BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup...
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah hubungan antara pelaksanaan
audit management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
Pilihan pelaksanaan audit management sebagai salah satu variabel penelitian
mengingat pentingnya pelaksanaan audit management tersebut dalam suatu
perusahaan sehingga bisa membantu manajemen dalam mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) kota Bogor yang berlokasi di Jl. Siliwangi No.
121 Bogor. Waktu penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober
hingga November tahun 2008.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif yaitu
bidang ilmu statistika yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan,
dan penyajian data suatu penelitian (Wahyono, 2008: 69). Sedangkan jenis
penelitian deskriptif yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
studi kasus. Penelitian deskriptif jenis studi kasus adalah penelitian tentang
status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas
dari keseluruhan personalitas.
55
Data yang diperoleh selama penelitian ini diolah, dianalisis, dan
diproses lebih lanjut. Analisisnya dilakukan melalui pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis. Langkah
pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan populasi
dan sampel, operasionalisasi variabel, rancangan
pengujian hipotesis, dan teknik pengumpulan
data.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel
non probabilitas, yang dilakukan berdasarkan tujuan (purposive sampling),
yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu. Hal tersebut
dikarenakan penelitian untuk meneliti hubungan pelaksanaan audit
management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan periode
tahun 2003-2007, maka sampel yang dipilih sebanyak lima tahun.
C. Metode Analisis
Data yang di analisis adalah data-data dari tahun 2003-2007 yang
berhubungan dengan pelaksanaan audit management dan anggaran
pendapatan, khususnya pendapatan usaha di Perusahaan Daerah Air Minum
kota Bogor. Data yang dianalisis diperoleh hasil wawancara, dokumentasi, dan
kuesioner. Responden harus menjelaskan keadaan tahun 2003-2007, dimana
terdapat kemungkinan jawaban responden kurang akurat dalam menjelaskan
keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan data yang
diteliti ada kemungkinannya sudah tidak lengkap lagi tersimpan.
1. Uji Kualitas Data
Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel yang diteliti,
diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan,
agar kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak memberikan
gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk itu
perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Normalitas data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Metode statistik yang digunakan adalah uji
korelasi rank Spearmen. Dengan melihat nilai signifikani yang telah
dihasilkan dengan yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Jika nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari nilai signifikansi yang
ditetapkan sebesar 0,05 hal ini berarti data normal atau sebaliknya
(Ghozali, 2005).
b. Uji validitas data
Uji validitas data dilakukan untuk melihat suatu butir dari pertanyaan
yang terdapat dalam kuesioner yang telah dibagikan memenuhi syarat
penelitian atau tidak. Suatu angket dikatakan valid jika pertanyaan
pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh angket terbut (Singgih Santoso, 2001). Bila ada suatu
pertanyaan yang tidak memenuhi syarat, maka pertanyaan tersebut
tidak akan dianalisis lebih lanjut.
57
Analisis ini melihat angka korelasi antara masing-masing
item/pertanyaan dengan totalnya. Koefisien korelasi yang digunakan
adalah koefisien korelasi rank Spearman. Setelah hasil perhitungan
diperoleh, maka yang diambil adalah yang menghasilkan nilai
koefisien yang positif serta dengan ketentuan diatas 0,30 (Kaplan-
Saccuzo, 1993). Sedangkan yang bernilai negatif tidak dipergunakan
lagi untuk penelitian lebih lanjut, artinya butir tersebut gugur.
c. Uji Reliabilitas
Realiabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Tinggi
rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut koefiseien reliabilitas.
Seperti halnya uji validitas, untuk mengukur reliabilitas pun digunakan
bantuan program SPSS 15.0 for windows. Sedangkan koefisien
reliabilitas yang digunakan adalah koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach. Dimana disarankan bahwa koefisien reliabilitas antara 0,7 -
0,8 cukup baik untuk tujuan penelitian dasar (Kaplan-Saccuzo, 1993).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang peneliti lakukan dengan menggunakan tes
statistik non parametrik, karena teknik ini sangat sesuai untuk penonton
yang dilakukan dalam bidang ilmu-ilmu sosial. Teknik pengujian hipotesis
tersebut dapat digunakan untuk skor non eksak dalam pengertian
58
keangkaan, melainkan berbagai jenjang-jenjang (rank). Serta sesuai
dengan pengujian sampel yang berukuran kecil.
Berdasarkan jenis skala yang digunakan untuk mengukur kedua
variabel tersebut adalah skala ordinal, maka penulis melakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan
model matematis sebagai berikut:
a. Jika tidak ada ranking kembar
Dimana :
rs = koefisien korelasi rank Spearman
di = selisih ranking yang dibuat untuk kelompok x dan y
n = banyaknya sampel
b. Jika ada ranking kembar
Dengan ketentuan :
59
Dimana :
T = faktor koreksi
t = banyaknya suatu observasi yang memiliki skor yang sama pada
suatu ranking tertentu
Besarnya koefisien korelasi adalah -1 < rs < 1, apabila rs = +1 atau
mendekati +1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel
X dengan variabel Y, serta mempunyai hubungan yang searah. Apabila rs
= 0 atau mendekati nol berarti hubungan antara variabel X dan variabel Y
lemah atau tdak ada hubungan sama sekali.
3. Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan adalah σ = 0.05 yang
merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam penelitian
ilmu-ilmu sosial. Selain itu, dapat dinilai cukup ketat untuk mewakili
hubungan antara kedua variabel.
4. Kriteria pengambilan keputusan
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis nol
dilakukan dengan menguji koefisien korelasi rank spearmen dengan
membandingkan nilai antara t hitung dengan t tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jika thitung <_ ttabel dimana α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika thitung > ttabel dimana α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Untuk menguji signifikansi suatu koefisien korelasi rs yang
dihasilkan, maka diuji dengan uji t (satu pihak):
60
t = rs n - 2
1 - rs2
dimana :
rs = rank spearman
n = jumlah sampel
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi
ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Lapangan
Merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer.
Data tersebut diperoleh dengan cara melakukan:
1) Observasi.
2) Wawancara.
3) Kuesioner.
4) Pengumpulan data-data yang bersumber dari dokumen dan catatan
perusahaan.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu suatu teknik yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data
dengan cara mencari dan membaca buku-buku, diktat-diktat yang
berhubungan dengan objek penelitian atau masalah yang diteliti.
61
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
pelaksanaan audit management sebagai variabel independen (variabel X) dan
efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan sebagai variabel dependen
(variabel Y). Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel:
1. Variabel Independen (Pelaksanaan Audit Management)
Pelaksanaan audit management diukur dengan menggunakan
kuesioner yang diberikan kepada responden yang berhubungan dan
bertanggungjawab dalam pelaksanaan audit management. Teknik
pengukuran yang digunakan untuk mengubah data-data kualitatif yang
diperoleh dari jawaban kuesioner menjadi suatu ukuran data kuantitatif
adalah summated ratings method atau skala likert yang merupakan suatu
pengukuran dengan skala ordinal. Alasan penggunaan teknik ini adalah
karena penggunaannya tidak menuntut penggunaan kategori dan subjek
yang diukur tidak terbatas terbatas kepada dua alternatif jawaban saja.
Hasil kuesioner selanjutnya dinilai dengan jalan merangkingnya. Adapun
skor bagi penilaian variabel independen (X) tersebut dihitung dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Sangat baik = 4
2) Baik = 3
3) Cukup baik = 2
4) Tidak baik = 1
62
Hasil alternatif jawaban dari kuesioner:
Jawaban a, skor yang diperoleh = 4
Jawaban b, skor yang diperoleh = 3
Jawaban c, skor yang diperoleh = 2
Jawaban d, skor yang diperoleh = 1
Untuk lebih jelasnya, baik mengenai variabel, dimensi, indikator,
skala pengukuran dari variabel dependen (X) dapat dilihat pada tabel
berikut:
63
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Independen (X)
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Nomor
Kuesioner
Pelaksanaan
Audit
Management
Perencanaan
Program Kerja Pelaksanaan
Kerja
Lapangan
Pengembangan
Temuan Audit
dan
Rekomendasi
−Dilakukan wawancara dengan
para pimpinan dan
karyawan.
−Adanya review terhadap data
organisasi.
−Adanya review terhadap data
keuangan.
−Adanya review terhadap kebijakan dan prosedur
perusahaan.
−Adanya review terhadap
laporan manajemen.
−Dilakukan pemeriksaan fisik.
−Perencanaan waktu.
−Penugasan staf auditor. O
−Adanya batas waktu
penyelesaian dan pembuatan R laporan.
−Perencanaan biaya. D
I
−Kesesuaian dengan rencana.
−Pemeriksaan secara detail. N −Adanya analisis atas informasi.
−Adanya evaluasi atas kegiatan A pemeriksaan.
−Adanya analisis atas temuan L
audit yang meliputi:
pernyataan kondisi, kriteria,
sebab, dan akibat.
−Rekomendasi.
1 s/d 8
9 s/d 14
15 s/d 18
19 s/d 23
Pelaporan
(Sumber: Rob Reider, 2002)
−Terdapatnya laporan atas
temuan pemeriksaan.
