BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1...
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang ditentukan untuk melakukan
penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bandung yang
beralamat di Jalan Wastukancana No. 3 Kota Bandung.
2. Populasi
Sebuah penelitian harus didasarkan dengan adanya populasi yang akan
diteliti, menurut Sugiyono (2013:117): “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti menetapkan
seluruh siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung sebagai populasi penelitian yang
berjumlah 432 siswa. Berikut rincian jumlah siswa di SMK Negeri 1 Bandung:
Tabel 3.1
Jumlah siswa kelas X di SMK Negeri 1 Bandung
No Kelas Jumlah Siswa
1 X AK 1 36
2 X AK 2 36
3 X AK 3 36
4 X AK 4 36
5 X AP 1 36
6 X AP 2 36
7 X AP 3 36
8 X PS 1 36
9 X PS 2 36
10 X PS 3 36
11 X UPW 1 36
12 X UPW 2 36
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
Jumlah 432
38
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
3. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya mampu
mewakili dari populasi. Sampel baik digunakan apabila populasi yang akan kita
teliti terlalu banyak atau terlalu luas, dan agar proses penelitian dapat lebih
mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013:118) bahwa:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambi dari populasi itu.
Teknik pengambilan sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah
simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013:120): “Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.
Adapun pengambilan sample menurut Suharsimi Arikunto (2010:112)
“jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25%
atau lebih”.
Jumlah siswa kelas X SMK Negeri 1 Bandung adalah 432 siswa yang
terdiri atas 12 kelas, serta terbagi 4 jurusan, yaitu jurusan Akuntansi,
Administrasi perkantoran, Pemasaran dan Usaha Perjalanan Wisata.
Berdasarkan teori diatas ditentukan sample sebesar 15% dari jumlah
populasi 432 siswa, yaitu 66 siswa yang selanjutnya akan dibentuk menjadi dua
kelompok, masing-masing kelompok tersebut akan mendapat treatment dengan
model pembelajaran inkuiri sebanyak 33 siswa dan dengan model pembelajaran
konvensional sebanyak 33 siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan pedoman peneliti dalam melakukan
langkah-langkah penelitiannya. Menurut Arikunto (2010:90) menjelaskan bahwa:
39
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
“Terdapat macam-macam bentuk desain dalam penelitian eksperimen, desain
penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai
ancer-ancer kegiatan, yang akan dilaksankan”.
Adapun desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Pretest-Posttest Control Group Design dengan dua kelompok penerima
treatment.
Adapun bentuk desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
R : Sampel kelompok penelitian
O₁ : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran inkuiri
O₂ : Nilai post-test kelompok model pembelajaran inkuiri
O₃ : Nilai pre-test kelompok model pembelajaran konvensional
O₄ : Nilai post-test kelompok model pembelajaran konvensional
X1: Treatment model pembelajaran inkuiri
X₂: Treatment model pembelajaran konvensional
Desain ini menunjukan adanya dua kelompok yang dipilih secara acak,
kemudian diberikan tes awal atau pretest untuk mengetahui kemampuan awal tiap
kelompok, adakah perbedaan antara kelompok pembelajaran inkuiri dengan
kelompok pembelajaran konvensional. Pengaruh perlakuan dalam desain ini
adalah O2 – O1, O4 – O3.
Untuk mempermudah proses penelitian, berikut adalah langkah-langkah
penelitian yang harus ditempuh oleh peneltiti agar penelitian yang dilakukan
terstruktur dan mendapatkan data atau hasil yang baik. Adapun langkah–langkah
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
R O₁ X₁ O₂
R O₃ X₂ O₄
40
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
a. Menentukan populasi dan sampel.
b. Melakukan tes awal (pre-test) kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada sampel, kelompok A
diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri, kelompok B diberikan
perlakuan model pembelajaran konvensional.
d. Melakukan tes akhir (post-test) kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor.
e. Menghitung perbedaan perubahan hasil antara kelompok A dan kelompok
B.
f. Menggunakan pengujian hipotesis apakah hasil penelitian tersebut cukup
signifikan atau tidak.
Adapun langkah–langkah penelitian tersebut sebagai berikut:
Kelompok EksperimenModel
Pembelajaran Inkuiri
Kelompok KontrolModel
Pembelajaran Konvensional
Analisis Data
Kesimpulan
Tes Akhir
Kemampuan Afektif
Tes Akhir Kemampuan
Kognitif
Tes Akhir Kemampuan
Psikomotor
Populasi
Sampel
Kelompok A Kelompok B
Tes Awal
Kemampuan Afektif
Tes Awal Kemampuan
Kognitif
Tes Awal Kemampuan
Psikomotor
41
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Penelitian
Bagan 3.1 menjelaskan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a. Menentukan populasi dan sampel
b. Melakukan tes awal (pre-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap
kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model
pembelajaran inkuiri.
c. Memberikan perlakuan atau treatment kepada kelompok model
pembelajaran konvensional dengan kelompok model pembelajaran
inkuiri.
d. Melakukan tes akhir (post-test) hasil belajar aktivitas senam terhadap
kelompok model pembelajaran konvensional dengan kelompok model
pembelajaran inkuiri.
e. Menghitung perbedaan pengaruh sebelum dan setelah diberikan
treatment.
f. Melakukan pengujian hipotesis apakah perbedaan tersebut cukup
signifikan terhadap hasil hasil belajar aktivitas senam.
