BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi...

24
60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Cognitive Behavioral Play Therapy dalam layanan konseling individual terhadap permasalahan Anger Expression pada siswa kelas VI SD Al Irsyad, Bekasi. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang diajukan akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Al Irsyad Bekasi, Jawa Barat. Alasan dilakukannya penelitian tersebut adalah karena terdapat siswa yang memiliki Anger Expression buruk dalam indikator Anger Out dan belum pernah diintervensi menggunakan Cognitive Behavioral Play Therapy. Berikut adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti:

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi...

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan

Cognitive Behavioral Play Therapy dalam layanan konseling individual

terhadap permasalahan Anger Expression pada siswa kelas VI SD Al

Irsyad, Bekasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang diajukan akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Al

Irsyad Bekasi, Jawa Barat. Alasan dilakukannya penelitian tersebut

adalah karena terdapat siswa yang memiliki Anger Expression buruk

dalam indikator Anger Out dan belum pernah diintervensi menggunakan

Cognitive Behavioral Play Therapy. Berikut adalah kegiatan yang akan

dilakukan oleh peneliti:

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

61

Tabel 3.1 Waktu Kegiatan Penelitian

Bulan Kegiatan

Desember 2016 Pengajuan judul Proposal Penelitian Desember 2016,

Maret 2017 - April 2017 Penyusunan proposal penelitian

Studi Pendahuluan di SD Al Irsyad Bekasi Mei 2017 Seminar Proposal

Mei 2017 - Juni 2017 Revisi Proposal Penelitian Juli 2017

Agustus 2017 September 2017

Oktober 2017

Proses pengumpulan data di lapangan Pelaksanaan Treatment Pelaksanaan Treatment

Penyusunan skripsi November 2017 Sidang skripsi

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan teknik intervensi dalam

penelitian ini, maka peneliti bermaksud untuk menerapkan metode

Single Subject Research (SSR) atau yang dapat dikenal sebagai

Eksperimen Subjek Tunggal. Definisi Single Subject Research lebih

lanjut dinyatakan oleh Arifin (2012), yaitu eksperimen subjek-tunggal

adalah suatu eksperimen yang melibatkan subjek atau partisipannya

bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang, atau lebih. (Arifin, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberi perlakuan atau intervensi

kepada satu siswa SD Al Irsyad yang memiliki permasalahan dalam

Anger Expression dengan menerapkan Cognitive Behavioral Play

Therapy.

Single Subject Research pada umumnya digunakan untuk

meneliti perubahan perilaku yang ditunjukkan setelah diberikan sejenis

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

62

intervensi atau perlakuan (Fraenkel & Wallen, 2006). Hasil eksperimen

disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Prinsip

dasar eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam dua

kondisi, yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Pengaruh

terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut. (Arifin,

2012). Maka dari itu, peneliti akan meneliti perubahan perilaku subjek

penelitian dalam menunjukkan kemarahannya pada saat sebelum dan

sesudah diberikan intervensi.

2. Desain Penelitian

Peneliti subjek tunggal menggunakan grafik garis untuk

menampilkan data subjek penelitian dan mengilustrasikan efek dari

intervensi dan perlakuan tertentu. Variabel dependen ditunjukkan pada

sumbu vertical (ordinat, atau sumbu-y). Sedangkan, sumbu horizontal

(absis, atau sumbu-x) digunakan untuk mengindikasi urutan waktu,

seperti sesi, harian, mingguan, percobaan, atau bulanan (Fraenkel &

Wallen, 2006). Maka, pada penelitian ini peneliti akan mencantumkan

CBPT atau Play Therapy yang akan ditunjukkan pada sumbu vertikal

(sumbu-y) sebagai variabel bebas, serta variabel terikat yaitu Anger

Expression akan ditunjukkan pada sumbu horizontal (sumbu-x).

