BAB III METODE PENELITIAN -...

21
24 Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuasi eksperimen yang menerapkan model Learning Cycle 7E dalam perlakuannya, aspek yang diukur adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penerapan model Learning Cycle 7E ditetapkan sebagai variabel bebas, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebagai variabel terikat. Penelitian melibatkan dua kelompok kelas sebagai subyek penelitian. Kelompok pertama sebagai kelompok kelas eksperimen memperoleh perlakuan dengan penerapan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok kelas kontrol memperoleh perlakuan pembelajaran konvensional. Data mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh dari hasil pretes dan postes yang termuat soal-soal pemecahan masalah matematis. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen-kelompok kontrol non-ekivalen. Desain ini hampir sama dengan desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes, yang membedakannya adalah pada desain ini pengelompokkan subjek tidak secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya. Desain ini melibatkan paling tidak dua kelompok yang tidak dipilih secara acak, ada pretes, perlakuan berbeda dan ada postes. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini menurut Ruseffendi (Meilina, 2012:27) sebagai berikut. Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan: O: pretes atau postes. X: kelas yang mendapat perlakuan dengan model Learning Cycle 7E dalam

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN -...

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

24 Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuasi eksperimen yang

menerapkan model Learning Cycle 7E dalam perlakuannya, aspek yang diukur

adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penerapan model Learning Cycle 7E ditetapkan sebagai variabel

bebas, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebagai

variabel terikat.

Penelitian melibatkan dua kelompok kelas sebagai subyek penelitian.

Kelompok pertama sebagai kelompok kelas eksperimen memperoleh perlakuan

dengan penerapan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelompok kedua sebagai

kelompok kelas kontrol memperoleh perlakuan pembelajaran konvensional. Data

mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh dari hasil pretes

dan postes yang termuat soal-soal pemecahan masalah matematis.

Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen-kelompok

kontrol non-ekivalen. Desain ini hampir sama dengan desain penelitian kelompok

kontrol pretes-postes, yang membedakannya adalah pada desain ini

pengelompokkan subjek tidak secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa

adanya. Desain ini melibatkan paling tidak dua kelompok yang tidak dipilih

secara acak, ada pretes, perlakuan berbeda dan ada postes. Adapun desain yang

digunakan dalam penelitian ini menurut Ruseffendi (Meilina, 2012:27) sebagai

berikut.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O: pretes atau postes.

X: kelas yang mendapat perlakuan dengan model Learning Cycle 7E dalam

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

25

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kelompok (kelas eksperimen).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4

Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang diambil berupa

dua kelas yaitu kelas XI IPA 7 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 5

sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran

matematika dengan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelas kontrol

dilaksanakan pembelajaran konvensional.

C. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu perangkat

pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Penjelasan dari masing-masing

instrumen diuraikan sebagai berikut:

1. Perangkat Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan

kegiatan siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Langkah-langkah

pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan

menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan langkah-langkah

pembelajaran dalam RPP untuk kelas eksperimen dirancang dengan

menggunakan model Learning Cycle 7E.

b. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar

Kegiatan Siswa atau LKS. LKS berisi tentang permasalahan-permasalahan

dalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama

proses pembelajaran berlangsung. Dalam penyusunan LKS untuk kelas

eksperimen ini disesuaikan dengan model Learning Cycle 7E.

2. Instrumen Pengumpul Data

a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan konsep serta

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

26

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penerapannya dalam pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan

memahami masalah, menyusun dan merencanakan strategi pemecahan,

melaksanakan strategi pemecahan untuk memperoleh penyelesaian, dan

melakukan peninjauan ulang atau mencoba cara lain.

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes.

Pretes diberikan sebelum proses pembelajaran kepada kelas eksperimen

dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing

kelompok. Sedangkan postes diberikan setelah proses pembelajaran untuk

mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Soal-soal yang digunakan pada pretes dan postes adalah soal

berbentuk uraian agar langkah-langkah proses pemecahan masalah

matematis siwa dapat terlihat.

Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis

disajikan pada tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari Sumarmo

(Oktavien, 2011:58).

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Pemecahan Masalah Matematis

Skor Memahami

Masalah

Menyusun

Rencana/

Memilih

Strategi

Melaksanakan

Strategi Dan

Mendapat

Hasil

Memeriksa

Proses Dan

Hasil

0 Tidak

berbuat

(kosong) atau

semua

interpretasi

salah (sama

sekali tidak

memahami

masalah).