Dari populasi tersebut dipilihlah sampel penelitian, sampel tersebut
kemudian diberikan perlakuan atau treatment yaitu dengan model pembelajaran
inkuiri dan dengan model pembelajaran konvensional selama 12 kali pertemuan
(satu minggu tiga kali). Setelah masa treatment selesai diberikan dan seluruh data
yang diperoleh telah diperoleh, maka selanjutnya data tersebut akan di olah.
Penelitian ini dimulai dengan menentukan populasi yang akan diteliti,
selanjutnya dipilih sampel yang mewakili dengan sistem random, setelah itu
sampel dibagi kedalam ke dua kelompok, satu kelompok dengan model
pembelajaran inkuiri dan satu kelompok dengan model pembelajaran
konvensional, setelah itu dilakukan tes awal kepada ke dua kelompok,
selanjutnya perlakuan diberikan yaitu mempelajari materi aktivitas senam, setelah
masa perlakuan selesai, dilakukanlah tes akhir untuk mengetahui pengaruh yang
42
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
diberikan oleh masing-masing model pembelajran terhadap hasil belajar aktivitas
senam.
C. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian mutlak diperlukan metode agar penelitian tersebut
dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Sugiyono (2013:3) dalam bukunya
Metode Penelitian Pendidikan mengemukakan secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian eksperimen, Fathoni (2006:99) menjelaskan: “Metode
eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel
tertentu terhadap variabel lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang
sengaja diciptakan”. Pada penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel
dependen. Adapun pengertiannya sebagai berikut :
1. Variabel independen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
2. Variabel dependen : Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61).
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel independent yaitu model
pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran konvensional serta 1 variabel
dependen yaitu hasil belajar aktivitas senam.
Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penelitian
eksperimen ini adalah karena mengujicobakan suatu model pembelajaran untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar, dalam hal ini akibat dari
pengaplikasian model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran aktivitas senam,
43
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
yang selanjutnya akan dibandingkan dengan pengaplikasian model pembelajaran
konvensional, yang selama ini sering digunakan oleh guru-guru di sekolah.
D. Definisi Operasional
Dalam memandang sesuatu seseorang dapat menafsirkan secara berbeda.
Untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian,
untuk itu akan dijelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Perbandingan
Perbedaan (selisih) kesamaan (http://kbbi.web.id/banding).
2. Model Pembelajaran
Knirk dan Gustafon (dalam Juliantine, 2013:9) mengemukakan bahwa:
“Model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat oleh guru untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rencana, pelaksanaan,
dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar”.
3. Model pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri diciptakan oleh Suchman pada tahun 1962,
dengan alasan ingin memberikan perhatian dalam membantu siswa
menyelidiki secara independen, namun dalam satu cara yang teratur
(Juliantine, 2013:9).
4. Model Pembelajaran Konvensional
Konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(http:kbbi.web.id/konvensional) memiliki pengertian tradisional.
Selanjutnya Djamarah dan Zein (2010:97) menyebutkan bahwa: “metode
ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,...”.
5. Aktivitas senam
44
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Peter H. Werner (dalam Mahendra, 2001:3) mengatakan: „senam dapat
diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang
dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan,
kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh‟.
6. Senam lantai
Senam lantai adalah bagian dari senam artistik, sesuai dengan pendapat
Mahendra yang menyatakan bahwa senam artistik sebagai senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-
efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan (Mahendra, 2001:5).
Salah satu alat yang terdapat dalam senam artistik adalah lantai, sehingga
dapat dikatakan senam lantai.
7. Senam umum
Senam umum adalah segala jenis senam, di luar kelima jenis senam di
atas, dengan demikian, senam-senam seperti senam aerobik, senam pagi,
SKJ, senam wanita, dsb., termasuk ke dalam senam umum (Mahendra,
2009: 11).
8. Hasil belajar
Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil tersebut sebagai cerminan dari proses belajar
mengajar (PBM) disekolah.
E. Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen dalam sebuah penelitian harus memenuhi syarat valid
dan reliabel, dan penggunaan instrumen harus sesuai dengan peruntukannya.
Arikunto (2010:203) mengemukakan :
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
45
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga mudah
diolah.
