BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi...
Transcript of BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi...
47
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan (menggambarkan) suatu gejala
atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana & Ibrahim, 2009: 64).
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif mengambil
masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian deskriptif memiliki fungsi
untuk mengetahui gambaran nyata mengenai masalah yang akan diungkapkan,
sehingga hasil penelitian hanya menggambarkan situasi yang ada di dalam diri
seseorang.
Setelah membahas tentang penelitian deskriptif, selanjutnya peneliti juga
membahas tentang pendekatan yang dipakai yaitu korelasi. Arikunto (1999: 145)
menjelaskan bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan berapa eratnya hubungan serta berarti
tidaknya hubungan itu.” Sejalan dengan pendapat Sudjana (2004: 8) menyatakan
bahwa “Penelitian korelasi adalah penelitian untuk mendeteksi tentang sejauh
mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.” Pengertian mengenai
korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa korelasi akan mengetahui sejauh mana
hubungan keterkaitan antara komponen penelitian, sehingga akan terlihat sejauh
mana hubungan tersebut, apakah positif, atau tidak ada hubungan sama sekali.
Setelah diketahui pengertian kedua definisi tersebut, yaitu deskriptif dan
korelasi selanjutnya peneliti menggabungkan kedua definisi tersebut menjadi
metode deskriptif korelasional. Menurut Sumanto (1997: 102) menyatakan bahwa
“Metode deskriptif korelasional adalah metode untuk menggambarkan suatu
peristiwa dengan cara menghubungkan antara suatu variabel dengan variabel
lainnya untuk menentukan derajat hubungan antar variabel tersebut.” Pengertian
tersebut dapat disimpulkan penggunaan metode deskriptif korelasional
dimaksudkan untuk mencari tujuan penelitian yang berupa gambaran dari
48
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah-masalah penelitian yang didasari pada analissi terhadap hubungan antar
variabel-variabel yang menjadi pusat penelitian.
Dalam penelitian ini akan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi
dari lapangan yang akan dideskripsikan ke dalam pembahasan yang sesuai dengan
keadaan lapangan. Data yang akan dikumpulkan berasal dari guru dan siswa yang
menjadi sasaran penelitian, baik melalui kuesioner maupun bentuk observasi dan
dokumentasi yang dilakukan di lapangan. Informasi yang diperoleh akan
dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum dilakukan interpretasi.
Aspek yang akan diteliti mencakup tentang kualifikasi akademik dan
sertifikasi guru di mana dominasinya terletak pada latar belakang pendidikan guru
dan predikat lulus atau tidaknya guru tersebut dalam proses sertifikasi yang akan
memberikan warna pada proses dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran pendidikan jasmani. Aspek penelitian berikutnya adalah mengenai
intensitas belajar dan hasil belajar siswa yang merupakan inti dari implementasi
kegiatan antara guru dan siswa. Kegiatan ini akan dilakukan penelitian dan
mengambil informasinya melalui kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini penulis merangkum sebanyak-banyaknya informasi
berbagai persoalan pendidikan dengan data-data yang diperolah melalui angket,
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
B. Desain Penelitian
Setelah diketahui metode penelitian yang digunakan selanjutnya adalah
menentukan desain penelitian. Adapun notasi rancangan desainnya mengacu pada
Gambar 3.1.
rx1y1
rx2y1
Kualifikasi
Guru
(X1)
Sertifikasi
Guru
(X2)
Intensitas
Belajar Gerak
(Y1)
49
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rx1y2
rx2y2
Gambar 3.1.
Desain Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas
Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani di SD
Keterangan :
X1 : kualifikasi guru (variabel bebas).
X2 : sertifikasi guru (variabel bebas).
Y1 : intensitas belajar gerak (variabel terikat).
Y2 : hasil belajar (variabel terikat).
rx1y1 : hubungan kualifikasi dengan intensitas belajar gerak.
rx2y1 : hubungan sertifikasi dengan intensitas belajar gerak.
rx2y1 : hubungan kualifikasi hasil belajar..
rx2y2 : hubungan sertifikasi dengan hasil belajar.
