BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode...

35
65 Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan model praktikum yang inovatif untuk keperluan kegiatan praktikum Fisika Dasar di tingkat Universitas. Pengembangan ini dilandasi oleh adanya kebutuhan akan model praktikum yang dapat menyokong terhadap pencapaian tujuan perkuliahan Fisika Dasar yaitu membekalkan pemahaman materi ajar Fisika Dasar yang ajeg dan kokoh serta melatihkan keterampilan generik sains. Proses pengembangan dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan antara lain tahapan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi bentuk intervensi (perlakuan) yang dibutuhkan dalam kegiatan eksperimen Fisika Dasar untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, tahap perancangan dan tahap pengembangan intervensi (perlakuan) yang meliputi tahap penyusunan intervensi, tahap validasi ahli dan tahap uji coba implementasi perlakuan (intervensi yang dikembangkan). Sesuai dengan fokus dan tahapan penelitian yang dilakukan maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan desain embedded experimental model (Creswell & Clark, 2007 :68). Desain penelitian tersebut secara bagan ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode...

65

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rangka pengembangan model praktikum

yang inovatif untuk keperluan kegiatan praktikum Fisika Dasar di tingkat

Universitas. Pengembangan ini dilandasi oleh adanya kebutuhan akan model

praktikum yang dapat menyokong terhadap pencapaian tujuan perkuliahan Fisika

Dasar yaitu membekalkan pemahaman materi ajar Fisika Dasar yang ajeg dan

kokoh serta melatihkan keterampilan generik sains. Proses pengembangan

dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan antara lain tahapan studi

pendahuluan untuk mengidentifikasi bentuk intervensi (perlakuan) yang

dibutuhkan dalam kegiatan eksperimen Fisika Dasar untuk mengoptimalkan peran

dan fungsinya, tahap perancangan dan tahap pengembangan intervensi (perlakuan)

yang meliputi tahap penyusunan intervensi, tahap validasi ahli dan tahap uji coba

implementasi perlakuan (intervensi yang dikembangkan). Sesuai dengan fokus

dan tahapan penelitian yang dilakukan maka metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan

desain embedded experimental model (Creswell & Clark, 2007 :68). Desain

penelitian tersebut secara bagan ditunjukkan pada Gambar 3.1.

66

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1.

Bagan Metode Penelitian Campuran

dengan Desain Embedded Experimental Model

Atas dasar analisis kebutuhan yang dilakukan, teridentifikasi bahwa

diperlukan bentuk intervensi dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar adalah berupa

model praktikum kontekstual (MPK) yang dipandang dapat mengoptimalkan peran

dan fungsi praktikum Fisika Dasar dalam menyokong tujuan perkuliahan Fisika

Dasar terutama dalam membekalkan pemahaman materi ajar Fisika Dasar dan

melatihkan keterampilan generik sains (KGS). Gambar 3.2 menunjukkan bagan

penggunaan metode campuran (mixed methods) dalam penelitian yang bertujuan

mengembangkan intervensi berupa model praktikum kontekstual (MPK) dan uji coba

Qualitative

before

intervension

Quantitative

premeasure

Quantitative

postmeasure

Intervension Qualitative

before

intervension

Quasy

Experiment

Qualitative

during

intervension

Interpretation based

on quantitative and

qualitative results

67

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaannya untuk melihat keampuhannya dalam menanamkan pemahaman

konsep (materi ajar) dan membekalkan ketarampilan generik sains (KGS).

Gambar 3.2

Bagan Penggunaan Metode Campuran (Mixed Methods) dalam Penelitian

MPK untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar dikembangkan dengan mengikuti

alur pengembangan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Interpretasi data berbasis pada

data kualitatif dan data yang

diperoleh

Kualitatif

sebelum

Intervensi :

Studi kebijakan

Observasi

pelaksanaan

perkuliahan dan

praktikum

Penelahaan

silabus

perkuliahan dan

praktikum

Pengukuran

PK dan KGS

Pengukuran

PK dan KGS

MPK Kualitatif setelah

intervensi

Tanggapan

mahasiswa

terhadap MPK

Karakteristik

MPK

Bagaimana MPK

dapat

membekalkan

pemahaman

konsep dan

melatihkan KGS

Eksperimen Semu implementasi MPK

dengan kontrol MPV untuk mendapatkan

gambaran efeknya dalam meningkatkan

pemahaman konsep dan KGS

Observasi

pelaksanaan

praktikum

68

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3.

Langkah-Langkah Pengembangan Intervensi (MPK)

Pengembangan

intervensi

Perancangan

intervensi

Studi

Pendahulua

n

Kajian literatur

tentang praktikum dan

pembelajaran fisika

serta model-model

desain praktikum

Kajianan literatur tentang CTL,

Keterampilan Generik

Sains dan Pemahaman Konsep,

Studi lapangan tentang pelaksanaan praktikum

Fisika Dasar

dan keadaan KGS dan PK mahasiswa

Desain

Sintaks dan LKM MPK Desain instrumen

KGS dan PK Desain tanggapan mhs -

dosen dan lembar observasi

Intrumen tes

KGS dan PK

LKM MPK

Sintaks MPK

Uji coba tahap 2

Validasi Perangkat MPK dan Instrumen

Penelitian

Rekomendasi dan Revisi

Rekomendasi dan Revisi Uji Coba

Tahap 1

Rekomendasi

dan Revisi

69

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap ini peneliti melakukan studi lapangan terkait pelaksanaan

kegiatan praktikum Fisika Dasar, perangkat pendukungnya atau pedoman

kegiatan praktikum Fisika Dasar yang sampai saat ini masih digunakan di salah

satu LPTK di Sumatera Selatan dan dampaknya terhadap pemahaman konsep dan

keterampilan generik sain mahasiswa. Dari hasil-hasil temuan di lapangan

kemudian diidentifikasi permasalahan nyata yang terjadi pada pelaksanaan

kegiatan praktikum. Beberapa persoalan yang teridentifikasi di lapangan antara

lain: (a) Praktikum Fisika Dasar yang dilakukan sampai saat ini masih

menggunakan panduan praktikum yang masih bersifat verifikatif (konvensional),

(b) pelaksanaan praktikum Fisika Dasar yang bersifat verifikatif tidak dapat

memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilannya, hal ini tercermin dari hasil tes KGS dan PK yang diselenggrakan

peneliti saat studi pendahuluan yang masih tergolong rendah.

Hasil-hasil studi di atas menunjukkan bahwa praktikum Fisika Dasar yang

masih digunakan sampai saat ini belum dapat menyokong tujuan praktikum yaitu

mengembangkan keterampilan dasar dan perolehan pengetahuan terutama dalam

pemahaman konsep-konsep dasar fisika sebagai landasan pengembagan fisika

selanjutnya. Tentu ini sebuah masalah yang tidak bisa dibiarkan. Ketika suatu

tujuan telah ditetapkan maka langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai

tujuan tersebut harus benar-benar dapat mendukung pada pencapaian tujuan

tersebut. Sebenarnya telah banyak dikembangkan model-model desain praktikum

yang inovatif, antara lain inquiry laboratory, problem solving laboratory,

conceptual laboratory, dan lain-lain. Desain-desain ini cocok digunakan untuk

kegiatan praktikum yang diorientasikan pada penguatan pemahaman konsep.

Motivasi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan praktikum juga tidak begitu

kuat, kebanyakan hanya sebatas memenuhi syarat perkuliahan Fisika Dasar.