Tidak berbuat

(kosong) atau

seluruh

strategi yang

dipilih salah.

Tidak ada

jawaban atau

jawaban salah

akibat

perencanaan

yang salah.

Tidak ada

pemeriksaan

atau tidak ada

keterangan

apapun.

1

Hanya

sebagian

Sebagian

rencana

Penulisan salah,

perhitungan

Ada

pemeriksaan

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

27

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

interpretasi sudah benar salah, hanya tapi tidak

Skor Memahami

Masalah

Menyusun

Rencana/

Memilih

Strategi

Melaksanakan

Strategi Dan

Mendapat

Hasil

Memeriksa

Proses Dan

Hasil

masalah yang

benar.

atau

perencanaan-

nya tidak

lengkap.

sebagian kecil

jawaban yang

dituliskan, tidak

ada penjelasan

jawaban,

jawaban dibuat

tapi tidak benar.

tuntas.

2 Memahami

masalah

secara

lengkap,

mengidentifi-

kasi semua

bagian

penting dari

permasalahan

, termasuk

dengan

membuat

diagram atau

gambar yang

jelas dan

simpel

menunjukan

pemahaman

terhadap ide

dan proses

Keseluruhan

rencana yang

dibuat benar

dan akan

mengarah

kepada

penyelesaian

yang benar

bila tidak ada

kesalahan

perhitungan.

Hanya sebagian

kecil prosedur

yang benar, atau

kebanyakan

salah sehingga

hasil salah.

Pemeriksaan

dilakukan

untuk melihat

kebenaran

hasil dan

proses.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

28

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masalah.

Skor Memahami

Masalah

Menyusun

Rencana/

Memilih

Strategi

Melaksanakan

Strategi Dan

Mendapat

Hasil

Memeriksa

Proses Dan

Hasil

3 - - Secara

substansial

prosedur yang

dilakukan benar

dengan sedikit

kekeliruan atau

ada kesalahan

prosedur

sehingga hasil

akhir salah.

-

4 - - Jawaban benar

dan lengkap.

Memberikan

jawaban secara

lengkap, jelas

dan benar,

termasuk

dengan

membuat

diagram atau

gambar.

-

Skor

maksimal = 2

Skor

maksimal = 2

Skor maksimal

= 4

Skor

maksimal = 2

Penelitian ini menggunakan pedoman penskoran yang disajikan pada

tabel 3.1 di atas dengan tiap skor dikalikan dua. Skor maksimal sebuah

soal yang memenuhi empat tahapan pemecahan masalah Polya adalah 20.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

29

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu diujicobakan pada

siswa di luar sampel penelitian yang telah mempelajari materi yang akan

diujikan yaitu siswa kelas XII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari tes yang

akan digunakan dalam penelitian.

Uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis

dilakukan pada siswa kelas XII IPA 7 di SMA Negeri 4 Bandung. Untuk

mengetahui kriteria-kriteria tersebut, berikut dipaparkan penjelasannya:

1) Validitas

Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu

mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu,

keabsahannya tergantung sejauh mana ketepatan alat evaluasi dalam

melaksanakan fungsinya (Suherman dan Kusumah 1990:135). Untuk

menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk

momen memakai angka kasar (raw score), (Suherman dan Kusumah,

1990:154) yaitu:

))Y(YN)()X(XN(

)Y)(X(XYNr

2222XY

Keterangan:

XYr : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

X : skor siswa pada tiap butir soal.

Y : skor total tiap siswa.

N : jumlah siswa.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan

kriteria menurut J. P Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:147).

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

30

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi

Besarnya XYr Interpretasi

0,80 XYr 1,00 Sangat Tinggi

0,60 XYr 0,80 Tinggi

0,40 XYr 0,60 Sedang

0,20 XYr 0,40 Rendah

0,00 XYr 0,20 Sangat Rendah

Adapun hasil uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah

matematis sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.3, tes kemampuan

pemecahan masalah matematis yang diujicobakan memiliki validitas

tinggi dan sangat tinggi serta soalnya signifikan dan sangat signifikan.

2) Reliabilitas

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi relatif tetap

jika digunakan untuk subjek yang sama. Istilah relatif tetap di sini

dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak

berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan (Suherman dan Kusumah,

1990:167).

No.

