BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Desain...
-
Upload
vuonghuong -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Desain...
82
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini
dilakukan dalam seting sosial, dengan memberikan suatu perlakuan kepada
sekelompok sampel dan mengkaji dampak dari perlakuan tersebut. Adapun
perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik dan kelompok kecil. Selanjutnya, agar dampak perlakuan yang diberikan
tidak bias, maka peneliti berupaya semaksimal mungkin mengontrol variabel-
variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.
Dampak dari pemberian perlakuan yang menjadi fokus kajian dalam
penelitian ini adalah kemampuan keruangan, kemampuan berfikir logis dan sikap
terhadap matematika yang disebut sebagai variabel terikat. Sedangkan perlakuan
yang dikenakan kepada kelompok sampel penelitian disebut variabel bebas. Untuk
melihat dampak dari perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen, maka
dampak tersebut perlu dibandingkan dengan kelompok sampel yang tidak
dikenakan perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, sampel yang demikian
disebut kelompok control. Jadi dalam penelitian ini sampel kelompok control
tidak diberikan perlakuan khusus, sehingga siswa yang termasuk kelompok ini
hanya dibelajarkan dengan pembelajaran biasa (konvensional)
83
2. Desain Penelitian
Sejalan dengan masalah penelitian yang diajukan, maka dampak
pemberian perlakuan yang akan dimanipulasi dalam penelitian ini adalah
kemampuan keruangan, kemampuan berfikir logis dan sikap terhadap matematika
sebagai variabel terikat. Sedangkan perlakuan yang diberikan yakni pembelajaran
dengan pendekatan matematika realistik dan kelompok kecil sebagai variabel
bebas. Kemudian berdasarkan jenis perlakuan, terdapat dua kelompok sampel
penelitian yakni sampel kelompok eksperimen dan siswa kelompok control. Agar
hasil-hasil penelitian ini lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah maka penetapan kelompok sampel penelitian atas kelompok eksperimen
dan control dilakukan secara acak.
Memperhatikan kedudukan kedua variabel penelitian, yakni variabel
bebas dan variabel terikat serta tehnik penetapan kelompok sampel penelitian
sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka desain penelitian yang relevan
digunakan adalah desain Pretes and Postest Group Design (Tuckman, 1978;
Ruseffendi, 1998; McMillan & Schumacher, 2001). Adapun desain penelitian
yang dimaksud, adalah:
A : O X1 O
A : O X2 O
Keterangan:
A : Pengambilan sampel secara acak kelas X1 : Penerapan pembelajaran PMR dan kelompok kecil
X2 : Penerapan pembelajaran matematika secara konvensional O : Pengukuran KK, KBL, dan sikap terhadap matematika
84
Penetapan kelompok sampel penelitian atas kelompok eksperimen dan
kontrol mempertimbangkan pengelompokan siswa dalam rombongan belajar yang
ada di sekolah. Setiap kelas penelitian diberikan pretes dan postes (O) untuk
mengukur kemampuan keruangan, kemampuan berpikir logis dan sikap terhadap
matematika. Skor hasil pre dan post tes tersebut merupakan data penelitian yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
B. Variabel Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
variabel penelitian yang menjadi pokok kajian terdiri dari variabel bebas yakni
pembelajaran dengan pendekatan PMR dan kelompok kecil. Sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan keruangan (KK), kemampuan berfikir logis (KBL)
dan sikap terhadap matematika dan variabel kontrol yang terkait adalah
kemampuan awal matematika dan jenis kelamin. Tabel Weiner berikut secara
singkat menggambarkan keterkaitan ketiga variabel penelitian, yakni variabel
bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
Tabel 3.1 Tabel Weiner Keterkaitan antar Variabel Bebas, Terikat
dan Kontrol (Pengetahuan Awal Matematika)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN YANG DIUKUR
KEMAMPUAN KERUANGAN (U)
KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS (Lg)
SIKAP TERHADAP MATEMATIKA (K)
PMR (A)
PMB (B)
T
PMR (A)
PMB (B)
T
PMR (A)
PMB (B)
T
PAM
TG (T) UTA UTB UT LgTA LgTB LgT KTA KTB KT
SDG(S) USA USB UB LgSA LgSB LgS KSA KSB KS
RDH(R) URA URB UR LgRA LgRB LgR KRA KRB KR
Keseluruhan UA UB LgA LgB KA KB
85
Keterangan (Contoh):
A adalah Pendekatan pembelajaran matematika realistic; U : Kemampuan keruangan B adalah Pendekatan pembelajaran biasa; Lg. Kemampuan berfikir logis; K Sikap UAT : kemampuan keruangan siswa yang dibelajarkan dengan PMR klpk PAM tinggi. LgAT : kemampuan berpikir logis siswa yang dibelajarkan dengan PMR klp PAM tinggi KAT : sikap terhadap matematika siswa yang dibelajarkan dengan PMR klpk PAM tinggi
Tabel 3.2 Tabel Weiner Keterkaitan antar Variabel Bebas, Terikat
dan Kontrol (Jenis Kelamin dan Berfikir Logis)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN YANG DIUKUR KEMAMPUAN KERUANGAN (U)
PMR (A) PMB (B) Keseluruhan
JK W UWA UWB UW
LL ULA ULB UL
KBL
T ULgTA ULgTB ULgT
S ULgSA ULgSB ULgS
R ULgRA ULgRB ULgR
Keterangan (Contoh):
UWA adalah kemampuan keruangan wanita dengan pendekatan PMR ULgSA adalah kemampuan keruangan siswa pada level kemampuan berfikir logis
sedang yang dibelajarkan dengan pendekatan PMR
C. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-
Kabupaten Siak Tp. 2010/2011. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan populasi ini adalah: (1) karena materi pokok kajian dalam penelitian ini
adalah topik geometri yang berkaitan dengan kemampuan keruangan. Berdasarkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) materi tentang bangun ruang sisi
datar dan sifat-sifatnya disajikan di kelas VIII; (2) perkembangan intelektual anak
seumur siswa kelas VIII secara umum masih belum formal, maka mempelajari
bangun ruang dengan pemanfaatan masalah-masalah kontekstual masih sangat
relevan; (3) berdasarkan studi terdahulu, penerapan pendekatan PMR di jenjang
86
sekolah menengah (SMU dan SMP) memberikan dampak positip terhadap
keaktifan siswa, sikap dan hasil belajar siswa.
Penetapan sekolah dengan level menengah sebagai subjek penelitian
mengingat pada level ini kemampuan akademik siswanya relatif heterogen.
Disamping pertimbangan tersebut, Darhim (2004) berpendapat bahwa sekolah
yang berasal dari level tinggi (baik) cenderung memiliki hasil belajar yang lebih
baik tetapi baiknya itu bisa terjadi bukan akibat baiknya pembelajaran yang
dilakukan, demikian juga dengan sekolah yang berasal dari level rendah (kurang),
cenderung hasil belajarnya akan kurang (jelek) dan kurangnya (jelek) itu bisa
terjadi bukan akibat kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan.
Memperhatikan pendapat di atas maka cukup beralasan untuk menetapkan
sekolah-sekolah dengan level menengah dijadikan subjek penelitian. Dengan kata
lain sekolah-sekolah level tinggi dan rendah tidak diikutkan sebagai sampel
penelitian.
Setelah menetapkan bahwa sampel penelitian adalah sekolah-sekolah yang
berada pada level menengengah, maka untuk penetapan sampel yang menjadi
subjek penelitian, digunakan teknik pengambilan sampel berstrata (stratified
random sampling). Teknik ini dipilih karena sampel yang terambil dari kelompok-
kelompok yang berbeda akan mewakili karakteristik masing-masing kelompok
populasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1998) bahwa teknik
berstrata digunakan agar subjek-subjek populasi yang bersifat heterogen tersebut
dapat terwakili sesuai karakteristik masing-masing.
87
Memperhatikan tehnik –tehnik pengambilan sampel di atas, maka dalam
penelitian ini tehnik penetapkan sampel sebagai sugjek penelitian dilakukan
dengan cara menetapkan sebanyak 50% dari proporsi sekolah berada pada level
menengah, setelah sebanyak 25% dari sekolah yang berada pada level tinggi dan
bawah ditetapkan. Dasar pertimbangan menetapkan 50% untuk sekolah level
menengah agar peluang memperoleh sekolah yang memiliki siswa dengan
kemampuan yang lebih heterogen dapat terpenuhi.
Selanjutnya dari sekolah-sekolah level menengah tersebut, dipilih secara
acak sebuah sekolah yang mewakili 25% level bawah, 25% level atas dan 50%
level menengah. Cara ini dipilih atas pertimbangan, agar subjek penelitian dapat
mewakili semua sekolah level menengah dari urutan ranking yang ditetapkan oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Siak. Secara singkat proses penetapan sampel
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Bagan Penetapan Sampel Penelitian
SMPN DILINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN
25 % Level Tinggi 50 % Level Menengah 25 % Level Tinggi
25 % Level Tinggi
50 % Level Menengah
25 % Level Tinggi
Setiap level dipilih secara acak satu sekolah, dan setiap sekolah dipilih secara acak dua kelas dari beberapa kelas pararel sebagai subjek penelitian.
