BAB III Nagekeo -...

34
Tatralok Kabupaten Nagekeo 4-1 3 BAB III 4 METODOLOGI STUDI 4.1 Tatanan Transportasi Lokal Pada Sistranas Penyusunan Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) dilakukan dengan berpedoman pada tujuan dan sasaran Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Tujuan Sistranas adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan hubungan internasional. Sasaran Sistranas adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional. Tujuan dan Sasaran Sistranas tersebut, bersama dengan elemen kebijakan lain dalam Tatanan Makro Strategis Perhubungan dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, merupakan masukan utama dalam menyusun Tatanan Transportasi Wilayah. Berpedoman pada tujuan Sistranas tersebut, perwujudan Sistranas tentunya perlu diwujudkan dalam beberapa wujud perencanaan yang salah satunya adalah perwujudan Tatanan Transportasi Wilayah (Tatrawil) yang tatarannya adalah wilayah Provinsi. Sistranas dinilai sebagai langkah tepat untuk sistem transportasi yang kompetitif. Hal itu dimungkinkan karena dalam Sistranas yang dikedepankan adalah sinergi dan interkoneksi antarmoda transportasi, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota dengan

Transcript of BAB III Nagekeo -...

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-1

3 BAB III 4 METODOLOGI STUDI

4.1 Tatanan Transportasi Lokal Pada Sistranas

Penyusunan Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) dilakukan dengan berpedoman pada

tujuan dan sasaran Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Tujuan Sistranas adalah

terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus

menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa,

membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung

pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan

hubungan internasional.

Sasaran Sistranas adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan

efisien. Efektif dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur,

lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, serta

polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan

jaringan transportasi nasional.

Tujuan dan Sasaran Sistranas tersebut, bersama dengan elemen kebijakan lain dalam

Tatanan Makro Strategis Perhubungan dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

merupakan masukan utama dalam menyusun Tatanan Transportasi Wilayah. Berpedoman

pada tujuan Sistranas tersebut, perwujudan Sistranas tentunya perlu diwujudkan dalam

beberapa wujud perencanaan yang salah satunya adalah perwujudan Tatanan Transportasi

Wilayah (Tatrawil) yang tatarannya adalah wilayah Provinsi.

Sistranas dinilai sebagai langkah tepat untuk sistem transportasi yang kompetitif. Hal itu

dimungkinkan karena dalam Sistranas yang dikedepankan adalah sinergi dan interkoneksi

antarmoda transportasi, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota dengan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-2

mengakomodasi tata ruang setempat. Adanya suatu pergeseran, baik pada kewenangan

maupun secara kelembagaan serta perubahan struktur kewilayahan, sektor transportasi harus

tetap memandang suatu daerah sebagai wilayah fungsional sehingga mengharuskan

dilakukannya penerapan kebijakan transportasi secara khusus yang berada dalam suatu

kerangka nasional yang utuh.

Dikaitkan dengan potensi ekonomi wilayah, secara umum transportasi mempunyai dua

fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan (servicing function) pada wilayah yang telah

berkembang dan fungsi promosi (promoting function) pada wilayah yang belum berkembang.

Dalam kaitan tersebut, proses pengembangan jaringan transportasi wilayah perlu

mempertimbangkan kondisi potensi daerah yang berada dalam cakupan Sistranas pada

Tatrawil.

Gambar 3-1 Kedudukan Tataran Transportasi Lokal Pada Sistranas

Secara hierarki keterkaitan Sistranas pada Tatrawil adalah tatanan transportasi yang

terorganisasi secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi kereta api,

transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, dan transportasi

udara, yang masing-masing terdiri atas sarana dan prasarana yang saling berinteraksi

membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-3

harmonis dan berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang antarsimpul atau

antarkota wilayah ke simpul atau kota nasional atau sebaliknya.

Hubungan tersebut semakin menunjukkan bahwa keterkaitan antara Tataran Transportasi

Wilayah (Tatrawil) terhadap Sistranas tidak dapat dipisahkan karena pelayanan perpindahan

orang dan/atau barang dari suatu wilayah ke kota nasional tidak dapat dilakukan dengan salah

satu tataran transportasi saja, melainkan harus terpadu dengan tataran transportasi lainnya.

Demikian sebaliknya, orang dan/atau barang dari kota nasional menuju kota wilayah harus

dilayani dengan tataran transportasi tersebut. Adapun kedudukan Tataran Transportasi

Wilayah (Tatrawil) dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) dapat dilihat pada uraian

berikut.

Keterpaduan Tatralok terhadap perwujudan Sistranas merupakan tatanan transportasi

yang terorganisasi secara kesisteman dan masing-masing tataran mempunyai karakteristik

fungsional yang saling terkait antarmoda dan antarwilayah, berinteraksi membentuk sistem

pelayanan transportasi yang berinteraksi secara sistemik pada setiap tahapan perumusan dan

perwujudan tiap tataran transportasi, dalam menyediakan pelayanan transportasi yang efektif

dan efisien. Beberapa pokok kebijakan Tatralok yang diuraikan dalam Sistranas adalah:

a. Peningkatan Pelayanan Transportasi Nasional;

b. Pembinaan Keselamatan dan Keamanan Transportasi;

c. Pembinaan Pengusahaan Transportasi;

d. Peningkatan Kualitas SDM dan Iptek;

e. Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Serta Penghematan

Penggunaan Energi;

f. Peningkatan Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi; dan

g. Peningkatan Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi.

Tatralok yang diuraikan dalam Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi

secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi

sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara, dan

transportasi pipa, yang masing-masing terdiri atas sarana dan prasarana, yang saling

berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir, membentuk suatu sistem

pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang

dan/atau barang antarsimpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau kota wilayah ke simpul

atau kota nasional atau sebaliknya.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-4

4.2 Kajian Terhadap Rencana Tata Ruang Nasional dan Wilayah

Penataan ruang terdiri atas penataan ruang nasional, provinsi, serta kabupaten/kota yang

diselenggarakan secara berjenjang dan komplementer dengan memperhatikan kondisi fisik

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penataan ruang wilayah meliputi ruang

wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut,

dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan. Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang

wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, ruang provinsi, dan

ruang kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat;

g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Dalam mewujudkan beberapa tujuan rencana tata ruang wilayah nasional tersebut,

tentunya diperlukan instrumen yang dapat mensinergiskan kepentingan lintas sektor dan

lintas wilayah di pusat dan daerah dalam membentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang

wilayah, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, yaitu RTRWN dan RTRW Provinsi

maupun RTRW Kabupaten/Kota. RTRWN bersifat makro atau mengatur hal-hal yang

menyangkut aspek nasional, sementara rencana detail atau makro penataan ruang berada

dalam RTRW kabupaten/kota.

RTRWN juga merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka

panjang nasional, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional, mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-5

investasi, penataan ruang kawasan strategis nasional serta penataan ruang wilayah provinsi

dan kabupaten/kota.

Pengembangan wilayah dalam penataan ruang merupakan rangkaian upaya untuk

mencapai suatu perkembangan sesuai dengan yang diinginkan wilayah tersebut. Perencanaan

tata ruang nasional dalam hal ini merupakan kebijakan makro yang digunakan wilayah dalam

perkembangan wilayahnya. Keterpaduan pengembangan wilayah ingin dicapai dalam

penggunaan berbagai sumberdaya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan

nasional/wilayah dalam satu kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian

antarkawasan, dan keterpaduan antarsektor pembangunan dengan prinsip pembangunan yang

berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan salah satu alat

dalam pengembangan wilayah Nasional dan merupakan landasan keterpaduan, keterkaitan,

dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor yang di dalamnya

terdapat arahan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat, swasta,

dan acuan pengembangan wilayah provinsi dan kota.

RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,

dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis

dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan

disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan

lingkungan sosial. Untuk itu penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk

mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yang meliputi perwujudan ruang

wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan

keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam

kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menggariskan struktur ruang yang

menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan ruang secara nasional. Dalam hal

ini RTRWN memberikan arah yang jelas mengenai hubungan antarpusat pengembangan

kegiatan yang ada di Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia bagian

Timur. Dalam konteks yang lebih luas, Pusat-Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang ada di

seluruh wilayah nasional diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar

kepada pusat-pusat kegiatan yang berskala wilayah (PKW) dan pusat-pusat kegiatan yang

berskala lokal (PKL). Struktur ruang nasional ini diharapkan dapat memberikan percepatan

peningkatan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat Indonesia dan mengurangi

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-6

ketimpangan yang terjadi antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur,

mengingat terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan pembangunan di Indonesia bagian Barat.

4.3 Metodologi Studi

Studi SISTRANAS pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di wilayah Provinsi NTT

dalam mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Bali-Nusa

Tenggara. Secara umum, metodologi yang digunakan dalam pengerjaan pekerjaan ini

disajikan pada Gambar 3-2.

4.3.1 Pendekatan Umum

Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan studi ini hasil yang

diharapkan dapat diperoleh adalah konsep penyelenggaraan sistem transportasi wilayah

Provinsi NTT yang mampu memfasilitasi pergerakan di masa depan, sebagai akibat dari

berbagai kebijakan ekonomi, kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektor lainnya, termasuk

implementasi MP3EI.

Dengan mengacu pada keluaran akhir ini, maka pendekatan yang dilakukan pada

kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, di mana tinjauan dilakukan pada seluruh

komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem dibatasi

hanya pada lingkup wilayah Provinsi NTT dan sekitarnya. Tentu saja perhatian dalam skala

yang lebih besar juga dilakukan, misalnya dalam konteks koridor Bali – Nusa Tenggara.

Dengan dasar ini maka dalam pelaksanaannya, studi ini akan dilakukan dalam lima

tahapan kegiatan, yaitu:

Tahap 1 : Desk Study (Kajian Pustaka)

Tahap 2 : Survey dan pengumpulan data

Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data

Tahap 4 : Pengembangan Konsep

Tahap 5 : Rencana Sistem Pengembangan

Kelima tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan yang

berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang terkait

secara intens. Akibatnya, dalam melakukan pendekatan pekerjaan, kesemua aspek itu ditinjau

secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-7

Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang

diperlihatkan dalam Gambar 3-3. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa keterkaitan

antara setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek kejian rinciannya

dilakukan dalam bentuk alir kegiatan dan alir data. Satu kegiatan dihubungkan dengan

kegiatan lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alir data. Karena keterkaitan antara

aspek kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang transparan antara satu aspek kajian dengan

aspek kajian lainnya secara diagramatis sangatlah sukar dilakukan. Meskipun demikian

pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara mudah.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-8

Gambar 3-2

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-9

Gambar 3-3 Tahapan dan Metode Pendekatan Studi

Selanjutnya, jika dikaji lebih dalam, masing-masing tahapan ini merupakan sekumpulan

aktifitas yang cukup beragam di mana uraian dari masing-masing aktifitas tersebut dapat

dilihat pada Tabel 3-1 berikut:

Review Studi

terdahulu

Review

Aspek Legal

Review

RTRW Prov. dan

MP3EI

Pengumpulan Data

Prasarana Eksisting

Inventarisasi

Data

OD Matriks

ReviewKebijakan

Pengembangan

Transportasi

Analisis

Pola pembebanan

jaringan Eksisting

Alternatif Pola

Penyelenggaraan

Transportasi

Pengumpulan Data

Karakteristik Opr

Transportasi

Analisis

Struktur Jaringan

Transportasi

Inventarisasi

.Pengembangan

Sist. Transportasi

Analisis

Kondisi Sistem

Transportasi

Analisis dan

Prediksi Kinerja

Transportasi

Pengumpulan

Data

Kependudukan

Alternatif

Pengemb. Sistem

Transportasi

Identifikasi

Masalah

Eksisting

Inventarisasi

Karakteristik

Pergerakan

Inventarisasi

Pola Pemanfaatan

Ruang

Review

Metoda Analisis &

Perencanaan

Penyusunan

tahapan

Penegembangan

Penyusunan

Skejul Pelaksanaan

Penyusunan

Skejul Pembiayaan

Analisis Kinerja

Transportasi

Eksisting

Pengumpulan Data

Pola Aktifitas

Wilayah

Analisis dan

Peramalan Pola

Pergerakan (OD)

Peramalan

Pola pembebanan

“Do Nothing Case”

Evaluasi &

Penetapan

Pengembangan

Sist. Transportasi

Identifikasi

Masalah pada

“Do Nothing Case”

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-10

Tabel 3-1 Rincian Aktifitas Studi

Tahapan Nama

Kegiatan Rincian Aktifitas

Tahap 1 Desk Study (Kajian Literatur)

a. Review studi Terdahulu b. Review kebijakan pengembangan sistem transportasi

wilayah (Tatrawil eksisting) c. Review RTRWN, RTRWP, RTRWK dan MP3EI d. Review aspek legal bidang transportasi e. Review metoda perencanaan transportasi

Tahap 2 Pengumpulan data

a. Inventarisasi prasarana transportasi eksisting (dimensi, kapasitas dan kondisi)

b. Inventarisasi karakteristik operasional prasarana transportasi

c. Pengumpulan datapola pergerakan lalu lintas (OD Matriks)

d. Inventarisasi karakteristik pergerakan orang dan barang

e. Inventarisasi pola pemanfaatan ruang f. Inventarisasi rencana pengembangan prasarana

transportasi g. Inventarisasi data kependudukan h. Inventarisasi pola aktifitas wilayah

Tahap 3 Kajian & Analisis Data

a. Analisis kinerja makro sistem transportasi eksisting b. Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting c. Analisis pola pembebanan jaringan transportasi

eksisting d. Analisis struktur jaringan transportasi eksisting e. Analisis dan peramalan pola pergerakan lalu lintas

(OD Matriks forecasting) f. Identifikasi masalah pada kondisi eksisting

Tahap 4 Pengembangan Konsep

a. Peramalan pola pembebanan pada skenario “donothing case”

b. Identifikasi masalah pada skenario “do nothing case” c. Perumusan alternatif strategi dan rencana

pengembangan sistem transportasi d. Analisis dan prediksi kinerja sistem transportasi pada

“do something case” Tahap 5 Rencana Sistem

Pengembangan a. Evaluasi dan Penetapan Strategi Rencana

Pengembangan Sistem Transportasi b. Penyusunan Tahapan Pengembangan c. Penyusunan Skejul Pelaksanaan d. Penyusunan Skejul Pembiayaan

4.3.2 Tahap 1: Desk Study

Sasaran tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran teoretis dan praktis

yang lebih jelas mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas

jaringan jalan. Selain itu, sasaran dari desk study ini juga untuk mendapatkan gambaran yang

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-11

lebih jelas mengenai segala sesuatu yang telah dilakukan berkaitan dengan hal di atas.