−Penyajian laporan sesuai
dengan tatacara pelaporan.
−Laporan dirancang sesuai
dengan permasalahan dan
temuan pemeriksaan.
24 s/d 28
64
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Dependen (Y)
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Efektivitas
Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan
Evaluasi Perbandingan antara realisasi
anggaran pendapatan dengan
anggaran pendapatan
Ordinal
(Sumber: A. Rodi Kartamulja, 2001)
2. Variabel Dependen (Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan)
Efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan adalah variabel yang
dipengaruhi oleh pelaksanaan audit management. Variabel ini diukur dari
dimensi evaluasi pelaksanaan anggaran yang indikatornya adalah
perbandingan antara realisasi anggaran pendapatan dengan anggaran
pendapatan. Dengan demikian, data yang di peroleh merupakan data rasio.
Data rasio dapat dipandang sebagai data interval dimana data interval
dapat diordinalkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data rasio dapat
dipandang juga sebagai data ordinal (Suharsimi Arikunto, 2003: 362).
Hasil dari perbandingan antara realisasi dengan anggaran
pendapatan ini akan di ranking dari angka terbesar sampai yang terkecil.
Oleh karena itu, skala yang digunakan adalah skala ordinal. Skala ordinal
adalah tingkatan ukuran yang memungkinkan penelitian untuk
mengurutkan tingkatan paling tinggi ketingkatan paling rendah. Untuk
lebih jelasnya, baik mengenai variabel, dimensi, indikator, skala
pengukuran dari variabel dependen (X) dapat dilihat pada tabel 3.2
65
3. Penetapan hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan
terdapat tidaknya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis tentang
tidak terdapatnya hubungan antara variabel dependen, sedangkan
hipotesis alternatif (H1) yang juga merupakan hipotesis
penelitian adalah hipotesis tentang terdapatnya hubungan antara
kedua variabel tersebut. Penetapan hipotesis selanjutnya adalah
sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan audit management
dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
H1: Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
pelaksanaan audit management dengan
efektivitas pelaksanaan anggaran
pendapatan.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Pendirian PDAM Kota Bogor
Kota Bogor yang dahulu dikenal dengan sebutan BUITENZORG
telah mempunyai sistem pelayanan air minum sejak tahun 1918 yang
dibangun oleh Pemerintah Belanda saat itu, dengan nama Gemente
Waterleiding Buitenzorg, dengan memanfaatkan sumber mata air Kota
Batu yang berkapasitas 70 liter/detik.
Dari tahun ke tahun, pelayanan air minum di Kota Bogor
mengalami banyak perkembangan sesuai dengan kebutuhan penduduknya.
Pada tahun 1930-1950, dilakukan penambahan kapasitas air sebanyak 30
liter/detik, yang berasal dari mata air Ciburial milik PAM Jaya. Pada tahun
1996, jumlah pelanggan ± 7000 sambungan langganan dengan tingkat
kehilangan air mencapai 50 %. Kehilangan air yang cukup besar tersebut
diakibatkan oleh kurang baiknya pipa dinas (sebelum meter air) dan
kondisi pipa distribusi yang sudah tua. Sesuai dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan kota, mulai dirasakan adanya kekurangan air
minum.
Menindaklanjuti kondisi tersebut, Departemen PUTL segera
melakukan survey dan perencanaan-perencanaan strategis untuk
meningkatkan pelayanan dan pengembangan. Untuk mengatasi kebutuhan
jangka pendek, mulai tahun 1967 departemen PUTL merencanakan
67
penambahan kapasitas air dari mata air Bantar Kambing melalui Reservoir
Cipaku.
Mengingat besarnya investasi yang diperlukan untuk pemasangan
pipa transmisi dari mata air Bantar Kambing ke Reservoir Cipaku,
pemerintah pusat mengusahakan bantuan dari luar negeri. Pada tahun 1970
berhasil diperoleh bantuan berupa hibah (grant) dari Pemerintahan
Australia, yang dikenal dengan proyek Colombo Plan. Bantuan dari
Pemerintahan Australia tersebut, selain dalam bentuk pipa dan
aksesorisnya, juga termasuk fiasibility study, perencanaan, dan supervisi,
yang dilakukan oleh Vallentine Laurie & Davies Consulting Engineers
dari Sydney Australia.
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bogor disingkat PDAM Kota
Bogor, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1977 tanggal
31 Maret 1977, kemudian disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur
Jawa Barat No. 300/HK.011/SK/1977 tanggal 5 Juli 1977. Sejak
diberlakukannya Perda No. 5 Tahun 1977, status perusahaan berbentuk
badan hukum, dimana sebelum dialihkan menjadi perusahaan daerah,
status perusahaan air minum semula adalah sebagai dinas daerah. Modal
dasar perusahaan terdiri atas kekayaan daerah yang berasal dari seluruh
kekayaan perusahaan air minum pada waktu kedudukannya sebagai dinas
daerah dan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
68
Modal perusahaan sesuai neraca pembukuan PDAM Kodya Dt. II
Bogor hasil audit akuntansi negara (Kanwil III DJPKN Bandung) per 1
April 1977 keseluruhannya berjumlah Rp. 3.075.358.562,63 yang terdiri
dari :
Eks Modal Pemda = Rp. 518.176.260,19
Eks Modal Pemerintah Pusat = Rp. 1.048.922.301,44
Eks Bantuan Australia = Rp. 1.508.260.000,00
Sampai dengan 31 Agustus 1982, tercatat 18.310 sambungan
langsung. Dengan memanfaaatkan sumber air Kota Batu, Tangkil dan
Bantar Kambing, yang terdiri dari
Kota Batu = 70 liter/detik
Tangkil = 170 liter/detik
Bantar Kambing
= 170
liter/detik
Total Kapasitas
= 410
liter/detik
2. Perkembangan Usaha
a. Pemanfaatan Air Permukaan
Sejalan dengan pertumbuhan kota dan pertambahan penduduk,
permintaan akan air bersih terus meningkat. Di satu sisi kapasitas air yang
tersedia yang berasal dari mata air sudah dimanfaatkan secara maksimal.
Sesuai dengan hasil studi kelayakan, manajemen memutuskan untuk
memulai memanfaatkan sumber air baku dari air permukaan.
69
Pada tahun 1988, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan sistem
pengolahan secara lengkap dengan kapasitas 120 liter/detik mulai
beroperasi. Instalasi atau Water Treatment Plant yang berlokasi di Cipaku
tersebut, memanfaatkan sumber air baku dari sungai Cisadane, Instalasi
Pengolahan Cipaku ini dibangun dengan biaya ± Rp. 1,2 milyar yang
berasal dari dana sendiri. Tahun 1994, Instalasi Cipaku ditingkatkan
kapasitasnya menjadi 180 liter/detik. Penambahan kapasitas produksi
didapat dari pembangunan instalasi 60 liter/detik ditambah IPA 120
liter/detik (IPA existing).
b. Era Proyek P3KT
Proyek ini dimulai dari Bank Pembangunan Asia (ADB), proyek
P3KT mencakup pekerjaan :
1) Pembangunan DAM (Intake Ciherang Pondok), kapasitas 2000
liter/detik dan baru dimanfaatkan ± 650 liter/detik.
2) Pemasangan pipa transmisi air baku Æ 1000 mm dan Æ 700 mm
sepanjang 5.540 meter.
3) Pembangunan WTP (Water Treatment Plant) di daerah Dekeng
dengan kapasitas 400 liter/detik.
4) Pemasangan pipa transmisi air bersih Æ 1000 mm dan Æ 600 mm
sepanjang 4.687 meter.
5) Pembangunan Reservoar Pajajaran dengan kapasitas 12.000 m3.
6) Pemasangan pipa distribusi sepanjang 32.043 meter.
70
7) Pemasangan pipa retikulasi Æ 63 mm dan Æ 200 mm sepanjang
98.000 meter.
8) Pengadaan 9.500 meter air.
Dengan selesainya 100 % proyek P3KT, ditandai dengan
beroperasinya IPA/WTP Dekeng tanggal 17 Agustus 1997, PDAM Kota
Bogor memiliki idle capacity yang cukup besar, sehingga Instalasi Cipaku
diistirahatkan/standby untuk beberapa waktu lamanya. Tahun 2002,
kondisi pelayanan mulai menurun akibat jumlah air yang tersedia sudah
seimbang dengan jumlah air yang digunakan/pemakaian. Untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, pada tahun 2003 dibangun
lagi IPA tahap berikutnya di Cipaku memiliki kapasitas 4 X 60 liter/detik
dan dapat dioperasikan sampai dengan kapasitas 300 liter/detik. Total
kapasitas produksi yang dimanfaatkan saat ini 1.167 liter/detik dengan
tingkat kebocoran/kehilangan air ± 30.19 %.
