BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu...
77
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode yang bersifat
quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak
dapat dikendalikan secara penuh oleh peneliti sendiri. Desain penelitian
berupa randomized control group pre test-post test design untuk melihat
perbedaan antara penderita osteoarthritis genu yang terbagi dua kelompok
dengan perlakuan berbeda. Kelompok perlakuan I yaitu kelompok penderita
osteoarthritis genu yang diberikan intervensi sonophorosis diclofenac dan
hold relax dengan sampel 10 orang. Dan kelompok perlakuan II yaitu
kelompok penderita osteoarthritis genu yang diberikan intervensi ultrasound
dan hold relax dengan sampel 10 orang jadi jumlah sampel secara
keseluruhan sebanyak 20 orang.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan peningkatan
kemampuan fungsional pada penderita osteoarthritis genu pada kelompok
perlakuan I dan kelompok perlakuan II sebelum, selama dan sesudah
pemberian terapi yang dibagi dua kelompok perlakuan diukur dengan
77
78
menggunakan KOOS (Knee injury and Osteoerthritis Outcome Sale).
Setelah dilakukan pengelompokan sampel, selanjutnya dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kelompok perlakuan I
Pada kelompok perlakuan I, sampel pasien osteoarthritis tibiofemoral
joint sebanyak 10 orang yang diberikan intervensi Sonophorosis
Doclofenac dan hold relax selama 6 kali intervensi dengan frekuensi
3 kali seminggu. Sebelum pemberian intevensi sampel diperiksa untuk
melihat tingkat kemampuan fungsional dengan mengisi kuesioner
KOOS, selanjutnya dilakukan evaluasi kembali pada akhir penelitian.
Peningkatan fungsional ini dilakukan dan di catat hasilnya pada
format fisioterapi, pada setiap perlakuan yang diberikan.
Skema 3.1 Model Kelompok perlakuan I
2. Kelompok perlakuan II
Pada kelompok perlakuan II, sampel pasien osteoarthritis genu
sebanyak 10 orang yang diberikan intervensi Ultrasound dan hold
relax selama 6 kali intervensi dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Sebelum pemberian intevensi sampel diperiksa untuk melihat tingkat
kemampuan fungsional dengan mengisi kuesioner KOOS, selanjutnya
dilakukan evaluasi kembali pada akhir penelitian. Peningkatan
Sonophorosis Diclofenac dan Hold
Penurunan kemampuan fungsional akibat OA
Kemampuan fungsional meningkat
79
fungsional ini dilakukan dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi,
pada setiap perlakuan yang diberikan.
Skema 3.2 Model Kelompok perlakuan II
C. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan
tehnik purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
benar-benar mewakili suatu kelompok yang diambil sebagai sampel. Teknik
pengambilan sampel ini dilakukan sesuai kasus yang diteliti dengan memilih
orang-orang yang benar-benar mewakili kriteria yang telah ditetapkan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemeriksaan secara lengkap dan
sistematis pada setiap pasien yang mengalami keluhan lutut dengan terlebih
dahulu melakukan anamnesa kepada pasien kemudian dilanjutkan dengan
melakukan pemeriksaan yaitu anamnesis, quicktest, pemeriksaan fungsi
gerak dasar aktif, pasif serta pemeriksaan khusus sehingga diperoleh sampel
pasien yang berindikasi positif mengalami osteoarthritis tibiofemoral joint.