Gambar 3.1. menjelaskan bahwa, penelitian ini terdiri dari dua variabel
bebas yang dinyatakan dengan simbol X1 dan X2, serta untuk variabel terikatnya
dinyatakan dengan simbol Y1 dan Y2, adapun variabel tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kualifikasi Guru (X1) yaitu pendidikan maksimal yang dimiliki atau diikuti
oleh sampel yang dibuktikan dengan ijazah terakhir yang dimiliki.
2. Sertifikasi Guru (X2) yaitu proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar
professional guru yang dibuktikan dengan sertifikat profesi.
Kualifikasi
Guru
(X1)
Sertifikasi
Guru
(X2)
Hasil Belajar
(Y2)
50
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Intensitas Belajar Gerak (Y1) yaitu menurut Nurkholif Hazim (2005: 191)
bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu
usaha”. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan
dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif
permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan
yang terampil Schmidt (Mahendra, 1998:122). Jadi, intensitas belajar gerak
adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk
mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha
dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong
pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang
mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan
seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil dan dibuktikan
dengan angket (kuesioner).
4. Hasil Belajar (Y2) adalah “Suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat
dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Sudjana, 2000: 7)
dan hasil belajar dalam penelitian ini dibuktikan dari nilai triwulan siswa.
Mengenai langkah-langkah penelitian, pendapat Sutresna (2002: 125) yang
diadaptasi dari Gay (1996: 91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah
penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori,
perumusan hipotesis, penentuan model penelitian, analisis dan interpretasi data,
penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian
tersebut tersusun dalam Gambar 3.2.
51
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber: LR. Gay,
Educational Research; Competencies for Analysis and Application; New
Jersey, Prentice Hall Inc. (1996,pp. 91-98).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Dasar di Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon sejumlah 200 siswa dan guru penjas sejumlah 20
orang. Untuk keperluan penelitian ini, maka populasi tersebut diambil sebagian
atau wakil dari setiap SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon yang
membentuk sampel penelitian atau unit penelitian, sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Mencari Permasalahan yang terjadi di Lapangan sehingga memunculkan
beragam masalah penelitian (Selection And Definition Of A Problem)
Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai
landasan berpikir berkaitan dengan masalah penelitian
(Review Of Related Literature)
Perumusan Hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian
empirik serta teoritik
Penentuan Metode Penelitian berkenaan dengan: Sampel,
Instrumen, desain dan prosedur penelitian (method,
subject, instruments, design & procedure)
Analisis dan Interpretasi Data (data analysis)
Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan
hasil penelitian
52
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1.
Jumlah Populasi Guru Penjas SD di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
No Nama Usia
Jenis
Kelamin
Asal
Sekolah
Kualifikasi
Pendidikan
Masa
Kerja
Sertifikasi/
B.Sertifikasi
1 Keni Sukaeni S.Pd 42 Th P SDN. Pegambiran I D-IV 22 Th BS
2 Jenuri S.Pd 42 Th L SDN. Pegambiran II S1 22 Th S
3 Tuti Nurhayanti S.Pd 46 Th P SDN. Pegajahan I S1 21 Th S
4 Yusuf Hidayat S.Pd 46 Th L SDN. Pegajahan II S1 21 Th BS
5 Kurniawan S.Pd 50 Th L SDN. Kejaksan S1 26 Th S
6 A.Tohari S.Pd 35 th L SDN Kebon Melati I S1 7 Th S
7 Titin Husdiati S.Pd 45 Th P SDN. Kebon Melati II S2 25 Th S
8 Kurniawati S.Pd 50 Th P SDN. Kebon Baru IV S1 28 Th S
9 Siti Aisyah S.Pd 43 Th P SDN. Kebon Baru V S1 22 Th S
10 Marlina Sulastri S.Pd 47 Th P SDN. Kebon Baru VII S1 21 Th S
11 Ahmad Faisal A.Ma.Pd 42 Th L SDN Pekalipan D-IV 22 Th BS
12 Yanto Setioso A.Ma.Pd 40 Th L SDN. Kartini II D-IV 20 Th TS
13 H. Juanda S.Pd 42 Th L SDN. Silih Asuh I S1 22 Th BS
14 Dapin S.Pd 47 Th L SDN. Silih Asuh II S1 21 Th S
15 M.Ilham S.Pd 44 Th L SDN. Silih Asuh III S1 20 Th BS
16 Anwar Sanusi S.Pd 46 Th L SDN. Sukapura I S1 21 Th S
17 Sodikin Ali S.Pd 47 Th L SDN. Kartini V S1 21 Th BS
18 Alimun S.Pd 46 Th L SDN. Sunyaragi I S1 22 Th BS
19 Ade Sirom S.Pd 49 Th L SDN. Sunyaragi II S1 25 Th S
20 Hasan Mubarok S.Pd 48 Th L SDN. Kesambi Dalam I S1 25 Th S
53
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
sebagai anggota sampel. Teknik probability sampling ini ada bermacam-macam
yaitu simple random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (Sugiyono,
2010: 120).
