BAB III METODE PENELITIAN -...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN -...
24 Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuasi eksperimen yang
menerapkan model Learning Cycle 7E dalam perlakuannya, aspek yang diukur
adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini penerapan model Learning Cycle 7E ditetapkan sebagai variabel
bebas, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebagai
variabel terikat.
Penelitian melibatkan dua kelompok kelas sebagai subyek penelitian.
Kelompok pertama sebagai kelompok kelas eksperimen memperoleh perlakuan
dengan penerapan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelompok kedua sebagai
kelompok kelas kontrol memperoleh perlakuan pembelajaran konvensional. Data
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh dari hasil pretes
dan postes yang termuat soal-soal pemecahan masalah matematis.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen-kelompok
kontrol non-ekivalen. Desain ini hampir sama dengan desain penelitian kelompok
kontrol pretes-postes, yang membedakannya adalah pada desain ini
pengelompokkan subjek tidak secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa
adanya. Desain ini melibatkan paling tidak dua kelompok yang tidak dipilih
secara acak, ada pretes, perlakuan berbeda dan ada postes. Adapun desain yang
digunakan dalam penelitian ini menurut Ruseffendi (Meilina, 2012:27) sebagai
berikut.
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Keterangan:
O: pretes atau postes.
X: kelas yang mendapat perlakuan dengan model Learning Cycle 7E dalam
25
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok (kelas eksperimen).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4
Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang diambil berupa
dua kelas yaitu kelas XI IPA 7 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 5
sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran
matematika dengan model Learning Cycle 7E, sedangkan kelas kontrol
dilaksanakan pembelajaran konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu perangkat
pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Penjelasan dari masing-masing
instrumen diuraikan sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan
kegiatan siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan
menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP untuk kelas eksperimen dirancang dengan
menggunakan model Learning Cycle 7E.
b. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar
Kegiatan Siswa atau LKS. LKS berisi tentang permasalahan-permasalahan
dalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama
proses pembelajaran berlangsung. Dalam penyusunan LKS untuk kelas
eksperimen ini disesuaikan dengan model Learning Cycle 7E.
2. Instrumen Pengumpul Data
a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan konsep serta
26
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penerapannya dalam pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan
memahami masalah, menyusun dan merencanakan strategi pemecahan,
melaksanakan strategi pemecahan untuk memperoleh penyelesaian, dan
melakukan peninjauan ulang atau mencoba cara lain.
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes.
Pretes diberikan sebelum proses pembelajaran kepada kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing
kelompok. Sedangkan postes diberikan setelah proses pembelajaran untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Soal-soal yang digunakan pada pretes dan postes adalah soal
berbentuk uraian agar langkah-langkah proses pemecahan masalah
matematis siwa dapat terlihat.
Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari Sumarmo
(Oktavien, 2011:58).
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Pemecahan Masalah Matematis
Skor Memahami
Masalah
Menyusun
Rencana/
Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi Dan
Mendapat
Hasil
Memeriksa
Proses Dan
Hasil
0 Tidak
berbuat
(kosong) atau
semua
interpretasi
salah (sama
sekali tidak
memahami
masalah).
Tidak berbuat
(kosong) atau
seluruh
strategi yang
dipilih salah.
Tidak ada
jawaban atau
jawaban salah
akibat
perencanaan
yang salah.
Tidak ada
pemeriksaan
atau tidak ada
keterangan
apapun.
1
Hanya
sebagian
Sebagian
rencana
Penulisan salah,
perhitungan
Ada
pemeriksaan
27
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
interpretasi sudah benar salah, hanya tapi tidak
Skor Memahami
Masalah
Menyusun
Rencana/
Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi Dan
Mendapat
Hasil
Memeriksa
Proses Dan
Hasil
masalah yang
benar.
atau
perencanaan-
nya tidak
lengkap.
sebagian kecil
jawaban yang
dituliskan, tidak
ada penjelasan
jawaban,
jawaban dibuat
tapi tidak benar.
tuntas.
