BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode...
Putu Kartika Widyaningsih, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP RASA EMPATI SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah tertuang dalam rumusan masalah,
peneliti menggunakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan konvensional terhadap
rasa empati siswa serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh. Menurut Sugiyono
(2013: 6) “Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang
pendidikan.”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlauan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali (Sugiyono, 2013: 6). Selain itu, Metode eksperimen merupakan metode
penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan
baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab
akibat. Disamping itu penelitian eksperimen juga merupakan salah satu bentuk
penelitian yang memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika dibandingkan
dengan jenis penelitian lainnya. Hal ini karena sesuai dengan maksud peneliti
yang menginginkan adanya kepastian untuk memperoleh informasi tentang
variabel mana yang menyebabkan sesuatu terjadi dan variabel yang memperoleh
akibat dari terjadinya perubahan dalam suatu kondisi eksperimen.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan sampel menggunakan
random sampling dengan teknik tradisional. Setelah dilakukan pengundian,
terpilihlah dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kedua kelompok ini diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan empati untuk
34
diisi sebelum diberikan perlakuan (pretest). Sesuai dengan perlakuan yang akan
diberikan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberikan perlakuan
yang berbeda. Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah
berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD), dan perlakuan yang akan diberikan pada kelompok kontrol
adalah dengan model pembelajaran konvensional. Lalu, kedua kelompok
diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai empati untuk diisi
setelah diberikan perlakuan (posttest).
Setelah melakukan treatment, semua data yang telah di peroleh dari hasil
pretest dan postest diolah dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah
direncanakan sebelumnya kemudian diujikan. Setelah semua data dianalisis,
peneliti membahas hasil analisis data penelitian. Dari pembahasan tersembut
peneliti dapat membuat simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa
hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
B. Lokasi Penelitian
Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi
penelitian adalah tempat/ lokasi penelitian.Menurut Sukardi (2003: 53) “Yang
dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi
yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.”.
Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Cibadak, Sukabumi. Dimana tempat yang lebih banyak digunakan untuk
penelitian adalah lapang serbaguna Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian
adalah batasan yang berkaitan dengan populasi penelitian. Populasi menurut
Babbie (1983) dalam sukardi (2003: 53) adalah “elemen penelitian yang
hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil
penelitian.”. Selain Babbie, Sugiyono (2013: 117) menuturkan “populasi
35
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”.
Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan
secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.
Dari pemaparan diatas, populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi
Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak khususnya kelas XI IPA. yang
beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 72, Cibadak-Sukabumi.
2. Sampel
Sering kali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap
semua anggota kelompok yang menjadi interes penelitian. Dan mereka
hanya mampu mengambil sebagian dari jumlah populasi yang ada. Sebagian
dari jumlah populasi yang ada tersebut diambil datanya. Sebagian dari
jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau
cuplikan.
Menurut sugiono (2013: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel sendiri
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Menurut penjelasan diatas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa-
siswa kelas XI IPA Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak. Terdapat dua
kelompok sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu satu sampel
kelompok eksperimen dan satu sampel kelompok kontrol.
Untuk menentukan kelas atau kelompok yang akan dijadikan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, Kriteria pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah :
1. Siswa yang masih aktif mengikuti KBM disekolah ataupun anggota
ekstrakurikuler.
36
2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3. Keterampilan setiap siswa disamaratakan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel acak atau random
sampling. Pada teknik ini, secara teoritis semua anggota dalam populasi
mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Cara random sampling yang peneliti gunakan adalah cara
tradisional. Dimana langkah penentuan kelompoknya adalah (1) Mendata
populasi yang akan ditemui. Populasi disini adalah kelas XI IPA yang
memiliki 4 kelas, (2) Menuliskan dalam kertas kelompok atau kelas XI IPA
2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. setelahnya digulung dan dimasukan
kedalam gelas, (3) Lalu dikocok hingga kertas keluar dari gelas, (4) kelas
yang tertera di kertas adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3.
Tabel 3.1
Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
KELAS JUMLAH JENIS KLAMIN
PUTRI PUTRA
Eksperimen 28 19 9
Kontrol 28 20 8
Setelah proses penentuan, kelompok eksperimen yang akan mendapatkan
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan rasa
empati, yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 28 orang, dan kelas kontrol yang
akan diberikan pembelajaran secara konvensional, yaitu kelas XI IPA 3
sebanyak 28 orang.