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2010: 109). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 112), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya
diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil
10-15% atau 20-25% atau lebih. Sampel guru penjas yang akan diambil berjumlah
20 orang dan sampel siswa sekolah dasar kelas VI di Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon sebanyak 200 orang siswa. Sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Sampel Penelitian Kualifikasi dan Sertifikasi Guru Terhadap
Intensitas Belajar Gerak Siswa dan Hasil Belajar Pendidikan
Jasmani Di Sekolah Dasar
No Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa
1. SDN. Pegambiran I 1 orang 10 orang
2. SDN. Pegambiran II 1 orang 10 orang
3. SDN. Pegajahan I 1 orang 10 orang
4. SDN. Pegajahan II 1 orang 10 orang
5. SDN. Kejaksan 1 orang 10 orang
6. SDN. Kebon Melati I 1 orang 10 orang
7. SDN. Kebon Melati II 1 orang 10 orang
8. SDN. Sukapura I 1 orang 10 orang
54
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2. (Lanjutan)
9. SDN. Sukapura II 1 orang 10 orang
10. SDN. Kebon Baru V 1 orang 10 orang
11. SDN. Kebon Baru VI 1 orang 10 orang
12. SDN. Silih Asuh I 1 orang 10 orang
13. SDN. Silih Asuh III 1 orang 10 orang
14. SDN. Kartini I 1 orang 10 orang
15. SDN. Kartini II 1 orang 10 orang
16. SDN. Kartini IV 1 orang 10 orang
17. SDN. Kartini V 1 orang 10 orang
18. SDN. Sunyaragi 1 orang 10 orang
19. SDN. Bima I 1 orang 10 orang
20. SDN. Bima II 1 orang 10 orang
Total 20 orang 200 orang
D. Variabel Penelitian
Sebelum mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis, seorang peneliti harus
mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti agar penelitian
yang akan dilakukan tidak menyimpang dari variabel-variabel yang telah
ditentukan oleh penulis. Menurut Nana Sudjana (2001: 10) yang mengatakan
bahwa “Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang
nilainya bisa berubah-ubah.”
Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan
(mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri
adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji
sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu
55
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang
sebenarnya.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualifikasi Guru (X1) dan
Sertifikasi Guru (X2). Untuk variabel terikatnya adalah Intensitas Belajar Gerak
(Y1) dan Hasil Belajar (Y2). Agar lebih lebih spesifik mengenai variabel
penelitian, berikut ini dijelaskan maknanya secara operasional. Definisi
operasional variabel penelitian :
1. Kualifikasi Guru dalam penelitian ini merupakan latar belakang pendidikan
guru pendidikan jasmani yang akan memberikan warna pada proses dan hasil
pembelajaran penjas di sekolah dasar atas dasar jenjang pendidikan D-III, D-
IV, S1, dan S2.
2. Sertifikasi guru adalah predikat yang melekat pada guru khususnya diberikan
untuk guru pendidikan jasmani sebagai guru yang profesional atau tidak yang
diberikan oleh perguruan tinggi kepada guru penjas setelah guru yang
bersangkutan mengikuti program sertifikasi guru, dalam penelitian ini
sertifikasi diberikan untuk guru yang sudah sertifikasi dan yang belum
sertifikasi.
3. Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dikeluarkan siswa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam rangka untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Hasil belajar adalah kemampuan yang relatif menetap dan dapat diukur
sebagai hasil dari proses belajar penjas yang dilakukan oleh siswa sekolah
dasar. Peneliti mendapatkan hasil belajar siswa dari nilai triwulan siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menyusun instrumen yang berupa
kuesioner (angket), observasi/pengamatan, dan data dokumentasi. Jenis-jenis
instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Kuesioner (angket)
Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang
56
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang meliputi sasaran angket tersebut. Sugiono (2009:199) menyatakan bahwa,
“Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.” Setelah pengertian mengenai angket (kuesioner) tersebut, hal
lain yang menjadi pertimbangan dasar dalam penggunaan angket atau kuesioner,
sebagaimana diungkapkan oleh Arief (1982:70) sebagai berikut:
1. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan
diolah secara statistik.
2. Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data
yang objektif.
3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan
mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
intensitas belajar gerak siswa yang dijawab oleh guru penjas SD Negeri di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk
pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana responden tinggal memilih
atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan
keadaan yang dirasakan pribadinya. Dalam alternatif jawaban penulis
menyediakan pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Langkah-Langkah
menyusun angket adalah sebagai berikut:
a) Melakukan spesifikasi data dengan menggunakan acuan teoritis
penyusunan angket
Spesifikasi data bertujuan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang
akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan
spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang
mengacu pada teori dari masing-masing variabel.
Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga
yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat
dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat
57
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mencapai tujuan. Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi,
maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman (1996:
85), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya.
Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya
tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat
belajar harus didahului dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri.
Sebagaimana Sardiman (1996: 84) menyatakan: “Belajar diperlukan adanya
intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi.”
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar siswa.
Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan
penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang
melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai
pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman
yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan
seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampi (Echols dalam
Shadily 1993: 326).
Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha
dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian
prestasi. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan
dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif
permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan
yang terampil (Schmidt yang dikutip Mahendra, 1998: 122). Jadi, intensitas
belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat
untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan
penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi
dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan
58
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-
gerakan yang terampil.
b) Penyusunan Kisi-Kisi Angket
Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat
menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut
disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990: 184) sebagai
berikut:
a. Setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh
responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari
sumber lain.
e. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan
kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun
pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Dari beberapa
teori di atas, dilakukan penyusunan kisi-kisi angket yang dijadikan acuan untuk
membuat kisi-kisi instrumen intensitas belajar gerak. Dari beberapa teori yang
telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat definisi intensitas belajar gerak siswa
dalam Tabel 3.3.
59
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3.
Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Belajar Gerak
Komponen
Variabel
Sub
Komponen
Indikator
Intensitas belajar
gerak adalah usaha
yang dilakukan oleh
seseorang dengan
penuh semangat
untuk mencapai
tujuan realitas dari
motivasi dalam
rangka mencapai
tujuan yang
diharapkan yaitu
peningkatan prestasi,
sebab seseorang
melakukan usaha
dengan penuh
semangat karena
adanya motivasi
sebagai pendorong
pencapaian prestasi
dihubungkan dengan
latihan atau
pengalaman yang
mengarah pada
perubahan yang
relatif permanen
dalam kemampuan
seseorang untuk
menampilkan
gerakan-gerakan
yang terampil.
(John M. Echols
dalam Shadily 1993:
326).
a. Motivasi a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa).
c. Lebih senang bekerja mandiri.
d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin.
e. Dapat mempertahankan pendapatnya.
b. Durasi
Kegiatan
Kemampuan penggunaan waktu untuk
melakukan kegiatan, meliputi :
Lamanya waktu yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan PBM penjas di SD.
c. Frekuensi
Kegiatan
Berapa sering kegiatan dilakukan dalam Periode
waktu tertentu.
d. Presentasi Gairah, keinginan atau harapan yaitu maksud,
rencana, cita-cita atau sasaran, target dan yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
meliputi : keinginan yang kuat bagi siswa untuk
belajar.
e. Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal
yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam
bentuknya yang negatif akan terdapat
kecenderungan untuk menghindari, membenci,
bahkan tidak menyukai objek tertentu.
Sedangkan dalam bentuknya yang positif
kecendrungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu.
Contohnya, apabila siswa menyenangi materi
tertentu maka dengan sendirinya siswa akan
mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila
tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak
akan mempelajari kesan acuh tak acuh.
f. Minat 1. Adanya perhatian.
Indikator adanya perhatian dijabarkan
menjadi tiga bagian yaitu:
perhatian terhadap bahan pelajaran penjas.
memahami materi pelajaran penjas.