88
Dengan tehnik penetapan sampel seperti di atas, maka diperoleh tiga
sekolah sebagai sampel penelitian. Selanjutnya dari setiap sekolah ditetapkan
secara acak satu kelas eksperimen dan satu kelas control. Dengan demikian
diperoleh sekolah dan kelas yang dijadikan sampel, kelas eksperimen dan kelas
control seperti yang dimuat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Daftar Sekolah dan Pembagian Kelompok Penelitian
Nama Sekolah Kelompok Eksperimen Kelompok Control
SMPN 23 SIAK Kelas VIII-B Kelas VIII-A
SMPN 7 SIAK Kelas VIII-C Kelas VIII-D
SMPN 4 SIAK Kelas VIII-C Kelas VIII-B
Selanjutnya dari penetapan sampel seperti dimuat pada Tabel 3.3 maka diperoleh
sebaran jumlah siswa pada setiap kelompok sampel, yang dimuat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Sebaran Jumlah Siswa pada Setiap Kelompok
Sampel Penelitian
Nama Sekolah/ Level
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah
SMPN 23 SIAK/ Tinggi 32 32 64
SMPN 7 SIAK/Sedang 34 34 67
SMPN 4 SIAK/Rendah 28 39 68
Total 93 105 199
Selanjutnya dengan menggunakan data hasil tes Pengetahuan Awal
Matematika (PAM), ditetapkan pengelompokan PAM siswa atas tiga level, yakni
siswa dengan level PAM tinggi, sedang dan rendah. Adapun kriteria penetapan
level tersebut didasarkan pada rataan () dan simpangan baku (Sb), yakni:
89
PAM ≥ + SB : siswa level PAM tinggi
– SB ≤ PAM < + SB : siswa level PAM sedang
PAM < - SB : siswa level PAM rendah
Berdasarkan kriteria di atas dan data hasil tes PAM kedua kelompok siswa
(eksperimen dan control) diperoleh = 62,0 dan Sb = 10,3. Dengan demikian
kriteria batasan pengelompokan level PAM ditetapkan sebagai berikut:
Tabel. 3.5 Kriteria Pengelompokan Sampel Penelitian
Kriteria Pengelompokan Level PAM
skor PAM 72,3 Tinggi
51,7 skor PAM 72,3 Sedang
skor PAM <<<< 51,7 Rendah
Memperhatikan kriteria level PAM tersebut, maka diperoleh sebaran data tentang
jumlah siswa untuk kelompok eksperimen (PMR) dan kelompok kontrol (PMB)
pada setiap level PAM, seperti yang dimuat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Distribusi Jumlah Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah
pada Setiap Sekolah berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Level PAM
Nama Sekolah Sekolah
Total SMPN 23 SMPN 7 SMPN 4
PMR PMB PMR PMB PMR PMB
Tinggi 5 6 7 7 6 3 34
Sedang 23 20 21 21 12 29 126
Rendah 4 6 6 6 10 7 39
Total 32 32 34 34 28 39 199
90
Mengingat jenis penelitian ini adalah eksperimen, maka setiap
membandingkan dua kelompok sampel harus diuji kesetaraannya. Hal ini
dimaksudkan agar perbedaan yang terjadi antara kelompok eksperimen dan
control diakhir pembelajaran, benar-benar akibat dari perlakuan yang diberikan.
Sehubungan dengan itu, maka perlu dilakukan uji kesetaraan PAM kedua
kelompok sampel. Uji kesetaraan yang dimaksud adalah (1) kesetaraan rata-rata
PAM antar level sekolah; (2) kesetaraan rata-rata PAM antar kelompok ekperimen
dan control pada setiap level sekolah; dan (3) kesetaraan rata-rata PAM antara
kelompok eksperimen dan control secara keseluruhan. Data uji kesetaraan ini
dikumpulkan dengan melakukan tes kepada semua siswa kelompok sampel
penelitian. Adapun rekapitulasi data PAM tersebut dimuat pada Lampiran B.1 (hal
352)
1. Uji Kesetaraan Rataan PAM antar Kelompok PMR dengan PMB pada
setiap Level Sekolah
Tujuan uji ini adalah untuk memastikan bahwa kelas eksperimen dan
kontrol pada setiap level sekolah memiliki rataan PAM yang setara. Dengan kata
lain tidak ada perbedaan yang signifikan rataan PAM antara kelas PMR dengan
kelas PMB pada setiap level sekolah. Sebelum dilakukan uji perbedaan
kesetaraan tersebut maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas data masing-masing kelompok sampel. Rincian proses analisis uji
normalitas dan uji homogen dapat dilihat pada Lampiran B.1 (hal 360) dan
hasilnya dirangkum pada Tabel 3.7.
91
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
Data antara PMR dan PMB setiap Level Sekolah
Level
Sekolah
Uji Normalitas Uji Homogen Asymp Sig Kes Ho Asymp Kes Ho Uji
PMR PMB PMR PMB Sig Kesetaraan Tinggi 0,195 0,379 Terima Terima 0,625 Diterima t Sedang 0,161 0,032 Terima Tolak 0,960 Diterima Mann W U’ Rendah 0,195 0,097 Terima Terima 0,033 Tolak t’
Dari data pada Tabel 3.7 diperoleh informasi bahwa nilai sig uji normalitas
untuk sekolah level tinggi berturut-turut 0,195 untuk PMR dan 0,379 untuk PMB.
Sedangkan sekolah level rendah nilai sig uji normalitas berturut-turut 0,195 untuk
PMR dan 0,095 untuk PMB. Mengingat nilai sig kedua pembelajaran untuk kedua
level sekolah besar dari 0,095 maka disimpulkan data PAM siswa kedua level
sekolah tersebut berdistribusi normal. Sedangkan pada sekolah level sedang
diperoleh nilai sig uji normalitas sebesar 0,161 untuk PMR yang besar dari 0,05
dan 0,032 untuk PMB kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkanbahwa data
PAM siswa sekolah level sedang untuk kelompok PMR berdistribusi normal dan
PMB tidak berdistribusi normal. Sehubungan dengan itu, maka untuk menguji
kesetaraan rataan PAM siswa pada sekolah level sedang digunakan uji Mann
Whitney U’.
Selanjutnya dari data pada Tabel 3.7 juga diperoleh informasi bahwa nilai
sig uji homogen untuk sekolah level tinggi dan sedang berturut-turut adalah 0,625
dan 0,960 yang besar dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan data PAM siswa
sekolah level tinggi dan sedang adalah homogen. Sedangkan untuk sekolah level
rendah diperoleh nilai sig sebesar 0,033 yang kecil dari 0,05. Dengan demikian
92
disimpulkan data PAM siswa sekolah level rendah tidak homogen. Sehubungan
dengan itu, maka untuk menguji kesertaan rataan PAM digunakan uji t’.
Selanjutnya untuk menguji kesetaraan rataan PAM siswa, hipotesis nol
yang diuji adalah:
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2, dengan
µ1 = rataan PAM siswa sekolah tinggi (atau sedang atau rendah) yang mendapat pendekatan PMR
µ2 = rataan PAM siswa sekolah tinggi (atau sedang atau rendah) yang mendapat pendekatan PMB
Dengan menggunakan α = 0,05, maka kriteria pengujian hipotesis: Ho diterima jika nilai probabilitas (sig.) > 0,025, dalam hal lainnya, H0 ditolak.
Proses perhitungan uji perbedaan kesetaraan rataan PAM antar kelompok
ekperimen (PMR) dan control (PMB) pada setiap level sekolah dimuat pada
Lampiran B.1 (hal 360) dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Deskripsi Kesetaraan Rataan PAM antar Kelompok PMR dan PMB
pada setiap Level Sekolah
Kelompok Sampel / Level Sekolah N Min. Max. Mean
Std. Deviation
Asymp. Sig t
Kes. Ho
PMR /Tinggi 32 50 87 63.59 9.408 0.038 Diterima
PMB/ Tinggi 30 47 86 63.50 9.923
PMR/Sedang 33 45 88 62.60 11.953 0.960* Diterima
PMB/Sedang 34 46 92 61.74 10.847
PMR /Rendah 28 49 90 60.866 11.401 0.308 Diterima
PMB / Rendah 39 50 85 60.103 8.660
* Uji kesetaraan digunakan uji statistik Man-Whitney U.
Fakta pada Tabel 3.8 menunjukkan bahwa nilai sig. uji kesetaraan rataan
PAM siswa antara kelompok pembelajaran pada setiap level sekolah lebih besar
dari 0,025. Hal ini berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
93
ada perbedaan yang signifikan rataan PAM siswa antara kedua kelompok
pembelajaran yakni PMR dan PMB pada setiap level PAM. Dengan kata lain,
rataan PAM siswa kelompok eksperimen dan kelompok control baik pada level
sekolah tinggi, sedang dan rendah relatif sama.