Dengan demikian, maka diharapkan rumusan kebijakan pengembangan kapasitas jaringan

jalan yang dihasilkan merupakan kelanjutan yang berkesinambungan dan tidak bertentangan

dengan kebijakan yang sudah ada.

Deskripsi lebih lanjut dari masing-masing aktifitas diuraikan dalam Tabel 3-2 berikut,

yang menggambarkan uraian singkat dan output yang diharapkan dapat diperoleh.

Tabel 3-2 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 1: Desk Study

Task Nama

Aktifitas Uraian Output

Task 1.a. Review Studi Terdahulu

Review dilakukan terhadap semua studi yang pernah dilakukan, baik untuk Provinsi NTT. Studi-studi yang ditinjau adalah studi-studi yang terkait dengan pengembangan prasarana transportasi, seperti: - Rencana pengembangan jaringan jalan - Rencana pengembangan bandar udara - Rencana pengembangan pelabuhan - Rencana pengembangan jaringan jalan kereta

api(jika ada), dll.

• Pendekatan studi

• Metoda perencanaan

• Hasil perencanaan

Task 1.b. Review kebijakan pengembangan sistem transportasi wilayah (Tatrawil dan Tatralok eksisting)

Telaahan dan review dilakukan terhadap kebijakan-kebijakan terdahulu yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi NTT maupun pemerintah pusat berkaitan dengan pengembangan sistem transportasi wilayah dan sistem transportasi lokal. Dalam hal ini telaahan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program-program tersebut telah dilaksanakan, dan jika belum terlaksana apa saja hambatan dan kendala yang dihadapi.

• Evaluasi terhadap dokumen Tatrawil dan Tatralok eksisting

• Evaluasi program pembangunan prasarana transportasi

• Evaluasi terhadap program pengelolaan transportasi

Task 1.c. Review RTRWN, RTRWP, RTRWK dan MP3EI

Kajian dan tinjau ulang dilakukan terhadap pola kebijakan tentang pemanfaatan ruang wilayah yang telah ditetapkan, baik RUTRWN, RTRWP maupun RTRWK. Kajian juga dilakukan terhadap program-program yang telah dicanangkan dalam MP3EI, yaitu penetapan koridor ekonomi.

• Rencana tata ruang

• Realisasi pemanfaatan ruang

• Pola pengembangan koridor ekonomi di wilayah NTT

Task 1.d. Review Aspek legal bidang transportasi

Telaahan kritis terhadap apa dan bagaimana pengelolaan sistem transportasi dilakukan dengan me-review aspek legal formalnya. Untuk itu semua perda ataupun keputusan Gubernur/ Bupati/ Walikota yang pernah dikeluarkan berkaitan dengan pengelolaan dan pembangunan jaringan jalan dikaji secara cermat. Hal yang sama juga dilakukan dengan mengkaji produk hukum yang dihasilkan oleh

• Kemungkinan tumpang tindah ataupun ketidaksinkronan antara produk hukum

• Efektifitas pelaksanaan UU, PP, Perpres, KM, Pergub, Perbup dan Perda.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-12

Task Nama

Aktifitas Uraian Output

Pemerintah Pusat (KM, PP, kepres dan UU). Task 1.e. Review

metoda perencanaan transportasi

Telaahan kritis dan review komprehensif dilakukan terhadap metoda analisis maupun metoda perencanaan yang diperlukan dalam proses perencanaan transportasi. Teori-teori tentang hubungan antara pergerakan dan tata guna lahan maupun teori tentang pergerakan dan jaringan transportasi dikaji secara khusus, terutama untuk dapat menetapkan model matematis yang mana yang diperkirakan akan sesuai digunakan untuk studi ini.

• Metoda perencanaan

• Model matematis untuk peramalan kebutuhan pergerakan dan pola pergerakan

4.3.3 Tahap 2 : Pengumpulan Data

Sasaran yang diharapkan dari tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran

aktual dari sistem ataupun daerah yang sedang dikaji. Untuk itu pengumpulan data akan

dilakukan melalui instansi yang terkait ataupun observasi/ pengamatan langsung di lapangan.

Selain itu, sasaran dari tahapan kegiatan ini juga untuk mendapatkan gambaran yang

lebih jelas mengenai kondisi objektif yang ada berkaitan dengan kondisi fisik sistem

transportasi di Provinsi NTT dan, terutama, di Kabupaten Nagekeo. Kondisi objektif

dimaksud meliputi: karakteristik fisik prasarana jalan, pelabuhan, bandar udara dan sistem

angkutan umum. Selain itu dalam kesempatan ini dikaji pula kondisi topografis, pola

pergerakan lalu lintas, karakteristik lalu lintas, karakteristik prasarana jalan eksisting dan pola

pemanfaatan ruang.

Tabel 3-3 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 2: Pengumpulan Data

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

Task 2.a. Inventarisasi prasarana transportasi eksisting (dimensi, kapasitas dan kondisi)

Inventarisasi dilakukan pada sistem transportasi yang saat ini ada. Sistem transportasi dikaji meliputi prasarana, sarana maupun sistem pengaturan dari berbagai moda yang ada di wilayah Provinsi NTT dan di Kabupaten Nagekeo. Karakteristik yang ditinjau meliputi pola dan struktur jaringan.

• Dimensi dan kapasitas prasarana transportasi

• Struktur jaringan transportasi

• Karakteristik operasional masing-masing prasarana transportasi

Task 2.b. Pengumpulan data pola pergerakan lalu lintas (OD Matriks)

Pengumpulan data pola pergerakan barang dan penumpang direpresentasikan dalam bentuk Matriks Asal Tujuan. Dalam hal ini Data OD matriks hasil Survey Nasional pada

• Matriks Asal Tujuan orang dan barang

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-13

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

tahun 2011 akan dijadikan sebagai dasar. Di samping itu akan dilakukan sampling survey sebagai cross check.

Task 2.c. Inventarisasi Karakteristik Pergerakan Orang dan Barang

Pengumpulan data lalu lintas pergerakan orang dan barang dilakukan untuk mengetahui karakteristik lalu lintas dari sistem transportasi yang ada. Karakteristik lalu lintas meliputi: volume lalu lintas, VC ratio.

• Volume lalu lintas

• VC ratio

Task 2.e. Inventarisasi Pola Pemanfaatan Ruang

Inventarisasi pola pemanfaatan ruang wilayah dilakukan dengan melakukan pendataan dan inventarisasi data. Sumber data yang akan digunakan adalah data dari Kantor Dinas Pertanahan dan juga Badan Perencanaan Daerah, baik pada Pemerintah Kota maupun Provinsi..

Pola tata ruang eksisting

Task 2.f. Inventarisasi Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi

Inventarisasi rencana pengembangan prasarana transportasi dilakukan untuk mengetahui rencana-rencana pengembangan apa saja yang akan dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah Provinsi. Selain rencana, yang diinventarisasi juga adalah realisasi dari rencana dimaksud.

• Rencana pengembangan sistem transportasi

• Realisasi pengembangan prasarana transportasi

Task 2.g. Inventarisasi Data Kependudukan

Pengumpulan data kependudukan dilakukan untuk wilayah Provinsi NTTdan Kabupaten Nagekeo. Hal ini berkaitan dengan masalah sebaran dan intensitas penduduk dari masing-masing wilayah.