D. Desain Penelitian
Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah
yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain penelitian yang dibuat
secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan
penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian
selanjutnya. Desain penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peneliti
37
dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar
proses penelitian berjalan sesuai dengan prosedur yang benar. dalam rangka
melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, desain
penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Desain
penenlitiannya sebagai berikut:
Bagan 3.1
Desain Penelitian
R = Responden
O1 = Kelompok Eksperimen (penerapan perrmainan) pretest
O2 = Kelompok Eksperimen (penerapan permainan) posttest
O3 = Kelompok kontrol pretest
O4 = Kelompok kontrol prosttest
X = Perlakuan
E. Program Perlakuan
Dalam penelitian, sampel yang terpilih telah dibagi menjadi dua kelompok
yang akan diberikan perlakuan berbeda. Kelompok yang terpilih sebagai
kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan kelompok yang terpilih sebgai kelompok kontrol
akan diberikan pembelajaran seperti biasa dengan model pembelajaran
konvensional.
Dalam program perlakuan kooperatif tipe STAD yang diterapkan, setiap
perlakuan memenuhi lima elemen penting yang telah dijelaskan Metzler
(1999) yaitu presentasi kelas, pembentukan tim belajar, mengadakan kuis
secara individu atau kelompok,pemberian skor kemajuan individual, dan
rekognisi tim.
R O1 X O2
R O3 O4
38
Tidak hanya penerapan model pembelajaran saja, pemberian pengalaman
pembelajaran sosial berupa empati. Guru harus memberikan pengalaman
yang menggugah empati anak setiap pertemuan. Dalam program perlakuan
ini, guru menerapkan delapan komponen yang dapat menanamkan empati,
yaitu mengenali perasaan diri sendiri, menyediakan waktu menyendiri untuk
berpikir apa yang telah terjadi, memandang masalah dari sudut pandang orang
lain, menjadi pendengar yang baik, menghayati fenomena berbagai hal yang
kita jumpai setiap hari, mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam
menghadapi reaksi positif maupun negatif, dan berkorban untuk kepentingan
orang lain.
Program perlakuan ini terdiri dari pra-pengajaran, pengajaran, dan pasca-
pengajaran. Pada saat pra-pengajaran, guru melakukan persiapan diri untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran, guru juga memahaman konsep empati
pada pembelajaran pendidikan jasmani yang akan diajarkan dan pemahaman
pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif .
Setelah proses pra-pengajaran selesai, guru melakuakan treatment pada
setiap kelompoknya. pada proses pengajaran, guru memposisikan
pemahaman konsep empati pada alam pikir, selain itu guru juga
memposisikan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan
indikator model pembelajaran kooperatif. Setelah itu guru merangkai kegiatan
sesuai konsep dan indikator empati yang telah ditetapkan, merangkai kegiatan
sesuai dengan pola pembelajaran dengan indikator model pembelajaran
kooperatif yang telah ditetapkan dan mengkoordinasikan pembelajaran
pendidikan jasmani dengan indikator empati dan indikator model
pembelajaran kooperatif.
Pada pertemuan pertama guru menyebarkan angket skala empati agar diisi
oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data awal sebelum
diberikan perlakuan (pretest). Pertemuan kedua dan ketiga guru memberikan
perlakuan berupa permainan pada pembelajaran sepak bola. Guru
menyisipkan pengalaman belajar pada setiap permainan. Pada pertemuan ini
39
guru lebih mengingatkan kepada siswa agar siswa peduli kepada siswa
lainnya pada setiap pembelajaran.
Pertemuan keempat dan kelima guru memberikan perlakuan berupa
permainan pada pembelajaran atletik lari sambung. Pada pertemuan ini guru
mengajak anak untuk berempati tidak hanya kepada teman-temannya tetapi
kepada lingkungan sekitarnya. Pertemuan keenam dan ketujuh guru
memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam lantai.
Pada pertemuan ini guru lebih tegas kepada siswa yang masih tidak peduli
kepada siswa lainnya. Guru lebih gencar membantu siswa agar
menumbuhkan rasa empati pada diri siswa.
Pertemuan kedelapan dan kesembilan guru memberikan perlakuan berupa
permainan pada pembelajaran senam irama. Pada pertemuan kali ini guru
melepas siswa agar mampu berempati tanpa instruksi guru. Guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengexplore kemampuan berinteraksi dari
masing-masing individu. Pertemuan kesepuluh dan kesebelas guru
memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran pola hidup
sehat. Pada pertemuan ini guru kembali mengingatkan akan berempati kepada
siswa dan lingkungan lainnya.
Pertemuan kedua belas dan ketiga belas guru memberikan perlakuan
berupa permainan pada pembelajaran luar sekolah. Pada pertemuan ini
pengalaman belajar dan berinteraksi pada pembelajaran sebelumnya sangat
berpengaruh pada keberhasilan setiap kelompoknya. Dan pertemuan keempat
belas guru kembali menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh
kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data akhir setelah
diberikan perlakuan (posttest).