2 Memahami
masalah
secara
lengkap,
mengidentifi-
kasi semua
bagian
penting dari
permasalahan
, termasuk
dengan
membuat
diagram atau
gambar yang
jelas dan
simpel
menunjukan
pemahaman
terhadap ide
dan proses
Keseluruhan
rencana yang
dibuat benar
dan akan
mengarah
kepada
penyelesaian
yang benar
bila tidak ada
kesalahan
perhitungan.
Hanya sebagian
kecil prosedur
yang benar, atau
kebanyakan
salah sehingga
hasil salah.
Pemeriksaan
dilakukan
untuk melihat
kebenaran
hasil dan
proses.
28
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masalah.
Skor Memahami
Masalah
Menyusun
Rencana/
Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi Dan
Mendapat
Hasil
Memeriksa
Proses Dan
Hasil
3 - - Secara
substansial
prosedur yang
dilakukan benar
dengan sedikit
kekeliruan atau
ada kesalahan
prosedur
sehingga hasil
akhir salah.
-
4 - - Jawaban benar
dan lengkap.
Memberikan
jawaban secara
lengkap, jelas
dan benar,
termasuk
dengan
membuat
diagram atau
gambar.
-
Skor
maksimal = 2
Skor
maksimal = 2
Skor maksimal
= 4
Skor
maksimal = 2
Penelitian ini menggunakan pedoman penskoran yang disajikan pada
tabel 3.1 di atas dengan tiap skor dikalikan dua. Skor maksimal sebuah
soal yang memenuhi empat tahapan pemecahan masalah Polya adalah 20.
29
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu diujicobakan pada
siswa di luar sampel penelitian yang telah mempelajari materi yang akan
diujikan yaitu siswa kelas XII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari tes yang
akan digunakan dalam penelitian.
Uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis
dilakukan pada siswa kelas XII IPA 7 di SMA Negeri 4 Bandung. Untuk
mengetahui kriteria-kriteria tersebut, berikut dipaparkan penjelasannya:
1) Validitas
Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu,
keabsahannya tergantung sejauh mana ketepatan alat evaluasi dalam
melaksanakan fungsinya (Suherman dan Kusumah 1990:135). Untuk
menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk
momen memakai angka kasar (raw score), (Suherman dan Kusumah,
1990:154) yaitu:
))Y(YN)()X(XN(
)Y)(X(XYNr
2222XY
Keterangan:
XYr : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
X : skor siswa pada tiap butir soal.
Y : skor total tiap siswa.
N : jumlah siswa.
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan
kriteria menurut J. P Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:147).
30
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Besarnya XYr Interpretasi
0,80 XYr 1,00 Sangat Tinggi
0,60 XYr 0,80 Tinggi
0,40 XYr 0,60 Sedang
0,20 XYr 0,40 Rendah
0,00 XYr 0,20 Sangat Rendah
Adapun hasil uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah
matematis sebagai berikut.
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.3, tes kemampuan
pemecahan masalah matematis yang diujicobakan memiliki validitas
tinggi dan sangat tinggi serta soalnya signifikan dan sangat signifikan.
2) Reliabilitas
Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi relatif tetap
jika digunakan untuk subjek yang sama. Istilah relatif tetap di sini
dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak
berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan (Suherman dan Kusumah,
1990:167).
No.
Soal
Validitas Taraf Signifikansi
XYr Interpretasi Interpretasi
1 0,62 Tinggi Signifikan
2 0,66 Tinggi Signifikan
3 0,81 Sangat Tinggi Sangat Signifikan
4 0,73 Tinggi Sangat Signifikan
31
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Koefisien reliabilitas tes bentuk uraian dapat diketahui dengan
menggunakan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194) yaitu:
2
t
2
i
11S
S1
1n
nr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas.
n : banyak butir soal.
Si2
: jumlah varians skor tiap butir soal.
St2
: varians skor total.
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen evaluasi dapat digunakan kriteria menurut J.P. Guilford
(Suherman dan Kusumah, 1990:177) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya 11r Interpretasi
0,80 11r 1,00 Sangat Tinggi
0,60 11r 0,80 Tinggi
0,40 11r 0,60 Sedang
0,20 11r 0,40 Rendah
11r 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes kemampuan pemecahan
masalah matematis menggunakan software Anates V4 uraian, diperoleh
koefisien reliabilitas 0,73 yang menunjukan soal memiliki reliabilitas
tinggi.