Motivasi mahasiswa untuk melakukan sesuatu dapat ditingkatkan ketika mereka

dapat mengetahui manfaat dan keuntungan yang akan mereka peroleh dari

mengikuti kegiatan tersebut. Demikian juga dengan praktikum, mahasiswa akan

70

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan praktikum dengan serius dan

sungguh-sungguh manakala mereka mengetahui manfaat dan keuntungan yang

akan mereka peroleh. Salah satu cara memotivasi mahasiswa untuk mengikuti

kegiatan praktikum adalah melalui penyajian tantangan penjelasan fenomena fisis

yang sering mereka jumpai dalam keseharian. Untuk dapat menjelaskan fenomena

yang disajikan tentu mereka membutuhkan pemahaman konsep terkait, yakinkan

kepada mereka bahwa konsep fisika yang mereka butuhkan untuk penjelasan

fenomena akan mereka temukan melalui kegiatan praktikum. Dapat

dikembangkan suatu desain kegiatan praktikum yang diawali dengan penyajian

masalah kontekstual. Sebagaimana pembelajaran yang diawali dengan penyajian

masalah kontekstual yang disebut CTL (contextual teaching and learning) maka

desain praktikum yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual bisa diberi

nama praktikum kontekstual. Dalam pelaksanaannya praktikum kontekstual dapat

dikembangkan baik untuk meningkatkan pemahaman konsep maupun untuk

mengembangkan berbagai keterampilan mahasiswa baik keterampilan proses

maupun keterampilan berpikir. Model Praktikum Kontekstual (MPK) inilah yang

akan dikembangkan dalam penelitian ini.

2. Tahap Perancangan Intervensi (Treatment)

Selayaknya sebuah model, maka MPK harus mengandung komponen

konten (isi) dan komponen aktivitas-aktivitas instruksionalnya. Oleh karena itu

dalam pengembangan MPK peneliti melakukan perancangan baik pada segi

konten MPK maupun pada segi aktivitas MPK. Aktivitas-aktivitas MPK

dirancang untuk membangun sintaks MPK yang secara operasional akan

diwujudkan dalam panduan pelaksanaan MPK (lembar kerja mahasiswa = LKM).

Konten MPK dirancang untuk mengisi tiap-tiap langkah MPK. Selain itu

dilakukan perancangan juga instrumen-instrumen pengukur kompetensi atau

variabel yang dapat dikembangkan melalui pelaksanaan MPK diantaranya

instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan instrumen tes pemahaman

konsep (PK).

71

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Rancangan Sintaks MPK

Sintaks praktikum merupakan fase-fase atau tahapan-tahapan kegiatan yang

harus dilaksanakan dosen dan mahasiswa selama kegiatan praktikum. Fase-fase

atau tahapan-tahapan tersebut harus disusun sedemikian rupa agar dapat

mendukung pada pencapaian tujuan kegiatan praktikum. Pola umum (global) dari

kegiatan pembelajaran dikenal sebagai sintaks pembelajaran. Istilah sintaks

mengacu pada pendapat Arends (1997), yaitu keseluruhan aliran atau urutan

langkah-langkah yang biasanya diikuti dalam pembelajaran. Sintaks praktikum

menggambarkan pola umum pelaksanaan kegiatan praktikum. Sebuah sintaks

pembelajaran memiliki ciri (karakteristik) khas yang membedakannya dengan

sintaks pembelajaran yang lain. Penamaan Sintaks suatu kegiatan biasanya

didasarkan pada ciri spesifik yang dimilikinya. Sintaks MPK menggambarkan

pola umum kegiatan MPK dengan ciri khas pada segi kontekstual.

Sintaks MPK dirancang dengan mengacu pada lima strategi dari pebelajaran

CTL yang diusulkan oleh Crawford (2001), yaitu : (1) Relating, (2) Experiencing,

(3) Applying, (4) Cooperating (learning community), dan (5) Transferring.

Konstruktivisme merupakan paham yang menitikberatkan pada proses

konstruksi pengetahuan atau pemahaman oleh mahasiswa itu sendiri; inkuiri

adalah sarana yang dapat digunakan konstruksi konsep melalui kegiatan

penemuan; bertanya merupakan proses kegiatan interaktif baik lisan/tertulis

untuk memperoleh jawaban dalam merumuskan masalah, membuat prediksi

(hipotesis), memaknai, meginterpretasi dan menjelaskan hasil-hasil temuan serta

membuat kesimpulan; refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui hasil-hasil

kegiatan yang telah dilakukan dan kegiatan-kegiatan tindak lajut; masyarakat

belajar merupakan strategi kolaboratif yang digunakan dalam kegiatan berinkuiri;

penilaian yang sebenarnya merupakan penilaian yang dilakukan terhadap hasil-

hasil kegiatan mahasiswa selama praktikum melalui penilaian fortopolio dengan

menggunakan sebuah rubrik.

Atas dasar rujukan pada komponen-komponen CTL, maka sintaks MPK

harus memuat penyajian persoalan kontekstual, menggunakan pendekatan inkuiri,

72

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaannya dilakukan secara kooperatif kolaboratif, dan kegiatan harus

diakhiri dengan kegiatan refleksi dan tindak lanjut.

b. Rancangan LKM MPK

Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) merupakan panduan tertulis yang berisi

langkah-langkah operasional yang harus dikuti mahasiswa dan instruktur selama

melakukan kegiatan praktikum. LKM suatu kegiatan tentu harus selaras dengan

tujuan kegiatan dan sintaks kegiatan yang telah ditetapkan. LKM untuk MPK

dirancang dengan memuat komponen-komponen antara lain: judul praktikum,

rumusan tujuan praktikum, langkah-langkah (prosedur) pelaksanaan praktikum,

dan kegiatan penutup. Setiap komponen tersebut dipaparkan sebagai berikut :

1) Judul/Tema yang dipraktikumkan; karena program praktikum yang

dikembangkan secara khusus diperuntukan pada matakuliah Fisika Dasar

maka judul/tema praktikum dipilih harus sesuai dengan materi perkuliahan

Fisika Dasar, namun karena adanya keterbatasan waktu, sarana dan prasarana

maka hanya 8 judul praktikum saja yang diangkat dalam penelitian, antara

lain: praktikum hukum II Newton, praktikum gerak jatuh bebas, praktikum

hukum Hooke, praktikum rangkaian pegas paralel, praktikum osilasi bandul

sederhana, praktikum osilasi pegas, praktikum gaya gesekan, dan praktikum

hukum Archimedes.

2) Konteks; karena model kegiatan praktikum ini menggunakan pendekatan

kontekstual, maka untuk setiap tema/judul praktikum harus dikaitkan dengan

konteks yang relevan. Sesuai dengan jumlah tema/judul praktikum yang

dikembangkan, maka jumlah konteks yang ditinjau juga berjumlah 8 konteks,

yaitu: fenomena gerak benda, fenomena benda jatuh, aplikasi pegas dalam

berbagai perkakas, aplikasi kombinasi pegas paralel dalam berbagai perkakas,

fenomena ayunan taman, fenomena ayunan bayi, fenomena gesekan antara

benda, fenomena mengapung-melayang dan tenggelam.

3) Rumusan tujuan praktikum; rumusan tujuan praktikum berisikan tentang

pernyataan-pernyataan tentang target atau sasaran yang akan dicapai melalui

73

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan praktikum. Tujuan praktikum juga harus disesuaikan juga dengan

fungsi dan peran dilaksanakannya praktikum tersebut. Fungsi dan peran

praktikum Fisika Dasar adalah sebagai sarana untuk memahamkan

mahasiswa terhadap konsep-konsep dalam Fisika Dasar dan menanamkan

berbagai keterampilan sains, sehingga tujuan praktikum Fisika Dasar ini

diarahkan pada pemahaman konsep, penemuan hubungan antar konsep atau

antar besaran fisika dan pengembangan keterampilan sains. Tujuan praktikum

juga harus menjadi acuan untuk menyusun prosedur melaksanakan

praktikum.

4) Prosedur kegiatan penyelidikan

Selakyaknya sebuah kegiatan pembelajaran, maka prosedur kegiatan

praktikum harus memuat kegiatan pra praktikum (pendahuluan), kegiatan inti

praktikum dan kegiatan akhir (penutup) praktikum.

a) Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dilaksanakan dengan tujuan untuk

meningkatkatkan motivasi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan

praktikum. Pada MPK kegiatan memotivasi mahasiswa dilakukan dengan cara

menyajikan tantangan penjelasan peistiwa/fenomena alam (objek fisis) yang

sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, fenomena pada

topik gerak jatuh bebas “mengapa sebuah mobil yang jatuh ke jurang akan

mengalami tingkat kerusakan yang lebih parah ketika jurangnya sangat

dalam?”.

b) Kegiatan inti praktikum

Kegiatan inti praktikum merupakan aktivitas utama dari keseluruhan

pragram praktikum. Kebanyakan aktivitas banyak dilakukan pada tahap ini.