Pendekatan mendasar yang dilakukan oleh peneliti yang

menggunakan desain A-B adalah untuk mengumpulkan data pada

subjek yang sama, mengoperasikan kontrol mereka di bawah dua

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

63

kondisi atau fase. Kondisi pertama adalah kondisi pre-treatment, dapat

disebut sebagai periode baseline dan diidentifikasi sebagai A. Selama

periode baseline, subyek akan dinilai dalam beberapa sesi hingga

munculnya perilaku khusus subyek dapat ditentukan. Periode baseline

sangat penting dalam penelitian subjek tunggal karena pada kondisi

tersebut dapat muncul dugaan terkait hal yang akan terjadi apabila

intervensi tidak dilakukan. (Fraenkel & Wallen, 2006). Sebagaimana

kondisi baseline yang akan ditetapkan, subjek penelitian akan

menunjukkan perilaku atau pengekspresian kemarahan dengan

agresif sebelum diberikan intervensi sehingga peneliti akan dapat

mengetahui perilaku kemarahan yang muncul pada subjek penelitian.

Ketika kondisi baseline telah terbentuk, maka kondisi perlakuan

atau intervensi yang dikenal sebagai B akan dilaksanakan dalam suatu

jangka waktu. Secara khusus, meskipun tidak harus, perilaku spesifik

akan diajarkan selama kondisi intervensi, dengan guru atau pengajar

menjadi pengumpul data – biasanya dengan cara merekam

banyaknya respon yang tepat (e.g., menjawab pertanyaan) atau

perilaku (e.g., melihat guru) yang diberikan oleh subjek selama jumlah

percobaan yang pasti. (Fraenkel & Wallen, 2006). Berikut ini adalah

contoh grafik dari desain penelitian A-B dalam Single Subject

Research:

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

64

Grafik 3.1 Pola Desain A-B

Seperti yang telah tertera pada grafik bahwa lima pengukuran

dilakukan sebelum intervensi dan lima pengukuran selama intervensi.

Namun, terdapat permasalaan dalam desain penelitian A-B, yaitu peneliti

tidak dapat memastikan bahwa perubahan perilaku terjadi dikarenakan

treatment. (Fraenkel & Wallen, 2006).

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

65

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan teori para ahli yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka prosedur penelitian akan

dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan dari pendekatan Cognitive Behavioral Play Therapy yang

dikembangkan oleh Susan M. Knell berdasarkan teori Cognitive Therapy yang dicetuskan oleh Aaron Beck.

Berikut adalah langkah treatment yang akan dilakukan oleh peneliti:

Tabel 3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

No. Langkah Treatment

Kegiatan Waktu Keterangan

1. Mengukur Baseline,

Asesmen awal.

Peneliti akan melakukan observasi perilaku subjek penelitian yang ditunjukkan di sekolah

4 hari. Saat proses KBM, istirahat, hingga pulang sekolah. Alat yang digunakan adalah instrument serta pedoman wawancara.

2. Introductory / Orientation

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan wawancara intake dengan orangtua beserta anak. Peneliti akan melakukan komunikasi dengan orangtua terkait sesi pertama anak.

45 menit. Waktu akan disesuaikan dengan orangtua. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara.

3. Assessment Asesmen akan dilakukan dengan observasi tingkah laku di kelas, membangun hubungan terapeutik yang hangat dengan subjek penelitian, wawancara intake, lalu subjek akan melakukan pengisian Student Interest Inventory untuk mengetahui ketertarikannya. Pada tahap ini, peneliti juga akan fokus terhadap permasalahan utama yang dimiliki oleh

4 sesi x 45 menit

Pada proses KBM hingga pulang sekolah, pengumpulan data akan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan Asesmen konseling 1: Student Interest Inventory (Carr, 2007) serta melakukan Therapeutic Magic Tricks (Lowenstein, 2008) Asesmen konseling 2:

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

66

anak. Melakukan permainan lilin Asesmen konseling 3: The Magic Key (Lowenstein, 2008) Asesmen Konseling 4: Wawancara dengan melakukan permainan lilin

4. Middle Stage

Berdasarkan permasalahan yang telah dapat diketahui dari asesmen, maka peneliti akan mulai melakukan intervensi terhadap distorsi kognitif yang dimiliki oleh subjek penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan lebih fokus untuk meningkatkan kontrol diri anak, belajar respon adaptif untuk menghadapi situasi yang spesifik melalui permainan. Teknik dan rekomendasi permainan dikutip berdasarkan contoh implementasi CBPT oleh (Knell, 2009):