Bentuk tes atau instrumen yang akan digunakan dalam mengukur
keterampilan guling depan, guling belakang dan baling-baling ini mengacu pada
Pedoman Penilaian Praktik Penjas dalam Modul Didaktik Metodik Pembelajaran
Senam oleh Uhamisastra, dkk. Suntoda (2013:1) menjelaskan bahwa “Tes adalah
suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data
tentang seseorang atau objek tertentu”.
Untuk penilaian psikomotor, dalam pedoman tersebutdijelaskan setiap satu
aspek dalam rangkaian gerak memiliki skor yang menjadi patokan penilaian,
penilaian dilihat dari hasil gerakan dengan aspek-aspek gerak yang terdapat dalam
rangkaian gerak tersebut. Untuk penilaian kognitif, penulis akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dalam bentuk pertanyaan tertulis.
Selanjutnya untuk penilaian afektif penulis akan memperhatikan penilaian sikap
yang tertuang dalam standar kompetensi kurikulum 2013 (Permendikbud No
70/2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK).
Dalam hal ini instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
kognitif, tes kemampuan afektifserta tes kemampuan psikomotor guling depan,
guling belakang, baling-baling, dan senam aerobik. Berikut adalah kisi-kisi
instrumen pengukuran kognitif, afektif dan psikomtor yang akan digunakan dalam
penelitian ini:
1. Instrumen Pengukuran Kognitif
Instrumen pengukuran kemampuan kognitif ini disusun untuk menguji
kemampuan siswa dalam menguasai materi yang disampaikan oleh guru,
pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang disusun oleh guru. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pengukuran kognitif
dalam penelitian ini :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif
46
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Variabel Sub Kognitif Indikator Kode
soal No soal
Dalam konteks
pendidikan, Bloom dan
kawan-kawan(dalam
Makmun. 2007:26) telah
merinci dan
sistematikanya secara
meningkat. Secara garis
besarThe Cognitive
Domain (Kawasan
Kognitif) adalah sebagai
berikut: Knowledge
(pengetahuan),
Comprehension
(pemahaman),
Application (penerapan),
Analysis (penguraian),
synthesis (memadukan),
Pengetahuan Siswa mengetahui
keterampilan
senam lantai guling
depan, guling
belakang dan
baling-baling serta
senam ritmik.
C 1
1, 2, 3,
19, 25,
32, 35,
36, 37,
38.
Pemahaman Siswa paham
keterampilan
senam lantai guling
depan, guling
belakang dan
baling-baling serta
senam ritmik.
C 2
4, 5,
18, 20,
28, 31,
33, 34,
40, 41,
Penerapan Siswa mampu
menerapkan C 3
6, 7, 8,
12, 17,
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Kognitif (Lanjutan)
Evaluation (penilaian). keterampilan senam
lantai guling depan,
guling belakang dan
baling-baling serta
senam ritmik.
29, 42,
43, 49,
54.
Penguraian Siswa mampu
menguraikan
keterampilan senam
lantai guling depan,
guling belakang dan
baling-baling serta
senam ritmik.
C 4
9, 13,
14, 22,
39, 44,
52, 53,
57, 58,
60.
Memadukan Siswa mampu
mengintegrasi
informasi
keterampilan senam
C 5
10, 11,
26, 27,
30, 46,
47, 56,
47
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
lantai guling depan,
guling belakang dan
baling-baling serta
senam ritmik.
59.
Evaluasi Siswa mampu
menilai kemampuan
dalam keterampilan
senam lantai guling
depan, guling
belakang dan baling-
baling serta senam
ritmik.
C 6
15, 16,
21, 23,
24, 45,
48, 50,
51.
Berdasarkan kisi-kisi yang telah penulis susun diatas, maka disusunlah
sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan kepada sampel penelitian.
Jenis kuesioner tertutup dengan empat alternatif jawaban adalah yang akan
diberikan. Arikunto (2006:152) menjelaskan: “kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal
memilih”.
2. Instrumen Pengukuran Afektif
Instrumen pengukuran kemampuan afektif ini disusun untuk mengukur
perilaku yang ditampilkan siswa selama proses belajar mengajar. Berikut adalah
kisi-kisi instrumen pengukuran afektif dalam penelitian ini :
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif
Variabel Sub Afektif Indikator
Dalam konteks pendidikan,
Bloom dan kawan-kawan
(Makmun. 2007:27) telah
merinci dan sistematikanya
secara meningkat. Secara garis
Tekun 1. Menyukai tantangan
2. Giat dalam belajar dan bekerja
3. Tidak mudah menyerah
menghadapi kesulitan
4. Berusaha menjadi lebih baik
48
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
besarThe Affective Domain
(Kawasan Afektif) adalah :
Receiving (penerimaan),
Responding (sambutan),
Valuing (penghargaan),
Organization
(pengorganisasian),
Characterization by Value or
Value Complex (karakterisasi,
internalisasi, penjelmaan).