• Data populasi

• Sebaran penduduk

Task 2.h. Inventarisasi Pola Aktifitas Wilayah

Data yang berkaitan dengan aspek ini dikumpulkan dalam usaha untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan potensi bangkitan dan tarikan lalu lintas.

• Data sebaran spasial aktifitas ekonomi

• Data sebaran spasial aktifitas sosial

4.3.4 Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data

Segera setelah seluruh pengumpulan data dilakukan maka proses kompilasi data

dilakukan, dengan maksud agar analisis dapat dilakukan segera. Kompilasi dilakukan dengan

cara melakukan validasi maupun cross check, agar data yang digunakan dalam analisis benar-

benar representatif.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-14

Selanjutnya kajian dan analisis dilakukan berdasarkan data yang dikompilasi

sebelumnya. Tujuan dari pelaksanaan tahapan kajian dan analisis ini adalah untuk

mendapatkan parameter-parameter dasar yang dibutuhkan bagi perumusan konsep

perencanaan. Di samping itu, juga diharapkan dapat diidentifikasikan kondisi objektif dari

sistem transportasi yang ada. Karena dengan didasarkan pada kondisi objektif yang ada inilah

maka perumusan konsep pengembangan sistem transportasi dapat dilakukan secara optimal.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

Tabel 3-4 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 3: Kajian dan Analisis Data

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

Task 3.a Analisis Kinerja makro sistem transportasi eksisting

Kinerja sistem transportasi eksisting dianalisis menggunakan metoda-metoda ataupun teori standar yang biasa digunakan dalam analisis pergerakan dan analisis jaringan.

• Kinerja makro sistem transportasi

Task 3.b Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting

Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting lebih menyoroti kondisi dan kemampuan prasarana maupun sarana transportasi dalam memfasilitasi pergerakan barang dan penumpang

• Kapasitas prasarana transportasi

• Kapasitas jaringan transportasi

Task 3.c. Analisis pola pembebanan jaringan transportasi eksisting

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas dari jaringan transportasi berdasarkan data pola pergerakan (OD matriks) yang dikumpulkan. Kondisi pembebanan diungkapkan dengan perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dari masing-masing prasarana transportasi.

• Tingkat pelayanan masing-masing prasarana transportasi

Task 3.d. Analisis struktur jaringan transportasi eksisting

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik struktur jaringan transportasi yang ada dalam memfasilitasi pergerakan. Tinjauannya dilakukan dari sudut konfigurasi jaringan, apakah sesuai dengan pola tata guna lahan. Selain itu dikaji pula hirarki yang ada.

• Kesesuaian konfigurasi jaringan transportasi dengan tata guna lahan

• Kesesuaian hirarki jaringan

Task 3.e. Analisis dan peramalan pola pergerakan lalu lintas (OD Matriks forecasting)

Analisis ini dilakukan untuk meramalkan kondisi pergerakan yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Analisis peramalan dilakukan menggunakan model-model matematik (mis: model Gravity) didasarkan prediksi tata guna lahan di masa mendatang.

• Matriks asal tujuan pada tahun rencana

Task 3.f Identifikasi masalah pada kondisi eksisting

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas dari sistem transportasi pada saat matriks asal tujuan di bebankan ke jaringan transportasi pada kondisi eksisting. Tujuannya untuk mengetahui

• Kondisi pembebanan lalu lintas eksisting

• Daftar potensi permasalahan

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-15

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

performance sistem transportasi pada kondisi eksisting sehingga dapat diidentifikasi masalah yang terjadi saat ini.

transportasi eksisting

4.3.5 Tahap 4: Pengembangan Konsep

Pada tahapan ini dikembangkan konsep-konsep yang akan digunakan bagi

pengembangan infrastruktur jalan di masa datang. Dalam hal ini konsep pengembangan

sistem transportasi didasarkan identifikasi permasalahan yang timbul pada skenario “do-

nothing”. Dengan demikian, konsep pengembangan sistem transportasi pada dasarnya adalah

usaha antisipatif untuk menghindari kemungkinan permasalahan yang akan timbul. Secara

garis besar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini adalah:

Tabel 3-5 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap4: Pengembangan Konsep

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

Task 4.a Pembebanan lalu lintas pada skenario “do nothing case”

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi pembebanan lalu lintas di masa mendatang dari sistem transportasi pada saat matriks asal tujuan hasil prediksi dibebankan (assignment) pada jaringan transportasi pada kondisi do nothing. Dari hasil analisis dapat diketahui kinerja masing-masing prasarana transportasi pada tahun rencana. Selain itu juga dapat diketahui kinerja sistem jaringan secara keseluruhan.

• Kinerja masing-masing prasarana transportasi di masa yang akan datang

• Kinerja jaringan jalan pada kondisi do nothing

Task 4.b Identifikasi

masalah pada skenario “do nothing case”

Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul di masa mendatang jika sistem transportasi dibiarkan apa adanya sedangkan pola dan intensitas pergerakan meningkat akibat perubahan kegiatan ekonomi.

Daftar permasalahan transportasi yang ada di Kabupaten Nagekeo

Task 4.c Alternatif rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi

Analisis rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi dilakukan berdasarkan kondisi sistem transportasi eksisting, potensi pergerakan di masa datang dan identifikasi masalah. Dalam hal ini dikaji kemungkinan beberapa alternatif pengembangan sistem transportasi, baik berupa pengembangan jaringan jalan, pengembangan prasarana bandar udara, pengembangan prasarana kereta api maupun pengembangan prasarana bandar udara.

Alternatif rencana dan strategi pengembangan sistem transportasi

Task 4.d. Analisis dan prediksi kinerja sistem transportasi pada “do

Untuk masing-masing alternatif strategi pengembangan sistem transportasi dilakukan prediksi pembebanan lalu lintas yang akan terjadi berdasarkan matriks asal tujuan hasil peramalan.

Kinerja jaringan jalan untuk masing-masing alternatif strategi rencana

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-16

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

something case”

Dari analisis ini dapat diprediksi kinerja sistem transportasi untuk masing-masing alternatif strategi pengembangan sistem transportasi.

pengembangan sistem transportasi.

4.3.6 Tahap 5: Rencana Sistem Pengembangan

Hasil yang ingin diperoleh dari tahapan ini adalah rencana strategis penyelenggaraan

infrastruktur jalan, yaitu berupa: a) Konfigurasi pengembangan jaringan jalan, b) Tahapan

penyelenggaraan, c) Jadwal penyelenggaraan dan d) Jadwal pembiayaan.

Secara umum kegiatan yang akan dilakukan adalahseperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3-6 Rincian Aktifitas Tahap 5: Rencana Strategis Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan

Task Nama

Kegiatan Uraian Output

Task 5.a Evaluasi dan Penetapan Strategi Rencana Pengembangan Sistem Transportasi

Evaluasi untuk menetapkan alternatif strategi rencana pengembangan sistem transportasi terpilih didasarkan pada implikasi yang mungkin timbul jika masing-masing alternatif diimplementasikan. Dalam hal ini implikasi yang diperhatikan diungkapkan dalam sekumpulan komponen dampak yang akan dirasakan oleh berbagai stakeholder, seperti masyarakat, ataupun lingkungan buatan manusia (pemukiman, bangunan dll).

Strategi rencana pengembangan sistem transportasi terpilih

Task 5.b Penyusunan Tahapan Pengembangan

Tahapan pengembangan sistem transportasi dianalisis dengan memperhatikan rencana realisasi pemanfaatan ruang dan rencana pengembangan prasarana lainnya. Selain itu tahapan pengembangan sistem transportasi juga dibuat berdasarkan konsistensi struktur jaringan dan juga kinerja lalu lintas yang akan dihasilkan.