2. Uji Kesetaraan Rataan PAM antara Kelompok Eksperimen dan Control
secara Keseluruhan
Karena penelitian ini adalah penelitian eksperimen maka terdapat dua
perlakuan yang berbeda kepada dua sampel yang berbeda yakni sampel yang
diberi perlakuan pendekatan PMR dan sampel yang diberi perlakuan pendekatan
PMB. Selanjutnya, agar kedua kelompok sampel tersebut dapat diperbandingkan
maka perlu dijamin bahwa kedua kelompok sampel penelitian berada pada kondisi
yang sama sebelum perlakuan dengan cara menguji kesetaraan PAM kedua
kelompok sampel.
Untuk menguji kesetaraan rataan PAM tersebut maka diawali dengan uji
normalitas dan homogenitas data kedua kelompok pembelajaran. Proses
perhitungan uji normalitas dan homogenitas data menggunakan perangkat lunak
SPSS-17 for Windows, yang dimuat pada Lampiran B.1 (hal 364), dan rangkuman
hasilnya disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Deskripsi Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas PAM
berdasarkan Kelompok PMR dan PMB
Klpk N Mean Std.Dev Uji Normalitas Uji Homogen Uji Sig Kes Ho Sig Kes Ho Kesetraan
PMR 93 62,4 10,9 0,64 Terima 0,782 Terima Mann W U PMB 103 61,6 9,8 0,003 Tolak
94
Dari data pada Tabel 3.9 diperoleh informasi bahwa nilai sig uji normalitas
data PAM siswa yang dibelajarkan dengan PMR adalah 0,64 yang besar dari 0,05
dan data PAM siswa yang dibelajarkan dengan PMB adalah 0,003 kecil dari 0,05.
Mengingat data PAM siswa kelompok PMR berdistribusi normal dan data PAM
siswa kelompok PMB tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji kesetaraan
rataan PAM kedua kelompok digunakan uji Mann Whitney U. Kemudian dari uji
homogenitas diperoleh nilai sig sebesar 0,782 yang besar dari 0,05, sehingga
disimpulkan data PAM siswa kedua kelompok pembelajaran adalah homogen.
Tabel 3.10 berikut menggambarkan rataan, deviasi standar dari data PAM
siswa kedua kelompok pembelajaran.
Tabel 3.10 Deskripsi Rataan PAM Sampel Penelitian
Kelompok PMR dan PMB
Klpk N Rataan Std. Deviation Minimum Maximum
PMR 93 62.419 10.904 45 90
PMB 103 61.631 9.797 46 92
Selanjutnya, dari data pada Tabel 3.10 akan diuji kesetaraan rataan PAM antar
kelompok ekperimen (PMR) dan control (PMB) secara keseluruhan dengan
menggunakan uji Man-Whitney U. Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2, dengan
µ1 = rataan PAM siswa yang mendapat pendekatan PMR µ2 = rataan PAM siswa yang mendapat pendekatan PMB
Dengan menggunakan α = 0,05, maka kriteria pengujian hipotesis: Ho diterima jika nilai probabilitas (sig.) > 0,025, dalam hal lainnya, H0 ditolak.
Proses perhitungan uji kesetaraan rataan PAM siswa antar kedua
kelompok pembelajaran dengan menggunakan uji Man-Whitney dimuat pada
95
Lampiran B.1 (hal 364). Dari hasil analisis diperoleh Asymp. Sig = 0,782 yang
lebih besar dari dari 0,025. Dengan demikian H0 diterima, sehingga disimpulkan
tidak ada perbedaan yang signifikan rataan PAM siswa kedua kelompok
pembelajaran. Hal ini bermakna bahwa rataan PAM kedua kelompok
pembelajaran relatif sama.
3. Uji Kesetaraan Rataan PAM antar Level Sekolah
Setelah ditetapkan sekolah yang menjadi sampel penelitian, yakni SMPN
23 yang mewakili sekolah level tinggi, SMPN 7 mewakili level sedang dan
SMPN 4 mewakili level bawah kemudian diberikan tes PAM. Data hasil tes
tersebut dimanfaatkan untuk menguji kesetaraan rataan PAM ketiga sekolah
sampel penelitian. Tujuan dari uji ini adalah untuk memastikan bahwa ketiga level
sekolah sampel penelitian berada pada kondisi (starting point) yang sama sebelum
perlakuan diberikan. Tabel 3.11 memuat deskripsi rataan, standar deviasi dari data
PAM ketiga ketiga level sekolah sampel penelitian yang dihitung menggunakan
perangkat lunak SPSS-17 for Windows.
Tabel 3.11 Deskripsi Data PAM Sampel Penelitian berdasarkan Level Sekolah
Nama Sekolah/ Level
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
SMPN 23/Tinggi 62 63.548 9.581 1.217 61.115 65.981 47 87
SMPN 7/Sedang 67 62.164 11.327 1.384 59.401 64.927 45 92
SMPN 4/Rendah 67 60.418 9.828 1.201 58.021 62.815 49 90
Total 196 62.005 10.318 .737 60.552 63.459 45 92
96
Berdasarkan data pada Tabel 3.11 dapat dikatakan bahwa siswa level
sekolah tinggi memiliki rataan PAM yang lebih besar daripada siswa level sekolah
sedang. Demikian juga siswa level sekolah sedang memiliki rataan PAM yang
lebih besar daripada siswa level sekolah rendah. Hal ini memperkuat alasan
pengambilan sampel ketiga level sekolah dan bahwa semakin tinggi level sekolah
siswa, maka semakin tinggi pula rataan PAM yang dimilikinya.
Adanya perbedaan rataan PAM antar level sekolah perlu uji untuk
menyakinkan kita bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain,
walaupun ada perbedaan rataan PAM antar level sekolah tersebut namun tidak
signifikan. Hal ini mengingat dalam penelitian eksperimen sampel-sampel yang
dapat diperbandingkan adalah sampel-sampel yang berada pada kondisi yang
sama sebelum perlakuan diberikan. Untuk keperluan uji tersebut, diawali dengan
homogenitas. Kemudian dari uji homogen dimuat pada Lampiran B.1 (hal 365),
dan dari hasil analisis diperoleh nilai sig adalah 0,230 yang lebih besar dari 0,05,
berarti H0 diterima. Artinya varians ketiga kelompok data adalah homogen.
Setelah dipastikan bahwa semua varians sampel penelitian sama, maka
selanjutnya dilakukan uji kesertaraan (perbedaan rataan) PAM antar level sekolah
dengan menggunakan uji Anava satu jalur.
H0 : µ1 = µ2 = µ3 H1 : paling sedikit salah satu rataan berbeda dengan yang lainnya, dengan
µ1, µ2, µ3 berturut-turut adalah rataan PAM sekolah tinggi, sedang dan rendah.
Dengan menggunakan α = 0,05, maka kriteria pengujian hipotesis: Ho diterima jika nilai probabilitas (sig.) > 0,025, dalam hal lainnya, H0 ditolak.
97
Proses perhitungan uji Anava tersebut dimuat pada Lampiran B.1 (hal 366) dan
hasilnya dirangkuman pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Derkripsi Uji Kesetaraan Rataan PAM antar Level Sekolah Jumlah Kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar Kelompok 318.148 2 159.074 1.502 0.225
Dalam Kelompok 20440.847 193 105.911
Total 20758.995 195
Dari Tabel 3.13 diperoleh informasi bahwa nilai probabilitas (sig.) = 0,225 yang
lebih besar dari 0,025. Dengan demikian H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan rataan PAM siswa yang signifikan antara ketiga level
sekolah. Dengan kata lain rataan PAM siswa ketiga level sekolah relative sama.
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Secara umum instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes yang dikembangkan adalah
tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM), tes Kemampuan Keruangan (KK) dan
tes Kemampuan Berpikir Logis (KLB). Sedangkan instrumen non tes adalah
angket (questionnaire) sikap terhadap matematika.
1. Tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM)
Pengetahuan Awal Matematika (PAM) dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai pengetahuan awal yang dimiliki pada pelajaran matematika sebelum
perlakuan diberikan. Untuk mengumpulkan data PAM tersebut dilakukan tes
kepada kedua kelompok sampel penelitian. Mengingat sampel penelitian ini
98
adalah kelas VIII semester-2 dan penelitiannya dilakukan diawal semester maka
ruang lingkup materi tes PAM diambil dari materi kelas VIII semester-1.
Penetapan ruang lingkup materi tes PAM ini dilakukan atas pertimbangan bahwa
materi matematika yang disajikan pada semester-1 kelas VIII adalah materi yang
paling representatif untuk menggambarkan pengetahuan matematika yang dimiliki
siswa sebelum perlakuan diberikan.
Dalam mengembangkan tes PAM tersebut, diawali dengan menyusun kisi-
kisi tes yang mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang dimuat dalam
standar isi matematika. Berdasarkan kisi-kisi tersebut disusun butir tes PAM,
kemudian dilakukan validasi isi dan muka oleh orang yang dianggap pakar.