5 sesi x 45 menit

Teknik CBPT 1. Pelatihan relaksasi 2. Restrukturisasi Kognitif 3. Problem Solving

45 menit 45 menit 45 menit

1. Teknik menghitung pernapasan 2. Musik relaksasi

1. Identifikasi ABC framework dan 8

automatic thoughts menggunakan karton

2. Mini bowling untung menjelaskan keterkaitannya melalui perumpamaan (Knell, 2009)

1. Mengubah cara subjek penelitian

dalam mengungkap-kan kemarahannya dengan menggunakan Anger Menu (Lowenstein, 2008). Menu makanan yang ditunjukkan kepada konseli

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

67

4. Positive Reinforcement 5. Extinction atau Differential

Reinforcement of Other Behavior

45 menit 45 menit

menggunakan aplikasi Zomato yang peneliti unduh dari playstore for Android.

1. Kertas penghargaan “As Cool As the Cucumber” (Carr, 2007)

1. Karton dan crayon untuk membuat poster “Peraturan bermain yang baik” (Knell, 2009)

5. Termination stage

Pada tahap ini, peneliti akan mengakhiri proses konseling, pada tahap ini peneliti juga menyiapkan anak untuk dapat mengelola kemarahannya sendiri tanpa adanya terapi.

1 x 45 menit

Tahapan ini akan dilakukan setelah pulang KBM Peneliti akan melakukan Termination Party seperti yang direkomendasikan oleh (Lowenstein, 2008)

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

68

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

68

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Dasar kelas VI di SD Al

Irsyad Al Islammiyah, Bekasi. Pemilihan subjek ini dilakukan berdasarkan

studi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali

kelas, serta wawancara teman-teman subjek penelitian.

Pada penelitian ini, karakteristik subjek adalah sebagai berikut:

1. Orang tua dan Anak bersedia untuk mengikuti konseling Cognitive

Behavioral Play Therapy untuk membantu anak mengendalikan

pengekspresian emosinya.

2. Subjek penelitian berinisial RZ, siswa kelas VI SD Al Irsyad Al

Islammiyah Bekasi, Jawa Barat. Ia adalah anak pertama dari dua

bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai supir ojek online dan Ibunya

bekerja di restoran sebuah Mal di Bekasi. Wali kelasnya saat kelas V

menyatakan bahwa Ia adalah anak yang kesulitan mengelola emosi

marahnya. Ia sering berteriak ketika marah dengan teman-teman

sekelasnya dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan

di sekolah. RZ juga dikenal sebagai anak yang aktif di kelas dan tidak

bisa diam. Wali kelasnya saat kelas V menyatakan bahwa saat kelas I,

II, dan III RZ sering terlihat memukul dan mencubit teman-temannya,

namun sekarang RZ lebih sering terlihat memaki-maki teman-

temannya atau berteriak. Berdasarkan pertimbangan ini, peneliti

memilih RZ sebagai subjek penelitian.

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

69

F. Variabel, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek

penelitian dan memiliki peran tersendiri dalam menyelidiki suatu

peristiwa atau fenomena yang akan diteliti (Arifin, 2012). Cara yang

umum dan berguna untuk memahami variabel adalah dengan cara

mengklasifikasikan variabel tersebut sebagai independen (bebas) dan

dependen (terikat) Variabel bebas adalah variabel yang dipilih oleh

peneliti untuk mengukur kemungkinan efek pada variabel satu dan

lainnya. Variabel yang diduga dipengaruhi oleh variabel bebas disebut

sebagai variabel terikat. Dalam istilah yang berdasar, variabel terikat

tergantung perlakuan variabel bebas dan pengaruh variabel bebas

pada variabel terikat tersebut. (Fraenkel & Wallen, 2006). Pada

penelitian subjek tunggal yang akan dilakukan peneliti ini, peneliti

menggunakan Anger Expression sebagai variabel terikat dan

Cognitive Behavioral Play Therapy sebagai variabel bebas.

2. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual dari Anger Expression adalah cara

seseorang untuk meluapkan atau menunjukkan kemarahannya.

Kemarahan yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut dapat berupa

Anger In yaitu memendam emosi marahnya, Anger Out yaitu

meluapkan kemarahannya dengan cara yang keras, dan agresif, serta

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

70

Anger Control yaitu dengan mengontrol pengekspresian

kemarahannya dengan tidak memendam namun tidak juga destruktif.