Dari tahap ini akhirnya kesimpulan diperoleh. Kegiatan inti praktikum harus

berisi proses-proses yang disesuaikan dengan tujuan praktikum. Karena tujuan

praktikum Fisika Dasar adalah menemukan hubungan antar konsep atau

variabel fisis atau besaran fisis, maka proses-proses dalam kegiatan inti

74

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktikumnya harus diarahkan pada proses penemuan. Proses penemuan

dikenal sebagai inkuiri. Jadi proses pada MPK akan tepat jika menggunakan

metode inquiry laboratory. Ciri khas dari inquiry lab adalah petunjuk

praktikum berupa pertanyaan bukan pernyataan. Disamping itu sesuai dengan

rujukan yang dipakai yaitu CTL dimana salah satu komponennya adalah

masyarakat belajar, maka proses-proses MPK harus dilaksanakan secara

kooperatif dan kolaboratif.

Terdapat beberapa isi yang harus dicakup dalam kegiatan inti praktikum

yaitu:

(a) Demontrasi dan diskusi yang bertujuan untuk mengenalkan konsep/besaran

fisis yang terlibat dan menentukan hubungan-hubungan atau salaing

kebergantungan antar besaran fisis yang terlibat dalam suatu

peristiwa/fenomena.

(c) Mengajukan hipotesis untuk memprediksi bentuk hubungan fungsional

yang lebih spesifik antar besaran fisis yang terlibat dalam sebuah

fenomena.

(d) Melakukan analisis variabel-variabel ukur, merancang langkah-langkah

percobaan dan merancang teknik atau metode analisis data.

(e) Melakukan kegiatan pengukuran (percobaan) dan kegiatan analisis data

hasil percoban hingga mendapatkan kesimpulan misalnya berupa bentuk

hubungan fungsional antara variabel yang ditemukan dari kegiatan

praktikum. Pada tahap ini dapat terlibat berbagai modus refresentasi

seperti refresentasi grafik, victorial, matematik dan verbal.

(e) Kegiatan penjelasan fenomena yang disajikan pada tahap pendahuluan.

Kegiatan ini diadakan untuk menguji tingkat pemahaman konsep

mahasiswa akan suatu konsep atau hubungan antar konsep yang terlibat

dalam fenomena yang disajikan.

c) Kegiatan penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilaksanakan pada setiap akhir

kegiatan pelaksanaan praktikum. Salah satu kegiatan yang pantas ada dalam

75

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan penutup adalah kegiatan refleksi yang dapat menghasilkan feedback

baik bagi mahasiswa maupun untuk dosen. Kegiatan ini juga dapat diisi dengan

kegiatan tindak lanjut untuk penguatan dan pengayaan pemahaman konsep.

c. Rancangan Instrumen Tes KGS dan PK

Instrumen tes KGS dan PK dirancang berdasarkan indikator-indikator

KGS dan PK serta proses-proses pembekalan yang dilakukan dalam kegiatan

praktikum. Rancangan tes KGS dan PK mencakup : 1) indikator KGS dan

PK yang dikembangkan melaluiMPK, 2) jumlah soal/item tes, 3) bentuk dan

jenis tes 4) alokasi waktu, 5) Konten materi, dan 6) kunci jawaban.

Instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dirancang

berdasarkan pada keterampilan generik sains (KGS) yang dikembangkan

oleh Brotosiswoyo (2000). Dari 9 indikator KGS yang ada, hanya 7 indikator

yang ditinjau dalam penelitian ini, yaitu: (1) pengamatan tidak langsung, (2)

bahasa simbolik, (3) kerangkan logika taat azas, (4) inferensi logika, (5)

hubungan sebab akibat, (6) pemodelan matematik, dan (7) membangun

konsep yang dapat dikembangkan, dua indikator lain seperti indikator

pengamatan langsung dan kesadaran akan skala besaran tidak ditinjau dalam

penelitian ini dengan pertimbangan objek atau besaran yang diobservasi tidak

dapat diamati secara langsung.

Instrumen tes pemahaman konsep (PK) dikembangkan berdasarkan

indikator memahami (understanding) yang dikembangkan oleh Bloom dan

direvisi oleh Anderson, et al (2001). dari 7 indikator, yaitu,

(1) menginterpretasi, (2) mencontohkan, (3) mengklasifikasi, (4)

menggeneralisasi, (5) menginferensi, (6) membandingkan dan (7)

menjelaskan, hanya enam indikator yang ditinjau. Satu indikator

mengklasifikasi tidak ditinjau dalam tes PK ini dengan pertimbangan tidak

banyak kegiatan mengklasifikasi pada materi yang dipraktikumkan.

76

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Rancangan Tanggapan Mahasiswa Dan Dosen Terhadap Implementasi

MPK.

Untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap

implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar, dirancang suatu tes skala

sikap yaitu disajikan beberapa pernyataan yang terkait dengan potensi MPK

dalam mengembangkan berbagai kompetensi mahasiswa. Tanggapan dosen

dan mahasiswa diberikan dalam bentuk persetujuan dan pertidaksetujuan

terhadap item-item pernyataan yang diberikan. Ada empat pilihan tanggapan

untuk setiap item pernyataan yaitu SS (bila sangat setuju), S (bila setuju),

TS (bila tidak setuju), dan STS (bila sangat tidak setuju). Pernyataan yang

disodorkan untuk ditanggapi dirancang mencakup 7 aspek yang terdistribusi

dalam 20 butir pernyataan.

3. Tahap Pengembangan Intervensi (Treatment)

Tahap pengembangan merupakan eksekusi dari tahap perencanaan. Tahap

ini terdiri atas tiga kegiatan yaitu : (1) tahap pembuatan, (2) tahap validasi ahli,

dan (3) tahap uji coba, baik untuk perangkat MPK maupun untuk instrumen

penelitian.

a. Tahap Pembuatan Instrumen Penelitian dan Perangkat MPK

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pembuatan instrumen penelitian dengan

menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Membuat rancangan instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan

instrumen tes pemahaman konsep (PK) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1

dan Tabel 3.2. Kisi-kisi tes KGS dan PK selengkapnya disajikan pada

Lampiran A2 dan Lampiran A3.

Tabel 3.1

Rancangan Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

No Indikator KGS Jumlah

pertanyaan

1 Pengamatan tak langsung 4

77

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Bahasa simbolik 6

3 Kerangka logika taat azas 5

4 Inferensi logika 4

5 Hukum sebab akibat 6

6 Pemodelan matematika 4

7 Membangun konsep 3

Jumlah Total 32

Tabel 3.2

Rancangan Instrumen Tes Pemahaman Konsep (PK)

(2) Mengembangkan sintaks MPK. Berdasarkan pola umum kegiatan

pembelajaran yang lazim dilakukan, maka MPK akan terbagi dalam tiga

kegiatan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Pada setiap kegiatan utama tersebut direncanakan akan tercakup satu

atau beberapa fase MPK. Rencana fase-fase kegiatan dalam MPK

ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Fase-Fase Kegiatan MPK untuk Praktikum Fisika Dasar

Kegiatan

umum

Fase Orientasi

Pendahuluan Fase 1 Pembangkitan motivasi belajar (bereksperimen)

Inti Fase 2

Pengenalan konsep dan besaran-besaran fisis yang terlibat

dalam suatu fenomena fisis dan identifikasi hubungan

kualitatif antar besaran fisis dalam suatu fenomena yang

ditinjau.

Pengajuan masalah penyelidikan

Pengajuan prediksi (hipotesis) atas masalah penyelidikan

yang diajukan

Fase 3 Merencanakan dan melakukan pengumpulan dan analisis

No Indikator PK Jumlah

Soal

1 Menginterpretasi 5

2 Membandingkan 5

3 Mencontohkan 4

4 Menginferensi 6

5 Menggeneralisasi 4

6 Menjelaskan 4

Jumlah Total 28

78

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data yang mengarah pada suatu penemuan konsep atau

hubungan antar konsep (inkuiri)

Fase 4 Penjelasan fenomena alam yang disajikan pada fase

motivasi untuk mengecek pemahaman konsep mahasiswa

Penutup Fase 5 Peninjauan kembali proses dan hasil praktikum (refleksi),

penguatan dan tindak lanjut kegiatan

(3) Membuat kisi-kisi pernyataan-pernyataan tanggapan mahasiswa dan dosen

terhadap MPK yang dikembangkan. Daftar pernyataan untuk tanggapan

dosen dan mahasiswa selengkapnya disajikan pada Lampiran B4.

