BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi...

18
35 Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan populasi yakni SMA Negeri 9 Bandung. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI yang berjurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Adapun jumlah kelas XI IIS di SMA Negeri 9 Bandung adalah sebanyak 4 kelas. Maka pengambilan sampel untuk menentukan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan cara purposive sampling yakni cara pengambilan sampel yang ditentukan kriterianya oleh peneliti. B. Desain Penelitian Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan pengembangan dari kuasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan non equivalent control group design pretestt-posttest. Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara tak acak (non-random). Kedua kelas diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (dalam Sugiyono, 2012: 114).Setelah itu, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yang serupa. Tes akhir (posttes) diberikan pada dua kelas untuk mengetahui efektivitas perlakuan. Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan kuasi eksperimen Non Equivalent Groups Pretest-Posttest menurut Schumacher (2001: 342). Desain penelitiannya adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan : A = Kelompok Eksperimen Group pretestt treatment posttest A O1 X O2 B O3 O4

Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi...

  • 35 Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan populasi yakni SMA Negeri 9 Bandung.

    Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI

    yang berjurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Adapun jumlah kelas XI IIS di SMA Negeri 9

    Bandung adalah sebanyak 4 kelas. Maka pengambilan sampel untuk menentukan

    kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan cara purposive

    sampling yakni cara pengambilan sampel yang ditentukan kriterianya oleh

    peneliti.

    B. Desain Penelitian

    Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan pengembangan dari

    kuasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan non equivalent

    control group design pretestt-posttest. Desain ini terdapat dua kelompok yang

    dipilih secara tak acak (non-random). “Kedua kelas diberi tes awal (pretest) untuk

    mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (dalam Sugiyono, 2012:

    114).” Setelah itu, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan

    menerapkan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis,

    sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yang serupa. Tes akhir

    (posttes) diberikan pada dua kelas untuk mengetahui efektivitas perlakuan.

    Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan kuasi eksperimen

    Non Equivalent Groups Pretest-Posttest menurut Schumacher (2001: 342).

    Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :

    Gambar 3.1 Desain Penelitian

    Keterangan :

    A = Kelompok Eksperimen

    Group pretestt treatment posttest

    A O1 X O2

    B O3 O4

  • 36

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    B = Kelompok Kontrol

    X = perlakuan (treatment)

    = Pretest kelompok eksperimen

    = Posttes kelompok eksperimen

    = Pretest kelompok kontrol

    = Posttes kelompok kontrol

    C. Metode Penelitian

    Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode

    penelitian kuantitatif yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen atau

    eksperimen semu yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan berupa

    penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa.

    Eksperimen kuasi dipandang relevan untuk digunakan, karena memiliki ciri-ciri:

    a) pemecahan masalah yang aktual, b) data yang dikumpulkan akan disusun,

    kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. “Penelitian menggunakan

    angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel

    eksperimen” (dalam Sukmadinata, 2013: 53).

    D. Definisi Operasional Variabel

    Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment

    Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

    (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)”.

    Berdasarkan judul penelitian tersebut, terdapat dua variabel dalam penelitian ini,

    yaitu pengaruh penerapan model concept attainment dan kemampuan berpikir

    analitis siswa. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah

    ini terdapat definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai

    variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

    1. Kemampuan Berpikir Analitis

    Kemampuan berpikir analitis dalam penelitian ini dimaksudkan pada suatu

    proses berpikir yang mengarahkan siswa untuk mampu menguraikan suatu

    informasi berupa kata-kata atau informasi, kemudian mengelompokkannya pada

    kategori contoh dan non-contoh, mencari informasi mengenai kategori tersebut

  • 37

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    kemudian menghubungkannya dengan sumber serta membuat hipotesis berupa

    kesimpulan. Adapun kemampuan berpikir analitis yang diukur, menggunakan

    aspek-aspek kemampuan analisis yang dikemukakan oleh Enright & Powers

    (dalam Dina, 2012: 23) yang hanya akan menggunakan empat indikator saja yang

    dibatasi yaitu hanya pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan

    mengembangkan kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.

    2. Model Concept Attainment

    Model Concept Attainment merupakan sebuah model pembelajaran yang

    menekankan pada proses pemahaman suatu atribut kebendaan yakni kata-kata

    atau data yang dilakukan dalam tiga tahapan, dimulai dari mengamati pemaparan

    kata atau data suatu konsep, membedakan dan mengelompokkan pada kategori

    contoh dan non-contoh, serta pembuatan hipotesis.

