buang.
d. Solenoid Off Valve (SOV), dipakai untuk fuel oil supply and return, fuel gas
supply dan stack damper.
e. Interlock trip system Air Preheater (APH), merupakan suatu sistem pengamatan
furnace apabila tejadi kegagalan pada salah satu perlengkapan APH contoh safe
guarding APH adalah indikasi high press di dalam furnace.
3.6.3 Proses Pembakaran dan Perpindahan Panas
i. Proses pembakaran
Proses pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan bakar (C, H) dengan udara
(O2) serta sumber panas sehingga terbentuk api yang menghasilkan kalor dan gas
hasil pembakaran (flue gas). Untuk melakukan pembakran bahan bakar
dibutuhkan oksigen, oksigen yang digunakan disuplai dari udara. Komposisi
udara selain oksigen dan nitrogen, pada kenyataannya ada pertikel - partikel lain
sebagai inert yang akan ikut keluar stack dengan membawa rugi panas.
Pada umumnya komposisi kimia dari bahan bakar merupakan ikatan hidrokarbon
yang terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H), maka reaksi yang terjadi di dalam
proses pembakaran adalah sebagai berikut:
a. Pembakaran sempurna
C + O2 → CO2 + 32840 KJ/ kg carbon
2H2 + O2 → 2H2O + 119440 KJ/ kg hidrogen
Pada reaksi ini semua karbon yang terdapat di dalam bahan bakar seluruhnya
habis terbakar membentuk gas CO2.
b. Pembakaran tidak sempurna
C + ½ O2 → CO + 9290 KJ/ kg carbon
2H2 + O2 → 2H2O + 119440 KJ/ kg hidrogen
Pada reaksi pembakaran tersebut karbon yang bereaksi dengan oksigen
membentuk karbon monoksida (CO), reaksi ini terjadi karena kekurangan udara
sehingga pembakaran tidak sempurna.
Pembakaran tidak sempurna ini merugikan antara lain:
a. Karbon monoksoda (CO) yang keluar dari stack masih berupa bahan bakar,
apabila CO dibakar akan menghasilkan panas.
b. Karbon monoksida (CO) yang terbentuk dari reaksi pembakaran dapat
menimbulkan after burning, biasanya terjadi pada dinding dapur yang cukup
panas. Adanya oksigen dan suhu yang tinggi dari dinding dapur, maka CO akan
terbakar kembali dan menghasil panas, hal ini dapat merusak dinding dapur.
c. Pembakaran lain, karena bahan bakar tidak hanya terdiri dari hidrokarbon saja,
maka beberapa reaksi lain yang mungkin terjadi, seperti:
S + O2 → SO2 (g) + 2219,4 Kkal/ kg sulfur
Terbentuknya oksida belerang tidak diinginkan dalam dapur, dengan adanya uap
di dalam flue gas akan memungkinkan terjadi asam belerang.
ii. Proses perpindahan panas
Proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima dibedakan atas tiga
cara, yaitu:
a. Perpindahan panas secara konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana molekul –
molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekul - molekul
tersebut hanya mengantarkan panas atau proses perpindahan panas dari suhu yang
tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih rendah.
b. Perpindahan panas secara konveksi
Perpindahan panas secara konveksi diakibatkan molekul – molekul zat perantara
ikut bergerak mengalir dalam perambatan panas atau suatu proses perpindahan
panas dari suatu titik ke titik lainnya dalam fluida antara campuran fluida dengan
bagian yang lain.
c. Perpindahan panas secara radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi karena
perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik secara pencaran. Antara
sumber panas dengan penerima panas tidak terjadi kontak, bagian dapur yang
terkena radiasi adalah ruang pembakaran.
3.6.4 Nilai kalori
Nilai kalori (heating value) dari bahan bakar cair dan gas dapat dikatakan
sebagai jumlah panas yang dihasilkan dari setiap kilogram (kg) atau m3 bahan
bakar yang dinyatakan dalam satuan Kkal/ kg atau Kkal/ m3 bahan bakar. Nilai
kalori biasanya disebut gross/ higher heating value dan net/ lower heating value.
a. Gross/ Higher Heating Value (HHV)
Semua bahan bakar mengandung unsur H2 yang akan bereaksi dengan O2
menjadi air. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar ini sebagian digunakan
untuk menguapkan air yang akan menjadi uap air. Jadi HHV adalah jumlah panas
total yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dan panas penguapan air
yang terbentuk dari hasil pembakaran.
b. Net/ Lower Heating Value (LHV)
Jika panas yang diserap oleh uap air hasil pembakaran tidak dilepas karena
tidak terjadi kondensasi, maka jumlah total panas bersih yang diperoleh dari per
kilogram (kg) bahan bakar yang terbakar dinyatakan sebagai Lower Heating
Value (LHV). Jadi LHV = HHV – panas penguapan air yang terbentuk dari hasil
pembakaran.
3.6.5 Udara berlebih (Excess air)
Campuran yang sempurna antara bahan bakar dan jumlah udara yang
diperlukan tidakn dapat dicapai dalam furnace, oleh karena itu diperlukan excess
air untuk mendapatkan pembakaran yang semprurna. Excess air didefinisikan
sebagai perbandingan udara berlebih terhadap udara yang dibutuhkan. Dalam
suatu furnace udara yang akan digunakan adalah oksigen sedangkan nitrogennya
akan dilepaskan kembali melalui stack. Walaupun nitrogen tidak mempunyai
peranan dalam suatu proses pembakaran, namun nitrogen akan menyerap sebagian
panas yang dihasilkan. Untuk mengurangi panas yang diserap nitrogen kita harus
mengurangi excess air seminimal mungkin.
3.7 Pemecahan Masalah
3.8 Pembahasan
3.9 Kesimpulan dan Saran