Kerjasama 1. Terlibat aktif dalam bekerja
kelompok
2. Kesediaan melakukan tugas
sesuai kesepakatan
3. Bersedia membantu orang lain
dalam satu kelompok yang
mengalami kesulitan
4. Rela berkorban untuk teman
lain
Tanggung
jawab
1. Melaksanakan tugas individu
dengan baik
2. Menerima resiko dari tindakan
yang dilakukan
3. Mengembalikan barang yang
dipinjam
4. Meminta maaf atas kesalahan
yang dilakukan
Toleran 1. Tidak mengganggu teman
yang berbeda pendapat
2. Menghormati teman yang
berbeda suku, agama, ras,
budaya, dan gender
3. Menerima kesepakatan
meskipun berbeda dengan
pendapatnya
4. Dapat mememaafkan
kesalahan/kekurangan orang
lain
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)
Kreativitas 1. Dapat menyatakan
pendapat dengan jelas
(ideational fluency)
2. Dapat menemukan ide
baru yang belum
dijelaskan guru
(originality)
3. Mengenali masalah yang
perlu dipecahkan dan tahu
bagaimana
memecahkannya (critical
thinking)
49
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
4. Senang terhadap materi
pelajaran dan berusaha
mempelajarinya
(enjoyment)
5. Mempunyai rasa seni
dalam memecahkan
masalah (aesthetics)
6. Berani mengambil risiko
untuk menemukan hal-hal
yang baru (risk-taking)
7. Mencoba berulang-ulang
untuk menemukan ide
yang terbaik
8. (cyclical procedure)
Kejujuran 1. Tidak menyontek dalam
mengerjakan ujian/ulangan
2. Tidak menjadi plagiat
(mengambil/menyalin
karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber)
dalam mengerjakan setiap
tugas
3. Mengemukakan perasaan
terhadap sesuatu apa
adanya
4. Melaporkan barang yang
ditemukan
5. Melaporkan data atau
informasi apa adanya
6. Mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Afektif (Lanjutan)
Kecermatan 1. Mengerjakan tugas dengan
teliti
2. Berhati-hati dalam
menggunakan peralatan
3. Memperhatikan
keselamatan diri
4. Memperhatikan
keselamatan lingkungan
Santun 1. Baik budi bahasanya
(sopan ucapannya)
50
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
2. Menggunakan ungkapan
yang tepat
3. Mengekspresikan wajah
yang cerah
4. Berperilaku sopan
Responsif 1. acuh (tidak merespon)
2. ragu-ragu/bimbang dalam
merespon
3. lamban memberikan
respon/tanggapan
4. cepat
merespon/menanggapi
Proaktif 1. berinisiatif dalam
bertindak
2. mampu menggunakan
kesempatan
3. memiliki prinsip dalam
bertindak (tidak ikut-
ikutan)
4. bertindak dengan penuh
tanggung jawab
Taat
menjalankan
agama
1. Disiplin (selalu tepat
waktu) dalam menjalankan
agamanya
2. Teratur dalam
menjalankan agamanya
3. Bersungguh-sungguh
menjalankan ajaran agama
4. Berakhlak/berperilaku
santun dan menghargai
orang lain
3. Instrumen Pengukuran Psikomotor
Instrumen pengukuran kemampuan psikomotor ini disusun untuk
mengukur penampilan siswa saat mempraktikan keterampilan senam lantai, yaitu
gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen pengukuran psikomotor dalam penelitian ini :
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Pengukuran Psikomotor
51
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Variabel Sub Psikomotor Indikator
Peter H. Werner (1994)
(dalam Mahendra,
2001:3) mengatakan :
senam dapat diartikan
sebagai bentuk latihan
tubuh pada lantai, atau
pada alat, yang
dirancang untuk
meningkatkan daya
tahan, kekuatan,
kelenturan, kelincahan,
koordinasi, serta kontrol
tubuh.
Guling depan 1. Kekuatan dorongan
2. Lurusnya tungkai
3. Kebulatan badan
4. Urutan berguling
5. Kaki rapat dan kedua lengan
memeluk lutut
6. Berdiri tanpa bantuan lengan
dan seimbang saat berdiri
Guling belakang 1. Telapak tangan terbuka
2. Dagu ditarik ke arah dada
3. Kebulatan badan
4. Urutan berguling
5. Kaki rapat dan kedua lengan
lurus ke depan
6. Berdiri tanpa bantuan lengan
dan seimbang saat berdiri
Baling-baling 1. Kekuatan tangan tumpuan
2. Posisi kedua tangan tumpuan
3. Kaki lurus dan membuka
4. Mendarat tangan dan kaki
secara berurutan
5. Berdiri seimbang saat berdiri
Senam Aerobik 1. Digerakan dengan memberi
tenaga.