3) Indeks Kesukaran
Soal yang baik seharusnya memiliki perbandingan jumlah yang
tepat antara soal sukar, soal sedang, maupun soal yang mudah. Menurut
32
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Suherman dan Kusumah (1990:212) derajat kesukaran suatu butir soal
dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran.
Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai
dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir
soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran
1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Untuk menghitung indeks dalam soal bentuk uraian dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman dan Kusumah,
1990:213):
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran.
SA : jumlah skor kelompok atas.
SB : jumlah skor kelompok bawah.
JA : jumlah skor ideal kelompok atas.
JB : jumlah skor ideal kelompok bawah.
Hasil perhitungan indeks kesukaran, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah
(1990:213) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 IK 0,30 Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
0,70 IK 1,00 Mudah
IK 1,00 Terlalu Mudah
33
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Adapun hasil uji indeks kesukaran tes kemampuan pemecahan
masalah matematis sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Uji Indeks Kesukaran
No. Soal Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,74 Mudah
2 0,46 Sedang
3 0,62 Sedang
4 0,63 Sedang
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.6 di atas, bahwa tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yang diujicobakan
memiliki indeks kesukaran mudah dan sedang.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara testi (siswa)
yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak
dapat menjawab soal tersebut (Suherman dan Kusumah, 1990:199).
Daya pembeda dihitung dengan membagi siswa kedalam dua
kelompok, yaitu kelompok atas (kelompok siswa yang tergolong
pandai) dan kelompok bawah (kelompok siswa yang tergolong rendah).
Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian digunakan
rumus sebagai berikut (Suherman dan Kusumah, 1990:201):
Keterangan:
DP : Daya Pembeda.
SA : jumlah skor kelompok atas.
SB : jumlah skor kelompok bawah.
JA : jumlah skor ideal kelompok atas.
34
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan
Kusumah (1990:202) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP 0,00 Sangat Jelek
0,00 DP 0,20 Jelek
0,20 DP 0,40 Cukup
0,40 DP 0,70 Baik
0,70 DP 1,00 Sangat Baik
Adapun hasil uji daya pembeda tes kemampuan pemecahan
masalah matematis sebagai berikut.
Tabel 3.8
Hasil Uji Daya Pembeda
No. Soal Nilai Daya Pembeda Interpretasi
1 0,25 Cukup
2 0,26 Cukup
3 0,44 Baik
4 0,30 Cukup
Secara keseluruhan hasil dari uji instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematis sebagai berikut.
35
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No.
Soal Validitas
Indeks
Kesukaran
Nilai Daya
Pembeda Reliabilitas
1 Tinggi Mudah Cukup
Tinggi
2 Tinggi Sedang Cukup
3 Sangat
Tinggi Sedang Baik
4 Tinggi Sedang Cukup
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji intrumen tes kemampuan
pemecahan masalah matematis pada tabel 3.9, seluruh soal instrumen
dapat dipakai sebagai soal pretes dan soal postes dalam penelitian ini.
b. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden, dalam hal ini siswa. Angket
digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan siswa terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Pengisian angket dilakukan oleh siswa
kelas eksperimen setelah berakhirnya pembelajaran bersamaan dengan
dilaksanakannya postes untuk mengetahui mudah atau sulitnya siswa
dalam memahami materi dengan model Learning Cycle 7E.
c. Lembar Observasi
Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui gambaran model
pembelajaran yang dilakukan dan sebagai bahan refleksi bagi peneliti
untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Observasi dilakukan
oleh rekan mahasiswa atau guru. Data yang diperoleh bersifat relatif
karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat.
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis, yaitu lembar observasi terhadap aktivitas guru dan lembar observasi
terhadap aktivitas siswa.
36
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lembar observasi berupa daftar ceklis yang digunakan oleh observer
untuk disesuaikan dengan keadaan pada saat penelitian berlangsung.