Tabel 3.4.

Kisi-Kisi Tanggapan Mahasiswa Dan Dosen terhadap implementasi MPK

Indikator pertanyaan/pernyataan Jumlah

pernyataan

1. Kebaruan MPK 2

2. MPK dan peningkatkan motivasi belajar 1

3. Kesesuaian MPK dengan karakteristik ilmu fisika 1

4. Peranan alat bantu VBL (video based laboratory) 2

5. Kegiatan kolaborasi dalam MPK 1

6. MPK dan pengembangan pemahaman konsep (PK) 6

7. MPK dan pengembangan keterampilan generik sains (KGS) 7

Jumlah total pernyataan 20

b. Tahap Validasi Perangkat MPK dan Instrumen Penelitian

Tahap validasi dilakukan baik terhadap perangkat MPK maupun terhadap

instrumen penelitian. Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa baik

perangkat MPK dalam hal ini lembar kerja mahasiswa (LKM) dan instrumen

penelitian betul-betul memenuhi kelayakan untuk dijadikan perangkat dan

instrumen penelitian.

Proses validasi dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement)

kepada tiga orang yang dipandang pakar (cakap) dalam menilai perangkat MPK

dan instrumen penelitian. Kepada para pakar diminta untuk menilai kelayakan

LKM yang dibuat dengan desain dan tujuan kegiatan praktikum yang akan

diselenggarakan. Selain itu juga kepada mereka diminta untuk memeriksa

kesesuaian instrumen penelitian dengan indikator-indikator yang akan diukur

dalam hal ini indikator pemahaman konsep (PK) dan indikator keterampilan

79

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

generik sains (KGS). Jumlah validator yang terlibat dalam validasi ini adalah 3

orang pakar dalam bidang Fisika dan Praktikum Fisika.

Untuk LKM MPK hal-hal yang diminta pertimbangan, masukan dan saran

dari validator antara lain kelayakan dalam hal sebagai berikut : (1) kesesuaian

setiap LKM dengan sintaks MPK, (2) kesesuaian fenomena/peristiwa fisis

(konteks) yang disajikan dalam setiap LKM dengan konsep atau hubungan antar

konsep yang akan diselidiki, (3) kesesuaian gambar-gambar fenomena fisis yang

disajikan dengan konsep fisika yang akan diselidiki, (4) Kesesuaian proses-proses

yang disusun pada setiap LKM dengan desain praktikum yang berorientasi pada

penemuan (inkuiri), (5) kesesusaian pertanyaan-pertanyaan pengarah dalam LKM

dengan target (tujuan) dari penemuan, (6) kesesuaian proses-proses dalam LKM

dengan pengembangan pemahaman konsep, (7) kesesuaian proses-proses dalam

LKM dengan pengembangan keterampilan generik sains (KGS), (8) kesesuaian

penggunaan VBL (Video Based Laboratory) untuk mengatasi kesukaran

pengukuran posisi fungsi waktu untuk peristiwa dinamik dengan alat ukur biasa

(stopwatch), (9) LKM yang disusun menunjukkan langkah kerja yang sistematis,

runut ke arah penemuan hubungan antar variabel. Selain itu juga tentang (10)

kesalahan dalam pengetikan naskah LKM, dan (11) penggunaan tata bahasa dalam

LKM yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar serta

kemudahan untuk dipahami dan tidak membingungkan pembaca. Untuk penilaian

LKM MPK disediakan format lembar validasi LKM MPK seperti ditunjukkan

pada Lampiran B1.

Untuk instrumen tes KGS dan PK, saran, masukan dan rekomendasi yang

diminta adalah tentang kelayakan instrumen tes PK dan KGS dibuat untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data. Terutama penilaian tentang kesesuaian

antara butir-butir soal yang dibuat dengan indikator-indikator pemahaman konsep

dan keterampilan generik sains yang diukur. Selain itu juga redaksional soal dan

kesalahan dalam pengetikan. Untuk validasi instrumen penelitian disediakan

format judgement tes PK dan tes KGS seperti pada Lampiran B2.

80

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Tahap Uji Coba Instrumen Tes

Selain validasi ahli, untuk instrumen tes dilakukan juga ujicoba yang

tujuannya adalah untuk untuk mengetahui reliabilitas tes, tingkat kemudahan

butir soal dan daya pembeda butir soal. Uji coba tes dilakukan terhadap sejumlah

mahasiswa calon guru fisika angkatan tahun 2011-2012 pada FKIP (fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan) salah satu Universitas Negeri di Sumatera Selatan

dengan jumlah responden sebanyak 25 mahasiswa. Untuk kepentingan pengujian

keajegan instrumen tes (reliabilitas tes), ujicoba dilakukan sebanyak dua kali

kepada responden yang sama tetapi beda waktu (metode test-retest).

d. Tahap Ujicoba Tahap 1 Implementasi MPK

Untuk menyempurnakan perangkat MPK dan instrumen penelitian dari sisi

praktis telah dilakukan ujicoba tahap 1 implementasi MPK dan perangkatnya

dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar. Ujicoba tahap 1 dilakukan terhadap

subyek yang berjumlah 12 mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika angkatan tahun

2011-2012 pada FKIP di salah Universitas Negeri di Sumatera Selatan. Dalam

pelaksanaanya subyek penelitian dibagi kedalam empat kelompok kecil dengan

jumlah masing-masing kelompok sebanyak tiga mahasiswa. Hal ini dimaksudkan

agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisisien yang

mencerminkan salah satu komponen CTL yaitu masyarakat belajar (belajar secara

kooperatif).

Pelaksanaan ujicoba tahap 1 menggunakan desain one group pretest-

posttest. Dengan desain ini, sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (treatment)

berupa implementasi MPK, terhadap subyek dilakukan tes awal (pretest) dan tes

akhir (posttest) baik untuk PK maupun KGS. Karena sifatnya terbatas, maka dari

delapan topik kegiatan praktikum yang dikembangkan hanya tiga topik praktikum

saja yang diimplementasikan, yaitu praktikum benda jatuh bebas, praktikum gaya

gesekan, dan praktikum hukum 2 Newton. Topik-topik praktikum tersebut dipilih

dengan pertimbangan karena ketiga topik praktikum merupakan fenomena

dinamik sehingga dalam pelaksanaannya menggunakan alat bantu VBL (video

81

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

based laboratory) yang dilengkapi dengan software tracker, yang belum dikenal

mahasiswa sebelumnya. Sehingga ujicoba ini juga sekalian mengenalkan VBL

kepada mahasiswa.

Desain one group pretest-posttest ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4.

Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

O1,O2 X O1,O2

Gambar 3.4. Desain uji coba tahap 1

Keterangan

O1 : Tes Pemahaman Konsep (PK)

O2 : Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

Dari ujicoba tahap 1 ini diharapkan diperoleh rekomendasi-rekomendasi

untuk perbaikan dan penyempurnaan MPK dan perangkatnya beserta instrumen

penelitian dalam tataran pelaksanaannya (praktisnya), sehingga program yang

dikembangkan lebih visible lagi untuk diaplikasikan dalam kegiatan praktikum

Fisika Dasar di pertguruan tinggi nantinya. Untuk itu dalam pelaksanaan ujicoba

terbatas tersebut dilakukan observasi yang seksama terhadap keterlaksanaan setiap

fase program oleh para observer yang ditunjuk dengan panduan lembar observasi.

Tujuan lain dari ujicoba terbatas adalah untuk mengetahuai potensi dari program

praktikum yang dikembangkan dalam hal ini MPK dalam mengembangkan

pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa.

e. Tahap Ujicoba Tahap 2 Perangkat MPK.