Ultrasound dan Hold relax
Penurunan kemampuan fungsional akibat OA
Kemampuan fungsional meningkat
80
Tabel 3.1 Prosedur Assesment Fisioterapi untuk Pemilihan Sampel
Penelitian :
No Tahapan Pemeriksaan
Fokus Assesment Temuan
1 Anamnesis Umum Khusus
Data diri, keluhan, sifat keluhan, lokasi, distribusi dan profokasi gangguan fungsional
Morning sickness Nyeri Krepitasi
2 Inspeksi Tanda-tanda inflamasi Deformitas Pola jalan
Oedema Valgus/varus Antalgic gait
3 Quick test Gerak aktif flexi-ekstensi Nyeri, Ketebatasan ROM Krepitasi
4 PFGD Pemeriksaan gerak pasif Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
Keterbatasan ROM Firm end feel Flexi < Ekstensi Tidak ditemukan gangguan yang khas
5 Test Khusus Join Play Movement Ballotement
Capsular Pattern Hydrops
6 Pemeriksaan penunjang
X-Ray Adanya osteofit Penyempitan celah sendi Penebalan subchondral
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan teknik
purposive sampling, yaitu menentukan kriteria inklusif dan eksklusif serta
pengguguran. Adapun kriteria pengambilan sampel :
1. Kriteria inkusif
a. Pasien berusia 60-70 tahun
b. Pria/wanita yang mengalami gangguan lutut karena OA genu
sesuai prosedur assesment fisioterapi
c. Pasien bersedian menjadi sample penelitian, dengan perlakuan
sebanyak 6 kali.
2. Kriteria Ekslusif
a. Pasien dengan tumor ganas pada lutut
b. Pasca athroscopy lutut
81
c. Pasien dengan kanker kulit
d. Pasien menderita luka bakar
e. Pesien pasca fraktur
3. Kriteria Drop Out
a. Pasien yang tidak sampai mengikuti 6X terapi atau sampai akhir
penelitian
b. Pasien yang datang tidak teratur
c. Pasien yang selama terapi mendapatkan tindakan atau intervensi
modalitas yang tidak sesuai dengan prosedur penelitian
d. Pasien selama terapi minum obat analgesik dan anti inflamasi
D. Instrumen Penelitian
1. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel dependent : Kemampuan fungsional pada kondisi
Osteoarthrtis tibiofemoral joint
b. Variabel independent : Sonophorosis Diclofenac dan Hold
Relax, Ultrasound dan Hold Relax
2. Definisi Konseptual
Patologi fungsional osteartritis pada fase awal dijumpai nyeri
akibat ketidakseimbangan antara regenerasi dengan degenerasi maka
akan terjadi pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan
sendi yang disebut sebagai corpus libera yang dapat menimbulkan
nyeri dan penguncian ketika sendi bergerak. Imobilisasi yang terjadi
karena nyeri mengakibatkan kaku sehingga mikrosirkulasi menurun,
82
kadar sinovial menurun dan elastisitas jaringan lunak juga menurun.
Terbentuknya osteofit akan mengiritasi membran sinovial dimana
terdapat banyak saraf-saraf reseptor nyeri dan kemudian akan
menimbulkan penumpukan cairan sendi atau hidrops. Pembebanan
yang terus menerus mengakibatkan inflamasi dan penebalan
subchndral, serta adanya penyempitan celah sendi membuat
permukaan sendi tidak beraturan sehingga dapat menyebabkan
instabilitas. Pada kapsul ligamen sendi akan terjadi iritasi dan
pemendekan, hal ini disebabkan karena imobilisasi dan kelenturan
jaringan kolagen yang berkurang, kemudian terjadi kontraktur
jaringan ikat maupun kapsul sendi sehingga pergerakan semangkin
lama semangkin sempit.
Menurunnya fleksibilitas kapsul ligamen tersebut akan
menyebabkan hipomobilitas dari sistem ligamen. Karena fungsi dari
ligament berkurang menyebabkan kerja otot menjadi berlebihan,
sehingga kontraksi berlebihan tidak dapat dihindari. Kontraksi terus
menerus ini akan menyebabkan penekanan pada pembuluh darah
sehingga terjadi vasokontriksi dan ischemik yang akan menimbulkan
spasme otot pes anserinus, tightness otot tonik dan kelemahan otot
pasic yaitu otot quadricep.