2. Digerakan sesuai dengan
urutan.
3. Digerakan dengan memberi
tenaga.
4. Digerakan sesuai dengan
urutan.
5. Gerakan sesuai dengan urutan
gerak.
6. Gerakan sesuai dengan irama
musik.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum sebuah instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, instrumen
terlebih dahulu di uji dan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Sugiyono (2013:173): “... instrumen yang
valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian
52
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
yang valid dan reliabel”. Oleh sebab itu peneliti harus mampu menyusun
instrumen penelitian dan mampu untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen tersebut.
Valid sering diartikan dengan tepat guna atau sesuai dengan
peruntukannya, Sugiyono (2013:173) menjelaskan bahwa : “valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur”. Selanjutnya Suntoda (2013:9) menjelaskan: “sebuah instrumen dikatakan
valid apabila tes tersebut mampu mengukur secara tepat terhadap apa yang
semestinya diukur”.
Selanjutnya reliabilitas dapat dikatakan keajegan, yaitu hasil yang
diperoleh dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama atau dapat dikatakan
hasil yang diperoleh stabil, Sugiyono (2013:173) menjelaskan: “instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.
a. Uji Coba Angket
Angket yang telah peneliti susun, selanjutnya diuji cobakan untuk
mengukur validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pertanyaannya. Dari
hasil pengujian tersebut akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan
dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data dalam penelitian.
Uji coba angket dilaksanakan pada tanggal 23 April 2014 di SMK Negeri
1 Bandung, Kota bandung. Angket tersebut di uji cobakan kepada 29 siswa.
Berikut adalah langkah-langkah pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian:
1. Analisis validitas instrumen
Sugiyono (2013:172) menjelaskan: “Hasil penelitian yang valid
bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Pengujian validitas sangat
penting dilakukan, dengan hasil validitas yang tinggi dapat mengukur apa
yang hendak diukur dalam penelitian ini.
53
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis validitas instrumen dalam
penelitian ini merujuk pada pendapat Arikunto (1992:136) yaitu sebagai berikut:
a. Memberi skor pada masing-masing pertanyaan sesuai jawaban.
b. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden.
c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang
tertinggi sampai yang terendah dari setiap responden.
d. Membagi dua responden kedalam kelompok yaitu 27% kelompok atas dan
27% kelompok bawah.
e. Mencari nilai rata-rata setiap butir pertanyaan, baik kelompok ganjil
maupun kelompok genap dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
x = rata-rata suatu kelompok
n = jumlah sampel
xі = nilai data
∑xі = jumlah sampel suatu kelompok
f. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas
maupun kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
√ ( )
Keterangan :
S = simpangan baku yang dicari
n = banyaknya sampel
∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
g. Mencari varians (S²) melalui rumus:
54
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
( )
( )
Keterangan :
S² = varians yang dicari
N = jumlah sampel
x = skor yang diperoleh seseorang
h. Mencari t-hitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun
kelompok bawah dengan rumus :
₁
√ ₁
Keterangan :
t = nilai hitung yang dicari
x₁ = rata-rata kelompok atas
x₂ = rata-rata kelompok bawah
S²₁ = varians kelompok atas
S²₂ = varians kelompok bawah
n = jumlah sampel
i. Menentukan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan (α) = 0,05 atau 95% dan
derajat kebebasan (dk) = n-2
j. Mengkonsultasikan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung lebih
besar dari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut valid, artinya butir
pertanyaan dapat digunakan sebagai pengumpul data. Jika sebaliknya nilai
t-hitung lebih kecildari t-tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid
artinya pertanyaan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul
data.
2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split
Half Test).
55
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan
jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai
variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y
b. Mengkorelasikan skor total variabel X dengan skor total variabel Y
dengan rumus teknik korelasi Product Moment, yaitu sebagai berikut:
( )( )
*( ( )) ( ) +*( ( ) ( ) +
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
∑xy = jumlah dari hasil perkalian antara x dan y
x² = nilai x yang dikuadratkan
y² = nilai y yang dikuadratkan
n = jumlah sampel
c. Menggunakan teknik belah dua Spearman Brown (Split Half)
₁₁
( )
b. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Berdasarkan hasil uji coba angket kognitif di SMK Negeri 1 Bandung
dengan jumlah responden 29 siswa, dimana 16 siswa ditentukan sebagai
kelompok atas dan kelompok bawah, didapat nilai thitung dengan taraf nyata 0,05%
dan derajat kebebasan n1 + n2 -2 yaitu 8 + 8 - 2 = 14, didapat nilai ttabel 1,761.
Hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan dari 60 butir soal, terdapat 35
butir soal yang valid dan 25 butir soal yang tidak valid. Yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
56
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
1) Hasil uji validitas instrumen kognitif
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Kognitif
No T-Hitung T-Tabel Validitas No T-Hitung T-Tabel Validitas
1 0 1,761 Tidak Valid 31 0 1,761 Tidak Valid
2 3,622 1,761 Valid 32 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid
3 -1,62019 1,761 Tidak Valid 33 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid
4 4,860 1,761 Valid 34 0,643796 1,761 Tidak Valid
5 0 1,761 Tidak Valid 35 4,861 1,761 Valid
6 0 1,761 Tidak Valid 36 3,623 1,761 Valid
7 2,806 1,761 Valid 37 4,861 1,761 Valid
8 0 1,761 Tidak Valid 38 3,219 1,761 Valid
9 2,806 1,761 Valid 39 3,623 1,761 Valid
10 4,500 1,761 Valid 40 0 1,761 Tidak Valid
11 3,623 1,761 Valid 41 4,861 1,761 Valid
12 3,623 1,761 Valid 42 7,425 1,761 Valid
13 0,504016 1,761 Tidak Valid 43 4,861 1,761 Valid
14 -0,6438 1,761 Tidak Valid 44 0,643796 1,761 Tidak Valid
15 0,504016 1,761 Tidak Valid 45 2,806 1,761 Valid
16 7,425 1,761 Valid 46 2,393 1,761 Valid
17 3,623 1,761 Valid 47 2,173707 1,761 Valid
18 1,06066 1,761 Tidak Valid 48 0 1,761 Tidak Valid
19 4,500 1,761 Valid 49 0 1,761 Tidak Valid
20 3,623 1,761 Valid 50 3,623 1,761 Valid
21 3,623 1,761 Valid 51 3,623 1,761 Valid
22 -1,06066 1,761 Tidak Valid 52 0,643796 1,761 Tidak Valid
23 -0,54006 1,761 Tidak Valid 53 3,623 1,761 Valid
24 3,219 1,761 Valid 54 3,219 1,761 Valid
25 3,623 1,761 Valid 55 3,219 1,761 Valid
26 4,500 1,761 Valid 56 4,861 1,761 Valid
27 0 1,761 Tidak Valid 57 #DIV/0! 1,761 Tidak Valid
28 0,504016 1,761 Tidak Valid 58 3,623 1,761 Valid
29 0,643796 1,761 Tidak Valid 59 4,500 1,761 Valid
30 -0,54006 1,761 Tidak Valid 60 4,500 1,761 Valid
57
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Dari tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa tidak semua instrumen yang di
ujikan itu valid, dari 60 soal yang di ujikan terdapat 35 soal yang valid dan 15 soal
yang tidak valid, berdasarkan data tersebut peneliti menarik kesimpulan bahwa 35
soal yang dikatakan valid tersebut akan dipergunakan dalam penelitian ini,
sedangkan 15 soal yang tidak valid tidak akan dipergunakan.
2) Hasil uji reliabilitas instrumen kognitif
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
√* ( ) +* ( ) +
Dikorelasikan ke dalam rumus Spearman Brown
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif
r hitung r tabel Keterangan
0,899 0,367 Reliabel
Sedangkan dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus korelasi
Pearson Product Moment dan dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown
didapat nilai rhitung 0,899 dan rtabel Product Moment diketahui bahwa dengan n = 29
dengan taraf signifikan 5% = 0,367. Dengan demikian maka rhitung lebih besar
daripada rtabel, hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian dapat dipercaya
atau reliabel.
58
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
G. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data suatu penelitian, yaitu
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengambilan data. Kualitas instrumen
berkaitan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Sedangkan kualitas
pengambilan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan dalam
pengambilan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya juga belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel,
apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan
datanya.
Terdapat berbagai cara untuk mengumpulkan data penelitian. Sugiyono
(2013:193) menjelaskan “Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
setting, berbagai sumber dan berbagai cara”. Dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), angket
(kuesioner) dan observasi.
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui alat
pengumpulan data, alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi/pengmatan.
Tes adalah instrumen atau alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data
yang berfungsi untuk mengumpulkan data yang berupa pengetahuan atau
ketrampilan yang dimiliki siswa. Mengenai tes, Suntoda (2013:1) menjelaskan,
“Tes adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh
informasi/data tentang seseorang atau objek tertentu”.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kognitif untuk
mengukur penguasaan materi siswa, dan tes Psikomotor untuk mengukur kualitas
gerakan siswa dalam menguasai suatu keterampilan. Tes tersebut merupakan
suatu tolak ukur untuk mengukur kemampuan siswa yang berbentuk tes kognitif
59
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
dengan jenis soal pilihan ganda, dan tes psikomotor dengan mempraktikan
gerakan guling depan, guling belakang, baling-baling dan senam aerobik.