Soal

Validitas Taraf Signifikansi

XYr Interpretasi Interpretasi

1 0,62 Tinggi Signifikan

2 0,66 Tinggi Signifikan

3 0,81 Sangat Tinggi Sangat Signifikan

4 0,73 Tinggi Sangat Signifikan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

31

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Koefisien reliabilitas tes bentuk uraian dapat diketahui dengan

menggunakan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194) yaitu:

2

t

2

i

11S

S1

1n

nr

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas.

n : banyak butir soal.

Si2

: jumlah varians skor tiap butir soal.

St2

: varians skor total.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen evaluasi dapat digunakan kriteria menurut J.P. Guilford

(Suherman dan Kusumah, 1990:177) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besarnya 11r Interpretasi

0,80 11r 1,00 Sangat Tinggi

0,60 11r 0,80 Tinggi

0,40 11r 0,60 Sedang

0,20 11r 0,40 Rendah

11r 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes kemampuan pemecahan

masalah matematis menggunakan software Anates V4 uraian, diperoleh

koefisien reliabilitas 0,73 yang menunjukan soal memiliki reliabilitas

tinggi.

3) Indeks Kesukaran

Soal yang baik seharusnya memiliki perbandingan jumlah yang

tepat antara soal sukar, soal sedang, maupun soal yang mudah. Menurut

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

32

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Suherman dan Kusumah (1990:212) derajat kesukaran suatu butir soal

dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran.

Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai

dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir

soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran

1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.

Untuk menghitung indeks dalam soal bentuk uraian dapat

dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman dan Kusumah,

1990:213):

Keterangan:

IK : Indeks Kesukaran.

SA : jumlah skor kelompok atas.

SB : jumlah skor kelompok bawah.

JA : jumlah skor ideal kelompok atas.

JB : jumlah skor ideal kelompok bawah.

Hasil perhitungan indeks kesukaran, kemudian diinterpretasikan

dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah

(1990:213) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 IK 0,30 Sukar

0,30 IK 0,70 Sedang

0,70 IK 1,00 Mudah

IK 1,00 Terlalu Mudah

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

33

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun hasil uji indeks kesukaran tes kemampuan pemecahan

masalah matematis sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji Indeks Kesukaran

No. Soal Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,74 Mudah

2 0,46 Sedang

3 0,62 Sedang

4 0,63 Sedang

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.6 di atas, bahwa tes

kemampuan pemecahan masalah matematis yang diujicobakan

memiliki indeks kesukaran mudah dan sedang.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara testi (siswa)

yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak

dapat menjawab soal tersebut (Suherman dan Kusumah, 1990:199).

Daya pembeda dihitung dengan membagi siswa kedalam dua

kelompok, yaitu kelompok atas (kelompok siswa yang tergolong

pandai) dan kelompok bawah (kelompok siswa yang tergolong rendah).

Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian digunakan

rumus sebagai berikut (Suherman dan Kusumah, 1990:201):

Keterangan:

DP : Daya Pembeda.

SA : jumlah skor kelompok atas.

SB : jumlah skor kelompok bawah.

JA : jumlah skor ideal kelompok atas.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

34

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan

dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan

Kusumah (1990:202) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP 0,00 Sangat Jelek

0,00 DP 0,20 Jelek

0,20 DP 0,40 Cukup

0,40 DP 0,70 Baik

0,70 DP 1,00 Sangat Baik

Adapun hasil uji daya pembeda tes kemampuan pemecahan

masalah matematis sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji Daya Pembeda

No. Soal Nilai Daya Pembeda Interpretasi

1 0,25 Cukup

2 0,26 Cukup

3 0,44 Baik

4 0,30 Cukup

Secara keseluruhan hasil dari uji instrumen tes kemampuan

pemecahan masalah matematis sebagai berikut.

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

35

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

No.

Soal Validitas

Indeks

Kesukaran

Nilai Daya

Pembeda Reliabilitas

1 Tinggi Mudah Cukup

Tinggi

2 Tinggi Sedang Cukup

3 Sangat

Tinggi Sedang Baik

4 Tinggi Sedang Cukup

Berdasarkan rekapitulasi hasil uji intrumen tes kemampuan

pemecahan masalah matematis pada tabel 3.9, seluruh soal instrumen

dapat dipakai sebagai soal pretes dan soal postes dalam penelitian ini.

b. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam hal ini siswa. Angket

digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan siswa terhadap proses

pembelajaran yang berlangsung. Pengisian angket dilakukan oleh siswa

kelas eksperimen setelah berakhirnya pembelajaran bersamaan dengan

dilaksanakannya postes untuk mengetahui mudah atau sulitnya siswa

dalam memahami materi dengan model Learning Cycle 7E.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui gambaran model

pembelajaran yang dilakukan dan sebagai bahan refleksi bagi peneliti

untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Observasi dilakukan

oleh rekan mahasiswa atau guru. Data yang diperoleh bersifat relatif

karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis, yaitu lembar observasi terhadap aktivitas guru dan lembar observasi

terhadap aktivitas siswa.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

36

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lembar observasi berupa daftar ceklis yang digunakan oleh observer

untuk disesuaikan dengan keadaan pada saat penelitian berlangsung.