Osteartritis akan menyebabkan keterbatasan aktivitas sehari-hari
seperti : jongkok, berlutut, dari posisi duduk ke berdiri,
mempertahankan posisi berjongkok, mempertahankan posisi berlutut,
mengambil benda di bawah, memakai sepatu atau alas kaki, melepas
83
sepatu atau alas kaki dan membersihkan rumah, serta aktifitas
olahraga seperti : berlari dan melompat, dan aktifitas bepergian seperti
: berjalan dipermukaan berbeda, menggunakan transportasi pribadi
dan menggunakan transportasi umum.
Osteoartritis tidak hanya dapat menimbulkan kecacatan fisik
dalam tingkat impairmen (kerusakan sendi, terutama yang
menyebabkan keluhan nyeri) dan tingkat disabilitas (adanya kecacatan
fisik, sehingga terganggunya aktifitas keseharian tapi juga tingkat
handikap atau tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, akibat
hambatan psikologis, sosial, dan vokasional oleh karena kecacatan
fisik yang dideritanya.
3. Definisi operasional
a. Pengukuran kemampuan fungsional dengan menggunakan
KOOS
Koos (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score)
dikembangkan sebagai instrumen untuk menilai pendapat pasien
tentang lutut mereka dan masalah yang terkait. KOOS dapat
digunakan baik pada masa akut maupun kronik yang ada
hubungannya dengan cidera atau gangguan pada lutut selama
interval jangka pendek dan panjang, untuk menilai perubahan
kondisi dari minggu ke minggu selama perawatan (obat, operasi,
terapi fisik). KOOS terdiri dari 5 sub-skala; nyeri, gejala,
aktifitas fungsinal sehari-hari (ADL), aktifitas olahraga dan
84
rekreasi dan Kualitas lutut yang berhubungan dengan
kelangsungan kualitas hidup (QOL). Dimana dari setiap
pertanyaan mendapat nilai 0-4, nilai 0 berarti tidak ada masalah
sampai nilai 4 yang berarti adanya gangguan yang sangat berat
pada lutut.
Pilihan jawaban diberikan dalam 5 kotak Likert dan
pertanyaan masing-masing mendapat skor dari 0 sampai 4.
Menjumlah skor setiap subskala dan bagi dengan maksilal rata
skala, nilai 100 menunjukkan tidak ada masalah kemampuan
fungsional dan nilai 0 menunjukkan masalah kemampuan
fungsional sangat berat.
Jika data yang diterima tidak jelas seperti tanda
ditempatkan di luar kotak maka kotak terdekatlah yang dipilih.
Jika dua kotak ditandai maka yang mengindikasikan kondisi
yang lebih parah yang dipilih. Jika data kosong satu atau dua
item, maka nilai yang kosong diganti dengan nilai rata-rata
untuk subskala. Jika lebih dari dua item kosong, respon
dianggap tidak valid dan tidak ada nilai subskala yang dihitung.
b. Prosedur Pengukuran
1) Beri penjelasan kepada pasien menenai isi dan cara
mengisi kuesioner KOOS. Kuesioner berisi 42 soal dari 5
sub-skala yaitu dilihat dari Nyeri (Pain) 9 pertanyaan,
gejala(Symptom) 7 pertanyaan, ADL 17 pertanyaan,
85
Olahraga dan rekreasi 5 pertanyaan dan Kualitas hidup
(QOL) 4 pertanyaan. Pilihan jawaban diberikan dalam 5
kotak dengan jawaban dari kondisi yang baik sampai
kondisi terburuk.
2) Hasil dari setiap pertanyaan mendapatkan nilai 0-4,
dimana nilai 0 berarti tidak ada masalah sampai nilai 4
yang berarti gangguan atau masalah yang sangat berat
pada lutut.
3) Pasien diberikan penjelasan cara mengisi kuesioner.
4) Pasien diberi kesempatan untuk mengisi kuesioner selama
lebih kurang 10 menit.