Selanjutnya Observasi atau pengmatan menurut wikipedia adalah :
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk
cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan
kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan
pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk
mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan
suatu penelitian (http://id.m.wikipedia.org/wiki/pengamatan).
Pengamatan atau observasi ini dilaksanakan untuk mengukur kemampuan
afektif siswa, atau dengan mengamati dan menyaksikan apa yang ditampilkan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
H. Teknik Analisis Data
Setelah seluruh data tes terkumpul, selanjutnya akan dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata dari simpangan baku
a. Mencari nilai rata-rata (x ) dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
x = rata-rata yang dicari
∑x = jumlah nilai
n = jumlah sampel
b. Mencari simpangan baku
√ ( )
keterangan :
S = simpangan baku
60
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
∑ = jumlah
x1 = nilai data mentah
x = rata-rata yang dicari
n = jumlah sampel
2. Menguji homogenitas dua variansi
a. Menentukan F dari tabel denga taraf nyata 0,05
b. Menentukan homogenitasnya dengan kriteria :
Apabila F hitung < F tabel, maka kedua varians homogen
Apabila F hitung > F tabel, maka kedua varians tidak homogen
3. Menguji normalitas data dengan menggunakan uji kenormalan liliefors.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan x1, x2, x3,...xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3,...zn
dengan menggunakan rumus :
₁ ₁
( dan s masing-masing adalah rata-rata dan simpangan baku dari
sampel)
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F=(Z1) = P(ZZ1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ... zn yang lebih kecil atau sama
dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan S(zi), maka :
( )
d. Menghitung selisih F(z1) – S(zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya.
e. Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut, harga terbesar ini disebut Lo.
61
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
f. Dengan bantuan nilai kritis L tersebut dengan Lo untuk mengetahui
diterima atau ditolaknya hipotesis dengan kriteria:
Terima Ho, jika Lo < Lα = Normal
Tolak Ho, jika Lo > Lα = Tidak normal
4. Z-skor untuk menyetarakan berbagai jenis skor
( )
Keterangan :
z = nilai z yang dicari
x = nilai yang diperoleh
= rata-rata dalam kelompok
s = simpangan baku
5. Menguji kesamaan rata – rata
Pengujian signifikansi peningkatan hasil belajar menggunakan uji t
dengan rumus sebagai berikut :
√
Sebelum uji t, terlebih dahulu mencari variansi gabungan (S²) melalui
rumus sebagai berikut:
( ₁ ) ₁ ( )
t = nilai yang dicari thitung
S² = simpangan baku gabungan
n1 = jumlah sampel kelompok 1
n2 = jumlah sampel kelompok 2
1 = rata-rata kelompok 1
2 = rata-rata kelompok 2
62
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
s1² = variansi kelompok 1
s2² = variansi kelompok 2
Adapun kriteria pengujian adalah terima hipotesis nol (Ho) jika t <
t1 – α, dalam hal lain hipotesis nol (Ho), dengan peluang (1 – α ) pada (α =
0,95) dengan dk = n1 + n2 – 2 dari daftar distribusi t.
I. Pelaksanaan penelitian
1. Pelaksanaan tes awal
Tes awal dilaksankan pada awal pertemuan sebelum siswa mendapatkan
treatment. Tes ini diawali dengan mengumpulkan seluruh sampel sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan, yaitu kelompok A dengan perlakuan model
pembelajaran inkuiri dan kelompok B dengan perlakuan model pembelajaran
konvensional. Tes yang pertama dilaksanakan adalah tes kognitf, tes ini
dilaksanakan di awal dengan harapan kondisi siswa yang masih fokus. Setelah
dilaksanakan tes kognitif selanjutnya sampel mendapatkan tes awal psikomotor
yaitu guling depan, guling belakang serta serta baling-baling serta senam aerobik.
2. Pemberian perlakuan
Pemberian perlakuan pada sampel dilaksanakan 3 kali dalam seminggu
selama 1 bulan, dilaksanakan pada hari senin, selasa, kamis dan sabtu.
Pemberian perlakuan terhadap kelompok A dan kelompok B dilakukan
terpisah. Langkah-langkah pemberian perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Model Pembelajaran Inkuiri
Tabel 3.7
Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri
Pertemuan
ke hari Kegiatan Waktu
1-4
(minggu ke
1 dan ke 2)
Selasa,
Kamis,
dan
Sabtu
1. Guru memberi rangsangan agar siswa
dapat mempersiapkan dirinya untuk
beraktivitas.