Pengukur validitas isi didasarkan pada kesesuaian butir soal yang menggambarkan
aspek PAM yang diukur dengan indikator dalam standar isi dan indikator soal
yang disusun. Sedangkan untuk mengukur validitas muka, pertimbangan
didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi.
Hasil pertimbangan terhadap validitas isi dan validitas muka disajikan
pada Lampiran B.1 (hal 367), kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik
Q-Cochran. Analisis statistik ini bertujuan untuk mengetahui apakah para
penimbang memberikan pertimbangan terhadap setiap butir tes PAM secara
seragam atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah, Ho: para penimbang memberikan
pertimbangan yang seragam. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika probabilitas
sig > 0,05 dan keadaan lainnya Ho di tolak. Proses perhitungan uji Q-Cochran
untuk uji keseragaman penimbang tentang validasi isi dimuat pada Lampiran B.1
(hal 368).
99
Dari hasil analisis validasi isi diperoleh nilai Asymp. Sig. = 0,779 yang
lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa para penimbang memberikan pertimbangan yang seragam terhadap
validitas isi setiap butir tes PAM. Selanjutnya proses perhitungan uji keseragaman
penimbang terhadap validasi muka setiap butir tes dimuat pada Lampiran B.1 (hal
369). Dari hasil analisis diperoleh bahwa nilai Asymp. Sig. = 0,607 yang lebih
besar dari 0,05, sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa para
penimbang memberikan pertimbangan yang seragam terhadap validitas muka
setiap butir tes PAM. Kemudian dari saran para penimbang dilakukan revisi
terhadap butir tes PAM yang ditunjuk. Naskah tes PAM yang telah divalidasi
secara kriterium dan direvisi selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada lima
orang siswa di luar sampel penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
keterbacaan bahasa dan gambaran apakah butir-butir tes dapat dipahami oleh
siswa. Dari ujicoba terbatas tersebut, diperoleh gambaran bahwa semua butir tes
dipahami dengan baik. Selanjutnya tes yang telah disusun diujicobakan untuk
melihat reliabilitas dan validitas tes.
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa peneliti melakukan penskoran
terhadap setiap lembar jawaban siswa. Adapun rekapitulasi skor hasil tes PAM
dari uji coba tersebut dimuat Lampiran B.1 (hal 370). Proses perhitungan
reliabilitas dan validitas tes digunakan perangkat lunak SPSS-17 for Windows.
Untuk menguji reliabilitas tes PAM digunakan Cronbach-Alpha sedangkan untuk
menguji validitas setiap butir tes digunakan korelasi product moment dari Karl
Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Proses perhitungan
100
validitas butir tes dimuat pada Lampiran B.1 (hal 374) dan hasilnya dirangkum
pada Tabel 3.14.
Dari hasil uji validitas butir tes PAM sebagaimana yang dimuat pada Tabel
3.14, diperoleh informasi bahwa butir tes pada item ke 7, 8, dan 16 tidak valid.
Sehubungan dengan hal itu, maka ketiga butir tersebut tidak diikutkan untuk
mengukur PAM siswa sampel penelitian.
Tabel 3.14 Deskripsi Hasil Uji Reliabillitas Validitas Butir T es
Pengetahuan Awal Matematika (PAM)
No Soal
Validitas No Soal
Validitas rxy Kriteria rxy Kriteria
1 0,443 Valid 12 0,442 Valid 2 0,594 Valid 13 0,448 Valid 3 0,485 Valid 14 0,420 Valid 4 0,549 Valid 15 0,519 Valid 5 0,378 Valid 16 0,064 Tidak Valid 6 0,657 Valid 17 0,431 Valid 7 0,121 Tidak Valid 18 0,641 Valid 8 0,047 Tidak Valid 19 0,497 Valid 9 0,447 Valid 20 0,442 Valid 10 0,784 Valid 21 0,656 Valid 11 0,482 Valid 22 0,503 Valid
Kemudian dari hasil perhitungan uji reliabitas tes yang dimuat pada Lampiran B.1
(hal 375) diperoleh r11 = 0,813. Jika nilai r11 tersebut dibandingkan dengan
kriterian derajat reliabilitas suatu tes maka dapat disimpulkan bahwa tes PAM
yang dikembangkan memiliki reliabilitas tinggi.
Hasil pengembangan kisi-kisi, naskah tes, dan kunci jawaban tes PAM
dimuat pada Lampiran A.2. Kemudian mengingat bentuk tes PAM yang
dikembangkan adalah pilihan ganda maka tehnik penskoran jawaban siswa untuk
101
setiap butir soal diberikan skor 1, untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk
jawaban yang salah atau tidak dijawab.
2. Tes Kemampuan Keruangan (KK)
Tes kemampuan keruangan dikembangkan untuk mengumpulkan data
tentang kemampuan keruangan siswa sampel penelitian. Bentuk tes KK yang
dikembangkan adalah bentuk uraian dan pilihan ganda. Naskah soal tes KK
dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengkaji aspek-aspek kemampuan
keruangan dan tingkat perkembangan mental anak seumur dengan siswa SMP.
Pengembangan tes ini, diawali dengan mengkaji beberapa aspek kemampuan
keruangan, kemudian dituangkan kedalam kisi-kisi pengembangan tes, dan
diakhiri perakitan butir tes. Adapun deskripsi aspek tes KK yang akan dijadikan
sebagai acuan dalam pengembangan kisi-kisi tes dimuat pada Tabel 3.15.
Tabel. 3.15 Deskripsi Aspek Kemampuan Keruangan
Aspek
Keruangan URAIAN
Orientasi
Adalah, kemampuan mengenal susunan atau bentuk ruang secara umum dan akurat (mengenalan karakteristik bangun ruang secara umum) dengan membayangkan perubahan dari perseptif objek yang diberikan. Indikator, dapat menyebutkan karakteristik bangun ruang secara umum (kubus, balok, limas, prisma segi-n beraturan) dengan membayangkan perubahan dari perspektif yang diberikan.
Mental
Rotation
Adalah, kemampuan berfikir (mental) tentang rotasi (translasi) objek gambar 2 atau 3 dimensi secara akurat. Indikator, dapat menyatakan bentuk atau posisi suatu bangun ruang sebagai akibat dari dirotasikan atau ditranslasikan (dengan cara membayangkan).
Visualization
Adalah, kemampuan mental manipulasi (dengan membayangkan ) untuk menangkap dan menggambarkan perubahan bentuk suatu objek dari stimulus yang ditampilkan ke bentuk yang sebenarnya ( rotasi, memutar balik, atau mengubah susunan dari gambar objek 3-D) Indikator, dapat menyatakan kondisi (bentuk) yang sebenarnya dari suatu stimulus objek bangun ruang melalui pembayangan
102
URAIAN
Perception
Catatan: Kemampuan orientasi ruang, mental rotasi, asembedding adalah hal khusus dari visualisasi ruang Adalah, kemampuan untuk mengenal bahwa ukuran dan bentuk subjek tetap walaupun stimulusnya berbeda yang didasarkan pada apa yang kita rasakan dari perspektif tersebut. . Indikator, dapat menyatakan bentuk atau ukuran yang sebenarnya dari suatu tampilan (stimulus) 3D yang didasarkan pada apa yang dirasakan Catatan : Kemampuan relations adalah hal khusus dari kemampuan perception ruang
Relations
Adalah, kemampuan untuk melihat dua atau lebih objek dalam hubungannya dengan dirinya atau hubungan satu dengan yang lainnya dalam ruang. Indikator, dapat menyatakan hubungan unsur -unsur dalam 3D (hubungan garis, bidang dan titik) dari stimulus yang ditampilkan.
Disembedding
Adalah, kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk mencari objek yang sederhana yang dimasukkan kedalam gambar yang kompleks Indikator, dapat menyatakan/memilih unsur -unsur (objek-objek sederhana) yang dapat membangun suatu objek (gambar) yang compleks.
Setelah soal tes KK disusun kemudian divalidasi dari aspek isi dan muka
oleh tiga orang penimbang. Hasil pertimbangan validitas isi dan validitas muka
dari ketiga penimbang disajikan pada Lampiran B.1 (hal 376). Selanjutnya data
hasil pertimbangan kedua tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik Q-
Cochran. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keseragaman validator dalam
memberikan pertimbangan terhadap naskah tes KK yang dikembangkan dari
aspek isi dan keterbacaan. Proses perhitungan analisis uji statistik Q-Cochran
untuk keseragaman pertimbangan validator terhadap validitas isi tes dimuat pada
Lampiran B.1 (377).
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Asymp. Sig = 0,920 lebih besar 0,05,
maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penimbang
memberikan pertimbangan yang seragam terhadap validitas isi setiap item tes KK
103
Hal ini mengindikasikan bahwa naskah tes KK yang dikembangkan layak
digunakan untuk mengukur kemampuan keruangan sampel penelitian dari aspek
isi. Selanjutnya, dengan menggunakan statistik yang sama dilakukan uji validitas
muka terhadap butir tes KK. Proses perhitungan analisis uji statistik Q-Cochran
untuk keseragaman pertimbangan validator terhadap validatas muka tes dimuat
pada Lampiran B.1 ( hal 378).