Pada indikator ini, kemarahan diungkapkan dengan asertif.

3. Definisi Operasional

Definisi Operasional dari Anger Expression adalah cara

seseorang untuk dapat mengungkapkan kemarahan yang dimiliki oleh

dirinya. Indikator pengekspresian kemarahan yang dapat dimiliki oleh

subjek adalah Anger In, Anger Out, dan Anger Control.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dalam bentuk observasi yang dikembangkan

oleh peneliti dari teori pengekspresian kemarahan oleh Spielberger

(1998) yang mengatakan bahwa cara mengekspresikan kemarahan tiap

individu dibedakan menjadi tiga macam yaitu Anger Out, Anger In, dan

Anger Control (Safaria & Saputra, 2009).

Observasi akan dilakukan pada fase baseline sebanyak 4 hari dan

fase intervensi sebanyak 10 hari. Observer akan mengumpulkan data

terkait pengekspresian kemarahan subjek penelitian dala format yang

telah disediakan serta memberi skor. Pemberian skor menggunakan

ceklis (√) ketika perilaku yang menunjukkan kemarahan muncul. Skala

yang digunakan adalah rating scale, yaitu jumlah skor tergantung pada

kemunculan ekspresi kemarahan pada subjek penelitian.

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

71

Berikut adalah kisi-kisi instrumen observasi yang akan digunakan

oleh peneliti pada penelitian ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen observasi pengekspresian kemarahan berdasarkan teori

Spielberger (1998)

Indikator Skor

Anger In Anger Out Anger Control

1, 2, 3, 4

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

72

Tabel 3.4 Butir instrument observasi pengekspresian kemarahan berdasarkan teori Spielberger (1998)

Variabel Aspek No. Perilaku Spesifik

Anger Expression Anger In 1 2 3 4 5 6 7 8

Diam dalam situasi yang tidak menyenangkan untuknya Menyimpan perasaan marah dalam dirinya sendiri Mengabaikan orang yang membuatnya marah Menolak melakukan kontak mata terhadap orang lain bila sedang marah Menolak untuk berbicara kepada semua orang ketika marah Menolak untuk bekerja sama dengan teman bila situasi tidak membuatnya nyaman Menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas bila sedang marah Menarik diri dari keramaian bila sedang marah

Anger Out 9 10 11

12 13 14

15

Menunjukkan raut wajah cemberut ketika marah Melakukan sindiran terhadap orang yang membuatnya marah Melawan dengan berbicara menggunakan nada tinggi kepada orang yang lebih tua jika menegurnya Menghina orang yang membuatnya marah Menghina semua orang ketika sedang marah Melontarkan perkataan kasar atau perkataan yang tidak diharapkan oleh lingkungan ketika marah Bertengkar dengan orang yang membuatnya marah

16 Merusak benda dan lingkungan sekitar ketika marah Anger Control 17

18

19

20 21 22 23

24

Menunjukkan sikap tenang dalam situasi yang tidak membuatnya nyaman Mampu mengontrol nafas dan membuat dirinya tenang dalam keadaan yang tidak membuatnya nyaman Dapat mengungkapkan perasaan marahnya dengan tidak menyinggung dan menyakiti orang lain Dapat merespon pertanyaan yang diberikan orang lain terkait perasaan marahnya Mampu menahan diri untuk tidak memaki orang yang membuatnya marah Mampu memahami sebab-akibat dari peristiwa yang membuatnya marah. Menunggu hingga emosinya reda untuk membicarakan masalahnya dengan orang yang membuatnya marah Menunjukkan perilaku yang diharapkan oleh lingkungan meskipun keadaan tidak sesuai dengan keinginannya

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

73

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian ini, peneliti akan menghitung reliabilitas

instrument observasi kemarahan dengan menggunakan rumus

reliabilitas pengamatan atau observasi yang dikemukakan oleh H.J.X.