Peneliti memberi arahan dan penjelasan terhadap pembelajaran model

Learning Cycle 7E yang berkaitan dengan kegiatan observasi sebelum

memulai penelitian.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap analisis data, serta tahap pembuatan kesimpulan. Tahap-tahap

ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Terdapat beberapa kegiatan pada tahap ini, antara lain melakukan studi

pendahuluan yaitu mengidentifikasi, merumuskan masalah, dan melakukan

studi literatur. Selain itu, pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP

dan LKS, penyusunan instrumen berupa pretes dan pretes, uji coba instrumen,

mengurus perijinan penelitian, dan memilih dua kelas di SMAN 4 Bandung

yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan pretes kepada kelas

eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran berlangsung untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa. Selanjutnya melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan jadwal dan materi yang telah ditetapkan.

Observasi dilakukan di kelas eksperimen yang dilakukan oleh observer.

Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilaksanakan tes

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa untuk kedua kelas sampel.

Selanjutnya pemberian postes pada kedua kelas serta pengisian angket oleh

siswa kelas eksperimen untuk mengetahui pendapat siswa mengenai

penerapan model Learning Cycle 7E.

3. Tahap Analisis Data

Pengumpulan hasil data kuantitatif dan kualitatif, melakukan analisa

dan pembahasan hasil data kuantitatif berupa hasil pretes dan postes kelas

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

37

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

eksperimen dan kelas kontrol serta analisa dan pembahasan hasil data

kualtitatif berupa hasil angket respon siswa dan lembar observasi.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pada tahap ini dilakukan pembuatan kesimpulan terhadap penelitian

yang dilakukan berdasarkan hipotesis yang dirumuskan. Secara umum,

diagram alur prosedur pada penelitian ini sebagai berikut:

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

38

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Studi pendahuluan: identifikasi masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, studi literatur, dll.

Penyusunan instrumen dan bahan ajar

Uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

Pemilihan subjek penelitian:

kelas kontrol dan kelas eksperimen

Pemberian Pretes

Perlakuan pada kelas kontrol

(pembelajaran konvensional)

Perlakuan pada kelas eksperimen

(model Learning Cycle 7E)

Postes

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

Pengisian angket dan

lembar observasi

Analisis hasil uji coba instrumen

Gambar 3.1

Diagram Alur Prosedur Penelitian

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

39

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif, sehingga pengolahannya dibedakan menjadi dua yaitu analisis data

kuantitatif dan analisis data kualitatif. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Analisis Data Pretes

Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data pretes

adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol secara

deskriptif untuk mengetahui gambaran umum pencapaian siswa

mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung

adalah mean, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

2) Menguji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

untuk mengetahui apakah data skor pretes berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Uji 1-Sample K-S (Kolmogorov-

Smirnov) dengan taraf signifikansi 5% adalah uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini dengan bantuan software SPSS versi

20.0.

3) Jika data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi

normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk

mengetahui apakah kedua data skor pretes mempunyai varians yang

homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan uji Lavene.

4) Jika data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

berdistribusi normal dilanjutkan uji perbedaaan dua rata-rata dengan

uji statistik non-parametrik Mann-Whitney. Alasan pemilihan uji

Mann-Whitney yaitu dikarenakan kedua sampel uji saling bebas

(independen).

5) Menguji perbedaan dua rata-rata data hasil pretes kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t (independent sample t

test equal variance assumed), jika kedua data skor pretes

mempunyai varians yang homogen. Uji perbedaan dua rata-rata

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

40

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan awal

kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak pada pretes. Jika

kedua data skor pretes tidak mempunyai varians yang homogen,

dilanjutkan dengan uji t’ (independent sample t test equal variance

not assumed).