Dari hasil perhitungan, diperoleh Asymp.Sig = 0,867 atau
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H0 diterima, sehingga
dapat disimpulkan bahwa para penimbang memberikan pertimbangan yang
seragam terhadap setiap butir tes KK dari aspek kejelasan dan keterbacaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa dari aspek keterbacaan, instrumen tes KK yang
dikembangkan layak digunakan untuk mengukur kemampuan keruangan siswa.
Setelah naskah tes KK direvisi sesuai dengan masukan penimbang, seperti
penggunaan bahasa, kesesuaian dengan indikator pencapaian dan tujuan
pembelajaran, kemudian diujicobakan. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa
dilakukan penskoran setiap jawaban siswa dan dimuat pada Lampiran B.1 (hal
379). Selanjutnya data KK tersebut dianalisis untuk menentukan reliabilitas soal
dan validitas butir tes dengan menggunakan perangkat lunak SPSS-17 for
Windows. Untuk mengukur reliabilitas soal digunakan Cronbach-Alpha dan
validitas butir tes digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu
korelasi setiap butir soal dengan skor total.
Proses perhitungan untuk uji reliabilitas dimuat pada Lampiran B.1 (hal
383), dan berdasarkan hasil analisis diperoleh r11 = 0,80. Jika dibandingkan
104
dengan kriteria derajat reliabilitas suatu tes maka dapat dikatakan bahwa tes KK
yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Kemudian proses
perhitungan uji validitas butir tes dimuat pada Lampiran B.1 (hal 383), dan
diperoleh rxy setiap butir tes seperti yang dirangkuma pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16 Deskripsi Hasil Uji Reliabillitas Validitas Butir T es
Kemampuan Keruangan (KK)
No Soal
Validitas No Soal
Validitas rxy Kriteria rxy Kriteria
1 0,729 Valid 13 0,509 Valid 2 0,570 Valid 14 0,010 Invalid 3 0,526 Valid 15 0,535 Valid 4 0,559 Valid 16 0,496 Valid 5 0,410 Valid 17 0,496 Valid 6 0,337 Valid 18 0,481 Valid 7 0,245 Invalid 19 0,431 Valid 8 0,426 Valid 20 0,030 Invalid 9 0,044 Invalid 21 0,536 Valid 10 0,532 Valid 22 0,477 Valid 11 0,570 Valid 23 0,570 Valid 12 0,390 Valid
Catatan: rtab (a=5%) = 0,32 dan dk=22
Berdasarkan pada Tabel 3.16 dapat dikatakan bahwa nilai rhit untuk butir
tes nomor 7, 9, 14 dan 20, lebih kecil dari rtab. Dengan demikian kempat butir tes
dikategorikan tidak valid. Dengan demikian, keempat butir soal tersebut tidak
diikutkan sebagai alat untuk mengukut kemampuan keruangan siswa. Walaupun
keempat butir tes tersebut digugurkan, namun aspek yang dinilai tidak berubah
karena masih terdapat soal lain yang mengukur aspek yang sama. Dengan
demikian item tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan keruangan siswa
dalam penelitian ini diambil dari item yang valid. Dari pengembangan tes KK
105
diperoleh perangkat tes KK yang telah diuji validitas kontennya dan kriteriumnya
serta reliabilitasnya. Adapun hasil pengembangan tes KK dapat dilihat pada
Lampiran A.2.
3. Tes Kemampuan Berpikir Logis (KBL)
Variabel terikat lain yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir logis. Data ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang terkait dengan kemampuan berpikir logis. Pengembangan tes
kemampuan berpikir logis diawali dengan mengkaji kaidah-kaidah atau aturan-
aturan berpikir logis. Selanjutnya dari kaidah-kaidah tersebut dikembangkan kisi-
kisi tes KBL sebagai pedoman untuk mengembangkan butir tes KBL. Adapun
deskripsi aspek-aspek kemampuan berpikir logis yang akan dijadikan dasar untuk
menyusun tes KBL dimuat pada Tabel 3.17.
Tabel. 3.17 Deskripsi Aspek dan Kisi-kisi Pengembangan Naskah Tes Berpikir Logis
Variabel Sub Variabel
Indikator Aspek yang diukur
Berpikir Logis
Berpikir Induktif
Analogi
Menentukan kesamaan hubungan dalam suatu pola gambar bangun Menentukan kesamaan hubungan dalam suatu pola sifat bangun
Generalisasi
Menarik kesimpulan umum dari suatu pola sifat bangun Menarik kesimpulan umum dari suatu pola bilangan
Berpikir
Deduktif
Kondisional
Menarik kesimpulan dari premis-premis bentuk modus ponens Menarik kesimpulan dari premis-premis bentuk modus tolens
Silogisma
Menarik Menarik kesimpulan dari premis-premis bentuk hipotetik Menarik Menarik kesimpulan dari premis-premis bentuk kuantifikasi
106
Berdasarkan aspek-asepk berpikir logis tersebut, disusun tes KBL dalam
bentuk pilihan ganda dengan pemberian alasan. Instrumen ini dikembangkan
sendiri oleh peneliti dengan memperhatikan prosedur dan persyaratan validitas
dan reliabilitas suatu tes. Karena bentuk soal tes KBL yang dikembangkan adalah
pilihan ganda dengan pemberian alasan maka sistem penskorannya terbagi dalam
lima kriteria jawaban. Kriteria jawaban soal beserta bobot atau skoring disajikan
pada Tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18
Bobot Skor Setiap Kriteria Jawaban Tes Berpikir Logis
NO Kriteria jawaban soal Skoring
1. Benar dan alasan benar 4
2. Benar dan alasan salah 3
3. Jawaban salah alasan benar 2
4. Jawaban salah dan alasan salah 1
5 Tidak ada jawaban 0
Untuk mendapatkan instrumen tes KBL yang memenuhi syarat validitas isi
dan validitas muka, maka naskah tes tersebut terlebih dahulu ditelaah atau
direview oleh validator. Data hasil pertimbangan validator terhadap validitas isi
dan validitas muka tes KBL dimuat pada Lampiran B.1 (hal 385). Dengan
menggunakan uji statistik Q-Cochran akan diuji keseragama pertimbangan
validator. Proses perhitungan uji statistik Q-Cochran validitas isi tes KBL dimuat
pada Lampiran B.1 (hal 384).
Dari hasil perhitungan, diperoleh Asymp.Sig = 0,607 dan lebih besar dari
0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian ketiga penimbang memberikan
pertimbangan yang seragam terhadap isi setiap butir tes KBL yang dikembangkan.
107
Hal ini mengindikasikan bahwa dari aspek isi, instrumen tes KBL yang
dikembangkan layak digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis.
Kemudian dari hasil pertimbangan validasi muka oleh validator, juga diuji
keseragamannya dengan menggunakan statistik yang sama. Proses perhitungan uji
statistik Q-Cochran terhadap validitas muka tes KBL dimuat pada Lampiran B.1
(hal 385). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh Asymp.Sig = 0,386 yang
lebih besar dari 0,05. Hal berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketiga penimbang memberikan pertimbangan yang seragam terhadap validitas
muka setiap butir tes KBL yang dikembangkan. Dengan demikian, dari aspek
validitas muka, instrumen tes KBL yang dikembangkan layak digunakan untuk
mengukur kemampuan berfikir logis sampel penelitian.
Setelah dilakukan analisis terhadap validasi isi dan muka, berdasarkan
masukan atau catatan yang diberikan oleh validator, dilakukan revisi. Langkah
selanjutnya adalah mengujicobakan tes KBL secara terbatas kepada sekelompok
siswa diluar sampel penelitian. Uji coba ini bertujuan untuk memperoleh data
yang diperlukan untuk menguji reliabilitas dan validitas butir tes. Data hasil uji
coba ini dimuat pada Lampiran B.1 (hal 387). Kemudian dari uji validitas tes
dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi
setiap butir tes dengan skor total, dengan bantuan komputer program SPSS 17.
Proses perhitungan analisis data dimuat pada Lampiran B.1 (hal 390) dan
rangkuman hasil perhitungan koefisien rxy dan kriterian validitas setiap butir tes
dimuat dalam Tabel 3.19.
108
Hipotesi nol yang diajukan dalam uji validitas butir soal ini adalah Ho :
tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dengan skor
total, dengan kriteria pengujian jika rhit (rxy) ≥ rtab. Dari data pada Tabel 3.19 dapat
dikatakan bahwa rhit (rxy ) untuk butir tes nomor 3 dan 4 lebih kecil dari rtab,
sehingga hipotesis nol diterima.