71
Tabel 4.1 Kapasitas Produksi
Kapasitas (liter/detik
No
Sumber Terpasang Dimanfaatkan
1
2
3
4
5
6
Mata Air Kota Baru
Mata Air Tangkil
Mata Air Bantar Kambing
WTP Cipaku
WTP Dekeng
WTP Tegl Gundil
70
170
170
240
400
20
67
163
101
308
528
-
TOTAL 1070 1167
(Sumber: PDAM Tirta Pakuan Bogor)
c. Kegiatan Usaha Perusahaan
Aktivitas perusahaan dari PDAM Kota Bogor sebagai mana
tertuang dalam peraturan pendiriannya adalah mengusahakan penyediaan
air bersih untuk kebutuhan masyarakat secara memadai, adil, merata
berkesinambungan. Disamping itu, harus dapat membiayai dirinya sendiri
serta mengembangkan pelayanannya, juga dapat memberikan sumbangan
kepada pemerintah daerah.
Tugas pokok PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah sebagai
berikut:
1) Memenuhi pendistribusian kebutuhan air minum masyarakat Kota
Bogor secara memadai, adil, dan merata serta berkesinambungan
yang memenuhi persyaratan untuk setiap jenis pemakai;
72
2) Memberikan air yang cukup pada setiap tempat dari sistim
penyediaan untuk mencegah kebakaran;
3) Mengkoordinasi pembangunan air minum yang diintegrasikan pada
aktivitas perkembangan ekonomi di daerah;
4) Menjadikan perusahaan daerah ini benar-benar menguntungkan
dan mampu mengembangkan diri sesuai tugas dan fungsi sehingga
menambah pendapatan daerah secara tidak langsung dan langsung;
5) Melakukan usaha-usaha pengembangan perusahaan daerah serta
mengusulkan dan mencari bantuan modal.
Untuk melaksanakan tugas pokok PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
mempunyai 2 fungsi yaitu:
1) Fungsi ekonomi
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sosial senantiasa dituntut
untuk meningkatkan kemampuan pelayanan dan memenuhi kewajiban-
kewajiban berdasarkan asas ekonomi perusahaan.
2) Fungsi sosial
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sosial yang memproduksi
air minum yang merupakan kebutuhan pokok manusia senantiasa
dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
dari semua golongan masyarakat dengan memberlakukan tarif air
minum yang disesuaikan dengan kondisi/fungsi tempat pelanggan dan
juga memberikan subsidi silang.
73
d. Visi dan Misi
Dalam menjalankan aktivitas usahanya Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bogor, Mempunyai visi dan Misi sebagai berikut:
1) Visi
Menjadi perusahaan terdepan di bidang pelayanan air minum
2) Misi
Memberikan kepuasan pelayanan air minum secara
berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan
yang ada dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat
dan berperan sebagai penunjang otonomidaerah serta
meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal.
e. Struktur Organisasi dan uraian Tugas
Struktur organisasi dan tata kerja PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
ditetapkan dengan surat keputusan Walikota Bogor No. 061/SK.32-
Hot/1990 dan diperbaharui dengan surat keputusan no. 061/SK.309-
Hot/1998 tentang susunan organisasi dan tata cara kerja PDAM Kota
Bogor, dan diperbaharui lagi dengan keputusan Walikota No. 51 tahun
2004, kemudian diperbaharui lagi dengan keputusan Walikota No. 2 Seri
D Tahun 2006 Peraturan Walikota Bogor No. 11 Tahun 2006.
Unsur-unsur organisasi pada PDAM kota Bogor terdiri dari:
1) Pimpinan yaitu Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama yang
dibantu oleh dua orang Direktur.
74
2) Pembantu pimpinan yaitu Kepala Satuan Pengawas Intern, Kepala
Pusat Pengolahan Data, Kepala Litbang, Tenaga Ahli, para Kepala
Bagian, dan para Kepala Sub. Bagian.
Sedangkan susunan organisasi yang terdapat di PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor adalah:
1) Direksi
Direksi adalah unsur pimpinan PDAM yang dalam pelaksanaan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab pada Walikota
melalui Badan Pengawas, mempuyai tugas:
a) Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM;
b) Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 4 (empat)
tahun dan tahunan;
c) Penyusunan program kerja tahunan dilakukan paling lama 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun buku;
d) Membina pegawai;
e) Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
f) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
g) Melaksanakan kegiatan teknik PDAM;
h) Mewakili PDAM baik di dalam maupun di luar pengadilan;
i) Menyampaikan laporan berkala (bulanan) mengenai seluruh
kegiatan termasuk laporan kegiatan tahunan hasil audit Akuntan
Negara/ Akuntan Publik disampaikan kepada Walikota melalului
Badan Pengawas.
75
Direksi terdiri dari:
1. Direktur Utama
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan,
membina, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
PDAM yang meliputi lingkup bidang teknik, bidang umum,
satuan pengawas intern, serta penelitan dan pengembangan dan
pengolahan data elektronik (PDE).
b. Rincian tugas
1) Merumuskan, menetapkan rencana kerja PDAM tahunan,
dan 4 (empat) tahunan.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengkoordinasikan, mengendalikan, dan membina
kegiatan bawahan.
4) Memotivasi bawahan dalam upaya peningkatkan
produktivitas dan pengembangan karir.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Merumuskan strategi PDAM dan menjalankan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas dalam
pelaksaan operasional perusahaan, sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
76
7) Menetapkan penjabaran dan peraturan, prosedur, dan atau
pedoman-pedoman yang mendukung terhadap pelaksanaan
di bidang teknik dan bidang administrasi umum.
8) Memberikan arahan kepada perangkat PDAM dalam
rangka pendayagunaan aparatur.
9) Mengkaji konsep naskah dinas hasil kerja bawahan.
10) Memaraf atau menandatangani konsep atau naskah dinas.
11) Mengambil inisiatif dalam penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian pegawai dan menentukan batas ganti rugi
dan sebagainya sesuai Peraturan Perundang-undangan.
2. Direktur Umum
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur dan mengkoordinasikan,
mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas lingkup
bagian keuangan, bagian sumber daya manusia, bagian hukum
dan humas serta bagian perlengkapan.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja tahunan dan 4 (empat) tahunan
lingkup Direktur Umum.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan.
77
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas kerja.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Mengkoreksi bahan penyusunan program dan petunjuk
teknis pelaksanaan tugas sub bagian, kegiatan pembinaan
bagian keuangan, bagian sumber daya manusia, bagian
hukum, dan humas serta bagian perlengkapan.
7) Menelaah dan mengkoreksi rencana anggaran biaya
tahunan dan bulanan, akuntansi, sumber daya manusia,
hukum, program pelayanan/usaha, perlengkapan.
8) Menyempurnakan dan menetapkan rencana/konsep naskah
dinas, keuangan, akuntansi, pelayanan/usaha, umum serta
sumber daya manusia, dan hukum sesuai dengan
kewenangannya.
9) Mengajukan alternatif serta menetapkan sumber-sumber
pembiayaan dengan syarat ringan kepada Direktur Utama
bila diperlukan.
10) Mengawasi dan menilai pengamanan terhadap seluruh
aktiva perusahaan, termasuk diantaranya pelaksanaan
penutupan asuransi terhadap aktiva perusahaan.
11) Memelihara hubungan koordinasi dengan Direktur Teknik
dalam menetapkan besarnya modal kerja perusahaan dan
penyusunan anggaran belanja perusahaan.
78
12) Memberikan persetujuan terhadap pesanan pembelian
dalam batas yang menjadi kewenangannya.
13) Membuat rencana pembelian barang dan jasa yang menjadi
kebutuhan PDAM baik yang menyangkut jumlah maupun
cara pengadaannya dengan Direktur Teknik.
14) Mengawasi penyelenggaraan akuntansi yang terbaru dan
akurat serta melakukan analisis atau penilaian terhadap
laporan yang dihasilkan untuk memberikan bahan informasi
kepada Direktur Utama dalam rangka pengambilan
keputusan yang tepat.
15) Memberikan saran-saran pertimbangan kepada Direktur
Utama tentang langkah-langkah atau tindakan yang perlu
diambil baik secara filosofis, yuridis, administratif maupun
teknis.
16) Memelihara hubungan baik dengan Bank atau lembaga
keuangan lain dan Pemerintah.
17) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.
18) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.
3. Kepala Bagian Keuangan
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengendalikan
pelaksanaan tugas bagian keuangan yang meliputi sub bagian
79
anggaran, sub bagian akuntansi, sub bagian rekening dan
penagihan, serta sub bagian kas.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja bagian keuangan.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan bawahan.
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Menganalisis dan mengawasi penerimaan, penggunaan, dan
penyimpanan dana PDAM termasuk alat-alat pembayaran
dan kertas berharga serta mengawasi dan memeriksa
penyelenggaraan kas besar dan kas kecil sesuai
kebijaksanaan dan ketentuan yang berlaku.
7) Mengatur tata administrasi atau naskah dinas yang
menyangkut sektor penerimaan, pembayaran, dan
penyusunan anggaran.
8) Menganalisis dan mengusulkan kebijaksanaan penyesuaian
tarif air minum.
9) Membuat laporan pelaksanaan tugas bagian keuangan.
10) Mengadakan penilaian dan koreksi terhadap penyusunan
dan pelaksanaan aggaran keuangan PDAM.