60
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3. (Lanjutan)
Langkah selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat
pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub komponen. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Pernyataan Angket Intensitas Belajar Gerak Siswa
Sub
Komponen
Indikator Pernyataan No Soal
Motivasi a. Tekun menghadapi
tugas.
b. Ulet menghadapi
kesulitan.
c. Lebih senang
bekerja mandiri.
Siswa mengerjakan tugas PBM
penjas dengan baik tanpa ada
paksaan.
Siswa mengerjakan tugas PBM
penjas dengan bantuan teman.
Siswa bertanya apabila ada materi
yang tidak dipahami dalam PBM
penjas.
Siswa lebih senang dalam
mengerjakan tugas penjas secara
mandiri.
Siswa tidak begitu senang ketika
1
7
14
18
menyelesaikan soal-soal pelajaran penjas.
2. Adanya ketertarikan.
Ketertarikan dibedakan menjadi :
ketertarikan terhadap bahan pelajaran
penjas.
3. Rasa senang.
Rasa senang meliputi :
rasa senang mengetahui bahan belajar
penjas.
memahami bahan belajar penjas.
kemampuan menyelesaikan soal-soal
pembelajaran penjas.
g. Aktivitas
4. G
5.
a. Melakukan karena instruksi guru.
b. Melakukan karena mata pelajaran.
c. Melakukan dengan sungguh-sungguh
dalam setiap jam pelajaran.
d. Melakukan secara aktif.
61
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengerjakan tugas penjas secara
individu.
21
Tabel 3.4. (Lanjutan)
d. Cepat bosan pada
tugas–tugas rutin.
e. Dapat
mempertahankan
pendapatnya.
Siswa merasa bosan apabila
diberikan materi PBM penjas yang
itu-itu saja.
Mempertahankan argumentasi
apabila pendapatnya diyakini benar.
Tidak pernah berpendappat dalam
belajar penjas.
25
28
30
Durasi
Kegiatan Lamanya waktu yang
digunakan untuk
melaksanakan
kegiatan PBM penjas
di SD.
Pembelajaran penjas memerlukan
waktu yang lama.
Pembelajaran penjas tidak
memerlukan waktu yang lama.
2
8
Frekuensi Kegiatan
a. Frekuensi
melakukan
kegiatan PBM
penjas di SD dalam
seminggu.
b. Frekuensi
melakukan
kegiatan PBM
penjas di SD dalam
sebulan.
c. Frekuensi
melakukan
kegiatan PBM
penjas di SD dalam
satu semester.
Siswa mengikuti pelajaran penjas
setiap minggu.
Siswa tidak mengikuti pelajaran
penjas dalam setiap minggu.
Pada setiap bulan siswa selalu
mengikuti tes pelajaran penjas.
Ada beberapa siswa yang tidak
mengikuti tes dengan alasan
tertentu.
Setiap satu semester siswa
mengikuti ujian akhir semester
pelajaran penjas.
Ada beberapa siswa yang tidak
mengikuti ujian akhir semsester
dengan alasan tertentu.
3
15
19
22
26
29
Presentasi Gairah, keinginan atau
harapan yang keras
yaitu maksud,
rencana, cita-cita atau
sasaran, target dan
idolanya yang hendak
dicapai dengan
Siswa dapat mempraktekan
beberapa materi dari hasil
pembelajaran penjas dengan baik
dan benar.
Siswa tidak mampu mempraktekan
hasil pembelajaran penjas dengan
baik.
10
9
62
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4. (Lanjutan)
kegiatan yang
dilakukan meliputi :
keinginan yang kuat
bagi siswa untuk
belajar.
Arah Sikap Sikap sebagai suatu
kesiapan pada diri
siswa.
Siswa mempersiapkan diri dan sigap
dalam mengikuti pembelajaran
penjas.
Siswa tidak memiliki persiapan dan
kesiapan diri dalam mengikuti
pembelajaran penjas.
4
11
Minat a. Adanya
perhatian.
b. Adanya
ketertarikan.
c. Rasa senang.
Siswa memperhatikan setiap item
pelajaran yang disampaikan guru
pada saat pelajaran penjas dengan
baik.
Siswa kurang memperhatikan setiap
item pelajaran penjas dengan baik.
