BAB III Metodologi Penelitian.docx
-
Upload
muhammad-nanda-faria -
Category
Documents
-
view
29 -
download
1
description
Transcript of BAB III Metodologi Penelitian.docx
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sumber daya Energi dan
Laboratorium Lingkungan Jurusan Teknik Kimia, serta Laboratorium Produksi
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam,
Banda Aceh. Pemilihan lokasi ini dipilih karena ketersediaan peralatan penelitian
yang memadai dan teknologi yang ada di setiap laboratorium. Penelitian ini
dilakukan selama 2 (dua) bulan yang dimulai sejak November 2013.
3.2 Bahan
Batubara (Kaway XVI Kabubaten Aceh Barat)
Bentonit alam (kandungan Ca =0,57 %)
Larutan reagent asam kuat untuk logam Hg, Pb dan Cd yaitu HCl dan
H2SO4
Gas argon
3.3 Alat
Crusher
Ball mill
Vibration screen
Pencetak Briket Batubara Ø= 1,25 in
Compressor
Tube Furnace 120
Stainless Steel reaction tube, Ø = 2,75 in
Industrial gas combustion and emission analyzer (E4400, E instrument)
Decicator
Ceramics Boat
Multiwave 3000
Atomic Analyzer Spechtrometer (AAS) 600
27
28
Wet Gas Meter
Gelas kimia
Erlenmeyer
Flow Meter
Penimbang elektrik
3.4 Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Penelitian akan dilakukan secara eksperimen dengan melihat pengaruh
masing-masing variabel operasi terhadap penghilangan beberapa trace element
yang akan diamati serta penghilangan SO2 secara simultan pada proses
pembakaran batubara muda.
3.4.1 Variabel penelitian
a. Variabel tetap
Berat batubara = 20 gram
Briket berbentuk silinder Ø = 1,25 in
Tekanan press pembuatan briket: 10 ton/cm2
Ukuran partikel -60/pan mesh
Laju alir udara (λ) = 1,5 x λ l/menit
Waktu pembakaran = 30 menit
b. Variabel tidak tetap
Temperatur pembakaran briket 600 0C, 700 0C dan 800 0C (kondisi
pembakaran fluidized bed combustion)
Kadar bentonit sebagai adsorben dalam campuran briket batubara sebesar
2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Persentase yang digunakan adalah persen
berat dari total batubara yang digunakan.
3.5 Persiapan bahan baku
3.5.1 Pembuatan Briket Batubara
29
Batubara dihaluskan menggunakan crusher hingga ukuran partikel
mencapai -60/pan mesh. Begitu juga dengan adsorben bentonit dihaluskan hingga
menjadi serbuk ukuran -60/pan mesh yang dapat menyatu dengan briket. Briket
kemudian dibuat untuk masing-masing variasi berat bentonit terhadap berat
batubara. Batubara diletakkan didalam selongsong dan kemudian akan dicetak
menjadi briket dengan menggunakan mesin press yang bekerja dengan tekanan 10
ton/cm2 (SNI 047, 2006). Briket batubara dicetak membentuk silinder kecil.
Gambar 3.1 Skema Persiapan Bahan Baku dan Pencetakan Briket Batubara.
3.5.2 Pembakaran batubara
Pembakaran briket batubara dilakukan didalam electric tube furnace
dengan media ceramic boat. Setelah pembakaran sesuai variasi-variasi diatas
dilakukan maka akan didapat produk bottom ash. Bottom ash yang didapat
kemudian disimpan di dalam desikator.
Tabel 3.1 Kondisi operasi pembakaran briket batubara
Temperatur (0C)
Briket Batubara 600 700 800
Batubara
Pengeringan
Crushing
Pengayakan
Penimbangan
Pencetakan Briket
Adsorben
Pengeringan
Crushing
Pengayakan
Penimbangan
Pencampuran
30
Tanpa Adsorben I II III
2% Adsorben IV V VI
4% Adsorben VII VIII IX
6% Adsorben X XI XII
8% Adsorben XIII XIV XV
10% Adsorben XVI XVII XVIII
Berikut adalah diagram alir proses pembakaran batubara:
H
Gambar 3.2 Skema Alat Pembakaran (Electric Tube Furnace) dan Alat Analisis Emisi.
Keterangan Gambar :
A. Kompresor B. Stainless Steel Reaction TubeC. Electrical Tube FurnaceD. Flow MeterE. Industrial gas combustion and emission analyzer (E4400, E instrument)F. Panel instrument dari furnaceG. Ceramics BoatH. SampelSusunan alat yang digunakan adalah seperti pada gambar 3.2. Variable lain
yang diatur adalah stoichiometric air ratio. Pembakaran briket batubara dilakukan
selama 30 menit dan selama proses pembakaran dihitung juga emisi SO2 yang
A
C
D
EF
FC
B G
Siapkan reagen sesuai dengan sampel yang akan dianalisa
Menyiapkan Wadah Sampel
Mulai digesti sampel dengan menekan tombol start
Start-up Instrumen
Masukkan wadah ke dalam rotor
Buka regulatur Argon
Nyalakan AAS dan komputer
Pastikan memilih teknik Furnace jika tidak maka pilih Toolbar, Technique, lalu pilih Furnace.
31
dihasilkan dengan Industrial gas combustion and emission analyzer E4400, E
Instruments.
3.5.3 Pelarutan sampel
Masing-masing sampel dalam bentuk abu (bottom ash) yang berbentuk
partikel padatan halus dari sisa pembakaran yang tertampung di ceramic boat
harus dilarutkan dulu dengan reagen masing-masing. Variasi sampel dari
pembakaran dibagi menjadi 3 (tiga) bagian sehingga dapat dilarutkan dengan
larutan standarnya (reagent) berupa larutan asam kuat seperti HCl dan H2SO4.
Dari hasil Multiwave didapat 45 (empat puluh lima) sampel yang akan
didigestikan menggunakan Multiwave 3000.
Gambar 3.3 Skema Pelarutan (digesti) sampel dengan Multiwave 3000.
3.5.4 Analisis sampel dengan Atomic Analyzer Spectrometer (AAS) 600
Berikut adalah skema analisis sampel dengan menggunakan AAS 600:
32
Gambar 3.4 Skema Analisis Sampel dengan menggunakan Atomic Analyzer Spectrometer AAS 600.
Dari 45 (empat puluh lima) sampel tersebut, masing masing sampel dibuat
larutan induknya. Prinsip kerja pada Atomic Analyzer Spectrometer (AAS) 600
yaitu dengan sistem kalibrasi larutan induk dengan larutan yang telah diencerakan
33
karena alat ini sangat sensitif terhdap konsentrasi larutan sampel. Tujuan dari
kalibrasi larutan induk dengan larutan hasil pengenceran tersebut adalah untuk
kalibrasi sebelum dilakukan analisis dari masing-masing sampel sehingga
kandungan sampel dapat dianalisis dalam skala part per billion (ppb) sampai
dengan part per million (ppm).
Setelah melakukan kalibrasi pada AAS 600, barulah kandungan trace
metal pada sampel dapat dianalisa dengan sistem furnace dengan menggunakan
sinar X dan masing-masing logam mempunyai jenis lampu tersendiri yang ada di
peralatan tersebut.