5) Jika data yang diterima tidak jelas seperti tanda
ditempatkan diluar kotak maka kotak terdekatlah yang
dipilih.
6) Jika dua kotak ditandai maka mengidentifikasi masalah
yang lebih parah yang dipilih.
7) Jika data kosong satu atau dua item, maka nilai yang
kosong diganti dengan nilai rata –rata untuk subskala.
8) Jika data kosong lebih dari dua item maka respon
dianggap tidak valid dan tidak ada nilai subskala yang
dihitung.
9) Kotak paling kiri bernilai 0 dan paling kanan bernilai 4.
Jumlahkan setiap subskala kemudian dihutung dengan
rumus berikut :
86
1. PAIN : 100 - Total score P1-P9 x 100 = 100 -_____=
36 36
2. SYMPTOMS : 100 - Total score S1-S7 x 100 = 100 - _____=
28 28
3. ADL : 100 - Total score A1-A17 x 100 = 100 - _____=
68 68
4. SPORT&REC : 100 - Total score SP1-SP5 x 100 = 100 -_____ =
20 20
5.QOL : 100 - Total score Q1-Q4 x 100 = 100 - _____=
16 16
Keterangan:
Setiap pertanyaan dinilai dengan kotak paling kiri bernilai 0
dan paling kanan bernilai 4
0 : Tidak pernah atau tidak samasekali
1 : Jarang atau ringan atau bulanan
2 : Kadang-kadang atau sedang atau mingguan
3 : Sering atau harian atau sulit
4 : Selalu atau parah atau sangat sulit
Jumlah nilai 0 – 100 didapat dari
Total = ( Pain + Sym + ADL + SPORT&REC + QOL ) =
5
Nilai lebih rendah menunjukkan kemampuan fungsional
menurun atau bermasalah dan nilai lebih tinggi menunjukkan
kemampuan fungsional lebih baik atau normal
87
Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score)
Nama : Tanggal : / /
Umur :
NYERI (PAIN)
Pertanyaan berikut berhubungan dengan nyeri yang anda alami sejak minggu lalu:
1. Seberapa sering anda mengalami nyeri?
Tidak pernah Bulanan Mingguan Harian Selalu 2. Apakah lutut nyeri saat kaki menumpu berat dan tubuh berputar mendadak?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 3. Apakah nyeri saat meluruskan kaki?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 4. Apakah nyeri saat menekuk lutut?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 5. Apakah nyeri saat berjalan dipermukaan yang datar?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 6. Apakah nyeri saat naik atau turun tangga?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 7. Apakah lutut anda nyeri pada malam hari sebelum tidur?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 8. Apakah lutut anda nyeri saat duduk atau berbaring?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 9. Apakah lutut anda nyeri saat berdiri tegak?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu
TANDA atau GEJALA (SYMPTOM)
Pertanyaan berikut berhubungan dengan gejala lain yang menyertai gangguan di
lutut anda sejak seminggu yang lalu :
1. Apakah lutut anda kaku saat bangun pagi?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu
88
2. Apakah lutut anda kaku setelah duduk, berbaring atau saat beristirahat malam?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 3. Apakah ada bengkak dilutut anda?
Tidak ada Kecil Sedang Besar Parah 4. Apakah anda merasakan krepitasi atau gesekan dan mendengar suara klik atau
sejenisnya setiap anda menggerakkan lutut?
Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 5. Apakah lutut anda kaku saat bangun pagi?
Tidak ada Jarang Kadang Sering Selalu 6. Apakah anda dapat meluruskan lutut?
Penuh Banyak Sedang Sedikit Tidak sama sekali 7. Apakah anda dapat menekuk lutut?