Peneliti memberi arahan dan penjelasan terhadap pembelajaran model
Learning Cycle 7E yang berkaitan dengan kegiatan observasi sebelum
memulai penelitian.
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap analisis data, serta tahap pembuatan kesimpulan. Tahap-tahap
ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Terdapat beberapa kegiatan pada tahap ini, antara lain melakukan studi
pendahuluan yaitu mengidentifikasi, merumuskan masalah, dan melakukan
studi literatur. Selain itu, pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP
dan LKS, penyusunan instrumen berupa pretes dan pretes, uji coba instrumen,
mengurus perijinan penelitian, dan memilih dua kelas di SMAN 4 Bandung
yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah mengadakan pretes kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebelum pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa. Selanjutnya melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan jadwal dan materi yang telah ditetapkan.
Observasi dilakukan di kelas eksperimen yang dilakukan oleh observer.
Setelah pembelajaran berakhir secara keseluruhan, dilaksanakan tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa untuk kedua kelas sampel.
Selanjutnya pemberian postes pada kedua kelas serta pengisian angket oleh
siswa kelas eksperimen untuk mengetahui pendapat siswa mengenai
penerapan model Learning Cycle 7E.
3. Tahap Analisis Data
Pengumpulan hasil data kuantitatif dan kualitatif, melakukan analisa
dan pembahasan hasil data kuantitatif berupa hasil pretes dan postes kelas
37
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
eksperimen dan kelas kontrol serta analisa dan pembahasan hasil data
kualtitatif berupa hasil angket respon siswa dan lembar observasi.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan pembuatan kesimpulan terhadap penelitian
yang dilakukan berdasarkan hipotesis yang dirumuskan. Secara umum,
diagram alur prosedur pada penelitian ini sebagai berikut:
38
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Studi pendahuluan: identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, studi literatur, dll.
Penyusunan instrumen dan bahan ajar
Uji coba instrumen
Perbaikan instrumen
Pemilihan subjek penelitian:
kelas kontrol dan kelas eksperimen
Pemberian Pretes
Perlakuan pada kelas kontrol
(pembelajaran konvensional)
Perlakuan pada kelas eksperimen
(model Learning Cycle 7E)
Postes
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
Pengisian angket dan
lembar observasi
Analisis hasil uji coba instrumen
Gambar 3.1
Diagram Alur Prosedur Penelitian
39
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif, sehingga pengolahannya dibedakan menjadi dua yaitu analisis data
kuantitatif dan analisis data kualitatif. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Data Pretes
Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data pretes
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol secara
deskriptif untuk mengetahui gambaran umum pencapaian siswa
mengenai data yang diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung
adalah mean, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.
2) Menguji normalitas data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui apakah data skor pretes berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji 1-Sample K-S (Kolmogorov-
Smirnov) dengan taraf signifikansi 5% adalah uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini dengan bantuan software SPSS versi
20.0.
3) Jika data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk
mengetahui apakah kedua data skor pretes mempunyai varians yang
homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan uji Lavene.
4) Jika data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
berdistribusi normal dilanjutkan uji perbedaaan dua rata-rata dengan
uji statistik non-parametrik Mann-Whitney. Alasan pemilihan uji
Mann-Whitney yaitu dikarenakan kedua sampel uji saling bebas
(independen).
5) Menguji perbedaan dua rata-rata data hasil pretes kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t (independent sample t
test equal variance assumed), jika kedua data skor pretes
mempunyai varians yang homogen. Uji perbedaan dua rata-rata
40
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak pada pretes. Jika
kedua data skor pretes tidak mempunyai varians yang homogen,
dilanjutkan dengan uji t’ (independent sample t test equal variance
not assumed).
6) Jika rata-rata skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sama,
dilanjutkan dengan mengolah data peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis. Jika rata-rata skor pretes kedua kelas
tidak sama, dilanjutkan dengan mengolah data indeks gain.
b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Data peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
diperoleh dari data postes atau data indeks gain. Langkah-langkah yang
digunakan untuk menganalisis data peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan
kelas kontrol secara deskriptif untuk mengetahui gambaran umum
pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Adapun data
deskriptif yang dihitung adalah mean, standar deviasi, nilai
maksimum, dan nilai minimum.