Tahapan strategi rencana pengembangan sistem transportasi

Task 5.c Penyusunan Skejul Pelaksanaan

Pada kegiatan ini ditetapkan proyek dan program apa saja yang perlu direalisasikan untuk setiap perioda waktunya. Dalam hal ini penyusunannya didasarkan pada konsistensi pengembangan dan juga berdasarkan kemampuan sdm maupun kemampuan teknis dari aparat pemerintah daerah.

• Rincian proyek dan program untuk setiap perioda perencanaan

• Skejul pelaksanaan proyek & program

Task 5.d Penyusunan

Skejul Pembiayaan

Dalam tahapan ini dilakukan analisis dan estimasi besarnya biaya yang diperlukan bagi pengembangan sistem jaringan. Selain itu, didasarkan pada tahapan pengembangan, dilakukanpula penyusunan skejul pembiayaan yang diperlukan.

Skejul biaya

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-17

4.4 Pendekatan Pelaksaan Pekerjaan

4.4.1 Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan selama proses

penyelesaian pekerjaan ini.

4.4.1.1 Jenis Data yang Diperlukan

Untuk kegiatan Studi SISTRANAS pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di

wilayah Provinsi NTT, yaitu di Kabupaten Nagekeo, dalam mendukung prioritas

pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Bali-Nusa Tenggara, di antaranya:

1. Data penyediaan dan operasional prasarana transportasi yang ada di wilayah Provinsi

NTT, terutama Kabupaten Nagekeo,sebagai bahan untuk menganalisis kondisi dan

kinerja pelayanan eksisting, dan kebutuhan pengembangan sistem transportasi di masa

datang,

2. Data sosial ekonomi dan tata ruang di wilayah Provinsi NTT, terutama Kabupaten

Nagekeo,untuk dijadikan sebagai dasar dalam analisis pola dan besar permintaan

perjalanan serta kecenderungan pertumbuhannya di masa yang akan datang,

3. Dokumen perencanaan pembangunan (RPJP/RPJM/RKP/Renstra) dan wilayah (RTRW)

di wilayah Provinsi NTT, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi NTT ataupun

yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Dokumen-dokumen ini

diperlukan untuk mengetahui lokasi simpul yang perlu dihubungkan dan arah serta

peranan infrastruktur jaringan jalan di wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten

Nagekeo.

4. Dokumen Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

5. Data pola dan intensitas pergerakan antarwilayah yang ada di Kabupaten Nagekeo, yaitu

dalam bentuk OD matriks ataupun dalam bentuk besaran volume lalu lintas di beberapa

ruas jalan ataupun lintas kereta api.

6. Data persepsi dan perspektif stakeholders terkait dengan kebutuhan, kriteria, prioritas,

dan tahapan pengembangan penyelenggaraan infrastruktur jalan di Provinsi NTT,

terutama Kabupaten Nagekeo.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-18

4.4.1.2 Metoda/Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan data dan masukan yang dibutuhkan, sebagaimana

disampaikan pada bagian sebelumnya, maka dalam studi ini digunakan metoda survey sbb:

1. Survey instansional: dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder (kondisi dan

operasional sistem transportasi, data sosial ekonomi, dan lain-lain) dan produk

perencanaan pembangunan yang ada di wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten

Nagekeo.

2. Survey kuisioner/wawancara: dilakukan kepada stakeholders terkait (Pemda, DPRD,

operator, investor, asosiasi profesi, LSM/masyarakat, akademisi, dll) untuk mendapatkan

perspektif dan aspirasi mengenai kebutuhan, kriteria, prioritas, dan tahapan

penyelenggaraan infrastruktur transportasidi wilayah Provinsi NTT, terutama di

Kabupaten Nagekeo.

3. Survey lapangan: jika diperlukan akan dilakukan survey pengamatan, on board,

wawancara, pencatatan, dan lain sebagainya di lapangan untuk mengkonfirmasi data dan

mendapatkan gambaran kondisi aktual dan permasalahan infrastruktur transportasidi

wilayah Provinsi NTT, terutama di Kabupaten Nagekeo.

Tabel 3-7 Jenis dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber Data

1 Sosio ekonomi: a. Demografi (jumlah, distribusi dan pertumbuhan penduduk) b. Ekonomi (PDRB, produksi peternakan, dll) c. Fisik dan administrasi

Provinsi NTT Dalam Angka (BPS) Kabupaten Nagekeo dalam Angka

2 Jaringan angkutan jalan: a. Kondisi fisik prasarana jalan (panjang, lebar, kapasitas,

jenis perkerasan) b. Matriks OD pergerakan c. Hirarki dan fungsi prasarana jalan d. Peta jaringan jalan e. LHR

- Dinas Bina Marga - Dinas Perhubungan

3 Jaringan angkutan umum: a. Jenis angkutan umum b. Jumlah sarana c. Kapasitas angkut d. Rute trayek (termasuk peta)

- Dinas Perhubungan

4 Terminal penumpang & barang: a. Fasilitas & kapasitas terminal b. Jumlah dan tipe terminal

- Dinas Perhubungan - Kantor Terminal

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-19

No. Jenis Data Sumber Data

c. Jumlah naik turun penumpang d. Data angkutan barang e. Load factor

5 Jaringan transportasi ASDP: a. Jumlah dan lokasi pelabuhan ASDP b. Rute penyeberangan (termasuk peta) c. Naik turun penumpang dan jumlah barang d. Frekuensi kunjungan kapal e. Jenis dan jumlah kapal pengangkut f. Kapasitas angkut kapal

- Dinas Perhubungan - Pelabuhan ASDP

6 Jaringan transportasi laut: a. Jumlah dan lokasi pelabuhan laut b. Hirarki pelabuhan laut c. Naik turun penumpang d. Bongkar muat barang e. Fasilitas pelabuhan f. Rute pelayaran (termasuk peta) g. Frekuensi kunjungan kapal h. BOR pelabuhan

- Pelindo - Administrasi

Pelabuhan - Dinas Perhubungan

7 Jaringan transportasi udara: a. Kelas bandara b. Lokasi dan fasilitas c. Layout d. Jenis pesawat yang bisa dilayani e. Rute penerbangan yang bisa dilayani f. Jumlah pesawat g. Frekuensi pelayanan h. Jumlah naik turun penumpang i. Jumlah bongkar muat barang

- Angkasa Pura - Dinas Perhubungan

7 Tata ruang eksisting: a. Penggunaan ruang b. Pola dan intensitas kegiatan

- RTRW Provinsi NTT - RTRW Kabupaten

Nagekeo

8 Rencana tata ruang mendatang: a. Alokasi ruang b. Wilayah pengembangan c. Sistem interaksi

- RTRW Provinsi NTT - RTRW Kabupaten

Nagekeo - MP3EI

9 Rencana pengembangan (rute, sarana, dan prasarana) tiap moda transportasi: a. Lokasi dan jenis usulan b. Konteks usulan c. Layout rencana

Wawancara

10 Kriteria penanganan dan pengembangan infrastruktur jalan: a. Variabel indikator kinerja b. Nilai variabel

- UU, SISTRANAS - Dokumen kebijakan - Teori - Wawancara

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-20

4.4.2 Metoda Analisis Hubungan Tata Ruang dan Transportasi

Transportasi adalah kebutuhan turunan dari kegiatan sosial ekonomi di mana akibat

tersebarnya ruang (spasial separation) tidak semua kegiatan manusia dan proses produksi

tidak dapat dilakukan di satu lokasi saja, sehingga dibutuhkan pergerakan melalui sejumlah

moda transportasi. Dengan demikian tata ruang dan perkembangan sosial ekonomi

masyarakat akan sangat mempengaruhi pola dan besarnya permintaan perjalanan, yang tentu

saja akan mempengaruhi kebutuhan penyediaan infrastruktur transportasi di Kabupaten

Nagekeo. Hubungan antara tata ruang dengan permintaan perjalanan dan sistem transportasi

dijelaskan pada Gambar 3-4.