Penuh Banyak Sedang Sedikit Tidak sama sekali
AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)
Pertanyaan berikut berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang terganggu atau
terbatas karena gangguan pada lutut anda sejak seminggu yang lalu :
1. Apakah anda kesulitan turun tangga?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
2. Apakah anda kesulitan naik tangga?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
3. Apakah anda kesulitan bangkit dari duduk ke berdiri?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
4. Apakah anda kesulitan berdiri tegak?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
5. Apakah anda kesulitan mengambil benda dibawah sambil berdiri dengan
menekuk lutut?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah
89
6. Apakah anda kesulitan berjalan dipermukaan datar?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
7. Apakah anda kesulitan masuk atau keluar mobil?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
8. Apakah anda kesulitan saat pergi atau berjalan untuk berbelanja?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah
9. Apakah anda kesulitan memakai sepatu atau kaos kaki sambil berdiri?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 10. Apakah anda kesulitan melepas sepatu atau kaos kaki sambil berdiri?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 11. Apakah anda kesulitan bangkit dari tempat tidur?
Tidak sama sekali Jarang Kadang Sering Selalu 12. Apakah anda kesulitan untuk berbaring ketempat tidur?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 13. Apakah anda kesulitan saat mandi?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 14. Apakah anda kesulitan untuk duduk?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 15. Apakah anda kesulitan untuk jongkok di toilet?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 16. Apakah anda kesulitan melakukan aktivitas rumah tangga yang berat seperti
menyekop, menyikat lantai dll?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah 17. Apakah anda kesulitan melakukan aktivitas rumah tangga yang ringan seperti
memasak, menyapu rumah, bersih-bersih, dll?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah
90
AKTIVITAS OLAHRAGA dan REKREASI (SPORT and RECREATION)
Pertanyaan berikut berhubungan dengan aktivitas olahraga dan aktivitas rekreasi
yang mengalami keterbatasan karena gangguan lutut anda sejak seminggu yang
lalu:
1. Apakah anda kesulitan untuk jongkok?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah
2. Apakah anda kesulitan untuk berjalan?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 3. Apakah anda kesulitan untuk melompat?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah
4. Apakah anda kesulitan berjalan lalu memutar lutut?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 5. Apakah anda kesulitan berlutut?
Tidak sama sekali Sedikit Sedang Berat Parah
KUALITAS HIDUP (QUALITY OF LIFE)
Pertanyaan berikut berhubungan dengan kualitas hidup atau gaya hidup anda yang
terganggu karena masalah lutut anda sejak seminggu yang lalu :
1. Seberapa sering anda menyadari masalah lutut anda?
Tidak pernah Bulanan Mingguan Harian Selalu
2. Apakah anda memodifikasi gaya hidup anda untuk menghindari kegiatan yang
berpotensi memperparah gangguan lutut anda?
Tidak ada Sedikit Sebagian Banyak Semua 3. Bagaimana kesulitan hidup secara umum yang anda alami karena
berkurangnya kemampuan fungsi lutut pada kehidupan anda?
Tidak ada Sedikit Sedang Banyak Parah 4. Secara umum, seberapa sering kesulitan yang anda alami dalam kehidupan
karena lutut anda terganggu?
Tidak pernah Jarang kadang Sering Selalu
91
c. Prosedur pelaksanaan Sonophorosis Diclofenac
1) Persiapan Alat
a) Siapkan alat ultrasound dan diclofenac atau voltaren
sebagai media penghantar
b) pastikan tidak ada kerusakan pada alat dan kabel.
c) Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien,
usahakan agar alat tidak terjangkau dari pasien serta
tidak mengganggu gerakan dari terapis.
b) Persiapan pasien
a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur pemberian
sonophorosis diclofenac
b) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian
c) Atur posisi pasien dengan daerah yang akan diterapi
Berikan voltaren sebagai kontak medium pada
daerah lutut
d) Ratakan voltaren dengan tranduser sirkulasi pada
daerah lutut, jangan biarkan transduser dalam
keadaan statik karena akan menyebabkan burn atau
luka bakar.