Fernandes (1984) dalam (Arikunto, 2010) yaitu sebagai berikut:

Dengan keterangan:

KK = koefisien kesepakatan

S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama

N1 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I

N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Bila peneliti sudah mendapatkan hasil koefisien kesepakatan

pengamatan maka selanjutnya peneliti akan mengorelasikan dan

mengategorikan hasil tersebut menggunakan tingkat reliabilitas Cohen

Kappa sebagai berikut (Komalasari, dkk., 2011):

KK =

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

74

Tabel 3.5

Tingkat reliabilitas cohen kappa

Kappa Keterangan

< 0,4 Buruk

0,4 – 0,60 Cukup

0,60 – 0,75 Memuaskan

> 0, 75 Istimewa

I. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, berikut adalah beberapa alat pengumpulan data:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai

fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama

observasi yaitu (a) untuk mengumpulkan data dan informasi

mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun

tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun situasi

buatan, (b) untuk mengukur perilaku, tindakan dan proses atau

kegiatan yang sedang dilakukan, interaksi antara responden dan

lingkungan, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

75

kecakapan sosial (social skills) (Arifin, 2012) Pada penelitian ini,

peneliti akan menggunakan teknik observasi dalam kondisi

baseline maupun treatment untuk mengetahui perubahan perilaku

yang terjadi pada subjek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung

maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan

tertentu. (Arifin, 2012). Berdasarkan jenis wawancara, peneliti

akan menerapkan teknik wawancara langsung pada penelitian ini.

Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara

langsung antara pewawancara (interviewer) dan orang yang

diwawancarai (interviewee) tanpa melalui perantara. Tujuan

wawancara adalah untuk memperoleh informasi secara langsung,

menyelami dunia pikiran dan perasaan seseorang, membuat suatu

konstruksi kejadian dan pengalaman yang telah lalu, dan

memproyeksikan suatu kemungkinan yang diharapkan akan terjadi

di masa mendatang serta untuk memengaruhi situasi atau orang

tertentu (Arifin, 2012) Peneliti akan menggunakan wawancara

untuk mengumpulkan data terkait dengan subjek penelitian.

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

76

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik untuk mempelajari dan

menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah, seperti:

silabus, program tahunan, program bulanan, RPP, catatan pribadi

peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai, lembar soal/tugas,

lembar jawaban, dan lain-lain. Peneliti akan melakukan studi

dokumentasi agar mendapatkan data terkait akademik atau

kehadiran subjek penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus kategorisasi

untuk menginterpretasi hasil pengukuran dalam kondisi baseline (A)

serta intervensi (B). Rumus kategorisasi yang akan digunakan oleh

peneliti adalah (Azwar, 2009):

µ =

Dengan keterangan sebagai berikut:

µ = mean teoritis

∑item = jumlah item

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

77

Selanjutnya, untuk menentukan skor standar deviasi teoritis, maka

digunakan rumus sebagai berikut:

σ =

Dengan keterangan sebagai berikut:

σ = standar deviasi

∑item = jumlah item

Selanjutnya, untuk menghitung kategorisasi sangat rendah, rendah,

sedang, tinggi, dan sangat tinggi menggunakan rumus sebagai berikut:

X ≤ -1,5 σ kategori sangat rendah

-1,5 σ < X ≤ -0,5 σ kategori rendah

-0,5 σ < X ≤ +0,5 σ kategori sedang

+0,5 σ < X ≤ +1,5 σ kategori tinggi

+1,5 σ < X kategori sangat tinggi

Setelah menghitung kategorisasi hasil pengukuran instrumen,

peneliti akan menggunakan analisis data yang telah dinyatakan oleh

Sunanto (2005), berikut adalah analisis data yang akan digunakan:

1. Analisis dalam kondisi

Yang dimaksud dengan analisis perubahan dalam kondisi

adalah menganalisis perubahan data dalam satu kondisi misalnya

Page 20: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

78

kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen

yang akan dianalisis adalah tingkat stabilitas, kecenderungan arah,

dan tingkat perubahan (level change) (Sunanto, 2005). Pada

penelitian ini, peneliti akan menganalisis perubahan pengelolaan

kemarahan yang dimiliki oleh subjek penelitian dengan komponen

tingkat stabilitas perubahan perilaku, kecenderungan arah dan

tingkat perubahan perilaku. Berikut adalah langkah analisis dalam

kondisi yang telah dikemukakan oleh Sunanto (2005):

- Langkah ke-1

Isi baris pertama dengan huruf Kaptal sesuai dengan

kondisinya misalnya (A) untuk baseline dan (B) untuk

intervensi.