    Pencapaian konsep atau Concept Attainment menurut Bruner dkk (dalam

    Joyce dkk. 2009: 125) merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang

    dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-

    contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori.”

    Seperti yang diungkapkan oleh Huda (2013: 81) bahwa model pencapaian

    konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang

    sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan

    membedakan contoh-contoh (disebut exemplars/ contoh positif) yang berisi

    karakteristik-karakteristik konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi

    karakteristik-karakteristik ini (disebut non-exemplars/ contoh negatif).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    yang dimaksud dalam penelitian model concept attainment adalah sebuah model

    pembelajaran yang diterapkan di kelas XI IPS SMAN 9 Bandung yang meliputi

    proses membedakan dan mengelompokkan contoh-contoh dengan non-contoh

    pada kategori yang tepat berdasarkan sifat-sifat atau ciri-cirinya dengan

    mendefinisikan serta mengidentifikasi contoh-contoh tambahan, membuat

    hipotesis dan kemudian mengujinya.

  • 38

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    E. Instrumen Penelitian

    1. Pengembangan Instrumen

    Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk melihat kemampuan

    berpikir analitis siswa dan penerapan model concept attainment di SMA Negeri 9

    Bandung khususnya kelas XI IPS dalam penelitian ini, menggunakan instrumen

    berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar tes tertulis, lembar observasi, lembar

    angket tanggapan dan wawancara. Adapun kegunaan dari masing-masing

    instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut,

    a. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memadu siswa melaksanakan

    kegiatan pembelajaran pencapaian konsep yang telah disepakati di awal

    pembelajaran.

    b. Lembar tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian

    pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan

    pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

    atau kelompok.

    c. Lembar observasi bertujuan untuk menjaring informasi secara langsung

    mengenai gambaran keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan

    aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan ini

    dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

    d. Lembar angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang

    bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

    pengguna. Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa

    terhadap pembelajaran yang dilakukan.

    2. Jenis Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

    sosial yang dialami. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    tes, rubrik, lembar observasi, dan kuesioner/angket.

    a. Tes dibuat dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengukur

    kemampuan berpikir analitis siswa secara tulisan. Hasil dari pengerjaan soal

    tes kemampuan berpikir analitis digunakan sebagai data utama untuk

    memperoleh informasi mengenai kemampuan berpikir analitis siswa yang

  • 39

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    diukur pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan mengembangkan

    kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.

    Pengembangan tes dalam penelitian ini, merujuk pada penyusunan tes

    menurut Purwanto (2012: 46), untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis,

    penyusun tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi

    analisis seperti berikut:

    1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan

    dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.

    2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara

    jelas.

    3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang

    perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.

    4) Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan

    kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntuhan atau sekuensi.

    5) Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsisp atau organisasi pola-pola dari

    materi yang dihadapinya.

    6) Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari

    materi yang dihadapinya.

    Selain menggunakan rujukan diatas, dalam penyusunan tes juga meliputi

    indikator kemampuan berpikir analitis yang diharapkan muncul. Soal yang dibuat

    diukur berdasarkan kemunculan aspek kemampuan berpikir analitis yang telah

    ditentukan. Selanjutnya dimasukan ke dalam kolom indikator.

    Tabel 3.1

    Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis

    No. Indikator Berpikir Analitis Subindikator Berpikir Analitis

    1 Beragumentasi a. Mengetahui jenis bukti yang akan

    mendukung atau menolak hipotesis

    2

    Menarik inferensi dan

    mengembangkan

    kesimpulan

    a. Menghasilkan alasan untuk menjelaskan pengamatan

    b. Menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan

    c. Menentukan apakah kesimpulan konsisten dan didukung oleh data

  • 40

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3

    Mendefinisikan masalah a. Memecah masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana

    b. Mengembangkan definisi konsep dengan tepat

    4

    Berpikir induktif a. Memecahkan masalah ketika semua informasi yang diperlukan tidak

    diketahui

    F. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teknik pengumpulan dan analisis

    data yang dilakukan.