Siswa sangat antusias dalam
mengikuti pembelajaran penjas.
Siswa tidak antusias dalam
mengikuti pelajaran penjas
Siswa merasa senang dan tidak
pernah merasa terpaksa dalam
mengikuti pelajaran penjas.
Siswa tidak bersemangat dan
bermalas-malasan dalam mengikuti
pembelajaran penjas.
5
16
12
20
23
27
Aktivitas a. Melakukan karena
instruksi guru.
b. Melakukan karena
mata pelajaran
c. Melakukan dengan
sungguh-sungguh
dalam setiap jam
pelajaran.
d. Melakukan secara
aktif.
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran penjas di sekolah
karena atas perintah guru.
Mengikuti pelajaran penjas karena
termasuk kedalam mata pelajaran.
Setiap instruksi gerakan yang
diperintahkan guru, saya
melakukannya dengan konsentrasi.
Selama pelajaran penjas sedang
berlansung, para siswa tidak pernah
berdiam diri.
6
13
17
24
63
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Penyusunan Angket
Indikator-indikator yang telah dirumuskan selanjutnya dijadikan bahan
penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan
atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan
kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket
digunakan skala Likert dengan kategori penyekoran seperti terlihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5.
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Skala Likert
No Alternatif
jawaban
Skor alternatif jawaban
1 Sangat Setuju 1
2 Setuju 2
3 Tidak setuju 3
4 Sangat tidak Setuju 4
1. Observasi/Pengamatan
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan
langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti di lapangan untuk memperoleh
gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan objek penelitian.
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada di
luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian
ini data dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat
64
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan mudah mencari dan
memanfaatkannya. Data dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kualifikasi guru, sertifikat pendidik dan hasil belajar
siswa SD Negeri di Kota Cirebon. Adapun bentuk instrumen penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Kualifikasi Guru Diambil Melalui Data Dokumentasi
Kualifikasi akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI No. 18 Tahun 2007 yaitu “Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai
sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3)
maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma), baik di dalam maupun di
luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau
sertifikat diploma.” Landasan hukum lainnya adalah Permendiknas No. 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dimana
disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional, dan juga bahwa guru-guru yang
belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan
diatur dengan peraturan menteri tersendiri.
Data mengenai kualifikasi yang dimiliki oleh guru penjas di SD, diketahui
melalui ijazah hasil pendidikan guru terakhir yang dimilikinya dan melalui
pengalaman mengikuti pelatihan atau penataran guru tentang materi pembelajaran
penjas di SD. Data yang diperoleh merupakan data demografi, sehingga penulis
menentukan kriteria penilaian kualifikasi guru penjas di SD sebagai berikut:
1) Nilai 1 = Untuk Ijazah D-III
2) Nilai 2 = Untuk Ijazah D-IV
3) Nilai 3 = Untuk Ijazah S1
4) Nilai 4 = Untuk Ijazah S2
b. Sertifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi
Sertifikasi ini dianggap sebagai amanah dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dasar utama pelaksanaan sertifikasi guru adalah UU
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah pasal 8 yaitu : “Guru wajib
65
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.” Pasal lainnya adalah pasal 11 ayat 1 yaitu “Sertifikat pendidik
sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4
Mei 2007. Data mengenai sertifikasi yang dimiliki oleh guru penjas SD di Kota
Cirebon, diketahui melalui hasil kelulusan sertifikasi dan dibuktikan dengan
sertifikat pendidik yang dimilikinya. Jenis data yang diperoleh merupakan data
demografi dengan menggunakan kode angka 1 (satu) dan 2 (dua), sehingga
penulis menentukan kriteria penilaian sertifikasi sebagai berikut:
1) Kode 1 = Untuk guru yang belum lulus sertifikasi.
2) Kode 2 = Untuk guru yang sudah sertifikasi.
c. Intensitas Belajar Gerak Dinilai Dengan Kuesioner (Angket)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata intensitas adalah kekerapan,
suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.
Kemudian di dalam Duden (2003: 839) intensitas (die Intensitat) diartikan sebagai
“Starke, Kraft, Wirksamkeit (von Handlungen, Ablaufen o.A) : grosse, gleich
bleibende, wechselnde.” Hal tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan atau
peningkatan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Menurut Tohar
(2004: 55), intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat
pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun
pertandingan.
Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar
yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak yang
optimal secara efisien dan efektif. Seiring dengan itu, Schmidt (1989: 34) dalam
Syarifudin (2009:113) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu
rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan
gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu.
66
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kartono (1989: 67) menegaskan bahwa pemberian pengalaman gerak yang
luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi
perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan
interaksi dan komunikasi dengan dunia luarnya dalam usaha melengkapi
pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif
dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung
seperti halnya terhadap perkembangan gerak. Dalam pembentukan sikap siswa,
Ateng (1994: 35) menegaskan tidak ada media pendidikan serealitas pendidikan
gerak untuk menanamkan sikap sportif, seperti menghargai orang lain, bekerja
sama, berjuang keras dan sebagainya.
Menurut Kristi (2012: 2) dalam Schmidt (1991) belajar gerak adalah “Suatu
rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan/pengalaman yang
mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam
kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil, yaitu
upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya
penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang,
waktu dan gaya. Menurut Sugiyanto (1994: 27) belajar gerak adalah mempelajari
pola-pola gerak keterampilan tubuh. Jadi, intensitas belajar gerak suatu kegiatan
yang dilakukan berulang-ulang lebih dari satu kali dengan frekuensi yang semakin
lama semakin meningkat dengan mempelajari pola-pola gerak keterampilan dalam
kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Pengukuran intensitas belajar
gerak merupakan suatu proses pengumpulan data/ informasi tentang kemampuan
gerak seseorang/ individu mulai dari alat ukur sampai hasil pengukurannya.
Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data yang
dinyatakan kesahihannya oleh banyak ahli statistik. Angket atau kuesioner
diartikan sebagai suatu alat pengumpul data yang didalamnya berisikan suatu
pernyataan baik secara terbuka ataupun tertutup. Adapun angket yang digunakan
dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang
diberikan oleh guru penjas dan siswa SD di Kota Cirebon lebih mudah untuk
dinilai kerena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.
d. Hasil Belajar Siswa Dinilai Dengan Dokumentasi
67
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Landasan hukum yang menjelaskan tentang hasil belajar siswa diatur oleh
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 tentang Standar
Nasional Pendidikan yaitu “Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri dari (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah.
Pasal 68 menjelaskan bahwa “Hasil ujian Nasional digunakan sebagai salah
satu pertimbangan untuk (1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan
(2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya (3) penentuan kelulusan
peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan (4) pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Dasar hukum lainnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI No. 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik
dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian
Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tanggal 11
Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidik.
Data mengenai hasil belajar siswa, diketahui melalui nilai tri wulan siswa SD.
Data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi belajar siswa, sehingga penulis
menentukan kriteria penilaian hasil belajar siswa berdasarkan nilai tri wulan siswa
di SD dalam pembelajaran penjas.
F. Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang sudah dibuat sebelum diberikan kepada sampel
terlebih dahulu diujicobakan. Tujuannya adalah mengetahui validitas dan
reliabilitas instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket intensitas
belajar gerak, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut
untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Validitas maksudnya adalah alat
ukur yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Sedangkan reliabilitas maksudnya untuk mengetahui keajegan alat ukur yang
digunakan. Sugiyono (2009:173) menjelaskan bahwa, “Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
68
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seharusnya diukur”. Dengan kata lain, sebuah alat ukur harus dapat dipercaya dan
diakui oleh banyak orang bahwa alat ukur tersebut layak digunakan untuk
mengukur.
Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan, ada
langkah yang ditempuh. Langkah pertama, instrumen yang dibuat selanjutnya
diujicobakan dengan diberikan kepada responden yang memiliki karakteristik
sama dengan sampel penelitian, tetapi bukan sampel yang sebenarnya. Uji coba
dilakukan pada tanggal 29 April 2013 kepada guru penjas sebanyak 20 orang dan
40 orang siswa SD di Kota Cirebon. Jenis validitas yang ingin diketahui dalam
angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui
analisis rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk
mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang
hendak diukur.
Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes
yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan
mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi
yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan
fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji
validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Setelah dianalisis,
dari 30 item pernyataan yang diujicobakan terdapat 6 item yang dinyatakan gugur
dan sisanya sebanyak 24 butir dinyatakan valid, ini merupakan uji coba instrumen
yang pertama. Hasil uji validitas instrumen intensitas belajar gerak siswa tersebut
dapat dilihat dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Hasil Uji Validitas Instrumen Intensitas Belajar Gerak Siswa
Keterangan
Jumlah item yang diuji 30 item
Nomor item yang tidak valid 13, 19, 21, 22,
23, dan 30
Jumlah item yang valid dan layak digunakan
sebagai alat ukur penelitian 24 item
69
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan bantuan program SPSS for Windows diperoleh hasil uji reliabilitas
instrumen penelitian variabel intensitas belajar gerak r = 0,892 dengan nilai thitung
sebesar 12,133 > nilai ttabel sebesar 2,024. Dengan demikian maka angket yang
digunakan dalam penelitian ini mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain
reliabel.
G. Analisis Instrumen
Setelah instrumen diujicobakan pada 20 guru penjas dan 200 siswa SD di
Kota Cirebon, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan
tingkat validitas dan tingkat reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis
instrumen. Sistematika analisis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :
Menentukan Tingkat Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2006:168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai
dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar
menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun konsep (konstruk teori) yang
menjadi dasar penyusunan instrumen.
Untuk pengujian ini digunakan SPSS 16. Uji validitas adalah uji tentang
kemampuan suatu angket, sehingga benar-benar dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Sebuah instrumen valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran tentang validitas yang dimaksud. Jika r (korelasi), dengan item tersebut
valid. Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS 16 pada kolom
(Corrected Items Correlation).
Menentukan Tingkat Reliabilitas
Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Menurut
Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa:
70
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya.
Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen
dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Cronbach’s Alpha dengan
rumus sebagai berikut:
=
(Suharsimi Arikunto, 2002: 171)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir pemyataan atau banyaknya soal
= Jumlah varians butir
σt2
= Varians total
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah :
1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)
2. Jumlahkan varians semua item ( )
3. Masukkan nilai Alpha (r11)
Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi = 0.05, reliabilitas
yang diperoleh dari hasil perhitungan (rtabel) dibandingkan dengan nilai dari tabel
korelasi nilai r dengan kritenia:
Jika ri > rtabel reliabel
Jika ri < rtabel tidak reliabel
71
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.867 30
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilaksanakan dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 16. Analisis data dilakukan
untuk mengetahui makna dari data yang telah dikumpulkan. Analisis data yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Menyeleksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban
responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
b) Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item
variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah
ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.
c) Uji Persyaratan Analisis.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga
akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik
apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau nonparametrik.
Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa
menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS 16.
Uji normalitas dan output yang dihasilkan program SPSS 16 terdapat lima
uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots,
72
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.5 Level Plot. Ke lima uji analisis ini
sebenamya saling mendukung satu sama lainnya.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji
homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari
sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan
jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data.
Karena syarat dan uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi
normal dan homogen.
Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS 16 adalah
sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dan descriptive explore
data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan
homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan
Lavene Statistik hasil output dan SPSS 16 . Langkah-langkah menghitung uji
homogenitas :
a) Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X danY, dengan rumus :
b) Mencari F hitung dengan dari varians X danY, dengan rumus :
c) Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel distribusi F, dengan:
Untuk varians terbesar adalah dk pembilang n-1. Untuk varians terkecil adalah dk penyebut n-1. JikaF hitung < F tabel, berarti homogen. JikaF hitung > F tabel, berarti tidak homogen
3. Uji Hipotesis
73
Mia Rosalina, 2013 Pengaruh Kualifikasi Dan Sertifikasi Guru Terhadap Intensitas Belajar Gerak Siswa Dan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (SD) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis
dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan
homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis melakukan tes instensitas
belajar gerak siswa SD di Kota Cirebon.
Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata (compare
means) pada SPSS. Untuk mengetahui bagaimanakah intensitas belajar gerak
siswa SD di Kota Cirebon dengan menggunakan pengolahan independent sampel
t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f
(Varians) dan uji-t (Uji kesamaan dua rata-rata). Tahapan analisis statistik untuk
melihat pengaruh secara signifikan tentang intensitas belajar gerak dan hasil
belajar siswa dilihat dari kualifikasi dan sertifikasi guru penjas.