Perangkat MPK yang telah disempurnakan (direvisi) berdasarkan

rekomendasi dari tahap validasi ahli dan hasil ujicoba tahap 1, selanjutnya

diujicoba kembali pada tahap ujicoba kedua. Berbeda dengan ujicoba tahap 1,

pada uji coba tahap dua ini semua tema/judul praktikum yang dikembangkan (8

judul) diimplementasikan seluruhnya. Uji coba tahap 2 ini ditujukan untuk

82

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan gambaran tentang keunggulan model praktikum yang

dikembangkan (MPK) dalam membekalkan PK dan KGS dibanding dengan

pragram praktikum yang biasa dilakukan (praktikum tradisional). Untuk itu pada

ujicoba tahap 2 ini digunakan kelas kontrol, yaitu kelas yang mendapatkan

kegiatan praktikum secara (tradisional). Metode yang digunakan dalam uji coba

tahap 2 ini adalah metode quasi exsperiment dengan menggunakan desain “

Randomized control group pretest-posttest”. Sugiono (2010: 76) menjelaskan

bahwa ciri utama Randomized control group pretest-posttest design adalah sampel

dari kelas ekspeimen maupun kelas kontrol dipilih secara acak kelas (cluster

random) dan kepada kelas ekperimen diberikan perlakuan eksperimen sedangkan

kepada kelas kontrol diberikan perlakuan kontrol. Terhadap kedua kelompok

dilakukan tes awal dan tes akhir yang sama pada saat sebelum dan sesudah

perlakuan.

Perlakuan (intervensi) yang diberikan pada kelas eksperimen adalah

berupa implementasi MPK yang berorientasi pada penemuan (inkuiri) sedangkan

perlakukan yang diberikan kepada kelas kontrol adaah berupa kegiatan praktikum

tradisional yang bersifat verifikatif.

Desain randomized control group pretest-posttest ditunjukkan pada

Gambar 3.5.

Kelompok Sampling Tes awal perlakuan Tes akhir

Eksperimen R O1,O2 Xa, Xb O1,O2

Kontrol R O1,O2 Y O1,O2

Gambar 3.5. Desain Ujicoba Tahap 2

Keterangan :

R : kelompok dipilih secara random

O1 : Tes pemahaman konsep (PK)

O2 : Tes keterampilan generik sains (KGS)

83

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Xa : Perlakuan eksperimen (MPK) dengan VBL

Xb : perlakuan eksperimen (MPK) tanpa VBL

Y : Perlakuan kontrol (Praktikum Verifikatif)

Dari hasil ujicoba luas ini selain diharapkan diperoleh rekomendasi untuk

penyempurnaan MPK juga diperoleh gambaran efektifitas dari penggunaan MPK

yang dikembangkan dalam meningkatkan pemahaman konsep (PK) dan

keterampilan generik sains (KGS) dibandingan dengan penggunaan model

praktikum tradisional (praktikum verifikasi). Untuk pembandingan ini dijukan

hipotesis eksperimen sebagai berikut :

a. : Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep

(PK) yang signifikan antara mahasiswa yang

melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK

dengan siswa yang melaksanakan praktikum dengan

MPV

b. : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan

generik sains (KGS) yang signifikan antara

mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum

dengan MPK dengan mahasiswa yang

melaksanakan praktikum dengan MPV.

Karena dalam pelaksanaan kegiatan MPK ada beberapa tema/judul yang

menggunakan perangkat VBL dalam pelaksanaannya, maka dilakukan juga

pengujian beda rata-rata peningkatan PK dan KGS antara mahasiswa yang

mendapatkan kegiatan praktikum dengan MPK yang menggunakan VBL dan

yang tidak menggunakan VBL dengan mahasiswa yang mendapatkan kegiatan

praktikum tradisional yang tidak menggunakan VBL. Untuk pengujian ini

diajukan hipotesis seperti berikut :

a. HA : 5 6 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

pemahaman konsep (PK) dinamik (gerak benda)

antara mahasiswa yang melaksanakan kegiatan

84

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktikum dengan MPK berbantuan VBL dengan

mahasiswa yang melaksanakan praktikum MPV tanpa

bantuan VBL.

b. HA : 7 8 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

pemahaman konsep (PK) non dinamik antara

mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum

dengan MPK tanpa VBL dengan mahasiswa yang

melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL.

c. HA : 9 10 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

keterampilan generik sains (KGS) terkait materi

dinamik (gerak benda) antara mahasiswa yang

melaksanakan kegiatan praktikum dengan MPK

berbantuan VBL dengan mahasiswa yang

melaksanakan praktikum MPV tanpa bantuan VBL.

d. HA : 9 10 Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan

keterampilan generik sains (KGS) terkait materi non

dinamik antara mahasiswa yang melaksanakan

kegiatan praktikum dengan MPK tanpa bantuan VBL

dengan mahasiswa yang melaksanakan praktikum

MPV tanpa bantuan VBL.

Selain itu juga diharapkan diperoleh gambaran tanggapan mahasiswa dan

dosen terhadap MPK dan pengguinaannya dalam kegiatan praktikum Fisika

Dasar di tingkat Universitas. Untuk menjaring tanggapan mahasiswa dan dosen

tersebut telah disiapkan lembar skala sikap yang berisi berbagai pernyataan-

pernyataan terkait dengan MPK dan potensi penggunaannya. Kepada dosen dan

mahasiswa dimintakan persetujuan atau pertidaksetujuan untuk setiap pernyataan

yang diajukan sesuai dengan yang mereka amati, alami dan rasakan.

Ujicoba tahap 2 dilakukan juga pada FKIP di salah satu Universitas

Negeri di Sumatera Selatan. Pada FKIP tersebut terdapat jurusan Pendidikan

matematika dan ilmu pengetahuan alam (PMIPA) yang meliputi 4 program studi,

85

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu: Program studi Pendidikan Matematika, program studi Pendidikan Biologi,

program studi Pendidikan Kimia, dan program studi Pendidikan Fisika. Semua

mahasiswa pada FKIP ini wajib mengontrak matakuliah Fisika Dasar pada tahun

pertama dan wajib mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar.

Rincian jumlah mahasiswa dari masing-masing program studi yang

mengontrak matakuliah fisika dasar (tahun pertama) tahun pelajaran 2012-2013

adalah: 34 mahasiswa prodi Pendidikan Matematika (1 kelas), 33 mahasiswa

prodi Pendidikan Biologi (1 kelas), 30 mahasiswa prodi Pendidikan Kimia (1

kelas), dan 46 mahasiswa prodi Pendidikan Fisika yang terbagi dalam dua kelas

masing-masing kelas berjumlah 28 dan 18 mahasiswa.

Kedua kelas prodi Fisika ini yang kemudian dipilih sebagai subjel ujicoba

tahap 2. Dari hasil pemilihan sampel yang dilakukan secara random, terpilih kelas

yang jumlah mahasiswanya 28 orang sebagai kelompok eksperimen dan kelas

yang jumlah mahasiswanya 18 orang sebagai kelompok kontrol.

Untuk pengumpulan data digunakan berbagai instrumen yang telah

disempurnakan berdasarkan hasil validasi ahli dan hasil ujicoba instrumen, yaitu

instrumen tes PK, instrumen tes KGS, instrumen skala sikap dan lembar observasi

keterlaksanaan program.

B. Hasil Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan ini

antara lain tes pemahaman konsep (PK), tes keterampilan generik sains (KGS),

lembar skala sikap, dan lembar observasi keterlaksanaan MPK.

1. Hasil Pengembangan dan Validasi Ahli Instrumen Tes Pemahaman

Konsep (PK) dan Keterampilan Generik Sains (KGS)

Instrumen tes pemahaman konsep (PK) dan tes keterampilan generik sains

(KGS) yang dikembangkan masing-masing berjumlah 32 butir soal dan 28

86

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

butir soal. Kedua tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan

ganda dengan jumlah option sebanyak 5 yaitu (a, b, c, d, dan e).

Sebaran soal tiap indikator pemahaman konsep (PK) dan tiap indikator

keterampilan generik sains (KGS) dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6.

Tabel 3.5

Komposisi jumlah dan nomor soal pada tiap indikator tes KGS

Tabel 3.6.