80
11) Mencari sumber dana yang menguntungkan.
12) Evaluasi investasi dan rekomendasi investasi kepada
atasan.
13) Melakukan koordinasi dengan bagian lain secara internal
dan eksternal.
14) Membantu satuan pengawas internal dalam menjalankan
kebijakan-kebijakan manajemen keuangan.
15) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
16) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah
atasan.
4. Kepala Sub Bagian Anggaran
c. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan melaksanakan tugas
anggaran yang meliputi menyusun rencana kerja, mengusulkan
dan merumuskan anggaran perusahaan, mengevaluasi realisasi
anggaran, merekomendasikan hasil evaluasi, menjajagi sumber
keuangan, dan melaksanakan tugas lain.
d. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian anggaran.
2) Mendistribusikan, memeberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
81
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Mengkoordinasikan usulan anggaran dari seluruh unit
organisasi menjadi anggaran PDAM.
5. Kepala Sub Bagian Akuntansi
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan melaksanakan tugas
akuntansi yang meliputi bidang jurnal dan buku besar, buku
besar pembantu, dan buku pelaporan.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian akuntansi.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memeotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Merumuskan dan mengontrol kebijaksanaan operasional
PDAM dalam bidang pembukuan dan laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
82
6. Kepala Sub Bagian Rekening dan Penagihan
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan melaksanakan tugas
rekening dan penagihan yang meliputi urusan percetakan
formulir, rekening, dan surat (blangko surat), penagihan, serta
kebutuhan lain secara rutin.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian rekening dan
penagihan.
2) Membuat laporan bulanan rekening air menurut golongan
air.
3) Mendata penyesuaian rekening air minum/reduksi hail
keputusan manajemen.
4) Mendata perubahan golongan tarif air pelanggan dan dibuat
laporannya.
5) Mendata cicilan rekening air minum dan di buat
laporannya.
7. Kepala Sub bagian Kas
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan melaksanakan tugas
kas yang meliputi urusan kas perusahaan.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian kas.
83
2) Menerima dan mengkaji rencana anggaran bulanan yang
telah disetujui direksi.
3) Mengurus transaksi bank serta memelihara hubungan baik
dengan bank atau lembaga keuangan lain dan Pemerintah.
4) Memeriksa daftar realisasi pengeluaran uang berdasarkan
rencana pengeluaran uang yang telah disetujui.
5) Membuat pengajuan daftar rencana pengeluaran untuk
dibuatkan ceknya.
8. Kepala Satuan Pengawas Intern
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengendalikan
pelaksanaan tugas satuan pengawas intern yang meliputi sub
bagian pengawasan keuangan, sub bagian pengawasan perlatan
dan lapangan, serta sub bagian pengawasan personalia dan tata
laksana.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja satuan pengawas intern.
2) Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan pegawai
satuan pengawas intern.
3) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
4) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
84
5) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
6) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
7) Menyusun bahan dan petunjuk teknis kegiatan pembinaan
pengawasan intern.
8) Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja
fungsi organisasi yang meliputi efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan, penyelenggaraan keuangan, dan
kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
9) Menelaah data penyusunan rencana pelaksanaan
pengawasan di lingkungan PDAM dan mengusulkan
pengawasan berdasarkan skala prioritas kepada Direktur
Utama.
10) Mengadakan pemeriksaan mendadak pada kas perusahaan
bersama dengan petugas yang bersangkutan juga terhadap
hal-hal yang dipandang perlu oleh Direktur Utama.
11) Meninjau atau memeriksa inventarisasi barang-barang
milik perusahaan di gudang, kantor, maupun tempat lain
paling sedikit setahun sekali untuk memastikan kesesuaian
dengan angka-angka pembukuan.
12) Memeriksa dan menilai apakah kebijaksanaan dan sistem
pengawasan yang melekat yang dijalankan oleh direksi
sesuai dengan tujuan.
85
13) Mengusulkan peninjauan kembali kebijaksanaan kontrol
intern dan sistem akuntansi serta perubahan atau
penyempurnaannya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
14) Mengadakan pemeriksaan di lapangan terhadap pekerjaan
konstruksi yang sedang berjalan dan pencatatan meter.
15) Mendampingi akuntan atau pemeriksa ekstern yang
ditugaskan memeriksa pembukuan PDAM guna kelancaran
pemeriksaan tersebut.
16) Melakukan penelitian dan pemeriksaan khusus terhadap
tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan atas perintah
Direktur Utama.
17) Membuat laporan hasil pelaksaan tugas kepada atasan.
18) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.
9. Kepala Sub Bagian Pengawasan Keuangan
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi
pelaksanaan tugas sub bagian pengawasan keuangan yang
meliputi bidang keuangan dan materil milik PDAM.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian pengawasan keuangan.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
86
3) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
4) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
5) Melaksanaan opname kas setiap bulan dan membuat berita
acaranya.
6) Membuat rekonsiliasi bank.
7) Meneliti utang piutang PDAM.
8) Melaksanakan opname rekening air dan non air paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 tahun.
9) Meneliti keabsahan bukti-bukti:
a) Penerimaan dan pengeluaran;
b) Arus dokumen;
c) Pembayaran pajak-pajak PDAM;
d) Laporan keuangan dan penagihan rekening air dan non
air.
10) Membuat laporan hasil pemeriksaan dan saran tindak lanjut
hasil pemeriksaan kepada Direktur Utama melalui Kepala
satuan pengawasan intern.
11) Melakukan pengendalian terhadap penerimaan, biaya,
harta, dan utang.
12) Melakukan pemeriksaan keuangan (pengkajian ulang
analisis keuangan) atas pos biaya dan piutang.
13) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
87
14) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan perintah
atasan.
10. Kepala Sub Bagian Pengawasan Peralatan dan Lapangan
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi
pelaksanaan tugas sub bagian pengawasan peralatan dan
lapangan yang meliputi urusan lapangan dan perlatan milik
perusahaan berdasarkan skala prioritas.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja sub bagian pengawasan peralatan
dan lapangan.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Melaksanakan penelitian penyelenggaraan kebutuhan dan
peralatan barang.
7) Melaksanakan penelitian pengadaan atau pembelian barang
dan jasa konsultan.
8) Melaksanakan penelitian pemeliharaan peralatan.
88
9) Melakukan stock opname atas barang inventaris minimal 1
(satu) kali dalam setahun.
10) Melakukan stock opname persediaan kebutuhan peralatan
dan perlengkapan minimal 2 kali dalam setahun.
11) Melaksanakan:
a) Pengecekan dan memonitor produksi, distribusi, dan
kubikasi air yang hilang, tutupan, bukaan,
penyambungan liar, pemasangan baru, dan perbaikan;
b) Pengecekan dan memonitor penggantian meter rusak,
pecah, dan meter buram.
c) Pengecekan laporan hasil pembacaan meter.
12) Membuat laporan hasil pemeriksaan dan saran tindak lanjut
hasil pemeriksaan kepada Direktur Utama melalui kepala
satuan pengawas intern.
13) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
14) Melaksanakan tugas kedinasan sesuai perintah atasan.
11. Kepala Sub Bagian Pengawasan Personalia dan Tata Laksana.
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengawasi
pelaksanaan tugas sub bagian pengawasan personalia dan tata
laksana yang meliputi urusan kepegawaian perusahaan.
b. Rincian tugas
89
1) Menyusun rencana kerja sub bagian pengawasan personalia
dan tata laksana.
2) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
3) Mengawasi dan mengendallikan kegiatan bawahan.
4) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
5) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
6) Melaksanakan:
a) Pengecekkan rencana kebutuhan pegawai dan
penempatannya;
b) Penelitian dan pengecekkan atas pendayagunaan dan
disiplin pegawai;
c) Penelitian pemberhentian dan pensiun pegawai;
d) Penelitian atas biaya tenaga kerja, kenaikan gaji
berkala, kenaikan pangkat;
e) Penelitian penyelenggaraan penatausahaan,
pengembangan karir, dan kesejahteraan pegawai di
bagian sumber daya manusia.
7) Membuat laporan hasil pemeriksaan dan saran tindak lanjut
hasil pemeriksa kepada Direktur Utama melalui Kepala
satuan pengawasan intern.
8) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
90
9) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.
12. Kepala Penelitian & Pengembangan dan Pusat Data Elektronik
Bagian Penelitian & Pengembangan dan PDE terdiri dari: Sub
bagian litbang administrasi dan keuangan, Sub bagian litbang
teknologi, Sub bagian data base dan arsip, Sub bagian perangkat
keras.
a. Tugas pokok
Memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengendalikan serta
mengevaluasi pelaksanaan tugas sub bagian litbang
administrasi dan keuangan, sub bagian litbang teknologi, sub
bagian perangkat keras, serta sub bagian data base dan
elektronik.
b. Rincian tugas
1) Menyusun rencana kerja litbang dan PDE.
2) Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan pegawai
litbang dan PDE.
3) Mendistribusikan, memberi petunjuk, dan memotivasi
pelaksanaan tugas bawahan.
4) Mengawasi dan mengendalikan kegiatan bawahan.