c) Teknik aplikasi
a) Nyalakan alat, atur intensitas, gelombang dan waktu
b) Gerakan tranduser kearah sirkuler atau pun
longirudinal pada area yang akan di terapi, jangan
92
biarkan tranduser dalam keadaan statik karena dapat
menimbulkan burn atau luka bakar.
d) Dosis
Penentuan dosis ditentukan oleh intensitas dan
waktu. Intensitas merupakan rata-rata energi yang
dipancarkan tiap unit area dan dinyatakan dalam watt per
unit meter persegi (W/cm2), sedangkan power adalah total
output dan tranduser yang dinyatakan dalam Watt (W).
Total power output (watt) Intensitas =
ERA pada tranduser (cm2) Frekuensi : 6 kali terapi/ 3 kali seminggu
Intensitas : 1,2 watt/cm2
Waktu : 5 menit
Gelombang : contineous
e) Sesudah terapi
a) Mesin ultrasound dimatikan (tekan tombol off)
b) Daerah yang di obati di bersihkan dengan tissue
ataupun dengan menggunakan handuk bersih.
c) Kontrol efek yang diharapkan serta perhatikan juga
efek samping yang mungkin timbul.
b. Prosedur Pelaksanaan Ultrasound
1) Persiapan Alat
a) Siapkan alat ultrasound dan gel sebagai media
penghantar
93
b) Pastikan tidak ada kerusakan pada alat dan kabel
yang terpasang.
c) Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien,
usahakan agar alat tidak terjangkau dari pasien serta
tidak mengganggu gerakan dari terapis.
b) Persiapan pasien
a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur pemberian
ultrasound
b) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian
c) Atur posisi pasien dengan daerah yang akan diterapi
Berikan gel sebagai kontak medium pada daerah
lutut
d) Ratakan gel dengan tranduser sirkulasi pada daerah
lutut.
c) Teknik aplikasi
a) Nyalakan ultrasound, atur intensitas, gelombang
dan waktu terapi
b) Gerakan tranduser kearah sirkuler atau pun
longirudinal pada area yang akan di terapi, jangan
biarkan tranduser dalam keadaan statik karena dapat
menimbulkan burn atau luka bakar.
d) Dosis
Penentuan dosis ditentukan oleh intensitas dan
waktu. Intensitas merupakan rata-rata energi yang
94
dipancarkan tiap unit area dan dinyatakan dalam watt per
unit meter persegi (W/cm2), sedangkan power adalah total
output dan tranduser yang dinyatakan dalam Watt (W).
Total power output (watt) Intensitas =
ERA pada tranduser (cm2)
Frekuensi : 6 kali terapi/ 3 kali seminggu
Intensitas : 1,2 watt/cm2
Waktu : 5 menit
Gelombang : contineous
e) Sesudah terapi
a) Mesin ultrasound dimatikan (tekan tombol off)
b) Baik daerah yang di obati di bersihkan dengan tissue
ataupun dengan menggunakan handuk bersih.
c) Kontrol efek yang timbul dan juga perhatikan
terhadap efek samping yang mungkin timbul.
c. Prosedur Pelaksanaan Hold Relax
1) Persiapan pasien
a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur hold relax
serta efek yang mungkin dirasakan saat
mengkontraksikan otot.
b) Posisikan pasien duduk di pinggir bed atau tidur
telungkup.
c) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian
95
2) Teknik aplikasi
a) Suruh pasien mengkontraksikan otot dengan gerakan
flexi atau ekstensi melawan tahanan yang diberikan
terapis agar tida terjadi gerakan.
b) Lakukan kontraksi isometrik selama 6 detik dengan
10 kali pengulangan yang diselingi dengan istirahat.
c) Selama fase rileksasi, manual kontek tetap
dipertahankan untuk mendeteksi bahwa pasien
mampu benar-benar rileks.
E. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan
KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Scale) akan terlihat
perubahan kemampuan fungsional sebelum dan sesudah melakukan 6X
terapi menggunakan perangkat lunak komputer SPSS (statiscal Program
For Social Science).
Dalam menganalisa data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan
beberapa uji statistik, antara lain:
1. Uji persyaratan analisis
a. Uji normalitas Normalitas
Untuk menentukan bentuk uji statistik yang tepat, maka
salah satu yang perlu diketahui adalah apakah data berdistribusi
normal menggunakan uji parametrik dengan nilai P > α (0,05).
Peneliti melakukan pengujian normalitas distribusi pada
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan
96
melakukan uji normalitas (Saphiro wilk test) karena jumlah
sampel kurang dari 30 orang.
b. Analisis Homogenitas
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua
sampel yang dianalisis memiliki varian yang sama (homogen)
atau berbeda (tidak homogen) menggunakan levene’s test (Uji f)
yang pada umumnya digunakan pada penelitian komperatif
independef untuk mengetahui apakah pada awal penelitian
sampel berangkat dari kondisi yang sama. Data distribusi normal
menggunakan uji parametrik dengan nilai P > α (0,05).
Sedangkan untuk data distribusi tidak normal menggunakan uji
non-parametrik dengan nilai P < α (0,05).
Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata tingkat kemampuan
fungsional sebelum intervensi antara kelompok
perlakuan I dan II
Ha : Ada perbedaan rata-rata tingkat kemampuan fungsional
sebelum intervensi antara kelompok perlakuan I dan II.
Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis :
Ho diteroma bila nilai P > α (0,05)
Ho ditilak bila P < α (0,05)
97
2. Uji Hipotesis
a. Uji hipotesis I
Uji hipotesis untuk mengetahui intervensi Sonophorosis
Doclofenac dan Hold Relax dapat meningkatan kemampuan
fungsional akibat osteoarthritis tibiofemoral joint. Untuk uji
signifikan dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok
perlakuan I digunakan uji T-Test Related.
Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah:
Ho : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax tidak
dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus
Osteoarthritis Tibiofemoral joint.
Ha : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax dapat
meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus
Osteoarthritis Tibiofemoral joint.
Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa :
Ho diterima bila nilai p > α (0,05)
Ho ditolak bila nilai P < α (0,05).
b. Hipotesis II
Uji hipotesis II untuk mengetahui intervensi Ultrasound
dan Hold Relax dapat meningkatan kemampuan fungsional
akibat osteoarthritis tibiofemoral joint. Untuk uji signifikan dua
sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan II
digunakan uji T-Test Related.
Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah:
98
Ho : Intervensi Ultrasound dan Hold relax tidak dapat
meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus
Osteoarthritis tibiofemoral joint.
Ha : Intervensi Ultrasound dan Hold relax dapat meningkatkan
kemampuan fungsional pada kasus Osteoarthritis
tibiofemoral joint.
Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa :
Ho diterima bila nilai p > a (0,05)
Ho ditolak bila nilai P < a (0,05)
c. Uji Hipotesis III
Uji hipotesis III untuk mengetahui intervensi
Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax lebih baik dari pada
intervensi Ultrasound dan Hold Relax untuk meningkatkan
kemampuan fungsional kasus Osteoarthritis Tibiofemoral joint.
Untuk uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan pada
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II digunakan T-
Tets Independent sampel.
Adapun hipotesis yang ditegakan adalah:
Ho : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax tidak
lebih baik dari padaintervensi Ultrasound dan Hold Relax
untuk meningkatan kemampuan fungsional kasus
osteoarthritis tibiofemoral joint.
Ha : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax lebih
baik dari pada intervensi Ultrasound dan Hold Relax
99
untuk meningkatan kemampuan fungsional akibat
osteoarthritis tibiofemoral joint.
Dengan ketentuan hasih pengujian hipotesis sebagai berikut :
Ho diterima jika P > α (0,05)
Ho ditolak jika P < α (0,05)