Komposisi jumlah dan nomor soal pada tiap indikator tes PK

Hasil validasi ahli untuk instrumen tes keterampilan generik sains

(KGS) dan pemahaman konsep (PK) menunjukkan bahwa ketiga validator

merekomendasikan bahwa instrumen tes pemahaman konsep (PK) dan tes

keterampilan generik sains (KGS) layak digunakan untuk mengukur

pemahaman konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa, namun

demikian terdapat beberapa hal yang perlu direvisi, terutama dalam hal

Indikator KGS

Jumlah item

Jumlah

butir soal

Nomor

butir soal

Pengamatan tak langsung 4 1 – 4

Kerangka logika taat azas 6 5 – 10

Hukum sebab akibat 5 11 – 15

Inferensi logika 4 16 – 19

Bahasa simbolik 6 20 – 25

Membangun konsep 4 26 – 29

Pemodelan matematik 3 30 – 32

Jumlah 32 1 – 32

Indikator Pemahaman

Konsep

Jumlah item

Jumlah

soal

Nomor

soal

Menginterpretasi 5 1 – 5

Membandingkan 5 6 – 10

Mencontohkan 4 11 – 14

Menginferensi 6 15 – 20

Meringkas 4 21 – 24

Menjelaskan 4 25 – 28

Jumlah 28 1 – 28

87

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kejelasan dan kesesuaian gambar pada soal yang mengandung gambar,

redaksisional soal dan tata tulis soal. Catatan saran revisi dan perbaikan item

tes dari ketiga validator disajikan pada Lampiran B3.

Tabel 3.7 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli tes KGS serta saran

dan rekomendasi dari ketiga validator.

Tabel 3.7.

Reakpitulasi Hasil Validasi Ahli

Terhadap Instrumen Tes KGS Kesesuaian item tes KGS,

dengan Saran dan rekomendasi

Materi ajar Fisika Dasar Ketiga validator menyatakan bahwa konten semua item

tes sudah sesuai dengan materi ajar Fisika Dasar

Rumusan Indikator Ketiga validator menyatakan bahwa semua butir soal KGS

yang dibuat sudah sesuai dengan indikator KGS

Option (pilihan jawaban) Ketiga validator menyatakan bahwa semua option

jawaban sudah menunjukkan homogenitas yang baik

Kunci Jawaban Ketiga validator menyatakan bahwa kunci jawaban soal

sudah tidak mengandung kesalahan

Gambar /grafik/Tabel dan

lambang-lambang fisika

Ketiga validator menyatakan bahwa semua gambar sudah

sesuai dengan maksud soal, namun demikian ada revisi

untuk no 1,2 dan tentang kejelasan Gambar untuk no 7, 8

dan 21 pilihan jawaban tunggal menjadi pilihan berganda.

no.23 susunan dan letak Gambar dan no 31 tanda lambang

Penggunaan tata bahasa Ketiga validator menyatakan bahwa penggunaan tata

bahasa sudah sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang

baik.

Hasil-hasil validasi ahli di atas menunjukkan bahwa instrumen tes KGS

yang dikembangkan telah memenuhi butir-butir soal yang valid yaitu butir-butir

soal yang dapat mengujur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain instrumen tes

KGS yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur keterampilan generik

sains mahasiswa setelah mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar. Tabel 3.8

menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli tes pemahaman konsep (PK) serta

saran dan rekomendasi perbaikan dari ketiga validator.

Tabel 3.8

Reakpitulasi Hasil Validasi Ahli Terhadap Instrumen Tes PK

88

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesesuaian item

tes PK dengan Saran dan rekomendasi

Materi ajar

Fisika Dasar

Ketiga validator menyatakan bahwa semua item tes PK sesuaiaiai

dengan materi ajar Fisika Dasar

Rumusan

Indikator

Ketiga validator menyatakan bahwa semua butir soal yang disusun

sesuai dengan indikator-indikator PK yang diukur

Option (pilihan

jawaban)

Ketiga validator menyatakan bahwa semua option sudah homogen,

namun ada revisi untuk soal no. 4, 14 dan 20 penggunaan lambang

pada option jawaban.

Kunci Jawaban Ketiga validator menyatakan bahwa semua kunci jawaban sudah tidak

mengandung kekeliruan.

Gambar

/grafik/Tabel

Ketiga validator menyatakan bahwa semua gambar sudah sesuai

dengan maksud dan tujuan soal, namun ada revisi pada item soal no.20

dari Gambar virtual menjadi gambar nyata.

Penggunaan

tata bahasa

Ketiga validator menyatakan bahwa naskah soal telah dibuat dengan

menggunakan tata bahasa indonesia yang baik.

Hasil-hasil validasi ahli di atas menunjukkan bahwa instrumen tes PK

yang dikembangkan telah memenuhi butir-butir soal yang valid yaitu butir-butir

soal yang dapat mengujur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain instrumen

tes PK yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep

mahasiswa setelah mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar.

2. Analisis Data Hasil Ujicoba Instrumen Tes PK dan KGS

Sebelum instrumen tes keterampilan generik sains (KGS) dan pemahaman

konsep (PK) digunakan untuk pengukuran, terlebih dahulu instrumen tes

diujicobakan untuk mengetahui keajegannya dalam menghasilkan skor

(reliabilitas), tingkat kemudahannya, dan daya pembedanya. Soal yang baik harus

memiliki reliabilitas yang tinggi, daya pembeda yang baik dan tingkat kesukaran

yang memadai.

1) Reliabilitas tes (r)

Reliabilitas tes didefinisikan sebagai tingkat keajegan atau kestabilan skor

yang diperoleh testee yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada

situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu

instrumen dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali pada subjek yang sama

menghasilkan skor yang relatif sama (Sugiyono, 2008:121). Sesuai dengan

definisi tersebut maka pengujian reliabilitas instrumen tes PK dan KGS dilakukan

89

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan metode test-retest, yaitu pelaksanaan tes sebanyak dua kali terhadap

subjek yang sama namun waktu berbeda, selisih waktunya sekitar dua minggu.

Hasil kedua tes untuk tiap siswa kemudian dikorelasikan untuk memperoleh

koefisien reliabilitas (r) dengan menggunakan persamaan 3.1.

∑ (∑ )(∑ )

√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) ) (3.1)

Keterangan :

R = koefisien korelasi anatara variabel X dan variabel Y

X = skor tiap testee pada ujicoba pertama

Y = skor tiap testee pada ujicoba kedua

N = jumlah testee

Untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas tes digunakan kategori

seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Interpretasi koefisien reliabilitas (r) tes

Koefisien

reliabilitas tes

Kategori

Reliabilitas

0,8 < r 1,0 Sangat tinggi

0,6 < r 0,8 Tinggi

0,4 < r 0,6 Cukup

0,2 < r 0,4 Rendah

0,0 r 0,2 Sangat Rendah

Arikunto (2003 : 89)

2) Tingkat Kemudahan (TK) soal

Tingkat kemudahan tes (TK) menyatakan seberapa persen dari jumlah

responden yang dapat menjawab suatu soal dengan benar. Semakin besar

persentase siswa yang menjawab benar mana indeks tingkat kemudahan makin

besar yang berarti soal tersebut semakin mudah. Pengujian tingkat kemudahan

soal dilakukan untuk melihat proporsi soal yang tergolong mudah, sedang dan

sukar. Ini penting sebab dalam suatu tes soalnya jangan mudah semua atau sukar

semua. Untuk melakukan analisis tingkat kemudahan item tes digunakan software

ANATES versi 4. Tingkat kemudahan butir soal dinyatakan dalam indeks

90

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudahan (TK) yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.2)

berikut ini :

(3.2)

Keterangan:

TK : indeks tingkat kemudahan butir soal

B : banyaknya responden yang menjawab suatu butir soal

T : jumlah seluruh responden

Untuk menginterpretasi indek tingkat kemudahan (TK) soal digunakan kategori

seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Interpretasi indeks tingkat kemudahan (TK) soal

Indeks kemudahan

Butir soal (%) Kategori

Sukar

Sedang

Mudah

Mehrens dan Lehmann (1984)

3) Daya Pembeda (DB) soal

Daya pembeda (DP) soal didefinisikan sebagai kemampuan suatu butir

soal dalam membedakan responden yang berkemampuan tinggi dan

berkemampuan rendah. Soal yang baik harus dapat membedakan yang

berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah. Daya pembeda soal

dinyatakan dengan suatu indek yang disebut indeks daya pembeda (DP). Menurut

Matlock & Hetzal (1977), daya pembeda (DP) merupakan selisih antara proporsi

responden kelompok atas (berkemampuan tinggi) yang menjawab butir soal

dengan benar dengan proporsi mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan

rendah) yang menjawab butir soal dengan benar. Analisis daya pembeda

dilakukan dengan menggunakan Software ANATES versi 4. Indeks daya pembeda

(DP) dapat juga dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.3) sebagai berikut :