5) Membimbing bawahan dalam upaya peningkatan
produktivitas.
6) Mengevaluasi hasil kerja bawahan.
91
7) Merumuskan dan mengontrol kebijakan teknis dan
operasional dalam bidang penelitian & pengembangan dan
pengembangan PDE.
8) Melaksanakan koordinasi dengan instansi atau unit
organisasi lain baik secara horizontal maupun vertikal
untuk kelancaran tugas penelitian dan pengembangan.
9) Mengkoordinasikan kegiatan pengkajian di litbang dan
PDE serta memberikan rekomendasi dan usulan mengenai
arah perkembangan PDAM ke depan.
10) Mengevaluasi dan memberikan catatan pelaksanaan tugas
operasional PDAM berdasarkan laporan-laporan yang
disampaikan kepada Direktur Utama serta memberikan
rekomendasi guna pengembangan PDAM di masa
mendatang.
11) Melakukan sosialisasi program internal dan eksternal
perusahaan yang berkaitan dengan litbang dan PDE.
12) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
13) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan.
92
13. Direktur Teknik
Direktur Teknik ini membawahi empat bagian:
1) Bagian Perencanaan dan Supervisi, terdiri dari:
a) Sub bagian perencanaan bangunan dan instalasi
b) Sub bagian perencanaan jaringan
c) Sub bagian supervisi teknik
2) Bagian Produksi, terdiri dari:
a) Sub bagian sumber
b) Sub bagian pengolahan c)
Sub bagian laboratorium
3) Bagian transmisi dan distribusi, terdiri dari:
a) Sub bagian penyambungan
b) Sub bagian pengaliran dan jaringan
c) Sub bagian kebocoran
d) Sub bagian segel meter
4) Bagian pemeliharaan
a) Sub bagian pemeliharaan instalasi mekanikal dan elektrikal
b) Sub bagian pemeliharaan bangunan dan jaringan
c) Sub bagian pemeliharaan meter air
93
B. Penemuan
1. Ketentuan Umum Pelaksanaan Audit Management
Pelaksanaan audit management pada Perusahaan daerah Air
Minum Kota Bogor dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) sebagai
auditor internal, yang merupakan pelaksana pemeriksaan independen dan
kompeten yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor internal berpedoman pada tata
kerja pemeriksaan yang diterapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan
standar profesional auditor internal.
Pelaksanaan audit management pada Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Bogor meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan pemeriksaan.
b. Tahap program kerja pemeriksaan.
c. Tahap pelaksanaan pemeriksaan.
d. Tahap pelaporan.
e. Tahap tindak lanjut pemeriksaan.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing tahap dilakukan di
PDAM Kota Bogor:
a. Tahap Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai aspek penting dari objek pemeriksaan. Pada tahap ini, Satuan
Pengawas Intern (SPI) melakukan persiapan pemeriksaan yang meliputi:
94
1) Mempelajari dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
perusahaan, seperti:
a) Struktur organisasi, dimana dijelaskan tentang tugas dan tanggung
jawab setiap bagian dalam perusahaan.
b) Metode dan prosedur pelaksanaan kegiatan perusahaan.
c) Kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang dibuat oleh pimpinan
dalam melaksanakan kegiatannya.
d) Peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Pemahaman tersebut merupakan landasan bagi auditor internal dalam
pelaksanaan pemeriksaan yang akan digunakan untuk menilai
kebijaksanaan, prosedur, dan kegiatan-kegiatan pada objek
pemeriksaan.
2) Pengamatan terhadap objek atau kegiatan yang akan di periksa.
3) Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Hal
tersebut dilakukan guna menanyakan mengenai bidang-bidang
kegiatan yang menimbulkan masalah sehingga bisa diteliti lebih jauh
mengenai masalah tersebut. Selain itu, dijelaskan pula tanggung jawab,
tujuan-tujuan umum pemeriksaan serta rencana-rencana pemeriksaan
atas objek yang bersangkutan.
4) Mengumpulkan informasi lainnya yang berhubungan dengan objek
pemeriksaan.
95
Dalam pengumpulan informasi, ada beberapa sumber informasi
penting berupa dokumen-dokumen tertulis yang bisa dimanfaatkan
oleh auditor internal, diantaranya:
a) Dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek pemeriksaan
yang berisi peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada
pada objek pemeriksaan.
b) Buku-buku pedoman mengenai prosedur, kebijakan, dan petunjuk.
c) Laporan intern (manajemen).
d) Laporan hasil pemeriksaan ekstern.
b. Tahap Program Kerja Pemeriksaan
Program kerja merupakan tahapan penting dalam kegiatan
pemeriksaan. Pada dasarnya Satuan Pengawasan Intern (SPI) melakukan
penyusunan program kerja yang dituangkan dalam Program Kerja
Pemeriksaan Tahunan (PKPT). Program kerja pemeriksaan tersebut
digunakan sebagai dasar pemeriksaan, sehingga dalam pelaksanaan
pemeriksaannya dapat berjalan dengan efektif.
Program kerja pemeriksaan ini dibuat secara lengkap, sistematis
sesuai dengan tujuan dan sasaran pemeriksaan. Selain itu, program kerja
pemeriksaan harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Anggaran waktu tersebut
diperlukan untuk menentukan jumlah tenaga pemeriksa yang akan
digunakan agar tugas pemeriksaan dapat diselesaikan dalam waktu yang
96
telah ditetapkan. Program kerja disiapkan oleh ketua tim pemeriksa
dengan dibantu oleh staf auditor
c. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
Pada tahap pelaksanan pemeriksaan ini, ketua tim beserta anggota
pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan sesuai dengan program
kerja pemeriksaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini auditor
internal harus mengumpulkan informasi dan bukti-bukti yang cukup,
kemudian menganalisisnya sehingga sasaran dan tujuan audit dapat
tercapai. Sasaran ini meliputi: ketaatan pada kebijakan yang telah
ditetapkan, kehematan, dan efisiensi dalam menggunakan sumber daya
serta efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya
inti dari pelaksanaan pemeriksaan ini adalah menguji sistem pengendalian
manajemen pada objek pemeriksaan. Pengujian pengendalian manajemen
adalah untuk menilai tingkat efektivitas dan mengenali kemungkinan
adanya kelemahan pengendalian manajemen tersebut.
Informasi dan bukti-bukti yang terkumpul atau temuan
pemeriksaan yang merupakan penyimpangan-penyimpangan terhadap
kriteria harus dikembangkan. Untuk dapat mengembangkan temuan
dengan baik, auditor perlu mengetahui ciri-ciri suatu temuan, yaitu:
1) Sifat-sifat yang harus ada dalam temuan itu sendiri, diantaranya:
cukup berarti untuk disampaikan kepada pihak lain dan didasarkan
pada bukti-bukti dan fakta-fakta yang tepat.
97
2) Tanda-tanda atau atribut yang harus ada agar temuan ini dapat
diungkapkan secara efektif yaitu; kondisi, kriteria, sebab, dan
akibat pada objek pemeriksaan.
Apabila terdapat temuan negatif, maka harus segera diikuti dengan
pemberian rekomendasi atau saran perbaikan. Rekomendasi tersebut
diajukan kepada para pejabat yang berwenang untuk di ambil tidakan
koreksi atas kelemahan dan penyimpangan yang menyebabkan
ketidakefisienan dan tujuan perusahaan tidak tercapai.
d. Tahap Pelaporan
Setelah selesai melaksanakan pemeriksaan, auditor lalu membuat
laporan hasil pemeriksaan. Adapun ketentuan tahap pelaporan tersebut,
sebagai berikut:
1) Laporan dibuat secara tertulis.
2) Auditor internal harus terlebih dahulu mendiskusikan bebagai
kesimpulan dan rekomendasi dengan pejabat atau manajemen yang
tepat, sebelum laporan laporan terbut diterbitkan.
3) Laporan pemeriksaan harus objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan
tepat waktu.
4) Laporan harus mengemukakan tentang maksud, ruang lingkup, dan
hasil pelaksanaan pemeriksaan .
5) Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi untuk
perbaikan serta tindakan koreksi yang didasarkan atas temuan
pemeriksaan.
98
6) Pandangan-pandangan dari pihak yang di periksa harus
dimasukkan dalam kesimpulan audit atau rekomendasi yang
mungkin dapat dicantumkan dalam laporan audit.
7) Sebelum laporan diterbitkan, laporan tersebut harus di review dan
disetujui oleh Kepala Satuan Pengawan Intern.
e. Tahap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Auditor internal harus terus meninjau dan menindaklanjuti untuk
memastikan terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah
dilakukan tindakan-tindakan koreksi oleh pejabat berwenang. Auditor
harus memastikan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap temuan
pemeriksaan dapat memperbaiki keadaan menjadi lebih baik dari
sebelumnya, sehingga tujuan perusahaan tercapai.
2. Anggaran Pendapatan
Anggaran perusahaan perlu disusun sebagai acuan atau pedoman
kerja yang harus diikuti oleh manajemen dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, penyusunan anggaran perusahaan harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang meliputi antara antara lain: ralistis,
logis, efektif, dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan
(accountability).