Tabel 3.19
Deskripsi Hasil Uji Validitas Tes Berfikir Logis
No Soal
Validitas No Soal
Validitas rxy Kriteria rxy Kriteria
1 0,459 Valid 8 0,722 Valid
2 0,461 Valid 9 0,722 Valid
3 0,159 Invalid 10 0,462 Valid
4 0,216 Invalid 11 0,586 Valid
5 0,405 Valid 12 0,443 Valid
6 0,466 Valid 13 0,418 Valid
7 0,594 Valid 14 0,471 Valid
Catatan: rtab (a=5%) = 0,32 dan dk=22
Dengan demikian butir tes nomor 3 dan 4 dikategorikan tidak valid
sehingga tidak layak digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan
berpikir logis siswa. Walaupun kedua butir tes tersebut digugurkan, tidak
mempengaruhi aspek yang dinilai karena masih terdapat soal lain yang mengukur
aspek tersebut. Dengan demikian item tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berfikir logis siswa diambil dari butir tes yang valid.
Selanjutnya, uji reliabilitas tes dilakukan untuk mengetahui keampuhan
instrumen tes KBL ditinjau dari reliabelnya. Untuk mengukur reliabilitas tes
digunakan Cronbach-Alpha dan proses perhitungan dimuat pada Lampiran B.1
109
(hal 390). Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas tes r = 0,693.
Dengan demikian berdasarkan kriteria reliabilitas suatu tes, dengan nilai r = 0,693
instrumen tes yang dikembangkan memiliki tingkat reliabilitas sedang. Dari
pengembangan tes ini diperoleh naskah tes KBL yang telah teruji validitasnya
baik validitas konten dan kriterium. Hasil pengembangan tes KBL dapat dilihat
pada Lampiran A.2.
4. Angket Sikap
Angket sikap terhadap matematika berfungsi untuk menjaring pandangan
atau penilaian sampel penelitian terhadap matematika.Angket sikap yang
dikembangkan menggunakan skala Likert dari Fennema-Sherman diterjemahkan
oleh Ruseffendi (Ruseffendi, 1986) dengan modifikasi seperlunya. Angket ini
dikembangkan berdasarkan aspek-aspek dan kisi-kisi seperti yang termuat pada
Tabel 3.20.
Dari setiap indikator sikap disusun pernyataan yang terdiri dari pernyataan
positif dan negatif dengan jumlah yang bervariasi. Setiap pernyataan dilengkapi
dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS) berturut-turut 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan
positif dan sebaliknya 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan negatif.
Tabel 3.20 Kisi-kisi Pengembangan Angket Sikap Terhadap Matematika
Faktor Pembangun
Sikap
ASPEK SIKAP
INDIKATOR
Pengalaman Pengajaran Matematika di sekolah
Pengalaman yang berkaitan dengan materi matematika
Kepercayaan diri dalam belajar matematika Kecemasan dalam belajar matematika Kesenangan terhadap pelajaran matematika Ketekunan dalam belajar matematika
110
Kegunaan/pentingnya belajar matematika untuk pelajaran lain Kegunaan/pentingnya belajar matematika untuk kehidupan Keberhasilan dalam belajar matematika
Pengalaman yang berkaitan dengan suasana pembelajaran matematika dan fasilitas
Strategi pembelajaran yang diterapkan
Sarana dan prasarana belajar yang tersedia
Pengalaman: Informasi dari orang tua/ guru /teman
Informasi dari orang tua
Dorongan orang tua
Informasi dari Guru Dorongan guru
Untuk mendapatkan instrumen angket sikap yang memenuhi syarat
validitas isi dan validitas muka, maka naskah angket terlebih dahulu ditelaah atau
direview oleh validator. Rincian data hasil pertimbangan para validator dan
analisis validasi isi dan muka dapat dilihat pada Lampiran B.1 (hal 391).
Selanjutnya, hasil pertimbangan yang diberikan validator akan diuji
keseragamanya dengan menggunakan uji statistik Q-Cochran. Hasil analisis uji
keseragaman pertimbangan terhadap validitas isi pernyataan angket sikap dimuat
pada Lampiran B.1 (hal 393).
Dari hasil perhitungan analisis uji keseragaman penimbang terhadap
validitas tes, diperoleh Asymp.Sig = 0,584 yang lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian Ho diterima, sehingga disimpulkan ketiga penimbang memberikan
pertimbangan yang seragam terhadap isi setiap pernyataan angket sikap yang
dikembangkan. Hal ini mengindikasikan, dari aspek validitas isi, pernyataan
111
dalam angket yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur sikap
terhadap matematika.
Selanjutnya data pertimbangan oleh validator terhadap validasi muka,
kemudian diuji dengan menggunakan statistik Q-Cochran. Hasil analisis uji
keseragaman pertimbangan terhadap validitas muka pernyataan angket sikap
dimuat pada Lampiran B.1 (hal 394). Dari perhitungan uji Q-Cochran diperoleh
Asymp.Sig = 0,867 yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian H0 diterima,
sehingga disimpulkan bahwa ketiga penimbang memberikan pertimbangan yang
seragam terhadap setiap item pernyataan dalam angket yang dikembangkan.
Dengan demikian, dari aspek validitas muka, instrumen angket yang
dikembangkan layak digunakan untuk mengukur sikap terhadap matematika.
Sebelum digunakan dalam penelitian, angket sikap yang telah diuji
validitas terlebih dahulu diujicobakan secara terbatas kepada lima orang siswa
kelas VIII yang bukan kelas sampel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
keterbacaan pernyataan-pernyataan dalam angket yang dikembangkan. Setelah
direvisi sesuai dengan temuan pada ujicoba terbatas, maka angket tersebut ujicoba
pada sekompok sampel diluar sampel penelitian. Tujuan ujicoba ini adalah untuk
mengetahui ketetapan subyek dalam merespon pernyataan sikap terhadap
matematika.
Dari hasil ujicoba tersebut diperoleh data tentang skor angket siswa yang
dimuat pada Lampiran B.1 (hal 395). Kemudian dari data skor sikap siswa
diakukan uji validatas terhadap semua pernyataan angket sikap dengan uji
melakukan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir
112
soal dengan skor total, dengan bantuan komputer program SPSS 17. Hipotesis
yang diuji adalah Ho: tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor
butir item pernyataan dengan skor total, dengan kriteria pengujian Ho ditolak jika
rhit (rxy) ≥ rtab. Proses perhitungan analisis data dimuat pada Lampiran B.1 (hal
401) dan hasil perhitungan koefisien rxy dan kriteria validitas setiap butir tes
dimuat pada Tabel 3.21.
Tabel 3.21 Deskripsi Hasil Uji Reliabillitas Validitas Angket Sikap
No Soal
Validitas No Soal
Validitas rxy Kriteria rxy Kriteria
1 0.557 Valid 23 0,288 Invalid 2 0,481 Valid 24 0,631 Valid 3 0,373 Valid 25 0,559 Valid 4 0,508 Valid 26 0,558 Valid 5 0,473 Valid 27 0,447 Valid 6 0,463 Valid 28 0,471 Valid 7 0,424 Valid 29 0,425 Valid 8 0,506 Valid 30 0,428 Valid 9 0,571 Valid 31 0,409 Valid 10 0,427 Valid 32 0,515 Valid 11 0,428 Valid 33 0,340 Invalid 12 0,305 Invalid 34 0,346 Invalid 13 0,580 Valid 35 0,417 Valid 14 0,542 Valid 36 0,469 Valid 15 0,573 Valid 37 0,019 Invalid 16 0,220 Invalid 38 0,510 Valid 17 0,413 Valid 39 0,712 Valid 18 0,261 Invalid 40 0,463 Valid 19 0,419 Valid 41 0,642 Valid 20 0,455 Valid 42 0,451 Valid 21 0,435 Valid 43 0,073 Invalid 22 0,415 Valid 44 0,480 Valid
Catatan: rtab (a=5%) = 0,32 dan dk=22
Dari data yang dimuat pada Tabel 3.21 diperoleh informasi bahwa nilai
rhit (rxy ) untuk pernyataan nomor 12, 16, 18, 23, 33, 34, 37 dan 43 lebih kecil dari
113
rtab, sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kedelapan pernyataan tersebut tidak valid sehingga tidak layak digunakan sebagai
alat untuk mengukur sikap terhadap matematika. Walaupun kedelapan item
pernyataan tersebut digugurkan dari naskah angket sikap, namun tidak
mempengaruhi aspek yang diukur karena masih terdapat pernyataan lain yang
mengukur aspek yang sama. Dengan demikian item angket sikap yang digunakan
dalam mengukur sikap siswa terhadap matematika dalam penelitian ini diambil
dari item yang valid.
Selanjutnya dari uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha
(Cronbach Alpha) (Russeffendi, 1998) dengan bantuan komputer program SPSS
17 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,895. Hal ini menunjukkan reliabilitas
angket yang digunakan dikategorikan tinggi. Proses perhitungan uji reliabilitas
tersebut dimuat pada Lampiran B.1 (hal 402).Adapun hasil pengembangan angket
sikap terhadap matematika dapat dilihat pada Lampiran A.2.
E. Pengembangan Bahan Ajar
Mengacu pada tujuan utama penelitian yaitu untuk meningkatkan
kemampuan berpikir logis, kemampuan keruangan, dan sikap positif terhadap
matematika dengan menerapkan pendekatan PMR dan kelompok kecil.