91

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3.3)

Keterangan:

: Daya pembeda item tes

: Proporsi mahasiswa kelompok atas (berkemampuan tinggi) yang menjawab item tes

dengan benar

Pb: Proporsi mahasiswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) yang menjawab item

tes dengan benar

Hasil daya pembeda (DP) item tes, selanjutnya diinterprestasi daya

pembedanya dengan menggunakan katagori seperti ditunjukkan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Katagori indeks daya pembeda (DP) butir soal

Indeks daya

pembeda (DP)

Kriteria

Sangat baik

Baik

0,2 Cukup

Jelek

(Matlock & Hetzal, 1977)

3, Hasil Analisis Data Ujicoba Instrumen Tes PK dan KGS

1) Hasil Analisis DayaPembeda (DP) Dan Tingkat Kemudahan Soal Tes

KGS dan PK

Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda (DP) dan tingkat kemudahan

(TK) butir soal tes KGS dan PK dengan software ANATES versi 4, ditunjukkan

pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13.

Tabel 3.12

Hasil Analisis Daya Pembeda (DP)

Dan tingkat Kemudahan (TK) Tes KGS

Daya Pembeda (DB) soal Tingkat Kemudahan (TK) soal

Kategori Jumlah

soal

Nomor

soal

Kete-

rangan

Katego

ri

Jumlah

soal

Nomor

Soal

Kete-

rangan

Jelek 7

6, 8, 18,

22, 23, 24

dan 29

Tidak

digunakan Mudah 3 6, 8 dan 29

Tidak

digunakan

Baik/

Sangat

baik

25

1 -5, 7, 9-

17, 19-21,

25-28, 30-

32

Digunakan Sedang 25

1 -5, 7, 9-

17, 19-21,

25-28, 30-

32

Digunakan

92

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukar 4 18, 22, 23

dan 24

Tidak

digunakan

Jumlah 32 32

Berdasarkan kategori daya pembeda pada Tabel di atas, maka jumlah soal

tes KGS yang layak digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains

mahasiswa setelah mengikuti MPK adalah berjumlah 25 butir soal, karena 7 soal

dibuang akibat memiliki daya pembeda yang jelek.

Tabel 3.13 menunjukkan rekapitulasi hasil pengujian daya pembeda (DP)

dan tingkat kemudahan (TK) tes pemahaman konsep (PK) hasil analisis dengan

mengggunakan software ANATES versi 4.

Tabel 3.13

Hasil Analisis Daya Pembeda (DP) dan tingkat Kemudahan (TK) Tes PK

Daya Pembeda (DB) Tingkat Kemudahan (TK)

Kategori Jumlah

soal

Nomor

Soal

Kete-

rangan Kategori

Jumlah

soal

Nomor

Soal

Kete-

rangan

Jelek 3 8,9 dan

18

Tidak

digunakan Sedang 25

1-7, 10-17,

19-28 Digunakan

Baik/

Sangat

baik

25 1-7, 10-

17, 19-28 Digunakan sukar 3 8,9 dan 18

Tidak

digunakan

28 28

Berdasarkan kategori daya pembeda pada Tabel di atas, maka jumlah soal

tes PK yang layak digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa

setelah mengikuti MPK adalah berjumlah 25 butir soal, karena 3 soal dibuang

akibat memiliki daya pembeda yang jelek. Hasil analisis daya pembeda (DP) dan

tingkat kemudahan (TK) butir soal disajikan pada Lampiran C1.

2) Hasil Analisis Reliabilitas tes KGS dan PK

Hasil analisis reliabilitas tes PK dan KGS dengan metode test-retest

diperoleh koefisien reliabilitas dari tes PK dan tes KGS seperti ditunjukkan pada

Tabel 3.14. Hasil analisis reliabilitas tes selengkapnya disajikan Lampiran C2 dan

C3.

Tael 3.14.

Hasil Analisis Reliabilitas

93

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jenis tes Jumlah soal Koefsien

reliabilitas Katagori

Tes keterampilan

generik sains (KGS) 25 0.974 Sangat tinggi

Tes pemahaman

konsep (PK) 25 0,972 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas seperti ditunjukkan pada Tabel di

atas maka instrumen tes KGS dan PK mempunyai tingkat keajegan yang sangat

tinggi, sehingga kedua tes ini memenuhi kelayakan untuk digunakan sebagai

instrumen penelitian. Rincian jumlah dan nomor soal untuk setiap indikator KGS

dan PK yang digunakan untuk instrumen penelitian dirangkum pada Tabel 3.15

dan Tabel 3.16.

Tabel 3.15.

Komposisi jumlah soal pada setiap indikator tes KGS yang layak digunakan

Tabel 3.16.

Komposisi jumlah soal pada setiap indikator tes PK yang layak digunakan

Indikator KGS Jumlah soal

Keterangan Dibuat Digunakan

Pengamatan tak

langsung

4 (1-4)

4 (1 – 4) Semua soal digunakan

Kerangka logika

taat azas

6 (5-10)

4 (5, 7, 9, 10) Soal nomor 6 dan 8 dibuang karena

memiliki daya pembeda yang jelek

Hukum sebab

akibat

5

(11 - 15)

5 (11-15) Semua soal digunakan

Inferensi logika 4

(16 - 19)

3

(16, 17, 19)

Soal nomor 18 dibuang karena memiliki

daya pembeda yang jelek

Bahasa simbolik 6

(20 - 25)

3

(20, 21, 25)

Soal nomor 22, 23 dan 24 dibuang

karena memiliki daya pembeda yang

jelek

Membangun

konsep

4

(26 - 29)

3

(26, 27, 29)

Soal nomor 28 dibuang karena

mempunyai daya pembeda yang jelek

Pemodelan

matematik

3

(30 - 32)

3

(30, 32)

Semua soal digunakan

Jumlah 32 25

Indikator

Pemahaman Konsep

Jumlah Soal Keterangan

Dibuat Digunakan

Menginterpretasi 5 (1 - 5) 5 (1 – 5) Semua soal digunakan

Membandingkan

5 ( 6 - 10) 3

(6,7 dan 9)

Soal nomor 8 dan 10 dibuang karena

memiliki daya pembeda yang jelek

Mencontohkan 4

( 11 - 14)

4 (11-14) Semua soal digunakan

94

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Hasil Pengembangan Lembar Observasi Keterlaksanaan MPK

Lembar bservasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dan aktivitas

mahasiswa pada setiap pertemuan dalam melaksanakan fase-fafe kegiatan MPK,

aktivitas dosen dan mahasiswa diamati oleh masing-masing satu observer dengan

menggunakan format seperti ditunjukkan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17.

Lembar Observasi Dosen Dan Mahasiswa

Tahapan

(fase) MPK Aktivitas Dosen Aktivitas mahasiswa

Keterlaksanaan Catatan/temuan

Ya Tidak

Fase 1

................

................

................

Dst

................

................ ......... .......... ...................

Fase 2

................

................

Dst

................

................

dst

......... ......... ..................

Fase 3

....................

....................

....................

....................

Dst

...................

...................

...................

...................

Dst

......... ......... ....................

Fase 4

...................

..................

dst

.................

.................

.................

Dst

......... ......... ....................

Fase 5

.................

.................

.................

dst

.................

.................

dst

......... .........

.

....................

4) Hasil Pengembangan Instrumen Respon Terhadap MPK (Skala Sikap)

Menginferensi 6 ( 15 - 20) 5 (15, 16, 17,

19 dan 20) Soal nomor 18 dibuang karena

memiliki daya pembeda yang jelek

Menggeneralisasi 4 (21- 24) 4( 21-24) Semua soal digunakan

Menjelaskan 4 (25 - 28) 4 (25-28) Semua soal digunakan

Jumlah 28 25

95

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skala sikap digunakan untuk menjaring respon (tanggapan) dosen dan

mahasiswa terhadap MPK dan implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar.