    1. Analisis Hasil Uji Coba

    Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini,

    mencakup indeks kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas soal dengan

    menggunakan perhitungan software anates versi 4.0.5. Hasil pengolahan data

    sebagai berikut.

    a. Tingkat Kesukaran

    Tingkat kesukaran adalah suatu pokok uji untuk menentukan proporsi item

    soal berada pada tingkat mudah, sedang, atau sukar. Seperti yang dikemukakan

    oleh Suherman (1990: 212) bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan

    dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah

    bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00 yang menyatakan tingkatan mudah

    atau sukarnya suatu soal. Untuk menentukan indeks kesukaran soal tipe uraian

    (secara manual) digunakan rumus:

    XIK

    SMI

    Keterangan :

    IK = Indeks Kesukaran

    X = Rata-rata

    SMI = Skor Maksimal Ideal

  • 41

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut :

    Tabel 3.2

    Klasifikasi Indeks Kesukaran

    No. Indeks Kesukaran Kriteria 1. 0,00IK Terlalu sukar

    2. 0,00 0,30IK Sukar

    3. 0,30 0,70IK Sedang

    4. 0,70 1,00IK Mudah

    5. 1,00IK Terlalu mudah

    Penelitian ini menggunakan bantuan sofware pengolahan data tes uraian

    yakni anates versi 4.0.5 untuk mengetahui tingkat kesukaran dengan nilai tingkat

    kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasikan melalui tabel indeks

    kesukaran. Berikut ini merupakan presentase tingkat kesukaran hasil uji instrumen

    tes uraian yang telah dilakukan:

    Tabel 3.3

    Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

    Nomor

    Soal

    Nilai IK Kriteria

    1 0,65 Sedang

    2 0,47 Sedang

    3 0,87 Sangat Mudah

    4 0,55 Sedang

    5 0,48 Sedang

    6 0,50 Sedang

    7 0,78 Mudah

    8 0,24 Sukar

    9 0,45 Sedang

    10. 0,74 Mudah

    Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 3 tergolong sangat mudah, soal nomor

    7 dan 10 tergolong mudah, soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, dan 9 tergolong sedang, dan

    soal nomor 8 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa

    instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang, karena kriteria-kriteria soal

    yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti, maka instrumen ini

    layak digunakan untuk penelitian.

  • 42

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    b. Daya Pembeda

    Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

    siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

    (berkemampuan rendah). Menurut Suherman (1990: 199) daya pembeda dari

    sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut

    mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk

    menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut :

    A BX XDPSMI

    Keterangan :

    DP = Daya Pembeda

    AX = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

    atau rata-rata kelompok atas

    BX = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau

    rata-rata kelompok bawah

    SMI = Skor Maksimal Ideal

    Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel

    berikut.

    Tabel 3.4

    Klasifikasi Daya Pembeda

    No. Daya Pembeda Kriteria 1. 0,00DP Sangat jelek

    2. 0,00 0,20DP Jelek

    3. 0,20 0,40DP Cukup

    4. 0,40 0,70DP Baik

    5. 0,70 1,00DP Sangat Baik

  • 43

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes menggunakan

    bantuan software anates versi 4.0.5. Nilai daya pembeda soal sebagai berikut ini :

    Tabel 3.5

    Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal

    Nomor Soal Nilai DP Kriteria

    1 4,22 Sangat Baik

    2 0,78 Sangat Baik

    3 0,56 Baik

    4 1,78 Sangat Baik

    5 1,67 Sangat Baik

    6 0,22 Cukup

    7 1,89 Sangat Baik

    8 0,89 Sangat Baik

    9 4,78 Sangat Baik

    10. -0,33 Sangat Jelek

    Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal uraian, 7 butir soal termasuk

    dalam kategori baik yaitu butir soal no. 1,2,4,5,7,8,9, 2 butir soal termasuk

    kategori cukup yaitu butir soal no. 3,6, dan 1 butir soal termasuk kategori jelek

    yaitu no. 10. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya

    pembeda yang sangat baik.

    c. Uji Validitas

    Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

    diukur (Arikunto, 2008: 65). Oleh karena itu, menurut Suherman (1990: 135)

    suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang

    seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk

    mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X

    pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk

    tujuan yang lain.

    Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis,

    yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada

    penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas

    instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji

    coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang

    ditentukan berdasarkan perhitungan korelasi.