Anggaran perusahaan harus di susun melalui integrasi dan
koordinasi di antara direksi dan seluruh pejabat dan staf di lingkungan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor yang azaskan efisien
dan efektif.
99
Dalam kebijakan anggaran, penyusunan anggaran diselenggarakan
berdasarkan pertanggungjawaban. Untuk itu, setiap pusat
pertanggungjawaban mempunyai hak mengajukan anggarannya sesuai
dengan ruang lingkup dan tanggung-jawabnya masing-masing.
Anggaran perusahaan harus mendapat pengesahan dari Walikota
Bogor. Jika anggaran perusahaan yang diajukan tidak disahkan Walikota
Bogor sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan, maka Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor menggunakan anggaran
perusahaan tahun yang paling akhir disahkan berdasarkan Perda.
Dalam setiap penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan, hendaklah harus memperhatikan :
a. Realisasi kegiatan terakhir tahun berjalan.
b. Estimasi hasil kegiatan yang dapat di capai pada triwulan IV tahun
berjalan.
c. Rencana kerja jangka menengah (Corporate Plan).
d. Pertimbangan penting lainnya.
a. Prosedur Penyusunan Anggaran Pendapatan
Berikut ini adalah prosedur penyusunan anggaran perusahaan
termasuk anggaran pendapatan di Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Bogor:
1) Pembentukan panitia anggaran
2) Persiapan panitia anggaran.
3) Pengarahan Direksi kepada unit kerja.
100
4) Pengiriman formulir-formulir usulan (AT-1B) ke unit kerja.
5) Pengisian fomulir-formulir (AT-1B) oleh unit kerja.
6) Pengumpulan formulir-formulir (AT-1B) ke panitia anggaran.
7) Kompilasi formulir dan penyusunan draft Rancangan Anggaran
Penerimaan dan Biaya (RAPB).
8) Pembahasan oleh Direksi dan unit kerja.
9) Dialog panitia anggaran dan unit kerja.
10) Pengolahan kembali draft Rancangan Anggaran Penerimaan dan
Biaya (RAPB) oleh panitia anggaran.
11) Di review oleh Direksi untuk persetujuan.
12) Usulan Rancangan Anggaran Penerimaan dan Biaya (RAPB) ke
Badan Pengawas.
13) Pengesahan oleh Walikota Bogor.
b. Pelaksanaan, evaluasi, dan laporan Anggaran Pendapatan.
Pelaksanaan anggaran pendapatan pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bogor dilakukan atas dasar bottom up, yaitu adanya
partisipasi dari setiap bawahan serta keterlibatan dari semua pejabat dan
staf perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar membangkitkan kerjasama
untuk pencapaian tujuan dari anggaran. Oleh karena itu harus ada
keselarasan tujuan antara tujuan perusahaan dan tujuan individu atau
bagian dalam perusahaan.
101
Anggaran sebagai tolak ukur dan pedoman dalam pelaksanaan
operasional perusahaan, memberikan gambaran sampai sejauh mana
kegiatan operasional yang di capai sesuai dengan sasaran yang
direncanakan. Evaluasi terhadap kegiatan operasional mencerminkan
adanya pengendalian umpan balik dari sebuah anggaran, bahwa data
akuntansi sebagai data aktual mengukur kemampuan yang di capai
manajemen apakah sesuai dengan anggaran atau tidak. (lihat gambar 4.1)
Distorsi yang terjadi akan dijadikan bahan dalam evaluasi lanjutan
dan menjadi bahan dalam menentukan keputusan manajemen lebih lanjut.
Melalui anggaran juga dapat mengukur prestasi manajemen-manajemen
bagian, apakah target yang telah di capai sesuai dengan yang telah
ditetapkan bersama, karena dalam penyusunan anggaran dilakukan
berdasarkan metode dari bawah ke atas (bottom up).
102
LINI MANAJEMEN SISTEM AKUNTANSI
PERENCANAAN Anggaran
Dokumen
PELAKSANAAN
Buku Besar dan buku
Besar pembantu
EVALUASI Laporan
Pelaksanaan
Gambar 4.1 Standard operation procedure Anggaran PDAM (Sumber: Dokumen Sub. Bagian Anggaran PDAM Bogor)
Setiap unit organisasi atau bagian yang ada dilingkungan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya harus didasarkan pada anggaran yang telah
ditetapkan dalam rencana kegiatan. Pelaksanaan anggaran di dukung oleh
sistem informasi yang jujur dan akurat. Jangan sampai ada kesalahan
dalam pencatatan yang akan mengakibatkan kesalahan dalam penilaian
prestasi. Selain itu, dalam menilai prestasi dilaksanakan secara objektif,
adil, terbuka, dan konsisten sehingga tidak akan menimbulkan dampak
negatif pada perusahaan.
103
Pelaksanaan anggaran pendapatan harus selalu di evaluasi guna
mengetahui ada tidaknya peyimpangan yang terjadi atau pencapaian target
yang telah ditetapkan. Apabila terjadi penyimpangan, perusahaan
melakukan analisis mengenai sebab-sebab penyimpangan dan melakukan
revisi atau perubahan anggaran bila diperlukan. Hasil dari evaluasi
pelaksanaan anggaran ini kemudian dijadikan salah satu dasar untuk
penyusunan anggaran periode berikutnya.
Laporan anggaran pendapatan di buat dalam bentuk perbandingan
antara pendapatan yang dianggarkan dengan pendapatan yang
sesungguhnya serta selisih antara keduanya, sehingga dapat diketahui
dengan jelas penyimpangan yang terjadi. Oleh karena itu laporan anggaran
harus di susun secara teratur dan sistematis.
104
C. Pembahasan Penelitian
1. Pelaksanaan Audit Management di Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Bogor
Secara umum pelaksanaan audit management pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor telah dilaksanakan dengan baik
hal ini dapat dilihat dari tahapan-tahapan audit management. Perusahaan
telah melaksanakan audit management sesuai tahapan-tahapan
pemeriksaan secara sitematis, berdasarkan dengan ketentuan umum yang
ada. Pelaksanaan audit management di mulai dari tahap persiapan
pemeriksaan sampai dengan tahap pelaporan serta tindak lanjut
pemeriksaan. Apabila dilihat atau dibandingkan dengan teori yang ada
pada BAB II, maka pelaksanaan audit management pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor telah sesuai dengan apa yang
telah dikemukakan oleh Rob Reider.
Pada persiapan pemeriksaan auditor intenal mengumpulkan
informasi guna mengidentifikasi kemungkinan adanya masalah-masalah
penting dalam bidang operasi tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan
penyusunan program kerja pemeriksaan yang akan digunakan sebagai
dasar pelaksanaan pemeriksaan. Setelah menyusun program kerja
pemeriksaan, ketua tim dan para pemeriksa yang di tunjuk melaksanakan
prosedur pemeriksaan sesuai dengan program kerja tersebut. Pada saat
melaksanakan pemeriksaan, auditor internal menguji pengendalian
105
manajemen. Dalam pengujian manajemen diperhatikan unsur-unsur
pengendalian manajemen, meliputi:
a. Organisasi
Memperhatikan kesesuaian antara struktur organisasi dan uraian
tugas.
b. Kebijakan
Memperhatikan apakah kebijakan telah dinyatakan secara jelas,
tertulis, dan sistematis. Apakah dikomunikasikan kepada seluruh
fungsi dan pegawai yang terkait dalam objek yang di periksa, apakah
kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apakah kebijakan di
buat untuk melaksanakan kegiatan secara hemat, efisien, dan efektif.
Serta memperhatikan apakah dilakukan peninjauan secara berkala dan
di revisi bila diperlukan.
c. Perencanaan
Memperhatikan apakah dalam setiap kegiatan di buat rencana
terlebih dahulu, disertai pemilihan alternatif yang paling
menguntungkan bagi objek yang di periksa. Serta memperhatikan
apakah dalam pembuatan rencana tersebut telah memperhatikan
ketentuan yang berlaku.
d. Prosedur
Memperhatikan apakah prosedur yang telah di buat telah
memadai untuk menjamin pelaksanaan kegiatan secara hemat, efisien,
dan efektif.
106
e. Akuntansi
Memperhatikan apakah setiap kegiatan telah dilakukan
pencatatan dengan teliti, diklasifikasikan dengan tepat dan dapat
diandalkan sehingga dapat menjamin pengendalian yang cukup atas
harta dan kewajiban perusahaan.
f. Pelaporan
Memperhatikan apakah sistem pelaporan telah dibuat dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga pejabat yang bertanggung
jawab dapat memperoleh informasi yang relevan dan cukup mengenai
kondisi yang terjadi.
g. Personalia
Pemeriksa memperhatikan apakah tugas dan tanggung jawab
telah diberikan kepada pegawai yang mampu melaksanakannya, serta
apakah pegawai tersebut di angkat menurut kualifikasi yang
dibutuhkan.