Selesai proses pengajaran guru memberikan refleksi kepada siswa berupa
diskusi antar kelompok dan memberi masukan dengan cara yang baik dan
tidak mencemooh orang lain, diskusi pemahaman materi secara psikomotor,
kognitif dan rasa empati, dan penekanan pentingnya kerjasama kelompok
untuk mengembangkan rasa empati siswa
40
F. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat
ukur yang baik. Instrumen penelitian sendiri adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono,2013:148)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
rasa empati anak terhadap model pembelajaran kooperatif STAD dan model
pembelajaran konvensional yang diterapkan pada penelitian ini. Adapun
instrument yang digunakan penulis untuk memperoleh data saat penelitian adalah
Instrumen Skala.
Instrumen skala yang dibuat adalah tes skala empati yang akan dibagikan dan
isi oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat peneliti belum
menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran
konvensional atau disebut juga dengan pretest dan setelah diberikan perlakuan
yang disebut dengan posttest. Tes ini diberikan untuk mengetahui rasa empati
siswa. Pemberian skor tes skala ini, menggunakan skala likert yang ada pada buku
Sugiono (2013:134).
Instrumen skala yang peneliti gunakan adalah skala empati yang telah Ibu Sri
Winarni uji coba dan digunakan pada penelitian beliau untuk menyelesaikan tugas
akhir jenjang S3 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas pendidikan Indonesia.
Berikut kisi-kisi skala rasa empati dalam tabel 3.2
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Rasa Empati Siswa
Variabel Komponen Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif
Empati
(Davis (193) dalam abnes
(2009) secara global ada
dua komponen dalam
empati, yaitu komponen
kognitif dan komponen
afektif yang masing-
masing mempunyai dua
Kognitif Memahami
perasaan orang
lain
Kemapuan
mengambil
perspektif
orang lain
15,21,23,24,26,28,
29,34.
1,11,13,14,22,35,
38,40.
6,8,12,16,18,20,
23,32.
2,9.
41
aspek yaitu: komponen
kognitif terdiri dari
Perspective taking (PT),
dan Fantacy (FS),
sedangkan komponen
afektif meliputi Empathic
Concern (EC) dan
Personal Distress (PD).
http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/1453
8/1/09E00951.pdf)
Afektif Respon
emosional
terhadap
emosi
orang lain
3,27,37,39 4,5,7,10,17,19,25,
31,33
Pemberian skor untuk tes skala ini menggunakan skala Likert yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Maka dari itu pemberian skor tes skala ini dapat dilihat
pada tabel 3.2
Tabel 3.3
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang-kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan persiapan kegiatan meliputi:
42
a. penyusunan proposal penelitian.
b. Mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan model pembelajaran
kooperatif STAD, model pembelajaran konvensional dan rasa empati
siswa.
c. Observasi lokasi penelitian, sarana-prasarana yang diperlukan saat
penelitian, dan alat bantu untuk menunjang pelaksanaan penelitian.
d. Penentuan instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti
menggunakan skala yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya.
e. Melakukan perizinan penggunaan instrumen penelitian. Dan
f. Perizinan mengadakan penelitian ditempat yang dituju.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pelaksanaan kegiatan
meliputi:
a. Diskusi program penelitian dan jadwal penelitian kepada pihak
sekolah yang diwakili oleh Wakasek Kurikulum dan Guru Pendidikan
Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak.
b. Melakukan pemilihan sampel untuk penelitian.
c. siswa diberikan skala untuk diisi sejujur-jujurnya untuk pengambilan
data awal atau pretest.
d. Melaksanakan treatment kepada kelompok eksperimen dan kontrol,
dimana kelompok eksperimen di treatment dengan model
pembelajaran kooperatif STAD, dan kelompok kontrol dengan model
pembelajaran konvensional. Selain penerapan model pembelajaran,
peneliti juga membedakan panduan pengajaran dan panduan belajar
kelompok belajar kooperatif dengan pengajaran konvensional. Ini
dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5.
43
Tabel 3.4
Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan
Pengajaran Kelompok Konvensional.
PENGAJARAN SECARA KOOPERATIF PENGAJARAN SECARA KONVENSIONAL
1. Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa.
1.Guru mengajarkan siswa secara klasikal.
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
2.Guru menyajikan materi dengan metode
ceramah.
3. Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana cara membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien.
3.Guru membentuk kelompok belajar secara
homogen.
4. Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
mereka.
4.Guru membiarkan siswa belajar
menyelesaikan tugas bersama kelompoknya.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
5.Guru menekankan kepada penyelesaian tugas
yang terpusat pada guru.
6. Guru mencari cara-cara untuk
mengahargai baik upaya maupun hasil
belajar individu kelompok.
6.Guru tidak merefleksi atas hasil yang telah
dicapai oleh siswa.
Tabel 3.5
Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan
Kelompok Konvensional.
PADUAN BELAJAR KOOPERATIF PANDUAN BELAJAR KONVENSIONAL
1. Murid menyimak tujuan pembelajaran,
informasi yang diperlukan dan motivasi
untuk pembelajaran
1. Murid menyimak tujuan belajar, dan
informasi yang diperlukan.
