Bab iii metodologi penelitian

12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Raimuna Kecamatan Maligano Kabupaten Muna. Selain itu, sesuai dengan lokasi sumber data penelitian, maka penelitian ini juga dilaksanakan di luar Desa Raimuna, seperti di Desa Maligano, dan di Kota Raha Kabupaten Muna. B. Durasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret tepatnya tanggal 7 Maret 2015 dan berakhir pada bulan Mei tepatnya tanggal 14 Mei 2015. Penelitian ini ada dua tahap yaitu tahap pertama adalah wawancara yang dilakukan pada tanggal 7-16 Maret 2015 dan tahap kedua adalah penelitian arsip yakni tanggal 7-14 Mei 2015. C. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu suatu jenis

Transcript of Bab iii metodologi penelitian

Page 1: Bab iii metodologi penelitian

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Raimuna Kecamatan

Maligano Kabupaten Muna. Selain itu, sesuai dengan lokasi sumber data

penelitian, maka penelitian ini juga dilaksanakan di luar Desa Raimuna, seperti di

Desa Maligano, dan di Kota Raha Kabupaten Muna.

B. Durasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret tepatnya tanggal 7

Maret 2015 dan berakhir pada bulan Mei tepatnya tanggal 14 Mei 2015.

Penelitian ini ada dua tahap yaitu tahap pertama adalah wawancara yang

dilakukan pada tanggal 7-16 Maret 2015 dan tahap kedua adalah penelitian arsip

yakni tanggal 7-14 Mei 2015.

C. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah yang bersifat deskriptif

kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian dimana peneliti berusaha mendeskripsikan

data-data dan fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan bahan informasi/temuan dari

objek yang diteliti di lapangan atau lokasi penelitian, dengan menggunakan

pendekatan strukturis.

Dalam pendekatan strukturis ini, pada dasarnya struktur sejarah masih

tetap penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah perubahan struktural.

Perubahan itu berkaitan dengan tindakan-tindakan masyarakat yang masih

menjadi bagian dari struktur itu pula. Faktor-faktor non manusiawi seperti

Page 2: Bab iii metodologi penelitian

geografi, ekonomi, biologi, astronomi, dan sebagainya dengan demikian akan

menjadi pasif dan manusia yang sadar akan dirinya sebagai pelaku sejarah

mendapat tempat yang lebih penting.

D. Prosedur Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan

prosedur yaitu tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Dan yang

dimaksud dengan penelitian yaitu penyelidikan berupa kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan

objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum (Setiawan, 2010: KBBI offline Versi 1.3).

Karya sejarah tanpa memanfaatkan teori dan metodologi dikatakan sejarah

naratif (narrative history), sedangkan karya sejarah yang memanfaatkan teori dan

metodologi adalah sejarah analitis (analitical history). Ada beberapa tahapan yang

harus dilalui dalam melakukan penulisan sejarah yang deskriptif analitis.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam prosedur penelitian ini

menggunakan metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin, yang terdiri atas tiga

tahap yaitu sebagai berikut:

1. Heuritik

Sebagai langkah awal penelitian sejarah ialah apa yang disebut heuristik

(heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunden, sebuah kegiatan mencari

sumber-sumber untuk mendapat data-data, atau mencari materi sejarah, atau

evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2012: 67).

Page 3: Bab iii metodologi penelitian

Sebagai tahap awal dalam melakukan penelitian, ada beberapa teknik

pokok permasalahan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu kegiatan penelitian untuk

memperoleh data dengan memulai telaah sumber tertulis berupa buku-buku,

majalah, maupun skripsi yang berkaitan dengan objek yang dikaji.

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu kegiatan yang dilakukan dalam

mencari data dengan meninjau langsung kelapangan untuk memperoleh data

dengan cara:

1) Pengamatan (obsevasi), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan yang diteliti. Dalam

hal ini peneliti terlibat secara langsung terlibat sebagai anggota masyarakat

di lokasi penelitian. Selain itu juga, peneliti dapat mengamati bagaimana

perkembangan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial

budaya, infrastruktur maupun pendidikan di Desa Raimuna.

2) Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara tanya jawab atau wawancara kepada seluruh informan yang

dianggap layak dan banyak mengetahui tentang masalah-masalah yang

berhubungan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, menggunakan

metode wawancara bertahap, yakni mencari informan pangkal yang darinya

dapat diperoleh informan pokok atau informan yang sebenarnya, yaitu

informan yang benar-benar tahu tentang sejarah Desa Raimuna.

3) Studi dokumen, yakni teknik yang dilakukan untuk memperoleh data yang

diperlukan dengan menelaah beberapa dokumen, arsip, buku/literatur,

Page 4: Bab iii metodologi penelitian

skripsi, majalah, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang ada

relevansinya dengan judul dan masalah yang diteliti. Teknik penelitian ini

merupakan salah satu yang harus digali oleh seorang peneliti sejarah,

karena sebenarnya sejumlah besar fakta tentang sejarah tersimpan dalam

bahan yang berbentuk dokumentasi guna dijadikan kata-kata dan fakta

historis. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

catatan-catatan harian, cendramata, surat harian, laporan dan sebagainya.