- Langkah ke-2

Menentukan panjang interval, panjang interval menunjukkan

ada beberapa sesi dalam kondisi tersebut.

- Langkah ke-3

Mengestimasi kecenderungan arah dengan menggunakan

metode belah dua (split-middle). Untuk menggunakan metode

ini terdapat beberapa langkah, meliputi:

1) Bagilah data pada fase baseline menjadi dua bagian.

2) Dua bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi dua bagian

Page 21: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

79

3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan.

Median dipilih karena dengan median, peneliti akan

mengetahui nilai tengah dalam grafik kecenderungan arah.

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan

titik temu antara 2 dengan 3

- Langkah ke-4

Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini

menggunakan kriteria stabilitas 15%, maka perhitungannya

seperti ini:

Menghitung persentase data poin pada kondisi baseline (A)

yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara:

Skor tertinggi x Kriteria

Stabilitas

=

Rentang stabilitas

Banyaknya data poin yang

ada dalam rentang :

Banyaknya data poin

=

Persentase stabilitas

Page 22: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

80

Jika persentase stabilitas sebesar 85% - 90% dikatakan stabil,

sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil (variabel).

- Langkah ke-5

Menentukan kecenderungan jejak data. Hal ini sama dengan

kecenderungan arah di atas. Oleh karena itu, masukkan hasil

yang sama seperti kecenderungan arah.

- Langkah ke-6

Menentukan level stabilitas dan rentang: sebagaimana telah

dihitung di atas bahwa pada fase baseline (A) datanya variabel

atau tidak stabil. Adapun rentangnya 14-20. Pada fase

intervensi (B) datanya stabil dengan rentang 0 – 15.

- Langkah ke-7

Menentukan level perubahan dengan cara;tandai data pertama

(hari ke-1) dan data terakhir (hari ke-8) pada fase baseline (A).

Hitung selisih antara kedua data dan tentukan arahnya menaik

atau menurun dan beri tanda (+) jika membaik, (-) memburuk,

dan (=) jika tidak ada perubahan.

Catatan:

Tanda (+) menunjukkan makna yang membaik (meskipun

menurun)

Tanda (-) menunjukkan makna memburuk (meskipun menaik)

karena hal ini disesuaikan dengan tujuan intervensi

Page 23: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

81

2. Analisis antar kondisi

Untuk memulai menganalisis perubahan antar kondisi, data

yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis. Di

samping aspek stabilitas, ada tidaknya pengaruh intervensi

terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan

level, dan besar kecilnya overlap yang terjadi antara dua kondisi

yang sedang di analisis. Untuk melakukan analisis antar kondisi ini

pertama-tama masukkan kode kondisi pada baris pertama. Jika kita

sedang menganalisis antara kondisi baseline (A) dengan kondisi

intervensi (B), maka yang dimasukkan dalam format adalah seperti

berikut ini (Sunanto, 2005):

Perbandingan Kondisi B1 / A1

(2:1)

- Langkah ke-1

Menentukan jumlah variabel yang diubah. Pada data rekaan

variabel yang akan diubah dari kondisi baseline (A) ke intervensi

(B) adalah 1.

- Langkah ke-2

Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan

mengambil data pada analisis dalam kondisi di atas.

Page 24: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitianrepository.unj.ac.id/1792/7/10. BAB III.pdfstudi pendahuluan dengan cara observasi, serta wawancara terhadap wali kelas, serta wawancara

82

- Langkah ke-3

Menentukan level perubahan dengan cara; tentukan data poin

pada kondisi baseline (A) pada sesi terakhir (18) dan sesi

pertama pada kondisi intervensi (B), kemudian hitung selisih

selisih antara keduanya.

- Langkah ke-4

Menentukan overlap data pada kondisi baseline (A) dengan

intervensi (B) dengan cara:

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline

2) Hitung banyaknya data poin pada kondisi intervensi (B) yang

berada pada rentang kondisi (A) (1)

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data

poin dalam kondisi (B) kemudian dikalikan 100.