Sesuai dengan rancangan instrumen untuk menjaring respon mahasiswa dan dosen

yang telah dibuat, maka dikembangkan kisi-kisi butir pernyataan seperti

ditunjukkan pada Tabel 3.18. Instrumen skala sikap dosen dan mahasiswa

selengkapnya disajikan pada Lampiran B4.

Tabel 3.18.

Indikator tanggapan dosen dan mahasiswa

pada pelaksanaan MPK

Indikator pertanyaan/pernyataan Jumlah

pernyataan

Nomor pernyataan

1. Kebaruan MPK 2 1 dan 16

2. MPK dan peningkatkan motivasi

belajar

1 2

3. Kesesuaian MPK dengan

karakteristik ilmu fisika

1 20

4. Peranan alat bantu VBL (video based

laboratory)

2 15 dan 17

5. Kegiatan kolaborasi dalam MPK 1 19

6. MPK dan pengembangan

pemahaman konsep (PK)

6 8, 9, 10, 11, 12, 13,

7. MPK dan pengembangan

keterampilan generik sains (KGS)

7 3, 4, 5,

6, 7, 14, 18

Jumlah pertanyaan 20

Tabel 3.19 menunjukkan rekapitulasi hasil validasi ahli, saran, masukan dan

rekomendasi ketiga validator terhadap instrumen tanggapan dosen dan

mahasiswa terhadap MPK dan implementasinya.

Tabel 3.19.

Rekapitulasi Validasi Validator Terhadap

Daftar Tanggapan Dosen Dan Mahasiswa

Komponen penilaian Saran rekomendasi

1. Kesesuaian antara butir-

butir pernyataan dengan

aspek-aspek yang diminta

tanggapannya

Ketiga validator menyatakan bahwa butir-butir

pernyataan yang disusun telah sesuai dengan

aspek-aspek yang mau direspon

2. Keselarasan antara aspek

yang diminta

tanggapannya dengan

karakter MPK dan

Ketiga validator menyatakan bahwa aspek-aspek

yang ditanggapi telah sesuai dengan karakter

MPK dan implementasinya

96

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

implementasinya

3. Penggunaan tata bahasa

indonesia yang baik dan

benar

Ketiga validator menyatakan bahwa tata bahasa

dan penulisan setiap pernyataan telah

menggunakan kaidah bahasa indonesia yang baik

dan tidak membingungkan pembaca

Dari Tabel 3.19 dapat disimpulkan bahwa ketiga validator menyatakan

intrumen skala sikap yang dikembangkan layak digunakan untuk menjaring

tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap MPK dan implementasinya.

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian Uji Coba Tahap 1

dan Tahap 2

Data yang diperoleh dari ujicoba tahap 1 dan tahap 2 meliputi data hasil

tes KGS dan PK, data hasil observasi keterlaksanaan MPK dan data tanggapan

,mahasiswa dan dosen terhadap implementasi MPK dalam praktikum Fisika

Dasar. Semua data yang diperoleh berupa data kuantitatif.

1. Pengolahan Data Peningkatan KGS dan PK

Peningkatan KGS dan PK mahasiswa antara sebelum dan sesudah

perlakuan (treatment) dihitung dengan menggunakan rata-rata gain yang

dinormalisasi (rata-rata N-gain = <g>) dengan menggunakan persamaan yang

dikembangkan oleh Hake (1998) seperti berikut :

(3.4)

Keterangan:

<g> : Rerata skor gain yang dinormalisasi

<G> : Rerata skor gain aktual

<Gmaks> : rerata skor gain maksimum ideal

<RTk> : Rerata skor tes akhir

<RTA> : Rerata skor tes awal

Untuk mengetahui kategori peningkatan PK dan KGS sebagai efek

implementasi MPK, digunakan acuan interpretasi rata-rata gain yang

dinormalisasi (<g>) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.20.

97

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.20.

Kriteria rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)

(Hake, 1998)

Untuk menentukan efektivitas implementasi program praktikum yang

dikembangkan dalam meningkatkan PK dan KPS dibandingkan implementasi

praktikum verifikasi (konvensional) digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh

Morgendoller (1999) sebagai berikut : Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif

dalam mengembangkan suatu kompetensi dari pembelajaran lainnya apabila

implementasi pembelajaran tersebut menghasilkan rata-rata gain yang

dinormalisasi <g> lebih tinggi dari pembelajaran lainnya itu.

Untuk menguji hipotesis eksperimen yang diajukan pada ujicoba tahap 2,

digunakan teknik uji statistik berupa uji beda dua rerata, yaitu rerata N-gain yang

diperoleh oleh kelompok eksperimen dan rerata N-gain yang diperoleh oleh kelas

kontrol, masing-masing untuk pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik

sains (KGS). Karena jumlah subyek yang digunakan dalam uji coba tahap 2

tergolong kecil (<30 mahasiswa), maka teknik uji beda dua rerata yang

digunakan adalah pengujian statistik non parametrik menggunakan uji Mann

Whitney U, dengan menggunakan kriteria uji sebagai berikut : “ jika signifikansi

< 0,05 , maka H0 ditolak, dan jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. (Ho:

Tidak terdapat perbedaan peningkatan PK dan KGS antara mahasiswa yang

mendapatkan praktikum dengan MPK dan yang menndapatkan model praktikum

tradisional (Verifikatif).

2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan

MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

<g> Katagori

Peningkatan

<g> > 0,7 Tinggi

0,3 <g> 0,7 Sedang

<g> 0,3 Rendah

98

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data hasil observasi keterlaksanaan MPK dalam kegiatan praktikum Fisika

Dasar diolah melalui perhitungan persestase (%) aktivitas-aktivitas pada setiap

fase MPK yang terlaksana baik oleh dosen maupun oleh mahasiswa dalam

kegiatan praktikum Fisika Dasar baik pada tahap ujicoba tahap 1 maupun ujicoba

tahap 2. Proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.5

sebagai berikut :

(3.5)

Keterangan:

PK (%) : Persentase keterlaksanaan aktivitas

JKT : Jumlah aktivitas (kegiatan) yang terlaksana

JSK : Jumlah seluruh aktivitas (kegiatan) dalam MPK

Untuk menginterpretasi nilai persentase keterlaksanaan MPK yang

diperoleh dari hasil perhitungan, digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada

Tabel 3.21.

Tabel 3.21.

Kriteria Keterlaksanaan MPK

Keterlaksanaan

Aktivitas (%) Kriteria

0 Tak satu aktivitas pun terlaksana

0 sd 24 Sebagian kecil aktivitas terlaksana

25 sd 49 Hampir setengah aktivitas terlaksana

50 Setengah dari aktivitas terlaksana

50 sd 75 sebagian besar aktivitas terlaksana

76 sd 99 Hampir semua aktivitas terlaksana

100 Semua aktivitas terlaksana

(Riduan: 2012)

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Tanggapan Mahasiswa dan Dosen

Terhadap Implementasi MPK dalam Praktikum Fisika Dasar

Data respon atau tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap MPK dan

implementasinya yang dijaring denga tes skala sikap, diolah melalui perhitungan

persentase jumlah responden yang memberikan persetujuan dan pertidaksetujuan

terhadap setiap butir pernyataan yang diajukan. Tanggapan persetujuan yang

diberikan mahasiswa dan dosen dinyatakan dalam tanggapan SS (sangat setuju)

dan S (setuju), sedangkan respon pertidaksetujuan dinyatakan dalam tanggapan

( )

99

Kistiono, 2014 Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TS (Tidak setuju) dan STT (sangat tidak setutu). Proses perhitungan dilakuna

dengan menggunakan Persamaan 3.6 sebagai berikut :

(3.6)

Keterangan:

PTR (%) : Persentase responden terhadap suatu tanggapan

JR : Jumlah responden pada suatu tanggapan

JSR : Jumlah seluruh responden

Untuk menginterpretasi persentase responden terhadap suatu tanggapan

digunakan kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 3.22.

Tabel 3.22

Kriteria Jumlah Responden terhadap Suatu Tanggapan

Jumlah responden dalam

suatu tanggapan terhadap

MPK dan implementasinya

(%)

Kriteria

0 Tak seorangpun

0 sd 24 Sebagian kecil

25 sd 49 Hampir sebagian

50 Sebagian

50 sd 75 Sebagian besar

76 sd 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

(Riduan: 2012)

( )