Hasil dari kegiatan pemeriksaan tersebut dituangkan dalan kertas
kerja pemeriksaan (KKP) yang selanjutnya kertas kerja pemeriksaan
tersebut akan di review oleh ketua tim pemeriksa. Temuan audit
dikembangkan berdasarkan kondisi yang sesungguhnya dibandingkan
dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Selain itu, dijelaskan pula
penyebab kesalahan atau penyimpangan yang terjadi serta dampak atau
akibat yang mungkin dapat merugikan perusahaan.
107
Tahap akhir dari pemeriksaan ini adalah penyampaian hasil
pemeriksaan. Ketua tim pemeriksa membuat konsep laporan hasil
pemeriksaan yang akan di review oleh Kepala Satuan Pengawas Intern.
Laporan hasil pemeriksaan ini merupakan hasil temuan-temuan hasil
pemeriksaan selama pelaksanaan pemeriksaan dan saran-saran perbaikan
(rekomendasi). Auditor internal mengeluarkan laporan tersebut dalam
bentuk laporan tertulis. Sebelum laporan hasil pemeriksaan diterbitkan,
pemeriksa terlebih dahulu mendiskusikannya dengan pimpinan atau pihak-
pihak yang terkait dalam kegiatan pemeriksaan. Dalam diskusi tersebut
ketua tim mengemukakan temuan-temuan secara objektif dan memberikan
saran atau rekomendasi untuk perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan
kegiatan perusahaan. Laporan hasil pemeriksa diserahkan kepada direktur
utama dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Apabila laporan pemeriksaan telah disetujui oleh pimpinan dari
kegiatan yang di periksa, maka manajemen bertanggung jawab untuk
menentukan tindakan yang perlu dilakukan terhadap temuan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern. Dalam hal ini Satuan
Pengawas Intern harus tetap melakukan pengawasan terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan, apakah tindakan-tindakan tersebut telah sesuai
dengan saran atau rekomendasi yang telah diberikan.
108
2. Penilaian terhadap Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Pelaksanaan anggaran pendapatan pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bogor secara umum dapat dikatakan dengan baik,
hal ini dapat dilihat dari tahapan penyusunan anggaran. Dalam penyusunan
anggaran sudah adanya partisipasi yang melibatkan semua bagian yang
ada di perusahaan dan ini didukung dengan struktur organisasi perusahaan
yang memeperlihatkan garis wewenang dan tanggung jawab setiap unit
kerja. Selain itu, pelaksanaan anggaran dilaksanakan setelah ada
persetujuan dan pengesahan dari pihak tertinggi perusahaan, dimana
anggaran tersebut digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan
menuju pada sasaran atau target yang telah ditetapkan, disamping sebagai
alat pengawasan.
Dari uraian di atas dengan mengutip pernyataan dari Mulyadi
(2001), bahwa untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai
alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian, maka harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses
penyusunan anggaran.
b. Organisasi anggaran
c. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengiriman peran dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai
pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran.
109
Dengan demikian, maka sistem anggaran Perusahaan Daerah Air
Minum secara keseluruhan telah dilaksanakan cukup baik. Pelaksanaan
anggaran pendapatan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Bogor sudah di dukung oleh adanya sistem informasi akuntansi yang
memadai yang memungkinkan pencatatan pendapatan secara tepat dan
juga adanya dukungan dari para pelaksana. Sehingga penilaian atas
prestasi kerja dapat dilaksanakan dengan adil dan objektif.
Untuk pengevaluasian terhadap pelaksanaan anggaran pendapatan,
penulis nilai sudah baik, hal ini dapat dilihat dari adanya laporan anggaran
yang membandingkan antara anggaran pendapatan dengan realisasinya
serta sudah adanya proses pembahasan dan penganalisisan, sehingga
apabila ada penyimpangan segera diketahui dan diambil tindakan koreksi.
Dalam hubungannya dengan penelitian yang penulis lakukan,
untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor, penulis akan
membandingkan antara realisasi pendapatan dengan anggaran pendapatan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Efektivitas pelaksanaan anggaran
pendapatan adalah suatu ukuran seberapa jauh sasaran pelaksanaan
anggaran pendapatan telah tercapai.
110
3. Hubungan Antara Pelaksanaan Audit Management terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Dengan melihat secara kualitatif, maka peneliti beranggapan
bahwa pelaksanaan audit management pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Bogor mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan. Namun,
untuk menguatkan hipotesis mengenai hubungan kedua variabel tersebut,
peneliti akan melakukan pengujian hipotesis melalui perhitungan statistik.
Sebelum data yang diperoleh diolah bagi kepentingan penelitian
ini, peneliti melakukan terlebih dahulu uji validitas dan reliabilitas. Hal ini
dilakukan agar data yang digunakan merupakan data yang sahih (valid)
dan andal bagi pembuktian hipotesis. Di bawah ini adalah hasil
perhitungan uji validitas variabel pelaksanaan audit management.
111
Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji Validitas Item Variabel X
Spearman’s rho Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item10
Item11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
Item 28
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.907
.757
.399
.709
.458
.620
.575
.907
.677
.907
.385
.757
.677
.512
.757
.709
.677
-
.907
.712
.893
.907
.575
.489
.907
.757
-
.736
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Invalid
Valid
(Sumber: Hasil Perhitungan)
112
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa tidak
semua item pertanyaan dapat dikatakan valid (sahih), karena ada beberapa
item pertanyaan yang tidak ada nilai koefisien korelasinya. Oleh karena
itu, peneliti melakukan breakdown item yang tidak dapat digunakan dalam
penelitian ini. Dan berikut ini adalah hasil perhitungan uji validitas dan
reliabilitas variabel pelaksanaan audit management setelah breakdown.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Uji Validitas setelah Breakdown
Spearman’s rho Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item10
Item11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 28
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.907
.757
.399
.709
.458
.620
.575
.907
.677
.907
.385
.757
.677
.512
.757
.709
.677
.907
.712
.893
.907
.575
.489
.907
.757
.736
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
113
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Variabel X
Cronbach’s Alpha N of items
0,949 26
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Menurut Kaplan dan Saccuzo (1993: 126) bahwa koefisien
reliabilitas yang besarnya berkisar antara 0,70-0,80 dianggap cukup baik
untuk digunakan. Sedangkan nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh
adalah 0,949. Dengan demikian, kuesioner yang dilakukan peneliti pada
variabel independen tersebut merupakan alat pengukuran yang andal
(reliabel). Dibawah ini adalah daftar item pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian, yang hasilnya (skor) digunakan untuk mengukur
pelaksanaan audit management (variabel indenpenden):
114
Skor variabel X memperlihatkan jumlah skor dari pelaksanaan
audit management adalah 399 (lihat lampiran), sedangkan skor yang
diharapkan adalah 520 (26X4X 5). Maka prosentase jumlah skor yang
dicapai dalam pelaksanaan audit management adalah 76,73 % dari skor
ideal yang diharapkan. Hal ini berarti pelaksanaan audit management
PDAM Kota Bogor sudah baik.
Sedangkan untuk mengukur efektivitas pelaksanaan anggaran
pendapatan (varibel dependen), dengan cara membandingkan antara
realisasi anggaran pendapatan dengan anggaran pendapatan dari tahun
2003-2007 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Skor Variabel Y
Tahun Realisasi Anggaran Perbandingan realisasi
dengan anggaran pendapatan
2003 32.923.867.640,36 30.269.136.000 1,0877
2004 44.459.129.535,92 42.422.696.000 1,0480
2005 53.232.590.004 53.434.277.000 0,9962
2006 64.380.770.126 64.254.406.000 1,0020
2007 78.653.367.968 77.841.276.000 1,0104
(Sumber: Data Perusahaan)
Dari hasil tabel tersebut dapat dikatakan bahwa pada umumnya
perusahaan bisa mencapai target pendapatan, namun demikian terlihat
pada tahun 2005 perusahaan belum dapat mencapai target pendapatannya,
hal ini disebabkan karena banyaknya pelanggan yang pemakaian airnya
0,00 m³ per bulan, meskipun pelanggan tersebut secara aktif menggunakan
115
air dari PDAM selama beberapa bulan berturut-turut sehingga pendapatan
air kurang diterima oleh PDAM Kota Bogor. Sedangkan pencapaian
pendapatan pada tahun 2007 adalah 1,0104 atau realisasi pendapatan lebih
besar dari anggarannya, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kembali
dapat melakukan pengendalian pendapatan dengan efektif.
Berikut ini adalah tabel yang berisikan skor dari setiap variabel,
yaitu pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan
anggaran pendapatan. Skor pelaksanaan audit management diambil dari
skor pada tabel 4.3. Sedangkan, skor untuk efektivitas pelaksanaan
anggaran pendapatan diambil dari skor pada tabel 4.4
Tabel 4.6
Ikhtisar Skor Variabel X dan Variabel Y
Tahun Pelaksanaan Audit
Management
Efektivitas Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan
2003
2004
2005
2006
2007
99
80
71
71
78
1,0877
1,0480
0,9962
1,0020
1,0104
(Sumber: Tabel 4.3 dan 4.4)
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan audit
management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan
digunakan korelasi rank spearman sebagai berikut.