Sehubungan dengan itu, maka perlu dirancang perangkat pembelajaran dan bahan
ajar yang didesain berdasarkan prinsip dan karakteristik pendekatan PMR yakni
menggunakan masalah kontekstual sebagai starting point, memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan kembali konsep dan aturan matematika
114
melalui aktivitas siswa memecahkan masalah-masalah kontekstual. Sedangkan
peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang senantiasa memfasilitasi setiap
perkembangan yang terjadi pada diri siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
Selain memperhatikan karakteristik pendekatan PMR, pengembangan
perangkat pembelajaran juga harus mempertimbangkan tuntutan standar isi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut maka prosedur pengembangan bahan ajar mengacu pada standar
pengembangan bahan ajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI),
yaitu:
1. Bahan ajar yang disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa
dan membantu siswa belajar matematika. 3. Bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang saling terkait
sehingga siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan utuh.
4. Bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasikan perbedaan cara dan kemampuan berpikir siswa.
5. Bahan ajar dirumuskan/disajikan sedemikian sehingga mendorong atau memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif, serta berinteraksi dalam belajar ( Hadi, 2009)
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Satuan
Pembelajaran (SP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS). Satuan Pembelajaran yang
dikembangkan terdiri atas 7 kali tatap muka berikut dengan LAS. Pengembangan
SP mengacu pada tahapan pembelajaran yang telah diuraikan dalam bab II,
dimana secara umum dibagi atas tiga tahap kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran pada tahap pertama adalah pendahuluan, yang bertujuan untuk
115
mempersiapkan siswa memulai pembelajaran. Tahap ketiga adalah kegiatan inti,
dimana dalam tahap ini siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan
menggunakan LAS menyelesaikan masalah-masalah kontekstual yang diberikan.
Kegiatan akhir pembelajaran, diisi dengan aktivitas guru memfasilitasi siswa
membuat intisari materi yang dipelajari, melakukan post tes dan memberikan
tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah.
Lembar Aktivitas Siswa yang dikembangkan memuat: (1) deskripsi situasi
atau permasalahan yang harus diselesaikan siswa melalui kegiatan kelompok; (2)
tugas-tugas terbimbing (terstruktur) yang berangsur-angsur menuju tugas-tugas
yang tidak terbimbing; (3) deskripsi tugas yang diselesaikan siswa dalam kegiatan
kelompok adalah masalah kontekstual yang mengembangkan kemampuan
keruangan dan berfikir logis siswa; (4) soal-soal yang mengukur kemampuan
keruangan dan berfikir logis yang dibuat dalam sesi latihan. Komponen perangkat
pembelajaran yang menjadi pedoman pengelolaan pembelajaran oleh guru adalah
SP yang dilengkapi alternatif pembahasan masalah yang dimuat pada LAS, dan
soal-soal tugas rumah siswa.
Untuk mengetahui keterpakaian SP dan LAS yang dikembangkan, dilakukan
uji coba pada sekolah dan kelas dengan kategori peringkat sedang yang bukan
sampel penelitian. Pemilihan sasaran uji coba terbatas pada kelompok siswa dari
kelas dan sekolah peringkat sedang, didasarkan pada pertimbangan bahwa siswa
pada kelompok ini lebih dapat mewakili kelompok siswa pada sekolah peringkat
tinggi maupun rendah. Di samping itu, tujuan dari uji coba terbatas ini bukan pada
116
hasil pembelajaran tetapi lebih menekankan pada pengujian kehandalan perangkat
dan bahan pembelajaran.
Beberapa aspek yang ingin dilihat atau diamati pada tahap uji coba antara
lain: (1) kemampuan peneliti sebagai guru dalam melaksanakan pengelolaan
pembelajaran berdasarkan SP yang dibuat; (2) kesesuaian alokasi waktu dalam SP
dan LAS; (3) ketepatan masalahan kontekstual yang dimuat dalam LAS dan ruang
lingkup masalah yang harus diselesaikan siswa; (4) keterbacaan atau ketepatan
penggunaan bahasa bagi guru (untuk SP) maupun bagi siswa (untuk LAS). (5)
kesesuaian SP dan LAS dengan prinsip dan karakteristik pembelajaran
matematika realistik; (6) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran; dan (7)
ketepatan alat peraga atau media pembelajaran dilihat dari prinsip dan
karakteristik PMR, topik yang dipelajari, dan kemampuan siswa dalam
memanipulasinya.
Berdasarkan uji coba terbatas ini terdapat beberapa kelemahan dalam SP dan
LAS yang berhasil diidentifikasi, diantaranya adalah istilah yang gunakan kurang
jelas, seperti matematika formal, membuat model, dan beberapa istilah dalam
pembelajaran matematika realistik lainnya. Berdasarkan temuan ini, peneliti
melakukan perbaikan atau revisi terhadap beberapa komponen dari SP. Sedangan
dalam LAS secara umum kelemahannya pada keterbacaan dan beberapa
kalimat/kata yang kurang efektif. Kelemahan lain dalam LAS adalah pengajuan
sebuah masalah kontekstual yang memuat beberapa pertanyaan, sehingga sangat
menyulitkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Sehubungan dengan hal
ini, peneliti mempartisi pertanyaan-pertanyaan tersebut kedalam beberapa
117
masalah kontekstual yang sejenis sehingga setiap masalah kontekstual yang
diajukan hanya memuat sebuah pertanyaan. Hasil pengembangan SP dan LAS
dimuat pada Lampiran A.1.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari skor kemampuan keruangan, kemampuan berfikir
logis, dan sikap positif terhadap matematika dikelompokkan berdasarkan
pendekatan yang digunakan yakni pendekatan PMR dan PMB serta kelompok
pengetahuan awal matematika siswa (tinggi, sedang rendah). Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis data kualitatif dan analisis data
kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil dokumen
siswa, yaitu berupa tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan.
Tujuan analisis kualitatif ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan
siswa (kelompok eksperimen) terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka alami
selama mengikuti pembelajaran. Disamping itu, data ini juga dimanfaatkan
sebagai pelengkap dalam menganalisis dan menginterpretasi sikap yang mereka
tunjukkan terhadap matematika setelah mengikuti pembelajaran.
Pengelolaan data ketiga variabel terikat yang berhasil dikumpulkan
diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar
dalam pengujian hipotesis, yakni uji normalitas dan uji homogenitas varians data
baik terhadap bagian-bagiannya maupun secara keseluruhan. Selanjutnya untuk
menguji hipotesis penelitian digunakan uji t, uji ANAVA satu dan dua jalur yang
disesuaikan dengan masalaha. Seluruh perhitungan statistik menggunakan
118
bantuan program komputer SPSS-17 for Windows. Tabel 3.22 menunjukkan
keterkaitan permasalahan, hipotesis, dan jenis uji statistik.
Tabel 3.22 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis, dan Jenis Uji Statistik
No Rumusan Masalah Hipotesis Jenis Uji Statistik
1
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan keruangan antara siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan PMR dan kelompok kecil dengan PMB, ditinjau dari: a. keseluruhan siswa H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠µPMR Uji t
b. setiap level pengetahauan awal matematika
H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠ µPMR Uji t
c. setiap level kemampuan berpikir logis
H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠ µPMR Uji t
d. jenis kelamin H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠ µPMR Uji t
2 Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan keruangan siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan PMR dan kelompok kecil ditinjau dari:
a. antar level pengetahuan awal matematika
H0: µLT=µLS =µLR
H1: ada µi ≠ µj ≠ µk, i ≠ j ≠ k
Anava Satu Jalur
b. antar level kemampuan berpikir logis
H0: µLT=µLS =µLR
H1: ada µi ≠ µj ≠ µk, i ≠ j ≠ k
Anava Satu Jalur
c. jenis kelamin H0: µLL=µPR
H1: µLL≠ µPR Uji t
3 Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan: a. pengetahuan awal matematika
terhadap peningkatan kemampuan keruangan siswa.
H0: tidak ada interaksi H1: ada interaksi Anava
dua jalur
b. kemampuan berpikir logis terhadap peningkatan kemampuan keruangan siswa,
H0: tidak ada interaksi H1: ada interaksi
Anava dua jalur
c. dengan jenis kelamin, terhadap peningkatan kemampuan keruangan siswa.
H0: tidak ada interaksi H1: ada interaksi Anava
dua jalur
4
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berfikir logis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan PMR dan kelompok kecil dengan PMB ditinjau dari:
a. keseluruhan siswa H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠µPMR Uji t
b. setiap level pengetahuan awal matematika
H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠µPMR
Uji t
119
No Rumusan Masalah Hipotesis Jenis Uji Statistik
5.
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berfikir logis siswa yang pembelajarannya menggunakan PMR dan kelompok kecil antar level pengetahuan awal matematika.
H0: µLT=µLS =µLR
H1: ada µi ≠ µj ≠ µk, i ≠ j ≠ k
Anava Satu Jalur
6 Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal matematika terhadap peningkatan kemampuan berfikir logis siswa.