2. Siswa melakukan pemanasan : statis dan
dinamis
3. Inti : Materi guling depan dan guling
10 menit
63
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
belakang
a. Guru memberi rangsangan agar
siswa aktif dan bergairah berfikir.
b. Siswa berpikir dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
c. Guru memberikan jalan keluar jika
siswa mengalami kesulitan.
d. Siswa mencoba mempraktikan
keterampilan sesuai hipotesis.
e. Guru menegur siswa dari kekeliruan.
f. Guru bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan kelas.
g. Guru mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
h. Siswa merumuskan kesimpulan
materi yang dipelajari.
i. Guru mengelola sumber belajar,
waktu, dan organisasi kelas.
j. Memberi penghargaan pada prestasi
yang dicapai siswa.
4. Penutup : pendinginan dan evaluasi
65 menit
15 menit
Tabel 3.7
Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri (Lanjutan)
5-8
(minggu ke
3 dan ke 4)
Selasa,
Kamis,
dan
Sabtu
1. Guru memberi rangsangan agar siswa
dapat mempersiapkan dirinya untuk
beraktifitas.
2. Siswa melakukan pemanasan : statis dan
dinamis
3. Inti : Materi baling-baling
a. Guru memberi rangsangan agar
siswa aktif dan bergairah berfikir.
b. Siswa berpikir dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
c. Guru memberikan jalan keluar jika
siswa mengalami kesulitan.
d. Siswa mencoba mempraktikan
keterampilan sesuai hipotesis.
e. Guru menegur siswa dari kekeliruan.
f. Guru bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan kelas.
10 menit
65 menit
64
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
g. Guru mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
h. Siswa merumuskan kesimpulan
materi yang dipelajari.
i. Guru mengelola sumber belajar,
waktu, dan organisasi kelas.
j. Memberi penghargaan pada prestasi
yang dicapai siswa.
4. Penutup : pendinginan dan evaluasi
15 menit
9-12
(minggu ke
5 dan ke 6)
Selasa,
Kamis,
dan
Sabtu
1. Guru memberi rangsangan agar siswa
dapat mempersiapkan dirinya untuk
beraktifitas.
2. Siswa melakukan pemanasan : statis dan
dinamis
3. Inti : Senam Aerobik
a. Guru memberi rangsangan agar
siswa aktif dan bergairah berfikir.
b. Siswa berpikir dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
c. Guru memberikan jalan keluar jika
siswa mengalami kesulitan.
d. Siswa mencoba mempraktikan
keterampilan sesuai hipotesis.
e. Guru menegur siswa dari kekeliruan.
10 menit
70 menit
Tabel 3.7
Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Inkuiri (Lanjutan)
f. Guru bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan kelas.
g. Guru mengarahkan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
h. Siswa merumuskan kesimpulan
materi yang dipelajari.
i. Guru mengelola sumber belajar,
waktu, dan organisasi kelas.
j. Memberi penghargaan pada
prestasi yang dicapai siswa.
4. Penutup : pendinginan dan evaluasi
10 menit
b. Kelompok Model Pembelajaran Konvensional
Tabel 3.8
65
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional
Pertemuan
ke Hari Kegiatan Waktu
1-4
(minggu ke
1 dan ke 2)
Senin,
Rabu
dan
Jum‟at
1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :
statis dan dinamis
2. inti : Guru menyampaikan materi
tentang aktivitas senam, keterampilan
guling depan dan guling belakang serta
cara mempraktikannya, selanjutnya
siswa melakukan latihan guling depan
dan guling belakang sesuai dengan
instruksi dari guru.
3. Penutup : pendinginan dan evaluasi
10 menit
70 menit
10 menit
5-8
(minggu ke
3 dan ke 4)
Senin,
Rabu
dan
Jum‟at
1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :
statis dan dinamis
2. inti : Guru menyampaikan materi
tentang aktivitas senam, keterampilan
baling-balingserta cara
mempraktikannya, selanjutnya siswa
melakukan latihan baling-baling sesuai
dengan instruksi dari guru.
3. Penutup : pendinginan dan evaluasi
10 menit
70 menit
10 menit
9-12
Senin,
1. Guru dan siswa melakukan pemanasan :
statis dan dinamis
10 menit
Tabel 3.8
Rencana Pelaksanaan Perlakuan Model Pembelajaran Konvensional
(Lanjutan)
3. Pelaksanaan Tes akhir
(minggu ke
5 dan ke 6)
Rabu
dan
Jum‟at
2. inti : Guru menyampaikan materi
tentang aktivitas senam, keterampilan
senam aerobik serta cara
mempraktikannya, selanjutnya siswa
melakukan latihan aerobik sesuai
dengan instruksi dari guru.
3. Penutup : pendinginan dan evaluasi
70 menit
10 menit
66
Dito Dwi Cahyo, 2014 Perbandingan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Aktivitas Senam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan selama masing-masing 12
pertemuan, setelah itu dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui hasil perlakuan.
Tes yang diberikan sama dengan tes yang diberikan pada tes awal.