116
Tabel 4.7 Selisih Kuadrat Variabel X dan Variabel Y
Tahun Skor X Skor Y Rank X Rank Y d1 d1²
2003
2004
2005
2006
2007
99
80
71
71
78
1,0890
1,0488
0,9988
1,0067
1,0154
1
2
4,5
4,5
3
1
2
5
4
3
0
0
-0,5
0,5
0
0
0
0.25
0,25
0
Σd1² 0,50
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat data kembar, oleh
karena itu untuk menentukan nilai rs, maka digunakan rumus:
Dimana:
Σx² = n³ - n Σ Tx 12
Σx² = 5³ - 5 2³ - 2
12 12
= 9,5
ΣY² = n³ - n Σ Ty 12
ΣY² = 5³ - 5 0
12
= 10
117
Dengan demikian, koefisien korelasi dapat dihitung sebagai
berikut.
rs = 9,5 + 10 0,5
2 √(9,5)(10)
= 19
2√ 95
rs = 0,974679
≈ 0,975
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
yang positif sebesar 0,975 antara pelaksanaan audit management dengan
efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan. Eratnya hubungan
pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran
pendapatan dapat dilihat dari besarnya korelasi rank spearman.
Berdasarkan perhitungan di atas, besarnya korelasi rank spearman dimana
pelaksanaan audit management akan mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan anggaran pendapatan pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) adalah 0,975. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan audit
management memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan, karena rs hitung mendekati
+1.
118
Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi suatu koefisien
korelasi rank spearman, maka digunakan rumus sebagai berikut.
t = rs n - 2
1 - rs2
t = 0,9745 √ 5-2
1 – 0,9745²
t = 6,1670
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapat thitung sebesar
6,1670. Ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel, dimana α =
0,05 (uji satu pihak) dan tingkat kebebasan (df = n-2) adalah 3. Dari tabel
diperoleh nilai ttabel sebesar 2,353 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa thitung = 6,1670 lebih besar dari pada ttabel = 2,353. Hal tersebut
berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotersis alternatif (H1) diterima,
yang artinya adalah terdapat pengaruh yang positif antara pelaksanaan
audit management terhadap efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
Bila digambarkan dengan kurva, daerah penolakan H0 dan daerah
penerimaan H0 adalah sebagai berikut.
119
Gambar 4.2 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0
Hasil penelitian ini mendukung dan sesuai dengan hipotesis yang
diajukan, yaitu pelaksanaan audit management memiliki pengaruh yang
positif terhadap efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan. Audit
management merupakan suatu cara pemeriksaan objektif terhadap
pengelolaan perusahaan dengan cara menilai kegiatan pengendalian yang
dilakukan oleh manajemen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pelaksanaan audit management yang dilakukan satuan pengawasan intern
PDAM Kota Bogor, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Audit management dilaksanakan melalui beberapa tahap,
dimulai dari tahap persiapan pemeriksaan sampai dengan tahap pelaporan
serta tindak lanjut pemeriksaan.
Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan informasi
umum tentang objek yang akan diperiksa. Kemudian dilanjutkan
penyusunan program kerja yang akan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan pemeriksaan, pada saat pelaksanaan pemeriksaan auditor
120
internal menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh serta
menelaah dan menilai ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur serta
pengendalian manajemen yang berlaku. Hasil temuan pemeriksaan
dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan. Temuan audit dikembangkan
berdasarkan kondisi yang sesungguhnya, serta dijelaskan penyebab
kesalahan atau penyimpangan yang terjadi serta dampak yang mungkin
akan merugikan perusahaan. Tahap akhir dari pemeriksaan ini adalah
penyampaian hasil pemeriksaan yang disertai dengan saran perbaikan atau
rekomendasi, selain itu adanya tindak lanjut terhadap rekomendasi yang
diajukan oleh auditor internal.
Berdasarkan uraian di atas maka audit management bertujuan
untuk menyampaikan informasi secara objektif mengenai hal-hal atau
bidang-bidang yang menyebabkan terjadinya kelemahan, ketidakefisienan,
dan ketidakefektipan. Dengan dilaksanakannya audit management dengan
baik, maka dapat diketahui apakah anggaran pendapatan telah
dilaksanakan dengan baik pula sehingga pendapatan dapat tercapai sesuai
dengan target yang diharapkan. Dengan demikian, pelaksanaan audit
management dapat membantu manajemen perusahaan dalam hal
efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan.
121
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang telah dilakukan pada
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor dari tahun
2003-2007, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Berdasarkan
pengujian statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank
spearman, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan
anggaran pendapatan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai rs hitung sebesar 0,975
keeratan kedua variabel tersebut memiliki tingkat interpretasi sangat erat.
Selanjutnya setelah melakukan uji signifikansi ternyata didapat thitung sebesar
6,160 sedangkan dari tabel diperoleh nilai ttabel sebesar 2,353. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa thitung = 6,1670 lebih besar dari pada ttabel
= 2,353. hal tersebut berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif
diterima, yang artinya adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan
anggaran pendapatan.
122
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang telah peneliti lakukan
pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor, maka
peneliti memberikan implikasi sebagai berikut:
1. Sebaiknya diberikan pelatihan-pelatihan bagi karyawan terutama staf
Satuan Pengawasan Intern (SPI) sebagai pelaksana audit management
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian yang memadai
dibidangnya.
2. Manajemen harus bereaksi cepat terhadap kelemahan-kelemahan pada
pengendalian manajemen sehingga permasalahan-permasalahan yang ada
dapat diatasi dengan secepatnya, sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai.
123
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid. Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Amin Wijaya. Management Audit Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
Anona Armstrong. Management Skills and Performance Audit. Asia Pacific
Journal of Human Resources, Vol. 29, No. 4, pp. 25-39, 2009.
A. Rodi Kartamulja. Peranan Audit Kinerja dalam meningkatkan Efisiensi dan
Efektivitas Bandung Urban Development Project, Jurnal Akuntansi Auditing
Indonesia volume 5, 2001.
Don R. Hansen & Maryanne M. Mowen. Management Accounting. 7th edition,
Thompson South-Western, 2005.
Evangelos Koumanakos, Antonios Georgopoulos, Costas Siriopoulos. Auditor
awareness of earnings management. International Journal of Accounting, Auditing, and Performance Evaluation - Vol. 5, No.1 pp. 50-65, 2009.
Harry Rob Reider. Operational Review Maximum Results at Efficient Costs, third
Edition, Jon Wiley & Sons, Inc. 2002.
Hiro Tugiman. Standar Profesional Auditor Internal, Kanisius, Yogyakarta, 2001.
I Gusti Agung Ray. Audit Kinerja pada Sektor Publik (Konsep, Praktik, Studi
Kasus), Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta,
2007.
---------------------. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba 4, Jakarta. 2007.
Imam Ghozali. Auditing Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit
UNDIP, Semarang, 2005.
James A Chasin, Paul D Neuwirth, Jhon F Levy. Chashin’s Handbook for
Auditors, 15th Edition, Mc.Graw – Hill International, 2001.
Lawrence Sawyer, Mortimor A. Dittenhofer, dan James H. Scheiner. Audit
Internal Sawyer’s, edisi lima, Salemba 4, Jakarta, 2003.
Mohammad Mansur. Management Audit Sebagai Alat untuk Meningkatkan
Efisiensi (Studi Kasus dalam Mengevaluasi Pelaksanaan Management Audit
Aktivitas Pembelian pada PT. Kimia Farma Indonesia), Thesis S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia, Jakarta, 1990.
Muhammad Hasbi Saleh. Audit Management Pemasaran (Sebuah Studi Kasus
Perusahaan Pengecoran Besi dan Baja), Thesis S2 Magister Manajemen
Universitas Indonesia, Jakarta, 1997.
Mulyadi. Akuntansi Manajemen, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta,
2001.
M. Nafarin. Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Rinusu & Sri Mastuti. Panduan Praktis Mengontrol APBD edisi revisi, Friedrich
Ebert Stiftung, Jakarta, 2008.
Robert Anthony & Jhon Dearden. Management Control System, 11th edition; Mc
GrawHill, 2002.
Robert Anthony & Vijay Govindarajan. diterjemahkan oleh F.X Kurniawan
Tjakrawala, Sistem Pengendalian Manajemen, Salemba Empat, 2004.
-------------------------. Management Control System (Twelft edition), Mc Graw-Hill
International, New York, 2007.
Robert Kaplan & Dennis Saccuzo. Psycological Testing, Principles, Application,
and Issues, Brool/Cole Publishing Co, Division of Words Worth Inc, 1993.
Singgih Santoso. Buku Latihan SPSS Stastik Parametrik, PT. Elex Media
Computindo, Jakarta, 2001.
Sondang P. Siagian. Audit Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2001.
Sony Yuwono, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi. Penganggaran Sektor Publik,
Bayumedia Publishing, Malang, 2005
Sucipto. Perbandingan Standar Internal, Auditor Institute of Internal Auditors
(Florida), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, Jurnal Akuntansi edisi Mei, Th VIII, pp 98-110, 2004.
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2004.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Sukrisno Agoes, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik,
jilid II, Edisi 3, FE UI, Jakarta, 2004.