2. Murid berkelompok dengan cara transisi
yang telah dijelaskan oleh guru secara
efisien.
2. Murid belajar pada satu kelompok besar.
3. Murid mengerjakan tugas mereka dengan
bantuan bimbingan guru.
3. Murid mengerjakan tugas mereka tanpa
bimbingan guru.
4. Murid mempresentasikan hasil kerjanya
dan mengevaluasinya bersama teman dan
guru.
4. Murid menyerahkan hasil belajar mereka
kepada guru, dan guru yang akan
mengevaluasinya.
5. Murid menghargai baik upaya dan hasil
yang telah dicapai oleh individu, teman
dan kelompok.
5. Murid hanya terfokus pada hasil belajarnya.
44
e. Setelah di treatment, anak diberikan skala yang sebelumnya telah
diberikan untuk diisi kembali (posttest).
3. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap penyususnan laporan, peneliti melakukan kegiatan meliputi:
a. semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah
dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan
sebelumnya kemudian diujikan.
b. Bahasan hasil analisis data penelitian.
c. Simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil
penelitian yang telah dilaksanakan.
H. Prosedur Pengolahan Data
1. Menghitung skor rata-rata
Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok
dengan rumus :
Keterangan :
= skor rata-rata
= skor mentah
= jumlah
= banyanknya sampel
2. Menghitung Simpangan Baku
Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut :
S=
Keterangan :
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
45
3. Uji Normalitas Data
Dalam pengujiannya peneliti menggunakan uji normalitas Liliefors, yaitu
peneliti menggunakan acuan dari langkah langkah pengujian normalitas yang
dikemukakan oleh Abduljabar, dkk (2010:256), beberapa langkah dalam uji
distribusi normal yaitu sebagai berikut :
a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai
terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.
b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi.
c. Mencari luas Zi pada tabel Z.
d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 –
luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas
daerah.
e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.
f. Hasil pengurangan F(Zi) – S (Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi).
g. Mencari data atau nilai yang tertinggi, tanpa melihat ( - ) atau ( + ),
sebagai nilai Lo.
h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipotesis:
1) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak
berdistribusi normal.
2) Jika L0 ≤ Ltabel, terima H0 artinya data berdistribusi normal.
i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan L0 dengan Lt.
j. Membuat kesimpulan.
4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi
Dalam pengujian homogen tidaknya data penelitian maka harus dilakukan
pengujian kesamaan varians dua kelompok sampel normal dengan varians σ12
dan σ22. Bentuk rumus uji dua pihaknya yaitu uji untuk pasangan hipotesis nol
H0 dan tandingannya H1:
H0 : σ12 = σ2
2
H1 : σ12 ≠ σ2
2
Dalam menghitung homogonitas, peneliti menggunakan rumus dan langkah-
langkah sebagai berikut :
46
F=
a. Menentukan F dari table dengan taraf nyata 0,05.
b. Menentukan uji homogenitasnya dengan kriteria:
1) Apabila maka kedua varian homogen.
2) Apabila maka kedua varian tidak homogen.
5. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan t-test. Uji t-test dilakukan
untuk dapat mengambil kesimpulan dalam penerimaan hipotesis penelitian,
untuk pengujian tersebut dipergunakan rumus t-test dan menggunakan taraf
signifikan 0,05 % karena penelitiannya termasuk pendidikan sosial. Rumus t-
test dan langkah-langkah uji hipotesisnya sebagai berikut :
a. Ketentuan pemilihan rumus t-test menurut Sugiyono (2010 : 272-273),
sebagai berikut :
- Bila jumlah anggota sampel dan varians homogen ( ),
maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool
varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = – 2
- Bila , varians homogen ( ), dapat digunakan rumus t-
test pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan (dk) =
– 2
- Bila , varians tidak homogen ( ), dapat digunakan
rumus t-test baik untuk separated, maupun pool varian. Untuk melihat
harga t-tabel digunakan dk = – 1 atau dk = – 1 . jadi dk bukan
– 2.
- Bila , varians tidak homogen ( ). Untuk ini digunakan
t-test dengan separated. Harga t sebagai penggati t-tabel dihitung dari
selisih harga t-tabel dengan dk ( – 1) dan dk ( – 1) dibagi dua, dan
kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
47
b. Rumus t-test :
- Separated varians
t =
- Polled varians
t =
–
Ket :
t = nilai yang dicari ( )
= rata-rata kelompok 1
= rata-rata kelompok 2
= jumlah sampel kelompok 1
= jumlah sampel kelompok 2
= variansi kelompok 1
= variansi kelompok 2
c. Penentuan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis:
Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )
d. Kriteria pengujian hipotesis
Hipotesis yang diajukan diterima jika t-hitung < t-tabel.