H0: tidak ada interaksi H1: ada interaksi
Anava dua jalur
7 Apakah terdapat perbedaan peningkatan sikap positif siswa antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan PMR dan kelompok kecil dengan PMB ditinjau dari: a. keseluruhan siswa; H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠µPMR
Uji t
b. setiap pengetahuan awal matematika H0: µPMB = µPMR
H1: µPMB ≠µPMR
Uji t
8
Apakah terdapat perbedaan peningkatan sikap positif siswa antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan PMR dan kelompok kecil antar level pengetahuan awal matematika.
H0: µLT=µLS =µLR
H1: ada µi ≠ µj ≠ µk, i ≠ j ≠ k
Anava Satu Jalur
9
Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan pengetahuan awal matematika terhadap peningkatan sikap positif siswa terhadap matematika?
H0: tidak ada interaksi H1: ada interaksi
Anava dua jalur
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dikelola dengan menerapkan Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR) pada kelas eksprimen, dan pendekatan Pembelajaran
Matematika Biasa (PMB) sebagai perlakuan pada kelas kontrol. Sebagai
gambaran paedagogik yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan pada Tabel 3.23
120
Tabel 3.23
Perbandingan Model Paedagogik Kelas Eksprimen dan Kontrol
No. Kelas Eksprimen Kelas Kontrol.
1.
2.
3. 4
Materi ajar yang dirancang harus
diselesaikan oleh siswa dalam kelompok
kecil. Melalui diskusi antar anggota
kelompok siswa membangun pengalaman
belajarnya melalui proses matematisasi.
Guru berperan sebagai fasilitator, mediator,
dan partner dengan menyajikan berbagai
masalah kontekstual, serta melakukan
negosiasi secara eksplisit, intervensi,
kooperatif, penjelasan, pembenaran setuju
dan tidak setuju, pertanyaan atau refleksi
dan evaluasi.
Siswa berperan sebagai peserta yang aktif.
Kontribusi dalam proses pembelajaran
diharapkan datang dari siswa sendiri
dengan memproduksi dan mengkonstruksi
sendiri model secara bebas.
Interaksi dalam kegiatan pembelajaran
bersifat multi arah
Materi ajar diterima siswa melalui
penjelasan guru, membahas contoh
soal dan diakhiri dengan latihan dan
membahas latihan sebagai koreksi
terhadap hasil latihan siswa.
Guru sebagai pengajar,
menjelaskan materi kepada sisiwa
memberikan latihan dan mem
bimbing siswa dalam pembahasan
latihan yang diberikan guru.
Interaksi dalam kegiatan
pembelajaran bersifat satu atau dua
arah. Kontribusi siswa dalam
membangun pengalamannya
tergantung pada kesempatan yang
diberikan guru.
Secara singkat, berikut diuraikan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik:
Pendahuluan:
(a) Guru mengkondisikan kelas dengan mempersiapkan sarana dan prasarana
belajar seperti LKS dan alat atau media yang digunakan.
121
(b) Motivasi siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegunaan
mempelajari materi.
(c) Melakukan apersepsi.
Kegiatan Inti:
(a) Guru menyampaikan masalah kontekstual yang dimuat dalam LAS
(b) Siswa diminta, memahami dan menyelesaikan masalah kontekstual pada
LAS dengan cara berdiskusi dengan anggota kelompokknya.
(c) Selama siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan tugas-tugasnya,
guru memantau dan melakukan negosiasi secara eksplisit, intervensi
kooperatif, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau
refleksi dan evaluasi bagi siswa yang mengalami kesulitan.
(d) Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas-tugasnya (sesuai dengan
waktu yang ditetapkan) guru meminta siswa mempresentasikan hasil
kerjanya. Guru memberi kesempatan dan membimbing siswa untuk
menemukan model of dan madel for dari masalah kontekstual.
(e) Mengarahkan diskusi siswa tentang model of dan model for.
(f) Guru memberikan beberapa soal pelatihan untuk memantapkan
pengalaman belajar siswa.
Penutup:
(a) Membimbing siswa merumuskan hasil diskusi sekaligus membuat intisari materi yang dibahas.
(b) Memberikan tugas rumah untuk soal-soal yang belum sempat dibahas di rumah.
H. Prosedur Penelitian
Secara umum tahapan kegiatan penelitian ini dibagi atas empat tahap
yakni: tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data dan pelaporan. Pada tahap
persiapan kegiatan penelitian meliputi: (1) menetapkan populasi dan sampel
penelitian; (2) mempersiapkan draft instrumen, perangkat pembelajaran dan bahan
122
ajar; (3) validasi instrumen, perangkat pembelajaran dan bahan ajar oleh orang
yang dipandang pakar dan uji keseragaman isi dan muka; (4) melakukan uji coba
instrumen, perangkat pembelajaran dan bahan ajar, dan dilanjutkan dengan uji
validitas dan reliabilitas instrumen; (5) melakukan revisi instrumen, perangkat
pembelajaran dan bahan ajar.
Dalam tahap pelaksanaan eksperimen dilakukan kegiatan berikut ini.
1. Melaksanakan pretes tentang kemampuan keruangan, kemampuan berfikir
logis dan pengukuran sikap terhadap matematika sampel penelitian.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
PMR pada kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa (konvensional)
pada kelompok kontrol pada sampel penelitian.
3. Melaksanakan postes yang berupa tes kemampuan keruangan, tes berpikir
logis dan pengisian angket untuk mengukur sikap terhadap matematika
untuk semua sampel penelitian.
4. Mengadministrasikan seluruh data yang diperoleh selama proses penelitian
hingga siap dilakukan analisis data.
5. Mengumpulkan tanggapan siswa kelompok eksperimen berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti selama pemberian perlakuan.
Secara singkat rangkaian kegiatan penelitian dapat digambarkan seperti
termuat pada bagan berikut.
123
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
Pendekatan RME
Temuan
Kesimpulan & Rekomendasi
Analisa Data
Pendekatan Biasa
Studi Pendahuluan: Identifikasi dan perumusan Masalah
Studi Literatur, dll
Kelas Eksprimen
Pengembangan Instrumen Penelitian dan Ujicoba
Penetapan Subyek Penelitian
Kelas Kontrol
Pre Tes Pre Tes
Post Tes, Angket Sikap dan Tanggapan Terhadap Pembelajaran
Data: Kemampuan Keruangan, Kemampuan Berpikir Logis, Skor Sikap dan Tanggapan Terhadap Pembelajaran
Pendekatan Biasa
124
Tabel 3.3 Uji Kekonsistenan Urutan Rangking SMPN se-Kabupaten Siak
Tahun Pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010
N Mean Rank Sum of Ranks
RANGKING_2008
RANGKING_2009
Negative Ranks 16(a) 16,18 327,00
Positive Ranks 18(b) 18,43 429,00
Ties 1(c)
Total 34
Test Statistics(b)
RANGKING_2009 - RANGKING_2008
Z -0,321(a)
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,357
Ho: tidak terdapat perbedaan urutan rangking antara tahun 2008 dengan 2009
dan rangkuman dimuat pada Tabel 3.16
Tabel 3.16
Hasil Uji Pertimbangan Validasi Muka Butir Soal Tes PAM
N 4 Cochran's Q 2,714a df 3 Asymp. Sig. 0,438
a. 1 is treated as a success
125
dan rangkuman hasilnya dimuat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Hasil Uji Pertimbangan Validasi Isi Butir Soal PAM
N 3
Cochran's Q 0,667a
df 2
Asymp. Sig. 0,881 a. 1 is treated as a success
dan rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19
Uji Keseragaman Pertimbangan Terhadap Validitas Isi
Soal Tes Kemampuan Keruangan
N 29 Cochran’s Q ,167a
df 2 Asymp. Sig. 0,920
a. 1 is treated as a success
dan rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 3.20.
Tabel 3.20
Uji Keseragaman Pertimbangan terhadap Validitas Muka Soal Tes Kemampuan Keruangan
N 29 Cochran’s Q ,286a
df 2 Asymp. Sig. 0,867
a. 1 is treated as a success
, dan rangkuman hasilnya dimuat pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24
Uji Keseragaman Pertimbangan terhadap Validitas Isi
Soal Tes Berfikir Logis.
N 14
126
Cochran’s Q 1,000a
df 2 Asymp. Sig. 0,607
a. 1 is treated as a success
, dan rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 3.25.
Tabel 3.25 Uji Keseragaman Pertimbangan terhadap
Validitas Muka Soal Tes Kemampuan Berfikir Logis
N 14 Cochran’s Q 0,474a
df 2 Asymp. Sig. 0,386
a. 1 is treated as a success
dan rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 3.28.
Tabel 3.28 Uji Keseragaman Pertimbangan Terhadap Validitas Isi
Pernyataan Angket Sikap Terhadap Matematika
N 44 Cochran’s Q 1,077a
df 2 Asymp. Sig. 0,584
a. 1 is treated as a success
dan rangkuman hasilnya disajikan pada Tabel 3.21.
Tabel 3.21
Uji Keseragaman Pertimbangan terhadap
Validitas Muka Soal Tes Kemampuan Berfikir Logis
N 44 Cochran’s Q 0,268a
df 2 Asymp. Sig. 0,867