  • 44

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi

    menggunakan angka kasar (raw score). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

    2 2 2 2( ( ) )( ( ) )

    i i

    xy

    i i

    n x y x yr

    n x x n y y

    Keterangan :

    xyr = Koefisien validitas

    n = Jumlah siswa

    ix y

    = Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa

    ix

    = Jumlah total skor soal ke-i

    y = Jumlah skor total siswa

    2

    ix = Jumlah total skor kuadrat ke-i

    2y

    = Jumlah total skor kuadrat siswa

    Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji

    keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah

    sebagai berikut (dalam Sudjana, 2005: 380):

    Keterangan :

    r = Koefisien validitas

    n = Jumlah siswa

    dengan hipotesis :

    H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti

    H1 : validitas tiap butir soal berarti

    Kriteria pengujian :

    Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika :

    (

    ) ( )

    (

    ) ( )

    Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2). Dalam hal lain

    H0 ditolak. Menurut J. P Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), koefisien

    validitas rxy diklasifikasikan seperti pada tabel berikut.

  • 45

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.6

    Klasifikasi Koefesien Validitas

    No Koefisien Validitas Kriteria

    1. 0,80 1,00xyr

    Sangat tinggi (sangat baik)

    2. 0,60 0,80xyr

    Tinggi (baik)

    3. 0,40 0,60xyr

    Sedang (cukup)

    4. 0,20 0,40xyr

    Rendah

    5. 0,00 0,20xyr

    Sangat rendah

    6. 0,00xyr

    Tidak valid

    Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal.

    Tabel 3.7

    Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3

    Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria

    1 0,864 Sangat Tinggi

    2 0,653 Tinggi

    3 0,545 Sedang

    4 0,745 Tinggi

    5 0,611 Tinggi

    6 0,229 Rendah

    7 0,660 Tinggi

    8 0,361 Rendah

    9 0,782 Tinggi

    10 0,114 Sangat Rendah

    Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas

    tersebut diuji keberartiannya. Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir

    soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.

    d. Uji Realibilitas

    Suherman (1990: 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau

    alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap

    sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika

    pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang,

    waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan

  • 46

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual)

    dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

    Keterangan :

    n = banyak butir soal

    2

    is = jumlah varians skor setiap soal

    2

    ts

    = varians skor total

    dimana,

    2

    2

    2

    XX

    nsn

    Keterangan :

    2s

    = varians

    2X = jumlah skor kuadrat setiap item

    X = jumlah skor setiap item

    n = jumlah subjek

    Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990:

    177) adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.8

    Klasifikasi Derajat Reliabilitas

    No. Derajat Reliabilitas Kriteria 1.

    110,20r Sangat rendah

    2. 110,20 0,40r Rendah

    3. 110,40 0,60r Sedang

    4. 110,60 0,80r Tinggi

    5. 110,80 1,00r Sangat Tinggi

    Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,50.

    Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas

    yang sedang.

    2

    11 21

    1

    i

    t

    snr

    n s

  • 47

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan

    menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Data utama berupa

    tes kemampuan berpikir analitis serta data tambahan yaitu angket untuk respon

    siswa terhadap pembelajaran menggunakan model concept attainment dan lembar

    observasi. Semua data tersebut dihitung secara statistik dengan langkah-langkah

    sebagai berikut :

    a. Soal kemampuan berpikir analitis

    Adapun langkah-langkah dari analisis data soal uraian meliputi pemberian

    skor pada hasil pretest dan posttest untuk setiap soal uraian kemampuan berpikir

    analitis, menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh soal uraian

    kemampuan berpikir analitis untuk satu per satu siswa dan menentukan rata-rata

    skor pretest dan posttest. Kemudian pada data tersebut dilakukan analisis data

    secara kuantitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi analisis data

    pretest dan posttest. Agar memudahkan proses pengolahan data, digunakan

    bantuan software SPSS Versi 16.0 for Windows. Adapun langkah-langkahya

    adalah sebagai berikut :

    1) Analisis Data Pretest dan Posttest

    Analisis data pretest dan posttest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas

    eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan berpikir

    analitis awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahapan analisis yang dilakukan

    adalah sebagai berikut:

    a) Analisis data secara deskriptif

    Data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis

    secara deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran

    umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Analisis data secara

    deskriptif meliputi penghitungan skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.

    b) Uji normalitas

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data

    hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang kemudian akan

  • 48

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada

    tahap selanjutnya.