Gambar 3-4 Pola Interaksi Kebutuhan Pergerakan dan Pengembangan Wilayah

Memperhatikan eratnya kaitan antara kondisi dan perkembangan kewilayahan dengan

sistem jaringan transportasi maka dalam studi ini diperlukan analisis kewilayahan mengenai:

• Pola kecenderungan dan arahan pengembangan tata ruang wilayah yang direncanakan

dalam RTRW untuk wilayah Kabupaten Nagekeo dan sekitarnya, khususnya terkait

dengan rencana pengembangan koridor ekonomi Bali – Nusa Tenggara yang

dicanangkan dalam MP3EI,

• Deskripsi mengenai variabel sosial ekonomi Kabupaten Nagekeo dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sebagai dasar untuk melakukan prediksi permintaan perjalanan,

Perkembangan wilayah

Kebijakan perencanaan (RTRW, RPJP/M, dll)

Mekanisme pasar (market mechanism)

REGIONAL DEVELOPMENT

Faktor Sosio Ekonomi

Pola Tata Guna Lahan

Biaya transportasi

Jumlah dan Pola Permintaan Perjalanan

TRANSPORT DEMAND

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-21

• Identifikasi kebutuhan penanganan dan pengembangan infrastruktur jalan terkait dengan

rencana pengembangan wilayah dan penepatan lokasi ruang yang harus dihubungkan

oleh jaringan transportasi di Kabupaten Nagekeo.

• Identifikasi potensi pengembangan ekonomi wilayah dan rencana investasi dari sektor-

sektor ekonomi dominan (jasa, pariwisata, perdagangan, dll) yang mempengaruhi

interaksi transportasi pada infrastruktur transportasi di Kabupaten Nagekeo.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan tiap-tiap moda adalah

sebagai berikut:

� Jaringan jalan : VCR, waktu tempuh perjalanan

� Angkutan umum : load factor

� Pelabuhan laut dan pelabuhan penyeberangan : BOR

� Bandara : load factor

4.4.3 Metoda Pemodelan Transportasi

Model transportasi diperlukan untuk mengkuantifikasi interaksi antara pengembangan

wilayah dan sistem transportasi sehingga diperoleh perkiraan jumlah dan pola perjalanan

serta beban lalu lintas pada jaringan transportasi di Kabupaten Nagekeo pada sejumlah tahun

tinjauan. Dengan informasi tersebut dapat diperkirakan kebutuhan pengembangan prasarana

dan sara sistem transportasi di Kabupaten Nagekeo. Model yang umumnya digunakan dalam

analisis permintaan perjalanan adalah model transportasi empat tahap (four stages transport

model) yang alur prosesnya disampaikan pada Gambar 3-5.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-22

Gambar 3-5 Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap

4.4.3.1 Tahap Bangkitan/ Tarikan Perjalanan (Trip Generation/Trip Attraction)

Pendekatan model dimulai dengan menetapkan wilayah studi, sistem zona, dan jaringan

sistem transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik sosial ekonomi di tiap zona

dan karakteristik suplai jaringan transportasi di wilayah studi. Dengan menggunakan

informasi tersebut kemudian diestimasi total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang

ditarik oleh suatu zona tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitan/tarikan

perjalanan (trip generation/trip attraction). Tahap ini menghasilkan model yang

menghubungkan jumlah perjalanan dengan karakteristik zona yang bersangkutan.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-23

Tujuan model bangkitan perjalanan (trip generation) pada suatu studi kajian

transportasi ialah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona-zona

perjalanan yang ada di daerah studi. Sebaliknya dengan model tarikan perjalanan (trip

attraction), tujuannya adalah untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang tertarik dari suatu

zona ke zona lainnya. Dalam terminologi pemodelan transportasi, bangkitan tarikan

perjalanan adalah total jumlah perjalanan yang berasal (Oi) dan/atau bertujuan (Dj) ke setiap

zona yang ada di daerah studi.

Untuk mengestimasi atau memprediksi bangkitan dan tarikan perjalanan di masa datang

diperlukan model bangkitan dan tarikan perjalanan yang mengaitkan antara jumlah

bangkitan/tarikan dengan faktor sosial ekonomi atau faktor penentu pertumbuhan perjalanan

di setiap zona (misalnya: jumlah penduduk, PDRB, penggunaan lahan, dlsb).

Model bangkitan perjalanan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah model regresi

multilinier dengan rumusan pokok sebagai berikut:

Yei = a + b1ix1i + b2ix2i + b3ix3i+ ..... + bnixni + ui

Dalam kasus ini, Yei mewakili jumlah perjalanan (yang lebih tepat dipandang sebagai

hasil pemodelan) yang terbangkit atau tertarik dari dan ke zona i sebagai variabel terikat pada

model yang bersangkutan. Sedangkan xni adalah besarnya variabel bebas ke-n yang diamati

dari zona i, misalnya: tingkat kepadatan zona industri, jumlah penduduk atau kondisi ekonomi

dan lain sebagainya. Selanjutnya a adalah konstanta yang akan diperoleh dari perhitungan

dan bni adalah koefisien yang menyatakan efek perubahan setiap satuan variabel xni terhadap

jumlah perjalanan. Dalam ilmu statistik koefisien bni biasa disebut dengan koefisien regresi

parsial. Sedangkan ui menyatakan besarnya residu yang akan diperoleh dari estimasi.

Secara umum metodologi pemodelan menggunakan regresi multilinear dalam kegiatan

ini disajikan melalui Gambar 3-6, dan prosedurnya adalah sebagai berikut:

a) Asumsikan data trip ends angkutan penumpang/barang sebagai variabel terikat (Y) dan

data-data sosio ekonomi/ tata ruang setiap zona sebagai alternatif variabel bebas (X);

b) Lakukan analisis korelasi antarvariabel bebas (rXnXm) dan antara variabel bebas dengan

variabel terikat (rXnYn) dan susun tabel korelasinya;

c) Jika antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang besar (mendekati

– 1 atau 1) maka variabel bebas tersebut layak dijadikan nominator variabel bebas, jika

nilainya kecil variabel tersebut dapat diabaikan;

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-24

d) Namun meskipun antara variabel bebas dengan variabel terikat diperoleh nilai r yang

besar, namun nilainya tidak logis, katakanlah jika jumlah penduduk dan PDRB memiliki

r negatif terhadap jumlah perjalanan di mana logikanya positif, maka variabel tersebut

sebaiknya tidak digunakan sebagai nominator variabel bebas;

e) Jika terdapat dua variabel bebas yang memiliki r besar maka sebaiknya kedua variabel

bebas tersebut tidak dimasukkan dalam satu alternatif persamaan;

f) Selanjutnya dipilih beberapa alternatif persamaan yang akan digunakan (sebaiknya

diambil alternatif persamaan linear, namun jika tidak memungkinkan maka baru diambil

alternatif persamaan lainnya);

g) Alternatif persamaan yang dikembangkan untuk diperiksa kualitasnya dapat terdiri dari

satu nominator variabel bebas atau dengan mengkombinasikan beberapa nominator

variabel bebas dalam satu persamaan (multivariabel);

h) Periksa kualitas alternatif persamaan regresi adalah dengan mengukur besarnya koefisien

determinasi (R2) dari persamaan;

i) Alternatif persamaan regresi yang terpilih adalah yang memiliki nilai R2 yang paling

besar, namun demikian masih ada beberapa kriteria yang lain, yakni:

− Usahakan nilai konstanta atau intercept (a) dari persamaan regresi adalah yang

mendekati nol, sehingga secara umum besarnya bangkitan akan lebih ditentukan

oleh variabel bebasnya.