6) Jika rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sama,

dilanjutkan dengan mengolah data peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis. Jika rata-rata skor pretes kedua kelas

tidak sama, dilanjutkan dengan mengolah data indeks gain.

b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis

Data peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

diperoleh dari data postes atau data indeks gain. Langkah-langkah yang

digunakan untuk menganalisis data peningkatan kemampuan pemecahan

masalah matematis adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan

kelas kontrol secara deskriptif untuk mengetahui gambaran umum

pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Adapun data

deskriptif yang dihitung adalah mean, standar deviasi, nilai

maksimum, dan nilai minimum.

2) Menguji normalitas data postes atau data indeks gain kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah data postes

atau data indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

atau tidak. Uji 1-Sample K-S (Kolmogorov-Smirnov) dengan taraf

signifikansi 5% adalah uji normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini dengan bantuan software SPSS versi 20.0.

3) Jika data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji

homogenitas varians untuk mengetahui apakah kedua data yaitu data

postes atau data indeks gain mempunyai varians yang homogen atau

tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Lavene.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

41

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) Jika data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak berdistribusi normal dilanjutkan uji perbedaaan dua

rata-rata dengan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney. Alasan

pemilihan uji Mann-Whitney yaitu dikarenakan kedua sampel uji

saling bebas (independen).

5) Menguji perbedaan dua rata-rata data hasil postes atau data indeks

gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t

(independent sample t test equal variance assumed), jika kedua data

skor postes atau data indeks gain mempunyai varians yang homogen.

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika kedua

data skor postes atau data indeks gain tidak mempunyai varians yang

homogen, dilanjutkan dengan uji t’ (independent sample t test equal

variance not assumed). Kemudian, data indeks gain digunakan untuk

mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis.

Untuk menentukan indeks gain ternormalisasi (Normalize Gain)

digunakan rumus dari Hake (Khotimah, 2013:43):

Hasil perhitungan Normalize Gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.10

Kriteria Indeks Gain

Nilai (g) Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

42

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berikut diagram prosedur analisis data kuantitatif yang digunakan

dalam penelitian ini:

2. Analisis Data Kualitatif

a. Analisis Data Hasil Angket

Angket dalam penelitian ini diharapkan benar-benar mewakili sikap

dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga peneliti

memberikan empat alternatif pilihan jawaban.

Angket yang digunakan adalah angket skala Likert yang terbagi ke

dalam dua pernyataan, pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap

pernyataan diberikan empat pilihan jawaban, SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk setiap

Gambar 3.2

Diagram Prosedur Analisis Data Kuantitatif

Varians tidak homogen

Kesimpulan

Uji Non-Parametrik

(Mann-Whitney)

Populasi berdistribusi

tidak normal

Populasi

berdistribusi normal

Varians homogen Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji t’

Data: Pretes, Postes, Indeks Gain

Uji Normalitas

Uji Homogenitas

Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji t

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

43

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pernyataan, pilihan jawaban diberi skor seperti tertera pada tabel 3.11

berikut.

Tabel 3.11

Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket

Pernyataan Skor Tiap Pilihan

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Tahap selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor tiap subjek

untuk masing-masing butir pernyataan menggunakan rumus berdasarkan

Sudjana (Hunaeni, 2013:43), yaitu:

Keterangan:

: rata-rata.

: skor tiap pernyataan.

n : banyaknya pernyataan angket.

Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika

rata-ratanya lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif,

sebaliknya, jika rata-ratanya kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap

yang negatif (Suherman dan Kusumah, 1990:237).

Tahap akhir adalah menghitung persentase dari jumlah siswa untuk

setiap kategori perrnyataan. Rumus yang digunakan adalah rumus

berdasarkan Syamsudin (Hunaeni, 2013:44):

Keterangan:

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/577/6/S_MTK_0909016_CHAPTER3.pdfdalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran

44

Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

P: persentasi jawaban.

f : frekuensi jawaban.

n : banyaknya siswa.

Selanjutnya, penafsiran mengenai persentase angket menurut

Syamsudin sebagai berikut:

Tabel 3.12

Klasifikasi Interpretasi Kategori Persentase Angket

Persentase Interpretasi

0% Tidak seorangpun

1% - 24% Sebagian kecil

25% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 74% Sebagian besar

75% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

b. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi dianalisis dengan cara menyimpulkan hasil

pengamatan observer selama proses pembelajaran model Learning Cycle

7E berlangsung. Setiap pernyataan dalam lembar observasi terdiri dari

aktivitas guru dan aktivitas siswa.