Sifat utama dari data ini tidak terbatas dari ruang dan waktu sehingga

memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah

terjadi pada masa silam.

2. Kritik Sumber (Verifikasi)

Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama

(Sjamsuddin, 2012: 104). Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian

mengenai kebenaran atau akurasi dari sumber itu. Dalam metode sejarah dikenal

dengan cara melakukan kritik eksternal dan internal.

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap

aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Oleh karena itu pada dasarnya kritik

eksternal harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa:

1) Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini

(authenticity).

Page 5: Bab iii metodologi penelitian

2) Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan

(uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-

penghilangan yang substansial (itegriti) (Sjamsudin, 2007: 134).

b. Kritik Internal

Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal sebagaimana yang

disarankan oleh istilahnya menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber

kesaksian (testimoni). Kritik internal dilakukan untuk menilai kredibilitas

(kebenaran) isi sumber data yang didapatkan dan dilakukan dengan cara

membandingkan antara bukti-bukti yang didapatkan di lapangan dengan bukti-

bukti yang lain melalui hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumen.

3. Historiografi

Sesudah menyelesaikan langkah-langkah pertama dan kedua berupa

heuristik dan kritik sumber, sejarawan memasuki langkah-langkah berikutnya

yaitu: (1) penafsiran dan pengelompokkan fakta-fakta dalam berbagai hubungan

mereka, dan (2) formulasi dan presentasi hasil-hasilnya. Langkah ketiga yang

merupakan gabungan kedua proses ini menurut Langlois dan Seignobos ini

menggambarkan operasi-operasi sintesis yang menuntun dari kritik dokumen-

dokumen kepada penulisan teks yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya

menghasilkan sebuah karya historiografi (Sjamsuddin, 2012: 121).

Tahap-tahap penulisan mencakup interpretasi sejarah, ekplanasi sampai

kepada presentasi atau pemaparan sejarah sebenarnya bukan kegiatan terpisah

melainkan bersamaan. Hanya untuk kepentingan analisis di sini dipisahkan agar

lebih mudah dipahami. Ketika para sejarawan menulis, disadari atau tidak, diakui

Page 6: Bab iii metodologi penelitian

atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau implisit, mereka berpegang pada salah

satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar

penafsirannya (Sjamsuddin, 2012: 122).

Menulis sejarah merupakan kegiatan intelektual dan ini merupakan suatu

cara yang utama untuk memahami sejarah (Sjamsuddin, 2012: 121). Ketika

sejarawan memasuki tahap menulis, maka ia mengerahkan seluruh daya

pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan

catatan-catatan, tetapi terutama juga menggunakan pikiran-pikiran kritis dan

analisanya. Karena ia pada akhirnya harus menuliskan suatu sentesis dari seluruh

hasil penelitiannya atau penemuannya dalam suatu penulisan yang utuh yang

disebut historiografi.

Menurut Sjamsuddin (2007: 155) tahap-tahap penulisan sejarah mencakup

sebagai berikut:

a. Penafsiran (interpretasi) adalah kegiatan yang dilakukan oleh penulis sehingga

kecenderungan untuk memasukkan ide-ide, gagasan, dan pemikiran penulis,

semua data yang diperoleh, selanjutnya dihubungkan atau dikaitkan satu sama

lain sehingga antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya akan kelihatan

sebagai satu rangkaian yang masuk akal (logis), dalam arti menunjukkan

kecocokan (relevansi).

b. Penjelasan (eksplanasi), setelah dilakukan penafsiran maka tahapan berikutnya

adalah penjelasan (eksplanasi) dimana peneliti harus dapat menjelaskan

sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok-pokok masalah penelitian.

Page 7: Bab iii metodologi penelitian

c. Penyajian (ekspose), setelah peneliti melakukan penafsiran dan penjelasan

maka tahap selanjutnya adalah penyajian dimana peneliti menulis cerita sejarah

berdasarkan interpretasi dan eksplanasi sesuai permasalahan.

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terbagi beberpa kategori

sebagai berikut:

1. Sumber tertulis yaitu data- data yang diperoleh dalam bentuk buku, skripsi,

arsip dan sumber-sumber tertulis lainnya. Sumber tersebut diperoleh melalui

kantor daerah, kantor desa, perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara,

perpustakaan Universitas Halu Oleo, perpustakaan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan UHO, dan sumber internet.

2. Sumber lisan yaitu data yang peroleh melalui keterangan lisan atau

wawancara dengan beberapa informan, seperti: Syahid Adha selaku Kepala

Desa Raimuna, La Ode Aka Raafi S.Pd., M.Pd selaku kepala desa pertama

Desa Raimuna, Drs. La Samudi selaku tokoh masyarakat, La Sukirman selaku

sekretaris desa, dan La Ode Hamruddin selaku tokoh masyarakat.

3. Sumber visual (benda) yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan secara

langsung atau penkodumentasian dalam bentuk foto terhadap perkembangan

Desa Raimuna.