− Pilihlah alternatif yang sebanyak mungkin melibatkan variabel bebas, sehingga

model bangkitan perjalanan akan lebih sensitif terhadap perubahan berbagai variabel

sosio ekonomi.

− Jika alternatif persamaan memiliki R2 yang besar namun nilai parameter (bn) untuk

salah satu atau beberapa variabel yang tidak sesuai dengan logika sebaiknya dipilih

alternatif persamaan yang lain.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-25

Gambar 3-6 Prosedur Penyusunan Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan dengan Analisis

Regresi Multilinear

4.4.3.2 Tahap Distribusi Perjalanan (Trip Distribution)

Untuk menyebarkan bangkitan tarikan perjalanan di masa datang hasil prediksi model

bangkitan perjalanan pada subbab sebelumnya, maka diperlukan model distribusi perjalanan,

atau yang disebut trip distribution.Model distribusi perjalanan yang paling sering digunakan

dalam berbagai kajian adalah model gravity.

Model Gravity adalah nama yang diberikan pada bentuk model trip distribusi matematika

sintetik yang sering digunakan dalam studi-studi transportasi. Secara sederhana model ini

menyatakan bahwa potensi pergerakan ke suatu zona adalah sebanding dengan ukuran zona

tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara kedua zona tersebut.

Bentuk persamaan model trip distribusi gravity adalah:

tij =aI . bj.f(Cij)

Dimana tij adalah jumlah perjalanan dari zona i ke zona j, aI adalah faktor yang

berhubungan dengan perjalanan dari zona i, bj adalah faktor yang berhubungan dengan

perjalanan ke zona j, Cij adalah biaya/ongkos perjalanan dari zona i ke zona j dan F(Cij) = Cij-

nβ exp (-β.cij), dan adalah besaran resistance pergerakan pada jaringan jalan antara zona i dan

j. Dalam hal ini, nilai β harus dikalibrasi dengan metoda seperti gambar berikut.

Data trip ends

zona

Data sosio-ekonomi /

tata ruang zona

Variabel terikat (Y)

Kandidat variabel

bebas (X1, X2, X3)

Seleksi variabel bebas

(tes korelasi dan logika)

Kombinasi variabel bebas

yang mungkin

Seleksi alternatif persamaan

regresi

Pengujian kualitas persamaan (tes

R2) Alternatif persamaan

yang terpilih

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-26

Gambar 3-7 Bagan Alir Kalibrasi Nilai β pada Model Gravity

Jika hasil kalibrasi βmenggunakan model gravity tidak menghasilkan nilai βyang

berkualifikasi baik, maka sebaiknya diaplikasikan dengan nilai parameter penyebar perjalanan

sama dengan nol, maka model ini akan mirip dengan model Furness. Model Furness

merupakan basis termudah dalam meramalkan matriks perjalanan di mana perilaku matriks di

masa datang akan mirip dengan yang ada pada saat ini. Dengan demikan model Furness, cocok

untuk wilayah studi yang sudah stabil tanpa perubahan yang berarti dalam basis data sistem

zona dan sistem jaringan jalannya. Proses kalibrasi matriks dengan Model Furness disajikan

pada Gambar 3-8.

Definisikan Cij

Cari nilai C*

Mulai iterasi dengan asumsi β =

1/C*

Estimasi MAT dengan nilai β dari iterasi

sebelumnya

Cari nilai Cij dan C*

Hitung nilai β

Apakah β sudah

memenuhi syarat

konvergensi ?

Selesai

Hitung nilai β yang lebih baik

ya

tidak

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-27

Gambar 3-8 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness

Pada tahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai

dengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk mencapai tujuan

perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.

4.4.3.3 Tahap Pemilihan Rute (Trip Assignment)

Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan ke setiap ruas

(link) infrastruktur transportasi yang tersedia di Kabupaten Nagekeosesuai dengan kondisi

ruas yang ada. Untuk membebankan MAT ke jaringan, digunakan alat bantu software

SATURN. Keluaran dari software ini adalah estimasi beban arus lalu lintas dan waktu/biaya

perjalanan.

Dalam hal ini indikator kinerja jaringan jalan di wilayah studi diwakili oleh beberapa

parameter. Adapun indikator lalu lintas yang digunakan adalah:

MAT saat ini

Prediksi bangkitan perjalanan di

tahun ke-n

(Oi (n) dan Dd (n))

Total bangkitan

perjalanan saat ini

(Oi(0)dan dd(0))

Jumlah perjalanan antarzona

saat ini (Tid(0)) Tingkat pertumbuhan

perjalanan (Eidan Ed)

Iterasi (1): Tid (1) = Tid(0)x Ei

Iterasi (2): Tid (2) = Tid (1) x Ei

Jumlahkan Tid (2) untuk setiap asal dan

tujuan sehingga diperoleh

Oi (2) dan Dd (2)

Oi (2) =Oi (n)

Dd (2) = Dd (n)

?

Anggap Tid (2) = Tid(0)

Selesai

ya

tidak

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-28

− Waktu perjalanan sistem: yang menunjukkan total konsumsi waktu perjalanan yang

digunakan oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal tujuan.

− Jarak atau panjang perjalanan sistem: yang menunjukkan total jarak atau panjang

perjalanan yang ditempuh oleh seluruh pengguna jalan di wilayah studi dari setiap asal

tujuan.

− Kecepatan rata-rata: yang menunjukkan rata-rata kecepatan dari seluruh ruas jalan yang

ada di wilayah studi.

Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalam mengevaluasi kebutuhan

penyelenggaraan infrastruktur transportasi di Kabupaten Nagekeodalam beberapa tahun ke

depan.

Gambar 3-9 Struktur Umum Pemilihan Rute Pada SATURN

4.4.4 Tahapan Pemodelan Transportasi

Secara operasional tahapan pemodelan yang akan dilakukan untuk memprediksi

kebutuhan pergerakan di masa datang untuk wilayah Kabupaten Nagekeo dan juga

implikasinya pada jaringan sistem transportasi berupa kinerja pergerakan dapat dilihat pada

Gambar 3-10.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-29

Gambar 3-10

Bagan Alir Proses Pemodelan Transportasi

Secara sederhana lingkup kegiatan yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan berikut:

1) Sebagai pekerjaan awal dilakukan penetapan sistem zona wilayah studi dan kodifikasi

jaringan sistem transportasi eksisting;

2) Melakukan survey road side interview (RSI) dan survey home interview (HI). Survey

RSI berguna untuk mendapatkan sampling pergerakan dari dan ke luar zona internal.