    Hipotesis yang digunakan :

    H0: Data pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol (keduanya)

    berasal dari populasi berdistribusi normal;

    H1: Data pretest / posttest kelas eksperimen atau kelas kontrol (salah satu atau

    keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

    Kriteria pengujian:

    H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

    H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

    Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan

    dengan uji homogenitas. Namun apabila H0 ditolak, maka pengujian

    dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-

    Whitney.

    c) Uji homogenitas

    Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau

    tidaknya variansi populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    Hipotesis yang digunakan adalah:

    H0 : =

    (Variansinya homogen)

    H1 :

    (Variansinya tidak homogen)

    Dengan,

    : variansi kelas kontrol

    : variansi kelas eksperimen

    Kriteria pengujian:

    H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

    H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

    Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan

    dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka

    dilanjutkan dengan uji t’.

  • 49

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    d) Uji t

    Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian

    ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada pretest dan posttest kelas eksperimen

    dan kelas kontrol.

    Hipotesis yang digunakan:

    H0: μe = μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas

    kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)

    H1: μe μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas

    kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan)

    Dengan,

    μk : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas kontrol

    μe : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas eksperimen

    Kriteria pengujian:

    H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

    H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

    b. Analisis angket siswa

    1) Melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa .

    2) Menghitung persentase jawaban siswa untuk masing-masing kriteria yang

    ditanyakan dengan perhitungan sebagai berikut.

    Keterangan :

    p = persentase jawaban

    f = frekuensi jawaban

    n = banyaknya responden

    3) Melakukan interpretasi jawaban angket setelah diperoleh persentasenya,

    dengan mengadaptasi interpretasi menurut kriteria sebagai berikut :

  • 50

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.9

    Penafsiran Hasil Angket

    Persentase Tafsiran Kualitatif

    Tak seorangpun

    Sebagian kecil Hampir setengahnya

    Setengahnya Sebagian besar Hampir seluruhnya

    Seluruhnya

    c. Analisis Lembar Observasi

    Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara tahapan-

    tahapan pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dengan menggunakan model

    concept attainment di kelas eksperimen. Data hasil observasi diinterpretasikan

    dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana

    pembelajaran.

    G. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian meliputi tahapan penelitian yang secara garis besar

    terdiri dari tiga tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap

    penarikan kesimpulan. Berikut uraian dari ketiga tahap tersebut :

    1. Tahap Persiapan

    a. Melakukan studi lapangan dengan melakukan observasi ke sekolah untuk

    melihat permsalahan kemudian analisis kurikulum, studi literatur untuk

    menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    b. Menyusun alat pengumpul data berupa tes dan non tes.

    c. Melakukan uji coba alat pengumpul data (instrumen).

    d. Mengolah hasil uji coba soal tes uraian kemudian melakukan revisi dan

    menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

    2. Tahap Pelaksanaan

    a. Memberikan pretest kepada seluruh siswa di kelas eksperimen dan kelas

    kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir analitis siswa.

  • 51

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    b. Melaksanakan pembelajaran dengan model concept attainment di kelas

    eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol.

    c. Memberikan posttest kepada seluruh siswa yang mengikuti pretest untuk

    mengetahui kemampuan akhir berpikir analitis siswa setelah dilaksanakan

    pembelajaran.

    3. Tahap Penarikan Kesimpulan

    Tahapan ini meliputi analisis data hasil penelitian yang diolah menggunakan

    bantuan software anates dan SPSS for windows versi 16.0. Uji hipotesis

    menggunakan uji t dari nilai pretest dan posttest. Hasil pengujian kemudian

    dianalisis dan ditarik kesimpulannya.

  • 52

    Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Adapun alur penelitiannya yaitu sebagai berikut :

    Gambar 3.2 Alur Penelitian

    Sumber : Hasil olah peneliti dari berbagai sumber

    Kelas Kontrol

    Pembelajaran dengan model

    terlangsung

    Pengolahan data

    Analisis data

    Kesimpulan

    Observasi

    Model Pembelajaran

    Studi Lapangan

    Penerapan Model Concept Attainment terhadap Kemampuan

    Berpikir Analitis

    Kelas Eksperimen

    pembelajaran dengan model concept

    attainment

    Studi Literatur

    Permasalahan

    Penentuan Subjek Penelitian

    Penyusunan, revisi, dan pengesahan instrumen

    instrumen

    Pretest

    Posttest