2) Menguji normalitas data postes atau data indeks gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah data postes
atau data indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak. Uji 1-Sample K-S (Kolmogorov-Smirnov) dengan taraf
signifikansi 5% adalah uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini dengan bantuan software SPSS versi 20.0.
3) Jika data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji
homogenitas varians untuk mengetahui apakah kedua data yaitu data
postes atau data indeks gain mempunyai varians yang homogen atau
tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Lavene.
41
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4) Jika data postes atau data indeks gain kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak berdistribusi normal dilanjutkan uji perbedaaan dua
rata-rata dengan uji statistik non-parametrik Mann-Whitney. Alasan
pemilihan uji Mann-Whitney yaitu dikarenakan kedua sampel uji
saling bebas (independen).
5) Menguji perbedaan dua rata-rata data hasil postes atau data indeks
gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t
(independent sample t test equal variance assumed), jika kedua data
skor postes atau data indeks gain mempunyai varians yang homogen.
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika kedua
data skor postes atau data indeks gain tidak mempunyai varians yang
homogen, dilanjutkan dengan uji t’ (independent sample t test equal
variance not assumed). Kemudian, data indeks gain digunakan untuk
mengetahui kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Untuk menentukan indeks gain ternormalisasi (Normalize Gain)
digunakan rumus dari Hake (Khotimah, 2013:43):
Hasil perhitungan Normalize Gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain
Nilai (g) Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
42
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berikut diagram prosedur analisis data kuantitatif yang digunakan
dalam penelitian ini:
2. Analisis Data Kualitatif
a. Analisis Data Hasil Angket
Angket dalam penelitian ini diharapkan benar-benar mewakili sikap
dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga peneliti
memberikan empat alternatif pilihan jawaban.
Angket yang digunakan adalah angket skala Likert yang terbagi ke
dalam dua pernyataan, pernyataan positif dan pernyataan negatif. Setiap
pernyataan diberikan empat pilihan jawaban, SS (Sangat Setuju), S
(Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk setiap
Gambar 3.2
Diagram Prosedur Analisis Data Kuantitatif
Varians tidak homogen
Kesimpulan
Uji Non-Parametrik
(Mann-Whitney)
Populasi berdistribusi
tidak normal
Populasi
berdistribusi normal
Varians homogen Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji t’
Data: Pretes, Postes, Indeks Gain
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji t
43
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pernyataan, pilihan jawaban diberi skor seperti tertera pada tabel 3.11
berikut.
Tabel 3.11
Ketentuan Pemberian Skor Pernyataan Angket
Pernyataan Skor Tiap Pilihan
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
Tahap selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor tiap subjek
untuk masing-masing butir pernyataan menggunakan rumus berdasarkan
Sudjana (Hunaeni, 2013:43), yaitu:
Keterangan:
: rata-rata.
: skor tiap pernyataan.
n : banyaknya pernyataan angket.
Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika
rata-ratanya lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif,
sebaliknya, jika rata-ratanya kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap
yang negatif (Suherman dan Kusumah, 1990:237).
Tahap akhir adalah menghitung persentase dari jumlah siswa untuk
setiap kategori perrnyataan. Rumus yang digunakan adalah rumus
berdasarkan Syamsudin (Hunaeni, 2013:44):
Keterangan:
44
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
P: persentasi jawaban.
f : frekuensi jawaban.
n : banyaknya siswa.
Selanjutnya, penafsiran mengenai persentase angket menurut
Syamsudin sebagai berikut:
Tabel 3.12
Klasifikasi Interpretasi Kategori Persentase Angket
Persentase Interpretasi
0% Tidak seorangpun
1% - 24% Sebagian kecil
25% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
b. Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dianalisis dengan cara menyimpulkan hasil
pengamatan observer selama proses pembelajaran model Learning Cycle
7E berlangsung. Setiap pernyataan dalam lembar observasi terdiri dari
aktivitas guru dan aktivitas siswa.