Sementara itu survey home interview berguna untuk mendapatkan sampling pergerakan

di dalam zona internal. Untuk mendapatkan matriks asal tujuan (MAT) pergerakan di

setiap wilayah studi, maka data sampling hasil survey RSI dan HI harus dikembalikan ke

populasi.

3) Melakukan survey traffic counting di beberapa ruas untuk memvalidasi hasil pemodelan;

4) Membuat dan melakukan kalibrasi model bangkitan perjalanan (trip generation) dengan

menggunakan data bangkitan tarikan (trip ends) hasil butir b. dan mengaitkannya dengan

variabel sosial ekonomi yang ada di setiap zona yang dimodelkan untuk wilayah studi.

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-30

5) Melakukan prediksi kondisi sosial ekonomi wilayah studi berdasarkan RTRW dan

rencana strategis dari berbagai sektor ekonomi (perindustrian, pertanian, perkebunan dll)

yang dicanangkan dalam MP3EI. Selanjutnya hasil prediksi kondisi sosial ekonomi ini

digunakan sebagai dasar dalam memprediksi bangkitan dan tarikan lalu lintas pada tahun

rencana.

6) Melakukan estimasi matriks asal tujuan (MAT) tahun rencana dengan metoda Furness

berdasarkan hasil estimasi bangkitan perjalanan hasil butir e.

7) Dengan menggunakan jaringan jalan eksisting, matriks asal tujuan yang diperoleh pada

butir f. dibebankan pada jaringan untuk memperoleh kinerja jaringan di masa yang akan

datang. Untuk membebankan MAT pada jaringan digunakan alat bantu software

SATURN.

Ketujuh tahap pemodelan ini dilakukan untuk memprediksi kebutuhan pergerakan masa

yang akan datang dan juga untuk memprediksi kinerja transportasi pada kondisi “do-

nothing”.

4.4.5 Metoda Analisis SWOT untuk Pemetaan Masalah

Hasil analisis data, teori, dan dokumen perencanaan yang ada dapat menggambarkan

sejumlah permasalahan pokok dalam sistem infrastruktur jalan di Kabupaten Nagekeo.

Pemetaan masalah dimaksudkan untuk menyampaikan daftar potensi dan kendala/hambatan

penyelenggaraan infrastruktur jalan di Kabupaten Nagekeo secara lebih formal/terstruktur

sehingga dapat diidentifikasi akar permasalahan secara tepat dan dapat ditetapkan solusi yang

pantas. Pemetaan masalah sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi eksisting serta

kapasitas yang dimiliki semua stakeholders untuk penyempurnaan sistem penyelenggaraan

infrastruktur jalan, sehingga arahan pengembangannya lebih fokus dengan memperhatikan

kondisi obyektif yang ada.

Sejumlah metodologi untuk evaluasi sistem pada dasarnya sudah banyak dikembangkan,

IISD (International Institute for Sustainable Development) menyampaikan minimal ada 5

(lima) metoda, yakni: (1) SWOT analysis [Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats],

(2) Results Based Management, (3) Logical Framework Analysis, (4) Outcome mapping, dan

(5) Appreciative inquiry. Dilihat dari karakteristiknya, maka metoda evaluasi yang paling

cocok untuk memetakan masalah, serta potensi dan kendala dari penyusunan rencana

strategis penyelenggaraan infrastruktur transportasi diKabupaten Nagekeo adalah metoda

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-31

SWOT yang elemen dasarnya adalah memetakan kondisi eksisting dan potensial yang ada ke

dalam 4 (empat) kuadran, yakni: 2 (dua) kuadran dari faktor internal berupa kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan 2 (dua) kuadran dari faktor eksternal berupa

peluang (opportunities), dan ancaman (threats).

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-32

5 Table of Contents

3 BAB III METODOLOGI STUDI ............................................................................................................................................ 3-1

3.1 Tatanan Transportasi Lokal Pada Sistranas ......................................................................................................................... 4-1

3.2 Kajian Terhadap Rencana Tata Ruang Nasional dan Wilayah ............................................................................................ 4-4

3.3 Metodologi Studi ................................................................................................................................................................. 4-6

3.3.1 Pendekatan Umum ....................................................................................................................................................... 4-6

3.3.2 Tahap 1: Desk Study .................................................................................................................................................. 4-10

3.3.3 Tahap 2 : Pengumpulan Data ..................................................................................................................................... 4-12

3.3.4 Tahap 3 : Kajian dan Analisis Data........................................................................................................................... 4-13

3.3.5 Tahap 4: Pengembangan Konsep ............................................................................................................................... 4-15

3.3.6 Tahap 5: Rencana Sistem Pengembangan .................................................................................................................. 4-16

3.4 Pendekatan Pelaksaan Pekerjaan ....................................................................................................................................... 4-17

3.4.1 Pengumpulan Data ..................................................................................................................................................... 4-17

3.4.1.1 Jenis Data yang Diperlukan ................................................................................................................................... 4-17

3.4.1.2 Metoda/Teknik Pengumpulan Data........................................................................................................................ 4-18

3.4.2 Metoda Analisis Hubungan Tata Ruang dan Transportasi ......................................................................................... 4-20

3.4.3 Metoda Pemodelan Transportasi ................................................................................................................................ 4-21

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-33

3.4.3.1 Tahap Bangkitan/ Tarikan Perjalanan (Trip Generation/Trip Attraction) .............................................................. 4-22

3.4.3.2 Tahap Distribusi Perjalanan (Trip Distribution) .................................................................................................... 4-25

3.4.3.3 Tahap Pemilihan Rute (Trip Assignment) ............................................................................................................. 4-27

3.4.4 Tahapan Pemodelan Transportasi .............................................................................................................................. 4-28

3.4.5 Metoda Analisis SWOT untuk Pemetaan Masalah .................................................................................................... 4-30

Gambar 3-1 Kedudukan Tataran Transportasi Lokal Pada Sistranas .............................................. 4-2

Gambar 3-2 Tahap Pelaksanaan Pekerjaan ............................................................................... 4-8

Gambar 3-3 Tahapan dan Metode Pendekatan Studi .................................................................. 4-9

Gambar 3-4 Pola Interaksi Kebutuhan Pergerakan dan Pengembangan Wilayah ............................ 4-20

Gambar 3-5 Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap .................................... 4-22

Gambar 3-6 Prosedur Penyusunan Model Bangkitan dan Tarikan Perjalanan dengan Analisis Regresi Multilinear 4-25

Gambar 3-7 Bagan Alir Kalibrasi Nilai β pada Model Gravity ................................................... 4-26

Gambar 3-8 Metodologi Perhitungan MAT dengan Teknik Furness ............................................ 4-27

Gambar 3-9 Struktur Umum Pemilihan Rute Pada SATURN ..................................................... 4-28

Gambar 3-10 Bagan Alir Proses Pemodelan Transportasi .......................................................... 4-29

Tabel 3-1 Rincian Aktifitas Studi ......................................................................................... 4-10

Tabel 3-2 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 1: Desk Study ....................................... 4-11

Tatralok Kabupaten Nagekeo

4-34

Tabel 3-3 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 2: Pengumpulan Data ............................ 4-12

Tabel 3-4 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap 3: Kajian dan Analisis Data ..................... 4-14

Tabel 3-5 Rincian Aktifitas yang Dilakukan pada Tahap4: Pengembangan Konsep ........................ 4-15

Tabel 3-6 Rincian Aktifitas Tahap 5: Rencana Strategis Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan ........... 4-16

Tabel 3-7 Jenis dan Sumber Data ......................................................................................... 4-18